ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP PARON DALAM KERJASAMA PENGGEMUKAN SAPI DI DESA BATAH BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP PARON
DALAM KERJASAMA PENGGEMUKAN SAPI DI DESA BATAH
BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN
BANGKALAN.

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh
Fairuz Abadi A.
NIM. C02211019

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya

2015

i

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian lapangan tentang ‚Analisis Hukum
Islam Terhadap Konsep Paron Dalam Kerjasama Penggemukan Sapi Di Desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan‛. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme kerjasama Paron penggemukan sapi
dan untuk mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadap konsep bagi
hasil pembiayaan mud}a>rabah peternak sapi di Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka dipergunakan metode
penelitian yang terdiri dari pengumpulan data, sumber data, tehnik pengumpulan
data, tehnik pengolahan data, serta tehnik analisis data. Tipe penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif dengan pola fikir induktif, sumber data yang
digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode interview dan kemudian
dokumentasi. Sedangkan tehnik pengolahan data dengan menggunakan tehnik
organizing, editing, dan tehnik coding. Data yang dikumpulkan kemudian

dianalisis menggunakan pola piker Induktif.
Dalam prakteknya, Kerjasama paron penggemukan sapi tersebut
dilakukan oleh kedua pihak antara Taufiq dan Ahmadi, kerjasama tersebut
diawali dengan pemberian modal sebesar Rp. 25.000.000 oleh Taufiq kepada
Ahmadi, kemudian modal tersebut dibelikan 2 ekor sapi. Kemudian sapi tersebut
dirawat oleh Ahmadi selama 3 bulan, dan keuntungan tersebut disepakati akan
dibagi dua dengan prosentase 50%:50% di akhir akad, setelah sapi tersebut dijual
kemudian Taufiq diberikan uang sebesar Rp. 26.770.000 oleh Ahmadi dari
jumlah penjualan sapi sebesar Rp. 30.250.000.
Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa akad mud}a>rabah dalam
kerjasama penggemukan sapi tersebut terdapat ketidakjelasan dalam pembagian
keuntungan yang diperoleh oleh Taufiq, dan hal tersebut bertentangan dengan
syarat sah mud}a>rabah itu sendiri dan menyebabkan akad tersebut menjadi fasid.
Serta konsep paron kerjasama penggemukan sapi tersebut pada praktiknya telah
menyimpang dari kesepakatan awal dan menyebabkan bagi hasil menjadi tidak
sah, dikarenakan konsep bagi hasil tersebut telah melanggar dari syarat sah
keuntungan yang mana disebutkan bahwasanya pembagian keuntungan harus
sesuai dengan perjanjian, hal ini juga tercantum dalam al-Qur’an surat an-Nisa>’
ayat 12 dan juga dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang pembiayaan mud}a>rabah.


viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
PENGESAHAN.......... .......................................................................................... iv
MOTTO........... ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ...... ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..... .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .............................................................. 9
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10
D. Kajian Pustaka ........................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ........................................................................ 13
G. Definisi Operasional.................................................................................. 14
H. Metode Penelitian...................................................................................... 15
I. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 20
BAB II BAGI HASIL DALAM HUKUM ISLAM
A. Kerja sama bagi hasil ............................................................................... 21
B. Pengertian Mud}a>rabah............................................................................... 23
C. Landasan Hukum Mud}a>rabah ................................................................... 27
D. Hikmah Mud}a>rabah ................................................................................... 29
E. Rukun dan Syarat Mud}a>rabah .................................................................. 30
F. Jenis-jenis Mud}a>rabah............................................................................... 36
xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


G. Hal-hal Yang Membatalkan Mud}a>rabah ................................................... 37
BAB

III

DESKRIPSI

KONSEP

PARON

DALAM

KERJASAMA

PENGGEMUKAN SAPI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 39
B. Mekanisme Kerjasama Bagi Hasil Mud}a>rabah ......................................... 46
C. Permasalahan Pembagian Keuntungan Kerjasama Paron ........................ 52

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP BAGI HASIL
DALAM KERJASAMA PARON PENGGEMUKAN SAPI
A. Analisis Terhadap Mekanisme Konsep Paron ......................................... 57
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Konsep Bagi Hasil Kerjasama Paron
Penggemukan Sapi .................................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 62
B. Saran ....................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

3.1 Alur Kerjasama Paron ............................................................................. 57


xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut :
A. Konsonan
No.

