BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan - Ajeng Prihandini BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Kehamilan

a. Definisi Kehamilan

  Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yang masing – masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari setara dengan 40 minggu dan 10 bulan, atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Pada kenyataannya, kehamilan tidak berlangsung selama itu perubahan berlangsung ketika terjadi ovulasi kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir (dengan perkiraan siklus 28 hari).

  Hal ini membuat kehamilan berlangsung selama kurang lebih 266 hari atau 38 minggu. Dengan penambahan 14 hari, maka lama kehamilan menjadi 280 hari, bila dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun dalam praktiknya trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung pada minggu pertama hingga minggu ke 12 (12 minggu), dan trimester kedua pada minggu ke 13 hingga

  11 minggu ke 27 (15 minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke 28 hingga minggu ke 40 (13 minggu) (Varney, 2007; h. 492).

  Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin AB, 2006; h.89)

  Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa masa kehamilan adalah masa berkembangnya hasil pembuahan didalam rahim sampai lahirnya janin dan lama kehamilan 280 hari dengan penambahan 14 hari bila dihitung dari hari pertama haid terakhir setara dengan 40 minggu atau 10 bulan.

b. Fisiologi Kehamilan

  Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang mempengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba, IAC, 2010; h.75).

  Wanita setiap bulan melepaskan satu sampai dua sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam vagina dan berjuta – juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim kemudian masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggembung dari tuba falopii.

  Di sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat – zat yang melindungi ovum.

  Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan.

  Ovum yang dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi. Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu sekitar 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi janin dipersiapkan plasenta (Manuaba IBG, dkk, 2010; h. 33-5).

c. Diagnosa Kehamilan

  Untuk dapat menegakan diagnosa kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap bebrapa tanda dan gejala hamil.

  Perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan timbulnya perubahan – perubahan yang menjadi tanda – tanda kehamilan. Tanda – tanda kehamilan tersebut antara lain : tanda tidak pasti (presumptive sign), tanda kemungkinan (probability sign) dan tanda pasti (positive sign) 1) Tanda tidak pasti (presumptive sign)

  a) Amenorea (berhentinya menstruasi)

  Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi sehingga mentruasi tidak terjadi.

  Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan persalinan. Tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor, pituitari, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.

  b) Mual (nausea) dan muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual, muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning

  

sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi

  bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut hiperemesis gravidarum.

  c) Ngidam (menginginkan makanan tertentu) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu , keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan dan akan hilang dengan makin tuanya kehamilan.

  d) Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkuklasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.

  e) Kelelahan Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

  f) Payudara tegang Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon – hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolostrum.

  g) Sering miksi Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang tersering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.

  h) Pigmentasi kulit Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu ke atas. Pigmentasi kulit disebabkan karena pengaruh hormon kortikisteroid plasenta, yang sering ditemukan pada pipi disebut cloasma gravidarum, pada dinding perut : striae livide, striae nigra, dan linea alba, pada sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae. Puting susu makin menonjol, kelenjar montgomery makin menonjol areola payudara

  2) Tanda kemungkinan (probability sign)

  a) Pembesaran perut Pembesaran perut terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke- 16 karena pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut (Siswosudarmo R dan Emilia O, 2008; h. 54).

  b) Kontraksi Braxton Hicks Merupakan peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu , tapi baru dapat diamati dan pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan. c) Ballotement Adalah tanda ada benda yang terapung atau melayang dalam cairan, tanda balotement muncul pada minggu ke- 16 sampai minggu ke-20 (Siswosudarmo R dan Emilia O, 2008; h. 54).

  d) Tanda Hegar Tanda hegar berupa pelunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga daerah tersebut pada pemeriksaan bimanual mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah difleksikan. Tanda hegar mulai teerlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada mingguke 7-8 (Siswosudarmo R dan Emilia O, 2008; h. 53).

  e) Tanda Chadwicks Adalah peningkatan pembuluh darah pada vulva dan vagina karena peningkatan estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru – biruan

  f) Tanda Piscaseck Adalah pertumbuhan uterus yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga bentuk uterus tidak sama.

