Tinjauan hukum Islam terhadap praktik bagi hasil hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI
HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN
PARENGAN KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Oleh :
Aprilia Ikawati
NIM. C92213180

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
(Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian dengan judul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Praktik Bagi Hasil Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban” adalah hasil penelitian lapangan ( field research) untuk menjawab

pertanyaan tentang bagaimana praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban?, dan bagaimana Tinjauan hukum Islam
Terhadap Praktik Bagi Hasil Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban?.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
wawancara (interview) dan observasi, setelah data terkumpul, kemudian data diolah
dan dianalisis dengan metode deskriptif verifikatif dengan pola pikir deduktif yaitu
penyimpulan data yang bertitik tolak dari teori hibah dan mud}a>rabah untuk
menganalisis praktik bagi hasil yang diterapkan oleh pengurus kelompok bligon
kepada pengelola sapi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, Pemerintah (al-wāhib)
memberikan dana awal hibah sapi kepada Kelompok Bligon yang diberi tanggung
jawab oleh pemerintah untuk membagikan hibah sapi tersebut kepada masyarakat
yang kurang mampu (al-mauhub lah) yang ada di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban. Kemudian sapi hibah tersebut akan dikelola dan
dikembang oleh masyarakat desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban, ketentuan pembagian keuntungan untuk hibah sapi tersebut tergantung dari
kelahiran anak sapi, anak sapi sapi yang lahir pertama akan menjadi milik pengelola
sepenuhnya dan anak sapi yang lahir berikutnya akan diterapkan sistem bagi hasil,
yaitu 60% untuk pengelola dan 40% untuk disetorkan kepada pengurus kelompok

bligon. Alasan diterapkan sistem bagi hasil yaitu untuk pengoperasionalan kembali
dari dana 40% tersebut yang akan dibelikan sapi kembali dan diberikan kepada
anggota kelompok Bligon , yang belum mendapatkan bagian untuk mengelola hibah
sapi tersebut dan agar bantuan hibah sapi yang merupakan progam dari pemerintah
meluas. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Hukum Islam yaitu Ketentuan
memperbolehkan menerapkan sistem bagi hasil hibah sapi sesuai dengan pendapat
Madzhab Maliki.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis berharap kepada pemerintah untuk
lebih intens dalam mengawasi program hibah sapi, agar dalam praktiknya tidak
terjadi penyimpangan ataupun penyalah gunaan. Saran lainya adalah selain program
hibah sapi , pemerintah juga perlu mengembangkan beragam program pengentasan
kemiskinan yang cocok dengan budaya dan kondisi geografis Kabupaten Tuban,
supaya kemakmuran dapat dirasakan merata oleh semua elemen masyarakat
Kabupaten Tuban.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................. iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...............................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR TRANSLITERASI....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah........................................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 8
D. Kajian Pustaka ..................................................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 12
F.

Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................................................ 12


G. Definisi Operasional .......................................................................................................... 13
H. Metode Penelitian .............................................................................................................. 13
I.

Sistematika Pembahasan ................................................................................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI HIBAH DAN MUDARABAH
A. Pengertian Hibah ............................................................................................................... 20
B. Syarat dan Rukun Hibah.................................................................................................... 24
C. Konsekuesi Hukum Akad Hibah ....................................................................................... 32
D. Macam-macam Hibah ........................................................................................................ 35
E. Pengertian Mudarabah ....................................................................................................... 36
F.

Dasar Hukum Mudarabah .................................................................................................. 39

G. Rukun dan Syarat Mudarabah ........................................................................................... 40

vii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN
PARENGAN KABUPATEN TUBAN

A. Letak Geografis dan Demografis....................................................................................... 39
B. Latar Belakang dan Dasar Hukum..................................................................................... 44
D. Praktik Bagi Hasil Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban......................................................................................................................................... 54
E. Realisasi Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kbaupaten Tuban ...... 64

BAB III ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG
KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN
A. Analisis Praktik Hibah Sapi ............................................................................................. 70
B. Analisis Bagi Hasil Hibah Sapi ......................................................................................... 73

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 77
B. Saran .................................................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran Allah yang bersifat universal yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia

dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, baik secara material maupun spiritual, selalu berhubungan dan
bertransaksi antara satu dan yang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain
inilah antara yang satu dengan yang lain sering terjadi interaksi.1 Interaksi akan
terus terjadi hingga orang tersebut memenuhi kebutuhanya, kebutuhan manusia
sangatlah beragam mulai dari kebutuhan dari kebutuhan pengakuan di

lingkungan sosial maupun dalam hal ubudiyah untuk mendekatkan diri kepada
Allah (taqarrub). Taqarrub merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri
kepada sang khaliq Taqarrub kepada Allah dilakukan dengan berbagai bentuk
salah

satunya dengan

melakukan

kegiatan

kemanusiaan

dalam rangka

mempersempit kesenjangan sosial serta menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan
kepedulian sosial.

Muāmalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan
duniawi,dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti jual beli, tukar

1

Ismail Nawawi , Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2012), 19.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menukar, pinjam meminjam, beri memberi, dan lain-lainya. Dalam kehidupan
sebagai manusia, kebutuhan yang diperlukan tidak cukup hanya keperluan rohani
saja. Manusia juga membutuhkan keperluan jasmani, seperti makan, minum,
pakaian,

tempat tinggal dan

sebagainya.


