Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

  

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

TERHADAP PERILAKU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA

PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKASI PASAR KEMBANG

YOGYAKARTA

TAHUN 2006

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi

  Oleh: Severina Sri Haryuni Wiratwanti

  NIM : 018114054

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan langit yang selalu biru,

bunga yang bertaburan di sepanjang jalan hidup kita.

  

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan matahari tanpa hujan,

sukacita tanpa kesedihan, dan kedamaian tanpa penderitaan.

  

Namun Allah menjanjikan kekuatan untuk menempuh hari ini;

Dia telah menjanjikan istirahat bagi para pekerja,

Terang di jalan yang gelap,

Rahmat untuk mengatasi percobaan,

  

Bantuan dari atas,

Simpati yang tak berkesudahan,

Dan kasih sayang yang tak kunjung padam kepada setiap orang yang

percaya kepada-Nya.

  Karya ini kupersembahkan untuk : My Saviour Yesus Kristus, Bunda Maria& Bapa Yosef, Bapak Mama yang selalu mendukung& mendoakan aku,

Kakak-kakakku Mas Yoseph, Mas Totok& Mba Iin. Kedua kakak

iparku Mba Kusmi& Mba Sari yang telah memberikan semangat&

teladan bagiku, kedua Ponakanku Tasya& Aurel yang memberi kecerian, My love Ko’Didik tercinta atas doa serta dukungannya,

  

Sahabat& Teman-teman terbaikku yang selalu ada menemani&

mendukungku, Almamaterku

  KATA PENGANTAR Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

  2. Bapak Mukhotib, Md selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.

  3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing I atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing II dan yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  5. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  7. Bapak dan Mamaku tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungannya baik moril maupun materiil.

  8. Kakak-kakakku tersayang Yoseph Marry Punjung Winanto terimakasih untuk panutan dan teladan yang baik bagiku, Ignatius Punjung Winiharto yang penuh dengan kecerian memberi hari lebih berwarna, Irene Endah Tri Winihati terimakasih untuk sumber inspirasi, perhatian, semangat dan doa-doanya.

  Kedua keponakanku Anastasya dan Aureline dengan keceriaannya. Kedua kakak iparku mba Kusmi dan mba Sari terimakasih untuk doa-doanya.

  9. Sahabat dan kekasihku tersayang Alexander Didik Tjahyadi Sulistiyo terimakasih atas perhatian, dukungan, kasih & sayangmu selama ini memberi semangat dan keceriaan dalam hari-hariku.

  10. Terimakasih untuk keluarga bulik Wiwik yang sudah dengan baik hati memberi tumpangan tempat tinggal selama ini.

  11. Teman-teman di lokasi Pasar Kembang yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  12. Kakak-kakakku dalam genk ” Kancil”: Mas Kristo kepala suku, Mba Dian centil, Mas Kerupuk, Mba Cicil ceria, Mas Boim, Mba Anggit, Mas Surya, dan Mba Iin mbakku tersayang terimakasih atas petualangan menjelajah negeri & persahabatan yang indah.

  13. Sahabat-sahabatku : Kiki sahabat kecilku, makasih ya untuk ketulusan& kesetianmu dalam persahabatan kita. Acan sahabat sejatiku, makasih untuk dukungan& semangat yang tak pernah padam. Wati sahabatku yang penuh kecerian, Ivan penghibur dikala sedih, Yoga yang baik hati, Sakti tempat curhatku, Hasta yang selalu ada dihatiku, Rosy, Diah, Asmawati makasih untuk semua ketulusan persahabatan kita.

  14. Anak-anak kost Cinta : Mba Dian, Mba Indah, Merry, Betty, Lidia, Maria, Elin dan Ima terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita selama dua tahun yang sangat indah.

  15. Teman-teman seperjuangan : Adistyawan yang selalu memberi masukan& semangat, Themy teman serumahku yang baik hati, Dio, dan Ano yang ceria makasih ya untuk kebersamaan, masukan dan semangat dalam penelitian ini.

  16. Saudara dan Adik-adikku : Soni dengan guyonannya, Rani yang sangat baik hati, Ani, Dita, Wulan dan semua adik-adikku yang telah menemani dan membantu selama ini makasih ya, untuk semangat dan ketulusannya.

