PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20072008

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Oleh

ISNANI NIM K7401088 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009

commit to user

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Oleh

ISNANI NIM K7401088

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing 1

Drs. Sunarto, MM. NIP 130 815 439

Pembimbing II

Dra. Harini, M.Pd. NIP 131 281 241

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Dra. Dewi Kusuma Wardani, Msi.

1.

Sekretaris

: Dra. Mintasih Indriayu, Msi.

2. Anggota I

: Drs. Sunarto, MM.

3.

Anggota II

: Dra. Harini, MPd.

4.

. Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah NIP. 130 529 720

commit to user

ABSTRAK

Isnani. PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008..

Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang (aktual), data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dianalisis dan diinterpretasikan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 sejumlah 157 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah Quota Proporsional Random Sampling . Sampel penelitian sejumlah 62 siswa. Teknik pengumpulan data variabel kreativitas belajar menggunakan kuesioner atau angket, sedangkan untuk variabel prestasi belajar siswa menggunakan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi sederhana.

Kesimpulan penelitian yaitu: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008, dengan F hit = 2,685 dan F tabel = 4,000, di mana

F hit < F tab atau 2,685 < 4,000 pada taraf signifikansi 5%. Sumbangan efektif sebesar 41,990%. Menunjukkan bahwa 41,999% nilai-nilai Y dapat dijelaskan model regresi liniernya berdasarkan nilai-nilai X. Atau dengan kata lain, sebesar 41,990% variasi yang terjadi atau tinggi atau rendahnya kreativitas belajar (Y) terjelaskan oleh meningkatnya atau menurunnya nilai prestasi belajar (X) melalui

regresi linier

Y = 51,731 + 0,236X. Sisanya ditentukan oleh keadaan lain.

commit to user

MOTTO

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu mereka yang mengingat Allah sambil berdiri, sambil duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab neraka”.

(QS. Ali Imran 190-191).

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh: 6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada: Ayah (almarhum) dan ibu tercinta yang telah mencurahkan harta, tenaga, fikiran, dan motivasi untuk nanda. Terima kasih atas do’a dan cintanya. Dek Nur dan Dek Faton, yang selalu memberikan motivasi dan harapan

kesuksesan nanda. Terima kasih atas cinta dan doanya. Teman-teman seperjuangan, satu perguruan & satu padepokan, yang selalu memotivasi nanda agar menyelesaikan skripsi ini tanpa harus meninggalkan amanah ini, Thanks for all. Teman-teman PTN 2001-2004 yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk segera lulus. Teman-teman 2001 yang belum lulus, segera menyusul yach.... Almamater

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-NYA skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Program Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan pengarahan dan dorongan selama penulisan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan motivasi selama penulisan skripsi ini.

4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Pendidikan Ekonomi, yang telah

memberikan pengarahan dan dorongan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sunarto, MM. Selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan petunjuk, dukungan, dan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Harini, MPd. Selaku pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Drs. H. Ngadiyo, MPd. Selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMA N 3 Surakarta dan juga Bapak Bambang, Selaku Wakasek Urusan Kurikulum SMA N 3 Surakarta

commit to user

SMA N 3 Surakarta.

8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi selama penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman PTN angkatan 2001 yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan motivasi selama penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak, serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan.

