Peranan kebiasaan religius orangtua bagi pendidikan iman anak dalam keluarga di lingkungan ST. Monika Paroki Wates - USD Repository
PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA
BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA
DI LINGKUNGAN ST. MONIKA PAROKI WATES
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sawijiratri
NIM: 061124046
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERAN NAN KEBI
IASAAN R RELIGIUS ORANGTU UA
BAGI PEN B NDIDIKAN N IMAN AN NAK DALA AM KELUA ARGA
DI LING GKUNGAN N ST. MON NIKA PAR ROKI WAT TES
S K R I P P S I
Diaj jukan untu uk Memenu uhi Salah S atu Syarat
Memperole M h Gelar Sa arjana Pend didikan
Program m Studi Ilm mu Pendidi ikan Kekhu ususan Pen ndidikan A gama Kato olik
Oleh :
Sawijira atri
NIM: 0611 124046 PR ROGRAM STUDI ILM MU PEND
IDIKAN
KEKHU USUSAN P PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK
JURUSA AN ILMU P PENDIDIK KAN
FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN
UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA
YOGYAKA Y ARTA
2012
2
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada para orangtua yang senantiasa berusaha menghayati panggilan hidupnya di lingkungan St. Monika Paroki Wates
MOTTO “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” ( Ams 29: 17)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA
BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN
ST. MONIKA PAROKI WATES. Judul skripsi ini dipilih atas dasar keprihatinan
bahwa berhadapan dengan situasi arus zaman materialistik yaitu hidup yang
mementingkan materi (harta), ada bahaya orangtua katolik kurang menyadari akan
panggilan dan perutusannya sebagai orangtua Katolik, khususnya dalam hal
pendidikan iman anak dalam keluarga melalui penghayatan kebiasaan-kebiasaan
religius sehari-hari.
Ada 3 (tiga) permasalahan pokok yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu:
a. Kebiasaan-kebiasaan religius mana sajakah yang perlu diperjuangkan untuk
dihayati orangtua Katolik demi pendidikan iman anak dalam keluarga?mengapa atau atas dasar alasan fundamental mana?
b. Bagaimana senyatanya orangtua Katolik di lingkungan St. Monika Paroki Wates
menghayati kebiasaan-kebiasaan religius demi pendidikan iman anak dalam keluarga?c. Katekese macam apa yang dapat membantu orangtua Katolik di lingkungan St.
Monika Paroki Wates untuk meningkatkan penghayatan kebiasaan religius demi pendidikan iman anak dalam keluarga?Untuk menjawab persoalan butir pertama, penulis menggunakan studi
pustaka. Dengan demikian dapat diperoleh pengertian bahwa kebiasaan religius
orangtua merupakan penghayatan hidup keagamaan yang biasa dikerjakan oleh
orangtua untuk mendorong kehidupan yang saleh, suci, dan selaras dengan perintah
Tuhan. Sedangkan pendidikan iman anak adalah suatu proses pengajaran, latihan dan
pengubahan sikap maupun prilaku menuju pendewasaan kepercayaan kepada Allah.
Kebiasaan religius tersebut merupakan pondasi untuk membangun keluarga sebagai
persekutuan kasih, sebagai pembela kehidupan, sebagai Gereja rumah tangga, dan
sebagai sel terkecil masyarakat.Untuk menjawab persoalan butir kedua, penulis mengadakan penelitian
lapangan. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa orangtua Katolik di
Lingkungan St. Monika Paroki Wates belum sepenuhnya menghayati kebiasaan
religius tersebut. Hal ini terlihat dari tidak ada kebiasaan berdoa bersama dalam
keluarga, tidak pernah ada kebiasaan membaca dan membahas Kitab Suci, dan hanya
kadang-kadang saja mengikuti perayaan Ekaristi.Untuk menanggapi persoalan butir ketiga, penulis mengusulkan program
katekese model SCP yang terdiri dari enam tema yaitu: Panggilan dan perutusan khas
orangtua Katolik, kebiasaan-kebiasaan religius orangtua Katolik dan artinya bagi
pendidikan iman anak dalam keluarga, keluarga Katolik berdoa bersama, keluarga
Katolik mendengarkan dan mewartakan Sabda Tuhan, keluarga Katolik membangun
persekutuan dan persaudaraan, dan keluarga Katolik beramal kasih.