  3) Tanda pasti (positive sign)

  a) Gerakan janin dalam rahim Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapata dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

  b) Denyut jantung janin

  Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop Leanec pada minggu 17 – 18. Dengan stetoskop ultrasonik (Doppler), DJJ dapat didengar lebih awal sekitar minggu ke 12.

  c) Bagian – bagian janin Bagian – bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

  d) Kerangka janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

d. Pemeriksaan Penunjang

  Menurut Siswosudarmo R dan Emilia O, (2008; h. 55-6) untuk mengetahui wanita hamil atau tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 1) Rontgenografi

  Adalah gambar tulang – tulang janin tampak setelah minggu ke-12 sampai 14. Pemeriksaan ini hanya bisa digunakan bila terdapat keraguan dalam diagnosis kehamilan. 2) Ultrasonografi ( USG )

  Adalah alat yang digunakan untuk mendiagnosis kehamilan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak.

  3) Fetal Electro Cardio Grafi (ECG ) Adalah alat yang digunakan untuk merekam janin pada usia kehamilan 12 minggu.

  4) Tes Laboratorium Pada tes laboratorium dilakukan tes inhibisi koagulasi. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya HCG dalam urin.

e. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III

  1) Sistem reproduksi

  a. Uterus Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

  • Pada usia kehamilan 32 minggu tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.
  • Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus xifoideus dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.
  • Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul (Manuaba

  IAC, 2010; h.85 - 87) b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah kebiru – biruan (tanda chadwicks) (Manuaba IAC, 2010; h. 92)

  c. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum yang akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormone korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis anterior (Manuaba IAC, 2010; h.92).

  d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

  Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba IAC, 2010; h.92)

  2) Kenaikan Berat Badan Pada trimester dua berat badan naik 0,4-0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan.

  3) Sistem Endokrin

  Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan. Kadarnya kira – kira 100 kali sebelum hamil. Produksi progesteron bahkan lebih banyak disbanding estrogen. Pada akhir kehamilan produksinya kira – kira 250 mg/hari. Progesteron menyebabkan tonus otot polos menurun dan juga diuresis (Siswosudarmo, 2008; h.42)

  4) Sistem Respirasi Karena adnya penurunan tekanan CO2 ibu hamil sering mengeluh sesak nafas sehingga meningkatkan usaha nafas.

  5) Sistem Traktus Urinarus Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin.

  6) Sistem Musculoskeletal

  Selama trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama pada daerah siku dan pergelangan tangan dan meningkatnya retensi cairan pada jaringan konektif/jaringan yang berhubungan disekitarnya.

  7) Sistem Integument Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH.

  8) Sistem Pencernaan Pada trimester dua biasanya tejadi konstipasi karena hormone progesterone meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena hemoroid. Panas perut (heart burn) terjadi karena terjadiya aliran balik asam gastric ke dalam esophagus bagian bawah. (Kusmiyati Y, dkk, 2009; Asrinah, dkk, 2010). 9) Sistem Kardiovaskuler

  Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan tejadi proses hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm. Perubahan auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan posisi jantung. Peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umunya terjadi selama hamil.

  Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel – sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama – tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil (Wiknjosastro,2007, h.448).

2) Anemia

a. Definisi Anemia

  1) Seseorang, baik pria maupun wanita dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/100 ml.

  Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan (Wiknjosastro, 2007; h.448).

  2) Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2 (Saiffudin AB, 2009; h.281). 3) Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

  (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto dan Wasnidar, 2007; h. 30).

  4) Anemia dalam hal ini berkaitan dengan kondisi dimana menurunnya kadar hemoglobin dari 11 g/dl pada trimester pertama dan trimester ketiga,dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. (Cunningham F.G, 2006; h. 1463).