Arab

Indonesia

Arab

Indonesia


1

‫ا‬



‫ط‬

t}

2

‫ب‬

B

‫ظ‬

z}


3

‫ت‬

T

‫ع‬



4

‫ث‬

Th

‫غ‬

Gh


5

‫ج‬

J

‫ف‬

F

6

‫ح‬

h{

‫ق‬

Q


7

‫خ‬

Kh

‫ك‬

K

8

‫د‬

D

‫ل‬

L

9

‫ذ‬

Dh

‫م‬

M

10

‫ر‬

R

‫ن‬

N

11

‫ز‬

Z

‫و‬

W

12

‫س‬

S

‫ه‬

H

13

‫ش‬

Sh

‫ء‬



14

‫ص‬

s{

‫ي‬

Y

15

‫ض‬

d{

Sumber: Kate L. Turabin. A Manual of Writers of Term Papers, Desertations
(Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab

Nama

Indonesia

‫ـــ‬

fath{ah

a

‫ـــ‬

kasrah

i

‫ـــ‬

d{ammah

u

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika
hamzah berh{arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh{arakat
sukun. Contoh iqtid{a>’ (

)

2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Ket.

fath{ah dan ya’

ay

a dan y

fath{ah dan

aw

a dan w

Huruf Arab

wawu
Contoh : bayna (

)

: mawd{u>‘ (

)

3. Vocal Panjang (mad)
Tanda dan

Nama

Indonesia

Keterangan

fath{ah dan alif

a>

a dan garis di atas

kasrah{ dan ya’

i>

i dan garis di atas

d{ammah dan wawu

u>

u dan garis di atas

Huruf Arab

Contoh

‫)ا‬

: al-jama>‘ah (
: takhyi>r (
: yadu>ru (

)
)

C. Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t{ah ada dua:
xv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Jika hidup (menjadi mud{a>f) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari> ‘at al-isla>m (

)

: shari> ‘ah isla>mi>yah (

)

D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat
yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan
penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama
diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.

xvi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai subyek hukum serta makhluk sosial tidak
mungkin hidup di dunia ini sendiri tanpa hubungan dengan manusia
lainnya, guna memenuhi hajat serta kelangsungan hidupnya termasuk
masalah ekonomi yang berbudaya. Kehidupan manusia merupakan satu
kesatuan yang menimbulkan hubungan timbal balik antara manusia itu
sendiri, yang pada gilirannya akan tercipta suatu tatanan masyarakat yang
kompleks, yang memerlukan aturan-aturan hukum yang mengaturnya.
Dalam kaitan ini, Islam datang dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip
yang mengatur secara baik persoalan muamalah yang dilalui oleh setiap
manusia dalam kehidupan sosial mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia yang
lainnya, yakni berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan saling
tukar menukar manfaat di semua aspek kehidupan baik melalui bisnis,
jual-beli, sewa-menyewa, bekerja di bidang pertanian, industri, jasa serta
bidang yang lainnya. Hal ini yang membuat manusia berinteraksi, bersatu,

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

berorganisasi dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari.1
Agama Islam sebagai agama yang ka>ffah memberikan aturanaturan yang jelas dan tegas, bahwa antara manusia yang satu dengan yang
lainnya diperintahkan untuk saling tolong-menolong atau bekerjasama
diantara sesamanya. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an surat alMa>idah ayat 2 yang berbunyi:
                
  
Artinya: ...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.2
Kenyataan tolong menolong dalam muamalah tidak dapat
ditinggalkan, karena bermuamalah dengan cara tolong menolong akan
mempermudah mendapatkan segala kebutuhan serta lebih mempererat tali
silaturrahim antara sesama. Muamalah dalam arti luas adalah aktivitas
untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah

ukhrawi>.3
Dalam

hal

bermuamalah

tersebut

manusia

juga

harus

memperhatikan hak-hak orang lain serta tidak boleh merugikan orang lain

Ismail Nawawi, Hukum Perjanjian Dalam Perspektif Islam (Surabaya, Penerbit Putra Media
Surabaya, 2010), 67-68.
2
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an Terjemah 20 Baris (Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2010)
3
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 15.
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dengan cara tidak melakukan tindak kekerasan ataupun penipuan, hal ini
juga bertujuan agar memperoleh ridha Allah. Hal ini juga dapat dipahami
dalam firman Allah surat al-Nisa>’ ayat 29 yang berbunyi:
           
