Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia

(1)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut

di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ASYRAFF BIN MD NAJIB

070100400

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut

di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia

Oleh :

ASYRAFF BIN MD NAJIB

070100400

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu,

Johor Bharu, Johor, Malaysia pada Tahun 2010

Nama : Asyraff bin Md Najib

NIM : 070100400

Pembimbing / Penguji III Penguji I

(dr. Sri Sofyani, Sp.A (K)) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid, Sp.PD,Sp.GK) NIP: 140328817 NIP: 195011051979031004

Penguji II

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, Mkes) NIP: 196906091999032001

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Kebersihan rongga mulut sering dianggap sebagai hal yang sepele oleh masyarakat. Ini karena ramai yang tidak tahu tentang masalah-masalah yang bakal timbul pada kesehatan mereka jika kebersihan rongga mulut tidak dijaga dengan cara yang benar. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi. Contohnya adalah gingivitis, tonsillitis, kanker mulut,infeksi jamur dan karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak. Oleh sebab itu, mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah menjalankan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut sejak usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling.

Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia pada tahun 2010.

Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, hasil dari penelitian yang didapat adalah 74,4% mempunyai tingkat pengetahuan baik, 25,6% mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan tidak didapat tingkat pengetahuan kurang.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak sekolah rendah di Sekolah Rendah Tebrau Bakar Batu berada pada tingkat pengetahuan baik. Masukan kepada anak-anak sekolah rendah tersebut adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada rongga mulut.


(5)

ABSTRACT

Oral hygiene is often disregarded by the society. This is because a lot of them do not know about the problems that would arise to their health if oral hygiene is not maintained in the right way. There are many diseases involve the mouth, teeth and gums. Some of them are gingivitis, tonsillitis, mouth cancer, fungal infection and dental caries. Dental caries is a disease that often occurs in children. Therefore, beginning in 1984, the Malaysian government has run a programme on oral hygiene maintenance for preschool children with the aim to raise the awareness of oral hygiene from early age, and to encourage them to have good behaviour on oral hygiene.

This study was conducted by interviews and questionnaires. It is a descriptive study which used the cross sectional method. The sampling was done by using quota sampling technique.

The purpose of this study been carried out is to determine the knowledge level of primary school children about oral hygiene in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia in 2010.

With a sample size of 90 people, the results obtained from the study was 74,4% with good knowledge level, 25,6% have average knowledge level and 0% with low knowledge level.

From this results, it can be concluded that the knowledge of primary school children in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu is good. Some advices for them are to maintain the healthy way of living and always prevent themselves from oral disease.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan semesta alam pemilik segala ilmu pengetahuan. Berkat rahmat dan hidayahNya saya selaku penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini hingga selesai. Penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis memilih judul: “Gambaran

Tingkat Pengetahuan Anak-anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia

pada tahun 2010”.

Penulis selama melakukan proposal penelitian ini telah memperoleh bantuan moral dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Sri Sofyani, Sp. A (K) selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan dalam menyusun hasil penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Komunitas yang sudah membimbing selama perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya dalam penyusunan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sebagai manusia biasa, penulis tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sebagai mahasiswa, penulis masih berada pada tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Semoga bias lebih baik untuk ke depannya

Penang, 27 September 2010


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ... ii

ABSTRACT ... ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Rongga Mulut ... 5

2.1.1 Pipi, Bibir, dan Palatum ... 6

2.1.2 Lidah ... 7

2.1.3 Gigi ... 8

2.1.4 Gingiva ... 11

2.1.5 Air Liur ... 12

2.2. Konsep Dasar Oral Hygiene ... 12

2.3. Pendidikan Kesehatan Gigi ... 14

2.3.1 Sikat Gigi ... 16

2.3.2 Pasta Gigi ... 18

2.3.3 Flossing atau Benang Gigi ... 19

2.3.4 Obat Kumur ... 20


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Definisi Operasional ... 22

3.3. Aspek Pengukuran ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

4.2.1 Waktu Penelitian ... 26

4.2.2 Tempat Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.3.1 Populasi ... 27

4.3.2 Sampel ... 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.4.1. Uji Validitas ... 28

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 29

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1. Hasil Penelitian ... 31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 32

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 34

5.2. Pembahasan ... 40

5.2.1. Pengetahuan ... 40


(9)

6.1. Kesimpulan ... 42 6.2. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA ... ... 44 LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) Lampiran 4. Data Induk dan Hasil Output


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan ... 26

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner ... 31

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik berdasarkan Usia ... 33

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik berdasarkan Suku dan Bangsa ... 35

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variebel Pengetahuan ... 36

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 37

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia terhadap Tingkat Pengetahuan ... 38

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Tingkat pengetahuan ... 39

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Suku dan Bangsa terhadap Tingkat Pengetahuan ... 40


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul halaman

Gambar 2.1. Rongga mulut manusia ... 6 Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia ... 10 Gambar 2.3. Struktur gigi manusia ... 11


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) Lampiran 4. Data Induk dan Hasil Output


(13)

ABSTRAK

Kebersihan rongga mulut sering dianggap sebagai hal yang sepele oleh masyarakat. Ini karena ramai yang tidak tahu tentang masalah-masalah yang bakal timbul pada kesehatan mereka jika kebersihan rongga mulut tidak dijaga dengan cara yang benar. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi. Contohnya adalah gingivitis, tonsillitis, kanker mulut,infeksi jamur dan karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak. Oleh sebab itu, mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah menjalankan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut sejak usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling.

Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia pada tahun 2010.

Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, hasil dari penelitian yang didapat adalah 74,4% mempunyai tingkat pengetahuan baik, 25,6% mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan tidak didapat tingkat pengetahuan kurang.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak sekolah rendah di Sekolah Rendah Tebrau Bakar Batu berada pada tingkat pengetahuan baik. Masukan kepada anak-anak sekolah rendah tersebut adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada rongga mulut.


(14)

ABSTRACT

Oral hygiene is often disregarded by the society. This is because a lot of them do not know about the problems that would arise to their health if oral hygiene is not maintained in the right way. There are many diseases involve the mouth, teeth and gums. Some of them are gingivitis, tonsillitis, mouth cancer, fungal infection and dental caries. Dental caries is a disease that often occurs in children. Therefore, beginning in 1984, the Malaysian government has run a programme on oral hygiene maintenance for preschool children with the aim to raise the awareness of oral hygiene from early age, and to encourage them to have good behaviour on oral hygiene.

This study was conducted by interviews and questionnaires. It is a descriptive study which used the cross sectional method. The sampling was done by using quota sampling technique.

The purpose of this study been carried out is to determine the knowledge level of primary school children about oral hygiene in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia in 2010.

With a sample size of 90 people, the results obtained from the study was 74,4% with good knowledge level, 25,6% have average knowledge level and 0% with low knowledge level.

From this results, it can be concluded that the knowledge of primary school children in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu is good. Some advices for them are to maintain the healthy way of living and always prevent themselves from oral disease.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat memperoleh wajah yang cantik ,tapi juga dapat memudahkan seseorang untuk makan dan berbicara tanpa perlu risau akan bau mulut (Hermawan, 2010).

Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi. Contohnya adalah gingivitis, tonsilitis, kanker mulut, infeksi jamur dan karies gigi. Pada anak-anak,penyakit yang sering terjadi pada mereka adalah karies gigi karena kurang penjagaan yang benar, dan konsumsi makanan yang manis secara berlebihan. Dari hasil survei terhadap anak yang berusia 6 tahun yang dilakukan pada tahun 1970 di Malaysia, didapatkan 95,4% mempunyai satu atau lebih karies gigi (Oral Health Division, 2003). Menurut WHO (2000), pada tahun 1981 didapati indeks decayed/missing/filled teeth (DMFT) di Malaysia adalah sebanyak 3,9 yang dikategorikan dalam tingkat sedang. Ini menunjukkan bahwa pada waktu itu, kesadaran tentang pentingnya kebersihan rongga mulut pada ibu bapa dan anak-anak masih rendah.

Mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah melancarkan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut di usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga kebersihan rongga mulut (Oral Health Division, 2009b). Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan kesehatan rongga mulut dalam mengurangi persentase pengidap karies gigi di kalangan anak-anak. Hasil dari program tersebut menunjukkan penurunan sampai 88,6% pada tahun 1988 (Oral Health Division, 2003).


(16)

Setelah dilakukan studi epidemiologi ulang pada tahun 1995 untuk menilai keberhasilan program yang telah dilancarkan pada tahun 1984 itu, didapatkan hanya sebanyak 12,9% yang bebas dari karies gigi pada anak-anak berusia 5 tahun. Hasil dari data tersebut menunjukkan Malaysia masih belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh World Health Organisation (WHO) yaitu sebanyak 50% bebas dari karies gigi pada anak-anak berumur 5 hingga 6 tahun. Selain itu, juga didapatkan persentase anak berusia 6 tahun yang bebas dari karies gigi adalah sebanyak 19,1% kurang dari target 30% yang telah ditetapkan pada Oral Health Goals year 2000 in Malaysia (Oral Health Division, 2003). Hal ini menandakan bahwa masih terdapat beberapa daerah yang kurang mendapat cakupan dari program yang telah dijalankan. Pada tahun 1997, telah dilakukan sebuah survei dan mendapatkan persentase karies gigi pada anak berusia 6 tahun dan 12 tahun menurun sehingga 27% dan 57% (Oral Health Division, 2009a). Selain itu, ada penelitian lain yang mendapatkan persentase karies gigi pada anak yang berusia 5 tahun untuk tahun 2005 adalah sebanyak 76,2% (WHO Oral Health Country/Area Profile Programme, 2009).

Banyak kendala yang dapat menjadi faktor penyebab tingginya insidens karies gigi di Malaysia pada sekitar tahun 1970 sehingga tahun 1995, misalnya rendahnya kesadaran anak-anak, ibu bapa,dan masyarakat yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan mereka tentang kebersihan rongga mulut, jalan masuk ke pelayanan kesehatan gigi yang tidak mudah dan tidak adekuat, kurangnya sarana pelayanan kesehatan gigi di kawasan-kawasan pedalaman, dan masalah keuangan keluarga untuk mendapatkan perkhidmatan kesehatan.

Tingkat pengetahuan anak-anak tentang kebersihan rongga mulut amat bergantung kepada cara asuhan dan didikan oleh orang tua serta guru-guru yang mengajar mereka. Jika didikan diberikan dengan baik, pasti anak-anak akan mempunyai pengetahuan, sikap dan mengamalkan penjagaan rongga mulut yang benar dan seterusnya mengurangkan insidens penyakit yang berkaitan dengan rongga mulut.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah rendah tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia, pada Tahun 2010?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut antara anak-anak yang berusia 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut berdasarkan suku.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian di bidang kedokteran.

2. Melatih diri untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Mendapatkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan kebersihan rongga mulut.


(18)

1.4.2. Manfaat bagi sampel penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Menambah kesadaran dan pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang pentingnya penjagaan kebersihan rongga mulut.

2. Menerapkan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan penjagaan kebersihan rongga mulut.

3. Mengurangi insidens penyakit rongga mulut dikalangan anak-anak sekolah dasar.

1.4.3. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Melakukan kegiatan-kegiatan di peringkat sekolah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan amalan anak-anak sekolah dasar terhadap penjagaan kebersihan rongga mulut.

2. Melakukan inisiatif untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan gigi di sekolah atau memudahkan anak-anak sekolah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rongga Mulut

Mulut atau rongga mulut merupakan pintu masuk dari traktus gastrointestinal. Ianya adalah tempat permulaan bagi proses digestif mekanis yaitu dengan cara masktikasi dan juga proses digestif kimiawi melalui enzim yang terdapat dalam saliva. Hampir seluruh bagian dari rongga mulut dilapisi dengan epithelial yaitu dari jenis nonkeratinized stratified squamous epithelial yang berfungsi untuk melindungi dari aktifitas yang abrasif sewaktu proses digestif (Eroschenko, 2007). Lapisan ini sentiasa dilembapi dengan sekresi saliva secara terus menerus.


(20)

Rongga mulut dibatasi secara anterior oleh gigi dan lidah sementara secara posterior oleh oropharynx. Batas superior dibentuk oleh soft palate dan hard palate. Lantai atau permukaan bawah rongga mulut dibentuk oleh mylohyoid muscle yang dilapisi dengan membran mukosa. Lidah hanya melekat pada mylohyoid muscle dan bukanlah batas dari permukaan bawah rongga mulut

(McKinley dan O’Loughlin, 2008).

2.1.1 Pipi, Bibir, dan Palatum

Dinding lateral dari rongga mulut dibentuk oleh pipi, dan dilapisi secara keseluruhan oleh kulit dan mengandungi buccinator muscles. Buccinator muscles akan menekan pipi terhadap gigi supaya makanan solid tetap berada pada tempatnya sewaktu proses mengunyah. Selain itu, pada permukaan luar juga mengandungi kelenjar rambut dan kelenjar keringat.

Permukaan pipi sebelah dalam juga dilapisi mukosa yang melekat erat dengan struktur otot di bawahnya. Permukaan pipi dekat area gigi molar 2 rahang atas terdapat duktus (pintu keluar kelenjar air liur besar parotis). Hal ini dapat menyebabkan banyaknya karang gigi di daerah tersebut. Daerah ini juga sering ditemui sisi makanan terselip sehingga tertinggal antara pipi dan gigi. Hal inilah yang dapat menyebabkan karies gigi. Apalagi, posisi gigi belakang yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya gigitan berulang pada permukaan dalam pipi. Secara klinis hal ini dapat dilihat dengan adanya garis horizontal berwarna keputihan (Pratiwi, 2009). Pipi terminasi pada bibir atau labia yang membentuk bagian anterior dari rongga mulut.

Bibir dibentuk oleh orbicularis oris muscle dan dilapisi oleh keratinized stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Bibir memberikan warna kemerahan kerana suplai darah yang banyak oleh pembuluh darah superfisial dan juga kurangnya jumlah keratin pada lapisan epithelial luar. Permukaan bagian dalam bibir memiliki lapisan epitel tipis dan agak cembung karena mengandung beberapa kelenjar air liur kecil (Pratiwi, 2009).

Profil bibir atas dan bawah dapat menjelaskan kelainan gigi yang terjadi. Misalnya, pada maloklusi kelas II atau disebut juga profil wajah burung dengan


(21)

kondisi gigi atas lebih maju daripada gigi bawah (lebih dari empat milimeter). Hal ini dapat menyebabkan terjepitnya bibir bawah di antara gigi atas dan bawah. Namun dapat diatasi dengan perwatan ortodontik atau bedah rahang (Pratiwi, 2009).

Palatum membentuk bagian atas dari rongga mulut dan berfungsi sebagai pelindung untuk memisahkan ia dari rongga hidung. Dua per tiga dari bagian anterior palatum adalah keras dan bertulang yang dikenal sebagai hard palate manakala satu per tiga dari bagian posterior adalah lunak dan berotot yang dikenal sebagai soft palate. Hard palate dibentuk oleh palatum processes of maxillae dan horizontal plate of palatine bones. Ianya dilapisi oleh jaringan ikat padat dan nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lengkung pada soft palate terdiri dari otot skeletal dan dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium.

Palatum durum atau hard palate menutupi sebagian besar langit-langit mulut kita dan berperan penting dalam sistem pengunyahan. Fungsinya selain memperjelas ucapan kita juga memperkuat melekatnya gigi tiruan. Torus palatinus yaitu tonjolan di tengah-tengah palatum dengan ukuran yang bervariasi sering terjadi. Hal ini selain menimbulkan rasa tidak nyaman saat pemakaian gigi tiruan juga menyulitkan saat pemasangannya. Palatum molle atau soft palate membagi dua daerah faring. Faring mengatur aliran udara melalui mulut dan hidung saat bernafas dan berbicara.

Terdapat tonjolan berbentuk kon di medial dan mengarah ke inferior yang dikenal sebagai uvula. Sewaktu proses menelan makanan, soft palate dan uvula akan terangkat ke atas untuk menutup pintu posterior dari nasopharynx supaya mengelakkan dari bahan yang ingin ditelan masuk ke dalam ruangan nasal.

