BAB VI ASPEK - DOCRPIJM a3b79f436a BAB VIBab6 AspekTeknis Per Sektor Gia

BAB VI
ASPEK
SEKTOR

TEKNIS

PER

Bab ini menjelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan, analisis
kebutuhan pengembangan serta usulan program dan kegiatan masing-masing sektor :
Bangkim, PBL, PKPAM, dan PPLP

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota

tanpapermukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir
e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

VI - 1

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan

perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik
dan pengawasan teknik,serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman.
Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan
dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun
sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau
kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f.


Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target
rumahtangga kumuh perkotaan.

MDGs

2020

yaitu

penurunan

proporsi

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden

yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan
bertambahnya kawasan kumuh.
 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk
pengembangan kawasan permukiman.

mendukung

sinergitas

dalam

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam
memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan
permukiman.

 Ancaman Pertumbuhan Penduduk adalah Migrasi masuk dengan pertumbuhan
Penduduk Kabupaten Gianyar rata-rata ...% pe rtahun.
 Lemahnya database perumahan permukiman yang ter-update dan akurat;

VI - 2

 Banyaknya tumbuh permukiman dalam skala kecil, tumbuh secara sporadis
dalam bentuk kantong-kantong perumahan yang tidak terintegrasi dengan sarana
dan prasarana lingkungan sekitar.
B. Kondisi Eksisting
Kegiatan Sektor Pengembangan Permuiman yang sudah dilakukan di Kabupaten
Gianyar, meliputi : Penyediaan Infrastruktur Primer Bagi penanganan Kawasan.
Kumuh Perkotaan Kabupaten Gianyar Desa Ketewel Kecamatan Sukawati (2011);
Peningkatan Jalan Lingkungan dan Bangunan Pelengkap di Kecamatan Sukawati
(2013) ; Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar (2014)
Berdasarkan pengamatan di lapangan
permukiman di Kabupaten Gianyar, yaitu:

terdapat 3 kategori pengembangan


1. Pengembangan Permukiman Perkotaan
2. Pengembangan Permukiman Perdesaan
3. Pengembangan Permukiman (Perumahan) Pengembang
Gambaran tipologi permukiman di Kabupaten Gianyar beserta issue/permasalahan
dari masing‐masing tipologi permukiman dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 6.1 Katagori, Pola Pengembangan dan Issue/Permasalahan Permukiman
di Kabupaten Gianyar
KATEGORI PERMUKIMAN
Permukiman Perkotaan





Permukiman Perdesaan





Pengembangan
Permukiman Oleh
Pengembang

KARAKTER/POLA
PENGEMBANGAN
Pengembangan LC
Pola permukiman yang
mengelompok kompak
Pemanfaatan lahan antar fungsi
khususnya untuk permukiman
cukup jelas
Pola permukiman yang bersifat
sporadis dan menyeba;
Pengembangan permukiman
secara tradisional (permukiman
existing )

 Pola permukiman yang bersifat
teratur/tertata;

 Pengembangan perumahan
individu

ISSUE/PERMASLAHAN
 Ketersediaan infrastruktur (PSD)
terutama drainase, air limbah dan
persampahan belum optimal.
 Jalan lingkungan
 Ketersediaan infrastruktur (PSD)
terutama drainase, air limbah
danpersampahan belum optimal.
 Jalan lingkungan;
 Pengembangan permukiman yang
berubah fungsi menjadi jasa
perdagangan terutama di lokasi
kawasan wisata.
 Tumbuh kantong – kantong
permukiman di kawasan pertanian
produktif.
 Pemanfaatan sempadan menjadi

kegiatan terbangun.
 Ketersediaan jaringan infrastruktur
lingkungan yang tidak
memperhatikan /tidak terkoneksi dgn
infrastruktur perkotaan
 Jalan lingkungan

Sumber : SPPIP Kabupaten Gianyar

C. Permasalahan Pengembangan Permukiman
 Adanya kecenderungan perubahan fungsi perumahan yang ada menjadi kegiatan
perdagangan dan jasa pada jalur-jalur jalan utama;
VI - 3

 Perumahan oleh pengembang banyak yang tidak terintegrasi dgn kawasan
sekitar.
 Ketersediaan jaringan infrastruktur lingkungan yang tidak memperhatikan /tidak
terkoneksi dengan infrastruktur perkotaan
 Ketersediaan infrastruktur (PSD) terutama drainase, air limbah dan persampahan
belum optimal.

