BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KOTA DENPASAR - DOCRPIJM 1536553706Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kota 10 1

BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KOTA DENPASAR
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM
agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber
daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang
ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi
melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari
kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,
penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu
kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan
6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kota Denpasar
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah

dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor
kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas
yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi
geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.

VI-1

b. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Bidang Pekerjaan Umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah
daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah
kabupaten/kota. Peraturan ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya.
Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 ayat 1 dan 2, dari pasal tersebut ditetapkan bahwa
bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah

daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah
perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

c. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,Pengairan,
Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang
diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan
paling banyak 4 (empat) bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

d. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019
Dalam Buku II Bab 1 Perpres ini dijabarkan tentang implementasi kebijakan
pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik. Peningkatan kapasitas birokrasi
melalui Reformasi Birokrasi dengan kebijakan : Penyusunan Grand Design dan Road
Map Reformasi Birokrasi; Penataan kelembagaan instansi Pemerintah yang mencakup
penataan fungsi dan struktur organisasinya; Penataan ketatalaksanaan instansi
pemerintah; Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP); Akuntabilitas
pengelolaan

keuangan


Negara;

Sistem

Seleksi

PNS

melalui

CAT

System.

Pengembangan dan penerapan e- Government; Penerapan e-Arsip; Penyelenggaraan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Aparatur. Sedangkan Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik dilakukan melalui : Penerapan Standar Pelayanan Publik pada Unit Pelayanan
Publik; Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk pelayanan utama, perijinan dan
investasi; Pembentukan unit Pengaduan masyarakat yang berbasis teknologi informasi;

dan Membangun sistem pengelolaan dan layanan informasi publik yang andal dan
professional.

VI-2

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Peraturan ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi
pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber
Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu
dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang
terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi;
4. Penataan Tatalaksana;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur;

6. Penguatan Pengawasan;
7. Penguatan Akuntabilitas;
8. Penguatan Pelayanan Publik; dan
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

f. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh
proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional
semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden
menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas
dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai
menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk
memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang
Cipta Karya.
VI-3


g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 Tentang Standar
Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari
beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya
untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang
baik provinsi maupun kabupaten/kota.

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat
daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah
Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi

ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

i. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan
minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan
tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang
keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,
persampahan, dan air limbah.

VI-4

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan
peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya
untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan
pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang
definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.


6.1.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini ( 2017 )
Kelembagaan Pemerintah Kota Denpasar sampai tahun 2017 adalah sebagai berikut,
Jumlah badan 11 Unit, Jumlah kantor 3 unit, jumlah dinas 18 unit, jumlah asisten sebanyak
3 dengan 10 bagian, 4 kecamatan dengan 16 kelurahan dan 27 desa, BUMD 3 unit, instansi
vertikal 3 unit dan unit pelaksana tekhnis dinas (UPTD) sebanyak 10 unit. Pada tahun
2013, ada perubahan status 1 Dinas menjadi badan yaitu Dinas Perijinan menjadi Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal (BP2TSP dan PM).

6.1.3. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Keorganisasian terkait ke-Cipta Karya-an di Kota Denpasar berada di beberapa OPD
dan Perusahaan Daerah, yakni di Bappeda Kota Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Denpasar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar,
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Denpasar serta Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Denpasar.

a. Bappeda Kota Denpasar
Bappeda Kota Denpasar memiliki tupoksi sebagai berikut:
 Menetapkan Program Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
 Membuat perumusan kebijakan teknis bidang Perencanaan Pembangunan Daerah yang
meliputi bidang Sosial Budaya, perekonomian, sarana dan prasarana wilayah,

pemerintahan dan aparatur, pendataan dan pelaporan, serta bidang penelitian dan
pengembangan;
 Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama instansi terkait
di bawah koordinasi Sekretaris Daerah;
 Membangun kerja sama pembangunan dengan pihak lain, baik dengan pemerintah,
swasta, maupun masyarakat;

VI-5

 Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pembangunan, monitoring
dan evaluasi, serta penelitian dan pengembangan;
 Melaksanakan pembinaan ketatausahaan;
 Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
sebagai bahan penyusunan program selanjutnya dan pertanggungjawaban kinerja,
selanjutnya melaporkan kepada Walikota;
 Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Kepala Bappeda dibantu oleh 1 Sekretariat
yang membawahi 3 Sub Bagian dan 4 Bidang yang membawahi 12 Sub Bidang dengan
susunan organisasi sebagai berikut:

