Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA

  

DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK

DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN

PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Aloysia Paskela Squera NIM: 041124030

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  i

   YOGYAKARTA ii

iii

iv

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini,saya persembahkan bagi: Para Suster Puteri Reinha Rosari (PRR) Regio Se-jabatan, dan kepada keluarga katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan

  Paroki St. Yusup Bintaran. v

vi

vii

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul: ”PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis akan situasi para suster PRR komunitas Yogyakarta yang kurang mau terlibat dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal, maupun lingkungan stasi. Para suster cenderung sibuk dengan tugas studi tanpa mau peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Para suster kurang peduli dengan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, bahkan sangat jarang meluangkan waktu khusus untuk terlibat didalamnya.

  Skripsi ini akan menguraikan upaya untuk melibatkan para suster PRR komunitas Yogyakarta sebagai tenaga pastoral dalam hidup menggereja melalui kegiatan kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral yang merupakan sarana yang cocok bagi para suster untuk membantu keluarga dalam meningkatkan kesadaran orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam keluarga, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan yang layak dalam keluarga. Adapun hipotesis penelitian ini adalah, Ho tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga, H1 ada perbedaaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga.

  Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian yang berbentuk eksperimen prates dan postes satu kelompok tanpa kontrol. Artinya penulis menggambarkan uji lapangan dan menganalisis permasalahan sehingga ditemukan jalan pemecahannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga- keluarga katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari. Teknik pengambilan sampel bersifat populatif (N) 30 keluarga. Data yang diperoleh dengan menggunakan angket dan wawancara. Pengembangan instrumen terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai dengan validitas antara 0,3 sampai 0,7 dan reliabilitas 0,961.

  Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelum kegiatan kunjungan keluarga (prates) dengan jumlah responden (N) 30 memiliki nilai rata-rata (mean) 88,1333, sedangkan setelah kegiatan kunjungan keluarga (postes) dengan jumlah responden (N) 30 memiliki nilai rata-rata (mean) 131,2667. Ada perbedaaan nilai rata-rata antara prates dan postes sebesar -43,1334, perbedaan ini disebabkan oleh adanya kegiatan kunjungan keluarga. Dari Paired Sample Statistics diperoleh angka signifikansi 0,000 atau lebih besar dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain ada perbedaaan kesadaran yang signifikan antara sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disarankan agar kunjungan keluarga terus dilaksanakan. viii

  ABSTRACT

  This thesis entitles: “THE ROLE OF FAMILY VISITS IN EFFORTS TO

  INCREASE THE FAITH OF CATHOLIC FAMILIES IN THE STATION OF SAINT PAUL OF PRINGGOLAYAN OF ST. JOSEPH'S PARISH BINTARAN YOGYAKARTA". The title is chosen based on the concerns of the author of the family atmosphere that is less conscious of the duties and responsibilities as first and foremost faith educators of children in the family. Fundamental problem of this thesis is how to help the parents to raise awareness in carrying out their duties and responsibilities in families, so children get proper education in the family.

  The development is a process forward where the development of one's personality can experience changes in psychological or mental in the process of growing up. Faith development of children in families is affected by education. Family visits as a form of pastoral becomes a process of helping families to develop more faith in living his faith to become mature, independent and responsible and creative in the true faith. Activity family visit can affect the awareness, attitudes and knowledge of parents in the faith. The hypothesis of this research is, H0 means there is no difference of parents’ awareness in the education of faith as an first and foremost educator in the family before and after the activities of family visits, while H1 means there will be differences in parents' awareness of the role of faith education as the first and foremost educators in the family before and after activity of family visit.

  The author studied this problem by using the method of analytical description and experimental research pre and paschal test without control groups. This means that the author describes the field tests and analyzes the problems to find a way to solve them. Population in this research is the Catholic families in the neighborhood of Mary Queen of the Rosary. Sampling techniques are (N) 30 families. Data is obtained by using questionnaires and interviews. Development of instruments of the problems discussed in this study uses a test used with validity between 0.3 to 0.7 and 0.961 of reliability.

  From the research results obtained prior to family visit (pretest) with the number of respondents (N) 30 has an average value (mean) 88.1333, while after the activity of family visit (paschal test) with the number of respondents (N) 30 has an average value ( the mean) 131.2667. There are differences in the average value between paschal test for prates and -43.13333. This difference is caused by the activities of a family visit. Sample Test of the paired figures obtained significance 0.000 or greater than 0.05, then H0 rejected and H1 accepted. In other words there is a significant difference in awareness between before and after activity of family visit. Based on the research that has been conducted, the activity of family visit should be done in order to enhance parents' awareness of the role and responsibilities as first and foremost educators of faith of children in the faith education of their children in the family. ix

KATA PENGANTAR

  x

  Syukur dan pujian kepada Allah Bapa yang Maha Baik yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peranan Kunjungan Keluarga dalam Upaya Untuk Meningkatkan Iman Keluarga Katolik di Stasi Santo Paulus Pringgolayan ini.

  Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai salah satu sumbangan bagi para keluarga-keluarga Katolik dalam meningkatkan kunjungan keluarga. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, perhatian serta keterlibatan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan setia dan penuh kesabaran hati memberi pengarahan, semangat dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  2. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan sekaligus Dosen Penguji II, yang dengan caranya sendiri mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J, selaku ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, sekaligus Dosen Penguji III yang selalu mendukung dan menyediakan waktu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing dan membekali pengetahuan dan teladan yang bermanfaat dan yang mendorong penulis untuk menyusun skripsi ini.

  5. Pemimpin Regio Se-jabatan beserta dewannya dan segenap suster PRR, yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan pada penulis untuk menimba Ilmu Pengetahuan di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. xi

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… iv MOTTO………………………………………………………………………... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………………… vii ABSTRAK………………………………………………………………...… viii ABSTRACT.................................................................................................... ix KATA PENGANTAR………………………………………………........... x DAFTAR ISI………………………………………………………………. xii DAFTAR SINGKATAN…………………………………………….......... xiii

  BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………

  1 A. Latar Belakang Penulisan………………………………………….

  1 B. Identifikasi Masalah……………………………………………….

  7 C. Batasan Masalah……………………………………………………

  7 D. Rumusan Permasalahan………………………………………….....

  8 E. Tujuan Penulisan……………………………………………………

  8 F. Manfaat Penulisan…………………………………………………..

  8 G. Metode Penulisan…………………………………………………..

  9 H. Sistematika Penulisan……………………………………………….

  9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS………………………….

  11 A. Kajian Pustaka………………………………………………………

  11

  1. Pastoral……………………………………………………………

  11 a. Pengertian Pastoral…………………………………………….

  11

  b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral…………………………………

  24 c. Bentuk-bentuk Pastoral………………………………………..

  30

  2. Kunjungan Keluarga sebagai salah satu bentuk Pastoral…………

  34 xii

  a. Pengertian Kunjungan keluarga………………………………..

  34 b. Maksud dan Tujuan Kunjungan Keluarga……………………..

  37

  c. Manfaat Kunjungan Keluarga…………………………………

  43

  d. Model-model Kunjungan Keluarga……………………………

  45

  e. Metode-metode Kunjungan Keluarga…………………………

  46 f. Sasaran Kunjungan Keluarga………………….........................

  47 g. Proses Kunjungan Keluarga…………………………………..

  48 h. Pelaksanaan Kunjungan Keluarga……………………………..

  49

  3. Perkembangan Iman Keluarga……………………………………

  50 a. Pengertian Iman……………………………………………….

  50 b. Perkembangan Iman…………………………………………..

  52 c. Keluarga Yang Berkembang Imannya………………………..

  55 4. Upaya yang Dilakukan Para Suster dalam Pastoral…………..

  71 a. Usaha Melibatkan Suster PRR dalam Pastoral………………..

  71 b. Usaha Mengutamakan Sesama yang Lemah dan tertekan…….

  73 B. Penelitian Yang Relevan……………………………………….. …..

  73 C. Kerangka Pikir………………………………………………………

  73 D. Hipotesis………………………………………………………….....

  77 BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………….

  78 A. Jenis Penelitian………………………………………………………

  78 B. Desain Penelitian…………………………………………………….

  78 C. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………………

  79 D. Populasi Penelitian Dan Sampel………………………………….....

  79 E. Metode Pengumpulan Data………………………………….. ……..

  80 1. Variabel…………………………………………………………...

  80 2. Definisi Operasional Variabel………………………………….....

  80

  3. Instrumen Penelitian………………………………………………

  81 xiii

  4. Kisi- kisi Indikator……………………………………………….

  82 5. Pengembangan Instrumen…………………………….….............

  83 6. Teknik Analisis Data……………………………………………..