ABSTRACT
This thesis is entitled THE ROLE OF CUSTOMS RELIGIOUS
EDUCATION FOR PARENTS OF FAITH CHILD IN THE FAMILY IN THE
ST. MONIKA PARISH WATES. The title of this essay is selected on the basis of
concerns that deal with the current situation that is living a materialistic age that
emphasizes the material (property), there are less aware of the danger of Catholic
parents would call and mission as a Catholic parent, especially in the case of a child
in a family of faith pendididkan through appreciation of the habits religiously
everyday.There are 3 (three) main problems is going to be studied in this thesis, namely:
a. Religious practices which do I need to fight for Catholic parents lived for the sake
of the faith education of children in the family? Why or on the basis of which the
fundamental reason?
b. What about actual Catholic parents in the neighborhood of St. Monika Parish
Wates appreciate the religious practices of faith education for children in the
family?
c. What kind of catechesis to assist parents in the neighborhood Catholic St. Monika
Parish Wates to increase appreciation of the religious habit of faith education for
children in the family? To answer the first point, the author uses literature. Thus it can be obtained bythe sense that the religious habits of the parents is living the religious life normally
done by the parents to encourage righteous living, holy, and in harmony with God's
command. While the child's faith education is a process of teaching, training and
changing attitudes and behavior toward mature faith in God. Religious habit is a
foundation to build a family as a communion of love, as a defender of life, as the
domestic Church, and the smallest cell of society.To answer the second point, the authors conducted field research. From the
research results obtained by the fact that Catholic parents in the Environment St.
Monika has not fully appreciate the Parish Wates the religious habit. This can be seen
there is no habit of praying with the family, there has never been the habit of reading
and discussing the Bible, and only occasionally follow the celebration of the
Eucharist.To respond to the question a third point, the authors propose a model SCP
catechetical program which consists of six themes, namely: Calls and distinctive
mission of Catholic parents, parents' religious practices and means for the education
of Catholic children in a family of faith, Catholic families to pray together, listen to a
Catholic family and proclaim the Word of God, Catholic family to build fellowship
and brotherhood, charity and love of the Catholic family.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah melimpahkan rahmat
dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA BAGI PENDIDIKAN
IMAN ANAK DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN ST. MONIKA
PAROKI WATES”.Selesainya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan
segala upaya membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan limpah terima kasih
kepada mereka semua, teristimewa kepada:
1. Dr. C. Putranto, SJ, selaku pembimbing utama yang telah memberikan perhatian,
meluangkan waktu, mendampingi penulis dengan penuh kesabaran dan cinta, dari
awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Drs. Ya. C.H. Mardiraharjo, selaku dosen pembimbing akademik yang sekaligus
sebagai dosen penguji II yang bersedia mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi.
3. Y. Kristianto, SFK, M.Pd, selaku dosen penguji III yang dengan tulus memberi
dukungan dan membantu menyempurnakan skripsi ini.
4. Para dosen dan staf karyawan yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Kedua orang tua dan kakak yang selalu mendukung dan memberikan semangat
dalam penyusunan skripsi ini.DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv MOTTO ...................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ vii ABSTRAK ................................................................................................... viii ABSTRACT ................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI................................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................
1 A. Latar Belakang ........................................................................................
1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................
4 C. Tujuan Penulisan .....................................................................................
5 D. Manfaat Penulisan ....................................................................................
5 E. Metode Penulisan ....................................................................................
6 F. Sistematika Penulisan..............................................................................
6 BAB II. PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA................
8 A. Kebiasaan Religius Orangtua ..................................................................
8 1. Pengertian Orangtua dan Keluarga.....................................................
8 2. Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua ...............................................
9 3. Pengertian Kebiasaan Religius ...........................................................
10
4. Menumbuhkan Sikap Religius Anak dari Kebiasaan Religius Orangtua .............................................................................................