  17. Relawan PKBI DIY: Dhini, Dewi, Maulana, Riza, mba Titin, Dudi, Mala, Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.

  18. Teman-teman angkatan 01 kelas B, kelompok C : atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

  19. Untuk piyuku tersayang makasih karena dengan setia dan tak pernah mengeluh menemaniku dan mengantarkanku kemanapun aku pergi.

  20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 20 Agustus 2007 Penulis

  

INTISARI

  Penyakit Menular Seksual (PMS) penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tajam di Indonesia. Pekerja Seks Komersial (PSK) perempuan yang bekerja dengan memberikan layanan seksual, merupakan kelompok yang berisiko tinggi dalam penyebaran dan penularan PMS. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimilikinya mempengaruhi dalam penggunaan antibiotika yang rasional dalam upaya penggobatan PMS. Pemahaman yang salah dan penggunaan antibiotika yang irasional menyebabkan resistensi kuman.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta pada tahun 2006 sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan pengambilan responden sebanyak 50 orang untuk pengisian kuisioner dan 10 orang untuk wawancara terstruktur. Analisis yang dilakukan adalah Two Related Samples T Test dengan taraf kepercayaan 90%.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk uji dengan Two Related Samples T

  

Test terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap

  tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja paling tinggi yaitu: tidak sekolah (25%), 41-60 tahun (16%), dan 6 bulan-2 tahun (11,1%).

  Kata kunci : edukasi, pekerja seks komersial, PMS, antibiotika.

  

ABSTRACT

  Sexually Transmitted Diseases (STD) is a disease which infected through sexual relation, whereas in each years were significantly increased in Indonesia. Woman Commercial Sex Worker who worked by giving sexual service, are groups who has high risk in spreading and infection of STD. The lower understanding of knowledge were affecting in rational the antibiotic usage in order to examining the STD. The wrong understanding and irrational the antibiotic usage can affect to the microbacterial resistance.

  This research objective is to understanding the change behavior of commercial sex worker in Pasar Kembang location on 2006 before and after education about STD and rational antibiotic usage. This research consist of queasy experimental by research that planned is one group pretest-posttest research setting. The sampling technique that used is quota sampling, by respondent collection as much as 50 persons for filling the questionnaire and 10 persons for structured interview. The analysis that performed is Two Related Samples T Test by confidence degree as much as 90%.

  The research result were shown that for test by Two Related Samples T Test there are the significant difference in understanding variable and attitude about STD and rational the antibiotic usage of commercial sex worker in Pasar Kembang Yogyakarta location before and after education. The behavior changes percentage if observed from education level, age, and job duration that higher is illiterate (25%), 41-60 years old (16%), and job duration about 6 month-2 years (11,1%) Keyword: education, commercial sex worker, STD, antibiotic

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv PRAKATA................................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. ix

  INTISARI.................................................................................................................. x

  ABSTRACT ................................................................................................................ xi

  DAFTAR ISI............................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

  1. Perumusan masalah............................................................................. 5

  2. Keaslian penelitian .............................................................................. 6

  3. Manfaat penelitian............................................................................... 7

  B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

  1 Tujuan Umum ..................................................................................... 8

  2 Tujuan Khusus .................................................................................... 8

  A. Penyakit Menular Seksual....................................................................... 10

  1. Pengertian.......................................................................................... 10

  2. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual............................................... 11

  B. Antibiotika ................................................................................................ 16

  1. Pengertian.......................................................................................... ....16

  2. Klasifikasi antibiotika ........................................................................... 16

  3. Pencegahan dan Pengobatan PMS dengan Antibiotika ........................ 17

  C. Resistensi .................................................................................................... 22

  D. Pemakaian Antibiotika yang Rasional ........................................................ 23

  E. Edukasi...................................................................................................... 25

  F. Pengetahuan .............................................................................................. 26

  G. Sikap.......................................................................................................... 30

  H. Perilaku ...................................................................................................... 31

  I. Pekerja Seks Komersial ............................................................................ 32 J. Landasan Teori.......................................................................................... 34 K. Hipotesis..................................................................................................... 35

  BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 36 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 36 B. Variabel Penelitian dan Definisi operasional............................................ 37

  1. Variabel Penelitian ................................................................................ 37

  a. Variabel bebas................................................................................. 37

  2. Definisi Operasional ........................................................................... 37

  C. Subyek Penelitian...................................................................................... 39

  D. Tempat Penelitian ..................................................................................... 40

  E. Teknik Sampling ....................................................................................... 40

  F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 40

  G. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 41

  1. Analisis Situasi ................................................................................... 41

  2. Pembuatan Kuesioner ......................................................................... 43

  3. Pembuatan Booklet ............................................................................. 46

  4. Penyebaran Kuesioner......................................................................... 46

  5. Pemberian Edukasi.............................................................................. 47

  6. Wawancara Terstruktur....................................................................... 48

  7. Pengolahan Data ................................................................................. 48

  G. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 49

  H. Kesulitan Penelitian .................................................................................. 50

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 51 A. Karakteristik PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006 ..... 51

  1. Tingkat Pendidikan ............................................................................. 51

  2. Umur ................................................................................................... 52

  3. Lama Bekerja ...................................................................................... 54

  B. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang PMS dan Kerasionalan Penggunaan Antibiotika terhadap Perubahan Perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta .................................................................................................. 56

  C. Rata-rata Persentase Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja PSK Perempuan terhadap perubahan Perilaku dalam Kerasionalan Penggunaan Antibiotika ............................................................................. 59

  1. Tingkat Pendidikan ............................................................................... 59

  2. Umur ................................................................................................... 61

  3. Lama Kerja............................................................................................ 63

  D. Pengetahuan Responden tentang PMS dan Penggunan Antibiotika berdasarkan hasil Wawancara di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta 2006 ......................................................................................... 65

  1. Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)....................... 65

  2. Pengetahuan tentang Antibiotika .......................................................... 66

  3. Tempat mendapatkan Antibiotika ......................................................... 66

  4. Penggunaan terakhir dan Intensitas Penggunaan Antibiotika............... 67

  5. Profil Antibiotika di lokasi Pasar Kembang ......................................... 68

  6. Pengetahuan tentang Aturan Pakai ....................................................... 70

  7. Tindakan Mengganti Antibiotika dan Hal-hal yang mempengaruhinya70

  8. Efek yang merugikan (Adverse Drug Reaction) ................................... 71

  9. Pengetahuan tentang Resistensi ............................................................ 71

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 76 A. Kesimpulan ................................................................................................ 76 B. Saran.......................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 78 LAMPIRAN............................................................................................................. 81 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 123

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Karakteristik Tingkat Pendidikan PSK di Lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta Tahun 2006 ......................................................................... 49 Gambar 2. Karakteristik Umur PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta

  Tahun 2006 ............................................................................................ 51 Gambar 3. Karakteristik Lama Kerja PSK di Lokasi Yogyakarta Tahun 2006...... 54 Gambar 4. Rata-rata hasil Persentase nilai sebelum pemberian edukasi (pretest) dan sesudah edukasi (posttest ) PSK di lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta tahun 2006........................................................................... 56 Gambar 5. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor tingkat pendidikan............. 58 Gambar 6. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor umur .................................. 60 Gambar 7. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang

  Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor lama bekerja...................... 62

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh virus dan

  bakteri berkembang dengan pesat. Data yang diperoleh dari American Social Health

  

Association pada setiap tahunnya angka kejadian sifilis mencapai 74.000 kasus baru,

  650.000 angka kejadian gonore dan 3 juta kasus untuk klamidia. Peran kita sebagai komponen masyarakat dan juga sebagai tenaga dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberi contoh yang baik kepada masyarakat, terutama tentang pola hidup sehat dan memberikan layanan kesehatan sesuai dengan bidang kita.

  Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Aprillianingrum, 2002).

  Keberadaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau virus penyebab penyakit Acquired Immuno Deficiency Sindrome (AIDS) telah menarik perhatian dunia terhadap penanggulangan dan pemberantasan PMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran PMS dengan penularan HIV, dimana telah terbukti meningkatkan risiko penyebaran HIV melalui hubungan seksual (Anonim, 2005).

