Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang T1 462008039 BAB IV

(1)

40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SETTING PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 14 hari mulai tanggal 11 Januari sampai 25 Januari 2013. Penelitian ini dilakukan di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo, Semarang. Letak geografis ruang poliklinik ini adalah sebagai berikut sebelah Utara berbatasan dengan lapangan tenis, sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan dinas dokter, sebelah Timur berbatasan dengan parkir kendaraan sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Ruang UPIP (Ruang Janoko). Jumlah rata – rata pasien yang datang setiap hari pada jam kerja berkisar antara 80 – 100 pasien yang terdiri dari beberapa kategori pasien yaitu anak, remaja, dewasa, dan lansia. Selain itu pelayanan yang diberikan menyangkut pelayanan neurologi, psikologi, dan kesehatan jiwa. Perawat yang bertugas berjumlah 8 orang dibagi pada tiap – tiap ruangan. Pada unit pelayanan geriatrik yang berada di lantai pertama ditempatkan dua orang yang bertugas, pada unit pelayanan dewasa yang juga berada di lantai pertama ditempatkan tiga orang yang bertugas, sedangkan pada unit pelayanan anak dan remaja yang berada di lantai kedua ditempatkan dua orang, dan satu orang


(2)

sebagai koordinator (kepala ruangan poliklinik) pada ruangan poliklinik.

Subyek (partisipan) yang diteliti adalah delapan orang yang terdiri dari lima partisipan utama dan tiga partisipan triangulasi. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit sampai 1 jam. Wawancara yang dilakukan didalam ruang tunggu poliklinik dan teras belakang poliklinik. Selama prosesnya wawancara berjalan sesuai dengan kondisi dan situasi yang diharapkan peneliti, dan yang terutama semua informan bersedia dan siap diwawancara. Proses wawancara juga berjalan dengan lancar dan semua informan memperlihatkan keterbukaannya dalam memberikan informasi kepada peneliti.

4.2 HASIL PENELITIAN

2.2.1. Gambaran Umum Partisipan Utama 4.2.1.1 Partisipan 1

Partisipan bernama Tn. H berumur 38 tahun. Pendidikan terakhir S1 Manajemen, dan bekerja pada instansi pemerintahan Partisipan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Saat ini partisipan tinggal di kota Demak dengan istri dan kedua anaknya. Istri partisipan pernah dirawat inap selama 2 kali di RSJD Amino


(3)

Gondohutomo dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan. Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Januari 2013, pukul 10:20 WIB. Partisipan terlihat agak santai dan serius menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti 4.2.1.2 Partisipan 2

Partisipan 2 bernama Tn. E berumur 27 tahun. Pendidikan terakhir adalah SD, dan mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta. Istri partisipan merupakan pasien yang pernah dirawat di RSJD Amino Gondohutomo dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan. Partisipan sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak. Istri dan anak partisipan tinggal di Kendal. Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Januari 2013, pukul 11:15 WIB. Partisipan terlihat agak canggung dan kaku saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti

4.2.1.3 Partisipan 3

Partisipan 3 bernama Ny. S berumur 37 tahun. Partisipan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Pendidikan terakhir SMP dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Saat ini


(4)

partisipan bersama keluarganya tinggal di Kab. Grobogan. Suami partisipan merupakan pasien rawat jalan RSJD Amino Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Jannuari 2013, pukul 12:35 WIB. Partisipan terlihat canggung namun santai saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

4.2.1.4 Partisipan 4

Partisipan 4 bernama Tn S berumur 35 tahun, sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Partisipan bersama Istri dan anak saat ini tinggal di Demak. Pendidikan terakhir SD dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Istri partisipan merupakan pasien rawat jalan RSJD Amino Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2013 pukul 11:20 WIB. Partisipan terlihat kaku dan agak canggung saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. 4.2.1.5 Partisipan 5

Partisipan 5 bernama Tn. I berumur 37 tahun. Partisipan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Istri dan anak partisipan saat ini tinggal di Semarang. Pendidikan terakhir SMP


(5)

dengan pekerjaan sebagai kuli bangunan. Istri partisipan merupakan pasien rawat jalan RSJD Amino Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 pada pukul 12:00 WIB. Partisipan terlihat sangat santai dan antusias saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.

4.2.2 Gambaran Umum Partisipan Triangulasi 4.2.2.1 Partisipan 1

Partisipan 1 bernama Ny. N berumur 25 tahun. Partisipan sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak. pendidikan terakhir SMA. Partisipan merupakan pasien rawat inap RSJD Amino Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 pada pukul 01:00 WIB. Partisipan terlihat tegang saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.