11
5. Macam-macam Kebiasaan Religius ...................................................
12 a) Berdoa............................................................................................
12 b) Mengikuti Perayaan Ekaristi..........................................................
13 c) Membaca dan mendengarkan Kitab Suci ......................................
14 B. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga..................................................
14 1. Pengertian Pendidikan Iman Anak .....................................................
14
2. Orangtua Sebagai Pendidik Iman Anak yang Pertama dan Utama dalam keluarga....................................................................................
15 a. Pandangan Gereja Terhadap Pendidikan Iman Anak ....................
15
b. Peran Orangtua Bagi Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga ..............................................................................
17 1) Kebiasaan mengajak anak untuk berdoa bersama ..................
17 2) Kebiasaan mengajak anak untuk mengikuti Perayaan Liturgi
18 3) Kebiasaan mengajak anak membaca dan mendengarkan Kitab Suci ...............................................................................
19 c. Menanamkan Pendidikan Nilai-nilai Hakiki Pada Anak...............
20 C. Peranan Kebiasaan Religius Orangtua ....................................................
21 D. Tahap-Tahap Perkembangan Iman Anak ................................................
22 1. Tahapan usia 0-2 tahun.......................................................................
22 2. Tahapan usia 2-6 tahun.......................................................................
22 3. Tahapan usia 6-11 tahun.....................................................................
23 4. Tahapan usia 12 -20 tahun..................................................................
24 5. Tahapan usia 20 tahun keatas .............................................................
24 6. Tahapan usia 35 tahun keatas .............................................................
25 7. Tahapan usia 45 tahun ke atas ............................................................
25 E. Konteks Perkembangan iman Anak .......................................................
26 1. Teladan tokoh-tokoh identifikasi........................................................
26 2. Suasana dalam rumah .........................................................................
26 3. Pengajaran ..........................................................................................
27
4. Komunikasi antara semua anggota keluarga ......................................
28 BAB III. METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN TENTANG PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA BAGI
IMAN ANAK DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN ST. MONIKA PAROKI WATES .................................................
29 A. Metodologi Penelitian .............................................................................
29 1. Jenis Penelitian ...................................................................................
29 2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
29 3. Responden ..........................................................................................
30 4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
30 a. Variabel..........................................................................................
30 b. Definisi Operasional Variabel .......................................................
30 c. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
31 d. Teknik Analisis Data .....................................................................
32 B. Laporan Hasil Penelitian .........................................................................
32 C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................
46 D. Kesimpulan Hasil Penelitian ...................................................................
60 BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA DEMI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA MELALUI KATEKESE.......................
62 A. Pemikiran Dasar Program .......................................................................
63 B. Usulan Program.......................................................................................
68 1. Tema dan Tujuan Umum Program .....................................................
68 2. Tema-tema dan Tujuan Masing-masing Pertemuan ...........................
69 3. Penjabaran Program Katekese Untuk Orangtua .................................
71 C. Contoh Persiapan Katekese .....................................................................
75 1. Pertemuan I .......................................................................................
75 2. Pertemuan II ......................................................................................
88
3. Pertemuan III..................................................................................... 100
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 110
A. Kesimpulan.............................................................................................. 110
1. Arti kebiasaan religius dan perannya bagi pendidikan iman anak dalam keluarga...................................................................................
110
2. Pendidikan iman anak di lingkungan St. Monika Paroki Wates ........ 111
3. Faktor pendukung dan penghambat para orangtua dalam mendidik Iman anak dalam keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates.. 112
4. Upaya meningkatkan kebiasaan religius orangtua demi pendidikan iman anak dalam keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates....................................................................................... 113
B. Saran........................................................................................................ 113 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 115 LAMPIRAN................................................................................................. 117 Lampiran 1: Identitas Responden ................................................................ (1) Lampiran 2: Kuesioner ................................................................................ (3) Lampiran 3: Kisah Keluarga Pak Beny .......................................................