  5) Menurut catatan dan perhitungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, di Indonesia sekitar 67 % ibu hamil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil adalah bila kadar Hb kurang dari 11 gr% (Manuaba IBG, 2007; h.38).

  6) Wanita hamil atau nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita yang hamil disebabkan karena ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua. (Arief Mansjoer, 2009, h.288)

  7) Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb/atau jumlah eritrosit lebih rendah dari jumlah yang normal. Dikatakan anemia bila Hb < 12 gr/dl dan Ht < 37% pada wanita. (Arief Mansjoer, 2009, h.547)

  Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa anemia adalah penurunan jumlah kadar hemoglobin didalam darah dibawah kadar Hb normal yaitu 11 gr%. Penurunan kadar Hb pada wanita yang hamil disebabkan karena ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua.

  b. Klasifikasi anemia

  Klasifikasi anemia menurut Manuaba IBG (2007; h.38)

  1. Hbs 11 gr/dl : Normal

  2. Hbs 9 – 10 gr/dl : Anemia ringan

  3. Hbs 7 – 8 gr/dl : Anemia sedang

  4. Hbs 5 – 7 gr/dl : Anemia berat

  c. Pembagian anemia dalam kehamilan

  1) Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebabkan karena kurang masuknya unsure besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlalu banyaknya besi ke luar dari tubuh misalnya pada perdarahan (Winkjosastro, 2007; h.451). 2) Anemia Megaloblastik

  Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (Winkjosastro, 2007; h.453)

  3) Anemia Hipoplastik

  Anemia hipoplastik pada wanita hamil disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru (Winkjosastro, 2007; h.456)

  4) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya

  (Winkjosastro, 2007; h.457)

d. Etiologi

  1) Perdarahan aktif Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat, atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia

  (Proverawati, 2011, h. 14). Terjadinya perdarahan kronis (gangguan mestruasi, penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks, penyakit darah) (Manuaba IAC, 2010; h.239).

  Abortus adalah berakhirnya kehamian sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu, abortus mengakibatkan peradarahan yang dapat menyebabkan anemia. Pada abortus yang menyebabkan anemia sedang, untuk pengobatannya diberikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat berikan transfusi darah (Saiffudin, AB, 2009; h. 150)

  2) Ibu hamil yang menderita penyakit cacing

  Cacing merupakan parasi yang tersebar dimana – mana, cacing juga dapat menggangu manusia penjamunya dalam bentuk cacing dewasa, telurnya ataupun dalam bentuk larva. Cacing usus mungkin akan bersaing dengan penjamunya dalam mengambil makanan (zat gizi) dan hal ini akan menyebaba\kan anemia karena perdarahan yang ditimbulkan (Wiknjosastro, 2007; h.575).

  3) Kurang gizi Kebanyakan dari anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi (Manuaba, 2010, h. 238). 4) Penyerapan zat besi yang tidak optimal

  Penyerapan zat besi yang tidak optimal bisa disebabkan karena diare, pembedahan saluran pencernaan, sebagian zat besi diabsorbsi di usus halus bagian pangkal (duodenum), penyerapan zat besi juga dipengaruhi oleh hormone intriksik faktor yang dihasilkan di lambung (Tarwoto,2010; h.13). 5) Terlalu sering melahirkan

  Seorang wanita dengan yang mengalami kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dapat menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan Fe. Kehamilan dan persalinan yang sering juga mengakibatkan cadangan Fe semakin berkurang dan dapat menyebabkan anemia. (Manuaba IAC, 2010; h.238).

  6) Hiperemesis gravidarum Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum mengalami mual, muntah yang berlebihan, nafsu makan buruk dan asupan nutrisi berkurang dan dehidrasi, selain itu menyebabkan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi. (Varney, 2007; h.608).

  7) Infeksi malaria dalam kehamilan Pada infeksi malaria dalam kehamilan ini menyebabkan pemecahan sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin didalam rahim (Manuaba IAC, 2010, h. 339).