4.2.2.2 Partisipan 2

Partisipan 2 bernama Ny. H berumur 39 tahun. Partisipan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. pendidikan terakhir SD. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan merupakan pasien rawat inap RSJD Amino


(6)

Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 pada pukul 01:45 WIB. Partisipan terlihat tegang saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.

4.2.2.3 Partisipan 3

Partisipan 3 bernama Tn. Z berumur 45 tahun. Partisipan sudah menikah dan pendidikan terakhir STM. Partisipan merupakan pasien rawat inap RSJD Amino Gondohutomo. Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Januari 2013 pada pukul 09:00 WIB. Partisipan terlihat sangat santai saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.

4.2.3 Analisa Data

Dari penelitian ini ditemukan 13 sub tema yang dijabarkan dari 5 tema yang disusun. Tiga belas sub tema tersebut adalah : frekuensi hubungan seks teratur seminggu 2 – 5 kali, frekuensi hubungan seks dalam sehari 1 – 3 kali, frekuensi hubungan seks tergantung kebiasaan atau situasi, tingkat kepuasaan (puas), tingkat kepuasaan (tidak puas), waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh fit, waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh tidak fit, keadaan


(7)

alat kelamin (kebersihan), keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik normal, keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik tidak normal, perilaku yang ditunjukan sebelum melakukan hubungan seks, perilaku yang ditunjukan saat berhubungan seks, perilaku yang ditunjukan setelah melakukan hubungan seks. Lebih rinci sub - sub tema tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.1 Pengelompokan Sub Tema

Tema Sub Tema P1 P2 P3 P4 P5

Frekuensi hubungan seks

Seminggu 2-5x      Dalam sehari 1-3x      Tergantung

kebiasaan/situasi      Tingkat kepuasaan Puas     

Tidak puas  Waktu yang

dibutuhkan

Kondisi tubuh fit      Kondisi tubuh tidak

fit   

Keadaan alat kelamin

Kebersihan     Kondisi fisik normal      Kondisi fisik tidak

normal 

Perilaku yang ditunjukan dalam berhubungan seks

Sebelum Tidak terungkap Saat melakukan

Setelah     

Adapun penjabaran sub tema tersebut adalah sebagai berikut :

4.2.3.1 Frekuensi hubungan seks seminggu 2 – 5 kali Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan


(8)

melakukan hubungan seks yang teratur 2 – 5 kali. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(16)“saya biasanya seminggu 2 sampe 3 kal”i (P1)

(65)“yah biasanya seminggu 2 sampai 5 kali” (P2)

(93)“dalam seminggu 3 kali mas biasanya” (P3) (125)“yah seminggu kira kira 3 sampai 5 kali. Kalo saya tidak keluar kota” (P4)

(155)kalo hitungan seminggu yah 4 kali” (P5)

4.2.3.2 Frekuensi hubungan seks dalam sehari 1 – 3 kali Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan melakukan hubungan seks yang teratur dalam sehari 1 – 3 kali. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(18)“sehari yah paling 2 sampai 3 kali” (P1) (67)“yah kalo 1 hari itu, biasanya 3 kali” (P2) (95)“biasanya 1 kali aja ma” (P3)

(127)“yah 1 harinya 2 kali” (P4)

(155)“Kalo sehari biasanya 1 atau 2 kali” (P5)

4.2.3.3 Frekuensi hubungan seks tergantung kebiasaan atau situasi


(9)

Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan melakukan hubungan seks tergantung kebiasaan atau situasi. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(20)“Biasanya pada waktu malam” (P1)

(67)“seringnya pada malam hari, mau tidur jam 8, trus jam 12, trus pas mau subuh sebelum sholat subuh itu” (P2)

(95)“Biasanya pada saat pagi setelah anak anak kesekolah atau pada saat malam setelah anak anak tidur” (P3)

(127)”Pada saat malam hari pas anak anak sudah pada tidur. Atau waktu siang pas anak anak ngga ada di rumah” (P4)

(157)“biasanya dilakukan malam, sekitar mahgrib sampai jam 12” (P5)

4.2.3.4 Tingkat kepuasaan (puas)

Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan memiliki tingkat kepuasaan (puas) saat melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(21)“yah baik, saya langsung puas dan senang” (26)“kalau saya sih merasa puas pada saat istri saya merasa puas. Istri saya senang, saya juga ikut senang” (P1)


