KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd)

  

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL

MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM

AL JAUZIYAH

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan ( S.Pd)

Oleh

Noviana Heni Rahmawati

  

111-12-091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL

MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM

AL JAUZIYAH

  MOTTO

Mens sana in corpore sano (GIOVENALE, Satire,X,356)

Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat

  “ Jauh lebih sulit untuk membuat orang sehat daripada

membuat mereka sakit”

  

(DeForest Clinton Jarvis)

  Saya percaya bahwa apa yang anda rasakan sangat penting

seperti bagaimana anda terlihat cantik dan sehat”

(Victoria Principal)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat Allah yang Maha Kuasa,

  penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Kedua orangtua saya, Bapak Ruhadi, SE dan Ibu Umi Hani, M.PdI , yang telah mendidik serta membesarkan penulis dan selalu memberikan doa tanpa henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari .

  2. Saudara- saudaraku tercinta, Mas Syarif Fanani M.Pd dan Mba Nur Aini Luthfia, M.PdI , Dek Khoirul Huda, Dek Alfia Nikmatul Fadhila yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu.

  3. Ibu Yayuk Sri Rahayu, S.Pd selaku Kepala RA Glory Islamic yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil. yang selalu membimbing dan memotivasi penulis.

  5. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu saling memberikan dukungan semangat dan doa: Sayidatul, Ika, Tri, Dedi, Putri, Nia, Hikmah, Afifah dan masih banyak lagi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

  6. Keluarga besar PAI C dan teman-teman PAI 2012.

  7. Keluarga besar UKM SMC IAIN SALATIGA tercinta.

  8. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta para pembaca yang budiman.

  

KATA PENGANTAR

Assalammu‟alaikum wr.wb.

  Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul

  

“Konsep Pendidikan Jasmani dalam Kitab Zaadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim

Al Jauziyah” sesuai dengan rencana.

  Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

  IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak M. Ali Zamroni, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  

ABSTRAK

  Rahmawati, Noviana Heni. 2016. Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Kitab

  Zaadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Skripsi. Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Mufiq, S.Ag, M.Phil.

  Kata Kunci : Konsep Pendidikan Jasmani, Kitab

  Zaadul Ma‟ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah

  Penelitian ini membahas tentang konsep pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pendapat Ibnu Qayyim tentang konsep Pendidikan Jasmani? , 2. Bagaimana relevansi pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam pendidikan Islam?.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan ( Library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya.

  Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) konsep Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim adalah :Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa islam mengarahkan manusia agar menjaga selalu kesehatan, menolak berbagai penyakit fisik maupun jiwa; Menurut Ibnu Qayyim tidak semua permainan dalam olahraga boleh dilakukan; Ibnu Qayyim berpendapat bahwa, waktu yang paling baik untuk melakukan olahraga adalah ketika setelah tercernanya makanan secara sempurna; Menurut Ibnu Qayyim kurikulum pada pendidikan jasmani adalah: Menunggang kuda, melempar lembing, gulat, lomba lari, memanah dan renang;Menurut Ibnu Qayyim manfaat olahraga ada tiga, yaitu: menjaga kesehatan, menguatkan jasmani dan mendapatkan pahala yang berlimpah; Menurut Ibnu Qayyim sarana yang tepat bagi pendidikan olah raga adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba

  • –Nya, seperti shalat dan ibadah haji. (2) Relevansi Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim dalam pendidikan Islam yaitu, dari semua konsep pendidikan jasmani yang dipaparkan Ibnu Qayyim di dalam kitab Zaadul Ma‟ad hanya sebagian yang di praktekkan dalam pendidikan islam.

  DAFTAR ISI SAMPUL ......................................................................................................... i JUDUL ............................................................................................................ ii LEMBAR BERLOGO ................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi MOTTO ………………………………….............................................. ....... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 6 E. Metode Penelitian ………………….............................................. 7 1. Jenis Penelitian ......................................................................... 7 2. Metode Pengumpulan Data …………………………………. 8 3. Sumber Data ……………………………………………….. .. 8 4. Metode Analisis Data………………………………………. .. 8

  F. Penegasan Istilah ........................................................................... 9

  G. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 10

  

BAB II Biografi Ibnu Qayyim Al Jauziyah ............................................... 12

A. Nama dan Kelahiran Ibnu Qayyim Al Jauziyah ……………... .... 12 B. Akhlak dan Ibadah Ibnu Qayyim Al Jauziyah ............................... 12 C. Keilmuan Ibnu Qayyim Al Jauziyah ………………………….. ... 13 D. Karangan

  • –Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………….. .... 18 E.