  8) Penyakit ginjal kronik Selama kehamilan, sejumlah penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan anemia. Semua jenis insufisiensi ginjal kronik dapat disertai oleh anemia dengan perdarahan bervariasi, biasanya akibat defisiensi eritropoietin. Juga terdapat unsure anemia pada penyakit kronik. Selama kehamilan pada sebagian wanita massa sel darah merah bertambah tetapi lebih rendah dibandingkan pada kehamilan normal. (Cunningham, 2006, h.1466).

e. Faktor Predisposisi

  1) Lingkungan

  Didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, hal ini merupakan penyebab dari anemia pada ibu hamil (Manuaba, 2010; h.238).

  Selain itu perlu diperhitungkan juga faktor lingkungan yang mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan, sehingga dapat menimbulkan resiko saat persalinan atau saat hamil (Manuaba, 2010; h. 242).

  2) Personal hygiene Personal hygiene perlu di kaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama organ genitalia, kebersihan bahan makanan dan kebersihan lingkungan (Lynn, 2009; h.76)

  3) Asupan nutrisi yang mengandung zat besi Pada dasarnya wanita hamil dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna dan makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan dari bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan mencegah terjadinya anemia pada kehamilan (Sulistyoningsih, H, 2011; h.130). Zat besi juga ditemukan dalam gandum, sereal, buah dan sayuran yang meningkat selama kehamilan (Linda V, 2007; h. 411)

f. Patofisiologi

  Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoiein. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehinga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. (Sarwono, 2008, h. 775).

  Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel – sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama – tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Wiknjosastro,2007, h.448).

  Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb/atau jumlah eritrosit lebih rendah dari jumlah yang normal. Dikatakan anemia bila Hb < 12 gr/dl dan Ht < 37% pada wanita. (Arief Mansjoer, 2009, h.547)

  Perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi konsentrasi Hb tampak menurun kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (<11,5 gr/dl). Konsentrasi paling rendah didapatkan pada trimester kedua yaitu pada usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb kecuali pada perempuan yang memiliki kadar Hb tinggi (>14,6 gr/dl) pada pemeriksaan pertama. (Sarwono, 2008, h.775).

g. Komplikasi anemia pada kehamilan

  1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan

  a) Bahaya selama kehamilan (1) Dapat mengakibatkan abortus/keguguran (2) Persalinan premature (3) Hambatan tumbuh kembang janin didalam rahim (4) Mudah terjadi infeksi (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr/dl) (6) Mola hidatidosa (7) Hiperemesis gravidarum

  (8) Ketuban pecah dini (KPD)

  b) Bahaya saat persalinan

  (1) Gangguan kekuatan mengejan (2) Kala I dapat berlangsung lama (3) Kala II dapat berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan. (4) Dalam kala III bisa terjadi retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri.

  (5) Dalam kala IV dapat terjadi perdarahn post partum sekunder dan atonia uteri.

  c) Bahaya pada masa nifas (1) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum.

  (2) Dapat mengakibatkan infeksi puerperium. (3) Berkurangnya pengeluaran ASI. (4) Dapat terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.

  (5) Anemia pada masa nifas. (6) Dapat menimbulkan infeksi payudara.

  d) Bahaya anemia terhadap janin (1) Dapat terjadi abortus (2) Kematian intrauterin.

  (3) Persalinan prematuritas tinggi. (4) Berat badan lahir rendah (5) Kelahiran dengan anemia.

  (6) Dapat terjadi cacat bawaan pada janin. (7) Bayi mudah terinfeksi sampai kematian perinatal. (8) Intelegensia rendah.

  (Manuaba IBG, 2007; h.38 - 39)

h. Tanda dan gejala

  Untuk mengetahui adanya anemia pada ibu hamil kita dapat mengenali beberapa tanda dan gejala anemia seperti keletihan, kelemahan, pusing, sakit kepala, nafsu makan berkurang, pucat, membran mukosa dan bantalan kuku pucat (Varney, 2007; h.127).

i. Pemeriksaan Penunjang

  Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : 1.