Surakarta, April 2009

Penulis

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN

ii HALAMAN PENGESAHAN

iii ABSTRAK

iv MOTTO

v PERSEMBAHAN

vi KATA PENGANTAR

vii DAFTAR ISI

viii DAFTAR TABEL

x DAFTAR GAMBAR

xi DAFTAR LAMPIRAN

xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

1. Ruang Lingkup Penelitian

2. Obyek Penelitian

3. Subyek Penelitian

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

2. Manfaat Praktis

7 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar

b. Teori-teori Belajar

11

2. Hasil Belajar

16

commit to user

a. Faktor Internal

19

b. Faktor Eksternal

5. Kreativitas Belajar

27

6. Indikator Kreativitas Belajar

28

B. Kerangka Pemikiran

29

C. Hipotesis

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

32

A. Tempat dan Waktu Penelitian

32

1. Tempat Penelitian

32

2. Waktu Penelitian

32

B. Metode Penenlitian 32

C. Populasi dan Sampel

34

1. Populasi Penelitian

34

2. Sampel Penelitian

34

3. Teknik Pengambilan Sampel

35

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Teknik Analisis Data

41

1. Uji Persyaratan

41

a. Uji Normalitas

42

b. Uji Konstan Variansi

42

c. Uji Linieritas

43

2. Uji Hipotesis

44

a. Mencari Persamaan Regresi Sederhana

44

b. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Sederhana 44

c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y

45

d. Mencari Sumbangan Efektif

46

commit to user

A. Deskripsi Data

47

1. Data Kreativitas Belajar (X)

47

2. Data Prestasi Belajar (Y)

48

B. Pengujian Persyaratan Analisis

49

1. Uji Normalitas Residu

50

2. Uji Konstan Variansi

50

3. Uji Linieritas

50

C. Pengujian Hipotesis

50

1. Pengujian Hasil Analisis Data

50

a. Menentukan Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana

50

b. Menguji Keberartian Regresi Linier Sederhana

51

c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y

51

d. Menentukan Sumbangan Efektif

51

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis

52

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

52

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

52 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

55

A. Simpulan

55

B. Implikasi

55

C. Saran

58 DAFTAR PUSTAKA

60 LAMPIRAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamik sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era globalisasi dan informasi saat ini, keterbukaan telah menjadi karakteristik kehidupan yang demokratis, dan hal ini membawa dampak pada cepat usangnya kebijakan maupun praktisi pendidikan. Parameter kualitas pendidikan, baik dilihat dari segi pasokan, proses, dan hasil pendidikan selalu berubah. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat dan orang tua. Oleh sebab itu, pendidikan harus secara terus-menerus perlu ditingkatkan kualitasnya, melalui sebuah pembaruan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada publik (stakeholders) agar mampu

mempersiapkan generasi penerus bangsa sejak dini sehingga memiliki unggulan kompetitif dalam tatanan kehidupan nasional dan global.

Dalam kaitannya dengan tuntutan demokrasi pada era saat ini, kelemahan utama yang dirasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa yang dinamis dan budaya berfikir kritis. Guru hanya pentransfer materi, dan siswa jarang dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang merangsang dan melatihnya untuk berfikir, serta jarang diberi kesempatan untuk bertanya. Oleh karena itu dalam UU No. 22 tahun 2000 bab XI tentang program pendidikan nasional dicantumkan bahwa tantangan yang dihadapi dunia pendidikan yakni budaya berfikir kritis yang masih rendah.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan cepat sekarang ini, menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan pula. Dalam hal ini manusia selalu berupaya agar pendidikan menjadi kunci pemecahan masalah yang dihadapi. Perkembangan dunia pendidikan ini dapat menyeimbangkan antara masalah yang timbul dengan pemecahan yang harus dilakukan. Begitu juga di sekolah, pada dasarnya hampir semua siswa ingin

commit to user

anaknya mempunyai prestasi belajar yang dapat dibanggakan. Dengan adanya prestasi belajar yang baik secara tidak langsung akan meningkatkan mutu sekolah

dan lebih luas lagi mutu pendidikan di suatu negara. Prestasi belajar yang baik merupakan wujud dari hasil belajar siswa yang maksimal. Adapun hasil belajar siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh banyak faktor, sebagaimana yang dikemukakan oleh A. Suhaenah Suparno (2001: 52-55) bahwa ”Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang datang dari luar diri siswa (faktor eksternal)”. Prestasi belajar akan berhasil dengan baik apabila kedua faktor tersebut dapat bekerja sama dan saling menunjang.

Proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila siswa tersebut mempunyai prestasi belajar yang baik. Prestasi yang baik tidak mudah dicapai, ada berbagai macam faktor yang mendukung prestasi belajar seseorang diantaranya yaitu kreativitas belajar. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas memegang peranan yang sangat penting. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas disini menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal sebelumnya. Sedangkan menurut Utami Munandar (1999: 12) ”Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya.” Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa Ilmu Alam lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa Ilmu Sosial. Oleh karena itu, agar pretasi belajar siswa Ilmu Sosial bisa lebih tinggi mereka harus meningkatkan kreativitas belajarnya.