  Manhaj dalam karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………..... . 23

  F. Guru- guru Ibnu Qayyim Al Jauziyah…………………………. .... 27 G. Murid- murid Ibnu Qayyim Al Jauziyah ……………………… .... 28 H.

  Wafatnya Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………………………... .. 28

  BAB III Deskripsi Pemikiran: Konsep Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah .......................................................... 29 A. Menjaga Kesehatan ........................................................................ 31 B. Macam- Macam Permainan dalam Olahraga ................................ 31 C. Waktu Yang Tepat Untuk Olahraga ............................................... 32 D. Kurikulum Pemdidikan Jasmani ……………………………... .... 33 E. Manfaat Olahraga ……………………………………………... ... 34 F. Sarana Pendidikan Olahraga ……………… ................................. 36 BAB IV Analisis Pendidikan Jasmani dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam .......................................................................... 38 A. Tinjauan Jasmani Secara Umum .................................................... 38 a. Hakikat Pendidikan Jasmani..................................................... 38 b. Tujuan Pendidikan Jasmani ………………………………... .. 39 c. Kurikulum Pendidikan Jasmani……………………………. ... 43

  B. Relevansi Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam pendidikan islam................................................... 46 a.

  Menjaga Kesehatan ………………… ..................................... 46 b.

  Macam-macam Permainan dalam Olahraga…………………. 47 c. Waktu tepat untuk Olahraga …………………………… ........ 47 d.

  Kurikulum Pendidikan Jasmani ……………….. ..................... 48 e. Manfaat Olahraga……………………. .................................... 53 f. Sarana Pendidikan Olahraga ………………….. ...................... 56

  

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 58

A. Kesimpulan .................................................................................... 58 B. Saran-saran .................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika membahas tentang tujuan pendidikan Islam, para pakar pendidikan sering memulai dengan pembahasan tentang hakikat manusia. Mengapa perlu mengetahui hakikat manusia? Karena manusia yang menjadi

  objek utama kerja pendidikan. Dengan mengetahui hakikat manusia maka konsep tarbiyah yang benar dapat dirumuskan.

  Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Hasan bin Ali Al Hijazy, 2001:21) hakikat diri manusia merupakan perpaduan beberapa unsur yang saling berkaitan dan tidak mungkin dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa unsur yang di maksud adalah: ruh, akal, dan jasmani. Hal itu tidak berarti bahwa setiap unsur yang ada dalam diri manusia bekerja sehari-hari dan terpisah dari yang lainnya.

  Hakikat manusia bukan hanya terdiri dari unsur badan saja yang tidak ada kaitannya dengan unsur ruh dan akal. Atau ia hanya terdiri dari ruh semata yang tidak ada kaitannya dengan akal dan jism (badan). Tetapi hakikat unsur yang saling berkaitan.

  Menurut Ahmad Tafsir (2008:37) hakikat wujud manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Dia juga menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang utuh yang terdiri atas jasmani, akal dan rohani sebagai potensi pokok.

  Al- Qur‟an menjelaskan bahwa manusia mempunyai aspek jasmani. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77, yaitu:

  ) 77 : صصقىا( اٍَْوُّذىاَىِم َلَثٍِْصَو َصْىَت اَىََ َجَرِخَاَراَّذىا ًُّيىا َكاَتَاآَمٍِْف ِػَتْتََ

  “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

  (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi” (Al Qashash: 77, Mushaf Al Qur‟an Terjemah, Departemen Agama RI, 2005: 395).

  Yang dimaksud “dunia” dalam hal ini adalah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani (Ahmad tafsir, 2008:37) Setelah memahami hakikat manusia, yaitu terdiri dari unsur yang berupa ruh, jasmani dan akal maka konsep pendidikan (tarbiyah) yang benar adalah senantiasa memperhatikan dan memenuhi kebutuhan setiap komponen yang ada dalam diri manusia tersebut. Semua komponen harus mendapat haknya untuk mendidik sehingga manusia bisa berkembang dengan seimbang antara akal, ruh dan jasmani.

  Ciri manusia yang sempurna menurut Islam ( Ahmad Tafsir , 2008:46) adalah jasmani yang sehat kuat dan berketrampilan, cerdas serta pandai (akal) dan rohani yang berkualitas tinggi. Ketiga ciri-ciri ini dapat dicapai oleh manusia apabila ruh, akal dan jasmani tersebut mendapat hak pendidikannya secara seimbang.

  Keterangan di atas menunjukkan pentingnya pendidikan jasmani. Karena jasmani termasuk salah satu dari unsur manusia yang harus mendapatkan hak pendidikan, sebagaimana ruh dan akal. Sehingga di antara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang jasmaninya sehat serta kuat dan berketerampilan.

  Islam adalah agama sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik dari unsur yang kecil sampai urusan yang besar. Termasuk masalah pendidikan, Islam telah mengajarkan pemeluknya bagaimana mendidik aspek jasmani anak didik. Islam secara tegas memerintahkan para pemeluknya agar sehat dan kuat jasmaninya. Allah berfirman:

  َأََ ٍجَُُّق ْهِّم ْمُتْعَطَتْضااَّم مٍَُىاَُّْذِع َتِّر ْهِمََّ ًِّيىاََُّذَع ًِِت َنُُْثٌِْرُت ِوٍَْخْىا ِطا ْمُمََُّذَعََ “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang di tambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu” (Al Anfal: 60, Departemen Agama RI, Mushaf Al Qur‟an Terjemah, 2005: 185).

