HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN

  (Penelitian Pada Karyawan PT. Keong Nusantara Abadi Lampung ) Skripsi

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh :

  Nama : Vincentius Roni Wijayanto NIM : 029114115

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

MOTTO

  Bertanyalah saat kau tak jua temukan jawabannya Berbagilah saat kau rasa ada beban di pundakmu

  

Janganlah putus asa saat perjuanganmu terasa

sia-sia

Karena bersamaNya selalu ada jalan keluar

terbaik

  

Jerih payah yang disertai dengan kesabaran

Tidak akan berlalu dengan sia-sia Kupersembahkan karya ini untuk: ƒ Jesus Christ; Tuhan dan Segalanya bagiku ƒ Bapak dan Ibu Tercinta ƒ Kakak-kakakku yang tercinta ƒ Yeriko, keponakanku yang kusayangi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustakasebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 Maret 2007 Penulis

  Vincentius Roni Wijayanto

  

ABSTRAK

  V. Roni Wijayanto (2007). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dan Disiplin

  

Kerja Karyawan (Penelitian Pada Karyawan PT. Keong Nusantara Abadi

Lampung). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja karyawan. Asumsinya adalah jika kepuasan kerja tinggi, maka disiplin kerja karyawan juga tinggi. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dan disiplin kerja karyawan. Subyek penelitian ini adalah karyawan pada bagian produksi sebanyak 70 orang, dengan kriteria lama bekerja minimal 1 tahun dan pendidikan terakhir SMU.

  Teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala. Alat pengumpul data terdiri dari 2 skala, yaitu Skala kepuasan kerja dan Skala disiplin kerja karyawan. Dari uji daya diskriminasi item pada Skala kepuasan kerja, diperoleh

  xx’

  51 item yang sahih dengan koefisien reliabilitas 0,943 (r = 0,943). Pada Skala Disiplin Kerja Karyawan, diperoleh 44 item yang sahih dengan koefisien

  xx’

  reliabilitas 0,926 (r = 0,926). Untuk mengetahui hubungan antara Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja karyawan digunakan analisis data korelasi product moment dari pearson.

  Hasil menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,728 (R = 0,728), dengan

  

2

  koefisien determinasi sebesar 0,530 (R = 0,530). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan disiplin kerja karyawan. Berarti, hipotesis yang digunakan diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja berperan 53 % terhadap disiplin kerja karyawan.

  

ABSTRACT

  V. Roni Wijayanto (2007). The Correlation Between Job Satisfaction and

  

Discipline at Work ( A Study on the Workers of PT. Keong Nusantara Abadi,

Lampung). Yogyakarta : Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.

  This research aimed at examining whether or not there was a correlation between the Job satisfaction and their discipline at work. The assumption was that if the Job satisfaction toward their work is high, therefore their discipline at work was high as well. The proposed hypothesis was that there was a positive correlation between the Job satisfaction and their discipline at work. The subject of this research were 70 workers at the production division who met the minimum criteria of 1 year long at work and holding the Senior High School Certificate.

  The data gathering technique was making use of scales. The data gatherer consistted of two scales, they were Job Satisfaction Scale and Workers’

  xx’

  Discipline Scale. 51 valid items, with reliability coefficient 0,.943 (r =0,943) were found out from the examination of the item discrimination on the workers’

  xx’

  satisfaction. 44 valid items with reliability coefficient 0,926( r = 0,926) were found out from the Workers’ Discipline Scale. In order to identify the correlation between the Job satisfaction and discipline at work, this study made use of Pearson’s Product Moment Correlation data analysis.

  The result showed the correlation coefficient of 0,728(R = 0,728), with the

  2

  determiner coefficient 0,530 (R = 0,530). It showed that there was a positive correlation between job satisfaction and discipline at work. Therefore, the hyphothesis that was proposed was affirmed. The result of this study also proved that job satisfaction played 53 % of its role on the workers’ discipline at work.

  

KATA PENGANTAR

  Akhirnya selesai juga. Itulah ungkapan dari penulis saat menyadari bahwa skripsi ini telah selesai di tulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  Satu tahun lebih bukanlah waktu yang singkat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun, berbekal tekad, keyakinan, motivasi dan dukungan yang tiada henti dari banyak pihak akhirnya penulis mampu melewati tahapan ini dengan baik.

  Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang paling dalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada :

  1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan telah banyak memberikan masukan, meluangkan waktu untuk konsultasi dan mendenganrkan keluh-kesah penulis selama penyusunan skripsi ini .

  2. Minta Istono, S. Psi., M. Si. dan A. Tanti Arini, S. Psi., M. Si selaku dosen

  Dengan adanya bantuan dari Bapak & Ibu dosen karya tulis menjadi lebih baik lagi.

  3. Bapak Y. Agung Santosa, S. Psi dan Ibu MM. Nimas Eki S S. Psi., Psi, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama saya menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  4. Mas Gandung, Mbak nanik dan Pak Giyono di sekretariat psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses studi dan skripsi. Mas Muji dan Mas Doni di Lab. Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan praktikum-praktikum.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Bapak dan Ibu Dosen sekalian telah memberikan yang terbaik bagi penulis lewat ilmu dan pengalaman hidup.

  6. Ibu Kurnia Tjendrawati selaku staff karyawan di PT. Keong Nusantara Abadi yang telah memberikan ijin penelitian serta para staff yang telah membantu penulis dalam menyebarkan skala sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  7. Mbak siska, terimakasih atas bantuannya sehingga penulis dapat lancar dalam melakukan penelitian.

  8. Karyawan PT. Keong Nusantara Abadi Lampung khususnya bagian fermentasi dan bagian produksi yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktu untuk membantu penuh dalam mengisi skala penelitian. Bantuan dari anda semua tidak akan pernah penulis lupakan.

  9. Bapak dan ibu tercinta yang selama ini telah memberikan kasih sayang, cinta, perhatian dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis.I love you

  all

  10. Mbak dewi dan Kak Markus yang selama ini telah memberikan masukan- masukan serta dukungan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

  11. Mas heri yang selama ini juga telah memberikan masukan serta bantuan materi sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsinya.

  12. Keluarga di Trirahayu, Om kir, Om Suratin serta lainnya. Terimaksih atas dukungannya

  13. Teman-temanku yang ada di rumah, khususnya Arsi. Terimakasih atas dukungan dan doanya.

  14. Keluarga om Sarwoko & Mbah Ponidi di Pejambon. Terimaksih atas bantuan dan doanya.

  15. Keluarga di Turi dan West Progo, terimakasih atas dukungannya serta menjadi tempat tinggal saat liburan.

  16. Teman-teman eks jln. Durian 234 pomahan : Deny, Di2k, Sapto, Ilko, Gbx, Dwi’x, Agung. Terimaksih untuk persahabatan kalian .

  17. Teman-teman di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2002, khususnya : Desta, Adi, Cyrill, Astrid, Pertek’s, Dimas, Dedy Purwanto, Purbo, Obet, Ronald, Arba, Tina, Asih serta teman–teman semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas persahabatan kalian dan kebersamaannya selama ini.

  18. Teman-teman KKN USD Angkatan 48 Dusun Ponggok : Dedi, Heru, Vicky, Priska, Pepi, Regina, Linda, Qnoy, dan Nana. Terimaksih atas kerjasamanya.

  19. Teman-teman PBSID Universitas Sanata Dharma angkatan 2002, khususnya Ima, Andi dan Nopra.

  20. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhir kata penulis menyadari bahwa hasil karya ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap agar karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

  Yogyakarta, 22 Maret 2007 Penulis

  Vincentius Roni Wijayanto

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….…...ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………iii HALAMAN MOTTO……………………………………………………….iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….….v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….vi ABSTRAK……………………………………………………………….…vii ABSTRACT……………………………………………………………….viii KATA PENGANTAR……………………………………………………....ix DAFTAR ISI………………………………………………………………xiii DAFTAR TABEL………………………………………………………....xvi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….xvii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..xviii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1 B. Perumusan Masalah……………………………………………… .8 C. Tujuan Penelitian………………………………………………… .8 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………8

  

