Dowload GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ipi267357
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I
PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Anis Probowo
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 02 RW 32 Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Latar Belakang. Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat
penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebar dalam 27 jenis, 608.000 orang mengalami stres. Studi
pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada tanggal 15 November 2012, terhadap 10
mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10 mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen stres.
Tujuan. Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kelas 1 Program Studi D III
Keperawatan Tentang Manajemen Stres di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan studi penelitian deskriptif yaitu statistik yang berfungsi
untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pengambilan sampel
sesaat dalam waktu yang bersamaan dan pengumpulan data yang dilakukan secara bersama-sama
sekaligus.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) responden memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup. Angka mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan sebagai dasar bahwa secara
umum pengetahuan para mahasiswa kelas I ProdiD III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta berada pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa meskipun ada
beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah
mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian masih cukup banyak mahasiswa yang perlu meningkatkan
pengetahuannya tentang manajemen stres.
Kata kunci : Tingkat pengetahuan, manajemen stres
bagian kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak bisa lepas dari stres, masalahnya
adalah bagaimana hidup beradaptasi dengan stres
tanpa harus mengalami distress. Tidak semua
bentuk bentuk stres itu mempunyai konotasi
negatif, cukup banyak yang bersifat positif
(Dalami, 2002: 28).
Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial
Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat
penyandang masalah kesejahteraan sosial
tersebar dalam 27 jenis, salah satunya adalah
penyandang psikotik. Di Jawa Tengah tercatat
704.000 orang mengalami ganguan kejiwaan,
dan dari jumlah tersebut sekitar 96.000
diantaranya didiagnosa telah menderita kegilaan,
608.000 orang mengalami stres. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 3
PENDAHULUAN
Pemahaman tentang stres dan akibatnya
penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan banyak gangguan kesehatan jiwa.
Para ahli sudah banyak meneliti masalah stres,
khususnya yang bertalian dengan situasi dan
kondisi hidup. Masalah stres sering dihubungkan
dengan situasi dan kondisi hidup dengan
kehidupan
modern
merupakan
sumber
bermacam gangguan stress. Perlu diperhatikan
bahwa kepekaan orang untuk menghayati stres
tidaklah sama ada yang lebih kuat dan ada yang
lebih rapuh (Dalami, 2002: 27).
Stres adalah realita kehidupan setiap hari
yang dapat dihindari, stres bukan sesuatu hal
yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan
8
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
per mil dari sekitar 32 juta penduduk di Jawa
Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil
lainnya menderita stres. Jumlah tersebut jika
dipersentasekan, maka jumlahnya mencapai
sekitar 2,2 persen dari total penduduk Jawa
Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa stres
bersifat universally, yaitu semua orang dapat
merasakannyatetapi cara pengungkapannya yang
berbeda atau diversity. Stres sering terjadi pada
orang yang bekerja dan pada situasi perkuliahan
Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini,
bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus,
menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan
kemudian lulus (Dinkes Jateng, 2006).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tau
dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
yang cukup di dalam domain kongnitif
mempunyai 6 tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003:
11).
Mahasiswa STIKES PKU Muhammadiyah
Program Studi D III Keperawatan memiliki latar
belakang yang berbeda baik dari segi usia, suku,
agama, dan lain-lain. Hal ini berpengaruh
terhadap cara pandang mahasiswa terhadap
dirinya dan manajemen stres. Studi pendahuluan
yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada
tanggal 15 November 2012, terhadap 10
mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10
mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen
stres. Melihat pentingnya manajemen stres dalam
kehidupan mahasiswa, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang Gambaran Pengetahuan
Mahasiswa Tingkat 1 Program Studi D III
Keperawatan Tentang Manajemen Stres di
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Hasil
1. Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Prosentase (%)
18-19
47
87,6
20-21
6
11,1
22-23
1
1,9
Jumlah
54
100,0
Diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 18-19 tahun yaitu sebanyak 47
mahasiswa (87,6%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Prosentase (%)
Frekuensi
Kelamin
Laki –laki
6
11,0
Perempuan
48
88,9
Jumlah
54
100,0
Diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu ada sebanyak
48 mahasiswi (88,9%). Selebihnya yang berjenis
kelamin laki-laki ada sebanyak 6 mahasiswa
(11%).