(7) Lampiran 4: Teks Panggilan dan Perutusan Orangtua Katolik.................... (8)
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
Ams : Kitab Amsal Kej : Kitab Kejadian Kis : Kitab Kisah Para Rasul Luk : Injil Lukas Mat : Injil Mateus Tim : Surat KepadaTimotius Yoh : Injil Yohanes
B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. DIM : Divini Illius Magistri, Ensiklik Pius XI tentang Pendidikan Kaum Muda, 15 Juni 1955. FC : Familiaris Consortio.Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 November 1981. GE : Gravissium Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex iuris canonici) yang diundangkan oleh Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.
C. SINGKATAN YANG LAIN
Art : Artikel Bdk : Bandingkan
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KK : Kepala Keluarga KWI : Konferensi Waligereja Indonesia SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama ST : Santa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia, dimana manusia
hidup di tengah-tengah keluarga dan lingkungan. Dalam hal ini orangtua menjadi
pendidik pertama dan utama, sehingga orangtua memiliki tanggung jawab penuh atas
pendidikan anaknya. Namun pada kenyataannya orangtua kurang memperhatikan
akan hal ini. Banyak anak yang kurang mendapatkan pendidikan dari orangtua
mereka. Selain itu banyak ditemui orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya, tanpa
memikirkan kebutuhan yang paling mendasar bagi anaknya. Mereka berpikir praktis,
lebih mengutamakan pekerjaannya, sebab mereka mempunyai anggapan bahwa
dengan bekerja mereka dapat memberikan nafkah yang cukup terhadap keluarganya
dan dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya termasuk pendidikan di sekolah.
Inilah yang menunjukkan bahwa orangtua yang “pasrah” menyerahkan anaknya
untuk dididik di sekolah tanpa mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anak
mereka sendiri.Hal yang serupa juga ditemui di Paroki Wates secara khusus di lingkungan St.
Monika Paroki Wates. Banyak orangtua yang kurang peduli terhadap pendidikan
iman bagi anaknya. Banyak anak yang jarang diajak ke gereja atau sekolah Minggu.
Untuk saat ini jarang ditemui juga anak yang berangkat doa lingkungan bahkan
orangtua juga kurang aktif dalam kegiatan lingkungan. Mereka beralasan capek karena aktivitas seharian.
Ada beberapa fenomena yang tersembunyi di belakang permasalahan
pendidikan dasar bagi anak-anak dalam keluarga. Keadaan ekonomi keluarga adalah
fenomena yang paling banyak dijumpai. Keadaan ekonomi keluarga yang sering
memaksa orangtua untuk bekerja keras sehingga menyita banyak waktu dari keluarga,
dengan demikian waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan anak sangat
terbatas. Selain faktor ekonomi, kawin campur, kelalaian orangtua dan kurangnya
kesadaran akan pentingnya mendidik iman anak, juga kurangnya pengetahuan dan
pemahaman orangtua tentang iman. Hal tersebut yang menjadi latar belakang masalah
pendidikan iman anak.Pentinglah bagi orangtua untuk tetap memegang peranan sebagai pendidik,
pengasuh, dan pembimbing bagi anak-anak. Peran tersebut dapat dihidupi melalui
perhatian, cinta, dan kepercayaan yang terbina dalam keluarga, yang akhirnya tercipta
suasana keharmonisan dalam keluarga sehingga anggota keluarga dapat saling
terbuka dalam berkomunikasi.Orangtua hendaknya menjadi saksi dan teladan bagi anak-anak dalam segala
tindakan. Pendidikan iman dalam keluarga perlu dihidupi dengan kebiasaan religius
seperti kebiasaaan berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi, sikap hormat kepada Allah
dan lain-lain. Namun di sisi lain pendidikan iman anak juga perlu dihidupi dengan
etika, sopan santun, tata susila, sikap hormat kepada orangtua dan masyarakat. Paus
Yohanes Paulus II dalam ajakan Apostolik Familiaris Consortio menegaskan bahwa
tugas dan peran orangtua berakar dari panggilan yang diperoleh melalui perkawinan:“Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, orangtua sekaligus sanggup bertugas mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi yang sesugguhnya” (FC, art 36).