1) Sekretariat
a) Subag Umum dan kepegawaian
b) Subag Perencanaan
c) Subag Keuangan
2) Bidang Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah
a) Sub Bidang Perencanaan dan Pendanaan
b) Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi
c) Sub Bidang Data dan Pelaporan
3) Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia
a) Sub Bidang Pemerintahan dan Aparatur
b) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
c) Sub Bidang Pengembangan Kesejahteraan Rakyat
4) Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam
a) Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian
b) Sub Bidang Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata
c) Sub Bidang Lingkungan Hidup Pertanian dan Perikanan
5) Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
a) Sub Bidang Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan
b) Sub Bidang Perumahan Permukiman dan Perhubungan
c) Sub Bidang Kominfo dan Kecamatan


VI-6

Gambar 6. 1 Struktur Organisaisi Bappeda Kota Denpasar
VI-7

b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai Organisasi Perangkat Daerah di
lingkungan Pemerintah Kota Denpasar mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut:
1) Tugas Pokok
a) Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di Bidang Pekerjaan Umumdan
Penatan Ruang.
b) Melaksanakan tugas membantuWalikota Denpasar dalam melaksanakan tugas
Pemerintahan Daerah pada urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar bidang
Pekerjaan Umum dan Penatan Ruang.
2) Fungsi
 Merumuskan kebijakan teknis Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
berdasarkan kewenangan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
 Menyelenggarakan pelayanan umum, urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
yang meliputi Bidang Bina Marga, Bidang Sumber Daya Air, Bidang Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Bidang Jasa Konstruksi dan Bina
Program,

Bidang

Penataan

Ruangserta

Bidang

Penataan

Bangunan

dan

Pengembangan Kawasan Permukimansesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana;
 Menyusun pola, program, pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumber daya air dan
rencana pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
ketersediaan dan pelestarian sumber daya air;
 Melaksanakan koordinasi pemrograman dan perencanaan teknik jalan, konektivitas
sistem jaringan jalan dengan sistem moda transportasi bersama instansi terkait sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kelancaran konektivitas;
 Melaksanakan perencanaan teknik jalan, jembatan, peralatan dan pengujian jalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menjaga kualitas;
 Melaksanakan pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk penyediaan sarana dan prasana jalan dan jembatan
yang mantap;
 Melaksanakan evaluasi dan penetapan laik fungsi, audit keselamatan jalan dan
jembatan serta leger jalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai acuan
penetapan perencanaan pelaksanaan kegiatan dan pelaporan;
VI-8

 Menyelenggarakan infrastruktur pada kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk menata kawasan pemukiman;
 Menyelenggarakan bangunan gedung sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
ketersediaan bangunan gedung;
 Mengelola dan mengembangkan sistem drainase yang terhubung dengan sungai
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menjaga fungsi;
 Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk memenuhi standar kelayakan;
 Mengelola dan mengembangkan SPAM sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku
untuk penyediaan air minum layak;
 Mengembangkan sistem dan mengelola persampahan sesuai ketentuan dan prosedur
yang berlaku untuk efektivitas pengelolaan persampahan;
 Mengelola dan mengembangkan sistem air limbah domestik sesuai ketentuan dan
prosedur yang berlaku untuk efektivitas dan pencegahan pencemaran lingkungan;
 Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi tenaga ahli kosntruksi sesuai
ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing;
 Menyelenggarakan sistem informasi jasa konstruksi sesuai ketentuan dan prosedur
yang berlaku untuk meningkatkan pelayanan informasi;
 Melaksanakan kebijakan pembinaan, menyebarluaskan peraturan perundangundangan, menyelenggarakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan jasa
konstruksi, mengembangkan dan meningkatkan kapasitas Badan Usaha Jasa
Konstruksi sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku dalam upaya untuk
meningkatkan pemahaman kompetensi kualitas dan kapasitas Badan Usaha Jasa
Konstruksi;
 Melaksanakan pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib
pemanfaatan jasa konstruksi sesuai ketentuan yang berlaku dalam upaya menjaga
dan meningkatkan kepatuhan;
 Melaksanakan pembinaan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi di Kota
Denpasar dan Asosiasi Jasa Konstruksi sesuai ketentuan yang berlaku dalam upaya
membangun sinergitas dan integritas;
 Meningkatkan kemampuan teknologi, penggunaan dan nilai tambah jasa serta
produk konstruksi dalam negeri sesuai ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan
untuk meningkatkan daya saing;
VI-9