3. Tingkat Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi Responden
berdasarkan Tingkat Pengetahuan
tentang Manajemen Stress
Pengetahuan Frekuensi
Prosentase (%)
Baik
8
14,8
Cukup
27
50,0
Kurang
19
35,2
Buruk
0
0,0
Total
54
100,0
Diketahui bahwa ada 8 mahasiswa (14,8%)
yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Ada 27
mahasiswa (50,0%) yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan penelitian
deskriptif. Populasinya sebanyak Mahasiswa
Kelas I Program Studi D III Keperawatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
sebanyak 117 responden. Menggunakan teknik
simple random sampling (sederhana) peneliti
membuat 117 undian untuk responden,
selanjutnya peneliti akan memilih secara acak
untuk mengambil 54 responden dalam
melakukan penelitian. Instrument penelitian
menggunakan
kuesoner
yang
berupa
pernyataan.
4. Tabulasi Silang
Tabel 4. Distribusi Tabulasi
Pengetahuan Menurut Umur Responden
Tingkat pengetahuan
Umur
Kura
Baik % Cukup %
%
ng
18-19 6 75 24 88,89 17
89,47
20-21 1 12,5 3 11,11 1
5,26
22-23 1 12,5 1
5,26
Jumlah 8 100 27 100 19
100
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu
umur seseorang. Semakin cukup umur tingkat
kemampuan seseorang , kematangan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan menerima
informasi. Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia, akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang berjenis kelamin perempuan
cenderung tingkat pengetahuan seseorang cukup
dibanding berjenis kelamin laki-laki. Pada
responden berjenis kelamin perempuan, proposi
tingkat pengetahuan baik (100%) lebih besar dari
pada proposi responden yang tingkat
pengetahuan cukup (92,60%) maupun kurang
(21,05%). Pada responden berjenis kelamin lakilaki, proposi tingkat pengetahuan kurang
(78,95%) lebih besar dari pada cukup (7,40%)
maupun baik (0%).
Pengetahuan yang diukur dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai kemampuan mahasiswa
dalam mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen stress. Aspek-aspek tersebut meliputi
pengaturan diet dan nutrisi, istirahat tidur,
olahraga dan latihan teratur, berhenti merokok,
tidak mengkonsumsi minuman keras, pengaturan
berat badan, pengaturan waktu, terapi
psikofarmaka,
psikoterapi,
dan
terapi
psikoreligius (Hidayat, 2004: 63).
Manajemen stres merupakan salah satu
materi pengetahuan yang dipelajari di pendidikan
tinggi keperawatan dan harus dikuasai ketika
akhirnya para mahasiswa menjadi perawat agar
dapat diterapkan pada dirinya sendiri dan juga
terutama pada pasien. Seharusnya memang
mahasiswa Program Studi D III Keperawatan
dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang
manajemen stres.
Manajemen stres dalam beberapa hal
terkait dengan kedewasaan atau kebiasaan.
Adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang
manajemen stress pada para mahasiswa tersebut
disebabkan karena faktor latar belakang budaya,
pemahaman agama, lingkungan pergaulan
(komunitas atau masyarakat), dan pengalaman.
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik.
Tabel 5. Distribusi Tabulasi
Pengetahuan Menurut Jenis Kelamin
Jenis
kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Baik
8
8
Tingkat pengetahuan
% Cukup % Kurang
100 25 92.60 4
2
7.40 15
100 27 100 19
%
21.05
78,95
100
Menurut data tersebut tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang berjenis kelamin
perempuan cenderung tingkat pengetahuan
seseorang cukup dibanding berjenis kelamin
laki-laki
Pembahasan
Karakteristik responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar (50%) responden memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup. Angka
mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan
sebagai dasar bahwa secara umum pengetahuan
para mahasiswa kelas I Prodi D III Keperawatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta berada
pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan
menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa
mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan
baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah
mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).
Dengan demikian masih cukup banyak
mahasiswa
yang
perlu
meningkatkan
pengetahuannya tentang manajemen stress.
