Validasi penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik...[abstrak tidak bisa diupload] - USD Repository

  

VALIDASI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL,

PROPIFENAZON, DAN KAFEIN DENGAN METODE KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Adrian Rendy Irmanto

NIM : 058114010

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

VALIDASI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL,

PROPIFENAZON, DAN KAFEIN DENGAN METODE KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Adrian Rendy Irmanto

NIM : 058114010

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

Halaman Persembahan

You still are blind if you see a winding road

Because there is always a straight way to the point you

see Don’t try to looked so wise Don’t cry ‘cause you’re so right Don’t try with fakes or fears Because you will hate yourself in the end

  (Akeboshi) Kupersembahkan karyaku ini untuk :

  Tuhan Yang Maha Kuasa Papa dan Mamaku tercinta Adik – adikku Sahabat – sahabatku

  Almamaterku Serta mereka yang mengasihiku

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan melimpahkan kasih karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul VALIDASI PENETAPAN KADAR

  

CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON, DAN KAFEIN

DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE

TERBALIK, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak bisa lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik berupa material, moral, maupun spiritual.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi,M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing dan dosen penguji. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, waktu, kesabaran dan perhatiannya yang besar selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. dan Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  4. Papa, Mama, Vania, Nana, dan Juan atas doa dan dukungannya.

  5. Mas Thomas Arian Adrianto, S.Farm. atas bantuan, masukan, dan diskusinya yang sangat membantu.

  6. Mas Bimo, Mas Kunto, Mas Parlan, Mas Wagiran, serta Mas Ottok atas bantuan dan dukungan selama pelaksanaan penelitian ini

  7. My best partner Happy yang sekuat tenaga membantu penelitian ini dari awal sampai selesai.

  8. Sahabat

  • – sahabatku yang terbaik, Dewi ”Sutok”, Mia, Aster, Tyas `Ndut, dan Widdy terima kasih atas doa dan dukungannya.

  9. Rio atas pinjaman scannernya yang sangat membantu penyusunan skripsi ini.

  10. Teman-teman angkatan 2005, terutama kelas FST; Yoyok, Fian, Feli, Lina Chang, Ong, Totok, Made, Berto, dan Reni, terima kasih atas kebersamaan selama ini serta doa dan dukungannya.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.

  Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan rahmatNya atas segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi orang banyak.

  Yogyakarta, Desember 2008 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta, Desember 2008 Adrian Rendy Irmanto

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Adrian Rendy Irmanto Nomor Mahasiswa : 058114010

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  VALIDASI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON, DAN KAFEIN DENGAN METODE KROMATOGRAFI

  CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Februari 2009 Yang menyatakan ( Adrian Rendy Irmanto )

  

INTISARI

  Salah satu kombinasi zat aktif yang umum digunakan dalam obat analgesik

  • – antipiretik adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein yang memiliki kelarutan dalam etanol yang hampir sama dan serapan maksimum pada daerah UV yang berdekatan. Metode yang dapat digunakan untuk memisahkan sekaligus menetapkan kadar ketiga komponen tersebut yaitu metode KCKT fase terbalik dengan detektor UV.

  Kondisi KCKT fase terbalik yang optimal untuk menetapkan kadar ketiga komponen tersebut yaitu kolom DuPont Instruments Zorbax ODS 4,6mm x 25cm; fase gerak metanol : aquabidest (40 : 60) pada flow rate 2 ml/menit serta detektor UV pada panjang gelombang 272 nm. Parameter validitas yang diuji meliputi akurasi, presisi, spesifisitas, linearitas, dan range.

  Akurasi ditunjukkan oleh nilai rentang recovery sebesar 95,741

  • – 98,759% untuk parasetamol; 97,760
  • – 101,220% untuk propifenazon; dan 105,556 – 109,397% untuk kafein. Presisi ditunjukkan oleh nilai CV sebesar 0,978% untuk parasetamol; 1,132% untuk propifenazon; dan 1,128% untuk kafein. Spesifisitas ditunjukkan oleh profil pemisahan ketiga analit dalam campuran. Linearitas ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9999 untuk parasetamol; 0,9991 untuk propifenazon; dan 0,9991 untuk kafein. Range untuk parasetamol antara 239,
  • – 246,6509 ppm; untuk propifenazon antara 148,3515 – 151,6788 ppm; dan untuk kafein antara 50,0863 – 83,9953 ppm.