  Dari abu hurairah dia berkata, “ Rasulullah s.a.w bersabda :

  ا ِهِمْؤُمىا َهِم ًِّيىا ىَىِإ ُّةَحَأََ ٌرٍَْخ ُّيَُِقْىَا ُهِمْؤُمْىَا ِّوُم ًِفََ ِفٍِْعَّضى ٌرٍَْخ “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Dan masing-masing dari mereka terdapat kebaikan” (HR. Muslim, Imam An Nawawi, Terjemah Lengkap Riyadush Shalihin, 2010: 139).

  Pada kenyataannya sangat disayangkan, kebanyakan pendidikan (baik orang tua maupun Lembaga Pendidikan Islam) yang tidak memperhatikan pendidikan jasmani. Mereka lebih cenderung mengutamakan pendidikan akal (intelektual) dan mengesampingkan pendidikan jasmani. Akibatnya lahirlah generasi yang bagus intelektualnya namun lemah fisiknya.

  Beberapa lembaga pendidikan Islam memang memasukkan penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan) dalam Kurikulum, namun materi yang diajarkan tidak sesuai dengan pendidikan jasmani menurut Islam. Mereka menerapkan pendidikan jasmani sebagaimana sekolah-sekolah umum lainnya, yaitu dengan menerapkan kurikulum pendidikan jasmani yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Padahal kurikulum yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional banyak yang tidak sesuai dengan pendidikan jasmani menurut Islam. Sehingga tidak ada ciri khas keislaman dalam pendidikan jasmani pada lembaga tersebut. Hal ini bisa kita lihat kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dari tingkat SD/MI sampai SMA/MA , bahkan di pondok pesantren, baik yang salafiyah maupun yang modern sedikit yang sesuai dengan ajaran Islam.

  Berkenaan pendidikan jasmani Atha meriwayatkan:

  ُذَحَا َّوَمَف،ِناٍَِمْرٌَ ّيِراَصْوَلاْاِرٍِْمَع َهْتَرِتاَج ُتٌَْاَر :ُهُُْقٍََف ءاَطَع يَِْرٌَ ًٍَِيَع ًُّيىا ىَّيَص ًِّيىا َهُُْضَر ُتْعِمَض ؟َتيِطَم:رخَلاْا ًَُى َهاَقَف،َصَيَجَف َمٌُ ٌُ ٍَْض ََْأ ٌٍَُّْى ٍََُُف َّوَجَََّسَع ًِّيىاِرْمِر ْهِم َصٍَْى ٍءًَْش ُّوُم :ُوُقٌَ َمَّيَضََ : ٍهاَصِخ َعَتْرَأ َلاِإ

  ُمَّيَعَتََ ، ًَُيٌَْا ُحَثَعَلا ُمََ ، ًَُضَرَف ًُُثٌِرْؤَتََ ، ِهٍَضَرَغىا َهٍَْت ِوُجَّرىا ًُْشَم )هطح داىضئت ىورثت ياَر ( ِحَحاَثِّطىا “Aku pernah melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair Anshari r.a. keduannya selalu melempar (panah atau tombak). Ketika salah satu mereka bosan, maka dia hanya duduk. Lalu ditegur, “Apakah kamu merasa malas?” Aku pernah mendengar Rasulullah saw

  bersa bda: “Setiap perbuatan yang bukan zikrullah (mengingat Allah swt) adalah lahwu (permainan yang tidak bermanfaat) atau syahwun (kelengahan), kecuali empat perbuaan yaitu, berjalannya seseorang di antara dua tanda (berlari),mendidik kudanya (belajar menunggang kuda), bercumbu dengan istrinya dan mengajarkan berenang”. (HR.

  Imam Thabrani dengan Isnad Hasan). Sudah selayaknya para pendidik anak-anak kaum muslim untuk kembali kepada pendidikan Islam. Bukan mengekor pendidikan barat atas nama pendidikan modern. Karena agama Islam telah mengajarkan umatnya bagaimana mendidik jasmani anak didik. Oleh karena itu diperlukan kajian mendalam tentang pendidikan jasmani dalam Islam.

  Banyak ulama dan pakar pendidikan Islam telah membahas pendidikan jasmani dalam agama islam. Di antaranya adalah Ibnu Qayim Al- Jauziah. Beliau adalah seorang ulama‟ yang ahli dalam masalah kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Hal ini dapat dilihat dalam tulisan beliau, seperti Zaa dul Ma‟ad kitab ke empat yang membahas tentang kesehatan. Selain itu beliau juga seorang ahli pendidikan Islam, karena Ibnu Qayyim terjun langsung di dunia pendidikan. Beliau mengajar di perguruan Al- Jauziyah milik ayahnya. Maka, pemikiran pendidikan menurut beliau layak untuk diteliti, khususnya pendidikan jasmani, karena memang beliau ahli dalam masalah ini.

  Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1990: 316) manusia untuk bisa bertahan hidup memerlukan makanan dan minuman. Makanan tidak seluruhnya menjadi bagian dari tubuh. Karena setiap proses pencernaan makanan masih akan menghasilkan ampas. Apabila ampas tersebut terlalu banyak dalam waktu lama maka akan menumpuk dalam jumlah banyak pula. Dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang banyak dan kualitas yang berat ampas tersebut akan berbahaya, bisa menyebabkan penyumbatan atau menyebabkan kegemukan, selain itu juga akan menyebabkan beberapa penyakit dalam. Olahraga adalah cara terbaik untuk mencegah menumpuknya ampas makanan tersebut. Karena olahraga dapat memanaskan tubuh, mencairkan sisa ampas sehingga tidak mendekam terlalu lama.

  Masih menurut Ibnu Qayyim, di antara jenis olahraga fisik adalah menuggang kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari. Semua jenis olahraga ini dapat menghilangkan penyakit kronis seperti serangan jantung.

  Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti pemikiran Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah tentang pendidikan, khususnya pendidikan jasmani. Oleh karena itu skripsi ini saya beri judul Konsep

  Pendidikan Jasmani Dalam Kitab Zaadul Ma’ad Karangan Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim ? 2. Bagaimana relevansi pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim dalam pendidikan Islam?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

  1. Pendapat Ibnu Qayyim tentang konsep pendidikan jasmani.

  2. Pendapat Ibnu Qayyim tentang relevansi pendidikan jasmani dalam pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

  1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam.

  Bagi kalangan akademik yang ingin meneliti masalah pendidikan dalam Islam, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman berupa sumbangan teoritis.

  2. Praktis a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi para pendidik atau lembaga pendidikan Islam serta pihak lain yang berkepentingan untuk menambah khazanah pengetahuan tentang pendidikan.

  b.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta pendidikan islam tentang pendidikan jasmani menurut Islam, dengan harapan pendidikan jasmani yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.

  c.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan Islam.

E. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan ( Library

  research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada

  literatur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan- tulisan lainnya. Penelusuran pustaka lebih dari pada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan (Zed, 2008: 1-2).

  2. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:231. Namun dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa buku saja.

  3. Sumber Data dan sekunder.

  a. Data primer Berupa

  Mukhtashar Zadul Ma‟ad karangan Ibnu Qayyim Al- Jauziyah yang telah diringkas oleh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi yang diterbitkan oleh Darul-Fikr pada tahun 1990 dan diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi dan diterbitkan oleh Pustaka Azzam pada tahun 2000.

  b. Data sekunder Sumber data sekunder dari buku-buku yang berkaitan, seperti buku tentang pendidikan jasmani, buku karya Ibnu Qayyim Al-

  Jauziyah, kurikulum Penjas Orkes MTs dan MAN serta buku-buku, ebook, PDF, dan jurnal lain yang berhubungan dengan penelitian serta website tentang pendidikan jasmani.

F. Penegasan Istilah

  Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kekurang jelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah- istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya.Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: 1.

  Konsep yaitu gambaran mental suatu objek, proses, atau apapun yang berada diluar bahasan dan yang digunakan oleh akal budi untuk memahami masalah-masalah lainnya, atau dengan kata lain, ide atau pendapat yang diabsatrakkan melalui peristiwa nyata. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer : 764). Dalam wilayah filsafat ilmu, konsep dalam bahasa Inggris adalah concept (bhs latin concepere, conceptum,) yaitu kesan mental, sebuah pikiran, pernyataan gagasan dari sebarang tingkat kenyataan atau abstraksi yang digunakan dalam berpikir abstrak. (Kamus Filsafat: 56) 2. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.( Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007: 263) 3. Jasmani adalah tubuh, badan.(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007: 461)

  Pengertian judul secara keseluruhan adalah Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Kitab Zadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim Al jauziyah, maksudnya adalah konsep pemikiran Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengenai pendidikan jasmani dalam kitab Zaadul Ma‟ad filsafat pendidikan dan relevansinya dalam bidang pendidikan Islam, dalam hal teori atau konsep maupun praktik pendidikan .

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika di sini yang penulis maksud adalah sistematika penyusunan karya ilmiah dari bab ke bab. Sehingga karya ilmiah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulis terhadap skripsi ini. Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:

  Bab I, Pendahuluan berisi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II, Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, berisi: Nama dan kelahiran, Akhlak dan ibadah, Keilmuan, Karangan-karangan, manhaj, Guru- guru, Murid-murid dan wafatnya Ibnu Qayyim.

  Bab III, Deskripsi Pemikiran Pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, berisi: Menjaga Kesehatan, Macam-macam Permainan , Waktu yang tepat untuk Olahraga, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Manfaat Olahraga, Sarana Pendidikan Jasmani. Bab IV, Analisis Pendidikan Jasmani dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam, berisi: Tinjauan Pendidikan Jasmani secara Umum dan Relevansi Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim dalam Pendidikan Islam. Bab V, Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II BIOGRAFI IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH A. Nama dan Kelahiran Ibnu Qayyim Aljauziyah Nama lengkapnya Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa‟ad Zur‟I Ad-Damsyiq yang biasa dipanggil Abu Abdullah dengan gelar Syamsudin

  (Muhammad Sa‟id Musri,2007:366). Ayahnya seorang tokoh di perguruan Al-Jauziyah yang terletak di pasar Al- Bazzuriyah di kota Damaskus. Dan itu sebabnya beliau dipanggil dengan nama Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Beliau dilahirkan pada tahun 591 H (1292 M) di Damaskus, tepatnya setahun setelah kemenangan kaum Salib ( Muhammad Suwaid Al Qadhi, 2001:13).