             
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu‛.4
Adapun ruang lingkup muamalah banyak macamnya, salah
satunya ialah mud}ar> abah. Mud}ar> abah ialah akad kerjasama usaha antara
dua pihak di mana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (s}ah> i} bul

al-ma>l) yang menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain sebagai
pengelola usaha (mud}a>rib).5 Keuntungan yang didapatkan dari akad
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak
dan biasanya dalam bentuk prosentase (nisbah).
Para fuqaha berbeda pendapat mengenai pengertian mudharabah,
di antaranya menurut Sabiq, “mud}ar> abah adalah akad antara dua belah
pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan
perjanjian‛.6 Sedangkan menurut Al-Jaziri “kerjasama dalam permodalan
(mud}ar> abah) ataupun juga pinjaman ialah si A memberikan sejumlah uang
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an Terjemah..., 123.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis dan Sosial (Jakarta: Dwiputra Pustaka
Jaya, 2010), 260.
6
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 3 (Kairo: Maktabah Da>r al-Turos, 2005), 151.
4

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

kepada si B untuk modal usaha dan keuntungannya dibagikan antara
keduanya sesuai dengan disyaratkan keduanya, sedang jika ada kerugian
maka ditanggung oleh pemodal saja (si A), karena kerugian si B (pekerja)
sudah cukup dengan kelelahan yang dialaminya‛.7
Pada

hakikatnya

kewajiban

utama

s}ah> i} bul

al-ma>l

ialah

menyerahkan modal mud}ar> abah kepada mud}a>rib. Bila hal itu tidak
dilakukan, maka perjanjian mud}ar> abah menjadi tidak sah. Yang terkait
dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang cakap
bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil. S}ah> i} bul al-ma>l
berkewajiban menyediakan dana yang dipercayakan kepada mud}ar> ib
untuk membiayai suatu proyek atau suatu kegiatan usaha. Mud}ar> ib
berkewajiban menyediakan keahlian, waktu, pikiran, dan upaya untuk
mengelola proyek atau kegiatan usaha tersebut dan berusaha untuk
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.
Akan tetapi apabila usaha yang dijalankan tersebut mengalami
kegagalan ataupun kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pemilik modal (s}ah> i} bul al-ma>l) selama kerugian tersebut buka merupakan
kelalaian dari pengelola (mud}ar> ib), sedangkan mud}ar> ib menanggung
kerugian atas kerja keras ataupun jerih payah dan juga waktu yang telah
dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun jika kerugian tersebut
diakibatkan oleh kelalaian dari pengelola (mud}a>rib), maka mud}ar> ib harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
7

Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah…, 261.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Ada satu titik pemisah antara mud}a>rabah dengan jenis perkongsian
yang lain. Semua jenis perkongsian lain mungkin mengandung dua orang
atau lebih, sedangkan mud}ar> abah hanya terdiri dari dua orang saja, yaitu
pemilik modal dan seorang lagi agennya, sedangkan jenis perkongsian
lainnya mengandung arti di mana pihak-pihak yang berkongsi merupakan
agen antar sesamanya, dan masalah yang demikian tidak terdapat dalam

mud}a>rabah.8
Adapun dalam akad mud}a>rabah terdapat salah satu syarat yaitu
syarat keuntungan, yang mana di dalam syarat keuntungan tersebut
terdapat keharusan besarnya keuntungan yang harus diketahui oleh kedua
belah pihak, baik s}ah> i} bul al-ma>l maupun mud}ar> ib. Yang mana keuntungan
tersebut merupakan tujuan dari akad dan juga termasuk dari salah satu
rukun dari akad mud}a>rabah itu sendiri, maka di dalam pembagian
keuntungan tersebut harus jelas dan tanpa ada unsur penipuan ( ghara>r ).
Dalam menjalankan bisnis, seorang muslim harus berpegang teguh
pada nilai-nilai yang menjadi landasan normatif dalam bisnis yang
diajarkan oleh agama Islam, yaitu: Tauhid, keseimbangan (keadilan),
kehendak bebas dan pertanggung jawaban.9
Dalam praktek mud}a>rabah antara Khadijah dengan Nabi
Muhammad

SAW.