 Melaksanakan pemberian rekomendasi Teknis penelitian bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku sebagai dasar
pemberian perizinan;
 Mengembangkan pasar dan kerjasama konstruksi di wilayah Kota Denpasar
berdasarkan potensi untuk kemajuan di bidang konstruksi;
 Menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang
Pengaturan Penataan Ruang sesuai ketentuan yang berlaku sebagai acuan
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;
 Menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis Bidang
Perencanaan Tata Ruang dan Kawasan Strategis sesuai ketentuan yang berlaku
sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;
 Menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan pemanfaatan ruang serta kawasan
strategis sesuai ketentuan yang berlaku sebagai acuan pelaksanaan kegiatan yang
akuntabel;
 Menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan pembinaan penataan ruang sesuai
ketentuan dan prosedur yang berlaku sebagai acuan pelaksanaan kegiatan;
 Menyiapkan bahan kerjasama penataan ruang antar Kabupaten/Kota dan
memfasilitasi kerjasama penataan ruang sesuai ketentuan yang berlaku untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan dan sinkronisasi;
 Melaksanakan administrasi Dinas sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk
kelancaran pelaksanaan tugas dan akuntabilitas;
 Melaksanakan pembinaan kesekretariatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk terciptanya tertib administrasi dan kelancaran pelaksanaan tugas;
 Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dengan cara membandingkan antara program kerja dan kegiatan
yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana kerja yang akan
datang;
 Menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan secara berkala
sebagai akuntabilitas kinerja; dan
 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun
tertulis.

VI-10

Tugas - tugas yang menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota Denpasar tersebut dilaksanakan oleh Kepala Dinas dibantu oleh Sekretaris
dengan 3 Sub Bagian yang masing-masing di pimpin oleh Kepala Sub Bagian, dan 5
(lima) Kepala Bidang, masing-masing dengan 3 Seksi yang masing-masing dipimpin oleh
3 (tiga) Kepala Seksi sebagai berikut :
1) Sekretariat
a) Sub Bagian Keuangan;
b) Sub Bagian Umum dan Informasi Publik; dan
c) Sub Bagian Kepegawaian.
2) Bidang Bina Marga
a) Seksi Perencanaan Teknik dan Evaluasi;
b) Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan; dan
c) Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan.
3) Bidang Sumber Daya Air
a) Seksi Perencanaan Sumber Daya Air;
b) Seksi Pelaksanaan; dan
c) Seksi Operasi dan Pemeliharaan.
4) Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman
a) Seksi Perencanaan dan Pengendalian;
b) Seksi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; dan
c) Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
5) Bidang Jasa Konstruksi dan Bina Program
a) Seksi Bina Program;
b) Seksi Pengaturan Jasa Konstruksi; dan
c) Seksi Pemberdayaan dan Pengawasan Jasa Konstruksi.
6) Bidang Penataan Ruang
a) Seksi Perencanaan Tata Ruang;
b) Seksi Pelaksanaan Penataan Ruang; dan
c) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
7) Bidang Penataan Bangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
a) Seksi Perencanaan dan Pengendalian;
b) Seksi Pengembangan Kawasan Permukiman; dan
c) Seksi Penataan Bangunan.

VI-11

Gambar 6. 2 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar

VI-12

c. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, Pemerintah Kota
Denpasar menetapkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 8 Tahun 2016 tentang
”Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Denpasar” dan Peraturan Walikota
Denpasar Nomor 13 Tahun 2017 tentang “Uraian Tugas Jabatan Dinas Daerah” maka
tugas pokok Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar adalah membantu
Walikota melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang perlindungan pengelolaan
lingkungan hidup dan kebersihan yang menjadi kewenangan daerah.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
mempunyai fungsi:
1) perumusan kebijakan teknis urusan lingkungan hidup ;
2) pelaksanaan kebijakan teknis urusan lingkungan hidup ;
3) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan lingkungan hidup ;
4) pelaksanaan administrasi dinas;
5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.