2.1.2 Lidah

Lidah merupakan organ aksesori dari sistem digestif yang dibentuk oleh otot skeletal dan dilapisi oleh stratified squamous epithelium. Pada permukaan superior lidah terdapat papila yang mengandungi banyak reseptor untuk deria rasa. Hanya filiform papillae yang dilapisi oleh keratinized stratified squamous epithelium manakala bagian lain dari lidah dilapisi seluruhnya oleh nonkeratinized


(22)

stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Selain dari deria rasa, lidah juga berperan dalam pembentukan suara dan membantu dalam proses mengunyah. Lidah akan mencampurkan bahan yang telah dimakan dan kemudian akan menekannya pada palatum supaya menjadi bolus agar mudah untuk ditelan.

Lidah dapat dibagi menjadi dua area. Area dua per tiga yang berbentuk V terdiri dari tonjolan-tonjolan kecil yang disebut papilla. Papilla-papilla ini mengandung saraf dan organ pengecap (taste bud). Daerah ini memerlukan pembersihan dengan cara penyikatan dan berkumur, untuk membersihkan sisa makanan yang tidak terlihat. Bila dibiarkan maka dapat terbentuk lapisan jamur atau plak yang tebal. Cekungan berupa garis terkadang muncul di tengah permukaan lidah. Bagian satu per tiga belakang lidah biasanya berwarna lebih pucat, mengandung jaringan limfoid menghadap faring.

Jika lidah diangkat, pada bagian bawah lidah akan terlihat lapisan tipis yang disebut frenulum yang menyambungkan lidah dengan dasar mulut tepat di tengahnya. Kadang terjadi di mana frenulum terlalu pendek dan ketat sehingga tidak dapat mengangkat lidah, termasuk pembersihan gigi bawah juga menjadi sulit. Hal ini biasanya diatasi dengan pengguntingan melalui pembedahan.

2.1.3 Gigi

Gigi berperan dalam masktikasi atau mengunyah makanan yang merupakan bagian dari proses digestif mekanis. Menurut bentuknya, gigi terbagi menjadi dua jenis yaitu homodontal dan heterodontal. Homodontal merupakan bentuk gigi geligi yang sama dalam satu rongga mulut. Bentuk tersebut terdapat pada makhluk hidup seperti ikan dan burung. Sedangkan gigi geligi manusia termasuk jenis heterodontal, karen memiliki gigi geligi dengan berbagai bentuk dan fungsi.


(23)

Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.

Terdapat empat jenis gigi manusia yaitu gigi insisif, gigi kaninus, gigi premolar dan gigi molar. Fungsi gigi insisif adalah memotong atau mengiris makanan, gigi kaninus adalah untuk merobek makanan, gigi premolar berfungsi untu merobek dan menggiling makanan dan yang terakhir yaitu gigi molar berfungsi untuk mengunyah dan menggiling makanan.

Gigi seri dan gigi taring memiliki empat permukaan sementara gigi geraham besar dan kecil memiliki lima permukaan. Masing-masing permukaan gigi berbeda, maka berbeda pula bentuk anatomisnya. Sehingga hal ini menjadi ciri khas masing-masing gigi.


(24)

Gambar 2.3. Struktur gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.

Gigi terdiri dari dua bagian besar yaitu akar dan mahkota. Mahkota gigi diselubungi lapisan sementum. Kedua lapisan ini bertemu pada cemento-enamel junction berupa garis pada leher gigi. Pada gigi orang dewasa yang sehat, garis ini berada di bawah atau tertutup oleh area perlekatan gusi. Jadi secara klinis atau yang tampak oleh mata, mahkota gigi adalah bagian gigi yang berada di atas area perlekatan gusi. Sementara secara anatomis, atau sesungguhnya batas mahkota gigi masih diteruskan berada di bawah area perlekatan gusi.


(25)

Panjang mahkota gigi yang tampak oleh mata sangat bervariasi, tergantung letak area perlekatan gusi. Penyikatan gigi yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya area perlekatan gusi, sehingga gigi tampak lebih panjang. Sedangkan mahkota gigi akan tampak lebih pendek pada pemakaian gigi yang berlebihan (Pratiwi, 2009).

2.1.4 Gingiva

Gingivae atau gusi terdiri dari dense irregular connective tissue yang dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium yang menutupi alveolar processes pada rahang atas dan bawah serta meliputi leher bagian gigi. Permukaan internal bibir atas dan bawah kedua-duanya melekat pada gusi pada lipatan nipis di bagian garis tengah yang dikenal sebagai labia frenulum

(McKinley dan O’Loughlin, 2008).

Gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi. Gingiva yang mengelilingi leher gigi direkatkan oleh cincin yang disebut junctional epithelium. Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda, tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di bawahnya.

Gingiva dibagi menjadi tiga area yaitu area paling atas disebut free marginal gingiva yaitu gingiva yang tidak melekat pada tulang alveolar. Di bawahnya adalah attached gingiva, yaitu area gingiva yang melekat pada tulang alveolar dengan lebar yang bervariasi. Interdental gingiva adalah bagian gingiva yang berada di antara gigi. Sulkus gingiva pula adalah kantung yang berjalan dari marginal gingiva sampai junctional epithelium.

Serat periodontal adalah penyambung akar gigi dengan tulang alveolar yang mengandung serat kolagen, sel saraf, dan pembuluh darah. Serat ini berfungsi untuk memegang gigi dan tempat perlekatannya tersebar merata di sepanjang sementum akar gigi.


(26)

2.1.5 Air Liur

Air liur atau saliva merupaan campuran berbagai cairan yang terdapat dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam mulut, sehingga diperlukan dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya lubang gigi atau karies. Semakin asam, semakin mudah terjadinya karies gigi.

2.2 Konsep Dasar Oral Hygiene

Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mecegah dari penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh badan, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan (Hermawan, 2010).

Mengapa oral hygiene amat penting dalam kehidupan kita? Menurut Hermawan (2010), terdapat teori tentang infeksi fokal yang banyak mendapat perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori ini menyebutkan bahawa infeksi bertanggungjawab atas inisiasi dan progresi berbagai penyakit inflamasi seperti radang sendi, tukak lambung dan radang usu buntu.

Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker dan sebagainya. Juga menjadi semakin jelas bahawa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit kebagian tubuh yang lain.

Tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan penyakit gigi dan banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik yaitu golongan bakteri anaerob negatif. Antara lain adalah P.Gingivilis, B.Intermedius dan A.Actinomyecetemcommitans. Bakteri-bakteri ini dominan pada radang gusi dan radang sekitar hujung akar gigi sampai terjadi bengkak atau abses.


(27)

Bakteri rongga mulut yang dapat menyebar melalui aliran darah disebut sebagai bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang dihasilkannya yaitu dikenal sebagai endotoksin atau eksotoksin. Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel.

Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke aliran darah. Namun pada kondisi kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat dua hingga sepuluh kali lipat sehingga peluang untuk menjadi bakteriemia menjadi lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius yang bisa berujung dengan kematian.

Cara penjagaan oral yang baik adalah seperti berikut:

 Melakukan pembersihan gigi yang dilakukan secara mandiri dan profesional. Perawatan mandiri dapat dilakukan di rumah dengan sikat gigi teratur, dua kali sehari dengan metode yang benar. Tindakan dengan membersihkan gigi dengan benang gigi (flossing) dapat dilakukan satu hingga dua kali sehari. Guna pasta gigi berfluorida. Hindari dari makan makanan ringan dan minuman manis untuk mengurangkan kerusakan gigi.Secara profesional, kita hendaklah mengunjungi dokter gigi secara rutin tiap enam bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat dilakukan di rumah dan dapat melakukan pendeteksian awal gangguan-gangguan gigi dan mulut yang kita belum sadari ( Razak, 2007).

 Makanan yang lengket dan kenyal, seperti permen atau buah yang dikeringkan sebaiknya dimakan saat makan biasa dan bukan antara waktu makan. Jika perlu, sikat gigi setiap kali habis makan.