Dari uraian tersebut, maka dalam proses belajar juga tidak kalah pentingnya menimbulkan sikap kreatif kepada siswa-siswanya sehingga salah satu cara yang ditempuh oleh siswa yaitu dengan mengintensifkan pengembangan

commit to user

konsep dalam belajar. Siswa yang kreatif akan mampu menggunakan metode- metode yang ada untuk penyelesaian soal-soal yang ditemui, bahkan akan

mendapatkan kesan belajar lebih mendalam dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Sehingga siswa yang kreatif akan dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak kreatif.

Adapun prestasi belajar siswa sebelum diadakan penelitian adalah sebagai berikut:

No

No. Urut

1 1 Aditya Rahman Pamungkas

XI Ilmu Sosial 1

76

2 2 Adityo Cahyo Aji

XI Ilmu Sosial 1

73

3 4 Alfian

XI Ilmu Sosial 1

75

4 11 Erny Widhiarti

XI Ilmu Sosial 1

77

5 13 Fanny Setyawan

XI Ilmu Sosial 1

75

6 14 Galih Wahyu Hapsoro

XI Ilmu Sosial 1

74

7 15 Gilar Hargi Prabandaru

XI Ilmu Sosial 1

72

8 16 Hernandya Karlomia R

XI Ilmu Sosial 1

72

9 19 Jiwo Tri Puruso

XI Ilmu Sosial 1

76

10 23 Nanda Suryawan Mulyanto

XI Ilmu Sosial 1

74

11 24 Noya Kalistania

XI Ilmu Sosial 1

75

12 25 Patmawati

XI Ilmu Sosial 1

77

13 29 Ratries Ikna Riyanto

XI Ilmu Sosial 1

78

14 35 Syamtini Rosadi

XI Ilmu Sosial 1

74

15 37 Widya Effiliana Putri

XI Ilmu Sosial 1

73

16 2 Annisa Rahma Farida

XI Ilmu Sosial 2

72

17 10 Faradina Naviah

XI Ilmu Sosial 2

76

18 11 Galih Utami

XI Ilmu Sosial 2

76

19 13 Haryo Pandu Antariksa

XI Ilmu Sosial 2

66

20 14 Hernanda Fahrizky

XI Ilmu Sosial 2

71

21 17 Indrawati Dhian Arum M.

XI Ilmu Sosial 2

72

22 18 Ipung Hananto

XI Ilmu Sosial 2

77

23 19 Irvan Eko Haryanto

XI Ilmu Sosial 2

72

24 20 Is Beniqno Putra Megawan

XI Ilmu Sosial 2

76

25 21 Itsnaini Nur Lathifah

XI Ilmu Sosial 2

77

26 23 Laksmi Indira Wardhani

XI Ilmu Sosial 2

72

27 25 Muhammad Abu Bakar Al Jufri

XI Ilmu Sosial 2

71

commit to user

28 27 Muhammad Najib

72

29 35 Sabrina Yuniar Fasza

XI Ilmu Sosial 2

73

30 36 Siti Nurjannah

XI Ilmu Sosial 2

66

31 37 Trisnajati Rosana Dewi S.

XI Ilmu Sosial 2

72

32 1 Albertus Aji Wibisono

XI Ilmu Sosial 3

74

33 9 Frisca Patricia Ferianto

XI Ilmu Sosial 3

76

34 10 Henridho Kharisma Arif

XI Ilmu Sosial 3

73

35 13 Jonatiara Danijaya

XI Ilmu Sosial 3

76

36 15 Mida Ratna Winda Putri

XI Ilmu Sosial 3

76

37 16 Monica Natasya Widya L.

XI Ilmu Sosial 3

74

38 18 Munasifah

XI Ilmu Sosial 3

76

39 21 Nungki Anggorowati

XI Ilmu Sosial 3

76

40 23 Prasetya Mulya Diantara Putra

XI Ilmu Sosial 3

72

41 26 Satrio Dharmawan

XI Ilmu Sosial 3

75

42 28 Theophyllus Angga Y.I.