Gambar 6. 3 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Denpasar
VI-13

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 13 Tahun 2017 tentang Uraian
Tugas Jabatan Dinas Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar
dipimpin oleh Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok membantu walikota
melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menjadi kewenangan Daerah.

d. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Denpasar
Adapun tugas pokok Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota
Denpasar adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di Bidang Perumahan, Kawasan
Permukiman, Pertamanan, Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dan Pertanahan
2) Melaksanakan tugas membantu Walikota Denpasar dalam melaksanakan tugas
Pemerintah Daerah pada urusan pemerintah wajib pelayanan dasar bidang perumahan
rakyat dan kawasan permukiman
Fungsi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Denpasar
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan kebijakan teknis Bidang Perumahan, Kawasan Permukiman, Pertamanan,
Prasarana, Sarana Utilitas Umum dan Pertanahan berdasarkan kewenangan yang ada
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyelenggarakan pelayanan umum, urusan perumahan, kawasan permukiman dan
pertanahan yang meliputi Bidang Perumahan, Bidang Kawasan Permukiman, Bidang
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum dan Bidang Pertamanan sesuai dengan Ketentuan
yang berlaku agar Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan tertata
dengan baik;
3) Memberikan rekomendasi pelayanan perijinan di Bidang Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Pertanahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sebagai dasar penerbitan ijin;
4) Menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Pertanahan sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan secara
berkala sebagai akuntabilitas kinerja;
5) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tulisan.

VI-14

Gambar 6. 4 Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Denpasar

VI-15

e. PDAM Kota Denpasar Kota Denpasar
PDAM Kota Denpasar memiliki tugas pokok sebagai berikut:
1) Mengusahakan penyediaan air minum yang cukup, sehat dan memenuhi syarat bagi
masyarakat ;
2) Penyediaan air minum sebagaimana dimaksud huruf a dapat juga dilakukan pada
daerah Kabupaten lainnya dengan kesepakatan Pemerintah Kota Denpasar yang
bersangkutan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, PDAM Kota Denpasar memiliki fungsi
sebagai berikut:
1) Melaksanakan fungsi ekonomi dan fungsi sosial;
2) Memberikan jasa, memupuk pendapatan melalui penjualan air yang dapat menutup
seluruh biaya yang diperlukan dan menyelenggarakan pemanfaatan umum.

6.1.4. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah Mewujudkan Pembangunan
Kota Denpasar di bidang sarana dan prasarana dasar ke- PU-an yang berwawasan Budaya
dengan keharmonisan dalam keseimbangan secara berkelanjutan sedangkan Misi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah :
1. Mewujudkan penyediaan air baku yang memadai baik kuantitas maupun kualitas,
mengembangkan permukiman, drainase, pertanian, dan pariwisata serta sektor lainnya.
2. Mewujudkan sarana pengendalian banjir untuk melindungi kawasan permukiman,
daerah-daerah produktif pertanian, kawasan perkotaan serta prasarana transportasi dan
mewujudkan pembangunan pengairan yang berwawasan lingkungan.
3. Mewujudkan rancangan perencanaan transportasi dan prasarana penunjang lainnya.
4. Mewujudkan prasarana permukiman, fasilitas umum dan penunjang lainnya yang
berwawasan lingkungan.
Ketatalaksanaan antar OPD/Lembaga Bidang Cipta Karya, hubungan kerja antar
perangkat daerah dapat dijelaskan sebagaimana disajikan pada Tabel berikut:

VI-16

Tabel 6. 1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No

1

Instansi

Bappeda

Peran Instansi dalam

Unit/Bagian yang

Pembangunan Bid. Cipta

Menangani Pembangunan

Karya

Bid. Cipta Karya

 Memfasilitasi

koordinasi Bidang Infrastruktur dan

antara Randal Pusat dengan Pengembangan Wilayah
Randal

Provinsi

serta

Pemerintah Kabupaten
 Melaksanakan
pendampingan Perencanaan
dan Pengendalian Bid. CK
 Menyiapkan sumber data
 Menyusun
evaluasi

masukan
hasil

dan
dari

pelaksanaan perencanaan dan
pengendalian program Bid.
CK
2

Dinas Pekerjaan

Memberikan dukungan dalam

1. Bidang Bina Marga

Umum dan

kaitan

dan

2. Bidang Sumber Daya Air

Penataan Ruang

pelaksanaan

dan

3. Bidang Air Minum dan

perencanaan
program

kegiatan Bid. CK untuk sub
sektor PKP, PBL, PLP dan Air
Minum

Penyehatan Lingkungan
4. Bidang Penataan
Bangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman
5. Bidang Penataan Ruang
6. Jasa Konstruksi dan Bina
Program