  Kata kunci : parasetamol, propifenazon, kafein, KCKT, validitas

  

ABSTRACT

  • – One of active ingredients combination commonly used in analgesic antipiretic drug is paracetamol, propyphenazone, and caffeine which are have almost similar solubility in ethanol and maximum absorbance at nearly UV range. The method which can be used to separate and quantify those three active ingredients is Reversed Phase High Performance Liquid Chromatography with UV detector.

  The optimum condition of RP-HPLC for quantifying those three active ingredients were DuPont Instruments Zorbax ODS 4,6mm x 25cm column; methanol : aquabidest (40 : 60) mobile phase at 2 ml/minute flow rate and UV detector at the wavelength of 272 nm. Validity parameters which were tested including accuracy, precision, specificity, linearity, and range.

  Accuracy was proved by recovery range of 95.741

  • – 98.759% for

  97.760

  paracetamol, – 101.220 % for propyphenazone, and 105.556

  • – 109.397% for caffeine. Precision was proved by CV of 0.978% for paracetamol; 1.132% for propyphenazone; and 1.128% for caffeine. Specificity was showed by separation profile of those three analytes in mixture. Linearity was proved by correlation coefficient (r) of 0.9999 for paracetamol; 0.9991 for propyphenazone; and 0.9991 for caffeine. Range for paracetamol were between 239.3998
  • – 246.6509 ppm; for propyphenazone were between 148.
  • – 151.6788 ppm; and for caffeine were between 50.0863 – 83.9953 ppm.

  Keywords : paracetamol, propyphenazone, caffeine, HPLC, validity.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL .............................................................................. . i HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v PRAKATA .................................................................................................. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... viii

  INTISARI ................................................................................................... ix

  ABSTRACT ................................................................................................. x

  DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx

  BAB I. PENGANTAR ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ………………………………………………………... 1

  1. Permasalahan.................................................................................... 2

  2. Keaslian penelitian ........................................................................... 3

  3. Manfaat penelitian ............................................................................ 4

  B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 5 A. Parasetamol............................................................................................ 5 B. Propifenazon ........................................................................................... 5

  C. Kafein ..................................................................................................... 6

  D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.......................................................... 7 1. Peralatan KCKT...............................................................................

  7 2. Pembagian Jenis Kromatografi........................................................

  12 3. Kromatografi Partisi Fase Balik.......................................................

  14 4. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif...................................................

  16 E. Spektrofotemetri Ultraviolet................................................................... 24

  F. Kesahihan Metode Analisis Instrumental................................................ 25 1. Akurasi.............................................................................................

  26 2. Presisi...............................................................................................

  26 3. Limit of Detection.............................................................................

  27 4. Limit of Quantitation........................................................................

  27 5. Linieritas...........................................................................................

  28 6. Spesifisitas........................................................................................

  28 7.

  Range………………………………………………………………………. 28

  G. Kesal ahan Metode Analisis Instrumental……………….…………...... 30

  1. Kesalahan Sistematik........................................................................ 30

  2. Kesalahan Tidak Sistematik.............................................................. 31

  H. Ket erangan Empiris …............................................................................. 31

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 33 A. Jenis Rancangan Penelitian .................................................................... 33 B. Variabel Penelitian ................................................................................. 33

  1. Variabel Utama.................................................................................. 33

  2. Variabel Pengacau Terkendali............................................................ 34

  C. Definisi Operasional................................................................................ 34

  D. Bahan Penelitian..................................................................................... 34

  E. Alat Penelitian ....................................................................................... 35

  F. Tata Cara Penelitian ............................................................................... 36

  1. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein... 36 2. Pembuatan Fase Gerak.....................................................................

  37

  3. Pengamatan Panjang Gelombang Pengamatan antara Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein dengan Spektrofotometer UV..................... 38

  4. Pengamatan Waktu Retensi Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein... 38

  5. Optimasi Pemisahan Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein dengan KCKT.................................................................................................... 39 6. Validasi Metode Analisis................................................................