XI Ilmu Sosial 3

73

43 30 Tommy Trisula Putra

XI Ilmu Sosial 3

76

44 31 Wahyu Tika Purnamasari

XI Ilmu Sosial 3

76

45 32 Yan Kusuma Fajar Aprilian

XI Ilmu Sosial 3

72

46 35 Yossy Widyasto

XI Ilmu Sosial 3

72

47 1 Aditya Bagus Renata

XI Ilmu Sosial 4

68

48 4 Alfian Fathon

XI Ilmu Sosial 4

72

49 8 Ave Romantie Diaz Adare

XI Ilmu Sosial 4

75

50 11 Bernito Oscar Irwanto

XI Ilmu Sosial 4

71

51 12 Christian Kurniawan Nugroho

XI Ilmu Sosial 4

72

52 14 Demy Natalia Rahman

XI Ilmu Sosial 4

75

53 15 Discha Poppy Harsono

XI Ilmu Sosial 4

71

54 16 Edwin Gilang Pratama

XI Ilmu Sosial 4

68

55 17 Elizabeth Yanuar Sriwidyani

XI Ilmu Sosial 4

75

56 18 Emilia Kus Herdiana

XI Ilmu Sosial 4

73

57 26 Lusiana Ekaningrum

XI Ilmu Sosial 4

76

58 29 Monica Inovasi

XI Ilmu Sosial 4

72

59 30 Monica Saraswati Dewi H.

XI Ilmu Sosial 4

74

60 33 Oktavianus Kurniawan

XI Ilmu Sosial 4

74

61 35 Ronny Yudhistira

XI Ilmu Sosial 4

71

62 36 Sarah Cornelia Octaviani

XI Ilmu Sosial 4

73

commit to user

penelitian dengan judul ”PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Tantangan dunia pendidikan yakni budaya berfikir kritis yang masih rendah

2. Perkembangan dunia pendidikan menuntut para siswa memiliki prestasi belajar yang baik

3. Tuntutan perlunya kreativitas dalam belajar oleh para siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus pada masalah yang diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Ruang Lingkup Pendidikan

a. Kreativitas Belajar Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan gagasan- gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan.

b. Prestasi Belajar Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang ditunjukkan oleh guru. Prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak didik dalam periode tertentu. Prestasi belajar dalam 3

commit to user

spesifik prestasi belajar dalam ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, ppkn, sejarah, sosiologi.

2. Obyek Penelitian

a. Variabel Bebas

: Kreativitas Belajar

b. Variabel Terikat : Prestasi Belajar

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh signifikan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya kreativitas dalam belajar yang dapat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

commit to user

a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menemukan kreativitas pembelajaran dalam studi ilmu pengetahuan

sosial.

b. Memberikan informasi bagi program Pendidikan IPS dan FKIP pada umumnya dalam rangka membentuk tenaga kependidikan yang berkualitas.

c. Memberikan alternatif perwujudan tujuan pendidikan dan sekaligus menjawab tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Menurut Slameto (2003: 2), menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan ”suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sehingga pengertian belajar bisa didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti yang berupa teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang hingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Paul Suparno (1997: 61) proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2) Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

commit to user

suatu pengembangan pemikiran dengan pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Selanjutnya Piaget dalam Paul Suparno (1997: 119-121) membedakan pengetahuan seseorang dalam tiga macam, yaitu:

1) Pengetahuan Fisis

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, kekasaran, serta bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang lain. Seorang anak akan memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan mengajarkan atau bertindak terhadap objek itu melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek.

2) Pengetahuan matematis-logis

Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapat dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi, atau penggunaan objek. Seorang anak akan membentuk pengetahuan matematis logis dia karena pengetahuan itu tidak ada dalam objek itu sendiri seperti pengetahuan fisis. Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan berpikir anak terhadap objek itu. Di sini objek hanya menjadi medium untuk membiarkan konstruksi itu terjadi. Misalnya, pengetahuan tentang konsep bilangan.

commit to user

Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui secara bersama.

Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari atau tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi satu orang dengan orang yang lain.

Menurut kaum konstruktivisme (Lorsback dan Tobin dalam Paulina Panen, 2001: 65), ”siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun atau miliki sebelumnya”. Abstraksi seseorang terhadap suatu hal membentuk struktur konsep dan menjadi pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Sedangkan menurut ahli psikologi Jean Piaget dengan teori kognitivisme. Intisari dari psikologi kognitif memaparkan tentang proses mental individu yang bermanfaat untuk merespon lingkungannya. kognitivisme berhubungan dengan bagaimana seseorang mengetahui, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sebagai contoh, behavioris menyatakan bahwa praktek memperkuat suatu respon pada stimulus.

Smaldino dan Russels (2005: 6) menyatakan bahwa:

Kognitivis menciptakan model mental dari memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi baru disimpan dalam memori jangka pendek, dimana hal tersebut harus dilatih sampai siap untuk disimpan dalam memori jangka panjang. Jika informasi tidak dilatih, ia memudar dari memori jangka pendek. Pembelajar kemudian mengkombinasikan informasi dan kemampuan memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif, berhubungan dengan tugas lengkap. Kognitivis mempunyai persepsi belajar lebih luas dari pada behavioris. Siswa kurang tergantung pada tuntunan guru dan lebih mempercayakan pada strategi kognitif dalam menggunakan sumber belajar yang tersedia.

Hilgard dan Chaplin dalam Mulyati (2005: 68) menyatakan:

Teori kognitif merupakan teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, memberikan,

commit to user

Dengan kata lain kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada

variabel penghalang dan aspek-aspek kognisi seseorang. Menurut Ausubel dalam Mulyati (2005: 70): Belajar merupakan merupakan proses kognisi yang akan

menjadi optimal jika ada kebutuhan kognitif. Kebutuhan berdasarkan pada koordinasi perseptual pengalaman masa lampau yang berkaitan dengan pengalaman masa kini serta pengharapan masa datang. Manusia pada dasarnya memiliki skema kognitif yang akan tersirat menjadi struktur. Kemudian struktur kognitif akan menentukan proses belajar seseorang. Struktur sangat penting dalam proses belajar sebab melalui struktur, belajar akan menghasilkan sesuatu yang baru.

b. Teori-Teori Belajar

A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan ”Teori belajar yang banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini adalah teori belajar menurut Gagne, David Ausubel, Jerome Bruner, Piaget dan UNESCO.”

1) Teori belajar menurut Gagne dalam Slameto (2003: 13)

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi yaitu:

a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut ”The Domains of Learning” yaitu:

a) Ketrampilan Motoris (motor skill) Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil dan sebagainya.

commit to user

Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini mengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu

ini perlu intelegensi.

c) Kemampuan Intelektual Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut ”kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.

d) Strategi Kognitif Ini merupakan organisasi ketrampilan yang internal (Internal Organized Skill ) yang perlu untuk belajar untuk mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan secara terus-menerus.

e) Sikap Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain (Gagne dalam Slameto, 2003: 14-15).

2) Teori belajar menurut D. Ausubel Menurut D. Ausubel dalam Mulyati (2005: 60), “Belajar adalah proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang belajar (siswa)”.

3) Teori belajar menurut Piaget Menurut Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) ”Perkembangan kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas meknisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya”.

Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) berpendapat ada 4 tahap perkembangan kognitif seseorang, yaitu:

commit to user

Selama periode ini, anak mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor).

b). Tahap pra operasional (2-7 tahun) Anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah, mengurangi dan lain-lain.

c). Tahap operasional (8-11 tahun) Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris berubah menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi.

d). Tahap operasional formal (11 tahun ke atas) Anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda- benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Mereka mempunyai kemampuan berpikir abstrak.

Dalam pertumbuhan ke arah dewasa seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungan. Sehingga menyebabkan perubahan kualitatif di dalam struktur kognitif. Apabila seseorang mendapat informasi baru maka informasi tersebut disesuaikan dengan kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya apabila struktur kognitif yang dimiliki yang dimodifikasi sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah proses akomodasi. Baik asimilasi maupun akomodasi yang terjadi apabila terdapat konflik dalam struktur kognitifnya, atau terjadi ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau yang dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan, seseorang telah beradaptasi.