B. Akhlak dan Ibadah Ibnu Qayyim Al Jauziyah

  Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang yang alim pasti memiliki murid dan pengikut yang mencintainya, demikian juga dengan Ibnu Qayyim.

  Mari kita dengar pengakuan sebagian murid beliau tentang akhlak dan ibadah Ibnu Qayyim (Al Hijazi,2001: 11) :

  Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau adalah orang yang selalu sibuk siang dan malam, beliau sangat banyak shalat dan membaca Al- Qur‟an. Baik akhlakny a, luas kasih sayangnya serta tidak pernah dengki dan hasud.”

  Ibnu Rajab berkata, “Beliau banyak beribadah dan selalu melaksanakan tahajjud, panjang shalatnya, tekun berdzikir, banyak mahabbahnya, Inabah, istighfar, iftiqar kepada Allah, dan khusyu‟ dalam beribadah. Saya tidak mengetahui oran yang luas ilmunya kecuali beliau dan tidak ada orang yang mengetahui makna AlQur‟an dan Sunnah selain beliau, dan saya tidak mengetahui orang yang mengetahui tentang hakikat ilmu kecuali beliau.

  Beliau bukanlah orang yang maksum, tetapi saya tidak pernah melihat kesalahan pada dirinya.” Ibnu Hajar menatakan, “Beliau adalah seorang pemberani, luas ilmunya, banyak tahu tentang perselisihan pendapat di antara para ulama dan madzab kaum salaf. Beliau sangat mencintai Ibnu Taimiyah, sehingga tak satupun pendapatnya yang menentang dari pendapat Ibnu Taimiyah. Beliau pernah dipenjara bersama Ibnu Taimiyah, beliau selalu membela pendapat Ibnu Taimiyah, bahkan beliaulah yang meneruskan dan menyebarkan ajarannya.”

  Imam Asy-Syaukani mengatakan, Beliau selalu berpegang kepada dalil- dalil yang shahih, bangga dengan mengamalkan dalil yang shahih tersebut, tidak bersikeras memenangkan pendapatnya, berpegang pada kebenaran dan pemberani.

C. Keilmuan Ibnu Qayyim Al jauziyah

  Disebutkan dalam kitab-kitab biografi, bahwa beliau mendengar hadis, belajar ilmu hingga menguasai beberapa disiplin ilmu terutama ilmu tafsir, hadis, akidah dan fiqh. Ketika gurunya, Tauqiuddin Ibnu Taimiyah, pulang dari Mesir pada tahun 712 H, Ibnu Qayyim senantiasa menyertainya (mulazamah) hingga beliau (Ibnu Taimiyah) wafat. Ibnu Qayyim banyak mengambil ilmu dari Ibnu Taimiyah. Maka jadilah beliau ulama yang piawai dalam ilmunya. Kendatipun demikian, beliau tetap mencari ilmu siang dan malam. Beliau ada lah ulama yang mahir dan ahli dalam ilmu qira‟ah.

  Salah seorang muridnya menuturkan, “Beliau adalah ahli fiqh, ahli ushul, ahli tafsir dan ahli nahwu.” Dalam Fiqh, beliau bermadzhab Hanbali.

  Di antara bukti ketinggian ilmunya adalah ( Al Hijazy, 2001: 1-3) : 1.

  Bantahannya terhadap para penganut paham dan pemikiran yang menyimpang yang hanya dibangun di atas sangkaan dan khayalan, sebagaimana bantahannya terhadap paranormal. Beliau menyebutkan bantahan-bantahannya ini dalam beberapa kitab karangannya hingga mencapai seratus karangan bahkan mungkin lebih.

  2. Beliau memiliki pendapat bahwa penanggalan dengan bulan itu lebih baik dari pada penanggalan dengan matahari, karena penanggalan dengan bulan selamat dari kesalahan dan kesimpangsiuran. Yang demikian itu berdasarkan firman Allah tentang bulan,

  ) ٥ : صوٌُ

  ( َباَطِحْىآََ َهٍِْىِّطىآ َدَذَع اُُْمَيْعَتِى َهِزاَىَم ،ُيَرَّذَقََ

  “Dan ditetapkannya manzilah- manzilah (tempat-tempat) bagi

  perjalanan bulan itu, supaya kamu mengerti bilangan tahun dan perhitungan waktu.”(yunus: 5)

  Beliau berkata, “Ayat ini adalah bukti bahwa penanggalan berdasarkan rembulan itu lebih baik dari pada berdasarkan matahari karena Allah telah berfirman mengenai penanggalan dengan bulan dan tidak dengan matahari.