Pernyataan di atas secara jelas menegaskan garis besar pendidikan yang dapat
diperkembangkan menurut ciri-ciri dasarnya. Peranan orangtua sebagai pendidik
memiliki ciri khas yakni: cinta kasih mereka sebagai orangtua yang terwujud
sepenuhnya dalam tugas mendidik, sebab tugas ini menyempurnakan pengabdian
mereka pada kehidupan. Selain menjadi sumber cinta kasih orangtua merupakan
prinsip yang dijiwai, serta mengarahkan kegiatan konkrit mendidik dengan sikap
seperti: keramahan, kebaikan hati, pengabdian tanpa pamrih dan pengorbanan diri
yang merupakan buah hasil cinta kasih yang paling berharga. Orangtualah yang
pertama-tama menjadi pelaku pendampingan bagi anak-anaknya.Orangtua mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak terlebih perkembangan iman. Sehingga orangtua wajib
menumbuhkembangkan iman anak melalui pendidikan iman dalam keluarga.
Keluarga memiliki banyak waktu untuk mengembangkan. Perkembangan iman anak yang terjadi di masyarakat pada umumnya baik, dalam arti anak-anak aktif mengikutikegiatan gerejani misalnya sekolah Minggu, ke gereja, doa bersama di lingkungan
dan sebagainya. Selain itu anak juga memiliki sikap hormat, solider, adil dan lain-lain. Namun ada sebagian anak dalam perkembangan imannya mengalami
kemunduran. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya minat anak pada kegiatan
gerejani dan merosotnya nilai-nilai hidup dalam diri anak. Kemunduran ini banyak
dipengaruhi oleh peran orangtuanya, yaitu orangtua yang kurang memberikan
perhatian khusus dalam hal perkembangan iman anak, misalnya saja seorang anak
yang tidak dibimbing dan diarahkan untuk mengikuti kegiatan gerejani, mereka hanya
dibiarkan saja. Hal lain yang mempengaruhi adalah kurangnya penanaman nilai-nilai
yang esensial dalam hidup.Bertolak dari uraian mengenai situasi yang ada di dalam masyarakat, dan
pandangan gereja terhadap pendidikan iman anak, serta peran orangtua, penulis
merumuskan judul skripsi sebagai berikut “PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS
ORANGTUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DI
LINGKUNGAN ST. MONIKA PAROKI WATES”.B. Rumusan Permasalahan
Bertitik tolak dari deskripsi latar belakang di atas, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian kebiasaan religius dan perannya bagi pendidikan iman anak
dalam keluarga?
2. Sejauh mana pendidikan iman anak terlaksana dalam keluarga di lingkungan St.
Monika Paroki Wates?
3. Faktor apa yang mendukung dan menghambat para orangtua dalam mendidik
iman anak dalam keluarga di lingkugan St. Monika Paroki Wates?
4. Bagaimana meningkatkan kebiasaan religius orangtua demi pendidikan iman anak dalam keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates? C.
Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah:
1. Mendiskripsikan pengertian tentang kebiasaan religius dan peranya bagi
pendidikan iman anak.dalam keluarga.
2. Memberikan gambaran pendidikan iman anak yang diberikan orangtua terhadap
anak dalam keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat para orangtua dalam mendidik
iman anak dalam keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates.
4. Meningkatkan kebiasaan religius orangtua demi pendidikan iman anak dalam
keluarga di lingkungan St. Monika Paroki Wates melalui katekese.D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Meningkatkan peran kebiasaan religius orangtua bagi pendidikan iman anak dalam
keluarga guna membantu anak mengembangkan diri dan imannya.
2. Memberikan masukan kepada orangtua agar mereka semakin menyadari tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang utama.