3

Dinas Lingkungan

Memberikan dukungan dalam

1. Bidang Tata Lingkungan

Hidup dan

kaitan

2. Bidang Pengelolaan

Kebersihan

pelaksanaan

perencanaan
program

dan
dan

kegiatan Bid. CK khususnya
sub sektor PLP dan PBL

Sampah dan Limbah B3
3. Bidang Pengendalian dan
Kerusakan Lingkungan

VI-17

Hidup
4. Bidang Penataan dan
Peningkatan Kapasitas
Lingkungan
4

Dinas Perumahan,

Memberikan dukungan dalam

1. Bidang Perumahan

Kawasan

kaitan

dan

2. Bidang Kawasan

Permukiman dan

pelaksanaan

dan

Perumkiman

Pertanahan

kegiatan Bid. CK untuk sub

perencanaan
program

sektor PKP

3. Bidang Prasarana dan
Utilitas Umum
4. Bidang Pertamanan

5

PDAM

Memberikan dukungan dalam
kaitan

perencanaan

pelaksanaan

Bidang Teknik

dan

program

dan

kegiatan Bid. CK khusunya sub
sektor Air Minum

6.1.5. Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokoknya Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar
didukung oleh 185 PNS, 2 (dua) tenaga harian lepas, dan 2 (dua) tenaga kontrak. Adapun
komposisi dan sumberdaya manusia tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2 seperti berikut:

Tabel 6. 2 Jumlah Pegawai dan Kualifikasinya
No.

Unit

Jumlah
PNS THL TenagaKontrak

KET

1

Sekretariat

79

-

-

79

2

Bidang Perencanaandan Pengendalian

10

1

-

11

3

Bidang Pengairan

25

-

-

25

4

Bidang Bina Marga

25

-

-

25

5

Bidang Permukiman dan Penyehatan

14

1

2

17

6

Lingkungan

32

-

-

32

185

2

2

189

Tenaga Pengelontor
Jumlah
Sumber data: Sub. Bag. Kepegawaian DPU Tahun 2012

VI-18

6.1.6. Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini
menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang
menangani bidang Cipta Karya.
A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan

analisis

keorganisasian

adalah

untuk

mengetahui

permasalahan

keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun
keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada
pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi bahan untuk melakukan diskusi antar
anggota Tim RPIJM.

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi
maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa
pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah menguraikan
tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta
karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam
PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu
bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman,
dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang
dibentuk?

VI-19

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Kedudukan, fungsi, tugas dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota
Denpasar Tahun 2017-2021 adalah sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan
program/kegiatan Bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan.
Dokumen RPIJM ini merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan yang telah
disusun oleh Pemerintah kota Denpasar selama ini.
Diagram Hubungan Antar Instansi Dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya
Kota Denpasar Tahun 2017-2021 ini melibatkan banyak instansi terkait, baik dari sisi
perencanaan, keuangan, pengendalian program/ kegiatan dan pelaksanaan di lapangan.
Dinas teknis/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani Bidang Cipta Karya
di Kota Denpasar adalah Dinas PU Kota Denpasar, Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
Dinas Tata Ruang dan Permukiman, dan PDAM Kota Denpasar.

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk
RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang
dapat dijawab adalah sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun
kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Permasalahan yang sering dihadapi dalam bidang keciptakaryaan antara lain masih
terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan dari aparatur / sumber daya
manusia (SDM) yang menangani/ mengelola Bidang Cipta Karya di Dinas PU Kota
Denpasar. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll
masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity
building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.

VI-20

D. Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat
diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi
keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan
dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang
mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu
menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana
cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Tabel 6. 3 Analisis SWOT Kelembagaan
PELUANG
Faktor eksternal
Faktor internal

KEKUATAN
(STRENGTH)
a) Sudah tersusunnya
Dokumen RPI2-JM yang
sesuai dengan Pedoman.
b) Bappeda, Dinas Cipta
Karya, dan Dimas

(OPPORTUNITY)

ANCAMAN (THREAT)

a) Hubungan Kerja yang
koordinatif baik antar
bidang/seksi dalam
keorganisasian dalam
urusan Ciipta Karya
maupun untuk hubungan
kerja lintas dinas/bidang
dalam rangka
menghindari tumpang
tindih atau duplikasi
program dan kegiatan
antar perangkat daerah.
b) Pertumbuhan ekonomi
daerah dari programprogram yang diusulkan.

a) Tuntutan publik terhadap
ketersediaan infrastruktur
cipta karya.
b) Peningkatan
pertumbuhan masalah
yang harus ditangani.
c) Pertumbuhan kebutuhan
pembiayaan.
d) Besarnya volume
program yang diperlukan
dibandingkan dengan
kapasitas lembaga yang
menangani