Untuk

memenuhi kebutuhan

jasmaninya, dia harus berhubungan dengan sesamanya dan alam sekitarnya,
inilah yang disebut sebagai muᾱmalah jadi muᾱmalah adalah hubungan manusia
dengan manusia untuk mendapatkan alat-alat yang dibutuhkan jasmaninya
dengan cara sebaik-baiknya, sesuai dengan ajaran dan tuntutan agama. Termasuk
dalam masalah ini antara lain tukar menukar, pinjam meminjam, beri memberi,
upah mengupah, bersyarikat dalam usaha dan modal, dan lain-lainya, diwajibkan
mengabdikan diri kepada Tuhan, manusia juga diwajibkan mencari keperluan
hidupnya.2 Muᾱmalah dalam arti sempit menurut Amir Syarifudin yaitu aturan
yang mengandung suatu hubungan antara manusia dalam pergaulan hidup di
dunia yang berkaitan dengan harta.3
Untuk menghindari kesewenang-wenangan dalam ber-muᾱmalah, agama
mengatur sebaik-baiknya masalah ini jadi jelaslah bahwa agama Islam itu bukan
saja mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia. Di antara perintah muᾱmalah dalam
Islam adalah anjuran kepada umatnya supaya hidup saling tolong menolong,
tolong menolong semua mahluk Allah terutama ke sesama muslim. Hal ini

2
3

Ibnu Mas’ud,Fiqih Madzhab Syafi’i , (Bandung: Pustaka Setia, 2007) 19.
Amir Syarifudin, Garis-garis besar fiqih, (Jakarta: kencana, 2003)176.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah oleh karena itu tolong menolong harus
dalam kebaikan seperti yang tercantum dalam surat Al- Maidah ayat 2 yang
berbunyi :

ِ ‫وتَ عاونُوا َعلَى الِْ ِب واتَ ْقوى وََتَ عاونُوا َعلَى اْ َِ ِْث والْع ْدو ِان والتَقُو ل اِ َن ل َش ِديْ ُد الْعِ َق‬
‫اب‬
ْ ََ َ َ َّ
ْ ََ َ
َ
َ ْ َ َُ َ

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (Q.S. al-Maidah 2).4
Pemerintah melaksanakan beberapa program dalam rangka meningkatkan
perekonomian dan mensejahterakan masyarakat miskin. Sebagaimana halnya
memfokuskan arah pembangunan nasional, merupakan upaya untuk mewujudkan
suatu keadilan bagi masyarakat. Perhatian khusus terhadap berbagai lapisan
masyarakat sangat diperlukan

supaya terjadi

pemerataan pembangunan.

Disinilah pemerintah harus bersikap adil, yakni dalam arti mengambil kebijakan
dan langkah-langkah pembangunan yang proposional.5
Sejalan dengan semangat reformasi dan otonom daerah, pemerintah
dituntut untuk melaksanakan reformasi birokrasi terutama dalam managemen
pembangunan, dari pelaksana menjadi fasilitator, oleh karena itu progam
embangunan di sub sektor peternakan harus dirancang dengan memberikan peran

4

Mujamma’ al-Malik Fahd, Al-Qur’an dan Terjemahnya dengan Bahasa Indonesia, (al-Madinah alMunawwarah: Mujamma’ al-Malik Fahd, 1418), 156-157.
5
Herman Abdullah, Geliat Pembangunan Kota Pekanbaru Menuju Kota Terkemuka di
Indonesia, (Jakarta: RM Book 2009) hal. 83.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

yang lebih besar kepada daerah dan meningkatkan partisipasti swasta dan
masyarakat.
Kemiskinan adalah keadaan yang dimana terjadi ketidaksanggupan untuk
mendapatkan barang-barang seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan pelayanan-pelayanan lain yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan sosial yang terbatas, kemiskinan sebagai kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.6 Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat, dibutuhkan sebuah bentuk kemitraan yang diartikan sebagai
kerjasama pihak yang mempunyai modal dengan

pihak yang mempunyai

keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan. 7
Program sapi hibah adalah suatu usaha pemerintah untuk penanggulangan
kemiskinan, progam hibah sapi ini merupakan progam turunan dari pemerintah
pusat Tujuan Diadakan program sapi hibah ini dalam rangka untuk menunjang
penyelenggaran urusan pemerintah daerah. Pemberian hibah ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintahdengan tetap
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk
masyarakat Tujuan Pemberian Hibah8 . pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

6

Scot, James C, Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsis-tensi di Asia Tenggara ,
(Jakarta:LP3ES,1981)hlm.3
7
Merza Gamal, Aktivitas Ekonomi Syariah (Pekanbaru: UNRI Press, 2004), Cet ke 1,
hal 101.
8
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39
Tahun 2012, Pasal 4 ayat (3).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

sekaligus dalam pengembangan wilayah, meningkatkan dan mensejahterakan
petani peternak, meningkatkan ketrampilan peternak dalam beternak serta untuk
mencukupi kebutuhan ternak potong .
Di desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban adalah satu
desa yang mendapatkan dana bantuan dari progam hibah sapi yang mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian utama sebagai petani, faktor ini lah yang
menjadikan