 Tumbuh kantong – kantong permukiman di kawasan pertanian produktif.
 Pemanfaatan sempadan menjadi kegiatan terbangun.
D. Tantangan Pengembangan Permukiman
 Kawasan perkotaan Gianyar, Sukawati dan Uud mendapatkan pengaruh
pertumbuhan permukiman yang sangat pesat akibat berbatasan langsung
dengan Kabupaten Badung dan dekat dengan Kota Denpasar sebagai Inti dari
Kawasan perkotaan Sarbagita;
 Tantangan untuk tetap dapat menjaga kawasan permukiman yang berjatidiri
budaya Bali dari pesatnya pertumbuhan permukiman perkotaan;
 Tantangan pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
 Tantangan untuk mewujudkan kebersihan lingkungan permukiman kota sesuai
tujuan Bali Clean and Green;
 Adaptasi terhadap perubahan iklim mikro dalam pengembangan perumahan dan
permukiman yang ramah lingkungan.
6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Secara umum kebutuhan pengembangan permukiman dibedakan antara kebutuhan
penanganan permukiman dan kebutuhan penanganan infrastruktur. Kebutuhan
penanganan permukiman, meliputi : (i) kebutuhan untuk penguatan jati diri kota; (ii)
kebututuhan untuk meningkatkan daya beli masyarakat akan perumahan; (iii) kebutuhan

untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan permukiman; dan (iv) kebutuhan
untuk meningkatkan kualitas tata bangunan dan lingkungan kawasan permukiman.
Sedangkan kebutuhan penanganan infrastruktur,meliputi : (i) kebutuhan penanganan
jalan lingkungan; (ii) kebutuhan penanganan drainase; kebutuhan penanganan
persampahan; (iii) kebutuhan penanganan air minum; (iv) kebutuhan penaganan air
limbah.
Berdasarkan Dokumen SPPIP/RP2KP Kabupaten Gianyar bahwa kebutuhan strategis
pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Gianyar adalah :
1. Kawasan Permukiman di Kecamatan Gianyar, meliputi permukiman :Kelurahan
Gianyar, Kelurahan Bitra, Kelurahan Abian Base,Kelurahan Beng, dan permukiman
Kelurahan Samplangan;
2. Kawasan Permukiman di Kecamatan Ubud, meliputi : permukiman Kelurahan Ubud,
Permukiman Desa Mas, Desa Peliatan, Desa Petulu, Desa Kedewatan, Desa Lod
Tunduh, permukiman Desa Sayan;
3. Kawasan Permukiman di Kecamatan Sukawati,meliputi permukiman Desa Sukawati,
permukiman Desa Celuk, Desa Singapadu Tengah, Desa Batu Bulan Kangin, Desa
Batu Bulan, Desa Guwang, dan prmukiman Desa Ketewel.
6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
VI - 4

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, meliputi :
 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
 Infrastruktur permukiman RSH
 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan, meliputi :
 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
 (Agropolitan/Minapolitan)
 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
 Infrastruktur perdesaan PPIP
 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa
kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana
diperlukan.
6.1.5. Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Sektor Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari
kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
Kriteria Umum
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan
Masterplan Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

(RP2KP,

RTBL KSK,

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
Kriteria Khusus
Rusunawa
 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
 Ada calon penghuni
VI - 5

RIS PNPM
 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
 Tingkat kemiskinan desa >25%.
 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan
 BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program
Cipta Karya lainnya.
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25%.
PISEW
 Berbasis pengembangan wilayah
 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii)
produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)
pendidikan, serta (vi) kesehatan
 Mendukung komoditas unggulan kawasan
Berdasarkan kriteria umum yang ditetapkan sebagai kriteria kesiapan sebagian besar
telah dipenuhi oleh Kabupaten Gianyar, sedangkan kriteria khusus yang dapat dipenuhi
adalah readiness criteria khusus PPIP.
6.1.6. Usulan Program dan Kegiatan
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman adalah untuk memenuhi
kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan.
Usulan program dan kegiatan tersebut terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan
sesuai dengan kewenangannya yaitu pendanaan melalui APBN, APBD Provinsi dan
APBD kabupaten. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM
dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Usulan program dan kegiatan sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Gianyar
yang dibiayai dari sumber dana APBN dan APBD sebagaimana terlihat pada tabel
berikut
:

VI - 6

Tabel 6.2 Usulan program dan kegiatan sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Gianyar Tahun 2015 – 2019

VI - 7

6.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan
peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta
dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan
administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c.

Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL
yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan
gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran
masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan
VI - 11

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun
perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenisjenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui
peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan
dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan ruang yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut
dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan
Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan,
penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang
penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan
rumah negara.
Selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f.

Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor
PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam
penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar sebagai berikut:

VI - 12

Gambar 6.1.Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi
peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
 Pembangunan
tradisional.

prasarana

dan

sarana

penataan

lingkungan

pemukiman

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.

VI - 13

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan PBL
A. Isu Strategis
Isu strategis secara nasional, antara lain :
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi
lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
f.

Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan
bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan
gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal
dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau
sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash
sesuai MoU PAKET;
c.

Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan

Beberapa isu strategis pembangunan daerah Bali yang terkait penataan bangunan dan
lingkungan yaitu :
1. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan tata ruang, pencemaran lingkungan,
konservasi dan perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
2. Meningkatkan potensi keselarasan tatanan kehidupan modern, pelesterian
panorama, nuansa ruang dan lingkungan alam, mengembangkan sistem budaya
yang berorientasi pada tatanan lngkungan hidup serta pengelolaan dan rehabilitasi
ekosistem pesisir dan laut.
3. Meningkatkan kapasitas pemerataan pembangunan melalui penyediaan infrastruktur
sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.
4. Konservasi dan perlindungan sumber daya alam.
VI - 14

5. Peningkatan pembinaan dan pengendalian tata ruang yang kompeten, proposional
dan profesional, yang mampu menyusun dan menetapkan regulasi-regulasi yang
ramah lingkungan.
Beberapa isu strategis pada Pemerintah Kabupaten Gianyar yang terkait penataan
bangunan dan lingkungan yaitu :
1. Wilayah yang terindikasi sebagai wilayah yang perlu dikendalikan pertumbuhannya
adalah Kecamatan Gianyar, Kecamatan Ubud, dan Kecamatan Sukawati.
2. Wilayah yang terindikasi sebagai wilayah yang perlu didorong pertumbuhannya
adalah Kecamatan Payangan, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Tegallalang,
dan Kecamatan Tampaksiring.
3. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan fungsi PKN, PKW, PPK dan
pusat-pusat kegiatan khusus yang berpotensi cepat tumbuh dan sedang tumbuh;
4. mengembangkan Kawasan Metropolitan Sarbagita yang berjati diri budaya Bali dan
tetap mempertahankan lahan pertanian.
5. menerapkan konsep karang bengang yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka
hijau, terutama pada jalur pariwisata tetap dipertahankan dengan tujuan menjaga
kualitas ruang dan estetika lingkungan;
6. mengendalikan pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya terbangun di kawasan
rawan bencana;
7. mengarahkan peruntukan permukiman perkotaan dengan konsep compact city dan
permukiman perdesaan diarahkan mengikuti pola mengelompok, untuk menghindari
perkembangan secara sporadis dan linier ;
8. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan dan
mengembangkan ruang terbuka hijau kota dengan luas sekurang-kurangnya 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
9. mengendalikan kawasan strategis kabupaten yang cenderung cepat berkembang;
10. meningkatkan upaya pelestarian nilai sosial budaya, perlindungan asset dan situs
warisan budaya daerah dari kemerosotan dan kepunahan
11. melindungi dan mengendalikan kegiatan di sekitar kawasan suci dan tempat suci
yang dapat mengurangi nilai kesucian kawasan; dan
12. melindungi kawasan permukiman tradisional
13. menerapkan RTHK minimal 30% dari luas kota.
B. Kondisi Eksisting
Sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Gianyar telah menetapkan Rancangan Perda
Bangunan Gedung menjadi Perda Bangunan Gedung.
Disamping Perda Bangunan Gedung,
dilakukan antara lain :

pembangunan terkait dengan PBL juga telah

 Tahun 2011 dari Sumber Dana APBN,meliputi : Penyusunan RTBL Kawasan
Perkotaan Gianyar; Penyusunan RISPK Kab. Gianyar, Rencana Tindak Penataan
dan Revitalisasi Kawasan Ubud dan Kawasan Blahbatuh, Dukungan PSD RTH
Kab.upaten Gianyar, dan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk 17
desa/kelurahan. Sedangkan dari sumber dana APBD Kabupaten Gianya meliputi :
Pendampingan Dukungan PSD RTH Kabupaten Gianyar dan Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Tukad Petanu.
VI - 15