  Hb 11 gr/dl Normal 2. Hb 9 – 10 gr/dl Anemia ringan 3. Hb 7 – 8 gr/dl Anemia sedang 4. Hb < 7 gr/dl Anemia berat

  Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Manuaba, 2010, h.239).

  j. Penatalaksanaan Medis

  1) Pada anemia defisiensi besi pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600 – 1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glikonas ferrosus. Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml tau lebih, asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Terapi parental baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parental diberikan dalam bentu ferri, secara intra muskulus dapat disuntikan dekstran besi (Imferon) atau sorbitol besi (Jectofer) dan hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri ditempat suntikan. Juga secara intravena perlahan – lahan besi dapat diberikan seperti ferrum oksidum sakkarratum (Ferrigen, Ferrivenin, Profferin, Vitis), sodium diferrat, (Ferronascin) dan Dekstran besi (Imferon). (Wiknjosastro, 2007, h. 452 – 453). 2) Mengatasi penyebeb anemia itu sendiri seperti penyakit, perdarahan, cacingan,dll (Tarwoto, 2010, h.68).

  3) Pemberian nutrisi/makanan yang banyak mengandung unsur zat besi diantaranya yaitu daging hewan, telur , ikan, sayuran hijau (Tarwoto, 2010, h.68). 4) Pemberian tablet besi selama kehamilan, pemberian suplemen besi merupakan salah satu cara yang dianggap paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet Fe sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet Fe terdiri dari 30 tablet yang terbungkus dalam kertas aluminium foil sehingga obat tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan diberikan 1 X 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3 X 1 tablet. Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung tidak banyak makanan. Pada keadaan ini zat besi akan mudah diserap (Tarwoto dan Wasnidar, 2007, h.70).

  5) Penanganan kehamilan dengan anemia yaitu dengan pemberian preparat fe 60 mg/hari dapat menaikan kadar hb sebanyak 1 gr%/bulan (Saifudin AB, 2009; h.282). 6) Pemberian preparat besi sebanyak 30 gram/hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 gr%/minggu atau dalam 10 hari (Sulistyoningsih H, 2011; h.130). 7) Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi, dan asupan zat besi.

  (Tarwoto dan Wasnidar, 2007, h.70)

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Tinjauan Manajemen 7 langkah varney

  a. Langkah I Pengumpulan data dasar Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengvaluasi ibu dan bayi baru lahir. (Varney,

  2007, h.27)

  b. Langkah II Interpretasi data dasar Langkah kedua bermula dari data dasar : menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosisi serta kebutuhan keperawatan kesehatan yang di identifikasi khusus (Varney, 2007; h.27).

  c. Langkah III Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis masalah lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan tehadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini langkah yang sangat penting dalam member perawatan kesehatan yang aman. Pada kasus ini ibu hamil dengan anemia maka harus mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan terjadinya anemia yang lebih berat, dan kemudian mengambil langkah antsipasi melakukan tindakan kewaspadaan dan kemudian mempersiapkan beberapa alternative tindakan terhadap kemungkinan terjadi perdarahan postpartum mendadak sebagai akibat dari atonia uteri dan kemungkinan terhadap kematian janin yang dikandungnya. (Varney, 2007; h.27) d. Langkah IV Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

  Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan prosespenatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primeratau kunjungan prenatal periodik, tatpi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut.

  Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa data mengindikasikan situasi kedaruratan yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. (Varney, 2007; h.27)

  e. Langkah V Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh Langkah kelima, mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang meyeluruh, ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. (Varney, 2007; h.27) f. Langkah VI Melaksanakan perencanaan

  Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar – benar dilakukan. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala, akurat dan menyeluruh (Varney, 2007; h.28).

  g. Langkah VII Evaluasi Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar – benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasikan pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan kesehatan. (Varney, 2007; h.28)

2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Anemia

  Manajemen asuahan kebidanan diterapkan dalam 7 langkah varney yang terdiri pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

I. Pengkajian (Pengkumpulan Data)

  Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengvaluasi ibu dan (Varney, 2007, h.27) A. Data Subjektif

  1. Identitas Klien

  a. Nama Identitas dimulai dengan nama pasien yang harus jelas dan lengkap, baik itu nama depan, nama keluarga dan nama panggilan akrab (Latief, 2009; h.5).

  b) Umur Semakin muda atau semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan (Proverowati dan asfuah, 2009; h.47) c) Agama

  Agama juga memantapkan identitas, disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan berhubungan dengan agama (Latief, 2009; h.6)

  d) Pendidikan Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan, pemberian konseling yang didasarkan pada tingkat pendidikan pasien tersebut (Manuaba, 2010, h. 120)

  e) Suku Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari

  • – hari. Ras memainkan peranan misalnya pada orang berkulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah dari
pada orang berkulit putih tanpa memperhatikan tingkat social ekonomi. (Varney, 2007, h.127) f) Pekerjaan

  Pada wanita yang bekerja hendaknya disesuaikan dengan kemampuan, dan mengurangi aktifitas jika usia kehamilan sudah semakin tua (Manuaba, 2010, h.117).

  g) Alamat Alamat diperlukan karena untuk mempermudah saat dilakukan kunjungan rumah. Selain itu wanita yang tinggal di dataran tinggi (karena konsentrasi oksigen yang lebih rendah dalam atmosfer) menunjukan kadar hemoglobin dan hematokrit yang lebih tinggi karena tubuh mereka beradaptasi untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. (Varney, 2007, h.127)

  4) Keluhan utama Ibu hamil yang memiliki keluhan utama yaitu merasa letih, mengantuk, kelelahan, pusing, kadang pingsan, nafsu makan berkurang, perubahan kebiasaan tidur. (Varney, 2007, h.127).

  5) Riwayat Kesehatan Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut, kronis yang dapat mempengaruhi kehamilan.

  a. Riwayat kesehatan dahulu

  1) Penyakit Jantung Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu mempengaruhi kehamilannya yang memberatkan penyakit jantung. Penyakit jantung pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya anemia karena dengan peningkatan volume sel darah merah sehingga mengakibatkan terjadinya anemia (Wiknjosastro H, 2007; h. 430). 2) Terlalu sering melahirkan

  Seorang wanita dengan yang mengalami kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dapat menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan Fe. Kehamilan dan persalinan yang sering juga mengakibatkan cadangan Fe semakin berkurang dan dapat menyebabkan anemia (Manuaba, 2010, h.238)

  3) Infeksi Kolera pada kehamilan Muntah dan diare yang berlebihan apalagi tidak terkendali dapat membahayakan hidup ibu dan janin karena kekurangan cairan tubuh yang fungsional. Dengan demikian muntah dan diare yang terjadi pada kehamilan memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif melalui pemberian cairan pengganti, selain itu muntah dan diare dapat menghambat asupan zat besi bagi ibu hamil sehingga dapat mengakibatkan anemia (Manuaba, 2010, h.339)

  4) Penyakit ginjal kronik Semua jenis insufisiensi ginjal kronik dapat disertai oleh anemia dengan perdarahan bervariasi, biasanya akibat defisiensi eritropoietin. Juga terdapat unsure anemia pada penyakit kronik.

  Selema kehamilan pada sebagian wanita massa sel darah merah bertambah tetapi lebih rendah dibandingkan pada kehamilan normal (Cunningham, 2006, h.1466).

  5) Infeksi Malaria pada kehamilan Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di daerah pedesaan dan merupakan penyakit rakyat.