Desa

Mojomalang

Kecamatan

Parengan

Kabupaten

Tuban

berpotensi mengembangkan ternak sapi.
Pemerintah (al-wāhib) memberikan dana awal Shibah sapi kepada
Kelompok Bligon yang diberi tanggung jawab oleh pemerintah untuk
membagikan hibah sapi tersebut kepada masyarakat yang kurang mampu ( al-

mauhub lah) yang ada di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban. Kemudian sapi hibah tersebut akan dikelola dan dikembang oleh
masyarakat desa Mojomalang

Kecamatan Parengan

Kabaupaten Tuban,

ketentuan pembagian keuntungan untuk hibah sapi tersebut tergantung dari
kelahiran anak sapi, anak sapi sapi yang lahir pertama akan menjadi milik
pengelola sepenuhnya dan anak sapi yang lahir berikutnya akan diterapkan
sistem bagi hasil, yaitu 60% untuk pengelola dan

40% untuk

disetorkan

kepaada pengurus kelompok bligon yang diberi tanggung jawab oleh pemerintah.
Anak sapi yang lahir tersebut harus dijual sehingga bagi hasil keuntungan dapat
diterapkan. Alasan diteapkan system bagi hasil yaitu untuk pengoperasionalan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kembali dari dana 40% tersebut yang akan dibelikan sapi kembali dan diberikan
kepada anggota kelompok Bligon , yang belum mendapatkan bagian untuk
mengelola hibah sapi tersebut dan agar bantuan hibah sapi yang merupakan
progam dari pemerintah meluas.
Islam menganjurkan agar umat Islam suka memberi, karena dengan
memberi lebih baik dari pada menerima. Pemberian harus ikhlas, tidak ada
pamrih atau motif apa-apa, kecuali untuk mencari keridhaan Allah untuk
mempererat tali persaudaraan. Karenanya hibah tidak boleh ditarik kembali,
sebab dapat menimbulkan kekecewaan dan kebencian,9 Para ulama menganggap
permintaan barang yang sudah dihibahkan dianggap sebagai perbuatan yang
buruk sekali. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Mutafaq Alaih dari
Ibnu Abbas r.a bahwa Rasullullah Saw, bersabda :

‫العائد ى يبته كالكلب يقى ء ث يعود ى قيعه‬
Artinya : orang yang meminta kembali benda- benda yang telah diberikan sama
dengan anjing yang muntah kemudian memakan kembali
muntahnya.10
Namun dalam praktek hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban, hibah sapi berubah menjadi akad mudhārabah yang
menuntut adanya bagi hasil antara pengelola dan pemberi dana (ketua kelompok
Bligon yang ditugaskan pemerintah). Berdasarkan praktek yang ada, terlihat

9

Majfuk Zuhdi, Studi Islam (Jakarta;Raja Grafido Persada, 1993) 75.
Ibid., 213

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

begitu pentingnya pembahasannya permasalahan tersebut, sehingga menarik
untuk diteliti. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan suatu penelitian
dan pengamatan secara intensif terhadap prektek yang dijalankannya dengan
tema : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Hibah Sapi di Desa
Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban .”

B. Identifikasi Masalah
Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan tersebut di atas,
terdapat beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti
identifikasi, yaitu:
1. Praktek hibah sapi yang ada di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban.
2. Hak dan kewajiban antara al-wahib dan al-mauhub lah terhadap bagi hasil
hibah sapi di desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
3. Akad yang digunakan dalam praktek

hibah sapi yang ada di Desa

Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
4. Proses perhitungan bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban.
5. Syarat-syarat orang yang akan menjadi pengelola hibah sapi.
6. Tinjauan hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Hibah Sapi Di Desa
Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Adapun batasan masalah dalam judul ini, yaitu hanya membahas tentang
akad yang awalnya menggunakan hibah namun dalam prakteknya pembagian
keuntungan dengan sistem bagi hasil.
1. Praktek bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan

Tuban Tinjauan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil hibah sapi di Desa
Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan:
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Hibah Sapi Di Desa
Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah
yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek bagi hasil hibah sapi yang ada di Desa Mojomalang
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban ?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil hibah sapi yang
ada di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.11
1. Skripsi yang ditulis oleh Rais Adli tahun 2015 dengan judul “ Pelaksanaan
Progam Sapi Hibah Di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten
Siak Menurut Ekonomi Islam”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa
Pelaksanaan program sapi hibah di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun
Kabupaten Siak, Program sapi hibah dimulai pada tahun 2007 sampai dengan
tahun 2014 program sapi hibah telah di berikan kepada 63 orang dalam 5
kelompok tani sebanyak 104 ekor sapi, seluruh masyarakat dapat menerima
bantuan sapi hibah. Terdapat beberapa peternak yang belum menggulirkan
hasil ternak sapi dari bantuan program sapi hibah, keputusan Kepala Desa
Teluk Merbau bagi peternak yang belum mengembalikan hasil ternaknya
penerima bantuan tetap mengembalikan sapi agar dapat digulirkan lagi ke
masyarakat lainnya. Adapun tinjauan ekonomi Islam terhadap program sapi
hibah ini adalah Baik, karena didalamnya terdapat unsur tolong menolong
dalam kebaikan dan membantu mensejahterakan masyarakat.12

11

Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi , UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, 8.
Rais Adli, ”Pelaksanaan Program Sapi Hibah Di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten
Siak menurut Ekonomi Islam,” (Skripsi -- UIN Sultan Syarif Kasim,Tahun 2015).