(10)

(69)“woohhh… sangat puas, istriku bilang suamiku kok perkasa skali, saya juga merasa puas istri saya melayani juga dengan baik”

(71)“selalu, istri saya bilang, dia juga selalu puas dengan saya. Tiap hari puas.Punya suami kayak kamu puas” (P2)

(97)“merasa puas. Saya juga merasa puas dengan suami saya karena bisa tahan lama ngga cepat keluar. Dan biasanya 1 jam. Saya juga biasanya bisa” (P3)

(129)“yah, masih di batas kewajaran aja. Jadi

sama sama puas”

(131)“puas. kadang kan kalo tidak puas jadinya jengkel. Tapi kalo udah puas istri tambah sayang tambah ramah.”

(133)“selalu pada saat selesai melakukan. Saat air mani sudah keluar” (P4)

(159)“puas. Seringnya istri saya mainnya diatas, jadi saya juga puas. Jadinya sama sama puas” (161)“biasanya puas setelah main, setelah keluar yah puas, soalnya dia juga merasakan keluar gitu” (P5)

4.2.3.5 Tingkat kepuasaan (tidak puas)

Hasil penelitian menunjukkan hanya partisipan 1 yang memiliki kepuasaan (tidak puas) saat melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(24)“yah kadang kadang. pas pengen tapi Pas lagi capek belum bisa puas”(P1)

4.2.3.6 Waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh fit Hasil penelitian menunjukkan waktu yang


(11)

dibutuhkan saat kondisi tubuh fit sewaktu melakukan hubungan seks cukup bervariasi. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut : (40)“Pas lagi pengen banget yah 1 jam bisa” (P1) (79)“paling 1 Jam. Atau paling 45 menit, atau 1 jam lebih paling lama” (P2)

(99)“pemanasan biasanya 5 menitan. Saya kadang dari belakang. (101)kadang ditahan tahan, baru sama sama dikeluarin. Sekitar setengah jam” (P3)

(137)“yah kita sama sama saling memuaskan tergantung paling 10 sampai 15 menit. Kadang yah cuma 5 menit” (P4)

(167)“yah kira kira 10 menitlah pemanasannya biasanya 25 menit, setengah jamlah sampai keluar” (P5)

4.2.3.7 Waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh tidak fit

Hasil penelitian menunjukkan hanya 3 partisipan dengan waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh tidak fit sewaktu melakukan hubungan seks cukup bervariasi. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(40)“tapi kalau pas cape yah paling Cuma 15 menit” (P1)


(12)

(77)“Tapi kalo lagi cape pemanasannya sekitar 15 menit” (P2)

(135)“Tapi kalo pas lagi ngga enak badan, biasanya cuman sebentar. Jadinya 5 sampai 10 menit” (P4)

4.2.3.8 Keadaan alat kelamin (kebersihan)

Hasil penelitian menunjukkan semua keadaan alat kelamin (kebersihan) pasangan hidup partisipan bersih. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(44)“yah bersih” (P1)

(81)“yah biasa aja, jarang saya merhatiin, tapi bersih” (P2)

(105)“yah bersih. Saya juga bersih. sering dibersihin” (P3)

(139)“yah baik baik aja. Normal” (P4) (169)“kalo kelamin istri saya bersih” (P5)

4.2.3.9 Keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik normal Hasil penelitian menunjukkan ada 4 partisipan yang mempunyai keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik normal dari pasangan hidup partisipan. Pernyataan selengkapnya tentang hal


(13)

ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(44)“Paling cairannya, kadang kaluar dikit, kadang kaluarnya banyak juga tergantung dari istri” (P1)

(83)“Yah biasa, tetap tegang karna nafsunya gede jadi tahan lama. Kalo nafsunya kurang yah pasti tegangnya kurang. Klo istri saya paling cairannya yang keluar” (P2)

(103)“kalau dulu cepat keluarnya. Sekarang bisa tahan lama baru keluar” (P3)

(139)Biasanya tambah tebal kulitnya trus cairannya banyak(P4)

4.2.3.10 Keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik tidak normal

Hasil penelitian menunjukkan ada 1 partisipan dengan kondisi fisik alat kelamin tidak normal dari pasangan hidup partisipan. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(169)“ada yang putus sedikit karena waktu kecil kecelakaan terus dijahit. Klo waktu main yah cairannya banyak” (P5)