Saat

itu

Khadijah

mempercayakan

barang

dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad ke luar negeri. Dalam

Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam ( Jakarta: PT. Rineka Cipta: 1990),
63.
9
Husin Anis, Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami ( Bandung: Mizan, 1993), 50-51.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal (s}ah> i} bul al-ma>l),
sedangkan

Nabi

Muhammad

berperan

sebagai

pengelola

modal

(mud}a>rib), bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan
sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk
dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk
mendapat keuntungan.10
Setiap muslim dibenarkan dan diperbolehkan bekerja dan berusaha
dalam segala bidang dengan cara bekerjasama selama usaha tersebut tidak
menyimpang dari hukum shara‘ , seperti bertani, berdagang maupun
berternak.
Seperti yang terjadi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan, salah satu warganya bekerja di bidang peternakan,
yaitu ternak sapi. Dalam berternak sapi tersebut seseorang harus memiliki
keahlian di bidang peternakan beserta modal yang cukup. Apabila
seseorang hanya memiliki

keahlian saja tanpa memiliki modal yang

cukup maka usaha tersebut tidak akan berjalan. Begitupun sebaliknya,
apabila seseorang hanya memiliki modal saja tanpa memiliki keahlian
yang mumpuni maka usaha tersebut juga tidak akan bisa berjalan.
Adapun di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan terdapat dua orang yang mempunyai karakter seperti yang
telah dijelaskan di atas, mana pihak yang satunya hanya mampu dalam
keahlian dan pihak yang lain hanya mampu dalam bidang modal, dan dua
10

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), 203.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pihak tersebut sepakat untuk bekerja sama melakukan usaha ternak sapi
tersebut. Di dalam hukum Islam ini dinamakan dengan mud}ar> abah, yakni
akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak yang satu bertindak
sebagai pemberi modal (s}ah> i} bul al-ma>l ) dan pihak yang lain bertindak
sebagai

pengelola

(mud}ar> ib)

dengan

keuntungan

dibagi

sesuai

kesepakatan dalam bentuk prosentase ( nisbah ).
Sistem bagi hasil kerjasama peternakan sapi di Desa Batah Barat
Kecamatan Kwanyar yang dilakukan oleh kedua pihak tersebut dilakukan
sebagaimana kebiasaan masyarakat di desa tersebut pada umumnya,
namun ada yang berbeda dalam masalah konsep pembagian daripada bagi
hasil dari usaha peternakan sapi yang dilakukan oleh kedua pihak
tersebut. Dalam prakteknya usaha tersebut di mulai dengan s}ah> i} bul al-ma>l
memberi modal sebesar Rp. 25.000.000 kepada mud}ar> ib untuk dibelikan
sapi untuk diternak oleh mud}ar> ib dalam jangka waktu 3 bulan, kemudian
modal tersebut cukup untuk dibelikan 2 ekor sapi yang masing-masing
berusia 3 setengah bulan dan 3 bulan.
Dengan kesepakatan pendapatan atau keuntungan apabila sapi
tersebut dijual setelah 3 bulan akan dibagi rata dengan prosentse 50% :
50%. Kedua pihak juga menyepakati sebuah perjanjian yang di mana
apabila mud}ar> ib membutuhkan berbagai hal seperti biaya yang diperlukan
selama keperluan tersebut masih berkaitan dengan perawatan sapi
tersebut, seperti biaya dokter apabila sapi tersebut bermasalah dengan
kesehatannya dan lain-lain maka mud}a>rib dianjurkan untuk meminta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

langsung kepada s}a>hi} bul al-ma>l tanpa harus memotong modal pokok
maupun keuntungan yang nantinya akan diperoleh dari penjualan sapi
tersebut.
Namun setelah waktu 3 bulan dan sapi tersebut dijual, timbul
permasalahan dalam pembagian keuntungan dari hasil penjualan sapi
tersebut. Di mana pihak pengelola (mud}ar> ib) secara langsung memberi
uang sejumlah Rp. 26.770.000 kepada s}ah> i} bul al-ma>l dari hasil penjualan
sapi tersebut dengan mengklaim jumlah uang tersebut terdiri dari modal
pokok dan keuntungan sudah sesuai dengan bagi hasil yang telah
disepakati di awal akad tanpa menjelaskan nilai penjualan