  85 BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  87 A. Laporan Hasil Penelitian…………………………………………….

  87

  1. Deskripsi Data Perkembangan Iman Sebelum Kegiatan Kunjungan keluarga……………………………………………...

  88

  2.Deskripsi Data Perkembangan Iman Keluarga Sesudah Sesudah Kegiatan Kunjungan Keluarga……………………………………. 100

  B. Uji Hipotesis dengan Uji T……………………………………….... 112

  C. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………….. 113 D.Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 116

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 119 A. Kesimpulan…………………………………………………………. 119 B. Saran………………………………………………………………… 121 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………........... 122 LAMPIRAN…………………………………………………………………. 124 Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian………………………………….......... (1) Lampiran 2: Angket untuk Penelitian………………………………….. (2) Lampiran 3 : Pedoman Wawancara…………………………….............. (3) Lampiran 4: Usulan Program Kunjungan Keluarga…………………..... (4) Lampiran 5: Hasil Angket Sebelum Kunjungan Keluarga……………… (5) Lampiran 6: Hasil Angket Sesudah Kunjungan Keluarga………............ (6) xiv

  

DAFTAR SINGKATAN

A. DAFTAR SINGKATAN KITAB SUCI

  Seluruh Singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini diambil dari Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 1987. KS : Kitab Suci Mat : Matius Mark : Markus Luk : Lukas Yoh : Yohanes B.

SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

  AA : Apostolicam Actuositatem , Dekrit Konsili Vatikan II tentang kerasulan Awam. UR : Unitatis Redintegratio , Konsili Dogmatis tentang Ekumenisme. FC : Familiaris Consertio . KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex iuris canonici). DV : Dei Verbum . KV : Konsili Vatikan GE : Gravissimum educationi s. KGK : Katekismus Gereja Katolik C.

DAFTAR SINGKATAN YANG LAIN

  Art : Artikel Dll : Dan lain-lain MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia xv

  PIA : Pendampingan Iman Anak KAS : Keuskupan Agung Semarang HP : Hand Phone KK : Kepala Keluarga ST : Santu HAL : Halaman D.

SINGKATAN DALAM PENELITIAN

  H : Hipotesis Nol

1 H : Hipotesis Kerja

  SPSS : Statistical Product and Service Solution Std : Standard Sig : Signifikansi xvi

     

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang, identifikasi

  masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penulisan

  Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap suasana keluarga yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah bagaimana membantu para suster dan keluarga untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan paroki. Para suster cenderung sibuk dengan tugas studi tanpa mau peduli dengan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, bahkan sangat jarang meluangkan waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Pada kenyataannya para suster komunitas kurang banyak terlibat dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal, maupun di lingkungan paroki.

  Kunjungan keluarga merupakan salah satu bentuk pastoral yang diselenggarakan oleh Paroki atau Gereja dalam usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan iman keluarga katolik. Melalui kegiatan kunjungan keluarga yang diselenggarakan oleh para suster ini, diharapkan agar keluarga tidak hanya mengerti ajaran-ajaran Kristus, tetapi juga mereka dapat mengikuti dan meneladani ajaran-ajaran Kristus itu sendiri dalam kehidupan keluarga setiap hari, sehingga iman mereka berkembang menjadi dewasa dan

     

  Budyapranata (1994:11) mengatakan bahwa, dewasa ini banyak keluhan yang muncul berkaitan dengan kenyataan bahwa para biarawan-biarawati dulu dan sekarang ada perbedaan. Biarawan-biarawati dulu rajin berkunjung ke rumah umat dan memiliki jadwal kunjungan yang tetap setiap bulan sehingga mereka mengenal semua umatnya (Abineno:1967:20). Sedangkan biarawan-biarawati sekarang cara berpastoralnya sudah lain, mereka tidak lagi mengenal semua umat dan hanya berkunjung ke rumah keluarga tertentu saja. Hal ini pun juga bisa dipahami, karena umat semakin bertambah, urusan semakin banyak dan pelayanan pastoral lainnya makin lama makin bertambah pula karena itu para biarawan-biarawati sibuk dengan tugas belajar dan tugas lainnya, sehingga kesulitan untuk mengatur jadwal kunjungan ke rumah umat. Namun demikian, tidak berarti bahwa kunjungan keluarga oleh para suster itu tidak lagi. Bagaimanapun juga kunjungan tetap perlu, bahkan kunjungan keluarga masih tetap sebagai syarat utama membangun Gereja sebagai paguyuban beriman.