4.2.3.11 Perilaku yang ditunjukan sebelum dan saat melakukan hubungan seks

Dari hasil penelitian tidak mendapatkan keterangan dari semua partisipan


(14)

4.2.3.12 Perilaku yang ditunjukan setelah melakukan hubungan seks

Hasil penelitian menunjukan adanya perilaku yang ditunjukan pasangan partisipan setelah melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(46)“ehh.. ngga sih, ngga ada paling Cuma meluk dan terima kasih itu aja” (P1)

(85)“yah senang, dari wajahnya kelihatan sampe tidur tetap senyum. Pagi harinya bangun langsung sholat subuh” (P2)

(107)“ngga ada. Paling Cuma meluk sama nyium” (P3)

(147)“ngga ada. Masih wajar wajar aja. Paling meluk terus tidur” (P4)

(173)“tambah sayang biasanya di peluk atau dicium sama istri”

(175)“ngga ada. Ngga ada perilaku yang aneh. Biasa yang wajar saja” (P5)

Tabel 4.2 Validasi Hasil Penelitian

Tema Sub Tema P1 P2 P3

Frekuensi hubungan seks

Teratur seminggu 2-5x   Dalam sehari 1-3x   Tergantung

kebiasaan/situasi   Tingkat

kepuasaan

Puas  

Tidak puas  Waktu yang

dibutuhkan

Kondisi tubuh fit    Kondisi tubuh tidak fit


(15)

kelamin Kondisi fisik normal    Kondisi fisik tidak normal

Perilaku yang ditunjukan

Sebelum Tidak terungkap Saat melakukan

Setelah   

Adapun penjabaran sub tema tersebut adalah sebagai berikut 4.2.3.1 Frekuensi hubungan seks seminggu 2 – 5 kali

Hasil penelitian menunjukan semua partisipan triangulasi melakukan hubungan seks yang bervariasi yaitu kurang dan lebih dari 2 – 5 kali seminggu. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(183)“1 kali, kadang ngga pernah” (P1) (203)“kadang 1 kali kadang 2 kali” (P2)

(237)“yah 7 kali atau paling jarang, 5 kali. Jadi 5 sampai 7 kali” (P3)

4.2.3.2 Frekuensi hubungan seks dalam sehari 1 – 3 kali Hasil penelitian menunjukan tidak semua partisipan triangulasi memberikan penjelasan saat melakukan hubungan seks yang teratur dalam sehari 1 – 3 kali yaitu pada partisipan 6, sedangkan partisipan 7 dan 8 memberikan


(16)

pernyataan yang bervariasi tentang frekuensi seks dalam sehari 1 - 3 kali . Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(205)“Bisa 3 kali sehari” (P2)

(241)“biasa, bisa sampai 5 kali” (P3)

4.2.3.3 Frekuensi hubungan seks tergantung kebiasaan atau situasi

Hasil penelitian menunjukan tidak semua partisipan memberikan pernyataan tentang melakukan hubungan seks tergantung kebiasaan atau situasi. Partisipan 6 tidak memberikan pernyataan sedangkan partisipan 7 dan 8 memberikan pernyataan. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(205)“kadang malam, siang, atau pagi” (P2) (243)“malam 2 kali, siang 2 kali, bisa sore 1 kali”(P4)

4.2.3.4 Tingkat kepuasaan (puas)

Hasil penelitian menunjukan hanya partisipan 7 dan 8 yang memberikan pernyataan yaitu memiliki tingkat kepuasaan (puas) saat


(17)

melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(209)“merasa puas, (211) tidak pernah ada keluhan” (P2)

(245)“ngga ada masalah. Saya merasa puas.

Udah merasa lega yah allhamdulilah.

Tersalurkan, karena saya tidak melakukan ke orang lain hanya kepada istri” (P3)

4.2.3.5 Tingkat kepuasaan (tidak puas)

Hasil penelitian menunjukan hanya partisipan 6 yang memiliki tingkat kepuasaan (tidak puas) saat melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(187)“ngga kelihatan kalo suami puas, saya juga gak puas” (P1)

4.2.3.6 Waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh fit Hasil penelitian menunjukan waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh fit sewaktu melakukan hubungan seks cukup bervariasi. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut : (189)“10 menit” (P1)


(18)

(251)“kurang lebih 5 sampai 10 menit. Warming upnya 5 sampai 10 menit. Jadi saya baca doa, bismilah’hirramanir’rahim. Sholawat, baru main dalam 1 kali itu, biasanya 10 menit. Kalo saya mengingginkan bisa sampai 1 jam. Perbanyak warming up-nya saya” (P3)

4.2.3.7 Waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh tidak fit

Hasil penelitian menunjukan tidak ada pernyataan tentang waktu yang dibutuhkan saat kondisi tubuh tidak fit saat melakukan hubungan seks.