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………9

A. Disiplin Kerja………………………………………………………9

  1. Pengertian Disiplin Kerja……………………………………..9

  2. Proses Pembentukan Disiplin Kerja………………………….11

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja…………...15

  4. Aspek-aspek disiplin kerja……………………………………18

  B. Kepuasan Kerja…………………………………………………...22

  1. Pengertian Kepuasan Kerja…………………………………...22

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja…………24

  3. Pengaruh Kepuasan Kerja…………………………………….27

  4. Teori Kepuasan Kerja (Two Factor Theory – Herzberg)…….29

  C. Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Displin Kerja…………….32

  D. Hipotesis………………………………………………………….36

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………...37

A. Jenis Penelitian……………………………………………………37 B. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………...37 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………38

  1. Disiplin Kerja…………………………………………………38

  2. Kepuasan Kerja ………………………………………………39

  D. Lokasi dan Subyek Penelitian…………………………………….40

  E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….41

  1. Skala Disiplin Kerja………………………………………….41

  2. Skala Kepuasan Kerja………………………………………..44

  F. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………45

  1. Validitas…………………………………………………….45

  2. Uji Kesahihan Butir Item…………………………………...46

  3. Reliabilitas………………………………………………….47

  G. Metode dan Teknik Analisis Data………………………………..48

  

BAB IV PELAKSANAAN & HASIL PENELITIAN…………………..49

A. Persiapan Penelitian……………………………………………...49

  1. Orientasi Kancah……………………………………………..49

  2. PelaksanaanUji Coba Penelitian……………………………...53

  3. Hasil Uji Coba Skala Penelitian……………………………...54

  B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………....58

  C. Deskripsi Data Penelitian………………………………………....58

  D. Analisis data………………………………………………………59

  1. Uji Asumsi……………………………………………………59

  2. Uji Hipotesis…………………………………………………..61

  E. Pembahasan ………………………………………………………61

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………65

A. Kesimpulan……………………………………………………….65 B. Saran………………………………………………………………65

  1. Bagi Perusahaan yang bersangkutan………………………..65

  2. Bagi peneliti selanjutnya……………………………………66

  

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..67

LAMPIRAN……………………………………………………………….70

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Skor Jawaban Menurut Kategori Favourable dan Unfavourable Skala Disiplin Kerja………………………………………………42 Tabel 2. Spesifikasi Skala Disiplin Kerja…………………………………43 Tabel 3. Sebaran Item Skala Disiplin Kerja……………………………….43 Tabel 4. Skor Jawaban Skala Kepuasan kerja…………………………….44 Tabel 5. Spesifikasi dan Sebaran Item Skala Kepuasan Kerja……………45 Tabel 6. Item Valid dan Gugur Skala Disiplin Kerja……………………..55 Tabel 7. Item Valid dan Gugur Skala Kepuasan Kerja…………………...56 Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian………………………………………..58 Tabel 9. Uji Signifikansi Perbedaan Mean Empiris, Mean Teoritis dan Standar Deviasi………………………………………………59 Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Sebaran…………………………………...60 Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Hubungan………………………………….60

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Perbandingan antara faktor kepuasan kerja dan Faktor ketidakpuasan kerja……………………………………...31 Gambar 2. Skema Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja…..36

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Instrumen Penelitian A.1 Skala Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Sebelum Uji Coba (Try out)…………………………………70 A.2 Skala Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Setelah Uji Coba (Setelah Try Out)………………………….81

  B. Validitas dan Reliabilitas B.1 Skala Kepuasan Kerja……………………………………….90 B.2 Skala Disiplin Kerja………………………………………...104

  C. Uji Normalitas dan Linearitas…………………………………..118

  D. Korelasi Product Moment Pearson……………………………...137

  E. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian……………………...138

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia di dalam suatu organisasi dipandang sebagai sumber daya. Artinya, sumber daya sebagai penggerak dari suatu organisasi. Manusia disini

  juga sebagai penggerak dari sumber daya yang lainnya, apakah itu sumber daya alam maupun teknologi. Roda organisasi sangat tergantung pada perilaku-perilaku manusia yang bekerja di dalamnya. Fasilitas dan sarana yang ada hanya akan berarti bila ada manusia yang mengatur, menggunakan dan memeliharanya (Helmi, 1996).

  Manusia dengan segala kemampuan yang dimiliki akan mempengaruhi dan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dan paling menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini didukung oleh pendapat Flippo (1988) bahwa perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi merupakan ciri khas dunia modern yang menjunjung tinggi efisiensi dan efektivitas demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas itu sendiri dalam sebuah dunia usaha dipengaruhi oleh potensi dan perilaku manusia di dalamnya.