  Pekerjaan yang dilakukan oleh para Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki terutama yang dikarenakan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan. Pekerjaan yang sangat berisiko ini menyebabkan kelompok ini merupakan representasi dari kelompok yang mempunyai risiko terhadap PMS. Pemahaman yang sangat rendah dari PSK lokasi Pasar Kembang ini tentang PMS dan rendahnya tingkat pendidikan PSK ini mempengaruhi kesadaraan mereka dalam pentingnya taat penggunaan pelindung (kondom) dalam melayani tamu, kecuali atas permintaan tamu, juga mempengaruhi dalam hal penggunaan antibiotika yang rasional.

  World Healthy Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999

  terdapat 340 juta kasus baru PMS yang terdiri dari gonore, klamidia, sifilis dan trikomoniasis barunya dalam setiap tahun, sedangkan jumlah infeksi HIV atau virus penyebab penyakit AIDS di Indonesia saat ini lebih dari 33,6 juta kasus (Anonim, 2005). Penyakit gonore menempati urutan tertinggi dari semua jenis PMS.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari klinik Griya Lentera mencatat sampai dengan Mei 2006 angka kasus HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 308 kasus, sedangkan untuk PMS dari bulan Januari sampai dengan September 2006 angka tertinggi dilaporkan ditempati oleh jenis penyakit gonore dengan jumlah penderita mencapai 23 kasus, diikuti penderita klamidia sebanyak 3 kasus, sedangkan untuk kasus sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.

  Hasil yang didapat dari penelitian Sutama diketahui bahwa dari 63 subyek penelitian yang diambil pada tahun 2005, 46% menggunakan ampisilin, 31,8%

  

Problems yang terkait dengan penggunaan antibiotika tersebut adalah 54 orang

  mengalami dosis terlalu rendah, 43 orang tidak membutuhkan terapi obat, 22 orang perlu tambahan terapi, 2 orang tidak taat akan aturan pakai obat, dan 14 orang mengalami salah obat.

  Masalah PMS dan PSK sangat menarik perhatian, baik para pengendali program maupun para peneliti, terutama dengan adanya krisis ekonomi dan ditutupnya beberapa lokalisasi PSK. Keadaan ini akan menambah kompleksnya masalah penanggulangan PMS. Salah satu akibatnya adalah terjadinya operasi PSK liar di jalan-jalan, yang mengakibatkan sulitnya pengawasan, baik dari segi kesehatan maupun keamanan. Hal ini akan memberikan peluang bagi terjadinya peningkatan HIV/AIDS di masyarakat.

  Saat ini untuk mendapatkan antibiotika tanpa resep dokter semakin mudah maka penggunaan obat secara irasional pun semakin meningkat, akan makin meningkat pula kejadian resistensi kuman, khususnya kuman gonore yang memiliki proporsi terbesar sebagai penyebab PMS pada kelompok PSK terutama karena rendahnya pemahaman mereka tentang pengobatan penyakit. Kebanyakan dari mereka menggunakan obat berdasarkan rujukan dari teman, tetangga ataupun orang- orang yang berada dalam komunitasnya (Yuwono, 2001).

  Informasi yang rendah tentang penggunaan obat secara benar dan pengobatan yang rasional membuat PSK meyakini bahwa dengan meminum obat antibiotika sebelum melakukan hubungan seksual dapat mencegah penularan PMS. dalam bidang pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan bidang kefarmasiaan di kalangan PSK sehingga dalam penelitian ini menggunakan media edukasi untuk membantu mereka dalam gaya hidup sehat mencegah tertular dan terinfeksi PMS dan HIV/AIDS.

  Berdasarkan informasi dan masukkan yang didapatkan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang merupakan LSM diluar intansi pemerintah yang sangat perduli dengan kesehatan reproduksi, menyatakan bahwa PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta merupakan kelompok yang sangat tertutup terhadap orang atau kelompok lain diluar komunitasnya sehingga mempengaruhinya terutama dalam pengetahuan, sikap serta tindakannya. Kecenderungan yang terjadi mereka lebih percaya akan teman seprofesi dibandingkan informasi yang didapat dari luar komunitasnya. Berdasarkan informasi ini pendekatan yang dilakukan lebih secara personal dan pemberian edukasi yang diberikan dibuat semenarik mungkin sehingga ada ketertarikan dari PSK untuk mau mendengarkan dan memperhatikan edukasi yang disampaikan dalam penelitian ini.

  Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta yang berada dalam jantung kota Yogyakarta, merupakan daerah yang berada dekat dengan wisata khas Yogyakarta Malioboro, selain itu berada di depan stasiun Tugu dimana dengan mudah orang dapat mengakses tempat ini, walaupun tempat prostitusi ini belum diakui secara legal atau resmi namun keberadaan tempat ini diyakini sudah berlangsung puluhan tahun lalu bahkan mungkin ratusan tahun lalu. Tempat yang menyuguhkan layananan ekstra bagi kaum lelaki hidung belang ini akan mencapai puncaknya pada malam hari dimana akan jumpai banyak wanita-wanita penjaja cinta.

  Pemberian edukasi dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para PSK tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional. Jika pengetahuan mereka meningkat akan mempengaruhi perilaku mereka terutama perilaku sehat yang pada akhirnya mempengaruhi sikap dan tindakan PSK dalam melayani tamu.

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang disebut di atas maka penelitian ini difokoskan pada pemberian layanan informasi berupa Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang PMS dan pencegahannya serta pemakaian antibiotika yang benar, sehingga nantinya diharapkan adanya perubahan perilaku sehat dari PSK di lokasi Pasar Kembang.

1. Perumusan masalah

  a. Seperti apakah karakteristik PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja ?

  b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika terhadap perubahan perilaku (pengetahuan dan sikap) PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 ?

  c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK terhadap d. Seperti apakah pengetahuan responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika berdasarkan hasil wawancara pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006?

2. Keaslian penelitian

  Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) Perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta ” oleh Putranto (2002) dan “ Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta ”oleh Sutama (2005).

  Penelitian ini berpijak pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sutama dimana dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan PSK di lokasi Pasar Kembang akan penggunaan antibiotika yang baik, benar dan rasional masih rendah, sehingga perlu penelitian kelanjutan yang diharapkan membawa perubahan serta manfaat yang berarti bagi PSK di lokasi Pasar Kembang khususnya pengetahuan tentang PMS dan Penggunaan antibiotika yang rasional.

  Dalam penelitian ini digunakan metode kuisioner yang terstuktur yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi (penyuluhan) dengan pemberian booklet, stiker dan wawancara terstruktur yang dimaksudkan untuk menguatkan hasil analisis dengan para PSK. Pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita ini memiliki risiko yang sangat tinggi terutama karena mereka menjadi rentan akan berbagai pasangan. Pekerjaan yang sangat berisiko ini menyebabkan kelompok ini merupakan representasi dari kelompok yang mempunyai risiko terhadap PMS. Pemahaman yang sangat minim tentang PMS dan rendahnya tingkat pendidikan PSK ini mempengaruhi kesadaraan mereka dalam pentingnya taat penggunaan pelindung (kondom) dalam melayani tamu, kecuali atas permintaan tamu.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini tidak hanya melihat sejauh mana PSK memahami PMS dan pemahamannya tentang pemilihan penggunaan antibiotika tapi dengan pemberian edukasi membantu PSK untuk memahami tentang PMS dan berusaha untuk mencegah penyakit tersebut dengan pola hidup yang lebih baik atau perilaku “safe-sex”. Selain itu PSK dengan bekal edukasi yang diberikan dapat memahami dan menerapkan penggunaan antibiotika secara baik, benar dan rasional.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama pihak-pihak yang terkait dalam menangani masalah PMS untuk dapat mencegah dan menekan penyebarannya dan ketepatan serta kerasionalan dalam penggunaan antibiotika. b. Manfaat praktis Memberi pelayanan KIE bagi PSK di lokasi Pasar Kembang khususnya terkait dalam menangani masalah PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional sehingga timbul kesadaran untuk berperilaku sehat.

  B.