serta

keuntungan yang telah diperoleh dari hasil kerjasama itu yang mana total
penjualan 2 ekor sapi tersebut berjumlah Rp. 30.250.000. Dari ihwal
pemberian uang tersebut maka timbul kecurigaan serta kekecewaan dari
pihak s}ah> i} bul al-ma>l.
Keadaan seperti ini kemudian memberikan motivasi kepada
penulis merasa terpanggil dan merasa tertarik untuk mengkaji
permasalahan yang terjadi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan tersebut. Kemudian fakta tersebut menjadikan
inspirasi bagi penulis untuk mengadakan penelitian mengenai kejelasan
dari hasil penjualan serta keuntungan yang diperoleh dan apakah
pembagian keuntungan tersebut sudah sesuai kesepakatan yang telah
disepakati pada awal akad atau belum memenuhi kesepakatan. Untuk itu
penulis membahasnya melalui skripsi dengan judul “Analisis Hukum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Islam Terhadap Konsep Paron Dalam Kerjasama Penggemukan Sapi di
Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, kiranya dapatlah mengidentifikasi
masalah-masalah yang akan muncul nantinya. Kemungkinan masalahmasalah yang akan muncul adalah sebagai berikut:
1. Pengertian bagi hasil
2. Praktik konsep paron dalam kerjasama penggemukan sapi di desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
3. Cara pembagian keuntungan dalam konsep paron dalam kerjasama
penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan
4. Cara penyerahan hasil kerjasama paron penggemukan sapi di Desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
5. Analisis hukum Islam terhadap konsep paron dalam kerjasama
penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai macam
permasalahan yang harus dipaparkan jawabannya, agar fokus pada
penelitian yang diteliti oleh penulis, maka penulis perlu memberikan
batasan dari masalah-masalah tersebut, yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

1. Mekanisme konsep paron dalam kerjasama penggemukan sapi di Desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
2. Analisis hukum Islam terhadap konsep paron dalam kerjasama
penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan.

C. Rumusan Masalah
Dari berbagai pertimbangan di atas, Adapun penjabaran rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme konsep paron dalam kerjasama penggemukan
sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap konsep paron dalam
kerjasama penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada intinya adalah mendapatkan gambaran topic
yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang mungkin pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga terlihat jelas bahwa kajian
yang sedang diteliti ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari
kajian atau penelitian tersebut.
Selama ini karya-karya ilmiah, banyak peneliti yang membahas
tentang bagi hasil, yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

1. Ridayati, dengan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Padi di Kecamatan Menganti
Kabupaten

Gresik,

Tahun

1996,

dalam

skripsi

ini

penulis

menyimpulkan bahwa praktek bagi hasil yang terjadi di Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik tidak bertentangan dengan prinsipprinsip pokok muamalah dan dapat dikategorikan sistem mud}ar> abah
di samping muza>ra’ah karena merupakan bentuk kerjasama dalam
bidang permodalan dan tenaga, sedangkan pembagian hasilnya dari
panen padi dibagi dua setelah diambil biaya pemeliharaan.11
2. Abdul Basith, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di Desa Pabean
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2013, skripsi ini
mengangkat permasalahan yang dibahas adalah mengenai bagaimana
sistem bagi hasil usaha warung kopi di Desa Pabean Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo dan juga bagaimana menurut Islamnya.
Dan penulis menyimpulkan bahwa sistem bagi hasil yang dijalankan
di warung kopi tersebut sudah sesuai dengan pengertian syirkah dan
tidak ada ada unsur ghara>r.12
3. Abd. Ghofur, dengan skripsi yang berjudul “Kerja Sama dalam Bisnis
(Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Di Rental Mobil

Ridayati, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Padi di Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik‛ (Skripsi—IAIN Sunan Ampel: Surabaya, 1996), 23.
12
Abdul Basith, “Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di
Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo‛ (Skripsi —IAIN Sunan Ampel: Surabaya,
2013), 20.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

“Dwi jaya‛ Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo), Tahun 2011,
skripsi ini mengangkat permasalahan yang dibahas adalah tentang
pelaksanaan pencatatan sistem bagi hasil yang dilakukan di rental
mobil serta perhitungan sistem bagi hasil (laba) usaha perbulan di
rental. Dan penulis menyimpulkan bahwa kerjasama yang dilakukan
oleh rental mobil Dwi Jaya dengan pemilik mobil pada dasarnya tidak
bertentangan dengan hukum-hukum yang ada dalam Islam karena
sudah sesuai dengan syari’at Islam.13
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di atas,
tentunya berbeda dengan apa yang akan penulis susun. Dalam penelitian
ini penulis akan membahas tentang konsep bagi hasil usaha peternakan
sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
yang tersusun dalam sebuah judul : “Analisis Hukum Islam Terhadap
Konsep Paron Dalam Kerjasama Penggemukan Sapi Di Desa Batah Barat
Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan‛.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitin skripsi ini
adalah sebagaimana berikut:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mekanisme konsep paron dalam
kerjasama penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Abd. Ghofur, “Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil di Rental Mobil Dwi Jaya
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo‛ (Skripsi —IAIN Sunan Ampel: Surabaya, 2011).