  Menghadapi era pasar bebas seperti yang sekarang sudah berjalan maka manusia yang berkualitas dalam bekerja merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar-tawar kembali. Tenaga kerja yang berkualitaslah yang dapat merebut pasar kerja. Tenaga kerja seperti apa yang dikatakan berkualitas? Sagir (dalam Helmi, 1996) mengatakan bahwa tenaga kerja yang berkualitas ditandai oleh ketrampilan yang memadai, profesional dan kreatif. Schultz (dalam Helmi, 1996) mengatakan ada beberapa faktor yang menentukan kualitas tenaga kerja yaitu tingkat kecerdasan, bakat, sifat kepribadian, tingkat pendidikan, kualitas fisik, etos (semangat kerja) dan disiplin kerja.

  Bagaimana dengan kualitas tenaga kerja di Indonesia? Jika dilihat dari struktur pendidikannya, posisi tenaga kerja Indonesia kurang menguntungkan dikarenakan sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang rendah membuat mutu sumber daya manusianya juga menjadi rendah. Sumber Daya Manusia di Indonesia menurut catatan Institute of Management Development (IMD) di Jenewa, menempatkan daya saing Indonesia di posisi ke-60 pada tahun 2006. Pemeringkatan itu muncul dalam laporan survey bertajuk “The World Competitiveness Scoreboard 2006”.

  Peringkat yang relatif tinggi memang tidak serta merta menunjukkan sebuah negeri itu mapan dan makmur. Sebaliknya, yang posisinya rendah tak berarti miskin. Namun peringkat ini menunjukkan berapa besar peluang sebuah negara menambah kapasitas ekonominya. Berada diposisi yang rendah, jelas Indonesia bukan negara yang dilirik untuk kerja sama ekonomi (Www.Gatra.Com/2006-08-17).

  Posisi SDM yang rendah ini masih ditambah dengan adanya pandangan dari beberapa ahli yang mengatakan bahwa kulitas etos kerja dari disiplin kerja para tenaga kerja dipandang tergolong rendah. Agar tenaga kerja Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi dan tidak kalah dibandingkan dengan kualitas tenaga kerja asing, di antaranya pemerintah sudah mencanangkan program Gerakan Disiplin Nasional (GDN) contohnya pada saat ini yaitu di Makasar dalam hal ini pemerintah berusaha menertibkan PNS yang pada saat jam kerja nongkrong-nongkrong di kafe ataupun berbelanja di Mal (Sergap, RCTI 24 Mei 2006). Hal itu tidak dilakukan oleh semua dinas pemerintahan sehingga tindakan tersebut menjadi kurang efektif. Penegakan disiplin kerja harus dilakukan oleh semua pihak baik dalam bidang pemerintahan, dalam bidang industri dan dalam bidang organisasi.

  Perilaku karyawan di tempat kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan setiap organisasi. Perilaku karyawan yang tidak disiplin akan memporakporandakan moral kerja keseluruhan organisasi. Disiplin yang kendor ini akan merugikan bagi organisasi itu sendiri. Maka dari itu, suatu disiplin perlu ditegakkan oleh setiap organisasi yang ingin maju (Suharto, 1993). Disiplin kerja yang tinggi akan mendorong seseorang merasa bertanggungjawab terhadap segala aspek pekerjaannya. Hal ini akan menyebabkan karyawan akan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga prestasi kerjanya akan meningkat (Davis & Newstrom, 1985).

  Adanya kedisiplinan kerja dari para karyawan sangat memungkinkan terhindarnya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya pelanggaran, kelalaian seorang karyawan akan mampu merusak peralatan yang ada, mencelakakan teman kerja bahkan mungkin lebih parah lagi bagi kelangsungan hidup organisasi itu sendiri (Lateiner & Lavine, 1985).

  Disiplin kerja karyawan juga akan membawa dampak positif bagi karyawan sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran akan disiplin kerja bagi karyawannya. Masalah yang biasanya terjadi adalah pelaksanaan disiplin ini memerlukan pengawasan. Jika pengawasan mengendur maka disiplinpun biasanya juga akan turut mengendur. Keadaan ini disebabkan karena disiplin kerja karyawan belum bersifat intrinsik (berasal dari dalam diri individu), tetapi cenderung lebih bersifat ekstrinsik yaitu disiplin karena pengaruh dari luar diri individu sehingga hal ini menyebabkan produktivitas kerja karyawan rendah. Oleh karena itu, disiplin yang perlu ditegakkan adalah disiplin diri yaitu dengan tumbuhnya kesadaran karyawan untuk bersikap dan berperilaku disiplin secara sukarela walaupun tanpa adanya pengawasan.