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Skripsi yang ditulis oleh Siti Fatimah tahun 2011 dengan judul “Pelaksanaan
Sistem Bagi Hasil Peternak Sapi di Desa Sejangat ditinjau Menurut Konsep
Mudharabah”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa pada pelaksanaan
sistem bagi hasil di Desa Sejangat akad yang terjalin antara shahibul maal
dengan mudharib adalah akad lisan dengan keuntungan nisbah bagi hasil
dibagi dua atau 50:50. Dalam pembagian hasil ini menggunakan sistem bagi
hasil revenue sharing, di mana dalam pembagian keuntungan berdasarkan
pendapatan yang diperoleh oleh pengelola tanpa mengkalkulasikan terlebih
dahulu biaya yang dikeluarkan pengelola dalam pemeliharaan sapi, jika
pendapatannya besar maka bagi hasilnya juga besar, tapi jika pendapatannya
kecil maka bagi hasilnya juga kecil. Dalam pelaksanaan usaha sapi ini
terdapat faktor pendukung adanya usaha peternak sapi dengan sistem bagi
hasil yaitu usaha ternak sapi ini dilihat memiliki prospek yang bagus
dalam pertumbuhan perekonomian karena usaha ini memiliki dampak positif
dan

mendapatkan

keuntungan

yang

dapat digunakan

sebagai biaya

pendidikan anak, ditabung sebagai jaga-jaga jika ada keperluan yang
mendesak, serta sebagai tambahan modal. Adapun faktor penghambat dari
usaha ternak sapi ini adalah Pemilik sapi (shahibul mal) kurang dalam
memberikan saran serta masukan kepada pemelihara sapi tentang bagaimana
pemeliharaan yang baik supaya sapi tersebut layak jual. Selain itu juga
pemeliharaan sapi-sapi ini masih bersifat tradisional karena tidak pernah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dilakukan pemeriksaan dengan mendatangkan dokter hewan untuk melihat
sapi tersebut. Menurut tinjauan ekonomi Islam tentang pelaksanaan usaha
peternak sapi yang dilakukan di Desa Sejangat belum sepenuhnya
sesuai dengan prinsip syariah dalam pembagian hasil antara pemilik sapi
dengan pengelola sapi. Hal ini dapat terlihat dalam pembagian keuntungan
yang tidak sesuai dengan kontrak di awal. Seharusnya jika ada perubahan
akad dalam pembagian keuntungan maka hendaknya diberitahukan terlebih
dahulu kepada pengelola modal agar tidak terjadi kerugian salah satu pihak.
13

3. Skripsi yang ditulis oleh Mukhamat Khaairudin tahun 2009 dengan judul “
Praktek Bagi Hasil Nggado Sapi Di Desa Nrantung Kecamatan Bayan
Kabupaten Purworejo” dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa akad ngado
sapi yang dilakukan di Desa nggrantung berupa sapi bukan berupa uang, akan
tetapi modal yang berupa sapi ini, nilai dan satuan harganya sudah jelas
dapat diketahui taksiranya, jadi meskipun modal berupa sapi praktik ini tetap
sah dan sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam khususnya pendapat
para ulama’. Biaya operasional dalam praktik bagi hasil ngado sapi
masyarakat

desa

nggrantung

sepenuhnya ditangguh

oleh

pengelola,

ketentuan tersebut sudah berlaku dan ditetapkan berdasarkan adat, hal
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam karena dalam
13

Siti Fatimah, “Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Peternak Sapi di Desa Sejangat ditinjau Menurut
Konsep Mudharabah, “ (Skripsi -- UIN Sultan Syarif Kasim,Tahun 2011 ).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

pemeliharaanya yang relative cepat sudah menghasilkan keuntungan yang
cukup besar, pengelola tidak merasa keberatan, dilakukan dengan suka rela
tanpa adanya paksaan.14
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi diatas adalah peneliti akan lebih memfokuskan membahas tentang
akad yang awalnya menggunakan akad hibah dalam praktek pembagian
keuntunganya juga menggunakan akad bagi hasil yaitu dengan ketentuan
pembagian keuntungan untuk hibah sapi tersebut tergantung dari kelahiran
anak sapi, anak sapi yang lahir pertama akan menjadi milik pengelola
sepenuhnya dan anak sapi yang lahir berikutnya akan diterapkan sistem bagi
hasil, yaitu 60% untuk pengelola dan 40% untuk kelompok Bligon yang
diberi tanggung jawab oleh pemerintah. Anak sapi yang lahir tersebut harus
dijual sehingga bagi hasil keuntungan dapat diterapkan.
Dari praktek hibah sapi dengan sistem bagi hasil tersebut penulis
menganalisis dari hukum Islam dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Bagihasil Hibah Sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban”.