Seiring waktu diharapkan para mahasiswa
tersebut semuanya akan semakin memahami
pengetahuan ini yang akan sangat berguna bagi
mereka sendiri dalam menjalani perkuliahan dan
nanti bagi pasien yang mereka tangani setelah
terjun di lapangan.
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik. Pada responden berumur 18-19 tahun,
proposi responden dengan tingkat pengetahuan
kurang (89,47%) lebih besar dari pada proposi
responden yang tingkat pengetahuan cukup
(88,89%) maupun baik (75%). Pada responden
berumur 20-21 tahun, proposi responden dengan
tingkat pengetahuan baik (12,5%) lebih besar
dari pada proposi responden yang tingkat
pengetahuan cukup (11,11%) maupun kurang
(5,26%). Pada responden berumur 22-23 tahun
proposi responden dengan tingkat pengetahuan
baik (12,5%) lebih besar dari pada proposi
responden yang tingkat pengetahuan cukup (0%)
maupun kurang (5,26%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
10
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
Responden dalam penelitian ini berumur
18-19 tahun sebanyak 47 mahasiswa, jenis
kelamin yang diteliti sebagian besar berjenis
kelamin
perempuan
sebanyak
48
mahasiswi.Menurut hasil penelitian diketahui
bahwa 27 mahasiswa yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup. Menurut hasil disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik.Menurut hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
mahasiswa kelas I program studi D III
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta adalah
cukup.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
peneliti
lain
dapat
melanjutkan
atau
mengembangkan dengan meneliti lebih jauh
bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan
tentang manajemen stres misalnya, seperti
hubungan antara manajemen stres dengan
kepribadian
seseorang,
atau
pengaruh
manajemen stres terhadap kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
2. Dalami,
E.
2010.
Konsep
Dasar
Kepera watan Jiwa . Jakarta: Trans Info
Media.
3. Hidayat, A.A. 2004. Konsep Dasar
Kepera watan , Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
11
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I
PRODI D III KEPERAWATAN TENTANG MANAJEMEN STRES
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Anis Probowo
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 02 RW 32 Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Latar Belakang. Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat
penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebar dalam 27 jenis, 608.000 orang mengalami stres. Studi
pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada tanggal 15 November 2012, terhadap 10
mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10 mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen stres.
Tujuan. Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kelas 1 Program Studi D III
Keperawatan Tentang Manajemen Stres di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan studi penelitian deskriptif yaitu statistik yang berfungsi
untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pengambilan sampel
sesaat dalam waktu yang bersamaan dan pengumpulan data yang dilakukan secara bersama-sama
sekaligus.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) responden memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup. Angka mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan sebagai dasar bahwa secara
umum pengetahuan para mahasiswa kelas I ProdiD III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta berada pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa meskipun ada
beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah
mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian masih cukup banyak mahasiswa yang perlu meningkatkan
pengetahuannya tentang manajemen stres.
Kata kunci : Tingkat pengetahuan, manajemen stres
bagian kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak bisa lepas dari stres, masalahnya
adalah bagaimana hidup beradaptasi dengan stres
tanpa harus mengalami distress. Tidak semua
bentuk bentuk stres itu mempunyai konotasi
negatif, cukup banyak yang bersifat positif
(Dalami, 2002: 28).
Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial
Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 terdapat
penyandang masalah kesejahteraan sosial
tersebar dalam 27 jenis, salah satunya adalah
penyandang psikotik. Di Jawa Tengah tercatat
704.000 orang mengalami ganguan kejiwaan,
dan dari jumlah tersebut sekitar 96.000
diantaranya didiagnosa telah menderita kegilaan,
608.000 orang mengalami stres. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 3
PENDAHULUAN
Pemahaman tentang stres dan akibatnya
penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan banyak gangguan kesehatan jiwa.
Para ahli sudah banyak meneliti masalah stres,
khususnya yang bertalian dengan situasi dan
kondisi hidup. Masalah stres sering dihubungkan
dengan situasi dan kondisi hidup dengan
kehidupan
modern
merupakan
sumber
bermacam gangguan stress. Perlu diperhatikan
bahwa kepekaan orang untuk menghayati stres
tidaklah sama ada yang lebih kuat dan ada yang
lebih rapuh (Dalami, 2002: 27).