 Penggunaan pelapis gigi (dental sealants) sangat perlu untuk mencegah gigi berlubang. Lapisannya yang tipis seperti plastik dioleskan pada daerah


(28)

permukaan gigit gigi geraham. Pelapisan ini berguna untuk mencegah akumulasi plak pada cekungan gigi yang dalam dan sulit dicapai sikat untuk dibersihkan. Sealants ini biasanya diaplikasikan pada anak-anak saat gigi geraham tetapnya tumbuh. Sealant juga dapat diaplikasikan pada gigi dewasa yang masih utuh atau belum berlubang.

 Fluorida sering direkomendasikan sebagai perlindungan terhadap lubang gigi. Penelitian juga menunjukkan jumlah lubang gigi lebih sedikit setelah mengkonsumsi air yang mengandung fluor. Fluor dapat dikonsumsi saat struktur email gigi sedang mengalami tumbuh kembang, dengan demikian fluor dapat melindungi email dari asam. Anak yang berusia di bawah 12 tahun haruslah mengkonsumsi air atau mengkonsumsi suplemen yang mengandungi fluor jika tinggal di daerah yang tidak menerima pelayanan fluor pada air mereka (Anonim, 2007).

 Peletakan fluor secara topikal juga direkomendasikan untuk melindungi permukaan gigi. Hal ini didapat dari kandungan fluor dalam pasta gigi atau obat kumur. Pelapisan fluor secara topikal ini dapat juga dilakukan saat kunjungan ke dokter gigi, setelah pembersihan rutin gigi.

 Makan permen karet dengan xylitol mulai banyak dilakukan di beberapa negara untuk melindungi gigi. Efeknya dalam mengurangi jumlah plak yang dilihat berdasarkan kerja bakteri terhadap xylitol untuk memproduksi asam, tidak seperti pada jenis gula lainnya (Pratiwi, 2009).

Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat mencegah penyakit oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik selain dari memperlihatkan tampang wajah yang bagus, memudahkan untuk makan dan juga berbicara tanpa merisaukan bau mulut.

2.3 Pendidikan Kesehatan Gigi

Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instrukter dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan mulut.


(29)

Pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa yang belum memiliki pemahaman yang benar. Suksesnya pendidikan ini sangat tergantung dari intensitas dokter gigi dalam memberikan dorongan setiap kali pasien datang.

Apa saja pendidikan kesehatan gigi itu? Pendidikan kesehatan gigi meliputi metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan. Pendidikan kesehatan gigi dapat diberikan saat pasien datang ke dokter gigi dan pada setiap kunjungan terdapat beberapa metode yang akan dilakukan.

Pada kunjungan pertama, biasanya akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulut, pemeriksaan tentang kebiasaan pasien dalam membersihkan mulut, penjelasan serta anjuran dokter gigi. Dokter gigi akan memeriksa berapa banyak plak dan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Hasil pemeriksaan ini kemudian dimasukkan dalam catatan status kebersihan mulut pasien dan dikelompokkan dengan pernyataan baik, sedang atau buruk.pencatatan hasil kebersihan mulut ini akan dibandingkan dengan hasil pada kunjungan berikutnya.

Jika status kesehatan mulut pasien adalah sedang atau buruk, maka pasien akan diminta untuk menunjukkan cara membersihkan gigi yang biasa dilakukan dirumah. Dengan mengamati hal ini, barulah dokter gigi dapat menentukan apakah pasien perlu diberikan saran tertentu untuk memperbaiki kebiasaan cara membersihkan mulut.

Dalam memberi penjelasan serta anjuran oleh dokter gigi, biasanya mereka akan menjelaskan tentang pentingnya kebersihan rongga mulut dan gigi. Selain itu, dokter gigi akan medemonstrasikan cara pembersihan gigi pada model contoh gigi, merekomendasikan pemakaian jenis sikat gigi yang baik dan pasta gigi yang mengandung fluor serta merekomendasikan frekuensi penyikatan gigi dalam sehari dan kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi serta durasi waktu berapa lama setiap kali pembersihan mulut dilakukan.

Pada kunjungan kedua biasanya akan dilakukan evaluasi dan mengulangi anjuran secara lebih terperinci. Dokter gigi akan melihat dan mengevaluasi apakah ada kemajuan pada hasil pemeriksaan kebersihan mulut. Karena tindakan


(30)

pembersihan yang efektif baru diajarkan dan tidak mudah untuk dilaksanakan. Seringkali hasil yang didapatkan tidak menunjukkan kemajuan seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, dokter gigi selalu menganjurkan untuk tetap memotivasi pasien. Selain itu, juga akan dilakukan pertanyaan tentang kesulitan pasien saat membersihkan gigi sendiri di rumah dan memberikan solusi teknik yang mudah untuk diaplikasi.

Pada kunjungan yang berikutnya, dokter gigi akan mengulangi seluruh proses seperti pada kunjungan pertama dan akan memberikan dorongan untuk mempertahankan tingkat kebersihan mulut yang sudah baik. Ini karena, kebiasaan yang baik biasanya akan bertahan jika terus diberikan motivasi.

2.3.1 Sikat Gigi

Sikat gigi yang dijual di pasaran terdiri dari dua jenis yaitu manual dan elektrik. Antara ciri-ciri sikat gigi yang baik adalah bulu sikat yang halus sehingga tidak merusak email dan gusi serta kepala sikat yang ramping atau bersudut, sehingga mempermudah pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang sulit dijangkau.

Ada dua macam bulu yang digunakan untuk sikat gigi yaitu bulu asli dari rambut hewan dan bahan sintetik seperti nilon. Tetapi kini, sikat gigi umumnya dibuat dengan bahan sintetik. Walaupun bahan buku hewan dan sintetik termasuk efektif dalam mengangkat plak, tetapi bahan sintetik lebih unggul dalam hal keseragaman ukuran, elastisitas, daya tahan terhadap kepatahan dan dorongan air.

Dalam hal ini, bulu sikat yang lembut lebih dianjurkan pemakaiannya karena fleksibel dan efektif membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau. Sedangkan bulu sikat yang keras tidak dapat menghilangkan karang, noda, atau memutihkan gigi.

Sebaiknya sikat gigi diganti setelah tiga bulan pemakaian. Tetapi jika dalam waktu seminggu sikat sudah terlihat tidak laya pakai, berarti terdapat kesalahan cara kita menyikat gigi. Satu hal yang dapat diperhatikan, tiap orang sebaiknya memiliki sikat gigi peribadi dan jangan dipakai bersama-sama dengan anggota keluarga yang lainnya.


(31)

Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini menunjukkan bahawa metode pembersihan yang dilakukan belum tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para ahli, namun belum dapat dibuktikan metode mana yang terbaik. Antara metode tersebut adalah Scrub, Roll, Bass, Stillman, Fones, dan Charters.

 Pada metode Scrubs, dia telah memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-ulang.

 Roll pula memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya tinggi.

 Bass memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.

 Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai dipermukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti metode Bass.

 Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.

 Charters pula memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45 derajat pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal sepuluh kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dahulu untuk


(32)

membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang memakai alat ortodontik kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.

Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode Scrubs dan dilanjutkan dengan metode Bass. Secara umum, sampai saat ini disimpulkan bahawa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengkombinasikan metode-metode tersebut.

2.3.2 Pasta Gigi

Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan, termasuk menghilangkan bau atau mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat membantu menguatkan struktur gigi dengan kandungan fluor.

Jumlah pasta gigi yang diletakkan pun tidak perlu sepanjang pemukaan bulu sikat, melainkan seperlunya saja. Jadi bukan jumlah pasta gigi yang berpengaruh terhadap kebersihan gigi, tetapi cara menyikatnya. Kemudian, busa yang terbentuk saat menyikat gigi sebaiknya tidak ditelan.

Apakah kandungan pasta gigi? Pasta gigi mengandungi sodium fluorida (NaF) yang merupakan bahan aktif yang paling utama dan popular dalam pasta gigi untuk mecegah lubang pada gigi. Beberapa merek mengandung sodium monofluorofosfat (SMFP). Hampir seluruh pasta gigi yang dipasarkan di Amerika memiliki 1000-1100 bagian per milion NaF atau SMFP. Konsistensi ini menunjukkan bahawa pasta gigi yang murah sama bagusnya dengan yang mahal.