 Tahun 2012 dari sumber dana APBN, meliputi kegiatan : Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan; Pembangunan PSD Penataan RTH; Rencana Tindak Penataan
Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Kawasan Ubud; Bantuan Langsung
Masyarakat di 17 Desa/Kelurahan. Sedangkan dari APBD Kabupaten Gianyar :
Pendampingan PSD Penataan RTH.
 Tahun 2013 : dari APBN kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat.
 Tahun 2014 dari sumber dana APBN : Penyusunan RTBL Kawasan Sukawati Kec.
Sukawati; Pengelolaan kegiatan RTBL kawasan Sukawati Kabupaten Gianyar, dan
Bantuan Langsung Masyarakat di 17 Desa/Kelurahan
C. Permasalahan dan Tantangan
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan
Lingkungan antara lain:
Aspek Penataan Lingkungan Permukiman :
 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna
pengembangan lingkungan permukiman;
 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama
kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 Lemahnya penegakan hukum dalam penyelenggaraan pengaturan pengembangan
lingkungan permukiman.
Aspek Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan);
 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian;
 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Aspek Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan berupa ruang terbuka
hijau, sarana olah raga;
 Masih minimnya bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
VI - 16

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di
daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Berdasarkan isu-isu strategis, kondisi existing, permasalahan dan tantangan sektor PBL
dan Lingkungan dilakukan analisa kebutuhan sektor PBL antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
 Diperlukan RTBL di beberapa kawasan-kawasan : perkotaan yang berkembang
pesat, permukiman yang mengalami degradasi, dan kawasan/bangunan yang perlu
dilindungi, kawasan gabungan atau campuran, kawasan rawan bencana, serta
perlu dilegalisasi sebagai landasan hukum;
 Dibutuhkan perlindungan terhadap kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 Perlu penegakan hukum dalam dalam penyelenggaraan penataan lingkungan
permukiman.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Dibutuhkan kelengkapan sarana sistem proteksi kebakaran;
 Dibutuhkan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan);
 Diperlukan aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 Peningkatan sarana dan prasarana dan sarana hidran kebakaran;
 Penegakan persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pada Bangunan
Gedung Negara;
 Penertiban penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
 Penertiban administrasi aset Negara.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 Masih dibutuhan sarana lingkungan berupa ruang terbuka hijau, sebagai sarana
rekreasi dan olah raga;
 Diperlukan bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Diperlukan kesadaran aparatur dan SDM pelaksana
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

dalam

pembinaan

 Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan
otonomi dan desentralisasi;
 Masih diperlukan peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di
daerah.
6.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan

dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
VI - 17

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan
lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani
pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Secara lebih rinci atau kriteria khusus dalam penyelenggaraan program-program sektor
PBL,antara lain :
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
 Adanya kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
 Adanya kawasan yang dilestarikan/heritage;
 Adanya kawasan rawan bencana;
 Adanya kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra
niaga(central business district);
 Merupakan kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
 Adanya komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintahdaerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
 Adanya RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas
kawasa perencanaan > 5 Ha) atau;
 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dalam skenario pengembangan wilayah (jika
luas perencanaan < 5 Ha);
 Adanya Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:
 Ada kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
 Ada Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
(RTH Publik);
 Ada Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No.26/2007
tentang Tata ruang);
VI - 18

 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas
wilayah kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:
 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);
 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;
 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
 Ada Perda Bangunan Gedung
 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 tentang Tata
Ruang;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/
Gedung Bersejarah:
 Mempunyai
Bersejarah;

dokumen

Rencana

Tindak

PRK/RTH/Permukiman

Tradisional-

 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
 Ada DDUB;
 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan
pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat
yang menyentuh unsur tradisionalnya;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
SK/peraturan bupati/walikota);
 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);
 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
 Ada lahan yg disediakan Pemda;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:
VI - 19

 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,
terminal, stasiun, bandara);
 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat
(taman, alun-alun);
 Kesiapan pengelolaan oleh SKPD terkait.
6.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL
Berdasarkan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan, programprogram dan readiness criteria maka usulan program dan kegiatan sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Gianyar sebagaimana disajikan pada tabel
berikut:

VI - 20

Tabel 6.3 Usulan program dan kegiatan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Gianyar Tahun 2015 – 2019

VI - 21

6.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
6.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi
sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD),
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan
SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi
dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem
penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air
minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang
(RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih
rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,
manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan
yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan
pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,
keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas.
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/
penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk
membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui
Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan.
SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
VI - 26

perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan
airhujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan
perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam
mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan
perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi
di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain
mencakup:
 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air
minum;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem
penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan
sosial;
 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
6.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis
Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu
strategis tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Peningkatan Akses Aman Air Minum;
Pengembangan Pendanaan;
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
Rencana Pengamanan Air Minum;
Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat;
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi

Isu Strategis dari Aspek Teknis :
1. Pemanfaatan teknologi dalam pemanfaatan sumber air masih belum maksimal
mengingat keterbatasan pendanaan yang dialami oleh masing-masing kelembagaan.
2. Masih tingginya tingkat kebocoran akibat tingginya pencurian air dan masih
digunakannya jaringan yang berumur tua.
3. Jangkauan pelayanan air bersih masih belum maksimal karena terbatasnya
pemanfaatan sumber air yang ada dan tersebarnya area permukiman sehingga
membutuhkan investasi yang besar dalam perluasan jangkauan pelayanan.
4. Lemahnya perlindungan terhadap sumber air merupakan salah satu hal penting
mengingat beberapa titik sumber air masih belum terlindungi dengan baik dari segala
bentuk pencemaran.
Isu Strategis dari Aspek Non Teknis
VI - 27

1. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki instansi terkait mengindikasikan perlunya
peningkatan kerjasama dan alih teknologi dengan pihak swasta.
2. Pelayanan air bersih juga masih terkendala karena kurang profesionalnya SDM
pengelola air bersih.
3. Tarif air minum dirasa belum seimbang jika dibandingkan biaya dasar produksi
sehingga sangat mempengaruhi pengembangan pelayanan.
4. Lembaga pengelola air bersih masih lemah dari segi managemen sehingga
menggangu pelayanan secara umum.
5. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air bersih.
6. Terjadinya penurunan debit air akibat perubahan iklim mulai terasa di Kabupaten
Gianyar. Sumber air yang dimanfaatkan sebagai air baku mengalami penurunan
debit sehingga mengganggu penyediaan air bersih ke masyarakat.
B. Kondisi Eksisting
Penyediaan air bersih di Kabupaten Gianyar dikelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Gianyar dan saat ini masing-masing unit pengelolaan sudah ada di
tingkat Kecamatan. Sumber air di PDAM Gianyar pada saat ini yang terbesar
memanfaatkan sumur dalam dengan kapasitas pengambilan sekitar 412 l/dt, untuk
sumber mata air yang sekarang dimanfaatkan kapasitas kecil dengan rata-rata debit per
mata air sebesar 10 l/dt dengan debit total pengambilan sebesar 200 l/dt. Untuk air
permukaan PDAM Gianyar belum termanfaatkan secara optimal
Penyediaan air bersih dalam skala kecil di tingkat Kecamatan yang tidak dijangkau oleh
PDAM sebagian dikelola oleh lembaga desa (PAMDES). Penduduk desa/lembaga desa
melakukan pengelolaan untuk memenuhi kebutuhan air minum secara swadaya.
Perkembangan dan aktivitas masyarakat saat ini telah mengalami peningkatan sehingga
peningkatan prasarana air minum sangat mendesak dilakukan. Penyediaan air minum
baik oleh PDAM maupun PAMDES perlu dilakukan evaluasi sistem jaringan secara
menyeluruh baik menyangkut kebutuhan air baku maupun peningkatan sistem jaringan
baik di tingkat transmisi maupun distribusi. Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten
Gianyar mengalami penurunan dari 62,26 % pada tahun 2008 menjadi 56,82 % pada
tahun 2010. Penurunan cakupan pelayanan tersebut disebabkan oleh perkembangan
jaringan pelayanan transmisi dan distribusi yang tidak mengikuti perkembangan jumlah
penduduk .
Berdasarkan Laporan PDAM Kabupaten Gianyar bulan Desember 2010 menunjukkan
kapasitas produksi air minum masing-masing unit bila dibandingkan dengan yang
mampu didistribusikan ke pelanggan hampir tidak ada yang tersisa namun volume air
yang dapat dipertanggung jawabkan atau yang dibayar hanya sekitar 50 % dari yang
didistribusikan sehingga dapat dikatakan bahwa PDAM Gianyar pada tahun 2010
memiliki NRW sebesar 50,58 %.
Di Kabupaten Gianyar terdapat beberapa sistem yang dikelola oleh PDAM, yaitu SPAM
Cabang Gianyar, SPAM Cabang Sukawati, SPAM Cabang Payangan, SPAM Cabang
Ubud, SPAM Cabang Sukawati, SPAM Cabang Tegallalang ,dan SPAM Cabang
Blahbatuh.