3. Mengembangkan kreativitas penulis sehingga penulis menghayati tugas dan
panggilannya sebagai katekis dalam tugas mendampingi keluarga.E. Metode Penulisan Pertama-tama penulis mengadakan riset pustaka yaitu dengan membaca buku-
buku. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-interpretatif, yaitu
menggambarkan dan menafsirkan permasalahan yang ada sehingga dapat diperoleh
data dan pengertian tentang peran kebiasaan religius orangtua bagi pendidikan iman
anak dalam keluarga. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan kuesioner terhadap
orangtua sebagai responden. Selain itu penulis juga mengadakan dan
mengembangkan kajian pustaka yang mendukung.F. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Penulisan dimulai dengan
pendahuluan akan dipaparkan secara jelas pada setiap babnya, kemudian diakhiri
dengan penutup berupa kesimpulan dan saran, yaitu sebagai berikut:Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II membahas tentang peran kebiasaan religius orangtua bagi pendidikan
iman anak dalam keluarga yang akan dibagi dalam lima bagian di antaranya:
kebiasaan religius orangtua, pendidikan iman anak dalam keluarga, peran kebiasaan
religius orangtua, tahap-tahap perkembangan iman anak dan konteks perkembangan
iman anak.Bab III dibicarakan mengenai metodologi dan hasil penelitian mengenai
peranan kebiasaaan religius orangtua bagi pendidikan iman anak dalam keluarga di
lingkungan St. Monika Paroki Wates, yang di dalamnya tercakup metodologi
penelitian, laporan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.Bab IV penulis memberikan sumbangan gagasan atau usulan kepada para
pendamping orangtua di lingkungan St. Monika Paroki Wates untuk membantu
mereka meningkatkan peranan kebiasaan religius orangtua bagi pendidikan iman
anak dalam keluarga. Bab ini meliputi pemikiran dasar program katekese dan
beberapa satuan persiapan katekese bagi orangtua di Lingkungan St. Monika Paroki
Wates.Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PERANAN KEBIASAAN RELIGIUS ORANGTUA BAGI PENDIDIKANIMAN ANAK DALAM KELUARGA
Pada bab II ini akan dipaparkan mengenai kebiasaan religius orangtua,pendidikan iman anak dalam keluarga, peranan kebiasan religius orangtua dan tahap- tahap perkembangan iman anak, serta konteks perkembangan iman anak. Hal-hal tersebut yang menjadi landasan dasar dalam penelitian dan penyusunan program.
A. Kebiasaan Religius Orangtua
1. Pengertian Orangtua dan Keluarga
Pengertian secara umum, orangtua adalah suami-istri atau yang sudah mempunyai anak, atau bapak ibu dari anak-anaknya. Nasution (1985:1) menjelaskan bahwa orangtua ialah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan bapak-ibu. Mereka inilah yang utama memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga. Biasa dikatakan bahwa rumah tangga merupakan sekolah pertama bagi anak oleh karena itu bapak dan ibu sebagai guru-gurunya dalam rumah tangga. Hal yang sama juga di sebutkan dalam KBBI (1990:629), orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan ibu. arti yaitu ibu dan ayah dan saudara-saudara sekandung termasuk keluarga, dengan mereka kita hidup bersama-sama sehari-hari. Keluarga juga bisa menjadi besar karena hadirnya sanak saudara lain. Keluarga besar memberikan rasa aman karena di sana orang dapat memperoleh ruang gerak dan status sosial. Keluarga inti menjamin kepastian hidup, karena di sana tugas hidup sehari-hari yang makin rumit itu, dapat diselesaikan. Kedua bentuk keluarga itu berkaitan satu sama lain.
Berangkat dari beberapa batasan tersebut dapat dinyatakan keluarga adalah sekelompok orang yang memiliki hubungan darah/orang yang seketurunan. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil baik untuk gereja maupun untuk masyarakat umum. Dari lingkungan keluarga inilah anak mulai mengenal pola pergaulan hidup sehari-hari, di mana anak bersosialisasi dan anak mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian hidup dari masyarakat.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua
Orangtua mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki tanggungjawab dalam hal mendidik anak. Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggungjawab orangtua dalam mendidik anak adalah suatu sikap dimana orangtua memandang anak sebagai manusia yang berkembang dan perlu berkembang. Anak diberi kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan dalam memberikan keputusannya sesuai dengan perkembangannya. Di sini orangtua bertugas mengarahkan perkembangan anak pada hal-hal positif, seperti yang ditegaskan Nasution (1985:40), harus mampu untuk mengasuh dan membimbing anak-anaknya, mengawasi pendidikan anak-anaknya.