S-O

S-T

a) Peningkatan kerjasama
antar lembaga untuk
melakukan sharing
terhadap Dokumen
RPI2-JM yang disusun

a) Optimalisasi pelaksanaan
fungsi organisasi
pelaksana pembangunan
Bidang Cipta Karya
b) Peningkatan efektivitas
VI-21

a)

b)

c)

d)

Kebersihan dan
b) Adanya realisasi program
ketatalaksanaan
Pertamanan, serta PDAM
kegiatan yang diusulkan
penyelenggaraan
Tirta Mangupura adalah
pembangunan Bidang
lembaga terkait langsung
Cipta Karya.
dalanm program
c) Instansi terkait
pembangunan Bidng
merealisasikan program
Cipta Karya.
yang diusulkan dengan
dana dari APBD.
KELEMAHAN
W-O
W-T
(WEAKNESS)
Koordinasi antar
a) Peningkatan kapasitas
a) Peningkatan SDM
lembaga belum
kelembagaan yang
kualitas maupun kualitas
dilakukan secara efektif
menangani pembangunan
untuk pengembangan
Penataan sistem
Bidang Cipta Karya
kemitraan pemerintah,
supaya tercipta
swasta dan masyarakat
manajemen SDM masih
mekanisme kinerja yang
diantaranya melaui
rendah.
baik antar bidang.
pelatihan.
Kurangnya prasarana
b) Peningkatan SDM baik
b) Peningkatan kualitas
fisik, meliputi masalah
kualitas maupun
prasarana dan sarana
masalah kurangnya
kuantitas.
kerja pendukung
kualitas dan kuantitas
c) Peningkatan prasana
pembangunan Bidang
prasarana kantor.
pendukung kegiatan
CK
Keterbatasan dana
pembangunan CK
c) Adanya struktur
d) Adanya dana APBD
organisasi yang
untuk program yang
terstruktur dalam
diusulkan
pembangunan Bidang
Cipta Karya.

Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal),
kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan
organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.
b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis
SWOT, yaitu sebagai berikut.
-

Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki
organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada;

-

Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki
organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh
eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi;
VI-22

Mengembangkan

-

strategi

WO

(kuadran

III),

yaitu

memperbaiki

kelemahankelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang
ada;
Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan

-

upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman ancaman
yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

6.2. Kerangka Regulasi
6.2.1. Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian

ini

menguraikan

rencana

dan

usulan

kelembagaan

Pemerintah

kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang
dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok
strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana,
dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut,
dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
6.2.2. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Perumuskan rencana pengembangan keorganisasian mengacu pada analisis SWOT,
dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur
organisasi dan tupoksinya. Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan
mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk
perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda
Kota Denpasar, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka
mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masingmasing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Denpasar, khususnya bidang
Cipta Karya.
6.2.3. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Perumuskan rencana pengembangan tata laksana mengacu pada analisis SWOT
sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan
operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi
ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta
Karya.

VI-23

6.2.4. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Perumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia mengacu pada analisis
SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan
kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan
kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang
terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan
jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan.
Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan
kualitas. SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada Tabel 6.4

Tabel 6. 4 Kebutuhan Pelatihan Bidang Cipta Karya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis Pelatihan
Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat
dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan
Gedung dan Lingkungan
Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap
Darurat Bencana
Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Diklat Jabatan Fungsional

VI-24

6.2.5. Kerangka Kebutuhan Regulasi
Kebutuhan

Regulasi

demi

menunjang

kegiatan

yang

diusulkan

terkait

keciptakaryaan, pada penyusunan RPIJM 2017_2021 ini, telah berjalan dan telah
diterbitkan serta yang dibutuhkan kemudian, seperti yang tertuang dalam tabel 6.5.

Tabel 6. 5 Matriks Kebutuhan Regulasi
Arah
Urgensi
Kebutuhan
pembentukan
No Regulasi
1

RDTR

2

RTBL

Belum ada
regulasi
penataan
ruang yang
lebih rinci
Belum ada
regulati tata
bangunan
lingkungan

Substansi
arahan
regulasi

Unit
Penanggung
jawab

Tata ruang
kota

DPUPR

Unit
terkait
institusi
Bappeda

Tata bangunan
lingkungan

DPUPR

Bappeda

Target
Penyelesaian
2019

2021

VI-25