Banyak pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate (SLS). SLS juga biasa terkandung dalam shampu atau sabun yang kita pakai sehari-hari. SLS pada beberapa orang dapat menyebabkan luka pada mulut seperti ulkus karena bersifat mengeringkan lapisan pelindung mulut sehingga jaringan di bawahnya menjadi rusak.

Bahan seperti baking soda, enzim, vitamin, herbal, kalsium dan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan untuk lebih menyempurnakan fungsi pasta


(33)

gigi. Beberapa pasta gigi dapat menimbulkan rasa mual atau muntah dan diare jika ditelan dalam jumlah yang tertentu. Jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. Karena itu, penggunaan pasta gigi pada balita perlu dilakukan pengawasan orang tua.

Kalsium dalam pasta gigi dapat berasal dari tulang hewan atau dari jeruk nipis. Kaum vegetarian biasanya menghindari penggunaan produk yang berasal dari hewan. Oleh karena itu, di India dipasarkan pasta gigi khusus untuk para vegetarian.

2.3.3 Flossing atau Benang Gigi

Flossing merupakan tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan dentalfloss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan di antara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Idealnya, flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan gigi menjadi sempurna.

American Dental Association (ADA) menyarankan flossing dilakukan minimal sekali sehari. Caranya dengan melingkarkan benang gigi di sekeliling gigi berbentuk huruf C dan menggeserkannya pada permukaan gigi dari arah garis gusi ke luar sampai tiga kali per gigi dan diulangi di bagian sebelahnya. Tetapi, cara flossing yang salah dapat menyebabkan luka pada gusi dan tidak membersihkan plak dengan efektif.

ADA telah membuat penelitian tentang efek terhadap flossing dan mendapati terjadi penurunan kasus lubang gigi jika dilakukan flossing setiap hari sekali. Sebagian dokter gigi merekomendasikan penggunaan pengangkat plak berbentuk seperti tusuk gigi sebagai pengganti flossing. Namun tampaknya penggunaannya masih kurang mendapat dukungan. Hal ini disebabkan banyaknya keluhan iritasi dan infeksi gusi terjadi akibat penggunaan alat tersebut.

Cara pemakaian benang gigi yang benar menurut Pratiwi (2009) adalah: 1. Ambil benang gigi secukupnya (kira-kira 10-15cm).


(34)

3. Lewatkan benang perlahan melalui titik kontak dengan menggerakkan benang dari arah depan ke belakang. Hindari penekanan yang berlebihan karena dapat mengiritasi daerah gusi antara gigi.

4. Gerakkan benang dari arah gusi ke gigi (jangan sebaliknya) dengan penekanan ke arah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa kotoran dengan sempurna.

5. Setelah melakukan flossing di seluruh gigi, berkumurlah untuk mengangkat sisa-sisa kotoran yang masih terjebak di antara gigi.

2.3.4 Obat Kumur

Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan.

Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20ml setiap habis bersikat gigi dua kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik dan kemudian dikeluarkan.

Bahan lain yang juga digunakan adalah air, pemanis seperti sorbitol dan sodium sakarin, dan alkohol 20 persen. Kandungan alkohol ini perlu diwaspadai karena ada kontraindikasi. Beberapa merek obat kumur akhir-akhir ini banyak yang tidak memiliki kandungan alkohol di dalamnya.

Beberapa obat kumur dibuat khusus untuk mengatasi plak gigi. Bahan aktif yang terkandung adalah mentol (0,042%), timol (0,064%), metal salisilat (0,060%), dan eukaliptol (0,092%). Bahan lain yang juga terkandung adalah air, alkohol 21,6%, sorbitol, perasa, sodium sakarin, dan asam benzoat.

Obat kumur yang mengandung garam dapat dibuat sendiri di rumah. Caranya dengan melarutkan garam dengan takaran satu sendok teh dalam segelas air hangat. Namun hal ini secara spesifik hanya dilakukan untuk mengatasi keluhan abses atau keradangan lainnya di dalam mulut, dan bukan untuk menyegarkan.


(35)

2.3.5 Pola Makan

Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan kesehatan gigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, terutama sukrosa. Jika sisa makanan ini membentuk plak yang kemudiaanya menghasilkan asam dengan pH di bawah 5,5 maka terjadilah pengrusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya gigi berlubang. Sukrosa ini banyak terkandung pada makanan manis dan camilan. Karena itu, tujuan utama diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi adalah motivasi setiap orang untuk mengontrol frekuensi dalam mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung karbohidrat.

Oleh itu, perlu dilakukan analisis diet yang dilakukan sendiri sehari-hari agar dapat memantau dan mengelakkan dari kesehatan gigi kita menurun. Dalam menganalisis diet, pasien akan disosialisasikan mengenai jenis makanan dengan risiko rendah terhadap gigi berlubang atau disebut dengan makanan nonkariogenik. Daging atau produk yang mengandung daging, wortel, dan jenis sayuran lainnya, serta kacang dan keju termasuk jenis makanan yang direkomendasikan (Pratiwi, 2009).


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Usia

Jenis Kelamin

Suku dan Bangsa

3.2 Definisi Operasional

Antara hal yang akan dilihat pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin dan suku serta bangsa terhadap pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut

Usia

 Definisi Operasional : Usia anak-anak mulai dari kelahirannya sampai saat menjawab pertanyaan yang diberikan pada kuesioner.

 Cara Ukur : Wawancara.

 Alat ukur : Kuesioner yang terdiri dari pentanyaan tentang identitas murid.  Kategori :

o Yang berumur 9 tahun o Yang berumur 10 tahun o Yang berumur 11 tahun

 Skala pengukuran : Ordinal

Tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut


(37)

Jenis kelamin

 Definisi Operasional : Anak-anak yang sejak dilahirkan mempunyai jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan saat menjawab pertanyaan pada kuesioner yang akan diberikan.

 Cara Ukur : Wawancara.

 Alat Ukur : Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang identitas murid.  Kategori :

o Laki-laki o Perempuan

 Skala Pengukuran : Nominal. Suku

 Definisi Operasional : Suku adalah anak-anak yang sejak dilahirkan memiliki keturunan yang sama dengan orang tuanya

 Cara Ukur : Wawancara

 Alat Ukur : Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang identitas murid.  Kategori :

o Melayu o Cina o India o Indonesia o Lain-lain

 Skala Pengukuran : Nominal.

Tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut.  Definisi Operasional : Kemampuan anak berusia 9-11 tahun untuk

menjawab pertanyaan mengenai kebersihan rongga mulut.  Cara Ukur : Wawancara.

 Alat Ukur : Kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut.


(38)

 Kategori : Pengetahuan anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut diukur melalui 10 pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban paling benar diberi nilai 3 dan paling rendah diberi nilai 1. Pengukuran tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut dibedakan atas 3 kategori menurut Pratomo (1990):

o Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden

lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total skor > 18.

o Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh

responden 40%-75% dijawab dengan benar dengan total 9-17.

o Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh

responden lebih kecil dari 40% dari jawaban yang benar dengan total < 8.

 Skala Pengukuran : Ordinal. 3.3. Aspek Pengukuran

Pengukuran gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah rendah tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan. Bila jawaban responden paling benar akan diberi nilai 2, jawaban kurang benar diberi nilai 1, dan jawaban salah diberi nilai 0. Sisterm skoring yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah seperti berikut:


(39)

Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No. Skor

1. A = 2 B = 0 C = 1

2. A = 0 B = 1 C = 2

3. A = 1 B = 2 C = 0

4. A = 2 B = 0 C = 1

5. A = 0 B = 2 C = 1

6. A = 1 B = 0 C = 2

7. A = 2 B = 1 C = 0

8. A = 2 B = 1 C = 0

9. A = 1 B = 2 C = 0

10. A = 2 B = 0 C = 1

11. A = 2 B = 0 C = 1

Dengan memakai skala pengukuran menurut Pratomo (1990), yaitu:  Baik, jika jawaban responden yang benar >75%

 Sedang, jika jawaban responden yang benar 40-75%  Kurang, jika jawaban responden yang benar <40% Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu:

 Skor 18-22 : baik  Skor 9-17 : sedang  Skor 0-8 : kurang


(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang telah digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional. Ini merupakan penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik berupa faktor resiko maupun efek atau hasil dan diteliti pada waktu yang bersamaan. Tiap subjek penelitian diobservasi sebanyak satu kali. Alasan jenis penelitian ini dipilih adalah karena sesuai untuk memenuhi tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu survei untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dimulai dari bulan September 2010 sampai bulan Oktober 2010 pada jam sekolah.