  39 F. Analisis Hasil........................................................................................ 40

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 42 A. Penyiapan Fase Gerak............................................................................ 42 B. Pembuatan Larutan Baku....................................................................... 43 C. Optimasi Metode KCKT......................................................................... 44

  1. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Dengan Spektofotometri UV........................................................................

  44

  2. Pengamatan Waktu Retensi Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein dan Optimasi Pemisahan Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein..............................................................................................

  46

  D. Penetapan Kadar Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein dalam Sampel Simulasi..................................................................................................... 60

  1. Pembuatan Kurva Baku.................................................................. 60

  2. Penetapan Kadar Parasetamol, Propifenazon, dan Kafein dalam Campuran Sampel Simulasi dan Validasi Metode.......................... 63

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 71 A. Kesimpulan ............................................................................................ 71 B. Saran ....................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73 LAMPIRAN ................................................................................................ 76 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 109

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Nilai indeks polaritas pelarut.................................................. 11 Tabel II.

  Parameter analitik.......................…………………………… 29 Tabel III. Pengamatan waktu retensi parasetamol, propifenazon, dan kafein pada berbagai perbandingan fase gerak dan flow rate tertentu............................................................................

  47 Tabel IV. Data kurva baku parasetamol………………......................... 60 Tabel V.

  Data kurva baku propifenazon………………....................... 61 Tabel VI. Data kurva baku kafein………….......................................... 62

  Tabel VII. Hasil penetapan kadar parasetamol dalam sampel simulasi kadar rendah ………………................................................... 64

  Tabel VIII. Hasil penetapan kadar propifenazon dalam sampel simulasi kadar rendah ……………….................................................. 64

  Tabel IX. Hasil penetapan kadar kafein dalam sampel simulasi kadar rendah ........………………..................................................... 64

  Tabel X. Hasil penetapan kadar parasetamol dalam sampel simulasi kadar sedang ........………………........................................... 66

  Tabel XI. Hasil penetapan kadar propifenazon dalam sampel simulasi kadar sedang ........………………........................................... 66

  Tabel XII. Hasil penetapan kadar kafein dalam sampel simulasi kadar sedang ........……………….................................................... 67

  Tabel XIII. Hasil penetapan kadar parasetamol dalam sampel simulasi

  Tabel XIV. Hasil penetapan kadar propifenazon dalam sampel simulasi kadar tinggi ........………………........................................... 68

  Tabel XV. Hasil penetapan kadar kafein dalam sampel simulasi kadar tinggi ........………………...................................................... 68

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Rumus struktur parasetamol................................................... 5 Gambar 2. Rumus struktur propifenazon................................................... 6 Gambar 3. Rumus struktur kafein............................................................ 6 Gambar 4. Skema peralatan KCKT......................................................... 7 Gambar 5. Skema pemilihan kolom......................................................... 10 Gambar 6. Pemilihan jenis KCKT............................................................ 13 Gambar 7. Reaksi antara gugus silanol dan gugus klorosilan.................. 15 Gambar 8. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan................................. 15 Gambar 9. Resolusi antara dua peak yang berdekatan............................. 17 Gambar 10. Difusi Eddy............................................................................ 20 Gambar 11. Transfer massa fase diam dan fase gerak................................ 21 Gambar 12. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam................... 22 Gambar 13. Pengukuran peak asymmetry factor dan peak tailing factor..... 23 Gambar14. Spektra panjang gelombang maksimum parasetamol, propifenazon, dan kafein........................................................ 44 Gambar 15. Gugus non polar pada parasetamol, propifenazon, dan kafein 48 Gambar 16. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (70 : 30) flow rate 0,5 ml/menit............................................................

  49

  Gambar 17. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (60 : 40) flow rate 0,5 ml/menit............................................................

  50 Gambar 18. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (50 : 50) flow 51 rate 0,5 ml/menit ……………………………………... Gambar 19. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (50 : 50) flow rate 1,0 ml/menit............................................................