4.2.3.8 Keadaan alat kelamin (kebersihan)

Hasil penelitian menunjukkan semua keadaan alat kelamin (kebersihan) pasangan hidup partisipan bersih. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(191)“bersih, karena sering dibersihkan” (P1) (217)“Bersih” (P2)

(255)“bersih koq. Bersih bersih aja” (P3)

4.2.3.9 Keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik normal Hasil penelitian menunjukan keadaan alat


(19)

kelamin dengan kondisi fisik normal dari pasangan hidup partisipan. Pernyataan selengkapnya tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(193)“memang seperti itu, seperti biasa, tetap tegang” (P1)

(219)“ok, ngga ada masalah” (P2) (255)“Ada sedikit pelebaran” (P3)

4.2.3.10 Keadaan alat kelamin dengan kondisi fisik tidak normal

Hasil penelitian menunjukan tidak ada pernyataan tentang adanya alat kelamin dengan kondisi fisik tidak normal dari pasangan hidup partisipan.

4.2.3.11 Perilaku yang ditunjukan sebelum, saat, dan setelah melakukan hubungan.

Dari hasil penelitian, pernyataan dari partisipan 1 mencakup semua poin mengenai perilaku yang ditunjukan sebelum, saat dan setelah melakukan hubungan seks, sedangkan partisipan 2 dan 3 hanya memberikan pernyataan pada poin setelah melakukan hubungan seks. Pernyataan selengkapnya


(20)

tentang hal ini dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(195)“ngga, ngga pernah apa adanya gitu, seperti biasa. Ngga ada yang aneh aneh” (P1) (221)“yah meluk, cium terus mandi dan tidur lagi.

(223)“ngga ada, wajar wajar aja” (P2)

(261)

ngga, ngga pernah. Saya yang sering

cium. Jadi tidak pernah ditanggapi secara agresif tapi pasif” (P3)

4.3 PEMBAHASAN

Pemenuhan kebutuhan seksual salah satunya dilakukan melalui hubungan seks. Hubungan seks ini tidak terjadi begitu saja namun melalui suatu dorongan atau keinginan, menurut Irianto (2010), dorongan atau keinginan untuk bersetubuh atau bersenggama (koitus) disebut libido seksualis (nafsu birahi / syahwat).

Untuk melihat bahwa pemenuhan kebutuhan seksual pasangan hidup pasien skizofrenia terpenuhi melalui tahapan dalam melakukan hubungan seks seperti yang dijelaskan menurut Yosep (2010), terdapat lima tema yang terangkum dari tiga belas sub tema yang menjadi acuan penulis. Lima tema tersebut adalah frekuensi hubungan seks, tingkat kepuasan, waktu yang dibutuhkan, keadaan alat kelamin, dan perilaku yang ditunjukkan.


(21)

4.3.1 Frekuensi hubungan seks

Badan kesehatan dunia (WHO) menyarankan sebaiknya pasangan suami istri melakukan hubungan seksual secara teratur yaitu sebanyak 2-3 kali saja dalam seminggu. Frekuensi hubungan seks menurut Irianto (2010) sangat bervariasi : rata – rata 1-4 kali seminggu bagi orang orang berusia 30-40 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi hubungan seks P1 sampai P5 tidak berbeda jauh, rata rata frekuensi hubungan seks adalah 2 -3 kali per minggu, dan dalam 1 hari rata rata frekuensi hubungan seks adalah 1-3 kali yang biasanya dilakukan pada malam hari. Dari hasil yang ada diatas, dapat dilihat bahwa frekuensi hubungan seks dari partisipan dan pasangannya teratur walaupun ada pasangan yang melakukan hubungan seks lebih dari 2-3 kali bahkan sampai 5 kali dalam seminggu. Untuk partisipan laki laki sendiri cenderung menginginkan untuk melakukan hubungan seks lebih sering daripada partisipan perempuan. Hal ini diungkapkan oleh Smith. A, dkk (2011) yaitu Frekuensi seks yang diinginkan tampaknya menjadi faktor utama dalam keseluruhan kepuasan hubungan seksual. Tantangan dihadapi oleh sejumlah pasangan


(22)

heteroseksual adalah ketidakcocokan yang berdasarkan jenis kelamin terhadap frekuensi yang diinginkan, dengan laki-laki cenderung mempunyai keinginan seks lebih sering dari pada perempuan.