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis hukum islam
terhadap konsep paron dalam kerjasama penggemukan sapi di Desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Ada beberapa kegunaan dari penelitian ini, yaitu aspek teoritis dan
aspek praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pembaca
pada umumnya, dan khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi yang
berkecimpung dalam bidang muamalah yang berkaitan dengan
masalah mud}a>rabah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan tentang bagi hasil mud}a>rabah
dalam literatur kepustakaan di bidang studi ilmu hukum Islam
khususnya bagi Fakultas Syari’ah dan Hukum.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang akan
diteliti serta menghindari dari kesalahfahaman bagi para pembaca dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan definisi dari
judul tersebut, yakni dengan menguraikan sebagai berikut:
1.

Hukum Islam

: Seperangkat aturan berdasarkan wahyu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah
laku manusia baik dalam bidang ibadah
maupun bidang muamalah yang diakui dan
diyakini, berlaku dan mengikat untuk
semua umat yang beragama Islam.14 Di
mana di bidang muamalah ini mempunyai
kekhususan

bagi

hasil

pembiayaan

mud}a>rabah peternak sapi.
2. Paron

: Suatu istilah dalam bahasa Madura yang
berarti kerjasama yang mana apabila
ditarik ke dalam hukum islam dikenal
dengan istilah mud}a>rabah dan keuntungan
yang terdapat di dalamnya dibagi dua
secara merata.15

3. Penggemukan sapi

: Usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk berternak sapi dengan
tujuan

untuk

memperbesar

menggemukkan
sapi

untuk

atau

mengambil

keuntungan daripada itu.

14
15

Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004),12.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 12 (Bandung: al-Ma’arif, 1988), 146.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metode Penelitian
Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data yang dikumpulkan
a. Keadaan geografis, keagamaan, pendidikan, serta perekonomian
masyarakat di lokasi tempat penelitian yaitu masyarakat Desa
Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Adapun
pemilihan lokasi ini didasari karena di desa tersebut konsep paron
dalam kerjasama penggemukan sapi dilakukan.
b. Mekanisme pembagian hasil dari kerjasama paron penggemukan
sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan.
2. Sumber Data
Sumber data yang dijadikan pegangan dalam literatur ini agar bisa
mendapatkan data yang konkrit, meliputi data primer dan data
sekunder, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung dari sumber pertama yang ada di lapangan
melalui penelitian.16 Yaitu:
Responden

: Pelaku kerjasama paron tersebut, yaitu Mud}a>rib
(Ahmadi) dan s}ah> i} bul al-ma>l (Taufiq), beserta 4
orang yang mempunyai usaha yang sama.

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Ui Press, 2008), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Informan

: Warga yang mengetahui tentang kerjasama paron
tersebut, yaitu warga Desa Batah Barat Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah catatan tentang adanya suatu
peristiwa yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil, data ini
diperoleh

dari

sumber

tidak

langsung,

yaitu

buku-buku

kepustakaan dan catatan-catatan atau dokumen-dokumen tentang
apa saja yang berkait dengan pembahasan ini.17 Sumber data
sekunder tersebut adalah sebagai berikut:
1) Sayyid Sabiq, Fiqih sunnah, Jilid 3.
2) Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhu.
3) Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis, dan

Sosial.
4) Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah.
5) Ismail Nawawi, Hukum Perjanjian Dalam Perspektif Islam.
6) Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan

Keuangan.
7) Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam.

17

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang benar dan tepat di
tempat penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Tekhnik Wawancara
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dengan
terwawancara dalam bentuk tanya jawab.18 Wawancara ini
digunakan sebagai alat pengumpulan data. Adapun wawancara
yang dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah wawancara
kepada responden yakni pelaku pembiayaan mud}a>rabah tersebut,
baik Mud}a>rib maupun s}ah> i} bul al-ma>l yaitu Ahmadi dan Taufiq
beserta 4 orang yang melakukan kerjasama yang sama, salah
satunya Yono dan Wahyudi.
b. Dokumentasi
Dokumen

ialah

setiap

bahan

tertulis

atau

film,

pembahasan ini diarahkan pada pada dokumen dalam arti jika
peneliti menemukan record, tentu saja perlu dimanfaatkan.
Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen
resmi. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002), 132.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