  Berdasarkan pengalaman kunjungan menunjukkan bahwa kebanyakan umat masih mengharapkan kunjungan dari kaum biarawan-biarawati, dan hanya sedikit yang mengharapkan dari sesama warga. Hal ini merupakan kenyataan, karena kunjungan awam kepada awam di dalam Gereja katolik masih sangat asing dan belum memasyarakat. Kecendrungan umat menantikan kunjungan dari kaum biarawan- biarawati itu disebabkan oleh banyak alasan, antara lain karena adanya pemahaman yang kurang benar mengenai peranan kaum biarawan-biarawati, dan adanya gambaran yang salah mengenai kunjungan itu sendiri. Gereja belum dipandang sebagai suatu hidup persaudaraan, tetapi masih dianggap sebagai suatu organisasi besar, di mana kaum biarawan-biarawati sebagai pimpinan yang harus mencari dombanya. Maka Gereja atau Pastor mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya.

     

  Dari pengamatan penulis selama ini, para suster kurang terlibat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan para suster dalam mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan tempat tinggal dan Gereja. Hanya beberapa suster saja yang termasuk aktif serta semangat dalam mengadakan kunjungan keluarga. Dalam mengadakan kegiatan kunjungan keluarga baik di lingkungan tempat tinggal maupun di Gereja, ada juga suster yang jarang mau terlibat dan ikut dalam kegiatan tersebut, misalnya kunjungan keluarga, pendalaman iman, doa bersama, latihan koor, dan kegiatan lainnya yang di adakan di dalam lingkungan. Para suster selalu menggunakan kedoknya sebagai suster student yang selalu sibuk yang tidak mau dilibatkan dalam setiap kegiatan. Pada hal itu sangat penting guna menambah pengalaman dan ketrampilan dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pastoral yang dapat diandalkan pada jaman yang semakin maju ini.

  Manfaat lain yang bisa dirasakan jika mau terlibat dalam kegiatan kerasulan dengan siapa saja, serta membuat diri lebih peka terhadap situasi dan kondisi yang ada di sekitar. Hal ini sungguh merupakan kesempatan untuk melatih diri untuk mengemban tugas sebagai tenaga pastoral.

  Figur seorang biarawan-biarawati yang aktif, bersahabat serta solider akan selalu dinanti dan diharapkan oleh umat. Keterlibatan para suster di setiap lingkungan dapat membantu para suster dalam mengaktualisasikan semua ilmu serta pengalaman- pengalamannya. Melalui kegiatan kunjungan keluarga tersebut para suster bisa menunjukkan dan menyumbangkan sesuatu yang baru bagi perkembangan iman keluarga katolik. Melalui sikap yang mau terlibat, para suster bisa merasakan langsung permasalahan yang dihadapi keluarga sehingga bisa membantu mencari solusinya.

  Para suster adalah orang yang menyediakan diri secara khusus dalam pelayanan umat. Maka para suster mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya, karena

     

  Kunjungan keluarga membuat hubungan gembala dan umatnya menjadi lebih akrab, dekat dan hangat bukan sekadar hubungan formal dan kaku. Memang wajar bila para suster sebagai gembala mengetahui atau mengenal domba-domba-Nya satu persatu, seperti Yesus sendiri-Sang Gembala baik menjadi contoh bagi setiap gembala umatnya, yang mengenal sungguh-sungguh domba-domba-Nya dan mendengar suara-Nya (Yoh 10 :1-20).

  Dalam dunia sekarang ini, dirasa kebanyakan keluarga dalam kehidupan sehari- hari kurang memperhatikan hidup beriman karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan demi mencapai kebutuhan hidup mereka. Hal ini penulis dengar sendiri dari lingkungan di mana penulis tinggal, melalui sharing dalam kegiatan kelompok bahkan melalui pertemuan secara pribadi dengan keluarga-keluarga yang ada. Keluarga- keluarga sendiri sulit untuk meningkatkan iman mereka melalui kegiatan bersama dalam keluarga, misalnya doa bersama sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur, membaca dan merenungkan Kitab Suci bersama, dan lain-lain. Dengan kata lain doa bersama dalam keluarga sulit untuk dilaksanakan apalagi untuk melibatkan anak-anak dalam kegiatan rohani atau membiasakan keluarga membuka buku-buku rohani, misalnya membuka Kitab Suci dan lain-lain. Jangankan untuk mengikuti kegiatan rohani, komunikasi dengan sesama anggota keluarga saja susah sekali. Hal inipun penulis alami langsung ketika menangani anak-anak calon komuni pertama. Dalam kegiatan ini pendamping yang harus mencari dan menunggui para orang-tua. Di sini nampak bahwa kesadaran orang-tua masih sangat kurang dan beranggapan bahwa ini merupakan tanggungjawab para pendamping.