4.3.2 Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan dalam berhubungan seks yang didapatkan dari penelitian terhadap 5 partisipan rata-rata adalah sama, yaitu partisipan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pasangan hidup partisipan dalam melakukan hubungan seks. Semua partisipan mendapatkan kepuasan pada saat selesai berhubungan seks yaitu saat keluarnya sperma dan cairan vagina (orgasme). Seperti yang sudah dijelaskan diatas menurut Abdurrahman (2011), bahwa dalam coitus ini intensitas gerakan semakin bertambah secara teratur, ke dalam dan keluar yang akan menambah sering tingkat gesekan penis ke dinding vagina, yang akan menyampaikan proses pemanasan kepada puncaknya yaitu orgasme. Partisipan pernah tidak mendapatkan kepuasan pada kondisi dan waktu tertentu yaitu pada saat merasa lelah setelah


(23)

melakukan aktifitas. Bisa dilihat bahwa tingkat kepuasan yang didapatkan oleh partisipan cenderung lebih tinggi karena dilakukan dalam kondisi tubuh, psikis dan lingkungan yang baik.

4.3.3 Waktu yang dibutuhkan

Waktu yang dibutuhkan pun bervariasi dari setiap partisipan dalam melakukan hubungan seks. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi tubuh yaitu pada saat partisipan merasa kelelahan atau sedang sehat. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan hubungan seks berkisar antara 5 – 15 menit, 15 – 30 menit, 30 menit – 1 jam dan didalamnya termasuk dengan pemanasan yang sudah dilakukan sejak awal dalam kurun waktu tersebut. Hal diatas diungkapkan menurut Miller & Byers (2004) yaitu untuk kepuasan seksual, pasangan membuat foreplay dan hubungan seksual yang secara signifikan lebih pendek (atau lebih) dari rata-rata 12 menit foreplay dan 7 menit hubungan seksual. Sedangkan menurut Koichi, dkk (2010), rata rata perkiraan waktu penetrasi adalah 14,5 menit untuk pria dan 13,6 menit untuk wanita. Rata-rata


(24)

waktu yang diinginkan wanita untuk dilakukan penetrasi adalah 15,7 menit.

4.3.4 Keadaan alat kelamin

Dari hasil penelitian, semua partisipan menjelaskan bahwa keadaan alat kelamin pasangan hidupnya (pasien skizofrenia) bersih dan tampak normal menurut pendapat partisipan, walaupun ada partisipan yang menjelaskan bahwa alat kelamin pasangannya mempunyai bentuk yang tidak normal yang disebabkan karena kecelakaan yang dialami sewaktu masih anak-anak. Dari partisipan tidak bermasalah sama sekali terhadap gairah maupun pemenuhan seksnya. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan juga bahwa alat kelamin partisipan dan pasangannya secara fisiologis, berfungsi dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan partisipan bahwa reaksi penis yang sudah tegang sejak pemanasan hingga mencapai orgasme, dan reaksi vagina yang mengeluarkan cairan sejak pemanasan dan respon vagina saat terjadi penetrasi hingga tercapainya orgasme. Menurut Irianto (2010), reaksi pertama pria terhadap rangsangan seksual adalah ereksi penis. Dengan bertambahnya rangsangan,


(25)

penis menjadi lebih besar, lebih panjang dan lebih tegang. Selama perangsangan, ruang atau kavitas vascular yang besar antara arteri dan vena terisi oleh darah, sehingga menyebabkan penis menjadi kaku dan tegak (Potter & Perry. 2005). Selama perangsangan seksual terjadi vasokongesti, sebagai akibatnya lapisan mukosa berkeringat dan memberikan pelumasan vaginal (Potter & Perry. 2005).