  Disiplin kerja karyawan Indonesia kebanyakan masih dilandasi keterpaksaan, dalam arti disiplin muncul karena faktor eksternal bukan kesadaran pribadi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Siahaan, Sosiolog dari Universitas Airlangga ( Www.mail-archive .Com/27-11-2006) . Ia mengemukakan, disiplin, motivasi serta sikap inovasi bangsa Indonesia tertinggal dibandingkan India dan Malaysia. Sindrom sebagai bangsa yang lemah, mentalitas jajahan masih membayang. Kondisi ini disebabkan oleh dua hal yaitu, pertama secara kultural motivasi serta disiplin rendah dan yang kedua secara struktural sistem hukuman dan hadiah diwilayah sosial, politik dan ekonomi juga rendah. Ia juga menambahkan PNS yang berprestasi adalah mereka yang loyal kepada pimpinan, bukan karena prestasi.

  Menurut Steers (1985), Harris (1994) dan Nitisemito (1982) (dalam Suharsih, 2001) faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam individu berupa kepribadian, semangat kerja, motivasi kerja intrinsik dan kepuasan kerja sedangkan untuk faktor luar individu yaitu kepemimpinan, lingkungan kerja, tindakan indisipliner yang diberikan, motivasi kerja ekstrinsik dan kepuasan kerja.

  Herzberg (dalam Muhaimin, 2004) mengatakan bahwa ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka yang mempunyai motivasi untuk bekerja yang tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja yang kurang puas adalah mereka yang malas berangkat ke tempat bekerja dan malas dengan pekerjaan dan tidak puas. Tingkah laku karyawan yang malas tentunya akan menimbulkan masalah bagi perusahaan berupa tingkat absensi yang tinggi, keterlambatan kerja dan pelanggaran disiplin yang lainnya, sebaliknya tingkah laku karyawan yang merasa puas akan lebih menguntungkan bagi perusahaan.

  Pendapat Herzberg di atas memang lebih menekankan bahwa pekerja yang kurang memperoleh kepuasan kerja maka akan menimbulkan perilaku yang tidak disiplin seperti absensi yang tinggi, keterlambatan kerja serta karyawan menjadi malas dalam bekerja. Namun, di sisi lain, sebenarnya Herzberg juga berusaha untuk menjelaskan bahwa pekerja yang memperoleh kepuasan kerja maka akan menimbulkan perilaku yang disiplin. Hal ini dilihat dari pernyataan bahwa pekerja yang puas adalah mereka yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi serta senang melakukan pekerjaannya. Hal ini merupakan wujud perilaku yang baik dan mendorong karyawan untuk lebih dapat bersikap disiplin dalam pekerjaannya.

  Berdasarkan dari pernyataan Herzberg (dalam Muhaimin, 2004) tersebut peneliti berusaha untuk melihat apakah yang dimaksud Herzberg bahwa pekerja yang memiliki motivasi kerja yang tinggi serta pekerja yang merasa senang dalam melakukan pekerjaannya (karyawan yang memperoleh kepuasan kerja) merupakan suatu wujud perilaku yang mengarah pada terbentuknyqa disiplin kerja, dengan kata lain kepuasan kerja memiliki hubungan dengan disiplin kerja. Sebab, jika dilihat dari ketidakpuasan kerja jelas terlihat bahwa ketidakpuasan kerja mengakibatkan ketidakdisiplinan seperti : tingkat absensi yang tinggi, keterlambatan kerja serta pekerja menjadi malas.

  Dari Steers (1985), Harris (1994) dan Nitisemito (1982) (dalam Suharsih, 2001) bahwa disiplin kerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Oleh karena itu, kedisiplinan tidak semestinya hanya dihadapkan dengan peraturan- peraturan dan sanksi-sanksi, tetapi harus diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang cukup. Artinya penghasilan yang diperoleh karyawan mampu meningkatkan taraf hidup karyawan dengan layak. Setiap karyawan pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan, dan kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu untuk dipenuhi baik itu kebutuhan yang sifatnya materi maupun nonmateri. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka akan timbul yang namanya kepuasan kerja.