  Orang tua sebagai pemegang peranan yang besar dalam hidup berkeluarga seharusnya memberi perhatian dan kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu,

      mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan seperti: cinta kasih, pengampunan, kejujuran, dan lain-lain. Dengan demikian semuanya akan lebih mudah mengingat apa yang diajarkan ditanamkan dalam keluarga tersebut. Karena itu keluarga-keluarga hendaknya memiliki iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik iman sesuai dengan perkembangannya.

  Tugas pendidikan berakar dalam panggilan keluarga untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Keluarga menjadi lahan subur bagi perkembangan iman keluarga. Bila di dalam keluarga dapat menciptakan keluarga menjadi suatu komunitas antarpribadi yang membuat semua anggota keluarga seperti: saling mencintai, saling berkomunikasi, terbuka, jujur, saling menerima, saling memperhatikan, saling memaafkan, saling menolong, saling berkorban, dan saling mendoakan, maka keluarga dapat berfungsi sungguh-sungguh sebagai Gereja kecil.

  Berawal dari masalah yang dihadapi oleh setiap umat, dalam menghayati hidup berkeluarga, apa yang menjadi keprihatinan, harapan dan cita-cita umat, maka sebagai warga Gereja penulis mencoba untuk mengadakan kunjungan keluarga untuk mengetahui situasi umat di stasi Santo Paulus Pringgolayan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan ini dengan maksud untuk memberi perhatian dan berbagi cinta kasih kepada keluarga-kelurga katolik di stasi Santo Paulus Pringgolayan dengan berkunjung dari rumah ke rumah.

  Untuk menyikapi kenyataan kehidupan keluarga katolik yang ada maka penulis berusaha mengajak keluarga-keluarga untuk kembali melihat peranan mereka sebagai warga Gereja. Piet Noordermeer dalam Proyek Media keuskupan Agung Semarang (hal 87) menjelaskan bahwa: “Kunjungan rumah itu merupakan bantuan yang penting dalam pengembangan masyarakat paroki, karena hendak memutuskan rasa keterasingan

     

  Kunjungan keluarga dapat dikatakan berhasil apabila kunjungan tersebut bisa menjawab kebutuhan umat. Misalnya kebutuhan akan pendidikan anak, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Karena maksud dari kunjungan bukanlah terutama untuk bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan orang lain tetapi untuk merangkul semua keluarga katolik secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan.

  Melihat uraian di atas, tujuan kunjungan keluarga adalah untuk meningkatkan sikap saling memperhatikan di antara warga paroki. Setiap umat beriman mempunyai sikap terbuka dan memperhatikan keadaan serta kebutuhan orang lain. Dengan demikian kunjungan keluarga terlebih untuk membantu keluarga yang mempunyai persoalan dalam keluarga, misalnya: persoalan pendidikan anak, ekonomi keluarga, perkawinan, dan lain-lain. Tujuan ini dapat dicapai apabila orang yang berkunjung bersikap rendah hati dan mau mendengarkan orang yang dikunjunginya. Mendengarkan di sini bukan hanya terbatas pada kegiatan mendengar saja, melainkan meliputi rangkaian kegiatan mendengar, mengerti, dan memahami apa yang dikatakan oleh orang lain, serta apa yang dirasakan oleh orang lain.

  Setiap keluarga yang dikunjungi, mempunyai harapan-harapan yang akan mereka terima dan dapatkan ketika kunjungan. Banyak di antara mereka ingin dikunjungi, dengan alasan agar bisa didengarkan atau pun diteguhkan. Memang tidak dipungkiri bahwa untuk bisa menerima dan mendengarkan mereka tidak mudah, membutuhkan waktu yang cukup.

  Penulis berusaha mengajak keluarga-keluarga untuk menghayati peranan dan tanggungjawab mereka sebagai anggota Gereja yang mengalami kesulitan dan tantangan dalam hidup berkeluarga melalui kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga diharapkan dapat membantu keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan dan tantangan

     

  ”PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penulisan Skripsi ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

  1. Dari pengamatan menunjukkan bahwa permasalahan atau kesulitan yang terjadi karena keluarga-keluarga katolik kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak.

2. Orang tua lebih mementingkan kariernya. Mereka merasa bahwa hal-hal rohani adalah tanggungjawab Pembina atau pendamping iman di lingkungan.

  3. Permasalahan dari segi para suster adalah yang sedang belajar yang selalu sibuk dengan tugas kampus atau kuliahnya, hal ini menyebabkan para suster tidak mau terlibat dalam kunjungan keluarga, selain itu juga tidak ada jadwal kunjungan yang tetap.