  52 Gambar 20. Penggaraman kafein oleh asam asetat glasial ……………... 53

  Gambar 21. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest : asam asetat glasial (70 : 28,5 : 1,5) flow rate 0,5 ml/menit ……………. 53

  Gambar 22. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest : asam asetat glasial (60 : 37 : 3) flow rate 0,5 ml/menit ………………... 54

  Gambar 23. Penggaraman propifenazon oleh asam asetat glasial ……… 55

  Gambar 24. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest : asam asetat glasial (50 : 49 : 1) flow rate 0,5 ml/menit ………………... 56

  Gambar 25. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (40 : 60) flow rate 1,0 ml/menit ...........................................................

  57

  Gambar 26. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (40 : 60) flow 58 rate 1,5 ml/menit ……………………………………... Gambar 27. Kromatogram pemisahan parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan fase gerak metanol : aquabidest (40 : 60) flow

  59 rate 2,0 ml/menit ……………………………………... Gambar 28.

  Kurva baku parasetamol……………………………...……… 61 Gambar 29. Kurva baku propifenazon…………………………...………... 61 Gambar 30. Kurva baku kafein……..……………………………...……… 62

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sertifikat analisis parasetamol............................................. 76 Lampiran 2. Sertifikat analisis propifenazon............................................ 77 Lampiran 3. Sertifikat analisis kafein....................................................... 79 Lampiran 4. Skema pembuatan larutan baku parasetamol dan contoh perhitungan kadar larutan baku yang digunakan ............... 80 Lampiran 5. Skema pembuatan larutan baku propifenazon dan contoh perhitungan kadar larutan baku yang digunakan ............... 81 Lampiran 6. Skema pembuatan larutan baku kafein dan contoh perhitungan kadar larutan baku yang digunakan ............... 82 Lampiran 7. Kromatogram larutan kurva baku parasetamol

  …….......... 83 Lampiran 8. Kromatogram larutan kurva baku propifenazon................... 87 Lampiran 9. Kromatogram larutan kurva baku kafein............................ 91 lampiran 10. Skema pembuatan sampel simulasi dan contoh perhitungan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein dalam sampel simulasi.................................................................................. 95

  Lampiran 11. Kromatogram sampel...........................................

  ....…….. 103

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini, obat seolah

  • – olah sudah menjadi suatu kebutuhan penting dalam hidup sehari
  • – hari. Hal ini didukung oleh kecenderungan masyarakat untuk melakukan self medication terutama untuk penyakit pada tingkat keparahan yang tidak serius (Azizahwati, 2000). Salah satu penyakit yang sering menjadi objek

  

self medication oleh masyarakat adalah influenza, yang umumnya diobati dengan

  obat analgesik – antipiretik.

  Salah satu kombinasi zat aktif dalam obat analgesik

  • – antipiretik yang umum digunakan adalah kombinasi parasetamol, propifenazon, dan kafein. Kombinasi ini berfungsi untuk mengoptimalkan efek terapi obat serta meminimalisasi efek merugikan (adverse effect) yang mungkin terjadi bila zat aktif tersebut dipejankan dalam bentuk tunggal dengan dosis besar untuk mencapai intensitas efek terapi yang diinginkan (Raffa, 2006).

  Kini, banyak obat analgesik

  • – antipiretik yang berupa kombinasi parasetamol, propifenazon, dan kafein diproduksi dalam berbagai merek dagang, di antaranya Bodrex migra, Paramex, dan Saridon yang berbentuk tablet. Banyaknya produksi obat
  • – obat ini perlu diimbangi dengan peningkatan pengawasan mutu, agar obat yang beredar tersebut dapat dijamin keamanan dan khasiatnya. Belum adanya suatu metode yang sederhana, cepat, dan tepat yang dapat dijadikan acuan untuk menetapkan kadar ketiga komponen tersebut secara
simultan, mendasari perlunya dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan kondisi yang optimal untuk menetapkan kadar ketiga komponen tersebut secara simultan.

  Metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dipilih karena dengan metode ini dapat dilakukan pemisahan zat aktif parasetamol, propifenazon, dan kafein sekaligus penetapan kadar tiap zat aktif tersebut dalam campuran. Ketiga komponen zat aktif tersebut memiliki sifat fisika

  • – kimia yang mirip, antara lain kelarutan dalam etanol yang hampir sama dan serapan maksimum pada daerah UV yang berdekatan (Clarke, 1986).