4.3.5 Perilaku yang ditunjukkan

Perilaku yang ditunjukkan saat melakukan hubungan seks antara partisipan dengan pasangan juga masih dalam batas kewajaran dan tidak terdapat perilaku yang aneh saat hubungan seks dilakukan. Pada awalnya keinginan berhubungan seks ditunjukkan dengan cara verbal maupun non verbal yaitu partisipan mengungkapkan keinginannya untuk berhubungan seks dengan pasangannya, dengan cara mengatakan secara terbuka bahwa partisipan ingin melakukan hubungan seks. Secara non verbal partisipan menunjukkan keinginannya dengan cara meraba bagian tubuh yang sensitif pasangannya, mencium, dan memeluk. Saat selesai melakukan


(26)

hubungan seks, rata-rata partisipan dan pasangannya mengungkapkan rasa puas dengan cara mengucapkan terima kasih, saling memeluk dan mencium. Menurut Abdurrahman (2011) berpelukan adalah salah satu cara penting dalam memberikan perasaan aman dan tentram bagi perempuan, kehangatan, semakin cinta pada suami, dan menimbulkan kemesraan bagi keduanya adapun perantara yang paling baik dan manjur diantara kedua pasangan sebelum melakukan hubungan seks adalah berciuman. Ciuman mempunyai dampak yang sangat besar dalam membangkitkan organ organ reproduksi kedua pasangan. Ciuman adalah bukti cinta dan kasih sayang. Sehingga bisa dikatakan aspek interaksi seksual (misalnya, ekspresi kasih sayang, sifat kegiatan seksual, efektivitas stimulasi) mungkin lebih penting untuk kepuasan seksual dari durasi hubungan seksual (Lawrance & Byers, 1995; Purnine & Carey, 1997 dalam Miller & Byers (2004).


(1)

4.3.1 Frekuensi hubungan seks

Badan kesehatan dunia (WHO) menyarankan sebaiknya pasangan suami istri melakukan hubungan seksual secara teratur yaitu sebanyak 2-3 kali saja dalam seminggu. Frekuensi hubungan seks menurut Irianto (2010) sangat bervariasi : rata – rata 1-4 kali seminggu bagi orang orang berusia 30-40 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi hubungan seks P1 sampai P5 tidak berbeda jauh, rata rata frekuensi hubungan seks adalah 2 -3 kali per minggu, dan dalam 1 hari rata rata frekuensi hubungan seks adalah 1-3 kali yang biasanya dilakukan pada malam hari. Dari hasil yang ada diatas, dapat dilihat bahwa frekuensi hubungan seks dari partisipan dan pasangannya teratur walaupun ada pasangan yang melakukan hubungan seks lebih dari 2-3 kali bahkan sampai 5 kali dalam seminggu. Untuk partisipan laki laki sendiri cenderung menginginkan untuk melakukan hubungan seks lebih sering daripada partisipan perempuan. Hal ini diungkapkan oleh Smith. A, dkk (2011) yaitu Frekuensi seks yang diinginkan tampaknya menjadi faktor utama dalam keseluruhan kepuasan hubungan seksual. Tantangan dihadapi oleh sejumlah pasangan


(2)

heteroseksual adalah ketidakcocokan yang berdasarkan jenis kelamin terhadap frekuensi yang diinginkan, dengan laki-laki cenderung mempunyai keinginan seks lebih sering dari pada perempuan.

4.3.2 Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan dalam berhubungan seks yang didapatkan dari penelitian terhadap 5 partisipan rata-rata adalah sama, yaitu partisipan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pasangan hidup partisipan dalam melakukan hubungan seks. Semua partisipan mendapatkan kepuasan pada saat selesai berhubungan seks yaitu saat keluarnya sperma dan cairan vagina (orgasme). Seperti yang sudah dijelaskan diatas menurut Abdurrahman (2011), bahwa dalam coitus ini intensitas gerakan semakin bertambah secara teratur, ke dalam dan keluar yang akan menambah sering tingkat gesekan penis ke dinding vagina, yang akan menyampaikan proses pemanasan kepada puncaknya yaitu orgasme. Partisipan pernah tidak mendapatkan kepuasan pada kondisi dan waktu tertentu yaitu pada saat merasa lelah setelah


(3)

melakukan aktifitas. Bisa dilihat bahwa tingkat kepuasan yang didapatkan oleh partisipan cenderung lebih tinggi karena dilakukan dalam kondisi tubuh, psikis dan lingkungan yang baik.