C. Batasan Masalah

  Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis membatasi pada kunjungan keluarga dan hidup beriman dalam keluarga.

  Ruang lingkup penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik di lingkungan Santa Maria Ratu Rosari, stasi St. Paulus Pringgolayan, paroki Santo Yusup Bintaran.

      D.

   Rumusan Masalah

  Dengan memperhatikan batasan di atas maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan iman keluarga? 2.

  Apa yang dimaksud dengan kunjungan keluarga? 3. Seberapa besar dampak kunjungan keluarga terhadap perkembangan iman keluarga!

E. Tujuan Penulisan

  Skripsi ini di tulis dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan pengertian pada para suster bahwa kegiatan kunjungan keluarga itu sangat penting demi perkembangan iman keluarga.

  2. Memberikan masukan pada orang tua katolik di lingkungan agar lebih memperhatikan perkembangan iman keluarga.

  3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak kunjungan keluarga terhadap perkembangan iman keluarga.

  4. Memenuhi syarat kesarjanaan strata satu (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

F. Manfaat Penulisan

  Penulisan diharapkan bermanfaat: 1. Bagi keluarga-keluarga katolik : menambah pengetahuan dan informasi tentang tanggungjawab dan usaha mendidik dan mengembangkan iman keluarga, sehingga iman keluarga dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang dewasa.

      2.

  Diharapkan dapat memperkaya wawasan pengetahuan dalam usaha meningkatkan kesadaran bagi para suster dalam mengembangkan iman keluarga melalui kegiatan kunjungan.

  3. Bagi para katekis sebagai landasan langkah berikutnya yaitu menjadi salah satu bahan acuan bagi para katekis untuk mendampingi orang tua pada khususnya dan pengembangan iman keluarga pada umumnya.

  G. Metode Penulisan

  Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis berdasarkan penelitian. Data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan angket dan wawancara.

  Selain itu, penulis juga mengembangkan refleksi pribadi dengan bantuan buku-buku pendukung.

  H. Sistematika Penulisan

  Judul dari skripsi ini adalah “PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”. Judul ini akan diuraikan menjadi V bab sebagai berikut :

  Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu kajian pustaka. Pada bagian ini penulis mencoba untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah dengan menggunakan acuan pustaka atau teori-teori. Bagian kedua

      menjelaskan atau merumuskan bagaimana hubungan antara variabel sehingga ditemukan hipotesis. Bagian ketiga adalah hipotesis atau jawaban sementara.

  Bab III, yaitu metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan metode pengumpulan data serta metode analisis.

  Bab IV terdiri dari dua bagian. Dalam bagian ini diuraikan mengenai laporan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan isi keseluruhan skipsi ini dari Bab I sampai Bab IV. Sedangkan saran ditujukan kepada para suster dalam usaha meningkatkan keterlibatan kunjungan keluarga.

     

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada kajian pustaka ini, penulis akan menguraikan tiga hal yaitu: mengenai pastoral, kunjungan keluarga, dan perkembangan iman keluarga.

1. Pastoral a. Pengertian Pastoral

  Istilah “pastoral” berasal dari kata “Pastor” yang berarti “gembala.” Pastoral mempunyai arti esensial dalam kehidupan Gereja. Akulah gembala yang baik” kata Yesus ((Yoh 10:11). Dalam perikop ini Yesus memberikan gambaran tugas gembala. Maka pengertian Pastoral meliputi karya yang dilakukan oleh seorang Pastor, pelayan umat Gereja. Oleh karena itu semua yang beriman dalam Gereja ikut ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam. Dengan demikian pelayanan pastoral juga menjadi tugas seluruh umat dan bukan hanya para imam tertahbis saja. Sebagai pelayanan Gereja pastoral meliputi berbagai wadah atau lingkup iman yang berbeda-beda, misalnya: Pastoral sekolah, pastoral paroki dalam bidang kemasyarakatan (Sumarno, 2001:1).

  Amalorpavadass (1972:5-7), mengatakan ada tiga tugas yang dipenuhi dalam pelayanan pastoral yaitu: pelayanan dengan mewartakan, pelayanan ibadat dengan merayakan dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan mendidik umat Kristus supaya penuh cinta kasih dan matang dalam segi iman untuk memberi kesaksian dan pengabdian.

  Tugas Gereja adalah mewartakan misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan

      ditawarkan lewat pelayanan sabda. Allah disampaikan dengan berbagai cara dan bentuk dengan tujuan membina, menggairahkan dan memupuk iman. Pelayanan mengakibatkan Sabda Allah menjadi aktual dan relevan bagi waktu dan tempat serta kategori pendengar dengan kata-kata manusiawi.