VI - 28

Gambar 6.2.Gambar Daerah Pelayanan Cabang PDAM Gianyar
I.

SPAM Cabang Gianyar

(1). Unit Produksi
Sistem pengolahan unit produksi pada SPAM Cabang Gianyar dilakukan dengan
memberikan chlorinasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi perlu diperhatikan
VI - 29

perawatan yang lebih untuk instalasi chlorinasi tersebut. Penjelasan mengenai
produksi SPAM Cabang Gianyar dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut :

unit

Tabel 6.4. Uraian Unit Produksi SPAM Cabang Gianyar
Lokasi
KEC. Gianyar

Nama Sumber
MAG. Barong
MAP. Petak I
MAP. Petak II
MAG. Gitgit
SB Beng I
SB. Beng II
SB. BENG III
SB. Abianbase
SB. Tedung
SB. Seronggo
SB. Siangan
SB. Sidan
SB. Astina Selatan
SB. Babakan
SB. Madangan
SB. Bukit Jati
SB. Bedulu
MAP. Tulikup
Suplai dari Tps (MAP. Tegal saat)

Jenis Sumber
Mata Air
Mata Air
Mata Air
Mata Air
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Mata Air
Mata Air

Kapasitas Terbangun Kapasitas Produksi Jenis
(l/det)
(l/det)
Produksi
16,40
16,40 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
9,12
9,03 Chlorisasi
5,58
5,54 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
3,85
3,69 Chlorisasi
9,00
8,78 Chlorisasi
13,34
13,24 Chlorisasi
9,98
9,94 Chlorisasi
4,46
4,15 Chlorisasi
13,14
12,87 Chlorisasi
18,41
18,18 Chlorisasi
5,31
5,25 Chlorisasi
3,78
3,74 Chlorisasi
16,56
16,20 Chlorisasi
22,27
22,03 Chlorisasi
5,29
4,94 Chlorisasi
3,80
3,61 Chlorisasi

Sumber : PDAM Gianyar, 2010
Untuk Bangunan reservoar yang ada dalam SPAM Cabang Gianyar masih baik, namun
diperlukan beberapa tes tentang uji kelaiakan bangunan. Selain itu, untuk perawatan dan
pemeliharaan bagian dalam bangunan reservoar tersebut penting untuk diperhatikan.
(2). Unit Pelayanan
Tingkat pelayanan PDAM Cabang Gianyar mencakup 10.937 SR atau sejumlah 65.622
jiwa dari 86.843 jiwa penduduk Kecamatan Gianyar dengan tingkat pelayanan 75
%.Daerah layanan untuk PDAM Cabang Gianyar meliputi beberapa desa antara lain
Desa Semita, Petak Kaja, Suwat, Petak, Siangan, Babakan, Bitra, Beng, Sidan,
Samplangan, Temesi, Tulikup, Abian Base, Tegal Tugu, Serongga, dan Desa Lebih
(3). Skematik SPAM Eksisting

Gambar 6.3.Skema Jaringan SPAM Cabang Gianyar
VI - 30

II. SPAM Cabang Blahbatuh
(1). Unit Produksi
Sistem pengolahan unit produksi pada SPAM Cabang Blahbatuh dilakukan dengan
memberikan chlorinasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi perlu diperhatikan
perawatan yang lebih untuk instalasi chlorinasi tersebut.Proses pengolahan unit produksi
SPAM Cabang Blahbatuh dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6.5. Uraian Unit Produksi SPAM Cabang Blahbatuh
Lokasi

Nama Sumber

Kec. Blahbatuh SB Buruan I
SB Buruan II
SB Blangsinga
SB Pering
SB Belega
SB Bedulu