Piaget mengemukakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Faktor-faktor itu adalah kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logika matematik dan transisi sosial yaitu dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jadi setiap anak harus melakukan sendiri dalam membangun pengetahuan tertentu yang harus dikonstruksi sendiri.

commit to user

Kata Bruner dalam Slameto (2003: 11) ”Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum

sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.” Oleh karena itu, sebaiknya sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar mengajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan ”discovery learning environment” , ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Menurut J. Bruner dalam Slameto (2003: 12), dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal:

a) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif. Minat murid perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

b) Menganalisa struktur materi yang akan diajarkan; juga perlu materi disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

c) Menganalisa sequence. Guru mengajar berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.

d) Memberi reinforcement dan umpan balik/feedback. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ”ia menemukan jawabnya”.

5) Teori belajar menurut UNESCO

A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan bahwa UNESCO membentuk komisi dalam bidang pendidikan yang diketuai oleh Jacques

commit to user

pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah:

a) Learning to Know (Belajar bagaimana belajar) Pada Learning to Know terkandung makna “belajar bagaimana

belajar“. Dalam hal ini tercakup tiga aspek yaitu: apa yang dipelajari, bagaimana caranya agar seseorang bisa mengetahui dan belajar, serta siapa yang melakukan kegiatan belajar.

b) Learning to Do (Belajar berbuat) Learning to Do secara konseptual hampir sama dengan konsep learning by doing belajar dengan melakukan atau mengerjakan, artinya bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata.

c) Learning to Live Together (Belajar hidup bersama secara harmonis) Belajar hidup bersama dalam keharmonisan berarti belajar peduli dan belajar berbagi pikiran, perasaan dan pengalaman, peduli pada keadaan orang lain. Asia Pacific Network for International Education and Value Education (APNIEVE) , organisasi di bawah UNESCO, menguraikan secara diagramatik nilai-nilai inti yang berhubungan dengan hal tersebut, yaitu: (1) Kelompok pertama yang meliputi penerimaan atau penghargaan,

pertanggungdakwaan (akuntabilitas), kerja sama, keragaman, kesetaraan dan keadilan, kemerdekaan dan tanggung jawab, kejujuran, integritas, menghormati martabat manusia dan kebenaran.

(2) Kelompok yang kedua berisi nilai-nilai kepedulian atau kemauan berbagai, keharuan, empati, rasa bersyukur, harmoni, saling ketergantungan, cinta, spiritualitas, dan toleransi.

(3) Kelompok ketiga meliputi nilai-nilai kewarganegaraan yang aktif dan bertanggung jawab, berpikir kritis, persamaan, juga kemerdekaan dan tanggung jawab, keterbukaan, menghormati dan peraturan, disiplin diri, dan solidaritas.

commit to user

lingkungan, orientasi ke masa depan, kesederhanaan, kerajinan, sifa hemat, ekologi personal dan sikap memelihara sumber-sumber.

d) Learning to Be (Belajar mengaktualisasikan diri)

Learning to Be berarti seseorang mengenal jati diri, serta kemampuan dan kelemahannya, dan dengan kompetensi-kompetensi yang dikuasainya membangun pribadi yang utuh secara terus menerus. Dengan bekal penguasaan jurus-jurus belajar efektif, mengerjakan sesuatu secara efisien dan belajar bekerja sama ia akan menjadi diri yang sangat dikenalnya, seraya mengembangkannya secara maksimal.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh seseorang. Menurut taksonomi Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh S. Nasution (1999: 65-72), hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik, yang masing-masing diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif (cognitive domain) Meliputi enam tingkatan yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge) Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman (comprehension) Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

3) Penerapan (application) Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.

commit to user

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami

dengan baik.

5) Sintesis (synthesis) Mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan atau pola baru.