  Pelayanan Sabda mempersiapkan dan membimbing kepada liturgi. Liturgi sendiri memuat pelayanan sabda dan kebaktian, kedua-duanya membutuhkan dan menuju kepada pelayanan pengarahan demi tercapainya kesaksian nyata dan pengabdian cinta kasih.

  Nouwen (1986:17-21), mengatakan bahwa dengan berubahnya zaman dan berkembangnya hidup para pelayan kristiani ke pelbagai arah yang baru, semakin tidak jelas pula bagaimana olah rohani yang menyita banyak waktu masih berhubungan dengan kesibukan hidup paroki. Para pelayan kristiani mulai merasa bahwa doa semakin dialami sebagai pelarian ke dalam hidup batin yang aman untuk menghindarkan diri dari masalah-masalah yang seharusnya mengusik suara hati kristiani dan merupakan tantangan untuk melibatkan diri dalam tindakan yang kreatif.

  Kebanyakan dari mereka telah memberikan diri dalam kegiatan pastoral sehari- hari yang kadang-kadang begitu menuntut sehingga mereka merasa kosong, letih, lelah dan sering kali kecewa. Kelelahan ini begitu terasa mendalam sehingga kemajuan jarang terlihat jelas dan hasilnya pun hanya kadang-kadang tampak. Melalui hubungan pelayanan itulah Sabda Allah sampai kepada manusia. Seperti seorang dokter, psikolog, psikiater atau pekerja sosial membutuhkan ketrampilan khusus agar mereka dapat menolong sesama mereka, secara bertanggungjawab tanpa melatih diri dalam bidang- bidang pokok pelayanan mereka seperti berkhotbah, mengajar, pendampingan, organisasi dan pelayanan.

     

  Pada saat ini ada kehausan besar akan spiritualitas baru, yaitu pengalaman baru akan Allah dalam hidup kita sendiri. Pengalaman ini hakiki bagi setiap pelayanan kristiani tetapi tidak dapat ditemukan di luar batas-batas pelayanannya. Seharusnya benih-benih spiritualitas baru ini dapat ditemukan di tengah-tengah pelayanan kristiani itu sendiri. Doa bukanlah persiapan sebelum bekerja atau syarat yang tidak dapat diabaikan kalau pelayanan mau berhasil. Doa adalah hidup: Doa dan pelayanan adalah sama dan tidak dapat dipisahkan. Kalau keduanya dipisahkan, seorang pelayan kristiani akan menjadi seorang tukang dan imamat tidak lebih dari sebuah cara lain untuk meringankan penderitaan hidup sehari-hari.

  Nouwen (1986:22), mengatakan bahwa setiap orang kristiani adalah pelayan. Pelayanan yang dihubungkan dengan tahbisan dapat dianggap sebagai pusat karena seorang pelayan yang ditahbiskan memberi wujud yang paling kentara dari berbagai bentuk pelayanan kristiani.

  Dalam dunia profesionalisasi, bidang-bidang spesialisasi terus berkembang. Anggapan dulu bahwa pelayan kristiani adalah dokter, psikolog, pekerja sosial, dan perawat sekaligus. Dalam masyarakat, yang mengerjakan semuanya adalah mereka.

  Mereka menjadi pusat pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun saat ini banyak pelayan kristiani merasa bahwa mereka adalah amatir dalam semua bidang dan bukan seorang profesional dalam bidang tersebut. Mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan ragu- ragu apakah mereka dapat menolong orang-orang secara efektif.

  Nouwen (1986:22) juga merumuskan dua sisi identitas yang minta perhatian di antaranya adalah sebagai berikut:

     

  1) Peneguhan

  Tidak ada pelayanan Kristiani yang dapat hidup secara kreatif dan penuh arti bila perasaan tersebut begitu menguasai. Orang menganggap diri tidak mempunyai sumbangan khusus yang dapat diberikan kepada sesamanya dan lebih sebagai hiasan daripada pribadi yang bernilai untuk kehidupan, lebih dibiarkan daripada dibutuhkan lama kelamaan akan menjadi tertekan, acuh tak acuh, bosan, dan mudah marah. Atau ia dengan mudah akan memutuskan untuk meninggalkan pelayanan, pindah ke bidang lain yang dianggapnya sungguh-sungguh sebuah profesi.