Jenis Sumber
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor

Kapasitas Terbangun Kapasitas Produksi Jenis
(l/det)
(l/det)
Produksi
8,22
6,24 Chlorisasi
15,91
15,77 Chlorisasi
12,13
11,93 Chlorisasi
17,46
15,27 Chlorisasi
10,42
10,40 Chlorisasi
2,06
2,03 Chlorisasi

Sumber : PDAM Gianyar, 2010

(2). Unit Pelayanan
Daerah layanan PDAM Cabang Blahbatuh meliputi desa Bedulu, Tegallinggah, Buruan,
Blahbatuh, Belega, Bona, Keramas, Pering, Medahan, dan Saba. Tingkat pelayanan
PDAM Cabang blahbatuh meliputi 6.742 SR atau sejumlah 40.452 jiwa dari 65.875 jiwa
penduduk Kecamatan Blahbatuh dengan cakupan pelayanan 61 %. PDAM Cabang
Blahbatuh menerima suplai air dari Tampaksiring, Ubud, dan Gianyar dan juga
memberikan suplai air ke Gianyar
(3). Skematik SPAM Eksisting

Gambar 6.4.Skema Jaringan SPAM Cabang Blahbatuh

III. SPAM Cabang Ubud
(1). Unit Produksi
Sistem pemgolahan unit produksi pada SPAM Cabang Ubud dilakukan dengan
memberikan chlorinasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Proses pengolahan unit
produksi SPAM Cabang Ubud dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut :

VI - 31

Tabel 6.6. Uraian Unit Produksi SPAM Cabang Ubud
Lokasi
Kec. Ubud

Nama Sumber
SB.Sambahan
MAP.Sapat I
MAP.Sapat II
SB.Sayan I
SB.Sayan II
SB.Lod Tunduh
SB.Junjungan
Pembelian Air PT.BBT

Jenis Sumber
Sumur Bor
Mata Air
Mata Air
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Sumur Bor
Air Curah

Kapasitas Terbangun Kapasitas Produksi Jenis
(l/det)
(l/det)
Produksi
3,42
2,99 Chlorisasi
13,72
11,27 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
6,35
4,21 Chlorisasi
10,00
9,93 Chlorisasi
2,29
2,24 Chlorisasi
86,32
86,32 -

Sumber : PDAM Gianyar, 2010

(2). Unit Pelayanan
Daerah layanan PDAM Cabang Ubud melipui desa Petulu, Kedewatan, Sayan, Peliatan,
Singakerta, Lodtunduh, dan Mas. Tingkat pelayanan PDAM Ubud meliputi 5.914 SR atau
35.484 jiwa dari 69.323 jiwa penduduk Kecamatan Ubud dengan cakupan pelayanan 51
%. PDAM Cabang Ubud juga mendapatkan suplai air dari Payangan, Tegalalang dan
juga memberikan suplai air ke Tampaksiring, Gianyar, dan Sukawati.
(3). Skematik SPAM Eksisting

Gambar 6.5.Skema Jaringan SPAM Cabang Ubud

IV. SPAM Cabang Tegallalang
(1). Unit Produksi
Sistem pengolahan unit produksi pada SPAM Cabang Tegallalang dilakukan dengan
memberikan chlorinasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi perlu diperhatikan
perawatan yang lebih untuk instalasi chlorinasi tersebut. Proses pengolahan unit
produksi SPAM Cabang Tegallalang dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6.7. Uraian Unit Produksi SPAM Cabang Tegallalang
Lokasi
Kec. Tegallalang

Nama Sumber
MAP.Kedisan I
MAP.Kedisan II
MAP.Kedisan III
MAP.Kedisan IV-(CF)
MAG.Tegallalang
Pembelian Air PT.BBT

Jenis Sumber
Mata Air
Mata Air
Mata Air
Mata Air
Sumur Bor
Air Curah

Kapasitas Terbangun Kapasitas Produksi Jenis
(l/det)
(l/det)
Produksi
18,00
17,54 Chlorisasi
26,60
25,65 Chlorisasi
7,24
7,08 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi
2,11
2,13 Chlorisasi
0,00
0,00 Chlorisasi

VI - 32

(2). Unit Pelayanan
Daerah Pelayanan PDAM Cabang Tegalalang meliputi Desa Kedisan, Kendran,
Tegalalang, dan Keliki. Tingkat pelayanan PDAM Tegalalang adalah 3.179 SR atau
19.074 jiwa dari 50.325 jiwa penduduk Kecamatan Tegalalang dengan kata lain cakupan
pelayanan adal