  Untuk meningkatkan produktivitas kerja yang dapat dicapai dengan adanya disiplin kerja maka pemenuhan kebutuhan karyawan baik fisik maupun psikologis harus diperhatikan, dengan demikian dapat terbentuk kepuasan kerja dari para karyawannya bahwa mereka dihargai dan diakui keberadaannya (Muhaimin, 2004). Hal ini didukung oleh penelitian Presiden perusahaan Eastment Kodak, William Vaughn yang menemukan bahwa adanya rasa aman terhadap pekerjaan dan penghasilan akan mengakibatkan karyawan lebih bisa berkonsentrasi didalam menjalankan pekerjaannya (Ranupandojo & Husnan, 1990).

  Banyak teori yang menjelaskan tentang kepuasan kerja (Sjabadhyni, 2001) diantaranya : teori discrepancy (Locke, 1969), teori keadilan (Adam, 1963) dan teori dua faktor (Herzberg, 1959). Peneliti dalam hal ini memilih teori dua faktor Herzberg. Dalam teori dua faktornya Herzberg menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja dinamakan kelompok satisfier/motivator factor diantaranya : prestasi, pengakuan & penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab serta pengembangan. Sedangkan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja dinamakan kelompok dissatisfier/hygiene

  

factor diantaranya : hubungan dengan teman sekerja, teknik pengawasan, gaji

  & tunjangan lain, kondisi kerja & keamanan kerja (Herzberg dalam Usmara, 2006).

  Dari sedikit uraian di atas, peneliti berusaha untuk melihat apakah karyawan yang puas yaitu setelah kebutuhan akan Motivator factor dan

  

hygiene factor terpenuhi maka akan mendorong karyawan untuk berperilaku

disiplin.

  B. Perumusan masalah

  Apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja karyawan ?

  C . Tujuan penelitian

  Untuk mengetahui adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja karyawan.

  D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

  Untuk memperkaya hasil-hasil penelitian psikologi terutama dibidang psikologi industri dan organisasi, yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia.

2. Manfaat praktis

  Diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi perusahaan sehubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki terutama mengenai kepuasan kerja dan disiplin kerja karyawan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Dalam kamus umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta

  (1982) disiplin diartikan sebagai (a) latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib, (b) ketaatan pada aturan dan tata tertib. Dengan kata lain disiplin adalah suatu sikap dan perbuatan untuk selalu menaati tata tertib.

  Disiplin kerja adalah suatu bentuk tindakan manajemen untuk menengakkan standar-standar organisasi (Davis & Newstrom, 1985). Hal serupa juga dikemukakan oleh Gibson (dalam Hapsari, 1998) bahwa disiplin adalah penggunaan beberapa hukuman atau sanksi jika karyawan menyimpang dari peraturan. Disiplin (discipline) adalah bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi (Simamora, 1995).

  Menurut Nitisemito (1982) bahwa kedisiplinan bukan hanya menyangkut masalah kehadiran yang tepat waktu di tempat kerja namun lebih tepat diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang kedisiplinan dalam suatu perusahan dapat ditegakkan bilamana sebagian besar peraturan-peraturannya ditaati oleh sebagian besar karyawan.

  Disiplin kerja akan membawa dampak positif bagi karyawan maupun organisasi. Disiplin yang tinggi akan membuat karyawan bertanggungjawab atas semua aspek pekerjaannya dan meningkatkan prestasi kerjanya yang berarti akan meningkatkan pula efektivitas dan efisiensi kerja serta kualitas dan kuantitas kerja.

  Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan, 1994).

  Siswanto (dalam Hapsari, 1998) disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

  Berdasarkan pemahaman di atas, maka pengertian disiplin kerja merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati peraturan perusahaan atau organisasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan tidak mengelak untuk menerima sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sehingga hal ini membuat karyawan bertanggungjawab atas semua aspek pekerjaannya dan meningkatkan prestasi kerjanya yang berarti akan meningkatkan pula efektivitas dan efisiensi kerja serta kualitas dan kuantitas kerja.