  3. Penjelasan beliau mengenai madu dan manfaatnya. Beliau menjelaskan manfaat madu. Madu menurut beliau adalah obat yang paling bermanfaat, melebihi manfaat gula, ia sangat bergua bagi pencernaan dan kesehatan dan kesehatan tubuh.

  4. Penjelasannya mengenai alam, bahwa alam ini berjalan sesuai dengan kehendak, kekuasaan dan pengaturan Allah Ta‟ala. Dalam hal ini beliau membantah ahli biologiyang mengatakan bahwa alam ini tercipta dan berjalan dengan sendirinya (secara kebetulan).

5. Penjelasannya mengenai magnet, bahwa kelebihannya adalah menarik

  setiap sesuatu yang dekat dengannya. Beliau berkata, “Mahasuci Dzat yang telah mengkhususkan rahmat dan kemuliaan kepada siapa saja yang dikehendaki- Nya dari gunung-gunung dan lainnya. Dengan rahmat-Nya Dia menjadikan gunung-gunung sebagai magnet hati, hingga seakan- akan hati itu memiliki magnet, yang akan meluncur kepadannya jika ia menyebutnya.” Penjelasannya mengenai udara dan kebutuhan makhluk hidup kepadanya.

  Beliau mejelaskan bahwa manfaat udara adalah mengantarkan suara. Udara adalah kehidupan bagi badan, ia yang mengikat sesuatu yang dihirup darinya kedalam tubuh, dan mengambil dari luar apa-apa yang dirasakan oleh rohnya. Dari udara badan ini mengambil gizinya, baik yang zhahir maupun yang batin, dan dari udara semua suara bersumber, ia yang membawanya kemudian menyampaikannya kepada yang dekat maupun yang jauh, sebagai tukang pos dan utusan, yang tugasnya menyampaikan berita dan surat pemberitaan. Maha Mulia Dzat yang dengan kebijaksanaan-Nya telah menjadikan udara ini sebagai kertas yang lembut, memuat berita dan pemberitaan sesuai dengan kebutuhan yang di inginkan penerimanya, kemudian dengan izin Rabbnya ia menghapus berita dan pemberitaan itu, kemudian kembali lagi menjadi bersih dan putih tiada tertulis di dalamnya sesuatupun tentang yang siapa menghantarkannya dan menuliskan segala sesuatu yang setiap waktu.

  7. Penjelasan tentang teori mengapung, dia berkata, “suatu bisa mengapung karena di dalamnya ada udara, dan udara itu menghalangi sesuatu untuk tenggelam kedalam air.” 8. Beliau juga menjelaskan tetang perputaran bintang- bintang sebagai permisalan dan bukti bagi hakikat perputaran sesuatu. Bahwa semua planet ini berputar dengan dua utaran yang berbeda, yaitu perputaran umum, di mana setiap planet berputar pada orbitnya dan perputaran khusus, yaitu setiap berputar pada porosnya. Hal ini sebagaimana halnya berputar dari arah kanan, maka semut itu memiliki dua gerakan yang berbeda menuju dua arah yang berbeda. Pertama gerakan dan arah yang di tuju oleh dirinya sendiri, dan satu arah lagi mengikuti gerakan gilingan yang hal itu tidak sesuai dengan tujuannya yang asli.

9. Penjelasannya mengenai grafitasi bumi, yang oleh beliau disebut sebagai

  “kekuatan memegang”. Beliau bekata, “Perhatikanlah apa yang diberikan oleh api berupa gerakan meninggi, yang memang tabiat api itu bergerak meninggi. Kalau bukan adanya kekuatan unsur yang mampu “memegang” sesuatu (grafitasi bumi), maka api itu akan terbang meninggi. Hal ini bagaikan badan yang memiliki bobot, kalau tidak ada unsur yang menahannya, maka ia akan roboh dan turun. Siapakah yang memberi kekuatan ini yang bisa menarik sesuatu yang meninggi hingga tetap berada di tempatnya dan bisa menarik sesuatu ke bawah kemudian menempatkannya di tempatnya, semua itu tidak lain adalah berkat kekuasaan Dzat yang Mahamulia dan Maha Mengetahui.” 10. Begitu juga penjelasan beliau mengenai batasan waktu siang dan malam yang berjumlah dua puluh empat jam, tentang nama angin rahmat dan angin adzab. Angin rahmat disebut Mubassyirat (kabar gembira), Nasyr (penebar rahmat), Dzariyat (penumbuh), Ar-

  Raha‟, Al-Mursalat (utusan)

  dan Al-La-Waqih (pembiakan) sedang angin adzab, kalau di laut disebut:

  Al-Ashif dan Al-Qashif (badai), sedang kalau di darat disebut Al-Aqiem

  dan manfaatnya dalam menumbuhkan tumbuh- tumbuhan (denga pembicaraan itu seakan-akan beliau adalah ulama di idang tumbuh- tumbuhan). Beliau jega berbicaa mengenai lautan yang keberadaannya lebih luas dari daratan. Beliau juga berbicara mengenai gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Semua itu beliau sebutkan dengan terperinci dalam kitabnya yang berjudul

  Miftahu Dar Sa‟adah wa Mansuru wilayati Ahli ilmi wa Iradah. Dan semuanya itu cukup sebagai

  bukti atas luasnya ilmu dan banyaknya belajar.