14

Mukhamat Khairudin, “Praktek Bagi Hasil Nggado Sapi Di Desa Nrantung Kecamatan Bayan
Kabupaten Purworejo”“ (Skripsi -- UIN Sunan Kalijaga, Tahun 2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan formulasi permasalahan

diatas, maka yang menjadi

tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui praktek bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
2. Untuk mengetahui Tinjauan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil hibah
sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya tujuan diatas diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
memberikan kegunaan antara lain:
1. Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau
menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan bagi hasil hibah
sapi , dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca untuk
dapat dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses hibah sapi yang
menggunakan

dengan

sistem

bagi

hasil

dan

sosialisasi

sekaligus

mempertajam analisis teori dan praktek terhadap masalah tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

G. Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dan
lahirnya multi-interpretasi terhadap judul ini, maka penulis merasa penting
untuk menjabarkan tentang maksud dari istilah-istilah yang berkenaan
dengan judul di atas, dengan kata-kata kunci sebagai berikut:
1. Hukum Islam: peraturan yang berkenaan hibah dan mudhᾱrabah yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat para Ulama’ untuk
memperoleh analisis terhadap hibah dengan sistem bagi hasil di Desa
Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
2. Bagi Hasil hibah sapi : pembagian keuntungan untuk hibah sapi tersebut
tergantung dari kelahiran anak sapi, anak sapi yang lahir pertama akan
menjadi milik pengelola sepenuhnya dan anak sapi yang lahir berikutnya
akan diterapkan sistem bagi hasil, yaitu 60% untuk pengelola dan 40% untuk
kelompok Bligon yang diberi tanggung jawab oleh pemerintah. Anak sapi
yang lahir tersebut harus dijual sehingga bagi hasil keuntungan dapat
diterapkan.

H. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris
yaitu lapangan, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

kualitatif,

karena

kualitatif memuat tentang

prosedur penelitian

yang

menghasilkan deskriptif berupa tulisan atau perkataan dari orang-orang atau
pelaku yang diamati.
1. Lokasi penelian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban salah satu desa yang mendapatkan dana
bantuan hibah sapi dari pemerintah daerah, penulis memilih tempat
penelitian ini karena adanya kedekatan georafis dari tempat tinggal
penilis.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitain ini adalah pengurus dan kelompok ternak
Bligon, objek penelitianya adalah progam hibah sapi dengan sistem
bagi hasil di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban.
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Dengan melihat persoalan di atas, maka data yang akan digali
meliputi:
a. Data yang berkaitan dengan praktek hibah sapi dengan sistem bagi hasil.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Data yang bersumber dari hukum Islam yang berkaitan dengan praktek
hibah sapi dengan sistem bagi hasil.
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah meliputi hal berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pertama di mana sebuah data
dihasilkan, yaitu sumber yang terkait secara langsung. 15 yang meliputi:
1) 1 Kelompok Bligon
2) 14 Anggota Kelompok Bligon
3) Data laporan pertanggung jawaban Hibah sapi
b. Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang
bersifat membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat
data. Memberikan penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku
daftar pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. 16 Sumber data
sekunder yang penulis gunakan dalam menganalisis skripsi ini adalah kitab

Fiqh al-Islam wa Adillatuh karya Wahbah Az-zuhaili.
15
16

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), 129.
Nasution, Metode Research (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 143.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian,
penulis meng gunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Observasi ( Pengamatan).
Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan
pengamatan

langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang

fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung. 17
b. Metode Interview (Wawancara).
Wawancara

atau

interviewdilakukan

untuk

mendapatkan

informasi secara langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
kepada responden yaitu 14 penerima hibah sapi dan 1 Kelompok Tani.
Pertanyaan-pertanyaan akan dibuat secara terstruktur agar lebih mudah
bagi peneliti dalam menyimpulkan hasil.
c. Dokumen
Teknik pengumpulan data yang yang diambil dari sejumlah besar
fakta

dan

data

yang

tersimpan

dokumentasi.18 Pengambilan

17
18

data

dalam bahan

penelitian

ini

yang

berbentuk

diperoleh

melalui

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach , (Yogyakarta : FT.UGM, cet. II, 1988), 136.
Margono, Metode Penelitian Pendidikan , (Jakarta: Renika Ilmu, cet I, 2004), 39.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dokumen-dokumen di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten
Tuban.

4. Teknik Pengelolaan Data
Maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian. 19
b. Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data
tersebut.20
c. Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan
dengan tema penelitian agar lebih fungsional.21

5. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian
menganalisisnya dengan menggunakan teknik deskriptif. Deskriptif yaitu
menggambarkan/menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya yang sesuai
dengan kenyataannya.22 Data tentang system bagi hsail hibah sapi di Desa