  Hasil yang diperoleh dari optimasi yang dilakukan merupakan suatu metode analisa yang baru sehingga perlu dilakukan validasi agar metode ini memiliki hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam USP 28, parameter yang diuji pada validasi metode meliputi akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan range (Anonim, 2005). Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai metode analisis multikomponen dari campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein menggunakan kondisi KCKT yang teruji validitasnya.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimanakah kondisi yang optimal untuk memisahkan dan menetapkan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein secara simultan dengan metode KCKT fase terbalik menggunakan kolom C18? b. Apakah metode KCKT fase terbalik yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein secara simultan memiliki akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan range yang baik? 2.

   Keaslian Penelitian

  Analisis multikomponen dari campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein dalam tablet sediaan obat pernah dilakukan oleh Dimitrovska, Trajkovic- Jolevska, Nancovska, dan Ilievska (1995) dengan metode KLT dan spektrofometri UV. Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah Program Komputer Analisis Multikomponen Untuk Obat Flu dan Analgesik

  • – Antiinflamasi (Yanuar, Hayun, Suryadi, Henry, dan Wulandari, 2003) yang menggabungkan teknik spektrofotometri UV dan matriks matematika, serta Optimasi Penetapan Kadar Obat Analgesik Multikomponen dengan Metode KCKT Fase Balik (Ivanovic, Medenica, Malenovic, Jancic, dan Misljenovic, 2003) yang menggunakan fase gerak metanol : aquabidest pada berbagai rasio berkisar dari (30 : 70 v/v) hingga (65 : 35 v/v) pada detektor UV 265 nm dan kolom Beckman Ultrasphere ODS 4,6 mm x 150 mm dengan ukuran partikel 5 µm. Namun tidak diketahui kondisi yang optimal untuk penelitian tersebut karena tidak dipublikasikan secara bebas. Metode KCKT banyak digunakan untuk menganalisis sediaan obat

  multikomponen. Namun validasi penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan metode KCKT dengan fase gerak, flow rate, dan kolom DuPont Instruments Zorbax ODS 4,6 mm x 25 cm P.N 880952-702 yang digunakan pada penelitian ini belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat metodologis Manfaat metodologis dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai metode penetapan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein secara simultan yang teruji validitasnya.

  b. Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai metode untuk analisis multikomponen dari campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein.

B. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dapat disusun tujuan penelitian ini, yaitu :

  1. Mengetahui kondisi yang optimal untuk memisahkan dan menetapkan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein secara simultan dengan metode KCKT fase terbalik menggunakan kolom C18.

  2. Mengetahui akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan range metode KCKT fase terbalik yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein secara simultan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Parasetamol Parasetamol mempunyai sinonim asetaminofen dan p-asetamidifenol, dengan rumus molekul C H NO dan berat molekul 151,6 (Anonim,1995).

  8

  9

  2 O OH H N

Gambar 1. Rumus struktur parasetamol (Anonim,1995)

  Menurut Clarke (1986) 1 gram parasetamol larut dalam 70 ml air, 20 ml air mendidih, 7 ml etanol, dan 50 ml kloroform. Parasetamol larut dalam dimetilforfamid, metanol, etilendiklorida, aseton, etil asetat, dan natrium hidroksida 1 N. Parasetamol tidak larut dalam eter, petroleum eter, pentana, dan benzen (Anonim, 1995). Parasetamol memberikan serapan maksimum dalam 1cm 1 % etanol pada panjang gelombang 250 nm dengan nilai A sebesar 913.

  Parasetamol memberikan serapan maksimum dalam metanol pada panjang 1cm 1 % gelombang 250 nm dengan nilai A sebesar 900 (Autherhoff,1987).

B. Propifenazon

  Propifenazon mempunyai sinonim 4-isopropilantipirin, isopropilfenazon,

  Baukal , dan Causyth, dengan rumus molekul C

  14 H

  18 N

  2 O dan berat molekul 230,30 (Anonim,1989).

  N O N

Gambar 2. Rumus struktur propifenazon (Anonim,1989)

   Propifenazon berbentuk kristal dengan rasa agak pahit. Titik didih

  propifenazon pada 103 C. Propifenazon mudah larut dalam alkohol dan eter. Kelarutan propifenazon dalam air sebesar 0,24 g / 100 ml pada 16,5 C (Anonim, 1989). Propifenazon memberikan serapan maksimum dalam etanol pada panjang 1cm 1 % gelombang 248 nm dengan nilai A sebesar 483; dan pada panjang gelombang 1cm 1 % 277 nm dengan nilai A sebesar 493 (Clarke, 1986).