4.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di dalam kelas di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor Malaysia. Sekolah ini terletak di kawasan lingkungan bersosioekonomi yang rendah, dan ada 600 orang murid di situ. Selain itu, murid yang belajar di sana terdiri dari berbagai suku dan bangsa, ada masyarakat Melayu, Cina, India dan juga terdapat murid berbangsa Indonesia karena orang tuanya bekerja di sana. Tempat penelitian ini dipilih karena lokasi yang mudah dicapai oleh peneliti.


(41)

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh murid atau pelajar yang belajar di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia.

4.3.2 Sampel

Pada penelitian ini, sampel akan diambil dengan menggunakan rumus berikut (Imron dan Munif, 2010) :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah populasi di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia adalah sebanyak 600 orang. Tingkat presisi yang ditetapkan adalah 10%. Maka, jumlah sampel yang harus diambil adalah :

= 85,71

= 86 responden

Jadi, jumlah sampel adalah sebesar 86 responden.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Bersedia dan mendapat izin dari orang tua untuk menjadi subjek penelitian.

2. Pelajar di Sekolah Kebangsaan Tebrau Batu Bakar. 3. Berusia 9 – 11 tahun.


(42)

Yang menjadi kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Mengalami gangguan status mental

2. Mengalami kelainan kongenital pada rongga mulut

Pada penelitian kali ini, cara penarikan sampel yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dipilih karena ia merupakan cara yang paling mudah dan paling sesuai pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada teknik ini, sampel yang akan diambil telah ditentukan jumlah dan kriterianya. Maka, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang telah diuji adalah karakteristik responden yaitu usia dan jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan mereka mengenai kebersihan rongga mulut. Ini dapat diperoleh dengan cara memberikan kuesioner terstruktur yang terdiri dari 11 pertanyaan tentang kebersihan rongga mulut yang harus dijawab oleh setiap responden.

Untuk memastikan kuesioner yang digunakan itu standard, kuesioner akan diuji terlebih dahulu untuk menentukan validitas dan realibilitasnya dengan menggunakan program SPSS for windows 16.0.

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari responden itu sendiri dengan menggunakan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dijalankan terlebih dahulu pada 40 orang sampel.

4.4.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan SPSS 16.0.

Kuesioner penelitian ini yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan kurang lebih sebanyak 16 pertanyaan, kemudian dilakukan uji validitas dan didapati sebanyak 11 soal yang valid. Pengujian ini menggunakan


(43)

perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji validitas adalah 40 responden yang diambil dari anak-anak sekolah rendah yang bersekolah di Sekolah Rendah Kebangsaan Sri Tebrau, Johor Bharu, Johor, Malaysia. Uji validitas ini dijalankan pada bulan September 2010.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut adalah valid.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS 16.0.

Kuesioner penelitian ini yang disusun sebelumnya telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 40 responden yang diambil dari anak-anak sekolah rendah yang bersekolah di Sekolah Rendah Kebangsaan Sri Tebrau. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan September 2010.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 16.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut adalah reliabel.


(44)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner

Variabel No

pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan

1 0.682 Valid 0.607 Reliabel

2 0.395 Valid Reliabel

3 0.381 Valid Reliabel

4 0.616 Valid Reliabel

5 0.344 Valid Reliabel

6 0.462 Valid Reliabel

7 0.539 Valid Reliabel

8 0.412 Valid Reliabel

9 0.367 Valid Reliabel

10 0.356 Valid Reliabel

11 0.385 Valid Reliabel

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 16.0 (Statistical Products and Service Solutions). Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan menggunakan instrument kuesioner dan menggunakan metode wawancara yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2010 di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia. Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu merupakan sekolah rendah di negeri Johor yang ditubuhkan sebelum kemerdekaan Malaysia yaitu pada tahun 1950. Pembentukan nama sekolah ini diilhamkan daripada sumber persekitaran sekolah yaitu pokok tebrau dan juga adanya fabrik bata yang bertujuan untuk membangunkan pemerintahan British. Sekolah ini dikelaskan dalam sekolah gred A karena pencapaian akademik pelajar yang baik sepanjang tahun. Keluasan sekolah adalah seluas 5 ekar dan terletak 7 kilometer dari Bandar Johor. Ia mempunyai 30 tenaga pengajar dan hampir 600 orang murid. Murid yang belajar di sana terdiri dari berbagai suku dan bangsa contohnya seperti Melayu, Cina, India dan juga terdapat murid berbangsa Indonesia. Sekolah ini hanya mempunyai 12 kelas dan menyebabkan murid tahun 2,3,4 dan 5 harus berkongsi kelas. Untuk mengatasi masalah itu, pihak sekolah mengadakan 2 sesi pembelajaran yaitu sesi pagi bagi murid tahun satu hingga tahun tiga dan sesi sore bagi murid tahun empat hingga 6. Tidak terdapat sarana perkhidmatan pergigian di sekolah ini.


(46)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah murid yang bersekolah di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia pada tahun 2010. Total sampel yang di ambil pada penelitian ini adalah seramai 90 orang. Responden dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling di mana peneliti menetapkan kriteria-kriteria yang harus ada pada sampel supaya layak menjadi responden dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden, didapatkan tentang gambaran karakteristik mengenai usia, jenis kelamin dan juga suku serta bangsa. Data lengkap mengenai karakteristik-karakteristik responden dapat dilihat pada tabel–tabel di bawah.

Pada penelitian ini, ada ditanyakan mengenai usia bagi setiap responden di dalam lembar kuesioner dan hasilnya dapat dikelaskan menjadi tiga kelompok usia yaitu yang berumur 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik berdasarkan Usia

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

9 tahun 30 33,3

10 tahun 30 33,3

11 tahun 30 33,3

Total 90 100

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi bagi karakteristik setiap usia adalah sama yaitu 9 tahun (33,3%), 10 tahun (33,3%) dan 11 tahun (33,3%). Ini dikarenakan peneliti telah menetapkan kuota jumlah responden bagi setiap umur adalah seramai 30 orang.


(47)

Pada penelitian ini, responden ditanyakan mengenai jenis kelaminnya di dalam lembar kuesioner. Ini karena faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 45 50

Perempuan 45 50

Total 90 100

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi bagi karakterisitik jenis kelamin adalah sama yaitu laki-laki (50%) dan perempuan (50%). Ini karena peneliti telah membataskan kuota bagi responden laki-laki banding perempuan sebanyak 1:1.

Pada penelitian ini juga ditanyakan mengenai suku dan bangsa pada lembar kuesioner untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut berdasarkan suku.


(48)

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik berdasarkan Suku dan Bangsa

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Suku dan Bangsa

Melayu 83 92,2

Cina 3 3,3

India 4 4,4

Lain-lain 0 0

Total 90 100

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang paling sedikit adalah dari suku dan bangsa lain-lain (0%), diikuti dengan kaum Cina (3,3%), kaum India (4,4%) dan yang tertinggi adalah kaum Melayu (92,2%) yang merupakan responden mayoritas dalam penelitian ini.

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut

Pada penelitian ini, terdapat 11 pertanyaan yang diajukan di dalam lembar kuesioner berkaitan tentang kebersihan rongga mulut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas sehingga ianya dapat mewakili pengetahuan responden tentang kebersihan rongga mulut. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah.