  Seperti diketahui serangan malaria terjadi secara teratur dengan jadwal waktu tertentu. Bentuk serangannya berupa demam tinggi yang dapat disertai menggigil. Disamping itu penghancuran sel darah merah menyebabkan anemia sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba, 2010, h.339)

  b. Riwayat kesehatan sekarang 1) Perdarahan aktif

  Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat, atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011, h. 14). Terjadinya perdarahan kronis (gangguan mestruasi, penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks, penyakit darah) (Manuaba IAC, 2010; h.239)

  2) Kurang gizi Kebanyakan dari anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi (Manuaba, 2010, h. 238).

  3) Hiperemesis Gravidarum Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum mengalami mual, muntah berlebihan, nafsu makan buruk dan asupan nutrisi berkurang dan dehidrasi, selain itu menyebabkan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi. (Varney, 2007; h.608). 4) Penyakit ginjal kronik

  Semua jenis insufisiensi ginjal kronik dapat disertai oleh anemia dengan perdarahan bervariasi, biasanya akibat defisiensi eritropoietin. Juga terdapat unsure anemia pada penyakit kronik.

  Selema kehamilan pada sebagian wanita massa sel darah merah bertambah tetapi lebih rendah dibandingkan pada kehamilan normal (Cunningham, 2006, h.1466).

  5) Ibu hamil yang menderita penyakit cacing Cacing merupakan parasi yang tersebar dimana – mana, cacing juga dapat menggangu manusia penjamunya dalam bentuk cacing dewasa, telurnya ataupun dalam bentuk larva. Cacing usus mungkin akan bersaing dengan penjamunya dalam mengambil makanan (zat gizi) dan hal ini akan menyebabkan anemia karena perdarahan yang ditimbulkan (Wiknjosastro, 2007; h.575).

  6) Infeksi Malaria pada kehamilan Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di daerah pedesaan dan merupakan penyakit rakyat.

  Seperti diketahui serangan malaria terjadi secara teratur dengan jadwal waktu tertentu. Bentuk serangannya berupa demam tinggi yang dapat disertai menggigil. Disamping itu penghancuran sel darah merah menyebabkan anemia sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Manuaba, 2010, h.339).

  c. Riwayat kesehatan keluarga Anemia dalam kehamilan tidak dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan karena merupakan proses penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan. (Wiknjosastro, 2007, h.448)

  4. Riwayat Obstetri

  a. Riwayat Menstruasi Riwayat atau pengkajian jadwal menstruasi ini dibutuhkan karena normalnya wanita mengalami menstruasi yang dapat menambah kehilangan darah setiap bulannya, ditambah dengan kebutuhan terkait kehamilan yang meningkatkan kebutuhan zat besi harian diantara wanita usia reproduktif 2-3 mg/hari.

  Penyebab yang mendasari anemia yang didefinisikan sebagai suatu penurunan massa sel darah merah atau total hemoglobin secara lebih tepat, kadar hemoglobin normal pada wanita yang sudah menstruasi 12,0 gr/dl dan untuk wanita hamil 11,0 gr/dl. Namun tidak ada efek merugikan bila kadarnya <10,0 gr/dl (Varney, 2007; h.126 -127).

  Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki

  • – laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan
sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg (Manuaba, 2010; h.238).

  b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas lalu Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi anemis. Jika cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2010; h.238).

  Abortus adalah berakhirnya kehamian sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu, abortus mengakibatkan peradarahan yang dapat menyebabkan anemia. Pada abortus yang menyebabkan anemia sedang, untuk pengobatannya diberikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat berikan transfusi darah (Saiffudin, AB, 2009; h. 150)

  c. Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan saat ini dirancang untuk mendeteksi komplikasi kehamilan, persalinan, faktor resiko dan beberapa ketidaknyamanan (Varney, 2007; h.525).

  1. Paritas Dituliskan dengan G…P…A… Dimana G adalah Gravida (Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita tersebut), P adalah Para (Jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup), dan A adalah Abortus/keguguran (Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 20 minggu dengan berat janin 500 gram) (Varney, 2007; h.523).