  

C.

   Kafein

  Kafein mempunyai sinonim 1,3,7-trimetilxantin atau 1,3,7-trimetil-2,6- dioksopurin, dengan rumus molekul C

  8 H

  10 N

  4 O 2 . Pemeriannya berupa serbuk

  putih atau bentuk jarum mengkilat, biasanya menggumpal, tidak berbau, dan berasa pahit (Anonim,1995). N O N

O N

N

  

Gambar 3. Rumus struktur kafein (Anonim,1995)

  Menurut Clarke (1986) 1 gram kafein larut dalam 60 ml air, 75 ml etanol, 50 ml aseton, 900 ml eter, dan 8 ml kloroform. Kafein agak sukar larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform dan sukar larut dalam eter

  (Anonim, 1995). Kafein memberikan serapan maksimum dalam HCl 0,1 N pada 1cm 1 % panjang gelombang 272 nm dengan nilai A sebesar 470. Kafein memberikan serapan maksimum dalam etanol pada panjang gelombang 273 nm dengan nilai 1cm 1 % A sebesar 519 (Clarke, 1986).

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Peralatan KCKT

  KCKT merupakan kondisi kromatografi yang fase geraknya dialirkan menuju kolom secara cepat dengan bantuan tekanan dari pompa dan hasilnya dapat dideteksi dengan detektor (Hendayana, 2006). Tujuan dari KCKT adalah memperoleh hasil pemisahan yang baik dalam waktu relatif singkat (Mulja dan Suharman, 1995). Peralatan KCKT biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

  

Gambar 4. Skema Peralatan KCKT (Kazakevich dan Nair, 1996) Menurut Gritter, Bobbit, dan Schwarting (1991), ada tiga variabel utama pada kondisi KCKT yang harus diperhatikan, yaitu : a. Detektor

  Detektor diperlukan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan yang terdapat dalam kolom dan untuk mengukur jumlah komponen yang ada dalam cuplikan (Johnson dan Stevenson, 1978). Beberapa persyaratan detektor menurut Mulja dan Suharman ialah sensitivitas yang sangat tinggi dengan

  • 8 -15

  rentang sensitivitas 10 hingga 10 gram solut per detik, kestabilan dan reprodusibilitas yang sangat baik, memberikan respon yang linier terhadap konsentrasi solut, dapat bekerja dari temperatur kamar hingga 400

  C, tidak dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut pengembang, mudah didapat dan mudah dipakai oleh operator, selektif terhadap macam

  • – macam linarut dalam pelarut pengembang dan tidak merusak sampel. Detektor untuk KCKT dibagi dalam dua kategori, yaitu :

  1) Bulk Property Detector

  Detektor ini merupakan jenis detektor yang mengukur sifat solut dan fase gerak. Contohnya adalah detektor indeks bias. Detektor indeks bias adalah suatu jenis detektor universal yang menangkap sinyal pada setiap solut yang memiliki indeks bias berbeda dengan indeks bias fase gerak. Kelemahannya adalah indeks bias sangat dipengaruhi oleh suhu. Selain itu, detektor indeks bias juga kurang sensitif dan tidak cocok untuk kondisi elusi landaian (Munson, 1991).