D. Karangan- karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah

  Tulisan Ibnu Qayyim sangat bagus sehingga beliau menulis karyanya dengan tangannya sendiri kemudian dicetak (Muhammad Sa‟id Musri, 2007:

  366) . Di antara kitab-kitab karangannya yaitu (Al Hijazy, 2001: 3-6). : 1.

  Kitab At-Tahbir Lima Yuhilu wa Yuhramu min Libasit Tahrir 2. Kitab MiftahuDar Sa‟adah wa Mansur Wilayati Ahli Ilmu wa Iradah 3. Kitab Tahdzib Sunan Abi Daud 4. Kitab Aimanul Qur‟an 5. Kitab Ijtimaul Juyus Al-Islamiyah Ala Harbi Mu‟attilah wa Jahmiyah 6. Kitab Ma‟rifatur Ruh wa Nafs, kitab ini bukan kitab Ar-Ruh yang sudah dicetak.

  7. Kitab At-Ta‟liq Ala Ahkam 8.

  Kitab Tuhfatuk Nazilin Bijiwari Rabbil Alamin 9. Kitab Al-Ijtihad wa Taklid 10.

  Kitab Fi Ahkami Ahli Milal Yang disebutkan oleh muridnya, yaitu Ibnu Rajab.

  11. Kitab Safaru Hijratain wa Babu Sa‟adataini

  12. Kitab Marahili Sairin Baina Manazili (nama lain dari kitab Madarijus

  Salikin) “Iyyaa kana‟budu wa iyyaaka Nasta‟in”, Kitab ini adalah syarah

  dari kitab Manazili Sairin karangan Syaikhul Islam Al-Anshari 13. Kitab Akdu Muhtamil Ahibba‟ Baina Kalimi Tayyib wa Amal Shalih Almarfu‟ ila Rabbis Sama‟.

  14. Kitab Syahru Asmai Kitabil Aziz 15.

  Kitab Zadul Musafirin ila Manazili Su‟ada Fi Hadyi Khatamil anbiya‟ 16. Kitab Zadul Ma‟ad fi Hadfi Khoiril Ibad 17. Kitab Jalaul Afham fi Dzikri Shalati wasalam Ala Khairil Anam wa

  Bayanu Ahaditsiha wa Ilaalihaa 18.

  Kitab Bayanu Dalil Ala Istighnai musabaqah Anit Tahlil 19. Kitab Nakdul Manku wa Muhki Mumayyiz Bainal Mardudu wa Makbul 20. Kitab „Ilamul Muwaqiin An Rabbil Alamin 21. Kitab Badaiul Fawaid 22. Kitab As-Syafiyatus Kafiyah lill Intishari lil Firqah An-Naziyah 23. Kitab Ash-Shawaiq Al-Munazzalah Alal Jahmiyah wa Muatthilah 24. Kitab Arwah ila Biladil Arab Kitab Nuhzatul Mustaqim wa Raudhatul Muhibbin 26. Kitab Ad-Da‟wad Dawa‟ 27. Kitab Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud 28.

   Kitab Mashayidus Syaithan 29.

  Kitab At-Turuq Al-Hukmiyah 30. Kitab Raf‟ul Yadain fis Shalat

31. Kitab Nikahul Muhrim 32.

  Kitab Tafdhilul Makkah Alal Madinah 33. Kitab Fadlul Ulama 34. Kitab Uddatus Shabrin 35. Kitab Al-Kabair 36. Kitab Hukmu Tariki Shalat 37.

  Kitab Nurul Mukmin wa Hayatuhu 38. Kitab Ighmami Hilali Ramadhan 39. Kitab Jawabat Abidi Shalban wa anna Ma hamma Alaihi Dienus

  Syaithan 40.

  Kitab Butlanul Kimiyai Min Arbaina Wajhan 41. Kitab Al- Farqu Baina Khullah wa Mahabbah wa Munadhiratul Khalil

  Lil Qaumihi 42.

  Kitab Kalimatul Thayyib wa Amal Shalih 43. Kitab Al-Fathul Qudsy 44. Kitab At-Tuhfatul Makkiyah Kitab Asmaul Qur‟an 46. Kitab Syarhu Asmaul Husna 47. Kitab Masailul At-Tharabilisiyah 48. Kitab Ash-Shiratul Mustaqiem fi Ahkamil Ahlil Jahiem 49. Kitab Kitabut Tha‟un (yang disebutkan oleh As-Shafadi yang wafat tahun 764 H)

50. Kitab Ar-Risalah Al-Halabiyah Fit Thariqah Al-Muhammadiyah 51.

  Kitab Al-Furusiyah Al-Muhammadiyah 52. Kitab Tafsir Al-Fatihah 53. Kitab Iqtidhau Dzikir bi Hushuli Khair wa Daf‟I Syar‟i 54. Kitab Kasyful Ghitha „An Hukmi Simail Ghina 55. Kitab Ar-Risalah As-Syafiyah fi Asraril Muawwidzataini 56.