19

Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
Ibid., 97.
21
Ibid., 99.
22
Pius Partanto dan Dahlan Barry, Kamus lmiah Populer, (Surabaya:Arkola, 2001), 111.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban akan dipaparkan untuk
mengambil kesimpulan.
Pola pikir yang dipakai adalah induktif, yaitu berangkat dari data
yang sudah ada di lapangan yang digunakan untuk mengemukakan faktafakta atau kenyataan dari hasil penelitian di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban, kemudian ditinjau dari segi hukum Hibah dan

mudhrabah lalu dianalisa dengan hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan
Bab pertama adalah pendahuluan yang dalam hal ini berisi tentang
pokok-pokok pikiran atau landasan permasalahan yang melatar belakangi
penulisan skripsi ini,
terkumpul

dalam

sehingga memunculkan gambaran isi tulisan yang

konteks

penelitian,

identifikasi

masalah,

pembatasan

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian,

defenisi

operasional,

metode

penelitian

dan

sistematika

pembahasan.
Bab kedua memuat teori tentang hibah dan mudhᾱrabah

dalam

hukum Islam, yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum (hibah),rukun dan
syarat jaminan (hibah), deskripsi tentang bagi hasil (mudhᾱrabah) menurut
hukum Islam yang terdiri dari pengertian bagi hasil (mudhᾱrabah), dasar
hukum bagi hasil (mudhᾱrabah), rukun dan syarat bagi hasil (mudhᾱrabah).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bab ketiga berisi praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Bab ini di bagi beberapa sub bab.
Bab pertama berisi keadaan umum Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban, yang terdiri dari keadaan geografis dan demografis serta
kehidupan social ekonomi, pendidikan dan keagamaan. Sub bab kedua berisi
tentang praktik hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban. Sub bab ketiga berisi tentang latar belakang dan dasar
hukum hibah sapi di Desa Mojomalang

Kecamatan Parengan Kabupaten

Tuban. Sub bab keempaat berisi gambaran umum dan prosedur pengajuan
untuk memperoleh hibah sapi di Desa Mojomalang

Kecamatan Parengan

Kabupaten Tuban. Sub bab kelima berisi tentang dasar hukum hibah sapi di
Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.
Bab keempat terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama berisi analisis
tentang praktik bagi hasil hibah sapi di Desa Mojomalang Kecamatan
Parengan Kabupaten Tuban. Sub bab kedua berisi analisis bagi hasil hibah
sapi di Desa Mojomalang Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Dianalisis
menurut ketentuan hibah, ketentuan mudhᾱrabah dan menurut hukum Islam.
Bab kelima

adalah bab

yang merupakan bab

penutup yang

menyajikan kesimpulan-kesimpulan yang di lengkapi dengan saran-saran,
selain dari itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka
dan lampiran- lampiran yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

< ABAH
TEORI HUKUM ISLAM TENTANG HIBAH DAN MUD}AR

A. Tinjauan Hukum Islam Hibah
1. Definisi dan Hukum Hibah
Dalam Kamus al-Munawwir kata "hibah" ini bentuk mas}dar dari
kata (‫ ) هب‬yang mengandung makna pemberian.1 Demikian pula dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemberian secara suka rela dengan
mengalihkan hak atas suatu kepada orang lain.2 Secara etimologis, hibah
berasal dari kata hubbub ar-rih, artinya bertiupnya angin. Wahabtu lahu

syai’an artinya aku memberikan sesuatu kepadanya. Al-Ittihab artinya
menerima hibah.3
Menurut terminologi, kata hibah dirumuskan dalam beberapa makna
diantaranya :
1. Menurut

Kompilasi

Hukum

Islam

(KHI)

dalam

Pasal

171:g

mendefinisikan hibah sebagai berikut: Hibah adalah pemberian suatu

1

Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997, 1584
2
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustak a, 2002,398.
3
Abdullah bin Muhammad, Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab,Cet, ke-1,
Yogyakarta,Maktabah Al-Hanif, 2014,467.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain
yang masih hidup untuk dimiliki.4
2. Definisi yang lebih rinci dan komprehensif dikemukakan mazhab
Hambali yaitu:
Pemilikan harta dari orang ke orang lain yang mengakibatkan orang yang
diberi boleh melakukan tindakan hukum terhadap harta itu, baik harta itu
tertentu maupun tidak, bendanya ada dan boleh diserahkan yang
penyerahanya

dilakukan

ketika

pemberi

masih

hidup

tanpa

menghadapkan imbalan.
3. Menurut Sayyid Sabiq,5 hibah adalah akad yang dilakukan dengan
maksud hibah adalah akad yang dilakukan dengan maksud memindahkan
milik seseorang kepada orang lain ketika masih hidup dan tanpa imbalan.
4. Menurut Ulama Hanabilah hibah yaitu memberikan kepemilikan atas
barang yang dapat di tasharuf-kan berupa harta yang jelas atau tidak jelas
karena adanya uzur untuk mengetahuinya, berwujud, dapat diserahkan
tanpa adanya kewajiban, ketika masih hidup, taanpa adanya pengganti,

4

Abdurrahman.,Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Cet, ke-1, Jakarta: Akademika
persindo,1922,156.

5

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, tth, juz III315

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

yang dapat dikategorikan sebagi hibahmenurut adat denagn lafadh hibah
atau tamlik (menjadikan milik).6
5. Definisi yang lebih rici dan komperenshif dikemukakan Madzab hambali :

‫ا معلوم اوجهول ا تعذر علم موجودا متقدرا عل تسلمپ غپر مليك جائز التصرف م‬
‫واجب فی احپات باعوض‬
Artinya : pemilikan harta dari sesorang kepada orang lain yang
mengakibatkan orang yang diberi boleh melakukan tindakan
hukum terhadap harta itu, baik harta itu tertentu maupun
tidak bendanya da dan boleh diserahkan ketika pemberi
masih hidup, tanpa mengharapkan imbalan.7
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hibah
mengandung makna memberikan harta kepada seseorang secara langsung
tanpa mengharapkan imbalan apapun, kecuali untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dan perjanjian yang menyatakan perpindahan milik
seseorang kepada orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa mengharapkan
imbalan ssedikitpun.