2. Proses Pembentukan Disiplin Kerja

  Ada dua jenis disiplin kerja berdasarkan terbentuknya yaitu disiplin diri dan disiplin kelompok (Helmi, 1996).

  a) Disiplin diri Disiplin diri merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang atas prakarsa sendiri dalam melaksanakan tugas. Disiplin diri menurut Jasin (dalam Helmi, 1996) merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri berwujud pada kontrol terhadap tingkah laku yang berupa ketaatan terhadap peraturan baik yang ditetapkan sendiri maupun oleh pihak lain. Davis & Newstrom (1985) mengungkapkan bahwa pembentukan disiplin pribadi merupakan tujuan disiplin preventif yang ditetapkan oleh organisasi sehingga disiplin diri ditujukan pula demi pencapaian tujuan organisasi.

  Disiplin diri pada tiap karyawan bila telah tumbuh dengan baik akan merupakan kebanggaan bagi setiap organisasi, karena pengawasan yang terus menerus tidak dibutuhkan lagi. Melalui disiplin diri, karyawan-karyawan merasa bertanggungjawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi.

  Disiplin diri merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung disiplin, baik yang ditanamkan oleh orang tua, guru atau pun masyarakat merupakan bekal positif bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin diri.

  Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila didukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang diwarnai perlakuan yang konsisten dari orang tua, guru atau pimpinan. Selain itu, orang tua, guru dan pimpinan yang berdisiplin tinggi merupakan model peran yang efektif bagi berkembangnya disiplin diri.

  Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain. Misalnya jika karyawan mengerjakan tugas dan wewenang tanpa pengawasan atasan, pada dasarnya karyawan telah sadar melaksanakan tanggungjawab yang telah dipikulnya. Hal itu berarti karyawan sanggup melaksanakan tugasnya. Pada dasarnya ia menghargai potensi dan kemampuannya. Disisi lain, bagi rekan sejawat, dengan diterapkannya disiplin diri akan memperlancar kegiatan yang bersifat kelompok. Apalagi jika tugas kelompok tersebut terkait dalam dimensi waktu ; suatu proses kerja yang dipengaruhi urutan waktu pengerjaannya. Ketidakdisiplinan dalam suatu bidang kerja akan menghambat bidang kerja lain.

  Jadi dalam hal ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil oleh karyawan jika mempunyai disiplin diri diantaranya : (1) Disiplin diri adalah disiplin yang diharapkan oleh organisasi. Jika harapan organisasi terpenuhi karyawan akan mendapat reward

  (penghargaan) dari organisasi, apakah itu dalam bentuk prestasi atau kompetisi lainnya.

  (2) Melalui disiplin diri merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain. Jika orang lain merasa dihargai, akan tumbuh penghargaan serupa dari orang lain pada dirinya. Hal ini semakin memperkukuh kepercayaan diri .

  (3) Penghargaan terhadap kemampuan diri. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa jika karyawan mampu melaksanakan tugas, pada dasarnya ia mampu mengaktualisasikan kemampuan dirinya. Hal itu berarti ia memberikan penghargaan pada potensi dan kemampuan yang melekat pada dirinya.

  b) Disiplin kelompok Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Bagaimana disiplin kelompok terbentuk?. Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan. Artinya kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya. Karyawan juga dituntut untuk mampu mengatur sikap dan perilaku yang sesuai dengan peraturan kerja sehingga hal ini menjadi sarana untuk mempertahankan eksistensi organisasi.

  Pimpinan juga bertanggungjawab untuk menciptakan iklim organisasi dalam rangka pendisiplinan preventif. Dalam upaya ini pimpinan berusaha agar karyawan mengetahui dan memahami standar yang berlaku, karena apabila karyawan tidak mengetahui standar yang diharapkan untuk mereka lakukan, perilaku mereka cenderung tidak menentu dan salah arah.

  Kedisiplinan tidak lahir dengan sendirinya. Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang melalui akumulasi pengalaman dan proses sosialisasi. Disiplin dibangun dari kepribadian yang matang dan identifikasi terhadap norma-norma kelompok masyarakat. Norma kelompok berfungsi menegakkan disiplin melalui fungsi pengawasan dan kontrol sosial disebut dengan pengawasan ekternal yaitu berupa pengawasan pimpinan, orang tua atau teman sekerja. Pengawasan internal datang dari dalam individu dan menghasilkan kontrol diri.