Dalam mendidik anak orangtua berperan sebagai pembimbing. Dimana anak yang belum dewasa dibimbing dan diarahkan oleh orangtua untuk mencapai kedewasaan sehingga anak dapat berpikir, berbuat dan berkehendak. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Hukum Kanonik sebagai berikut:
Melebihi semua yang lain orangtua wajib untuk membina anak-anak mereka dalam iman dan dalam praktek kehidupan Kristiani baik lewat perkataan maupun teladan dalam hidup mereka, demikian pula terikat kewajiban yang sama yang menggantikan orangtua dan para wali-baptis.(KHK 774, art 2) Rumusan ini menegaskan bahwa orangtua karena telah memberi hidup kepada anak-anaknya, terikat kewajiban untuk mendidik mereka, oleh sebab itu adalah pertama-tama tugas orangtua Kristiani untuk mengusahakan pendidikan Kristiani bagi anak-anak menurut ajaran yang diwariskan Gereja.
Orangtua wajib mendidik anak dengan pendidikan Kristiani dalam keluarga. Orangtua dipanggil untuk melaksanakna tugas perutusan yang dipercayakan Allah kepada mereka dalam keluarga, masyarakat, dan Gereja tanpa melupakan tugas yang pertama dan utama sebagai pendidik iman bagi anak-anaknya .
3. Pengertian Kebiasaan Religius
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama.
Sedangkan religius memiliki dua pengertian yakni pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit. Religius dalam arti luas berarti keagamaan atau kesalehan. Sedangkan religius dalam arti sempit memiliki arti anggota ordo atau konggregasi yang menunjuk pada para biarawan-biarawati.
Berdasarkan dua pengertian di atas, kebiasaan religius dapat berarti penghayatan hidup keagamaan yang biasa dikerjakan untuk mendorong manusia hidup dalam kesalehan, kehidupan yang suci dan mengikuti perintah Tuhan. Dalam arti sempit kebiasaan religius berhubungan dengan ungkapan-ungkapan relasi antara manusia dengan Tuhan, misalnya doa, perayaan ibadat atau liturgi.
4. Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak dari Kebiasaan Religius Orangtua
Setiap anak memiliki bakat religius, namun sikap religius tersebut tidak secara otomatis tumbuh begitu saja. Oleh karena itu bakat religius anak perlu dipandu (Mangunwijaya, 1986:1). Orangtua perlu mengusahakan suatu upaya atau pendidikan serta pendampingan yang akhirnya menumbuhkan sikap religius dalam diri anak.
Pertumbuhan anak secara badaniah maupun mental sangat membutuhkan sentuhan- sentuhan dengan ibunya serta orang-orang sekeliling yang memberi kepastian yang serba menjamin dan berdialog. Lingkungan dimana anak tinggal dan hidup akan mempengaruhi watak, perilaku dan pemekaran diri anak. Hal ini tidak hanya meliputi perkembangan pertumbuhan kesehatan, kepandaian, selera namun terlebih dalam wilayah-wilayah yang lebih halus, kebudayaan, kemampuan dapat iba hati, suka menolong dan mudah memaafkan.
2. Macam-macam Kebiasan Religius
Ada beragam kebiasaan religius yang mencakup segala macam ungkapan secara khusus hubungan manusia dengan Tuhan melalui doa, ibadat, perayaan liturgi.
Berikut akan dipaparkan beberapa kebiasaan-kebiasaan religius:
a) Berdoa
Doa merupakan salah satu kebiasaan religius dalam hidup orang beriman. Doa sebagai kebiasaan religius tidak berarti rutinitas religius karena yang terutama dalam doa adalah pernyataan iman di hadapan Allah. Oleh Karena itu yang pokok dalam doa adalah iman, pengharapan dan kasih. Maka ketekunan dalam doa sebagai kebiasaan religius bearrti bertekun dalam iman dan kasih.
Doa juga merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih sayang Allah (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996:195). Berdoa berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa. Doa hanya mungkin dilakukan dalam dan oleh Roh Kudus, sebab kita adalah anak Allah tercinta oleh Roh Kudus.