Hibah merupakan

salah satu bentuk tolong menolong dan

perilaku yang sangat terpuji dalam kebaikan antara sesama manusia .8
Ayat-ayat Al-Qur’an maupun al-hadits banyak yang menganjurkan
penganutnya untuk berbuat baik dengan cara tolong menolong satu sama

Rahmad Syafe’I, Fiqih Muamalah, Bandung;CV Pustaka Setia, 2001, 242.
Abd al-Rahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Beirut: Dâr al-Fikr, 1972, juz III, 209.
8
Abdual Aziz Dahlan, et. al, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT IchtiarBaru Van Hoeve,
1997, jilid 2, 540
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

lain dan salah satu bentuk tolong menolong adalah memberikan harta
kepada orang lain yang sedang membutuhkanya, 9firman Allah :

‫َوتَ َع َاونُوا َعلَى الْبِر َوالتَ ْق َوى‬
Artinya : dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan
dan taqwa(Al-Maidah :2)10
Dalam surat al-Baqarah, 2: 177 firman Allah yang berbunyi :

ِ ‫ال َعلَى حب ِ َذ ِوي الْ ُقربى والْيتَامى والْم‬
‫سبِيل‬
َ ‫َوآتَى ال َْم‬
َ ‫ين َوابْ َن ال‬
ُ
َ ‫ساك‬
َ َ َ َ َ َ َْ
Artinya: dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak
anak yatim, orang-orang miskin, dan orang musafir (yang
memerlukan pertolongan.11
Dalam surat An-Nisa 4 : 4 Firman Allah yang berbunyi :

ِ
ِ ِ
‫سا فَ ُكلُو ُ َ ِيئًا َم ِريئًا‬
ً ‫فَإ ْن ط ْب َن لَ ُك ْم َع ْن َش ْيء م ْ ُ نَ ْف‬
Artinya : kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
mas kawin itu, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai
hadiah) yang sedap lagi baik akibatnya. 12

9

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,Jakarta:raja Grafido Persada,2010,212
Depag RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, 1986,
11
Ibid
12
Ibid
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Para ulama juga beralasan dengan sabda Rasullah yang berbunyi :

‫عن ابی رپر رضی اه تعل ع عن ال بی صلی اه علپ و سلم قال هاد واو حابوا (روا البخا ر فی‬
13
) ‫اادب امفرد وابو پعلی پأ س ادپ حسن‬
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda: Saling
berhadiahlah kamu sekalian, niscaya kamu akan saling mencintai.
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam "Al Adabul Mufrad, dan
diriwayatkan oleh Abu Ya'la dengan sanad yang bagus.

2. Syarat dan Rukun Hibah

Allah Ta’ala mensyari’atkan hibah karena hibah dapat menyatukan
hati dan mengokohkan ikatan cinta antara sesame manuisa, namun sebagai
tindakan hukum hibah mempunya syarat dan rukun yang harus dipenuhi jika
salah satu rukun dan syarat tersebut tidak terpenuhi maka hibah tidak sah
hukumnya.
Sebelum membahas tentang syarat dan rukun hibah maka terlebih
dahulu dikemukakan pengertian syarat dan rukun. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, rukun adalah "yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu
pekerjaan,"14 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam,15 rukun adalah suatu unsur
yang merupakan bagian tak dapat dipisahkan dari suatu perbuatan yang

13

Al-San'âny, Subul as-Salâm, Cairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi,1950, juz III, hlm.92.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2002,
hlm. 966.
15
Abdul Azis Dahlan, ed.. Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, Jakarta: Ichtiar Barn vanHoeve,
19961510
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut." Menurut Satria Effendi,
M. Zein, syarat adalah sesuatu yang menghendaki adanya sesuatu yang lain
atau sebagai tanda, melazimkan sesuatu.16
Perbedaan antara rukun dan syarat menurut pandangan ulama Ushul
Fiqih, bahwa rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan
hukum dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat adalah
"ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan."
Menurut ulama Hanfiyah, rukun hibah adalah ijab dan qabul sebab
keduanya termasuk akad seperti halnya jual beli. Dalam kitab Al-Mabsuth
mereka menambahkan dengan qadbhu (pemegangan/penerimaan) alasanya,
dalam hibah harus ada ketetapan dalam kepemilikan, sebagian ulama
Hanafiyah berpendapat bahwa qabul dari penerima hibah bukanlah rukun,
dengan demikian, dicukupkan dengan adanya ijab dari pemberi. Hal hibah
menurut bahasa adalah sekedar pemberian. Selain itu, qabul hanyalah
dampak dari adanya hibah yakni pemindahan hak milik.17Jumhur ulama
mengemukakan bahwa rukun hibah itu ada empat, yaitu (a) orang yang
menghibahkan, (b) harta yang dihibahkan, (c) lafaz hibah, dan (d) orang yang
menerima hibah.18dalam kitab al-Bada’idisebutkan bahwa rukun hiabh adalah