data

dimanfaatkan

untuk

menguji,

menafsirkan,

bahkan

meramalkan.19
c. Telaah pustaka yaitu membaca dan menelaah bahan bacaan yang
berkaitan dengan judul penelitian.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data dari lapangan atau penulisan telah
terkumpul, maka peneliti menggunakan teknik pengolahan data
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengeditan (Editing) adalah pengecekan atau pengoreksian data
yang telah dikumpulkan20.
b. Pengolahan (Organizing) yaitu menyusun dan mensistematiskan
data yang diperoleh dalam karangan paparan yang telah
direncanakan sebelumnya untuk memperoleh bukti-bukti dan
gambaran secara jelas.21
c. Pengkodean (Coding)
Setelah proses editing atau reduksi data maka yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan coding atau klasifikasi
atau membuat coding berarti memberikan kode pada setiap satuan

19

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya,
2006), 216-217.
20
Masruhan, Metodologi Penelitian hukum, (Surabaya: Hilal, 2012), 253.
21
Arif Rohman, “Produksi Dan Jual Beli Kopi Cacing Di Kelurahan Tumenggungan Kabupaten
Lamongan Dalam Perspektif Imam Malik dan Ibnu hazm‛, (Skripsi—IAIN Sunan Ampel:
Surabaya, 2013), 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

agar dapat ditelusuri data atau satuannya berasal dari sumber
mana.22
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah salah satu tahapan yang dikerjakan
setelah memperoleh informasi melalui beberapa teknik pengumpulan
data, dan bertujuan untuk menyempitkan dan membatasi temuantemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur dan akurat. Seperti
yang dikemukakan oleh Lexi J. Moleong dalam buku penelitian
kualitatif mengatakan bahwa: “Analisis data merupakan upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya

menjadi

satuan

yang

dapat

dikelola,

mensistesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain‛.23
Adapun metode analisis yang digunakan dalam peneliti ini
adalah deskriptif dengan pola fikir induktif, yaitu dengan membuat
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat yang
menggambarkan jawaban terhadap apa yang tercantum dalam
rumusan masalah untuk dianalisis sesuai dengan data yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

22
23

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian..., 288.
Ibid., 248.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

I. Sistematika Pembahasan
Agar dalam penyusunan skripsi dapat terarah dan sistematis serta
mudah untuk dipahami, maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Bab pertama, yaitu Pendahuluan. pada bab ini berisi tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, pada bab ini memuat konsep tentang mud}ar> abah yakni
meliputi pengertian, landasan hukum, syarat-syarat mud}a>rabah, jenisjenis mud}a>rabah serta hal-hal yang membatalkan mud}a>rabah.
Bab ketiga, pada bab ini membahas tentang hasil penelitian
tentang gambaran umum Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan, dan berisikan deskripsi tentang bagi hasil
kerjasama paron penggemukan sapi.
Bab keempat, bab ini merupakan analisis terhadap judul penelitian
yaitu analisis hukum Islam terhadap mekanisme konsep paron dalam
kerjasama penggemukan sapi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar
Kabupaten Bangkalan.
Bab kelima, bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan
dan saran. Kesimpulan dari pembahasan penelitian yang berupa jawaban
dari rumusan masalah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
BAGI HASIL DALAM HUKUM ISLAM

A. Kerja Sama Bagi Hasil
Bagi hasil sebagaimana telah disebutkan adalah suatu istilah yang
sering digunakan oleh orang-orang dalam melakukan usaha bersama
untuk mencari keuntungan antara kedua belah pihak yang mengikatkan
dirinya dalam suatu perjanjian.
Menurut istilah bahasa, bagi hasil adalah transaksi pengelolahan
bumi dengan upah sebagian hasil yang keluar dari padanya. Yang
dimaksudkan di sini adalah pemberian hasil untuk orang yang mengolah
atau menanami tanah dari yang dihasilkannya seperti setengah, sepertiga
atau lebih dari itu atau pula lebih rendah sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak (petani dan pemilik tanah).124
Sedangkan dalam Undang-undang No.2 Tahun 1960 tentang bagi
hasil di indonesia yang terdapat dalam pasal 1 dikemukakan sebagai
berikut:
‚ Perjanjian bagi hasil adalah perjanjian dengan nama apapun juga
yang diadakan antara pemilik pada suatu pihak dan seseorang atau
badan hukum pada pihak lain yang dalam Undang-undang ini
disebut penggarap, berdasarkan bagian mana penggarap
diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan
usaha pertanian di atas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya
antara kedua belah pihak‛.