6) Evaluasi (evaluation) Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasrkan kriteria tertentu.

b. Ranah Afektif (Affective Domain) Meliputi lima tingkatan yaitu:

1) Penerimaan (receiving) Mencakup akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.

2) Partisipasi (responding) Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipai dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

4) Organisasi (organization) Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value compex) Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kejidupannya sendiri.

c. Ranah Psikomotorik (Psycomotorik Domain) Meliputi 7 tingkatan yaitu:

1) Persepsi (perseption)

commit to user

dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik.

2) Kesiapan (set) Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan

memulai gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guided response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5) Gerakan yang kompleks (complex response) Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment) Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas (creativity) Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Penentuan Nilai Akhir raport hasil belajar siswa di SMA 3 Surakarta

sebagai wujud hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai ulangan harian siswa, tugas, nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir semester. Dengan perhitungan sebagai berikut:

NA= ( 2xN.Ul)+(2xN.Tugas)+(2xN.Uj.Mid)+(2xN.A. Sem)

commit to user

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003), dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.

Meliputi:

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b) Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor Psikologis Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: Inteligensi dan kreativitas, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.

commit to user

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk mmbaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstant tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor eksternal (faktor sosial) ialah faktor yang datang dari luar diri si anak. Meliputi 3 faktor yaitu: Faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor Keluarga, meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, disamping faktor-faktor yang lainnya.

commit to user

4. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas Penelitian tentang kreativitas telah lama dilakukan oleh para psikolog,

akan tetapi hingga saat ini definisi kreativitas belum dapat dirumuskan secara pasti. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas disini menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal sebelumnya.

Sedangkan menurut ahli psikologi kognitif Freedam dalam Suharman (2005: 373) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara baru dan asli. Sedangkan Guilford dalam Asri Laksmi (2005: 53) menyatakan kreativitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta, berpikir heuristik dan berpikir lateral. Selanjutnya menurut Rogers dalam Utami Munandar (1999:

18) Sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.

Pengembangan imajinasi siswa dan pemikiran yang kreatif sangat penting karena dengan berpikir kreatif, siswa mampu mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Menurut Guilford dalam Utami Munandar (1999: 7) gambaran yang tampak dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran lebih ditekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Sedangkan proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih sehingga banyak lulusan yang cukup mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, tetapi mereka tidak berdaya jika dituntut untuk memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.

commit to user

tinjauan penelitian tentang kreativitas, serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang, dan mengembangkannya menjadi sangat penting karena:

1) Menurut Maslow dalam Utami Munandar (1999: 31) dengan berkreasi dapat

mewujudkan

(mengaktualisasikan)

dirinya, dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.

2) Menurut Guilford dalam Utami Munandar (1999: 31) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.

3) Menurut Biondi dalam Utami Munandar (1999: 31) bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

4) Menurut Utami Munandar (1999: 31) ”Kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan mental seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya. Kreativitas adalah kemampuan menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara baru dan asli dengan berpikir yang divergen, berpikir yang produktif dan berdaya cipta karena adanya kecenderungan dalam diri seseorang untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuannya.

b. Unsur-unsur kreativitas Rhodes (dalam Isaksen dalam Utami Munandar, 1999: 20) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa ”Kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong

commit to user

Person, Process, Press, Product.” Berdasarkan analisis Rhodes ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas

meliputi 4 unsur, yaitu: pribadi, proses, pendorong dan produk. Untuk selanjutnya masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pribadi Kreativitas dari aspek pribadi muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap anak mempunyai bakat kreatif , namun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Pendidik hendaknya mengenali dan menghargai bakat kreatif anak dan memberi kesempatan untuk mengembangkannya secara optimal. Kreativitas sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran (dapat mngemukakan ide-ide), kelenturan atau fleksibilitas (dapat melihat suatu masalah dari beberapa sudut pandang), orisinilitas (mempunyai gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain), dan elaborasi (dapat merinci dan memperkaya suatu gagasan).

2) Proses Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan dengan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.

3) Pendorong Kreativitas ditinjau dari aspek pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Sehubungan dengan ini pendidik diharapkan dapat memberi dukungan, perhatian serta sarana-prasarana yang diperlukan.

commit to user