  Oleh karena itu kontrol diri mempunyai peran penting dalam membangun disiplin secara internal. Kontrol diri dibutuhkan untuk mengaktifkan proses pendisiplinan (Davis & Newstrom, 1985).

  Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok dilukiskan oleh Jasin (dalam Helmi, 1996) seperti dua sisi dari satu mata uang.

  Keduanya saling melengkapi dan menunjang sifatnya komplementer. Disiplin diri tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa dukungan disiplin kelompok. Sebaliknya, disiplin kelompok tidak dapat ditegakkan tanpa adanya dukungan disiplin pribadi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

  Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut Steers (1985), Harris (1994) dan Nitisemito (1982) (dalam Suharsih, 2001) secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi : kepribadian, semangat kerja, motivasi kerja intrinsik serta kepuasan kerja. Sedangkan faktor dari luar individu meliputi : motivasi kerja ekstrinsik, kepuasan kerja, kepemimpinan, lingkungan kerja dan tindakan indisipliner yang diberikan.

  Kepribadian dari para karyawan menentukan perilaku disiplin kerja. Penelitian Yuspratiwi (1990), menemukan bahwa individu yang memiliki locus of control internal lebih mampu mengontrol waktunya, lebih bersungguh-sungguh dalam bekerja dan lebih menunjukkan performansi kerja yang lebih baik pada situasi yang kompleks. Selain itu faktor kepribadian juga akan berpengaruh pada persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan atasan, bagaimana atasan memperlakukan karyawannya akan dinilai secara langsung oleh karyawan. Persepsi tersebut dapat mempengaruhi performansi kerja seseorang, dalam hal ini disiplin kerja diri karyawan (Spriegel dalam Yuspratiwi,1990).

  Disiplin kerja dapat pula terbentuk bila karyawan benar-benar mampu mempunyai semangat kerja yang tinggi, apabila terdapat semangat kerja diantara karyawan, dapat diharapkan tugas yang diberikan kepada mereka akan dilakukan dengan baik dan cepat, Harris (dalam Suharsih 2001). Dengan adanya semangat kerja yang tinggi maka akan timbul kesetiaan, kegembiraan, kerja sama, dan ketaatan atau disiplin terhadap peraturan-peraturan perusahaan.

  Faktor motivasi kerja dan kepuasan kerja juga sangat mempengaruhi disiplin kerja. Motivasi kerja dan kepuasan kerja dimasukkan sebagai faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Motivasi kerja intrinsik dalam hal ini yaitu adanya perasaan bangga dari dalam diri individu terhadap pribadi dan organisasi tempat dia bekerja sehingga hal ini akan membangun kepercayaan diri karyawan, karyawan sendiri akan secara sukarela melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya di perusahaan tersebut. Sedangkan untuk motivasi kerja

  

ekstrinsik yaitu adanya penghargaan dan pujian dari atasan, hal ini bisa

  dijadikan sebagai reward untuk bekerja lebih baik. Penghargaan dan pujian tersebut akan mendorong karyawan untuk bekerja secara maksimal dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang berlaku di dalam perusahaan, Soejono dan Djono(dalam Suharsih, 2001).

  Kepuasan kerja sendiri juga mempengaruhi disiplin kerja seorang karyawan. Kepuasan kerja yang berasal dari dalam diri individu yaitu arti dari pekerjaan itu sendiri bagi karyawan. Dengan adanya kepuasan kerja yang tumbuh dalam diri individu membuat karyawan lebih giat bekerja secara suka rela tanpa adanya paksaan. Sedangkan yang merupakan faktor dari luar individu berupa gaji yang cukup maka akan mendorong karyawan untuk meningkatkan disiplin kerjanya (Wexley & Yukl dan Davis & Newstrom dalam Hapsari, 1998).

  Faktor lain yang merupakan faktor dari luar individu berupa kepemimpinan, dimana keteladanan pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan memberi efek yang positif dalam menengakkan disiplin. Ketika karyawan dituntut untuk menaati peraturan maka pimpinan diharapkan juga mentaati peraturan yang berlaku. Ketaatan pimpinan ini akan menjadi contoh untuk diikuti karyawan (Nitisemito,1982).