  2) Solute Property Detector

  Detektor ini merupakan detektor yang selektif mengukur sifat solut. Detektor ini lebih sensitif dibanding bulk property detector. Contohnya : detektor UV-Vis dan detektor fluoresensi. Detektor pada KCKT yang sering digunakan dalam analisis farmasi ialah detektor UV-Vis. Hal ini disebabkan kebanyakan senyawa obat memiliki struktur yang dapat menyerap sinar UV-Vis. Detektor UV digunakan untuk mendeteksi senyawa

  • – senyawa yang memiliki gugus kromofor dengan atau tanpa adanya gugus auksokrom, sedangkan detektor visibel digunakan untul mendeteksi senyawa berwarna yaitu senyawa yang memiliki gugus kromofor yang sangat panjang maupun merupakan senyawa kompleks (Settle, 1997).

  b. Kolom Kolom pada kondisi KCKT merupakan bagian yang sangat penting karena pemisahan komponen

  • – komponen sampel akan terjadi di dalam kolom. Keberhasilan pemisahan komponen
  • – komponen sampel akan sangat bergantung pada keadaan kolom (Mulja dan Suharman, 1995). Pemilihan kolom yang tepat sangat menentukan keberhasilan pemisahan. Berikut ini merupakan ikhtisar dalam pemilihan kolom untuk kondisi KCKT :

  

Gambar 5. Skema Pemilihan Kolom (Johnson dan Stevenson, 1978)

  c. Fase gerak KCKT dapat dikembangkan dengan pelarut tunggal, campuran pelarut atau lebih sering dengan campuran pelarut yang terus

  • – menerus berubah susunannya, biasanya terdiri dari dua atau tiga pelarut dan disebut elusi gradien (Gritter dkk, 1991). Pada KCKT, fase gerak harus mempunyai sifat : murni dan tanpa cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan, sesuai dengan detektor, dapat melarutkan sampel, viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali sampel dengan mudah (jika diperlukan), dan harganya wajar (Johnson dan Stevenson, 1978). Pada pemilihan fase gerak yang terpenting adalah kepolaran
campuran pelarut yang digunakan yang bersifat linier dengan kepolaran pelarut murninya. Nilai kepolaran antara dua campuran sembarang pelarut dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :

  P’ = Φa P’a + Φb P’b

  dengan

  Φa dan Φb adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam campuran,

  sedangkan P’a dan P’b adalah angka P’ pelarut murni (Gritter dkk, 1991). Berikut adalah beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering digunakan :

  

Tabel 1. Nilai indeks polaritas pelarut

  Pelarut Indeks polaritas Nilai Eluotropik UV Cut-off (nm)

  Alumina C18 Silika Heksana 0,1 0,01 - 0,00 195

  Sikloheksana 0,2 0,04 - - 200 Toluena 2,4 0,29 - 0,22 284

  Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212 Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256

  Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330 Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205

  Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190 Dimetilformamid 6,4 - 7,6 - 268 Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268

  Air 10,2 - - - 190 (Snyder, Kirkland, dan Glajch,1997)

  Tabel di atas menunjukkan bahwa semakin besar eluotropic values dari pelarut menunjukkan semakin mudah untuk mengelusi sampel. Semakin besar indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin bersifat polar pelarut yang digunakan.

2. Pembagian jenis kromatografi

  Menurut Harris (1999), KCKT dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

  a. Kromatografi partisi Pada kromatografi partisi, fase diam dapat polar atau non polar. Bila fase diam polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi partisi fase normal, sedangkan bila fase diam non polar dan fase gerak polar dinamakan kromatografi partisi fase terbalik. Solut berkeseimbangan di antara fase diam dan fase gerak.

  b. Kromatografi adsorpsi Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan fase gerak cair atau gas.

  Solut dapat diadsorpsi pada permukaan partikel padat.

  c. Kromatografi pertukaran ion Anion atau kation diikatkan secara kovalen pada fase diam padat, biasanya disebut resin. Ion

  • – ion solut muatan berlawanan menyerang fase diam dengan kekuatan elektrostatik dan fase geraknya berupa zat cair.

  d. Kromatografi eksklusi Pada kromatografi ini tidak ada interaksi tarik

  • – menarik antara fase diam dan solut. Fase gerak cair atau gas melalui gel berpori. Ukuran pori cukup kecil untuk mengeluarkan solut yang besar. Molekul solut yang kecil akan masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul yang besar akan mengalir tanpa memasuki pori gel.
e. Kromatografi afinitas Digunakan untuk interaksi yang spesifik antara suatu jenis molekul solut dan sebuah molekul yang lain yang secara kovalen terikat pada fase diam. Misalnya untuk pemisahan komponen protein.