Stres adalah realita kehidupan setiap hari
yang dapat dihindari, stres bukan sesuatu hal
yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan
8
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
per mil dari sekitar 32 juta penduduk di Jawa
Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil
lainnya menderita stres. Jumlah tersebut jika
dipersentasekan, maka jumlahnya mencapai
sekitar 2,2 persen dari total penduduk Jawa
Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa stres
bersifat universally, yaitu semua orang dapat
merasakannyatetapi cara pengungkapannya yang
berbeda atau diversity. Stres sering terjadi pada
orang yang bekerja dan pada situasi perkuliahan
Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini,
bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus,
menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan
kemudian lulus (Dinkes Jateng, 2006).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tau
dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
yang cukup di dalam domain kongnitif
mempunyai 6 tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003:
11).
Mahasiswa STIKES PKU Muhammadiyah
Program Studi D III Keperawatan memiliki latar
belakang yang berbeda baik dari segi usia, suku,
agama, dan lain-lain. Hal ini berpengaruh
terhadap cara pandang mahasiswa terhadap
dirinya dan manajemen stres. Studi pendahuluan
yang dilakukan pada mahasiswa semester II pada
tanggal 15 November 2012, terhadap 10
mahasiswa di dapatkan hasil 2 diantara 10
mahasiswa tidak mengetahui tentang manajemen
stres. Melihat pentingnya manajemen stres dalam
kehidupan mahasiswa, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang Gambaran Pengetahuan
Mahasiswa Tingkat 1 Program Studi D III
Keperawatan Tentang Manajemen Stres di
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Hasil
1. Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Prosentase (%)
18-19
47
87,6
20-21
6
11,1
22-23
1
1,9
Jumlah
54
100,0
Diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 18-19 tahun yaitu sebanyak 47
mahasiswa (87,6%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Prosentase (%)
Frekuensi
Kelamin
Laki –laki
6
11,0
Perempuan
48
88,9
Jumlah
54
100,0
Diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu ada sebanyak
48 mahasiswi (88,9%). Selebihnya yang berjenis
kelamin laki-laki ada sebanyak 6 mahasiswa
(11%).
3. Tingkat Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi Responden
berdasarkan Tingkat Pengetahuan
tentang Manajemen Stress
Pengetahuan Frekuensi
Prosentase (%)
Baik
8
14,8
Cukup
27
50,0
Kurang
19
35,2
Buruk
0
0,0
Total
54
100,0
Diketahui bahwa ada 8 mahasiswa (14,8%)
yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Ada 27
mahasiswa (50,0%) yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan penelitian
deskriptif. Populasinya sebanyak Mahasiswa
Kelas I Program Studi D III Keperawatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
sebanyak 117 responden. Menggunakan teknik
simple random sampling (sederhana) peneliti
membuat 117 undian untuk responden,
selanjutnya peneliti akan memilih secara acak
untuk mengambil 54 responden dalam
melakukan penelitian. Instrument penelitian
menggunakan
kuesoner
yang
berupa
pernyataan.
4. Tabulasi Silang
Tabel 4. Distribusi Tabulasi
Pengetahuan Menurut Umur Responden
Tingkat pengetahuan
Umur
Kura
Baik % Cukup %
%
ng
18-19 6 75 24 88,89 17
89,47
20-21 1 12,5 3 11,11 1
5,26
22-23 1 12,5 1
5,26
Jumlah 8 100 27 100 19
100
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu
umur seseorang. Semakin cukup umur tingkat
kemampuan seseorang , kematangan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan menerima
informasi. Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia, akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang berjenis kelamin perempuan
cenderung tingkat pengetahuan seseorang cukup
dibanding berjenis kelamin laki-laki. Pada
responden berjenis kelamin perempuan, proposi
tingkat pengetahuan baik (100%) lebih besar dari
pada proposi responden yang tingkat
pengetahuan cukup (92,60%) maupun kurang
(21,05%). Pada responden berjenis kelamin lakilaki, proposi tingkat pengetahuan kurang
(78,95%) lebih besar dari pada cukup (7,40%)
maupun baik (0%).