(49)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variebel Pengetahuan

No Item

Jawaban Responden Benar Salah (n) (%) (n) (%)

1 Maksud kebersihan rongga mulut 71 78,9 19 21,1 2 Frekuensi sikat gigi yang benar 49 54,4 41 45,6 3 Sebab perlu menjaga kebersihan gigi 79 87,8 11 12,2 4 Cara penjagaan rongga mulut yang benar 33 36,7 57 63,3 5 Keburukan tidak menjaga kebersihan rongga

mulut

83 92,2 7 7,8

6 Sebab perlu menyikat lidah 61 67,8 29 32,2

7 Kegunaan benang gigi (dental floss) 73 81,1 17 18,9 8 Sebab perlu berkunjung ke dokter gigi 72 80,0 18 20,0 9 Frekuensi berkunjung ke dokter gigi 36 40,0 54 60,0

10 Keburukan makanan manis 81 90,0 9 10,0

11 Makanan yang baik untuk kesehatan gigi 72 80,0 18 20,0

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan nomor satu (78,9%), nomor dua (54,4%), nomor tiga (87,8%), nomor lima (92,2%) nomor enam (67,8%), nomor tujuh


(50)

(81,1%), nomor lapan (80,0%), nomor sepuluh (90,0%), dan nomor sebelas (80,0%). Pertanyaan yang banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor empat ( 63,3%) dan nomor sembilan (60,0%).

Tingkat pengetahuan responden pula dapat dikelaskan menjadi 3 kelompok yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan buruk. Responden dikatakan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik jika memperoleh skor total dari jawaban yang diisi pada kuesioner lebih dari 18, tingkat pengetahuan sedang jika skor total adalah 9 hingga 17 dan tingkat pengetahuan buruk jika skor total adalah kurang dari 16. Setelah dilakukan penelitian pada responden, tingkat pengetahuan bagi anak-anak sekolah rendah yang bersekolah di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 67 74,4

Sedang 23 25,6

Kurang 0 0

Total 90 100

Dari tabel di atas, persentase tertinggi adalah tingkat pengetahuan baik yaitu 74,4% diikuti dengan tingkat pengetahuan sedang yaitu 25,6%. Tidak didapatkan tingkat pengetahuan kurang pada penelitian ini.

Selain itu, tingkat pengetahuan responden juga dapat dikelaskan mengikut kelompok usia yaitu yang berusia 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun. Data frekuensi responden berdasarkan usia terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.6.


(51)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia terhadap Tingkat Pengetahuan

Usia

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

9 tahun 23 25,6 7 7,8 0 0

10 tahun 26 28,9 4 4,4 0 0

11 tahun 18 20,0 12 13,3 0 0

Total 67 74,4 23 25,6 0 0

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase tingkat pengetahuan baik yang tertinggi adalah pada anak-anak yang berusia 10 tahun yaitu (28,9%), dan yang terendah adalah anak berusia 11 tahun. Bagi tingkat pengetahuan sedang pula, persentase tertinggi adalah pada anak yang berusia 11 tahun dan yang persentase terendah adalah pada anak berusia 10 tahun. Tidak didapatkan tingkat pengetahuan yang kurang pada setiap kelompok usia.

Tingkat pengetahuan responden juga dapat dikelaskan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut dapat dilihat pada Tabel 5.7.


(52)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Tingkat pengetahuan

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Laki-laki 31 34,4 14 15,6 0 0

Perempuan 36 40,0 9 10,0 0 0

Total 67 74,4 23 25,6 0 0

Pada tabel di atas, didapatkan bahwa persentase tingkat pengetahuan baik lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan (40,0%) berbanding dengan jenis kelamin laki-laki (34,4%). Persentase tingkat pengetahuan sedang pula lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki (15,6%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (10,0%). Tidak didapatkan tingkat pengetahuan kurang pada penelitian ini.

Selain dari usia dan jenis kelamin, peneliti juga meneliti gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan suku dan bangsa. Suku dan bangsa pada penelitian ini adalah Melayu, Cina, India dan lain-lain yaitu selain dari 3 suku yang telah dinyatakan tadi. Hasil distribusi responden berdasarkan suku dan bangsa terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah.


(53)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Suku dan Bangsa terhadap Tingkat Pengetahuan

Suku dan Bangsa

Tingkat pengetahuan

Baik Sedang Kurang

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Melayu 62 68,9 21 23,3 0 0

Cina 3 3,3 0 0 0 0

India 2 2,2 2 2,2 0 0

Lain-lain 0 0 0 0 0 0

Total 67 74,4 23 25,6 0 0

Pada tabel 5.8, didapati bahawa persentase tertinggi bagi tingkat pengetahuan baik adalah pada kelompok Melayu yaitu 68,9%, diikuti oleh Cina (3,3%), India (2,2%) dan persentase terendah adalah pada kelompok lain-lain yaitu 0%. Bagi tingkat pengetahuan sedang pula, persentase tertinggi adalah juga pada kelompok Melayu (23,3%), diikuti dengan India (2,2) dan yang terendah adalah pada kelompok Cina dan lain-lain yaitu 0%. Tidak didapatkan tingkat pengetahuan kurang pada penelitian ini.


(54)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan

Perilaku manusia dapat dibagikan kepada 3 yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut pada anak-anak sekolah rendah karena pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap seseorang dan seterusnya menentukan tindakannya dalam sehari-hari.

Dari 90 orang responden yang dipilih dari Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, tingkat pengetahuan yang baik adalah seramai 67 orang (74,4%), tingkat pengetahuan sedang adalah seramai 23 orang (25,6%), manakala tingkat pengetahuan kurang adalah 0 orang (0%).

Jika dilihat pada tabel 5.6, didapati bahawa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan seiring dengan penambahan usia, tetapi pada usia 11 tahun, jumlah responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik adalah lebih sedikit berbanding dengan yang berusia 9 tahun dan 10 tahun. Dari hasil wawancara yang didapatkan pada anak-anak yang berusia 11 tahun, peneliti menanyakan tentang program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengikuti program tersebut. Pada anak berusia 9 tahun dan 10 tahun pula, mereka mengatakan bahwa ada mengikuti program tersebut waktu prasekolah. Dari asumsi peneliti, program yang dijalankan oleh pemerintah Malaysia sedikit sebanyak dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah rendah tentang kebersihan rongga mulut karena persentase tingkat pengetahuan yang baik adalah lebih tinggi pada yang mengikut program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dari yang tidak mengikuti program tersebut. Selain itu, pengetahuan pada anak berusia 10 tahun adalah lebih baik berbanding anak berusia 9 tahun mungkin karena perbedaan usia menyebabkan mereka lebih banyak mendapat pendedahan tentang kebersihan rongga mulut dari sumber lain.


(55)

Pada tabel 5.7, didapati tingkat pengetahuan perempuan (40,0%) adalah lebih baik berbanding tingkat pengetahuan laki-laki (34,4%). Ini mungkin dikarenakan perempuan lebih menitikberatkan soal kebersihan berbanding dengan laki-laki dan menyebabkan rasa ingin tahu mereka tentang kebersihan rongga mulut lebih tinggi dari laki-laki

Pada tabel 5.8 pula, tingkat pengetahuan bagi kaum Melayu adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan kaum Cina, India dan kaum lain-lain. Ini terjadi karena responden dari kaum Melayu lebih banyak dari kaum lain dan ini tidak dapat membuktikan bahwa kaum Melayu mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kaum yang lain. Kaum Cina pula mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berbanding dengan kaum India. Ini mungkin terjadi karena cara asuhan sejak dari kecil yang diberikan oleh ibu bapa masing-masing berbeda cara pendekatannya. Dari wawancara yang ditanyakan kepada responden Cina, mereka mengatakan bahwa mereka telah dibawa berjumpa dengan dokter gigi sejak kecil untuk pemeriksaan gigi sehingga menyebabkan mereka lebih sadar tentang pentingnya kebersihan rongga mulut. Berbeda pula dengan hasil wawancara terhadap kaum India, responden mengatakan tidak dibawa ke dokter gigi untuk pemeriksaan gigi sejak kecil dan hanya mengetahui tentang cara penjagaan kebersihan rongga mulut dari dokter gigi yang berkunjung ke sekolah setiap 6 bulan sekali.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anak-anak sekolah rendah tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu adalah pada tingkat pengetahuan baik yaitu 74,4%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 25,6% dan tidak ditemukan tingkat pengetahuan kurang.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dijalankan, muncul beberapa saran dari peneliti : 1. Membetulkan dan mengekalkan cara penjagaan gigi dan rongga mulut

yang benar.