Doa adalah ungkapan kehidupan iman dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan serta perwujudan iman yang lain. Doa yang lahir dari iman akan melahirkan perwujudan sikap-sikap konkret baik bagi diri sendiri maupun sesama. Doa yang didasari iman juga membawa manusia pada sikap-sikap terhadap hidup seperti toleransi, empati, cinta kasih, dll, sehingga menyelamatkan orang. Sebuah keluarga yang memiliki kebiasaan berdoa biasanya akan mengajarkan kebiasaan kebiasaan religius yang berdampak pada pendidikan iman anak. Heuken (1979: 18), menyatakan bahwa orang kristiani mempunyai banyak kesempatan untuk berdoa, misal: doa malam, doa sebelum dan sesudah makan, serta doa sebelum tidur dan bangun tidur.
b) Mengikuti Perayaan Ekaristi
Ekartisti berasal dari kata eucharistia yang berarti puji syukur (Martasudjita dkk, 2009:26). Perayaan Ekaristi merupakan warisan yang sangat berharga dari Tuhan Yesus Kristus. Dalam perayaan Ekaristi, kita merayakan syukur atas penebusan Tuhan sebagai karya penyalamatan Allah bagi manusia. Maka dengan Ekaristi, kita dapat merasakan dan mengalami tinggal dalam Tuhan.
Dalam Buku Iman Katolik (1996:401) juga dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sakramen utama. Pernyataan ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II yang menyebutkan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani yaitu misteri wafat dan kebangkitan Kristus.
Ekaristi juga merupakan tanda dan sarana artinya “sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Ekaristi juga disebut sebagai perayaan umat yaitu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat dan umat juga sungguh menghayati dalam iman. Sesuai dengan ajaran Gereja khususnya dalam lima perintah Gereja, bahwa orang Katolik wajib mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan.
c) Membaca dan Mendengarkan Kitab Suci
Anne Marie Zanzucchi (1986:46) mengatakan bahwa Kitab Suci adalah buku pegangan bagi penganut agama Kristen Katolik, yang mana melalui buku ini orangtua dapat memperkenalkan anak-anaknya pada Allah dan Yesus. Dengan membaca dan mendengarkan Kitab Suci anak dapat memiliki pemahaman tentang Allah yang penuh kasih, Allah yang mengasihi dan menyelamatkan manusia. Dengan melalui sabda- Nya Tuhan akan menanamkan prinsip-prinsip dasar iman.
B. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Iman anak Pendiddikan iman terdiri dari dua kata yaitu: “pendidikan“ dan “Iman”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “mendidik” berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran-pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1988:204). Istilah “pendidikan” berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1988:204). Seperti juga yang dikatakan oleh Sumadi Suryabrata (1984:317) bahwa pendidikan merupakan usaha manusia (pendidik) untuk membimbing anak-anak didik menuju pada kedewasaan dengan penuh tanggung jawab.
Kata “iman” berarti kepercayaan (yang berkenaan dengan agama) dan beriman Kristiani mengartikan iman merupakan penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan diri tidak dengan terpaksa, melainkan dengan suka rela (KWI, 1996:128). Dalam kaitannya dengan pendidikan, pendidikan juga diidentikkan dengan bimbingan. Seperti yang dikemukakan oleh Suwarno. Ia mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Suwarno, 1992:3).
Bertolak dari pengertian kata pendidikan dan iman seperti di atas, maka
pendidikan iman anak dimengerti sebagai suatu pendidikan menuju proses
pengubahan sikap, dan tata laku anak-anak dalam rangka mendewasakan
kepercayaannya pada Allah melalui proses pengajaran dan latihan. Proses pengajaran
dilakukan melalui keteladanan hidup, perkataan dan perbuatan orangtua. Sedangkan
latihan-latihan diberikan untuk mendidik anak melalui kebiasaan-kebiasaan yang
mendukung proses pendidikan iman anak (Cooke, 1972:9).
2. Orangtua Sebagai Pendidik Iman Anak yang Pertama dan Utama dalam
Keluargaa. Pandangan Gereja Terhadap Pendidikan Iman Anak