Pengetahuan yang diukur dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai kemampuan mahasiswa
dalam mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen stress. Aspek-aspek tersebut meliputi
pengaturan diet dan nutrisi, istirahat tidur,
olahraga dan latihan teratur, berhenti merokok,
tidak mengkonsumsi minuman keras, pengaturan
berat badan, pengaturan waktu, terapi
psikofarmaka,
psikoterapi,
dan
terapi
psikoreligius (Hidayat, 2004: 63).
Manajemen stres merupakan salah satu
materi pengetahuan yang dipelajari di pendidikan
tinggi keperawatan dan harus dikuasai ketika
akhirnya para mahasiswa menjadi perawat agar
dapat diterapkan pada dirinya sendiri dan juga
terutama pada pasien. Seharusnya memang
mahasiswa Program Studi D III Keperawatan
dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang
manajemen stres.
Manajemen stres dalam beberapa hal
terkait dengan kedewasaan atau kebiasaan.
Adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang
manajemen stress pada para mahasiswa tersebut
disebabkan karena faktor latar belakang budaya,
pemahaman agama, lingkungan pergaulan
(komunitas atau masyarakat), dan pengalaman.
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik.
Tabel 5. Distribusi Tabulasi
Pengetahuan Menurut Jenis Kelamin
Jenis
kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Baik
8
8
Tingkat pengetahuan
% Cukup % Kurang
100 25 92.60 4
2
7.40 15
100 27 100 19
%
21.05
78,95
100
Menurut data tersebut tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang berjenis kelamin
perempuan cenderung tingkat pengetahuan
seseorang cukup dibanding berjenis kelamin
laki-laki
Pembahasan
Karakteristik responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar (50%) responden memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup. Angka
mayoritas secara deskriptif dapat dijadikan
sebagai dasar bahwa secara umum pengetahuan
para mahasiswa kelas I Prodi D III Keperawatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta berada
pada tingkat sedang. Hasil penelitian bahkan
menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa
mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan
baik namun relatif sedikit (14,8%). Jumlah
mahasiswa ini hanya separuh dari mereka yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang (35,2%).
Dengan demikian masih cukup banyak
mahasiswa
yang
perlu
meningkatkan
pengetahuannya tentang manajemen stress.
Seiring waktu diharapkan para mahasiswa
tersebut semuanya akan semakin memahami
pengetahuan ini yang akan sangat berguna bagi
mereka sendiri dalam menjalani perkuliahan dan
nanti bagi pasien yang mereka tangani setelah
terjun di lapangan.
Menurut data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik. Pada responden berumur 18-19 tahun,
proposi responden dengan tingkat pengetahuan
kurang (89,47%) lebih besar dari pada proposi
responden yang tingkat pengetahuan cukup
(88,89%) maupun baik (75%). Pada responden
berumur 20-21 tahun, proposi responden dengan
tingkat pengetahuan baik (12,5%) lebih besar
dari pada proposi responden yang tingkat
pengetahuan cukup (11,11%) maupun kurang
(5,26%). Pada responden berumur 22-23 tahun
proposi responden dengan tingkat pengetahuan
baik (12,5%) lebih besar dari pada proposi
responden yang tingkat pengetahuan cukup (0%)
maupun kurang (5,26%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
10
PROFESI Volume 11 / Maret – Agustus 2014
Responden dalam penelitian ini berumur
18-19 tahun sebanyak 47 mahasiswa, jenis
kelamin yang diteliti sebagian besar berjenis
kelamin
perempuan
sebanyak
48
mahasiswi.Menurut hasil penelitian diketahui
bahwa 27 mahasiswa yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup. Menurut hasil disimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin bertambah
umur, tingkat pengetahuan seseorang semakin
baik.Menurut hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
mahasiswa kelas I program studi D III
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta adalah
cukup.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
peneliti
lain
dapat
melanjutkan
atau
mengembangkan dengan meneliti lebih jauh
bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan
tentang manajemen stres misalnya, seperti
hubungan antara manajemen stres dengan
kepribadian
seseorang,
atau
pengaruh
manajemen stres terhadap kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
2. Dalami,
E.
2010.
Konsep
Dasar
Kepera watan Jiwa . Jakarta: Trans Info
Media.
3. Hidayat, A.A. 2004. Konsep Dasar
Kepera watan , Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
11