  Pemilihan jenis KCKT yang tepat dan sesuai dengan sampel yang dipisahkan akan menghasilkan pemisahan yang baik. Gambar berikut merupakan bagan pendekatan umum dalam memilih jenis KCKT :

  

Gambar 6. Pemilihan jenis KCKT (Johnson dan Stevenson, 1978)

3. Kromatografi partisi fase balik

  Istilah fase normal dan fase terbalik digunakan dalam kromatografi partisi untuk menggambarkan polaritas efektif antara fase diam dan fase gerak (Settle, 1997). Kromatografi dengan fase diam polar dan fase gerak kurang polar atau non polar disebut kromatografi fase normal. Sebaliknya, kromatografi yang menggunakan fase diam relatif non polar seperti hidrokarbon dan fase gerak polar seperti air atau metanol disebut kromatografi fase terbalik (Gritter dkk, 1991).

  Menurut Gritter dkk. (1991), konsep pada pengembangan kromatografi cair partisi yaitu perlakuan sampel dalam kondisi cair

  • – cair tergantung pada kelarutannya di dalam kedua cairan yang terlibat. Jika solut ditambahkan ke dalam kondisi yang terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan kondisi dibiarkan seimbang, solut akan tersebar antara kedua fase itu menurut persamaan :

  Cs K

  Cm

  K adalah koefisien distribusi, Cs adalah konsentrasi solut dalam fase diam dan Cm adalah konsentrasi solut dalam fase gerak (Skoog, West, dan Holler,1994).

  Hal

  • – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode kromatografi partisi fase balik adalah :

  a. Kolom Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini ialah kemasan fase terikat.

  Penyanga pada kemasan fase terikat terbuat dari silika (Gritter dkk, 1991). Kemasan fase terikat bersifat stabil karena fase diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak mudah terbawa oleh fase gerak. Kemasan fase terikat mempunyai tipe ikatan siloksan (Si-O-Si-C), dibuat dari reaksi antara gugus klorosilan dengan gugus silanol yang terdapat pada permukaan silika gel, seperti pada gambar berikut :

  Si OH Si O Si(CH ) R ClSi(CH ) R

  • 3 + HCl

  2

  3

  2 Gambar 7. Reaksi antara gugus silanol dan gugus klorosilan

  Tertambatnya sampel pada fase diam dipengaruhi oleh panjang pendeknya rantai karbon. Kelebihan kolom dengan rantai karbon yang lebih panjang adalah sifatnya yang lebih retensif, sehingga sampel yang mempunyai sifat mirip dengan kolom akan tertambat lebih lama (Skoog dkk, 1994). Menurut Willard, Merritt, Dean, dan Settle (1988), kolom oktadesilsilan digunakan pada aplikasi yang membutuhkan retensi yang maksimal, sehingga pemisahan komponen sampel dapat lebih optimal. Oktadesilsilan dapat dibuat dari reaksi berikut :

  Cl Si Si OH (CH ) CH 2 17 3 Si O Si (CH ) CH 2 17

  • 3
  • HCl

  

Gambar 8. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan (Gritter dkk, 1991)

Dokumen yang terkait

Validasi metode peneantuan kadar apigenin dalam ekstrak seledri dengan kromatografi cair kinerja tinggi

0 11 47

Optimasi metode bioanalisis kafein dalam sampel darah orang Jawa dengan metode kromatogafi cair kinerja tinggi fase terbalik.

0 1 80

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek "X".

1 1 114

Validasi metode analisis alopurinol dalam tablet secara spektrofotometri dan jamu secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik serta aplikasinya.

3 12 143

Optimasi metode bioanalisis kafein dalam sampel darah orang Jawa dengan metode kromatogafi cair kinerja tinggi fase terbalik

0 4 78

Optimasi dan validasi metode penetapan kadar bisfenol A. dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik.

1 5 198

Optimasi pemisahan dan penetapan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobartial dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik.

3 10 129

Analisis campuran parasetamol salisilamida dan kafein dalam tablet secara kromatografi cair kinerja tinggi [KCKT].

3 34 104

Validasi metode analisis alopurinol dalam tablet secara spektrofotometri dan jamu secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik serta aplikasinya

4 20 141

Optimasi pemisahan dan penetapan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobartial dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 127