4.3.3 Waktu yang dibutuhkan

Waktu yang dibutuhkan pun bervariasi dari setiap partisipan dalam melakukan hubungan seks. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi tubuh yaitu pada saat partisipan merasa kelelahan atau sedang sehat. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan hubungan seks berkisar antara 5 – 15 menit, 15 – 30 menit, 30 menit – 1 jam dan didalamnya termasuk dengan pemanasan yang sudah dilakukan sejak awal dalam kurun waktu tersebut. Hal diatas diungkapkan menurut Miller & Byers (2004) yaitu untuk kepuasan seksual, pasangan membuat foreplay dan hubungan seksual yang secara signifikan lebih pendek (atau lebih) dari rata-rata 12 menit foreplay dan 7 menit hubungan seksual. Sedangkan menurut Koichi, dkk (2010), rata rata perkiraan waktu penetrasi adalah 14,5 menit untuk pria dan 13,6 menit untuk wanita. Rata-rata


(4)

waktu yang diinginkan wanita untuk dilakukan penetrasi adalah 15,7 menit.

4.3.4 Keadaan alat kelamin

Dari hasil penelitian, semua partisipan menjelaskan bahwa keadaan alat kelamin pasangan hidupnya (pasien skizofrenia) bersih dan tampak normal menurut pendapat partisipan, walaupun ada partisipan yang menjelaskan bahwa alat kelamin pasangannya mempunyai bentuk yang tidak normal yang disebabkan karena kecelakaan yang dialami sewaktu masih anak-anak. Dari partisipan tidak bermasalah sama sekali terhadap gairah maupun pemenuhan seksnya. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan juga bahwa alat kelamin partisipan dan pasangannya secara fisiologis, berfungsi dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan partisipan bahwa reaksi penis yang sudah tegang sejak pemanasan hingga mencapai orgasme, dan reaksi vagina yang mengeluarkan cairan sejak pemanasan dan respon vagina saat terjadi penetrasi hingga tercapainya orgasme. Menurut Irianto (2010), reaksi pertama pria terhadap rangsangan seksual adalah ereksi penis. Dengan bertambahnya rangsangan,


(5)

penis menjadi lebih besar, lebih panjang dan lebih tegang. Selama perangsangan, ruang atau kavitas vascular yang besar antara arteri dan vena terisi oleh darah, sehingga menyebabkan penis menjadi kaku dan tegak (Potter & Perry. 2005). Selama perangsangan seksual terjadi vasokongesti, sebagai

akibatnya lapisan mukosa berkeringat dan

memberikan pelumasan vaginal (Potter & Perry. 2005).

4.3.5 Perilaku yang ditunjukkan

Perilaku yang ditunjukkan saat melakukan hubungan seks antara partisipan dengan pasangan juga masih dalam batas kewajaran dan tidak terdapat perilaku yang aneh saat hubungan seks dilakukan.

Pada awalnya keinginan berhubungan seks

ditunjukkan dengan cara verbal maupun non verbal yaitu partisipan mengungkapkan keinginannya untuk berhubungan seks dengan pasangannya, dengan cara mengatakan secara terbuka bahwa partisipan ingin melakukan hubungan seks. Secara non verbal partisipan menunjukkan keinginannya dengan cara meraba bagian tubuh yang sensitif pasangannya, mencium, dan memeluk. Saat selesai melakukan


(6)

hubungan seks, rata-rata partisipan dan pasangannya

mengungkapkan rasa puas dengan cara

mengucapkan terima kasih, saling memeluk dan mencium. Menurut Abdurrahman (2011) berpelukan adalah salah satu cara penting dalam memberikan perasaan aman dan tentram bagi perempuan,

kehangatan, semakin cinta pada suami, dan

menimbulkan kemesraan bagi keduanya adapun perantara yang paling baik dan manjur diantara kedua pasangan sebelum melakukan hubungan seks adalah berciuman. Ciuman mempunyai dampak yang sangat besar dalam membangkitkan organ organ reproduksi kedua pasangan. Ciuman adalah bukti cinta dan kasih sayang. Sehingga bisa dikatakan aspek interaksi seksual (misalnya, ekspresi kasih sayang, sifat kegiatan seksual, efektivitas stimulasi) mungkin lebih penting untuk kepuasan seksual dari durasi hubungan seksual (Lawrance & Byers, 1995; Purnine & Carey, 1997 dalam Miller & Byers (2004).


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Korelasi Pengetahuan Keluarga terhadap Relaps Pasien Gangguan Jiwa Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang T1 462010076 BAB IV

0 1 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang T1 462008039 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang T1 462008039 BAB II

1 2 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang T1 462008039 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasangan Hidup Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang T1 462007050 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang T1 462007050 BAB II

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Frekuensi Kekambuhan Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang T1 462007050 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku seksual Pasien Inap RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang

0 0 16