2. Sentiasa menjaga kebersihan rongga mulut agar dapat mencegah dari infeksi.

3. Mendapatkan informasi yang secukupnya dari dokter gigi tentang penjagaan rongga mulut yang benar.

4. Menambahkan lagi program-program yang berkaitan tentang kesehatan oral bagi menambahkan pengetahuan anak-anak sekolah dasar.

5. Mempersiapkan sarana perkhidmatan pergigian di sekolah untuk memudahkan akses anak-anak sekolah dasar untuk mendapatkan pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut.

6. Mengadakan pemeriksaan rongga mulut menyeluruh pada anak-anak sekolah dasar bagi mengurangkan kadar kerusakan gigi.


(57)

7. Mengadakan program kebersihan rongga mulut setiap tahun di peringkat sekolah agar setiap pelajar sekolah rendah dapat meningkatkan lagi pengetahuan mereka tentang kebersihan rongga mulut.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Oral Health Basics. Colgate-Palmolive Company. Available from: http://www.colgate.com.my/app/Colgate/MY/OC/Information/OralHealthBas ics/GoodOralHygiene/OralHygieneBasics/WhatisGoodOralHygiene.cvsp [Accessed 8 May 2010]

Eroschenko, V.P., 2007. Digestive System : Oral Cavity and Salivary Glands. In: Taylor, C., ed. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. 11th Edition. United States of America, USA : Lippincott Williams & Wilkins, 235-261.

Hermawan, R., 2010. Menyehatkan Daerah Mulut, Cara Praktis Menghilangkan Bau Mulut Disertai Tips Agar Gigi dan Mulut Anda Selalu Sehat dan Indah. Cetakan Pertama. Jogjakarta : BukuBiru.

Imron, M. dan Munif, A., 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Bahan Ajar untuk Mahasiswa. Cetakan Pertama. Jakarta : Sagung Seto.

Junqueira, L.C., dan Carneiro, J., 2005. Digestive Tract. In: Maley, J., Lebowitz, H. dan Boyle, P.J., ed. Basic Histology Text & Atlas. 11th Edition. United States of America, USA : The McGraw-Hill Companies, Inc., 281-287.

Kasjono, H.S. dan Yasril, 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

McKinley, M. dan O’Loughlin, V.D., 2008. Digestive System. In: Queck, K., ed. Human Anatomy. 2nd Edition. New York, NY : The McGraw-Hill Companies, Inc., 778-783.


(59)

Oral Health Division, 2003. Guidelines on Oral Healthcare for Pre-School Children. Ministry of Health Malaysia. Available from:

www.whocollab.od.mah.se/.../malaysia/.../oral_healthcare_for_the_pre school_children.pdf. [Accessed 8 May 2010]

Oral Health Division, 2009a. History of Dentistry in Malaysia. Ministry of Health Malaysia. Available from:

http://ohd.moh.gov.my/v2/index.php?option=com_content&view=article&id =1:history-of-dentistry&catid=1:history-of-dentistry&Itemid=17. [Accessed 8 May 2010].

Oral Health Division, 2009b. Primary Oral Health Care. Ministry of Health Malaysia. Available from:

http://ohd.moh.gov.my/v2/index.php?option=com_content&view=article&id =5:primary-oral-healthcare&catid=4:primary-oral-healthcare&Itemid=30. [Accessed 8 May 2010].

Pratiwi, D., 2009. Gigi Sehat dan Cantik, Perawatan Praktis Sehari-hari. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Pratomo, H., 1990. Pedoman Usaha Penelitian Badan Kesehatan Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Razak, I.A., 2007. Teeth for Life. Malaysian Dental Association. Available from: http://www.mda.org.my/07_public_01healthcare_03.htm. [Accessed 8 May 2010].

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.


(60)

Tortora, J.G. dan Derrickson, B., 2006. The Digestive System. In: Roesch, B., ed. Principles of Anatomy and Physiology. 11th Edition.United States of America : John Wiley & Sons, Inc., 902-908.

WHO Oral Health Country/Area Profile Programme, 2009. Oral Disease Prevalence: Dental Caries. WHO Headquarters Geneva, Oral Health Programme. Available from:

http://www.whocollab.od.mah.se/wpro/malaysia/data/malaysiacar.html. [Accessed 8 May 2010].

World Health Organization, 2000. Global Data on Dental Caries Prevalence (DMFT) in Children aged 12 years. Geneva. Available from:

http://whqlibdoc.who.int/hq/2000/WHO_NMH_MNC_ORH_Caries.12y.00.3 .pdf. [Accessed 8 May 2010]


(1)

3.

Suku dan Bangsa

suku bangsa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid melayu 83 92.2 92.2 92.2

cina 3 3.3 3.3 95.6

india 4 4.4 4.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan Pengetahuan

pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 71 78.9 78.9 78.9

salah 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 49 54.4 54.4 54.4

salah 41 45.6 45.6 100.0


(2)

pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 79 87.8 87.8 87.8

salah 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 33 36.7 36.7 36.7

salah 57 63.3 63.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 83 92.2 92.2 92.2

salah 7 7.8 7.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 61 67.8 67.8 67.8

salah 29 32.2 32.2 100.0


(3)

pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 73 81.1 81.1 81.1

salah 17 18.9 18.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 72 80.0 80.0 80.0

salah 18 20.0 20.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 36 40.0 40.0 40.0

salah 54 60.0 60.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 81 90.0 90.0 90.0

salah 9 10.0 10.0 100.0


(4)

pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid betul 72 80.0 80.0 80.0

salah 18 20.0 20.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 total

q1 Pearson

Correlation 1 .140 .272 .422 **

.161 .161 .358* .317* .210 .032 .060 .682** Sig. (2-tailed) .390 .090 .007 .321 .321 .023 .046 .193 .845 .714 .000

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q2 Pearson

Correlation .140 1 .019 .067 -.220 -.024 -.021 .036 .196 .328 *

.296 .395* Sig. (2-tailed) .390 .907 .683 .173 .881 .897 .825 .224 .039 .064 .012

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q3 Pearson

Correlation .272 .019 1 .197 -.024 -.024 .225 -.169 .094 -.098 .020 .381 *

Sig. (2-tailed) .090 .907 .224 .885 .885 .163 .296 .565 .546 .900 .015

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q4 Pearson

Correlation .422 **

.067 .197 1 .123 .418** .256 .221 .048 .080 .043 .616** Sig. (2-tailed) .007 .683 .224 .450 .007 .111 .170 .770 .625 .794 .000

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q5 Pearson

Correlation .161 -.220 -.024 .123 1 .200 .289 .038 .092 .309 .000 .344 *


(5)

q6 Pearson

Correlation .161 -.024 -.024 .418 **

.200 1 .289 .190

-.031 .000 .289 .462 **

Sig. (2-tailed) .321 .881 .885 .007 .216 .071 .240 .850 1.000 .071 .003

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q7 Pearson

Correlation .358 *

-.021 .225 .256 .289 .289 1 .263 .053 .033 .062 .539** Sig. (2-tailed) .023 .897 .163 .111 .071 .071 .101 .744 .838 .702 .000

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q8 Pearson

Correlation .317 *

.036 -.169 .221 .038 .190 .263 1 .102 .053 .263 .412** Sig. (2-tailed) .046 .825 .296 .170 .816 .240 .101 .532 .746 .101 .008

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q9 Pearson

Correlation .210 .196 .094 .048 .092 -.031 .053 .102 1 .100 -.080 .367 *

Sig. (2-tailed) .193 .224 .565 .770 .570 .850 .744 .532 .540 .623 .020

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q10 Pearson

Correlation .032 .328

* -.098 .080 .309 .000 .033 .053 .100 1 .200 .356* Sig. (2-tailed) .845 .039 .546 .625 .053 1.000 .838 .746 .540 .215 .024

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

q11 Pearson

Correlation .060 .296 .020 .043 .000 .289 .062 .263

-.080 .200 1 .385 *

Sig. (2-tailed) .714 .064 .900 .794 1.000 .071 .702 .101 .623 .215 .014

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

total Pearson

Correlation .682 **

.395* .381* .616** .344* .462** .539** .412** .367* .356* .385* 1 Sig. (2-tailed) .000 .012 .015 .000 .030 .003 .000 .008 .020 .024 .014

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(6)

Uji Reliabilitas Pengetahuan

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items