  

Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta dalam pencegahan PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

  2. Tujuan khusus

  a. Untuk mengetahui karakteristik responden para PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.

  b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang PMS dan kerasionalan antibiotika terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 dalam penggunaan antibiotika yang rasional.

  c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja para PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika yang rasional. d. Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang PMS dan penggunaan antibiotika berdasarkan hasil wawancara pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual (PMS)

1. Pengertian

  Penyakit Menular Seksual adalah berbagai penyakit yang dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual (oral, anal atau lewat vagina) (Qomariyah, 2003). Ada pula yang menyatakan bahwa PMS penyakit yang disebabkan adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik antara sesama maupun berlainan jenis (Aprilianingrum, 2002).

  Penyakit Menular Seksual disebabkan oleh bakteri ada juga yang disebabkan oleh virus. Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri dan jamur umumnya relatif mudah untuk disembuhkan dengan antibiotika tertentu asal diketahui dan diobati sedini mungkin dengan obat yang sesuai dengan penyakitnya.

  Untuk PMS yang disebabkan oleh virus lebih sulit untuk diobati, bahkan sering kali tidak dapat disembuhkan. Pada kenyataanya adapula antibiotika generasi lama yang menjadi tidak mampu dalam melawan bakteri seperti penyebab gonore yang telah menjadi resisten, padahal jenis infeksi ini pada mulanya mudah diobati. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Perlu dilakukan pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahannya.

  Kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya sifilis, herpes, dan penyakit- penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini.

  Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan yang cukup aman terhadap PMS.

2. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS)

  a. Gonore (GO) Gonore atau yang lebih dikenal dengan istilah kencing nanah, merupakan jenis PMS tipe bakterial, penyebabnya adalah Neisseria

  gonorrhoeae. Penularan penyakit ini melalui hubungan seks vaginal dan anal.

  Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar.

  Gejala-gejala meliputi pada laki-laki akan timbul rasa sakit pada waktu buang air kecil dan ereksi. Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari, sering kali tidak ada gejala pada stadium dini. Pada perempuan sering tanpa gejala apapun, nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang- kadang disertai keputihan dan dengan bau yang tidak sedap, serta panas atau gatal saat buang air kecil.

  Penyakit GO pada laki-laki maupun pada perempuan mengakibatkan kemandulan. Pada perempuan biasa juga mengakibatkan terjadinya radang panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan (Qomariyah, 2003).

  b. Sifilis Kuman penyebabnya adalah Treponema pallidum. Lebih dikenal dengan raja singa. Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

  Gejala-gejala pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau chancres yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar seluruh tubuh dengan rasa badan tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit yang terjadi setelah 6-8 minggu setelah terjadinya luka pada alat-alat vital. Ada juga gejala luka yang bersih dan tidak nyeri di sekitar alat kelamin, anus dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi. Jika tidak diobati dengan benar maka sifilis akan menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.

  Seseorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terkapar virus tersebut akan meningkat karena luka merupakan pintu masuk virus HIV (Qomariyah, 2003).

  c. Herpes Genital Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa tenggang 4-7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks vaginal, anal atau oral, selain itu kontak seksual melalui kulit juga membantu penyebaran virus ini.

  Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin adanya keputihan.

  Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.

  Orang yang terinfeksi memiliki luka akan meningkatkan risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut jalan masuk virus HIV.

  Pada perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi caesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak d. Klamidia Klamidia adalah PMS yang disebabkan bakteri Chlamydia

  trachomatis . Bakteri ini terutama yang menyerang leher rahim. Sampai 75%

  kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.

  Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, pendarahan saat berhubungan seksual, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan wanita yang terinfeksi bakteri ini tidak merasakan gejalanya.

  Pada infeksi kronik dapat terjadi penyebaran ke saluran telur yang menimbulkan nyeri perut bagian bawah, dan mengakibatkan kemandulan atau kehamilan di luar kandungan. Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami PRP yang pada gilirannya akan menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.

  Pada laki-laki jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan nyeri pada testis sampai dengan epididimitis atau peradangan pada testis yang menyebabkan kemandulan. Pada bayi yang baru lahir yang terinfeksi bakteri ini dari ibunya dapat mengalami kebutaan atau radang paru. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut (Qomariyah, 2003). e. Trikomoniasis vaginalis Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan parasit Trichomonas

  vaginalis. Trikomoniasis dapat diobati. Penyakit Menular Seksual ini paling

  banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.