  2. HPHT (Haid Pertama Haid Terakhir) Hal ini ditanyakan untuk menghitung HPL (Hari Perkiraan Lahir) dapat dihitung dengan menambahkan 7 pada tanggal, mengurangi 3 pada bulan, dan menambah 1 pada tahun (+7 – 3 +1) (Varney, 2007; h.524).

  3. Gerakan janin Gerakan pertama janin diperkirakan terjadi pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010; h.100)

  4. Keluhan yang dialami selama kehamilan Keluhan pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya menunjukan tanda gejala seperti letih, sering mengantuk, pusing, lemah, kulit pucat, konjungtiva pucat, dan tidak nafsu makan. (Varney, 2007; h.623).

  5. Suplementasi/obat – obatan yang digunakan selama kehamilan Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. (Manuaba, 2010; h. 122)

  Pemberian tablet besi selama kehamilan, tablet besi mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet Fe sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan diberikan 1 X 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3 X 1 tablet. (Tarwoto, 2010, h.70).

  6. Nesehat atau Pendidikan kesehatan Bidan juga penting memberikan nasihat dan panduan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan adaptasi terhadap kehamilan. Memberikan nasihat tentang pantang diet saat hamil. Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein, dan bahan makanan tinggi dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. (Manuaba, 2010; h.116-117). Memberikan nasehat untuk banyak makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan dari bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan mencegah terjadinya anemia pada kehamilan (Sulistyoningsih, H, 2011; h.130).

  5. Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila nanti ibu melahirkan tanpa status yang jelas akan mempengaruhi psikologisnya sehingga dapat mempengaruhi kehamilannya misalnya selama kehamilan ibu merasakan pernikahannya tidak harmonis maka dapat mempengaruhi kehamilannya seperti tidak ingin makan dan dengan kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan anemia karena kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. (Bobak, 2005; h.126)

  6. Riwayat KB

  a. Pil Pada penderita anemia dianjurkan untuk menggunakan KB Pil kombinasi karena pada KB ini menstruasi lebih pendek dan darah yang mengalir keluar lebih sedikit, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia. (Varney, 2007; h.463)

  b. Suntik Kontasepsi ini juga bisa dianjurkan bagi penderita anemia karena pada penggunaan alat kontrasepsi ini 50% pasien mengalami amenorea (tidak mengalami menstruasi). Selain itu juga dapat memperbaiki kondisi medis seperti anemia defisiensi zat besi yang menyebabkan peningkatan hemoglobin karena penurunan menstruasi. (Varney, 2007; h.482 - 483)

  c. Implant Merupakan alat kontrasepsi yang dipasang pada lengan atas. Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi implant ini adalah perdarahan menstruasi yang tidak teratur sampai perdarahan berkepanjangan dan nyeri kepala, hal ini bisa mengakibatkan anemia pada ibu. (Varney, 2007; h.486) d. AKDR Alat kontrasepsi ini merupakan alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim, namun kontrasepsi ini juga memiliki efek samping dan komplikasi saat penggunaannya yaitu terjadi perdarahan atau gangguan menstruasi, perdarahan berat dan berkepanjangan yang bisa mengakibatkan anemia (Varney, 2007; h.451).

  7. Pola kebutuhan sehari – hari

  a. Pola nutrisi Pada dasarnya wanita hamil dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi dapat ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama kehamilan. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan (Manuaba IBG, 2010 h. 116

  • – 117).

  b. Pola eliminasi Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK selama sebelum hamil dan selama hamil yang meliputi frekuensi, jumlah, dan kosistensi.

  c. Pola aktifitas & istirahat Pola aktifitas yang banyak di anjurkan adalah jalan – jalan waktu pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara segar. Jadwal istirahat dan tidur juga perlu diperhatikan dengan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010; h. 121-122)

  d. Pola personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada organ genitalia (Lynn S, 2009; h. 76)