16

Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, 64

18

Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2004, 244

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

ijab dari orang yang emnghibahkan, sedangkan qabul dari yang diberi hibah
bukanlah termasuk rukun sebagai bentuk ishisan.19
Fuqaha menetapkan syarat-syarat yang membuat hibah menjadi sah.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan ijab dan qabul, ada yang
berhubungan dengan wahib (orang yang menghibahkan), dan ada yang
berhubungan dengan mauhub (harta yang dihibahkan).
a. Syarat-syarat yang berlaku pada Ijab dan Qabul
Ijab tidak digantungkan kepada sesuatu yang belum nyata terjadi,
seperti ucapan seseorang, ‚Aku hibahkan rumah ini kepadamu ketika
saudaramu telah datang dari bepergian,‛ atau ‚ Jika ada hujan turun, aku
hibahkan rumah ini kepadamu.‛ Ini adalah pendapat Ahnaf.syafi’yah, dan
Hanabilah.
Dalam

kitab

al-Muhadzdzab

disebutkan

:



Tidak

boleh

menggantungkan hibah kepada syarat yang datangnya belakangan karena
hibah merupakan transaksi yang menjadi batal akrena adanya jahalah (unsur
ketidaktahuan). Jadi, tidak boleh menggantungkanya dengan syarat seperti
jual beli.
Dalam kitab al-Mughni disebutkan : ‚ Tidak sah menggantungkan
hibah dengan syarat karena hibah adalah memberikan sesuatu kepada orang

19

Abdullah bin Muhammad, Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzha, 469.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

tertentu saat ia masih hidup. Karena itu, tidak boleh menggantungkanya
dengan syarat seperti jual beli.
Untuk syarat pemberi hibah adalah pemilik sah barang yang
dihibahkan dan pada waktu pemberian itu dilakukan berada dalam keadaan
sehat, baik jasmani maupun rohaninya, selain itu, pemberi hibah harus
memenuhi syarat sebagai orang yang telah dewasa serat cakap melakukan
tindakan hukumdan mempunyai harta atau barang yang dihibahkan. Pada
dasarnya pemberi hibah adalah setiap orang atau badan hukum yang cakap
melakukan perbuatan hukum.

20

menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

pasal 210 disyaratkan penghibah telah berusia 21 tahun, berakal sehat dan
diadasarkan atas kesukarelaan atas hartanya 1/3 dari hartanya.
Berikut akan dijelaskan syarat-syarat dari rukun tersebut:
a. Syarat-syarat yang berlaku pada pemberi Hibah (wa>hib)
a) Wahib (orang yang menghibahkan) berstatus merdeka. Jadi, tidak
sah hibah dari budak.
b) Wahib berakal sehat dan tidak dicekel untuk membelanjakan harta
karena kemunduran pikiran (safih) atau gila.
c) Wahib telah baligh sehingga tidak sah hibah yang dilakukan anak
kecil. Hibah adalah pemberian sukarela, pemberi hibah harus
memenuhi syarat sebagai orang yang telah dewasa serta cakap

20

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, 138

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

melakukan tindakan hukum dan mempunyai harta atau barang
yang dihibahkankan. Pada dasarnya pemberi hibah adalah setiap
orang atau badan hukum yang cakap melakukan perbuatan hukum.
21

sehingga tidak sah pemberian dari anak kecil dan orang gila,

karena keduanya tidak memiliki kewenagan untuk memberi secara
sukarela, mengingat hal itu adalah kerugian murni. Seorang ayah
juga, menurut kesepakatan para ulama, tidak mempunyai
kewenangan untuk menghibahkan harta anaknya yang masih kecil
tanpa menyaratkan gantinya dari orang yang diberi, karena
kekuasaan sang ayah terbatas pada hal-hal yang mendatangkan
manfaat, sedangkan hibah adalah pemberian suka rela yang
mengandung

kerugian

murni,

sehingga

dia

tidak

boleh

melakukanya dari harta anak kecil.
Jika seorang ayah mensyaratkan adanya ganti dari orang yang
diberi atas pemberian itu, maka menurut Abu Hanifah dan Yusuf hal itu
tidak boleh, karena hibah dengan syarat adanya ganti adalah pemberian
yang awalnya ( sebelum diambil oleh orang yang di beri) adalah secara
Cuma-Cuma, kemudian menjadi jual beli pada akhirnya (setelah diambil),
dan sang ayah tidak memiliki kewengan untuk menyumbangkan harta
anaknya. Muhammad berkata, ‚ Ayah boleh menghibahkan harta anaknya

21

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, 138

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

dengan mensyaratkan gantinya dari orang yang dibe

Dokumen yang terkait

PRAKTIK BAGI HASIL GADUH SAPI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus: Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul)

13 45 125

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL TANGKAPAN IKAN NELAYAN DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

0 3 17

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL TANGKAPAN IKAN NELAYAN DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

0 4 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

0 2 4

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 13 30

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 2 18

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PRA DAN PASCA PANEN PADI DI DUSUN ALASTUWO DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN.

1 2 179

Analisis hukum Islam terhadap praktik paron Sapi di Desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

0 10 76

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP BAGI HASIL SISTEM BOWON DI DESA KREMBANGAN KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO.

1 5 96

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN.

0 5 79