  Penularan penyakit ini melalui kontak seksual. Trichomonas

  vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang

  dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut. Gejala yang timbul pada perempuan terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning kehijauan.

  Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan juga sering terjadi. Terdapat juga nyeri vagina, gatal terkadang tanpa gejala sama sekali. Pada laki-laki akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, luka pada penis, sering kali pada laki-laki tidak ada gejala.

  Risiko tinggi baik pada laki-laki maupun perempuan dalam meningkatnya penularan HIV pada pasangan seksualnya. Pada wanita hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan terjadi kelahiran prematur (Qomariyah, 2003).

B. Antibiotika

  1. Pengertian

  Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama jenis fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Waskman menyimpulkan bahwa antibiotika pada mulanya merupakan zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain, tetapi definisi ini harus diperluas karena zat yang bersifat antibiotika ini dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi (Mutchler,1986). Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus memiliki toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh (Setiabudy,1995).

  2. Klasifikasi Antibiotika

  Menurut Neal (1997) berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam tiga kelompok yaitu : a. antimikrobia yang menghambat sintesis dinding sel

  b. antimikrobia yang menghambat sintesis asam nukleat

  c. antimikrobia yang menghambat sintesis protein Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dikenal dua jenis aktivitas antibiotika yaitu: a. aktifitas bakteriostatik yaitu yang menghambat pertumbuhan sel mikroba. b. aktifitas bakterisid yaitu antibiotika yang membunuh pertumbuhan sel mikroba (Setiabudy,1995).

3. Pencegahan dan Pengobatan PMS dengan Antibiotika

  1. Gonore (GO) Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah salah satu cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

  Pengobatan: infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotika, namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan. Antibiotika yang dapat digunakan dalam penyakit ini adalah Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah :

  1) penisilin Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit ditambah 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutup gejala sifilis.

  Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. 2) ampisilin dan amoksisilin Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram ditambah 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram ditambah 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

  3) sefalosporin Sefriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.

  Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara i.m. Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporm yang dapat diberikan secara oral. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa komplikasi di semua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.

  4) spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada farings.

  5) kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin.

  6) tiamfenikol Dosisnya 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan.

  7) kuinolon Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksin 400 mg dan siprofloksasin 500 mg, secara oral.

  Obat dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini adalah tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obatan yang spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, ofloksasin, sefiksim, dan tiamfenikol. Peningkatan frekuensi timbulnya galur pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan efektivitasnya (Daili, 2001).

  2. Sifilis Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang

  100% efektif mencegah penularan sifilis. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seksual. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.

  Pengobatan: menggunakan antibiotika, namun kerusakan yang terjadi pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki. Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, laten dini tidak lebih dari 2 tahun).

  1) Penisilin G benzatin 2,4 unit satu kali suntikan i.m, atau 2) Penisilin G prokain dalam akua 600.000 unit i.m selama 10 hari.

  Pemberian 10 hari pada sifilis primer seronegatif, sedangkan pada keadaan seropositf dan sifilis sekunder diberikan selama 14 hari. Pada laten dini sering sulit diketahui lamanya infeksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang, sebab bila ada kelainan, diagnosis sudah menunjukkan neurosifilis asimtomatik sehingga pemberian penisilin perlu penisilin menggunakan tetrasiklin hidrokarbon, 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat).

  Pengobatan terhadap sifilis lanjut, sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, atau lebih dari dua tahun, sifilis kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis. 1) Penisilin G benzatin 2,4 juta unit, i.m setiap minggu, selama 3 x berturut- turut, atau 2) Dengan penisilin G prokain 600.000 i.m hari selama 21 hari.

  Hutapea (cit; Daili, 2001).

  3. Herpes Genital Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang

  100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan tertular penyakit ini melalui luka di daerah kelamin.

  Pengobatan: belum ada obat yang benar-benar untuk mengobati penyakit ini sampai tuntas terutama HSV-2, obat anti virus hanya bekerja dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala.

  Obat yang dapat dipakai untuk mengobati Herpes Genital adalah sehari selama 7-10 hari, dan valasiklovir 1 g 2 kali sehari selama 7-10 hari (Wells, Dipiro, Schwinghammer, Hamilton, 2003).