  Pelayanan pastoral pribadi adalah yang paling dibutuhkan dan kenyataannya paling diharapkan sekurangnya apabila kita dapat memahami permasalahannya. Maka dari itu, latihan pastoral barangkali pertama-tama berarti pendidikan para pastor supaya mereka dapat mendengarkan persoalan-persoalan, dan menjadi sadar bahwa beribu-ribu orang terus-menerus mempertanyakan apa yang telah ditanyakan oleh Alfie. Apa arti semua ini? Mengapa kita harus makan dan minum, bekerja dan bermain, mencari uang dan mempunyai anak, dan terus-menerus bergulat melawan serangkaian frustrasi yang tak pernah berakhir? Atau bertanya seperti halnya Yogavasistha, “Kebahagiaan macam apakah yang dapat ada di dunia di mana setiap orang dilahirkan untuk mati?” (Allport, 1960:23).

  2) Penyangkalan diri

  Pada saat seseorang mulai merasa percaya diri atau berbangga, ia diganggu oleh kata-kata Kristus yang melintas di benaknya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya-sebab barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat 16:24-25). Yang terpenting, orang ingat akan kata-kata

      aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

  Peristiwa pada saat pelayanan kristiani menemukan bahwa ia tidak hanya mempunyai sesuatu untuk disumbangkan namun dapat menyentuh inti kehidupan, pada saat ia siap untuk meneguhkan dirinya sendiri dan merasa bahwa ia dapat memenuhi harapan- harapannya dan mewujudkan cita-cita yang terdalam dalam hidupnya, ia dihadapkan dengan panggilan yang mendesak untuk menyangkal diri, memandang diri sebagai pelayan, seorang pekerja tak berguna yang ada di garis belakang.

  Banyak pelayanan kristiani dan imam sangat ingin masuk ke dalam lingkungan orang-orang ahli dan mempunyai identitas yang jelas. Namun apakah begitu penting untuk sampai kepada kepenuhan diri profesional ini. Tetapi apakah merupakan panggilan kita untuk memenuhi diri kita sendiri sampai ke tingkat yang terakhir dan untuk menciptakan keadaan di mana kita dapat sampai kepada apa yang kita pandang paling berarti, paling indah, dan pengalaman intensif.

  Thomas Merton (1969:76) dalam salah satu karyanya menulis: Menjadi amat pentinglah bagi kita untuk lepas dari konsep kita sehari-hari mengenai diri kita sendiri sebagai subjek-subjek potensial untuk pengalaman unik yang istimewa, atau sebagai calon-calon (yang mengharapkan) realisasi, hasil dan kepenuhan.

  Tak seorang pun dapat melayani sesamanya apabila ia tidak mau menyangkal dirinya agar dapat menciptakan ruang di mana Allah dapat melaksanakan karya-Nya.

  Bagaimana kita dapat sungguh-sungguh menolong orang lain apabila kita tetap memusatkan perhatian pada diri kita sendiri? Selama kita mencoba untuk memperhatikan banyak hal, kita tidak dapat sungguh-sungguh berkonsentrasi. Hanya bila orang dapat melupakan dirinya sejenak, ia dapat menjadi sungguh-sungguh memberi perhatian kepada orang lain yaitu masuk ketengah-tengah keprihatinannya.

     

  Formann, seorang imam-psikolog dari Belanda ketika menunggu saat kematiannya yang segera akan datang menulis: “Persoalan hidup keagamaan di barat harus dihubungkan dengan inflasi Ego. Kita telah kehilangan kesadaran bahwa ada pengetahuan yang hanya dapat dicapai melalui sebuah proses penyerahan untuk menjadi lepas dan kosong” ( Ambo Bilthoven, 1970:6).

  Sejak dialog Timur-Barat menjadi bagian dalam hidup banyak orang khususnya kaum muda, kita menjadi sadar akan kenyataan bahwa ada dua bentuk kesadaran: yang satu mengatakan jadilah dirimu sendiri supaya engkau menjadi kreatif, dan yang lain mengatakan lepaskanlah dirimu supaya Allah dapat menjadi kreatif menekankan penyatuan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

1 8 141

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta.

3 24 162

Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan memperkembangkan iman mereka.

1 10 185

Deskripsi penghayatan spiritualitas keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta.

4 38 174

Pengaruh doa Bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

1 9 139

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta

0 13 160

Peran film video untuk memperlancar proses pembinaan iman kaum muda di wilayah ST. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 183

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Penghayatan spiritulaitas perkawinan Katolik oleh keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St. Yohanes Paulus Paroki St. antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mewujudkan keluarga Katolik yang beriman - USD Repository

0 1 102

Bimbingan orang tua terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 2 132