  Kitab Maaniyul Adawat wa Huruf (Yang disebutkan oleh Bakr bin Abdillah Abu Zaid) 57. Kitab Asmaul Mullafati Ibnu Taimiyah 58. Kitab Ushulut Tafsir 59. Kitab Al-Alam bit Tisait Turuqil Ahkam 60. Kitab Ighasatul lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadban 61. Kitab Al-Ijaz 62. Kitab Tadribu Riasah fil Qawaid Al-Hukmiyah Bid Dzakai Al-Fatihah 63. Kitab Al-Jami Baina Sunnah wa Atsar 64. Kitab Al-Jawabus Syafii liman Sa‟ala Ani Tsamratil Du‟ai Idza kana ma

  Qad Quddira Waqiun 65.

  Kitab Al-Hamil Hal Tahidhu Am La? 66. Kitab Al-Hawi 67. Kitab Hukmu Tafdhil Ba‟dil Aulad Ala-Ba‟di fi Athiyah 68. Kitab Dawaul Qulub 69. Kitab Rabiul Abrar fis Shalati Alan Nabiyi Mukhtar

70. Kitab Risalati Ibnu Qayyim Ila Ahadi Ihkwani 71.

  Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyah 72. Kitab Raf‟ul Tanzil 73. Kitab Ar-Ruh 74. Kitab As-Sunnah wal Bid‟ah 75. Kitab Syifaul „Alil fi Masail Qadha wa Qadar wal Hikma wat Ta‟lil 76. Kitab Ash-Shabr was Sakan 77.

  Kitab Tibul Qulub 78. Kitab At-Tibbun Nabawi 79. Kitab Tariqatul Bashair ila Hadiqati Sarair fi Nudzumil Kabair 80. Kitab Thalaqul Haid 81. Kitab Al-Fatawa 82. Kitab Al-Fathu Makkiy 83. Kitab Al-Furusiyah 84. Kitab Al-Furusiyah Asy-Syar‟iyah 85. Kitab Fadlul Ilmi Wa Ahluhu Kitab Fawaidun fi Kalam Ala Hadits Ghumamah wa Haditsi Ghuzalah

  Wadh-Dhabbi wa Ghairihi 87.

  Kitab Al-Fawaid 88. Kitab Qurratu „Uyunil Muhibbin wa Raudhatul Qulubil „Arifin 89. Kitab Kafiyatus Syafiyatun fi Nahwi 90. Kitab Al-Lamhah fi Raddi Ala Ibnu Thalhah

91. Kitab Al-Manarul Munif fi Shahih wa Dhaif 92.

  Kitab Muqtadha Siyasah fi Syarhi Nikatil Hamasah 93. Kitab Al-Mauridus Shafi wa Dhilli wafie 94. Kitab Maulidun Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam 95. Kitab Al-Mahd 96. Kitab Al-Muhaddzab 97. Kitab Hidayatul Hayari fi Ajwabati Yahudi wa Nashara

  Dan masih banyak lagi karangan-karangan beliau yang berbentuk makalah dan lembaran-lembaran (Al Hijazy, 2001: 3-6).

E. Manhaj dalam karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah

  Manhaj merupakan metode atau cara tentang seluk beluk pemikiran seseorang. Dalam hal ini akan disebutkan manhaj Ibnu Qayyim dalam mengarang kitab-kitabnya di antaranya adalah (Al Hijazy, 2001: 6-10) : 1.

  Beliau selalu bersandar kepada dasar-dasar madzab imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah yang tidak pernah mendahului Al-

  Qur‟an dan Hadis Shahih. Jika didapatkan hadis shahih dalam hal apapun, maka beliau tidak mendahuluinya (mengedepankan pendapatnya atas hadis).

  Jika tidak mendapatkannya kecuali hadis yang dhaif, tetapi tidak ada yang menentangnya, maka beliau mengamalkan hadis tersebut, tetapi jika menentangnya dan ia lebih kuat, maka beliau tinggalkan hadis dhaif tersebut jika dalam suatu masalah beliau mendapatkan hadis dhaif dan qiyas, maka yang didahulukan adalah hadis dhaif. Jika dalam suatu masalah tidak didapatkan satupun hadis pun, beliau mengambil

  aqwal (pendapat) shahabah. Jika pendapat-pendapat itu saling

  bertentangan, beliau memilihyang lebih rajih (kuat) dan tidak sedikit pun keluar dari pendapat mereka. Jika dalam suatu masalah terdapat dua riwayat (pendapat) atau lebih, maka beliau mengikuti ushul madzab Hanbali, dan beliau sangat memuji imam madzabnya, katanya, “Imam Ah mad adalah orang yang mauquf.” Akan tetapi hal itu tidak membuatnya