1

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 12 (Bandung: al-Ma’arif, 1998), 146.

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Penghormatan

terhadap

perjanjian

menurut

hukum

Islam

hukumnya wajib, melihat pengaruhnya yang positif dan perannya yang
besar dalam memelihara perdamaian dan melihat urgensinya dalam
mengatasi kemusyrikan, menyelesaikan perselisihan dan menciptakan
kerukunan.
Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan perjanjian,
baik dalam perjanjian usaha maupun perjanjian yang lainnya serta untuk
menjaga silaturahim dan kepercayaan antara kedua belah pihak maka
harus dilakukandengan perjanjian secara tertulis dan juga untuk menjaga
agar tidak ada kesalahpahaman antra kedua belah pihak. Sebagaimana
telah dijelaskan dalam QS. al-Baqarah ayat 282, yang berbunyi:
            
   

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar.2

Artinya:

Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu mud}ar> abah, syirkah,

muza>ra’ah, dan musa>qah.
Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah

musyarakah dan mud}ar> abah, sementara muza>ra’ah dan musa>qah

2

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an Terjemah, 87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dipergunakan khusus plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh
beberapa bank islam.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, dalam
skripsi ini akan dibahas mengenai mud}ar> abah.

B. Pengertian Mud}a>rabah Menurut Hukum Islam

Mud}a>rabah adalah bahasa penduduk Irak sedangkan dalam bahasa
penduduk Hijaz disebut qira>d}, diambil dari kata qa>rd} yaitu memotong,
karena pemilik modal memotong sebagian hartanya untuk ‘amil
(pengelola modal mud}a>rabah) agar mengelolanya dan memberikan
padanya sebagian dari keuntungannya.3
Kalimat mud}a>rabah berasal dari suku kata d}arbu, yang berarti
bepergian, sebab dalam berdagang pun pada umumnya terdapat
bepergian. Arti ini terdapat dalam firman Allah dalam surat An-Nisa>’
ayat 101:4
             
          
Artinya: Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka
tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu
takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir
itu adalah musuh yang nyata bagimu.5

3

Wahbah Zuhaily, Al-fiqhu al-Islami…, 476.

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi Dalam Islam (Jakarta:
AMZAH, 2010), 245.
5
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an Terjemah, 243.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Jadi secara etimologis mud}ar> abah mempunyai arti berjalan di atas
bumi yang biasa dinamakan bepergian. Sedangkan secara terminologis

mud}a>rabah adalah kontrak antara pemilik modal (rab al-mal) dan
pengguna dana (mud}a>rib) untuk digunakan untuk aktifitas yang produktif
dimana keuntungan dibagi dua antara pemodal dan pengelola modal.
Kerugian jika ada ditanggung oleh pemilik modal.6 Mud}ar> abah ialah akad
kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama bertindak
sebagai pemilik dana (s}ah> i} bul al-ma>l) yang menyediakan seluruh modal
sedangkan pihak lain sebagai pengelola usaha (mud}ar> ib).7 Keuntungan
yang didapatkan dari akad mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak dan biasanya dalam bentuk prosentase
(nisbah).

Mud}a>rabah menurut pandangan beberapa ulama ialah sebagai
berikut:8
1. Menurut para fuqaha, mud}a>rabah ialah akad antara dua pihak saling
menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak
lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari
keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan.
2. Menurut Hanafiyah, mud}a>rabah adalah memandang tujuan dua pihak
yang berakad yang berserikat dalam keuntungan (laba), karena harta

Mardani, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2013), 195.
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum…, 260.
8
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 136.
6
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa mengelola harta
itu. Maka mud}a>rabah ialah akad syirkah dalam laba, satu pemilik
harta dan pihak lain pemilik jasa.
3. Malikiyah berpendapat bahwa mud}a>rabah ialah akad perwakilan, di
mana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk
diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan (mas dan perak).
4. Imam Hanabilah berpendapat bahwa mud}a>rabah ialah ibarat pemilik
harta menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang
yang berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui.
5. Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa mud}a>rabah ialah : ‚akad yang
menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk
ditijarahkan‛.
6. Syaikh Syihab al-Din a-Qalyubi dan Umairah berpendapat bahwa

mud}a>rabah ialah ‚seseorang menyerahkan harta kepada yang lain
untuk ditijarahkan dan keuntungan bersama-sama‛.
7. Menurut Imam Taqiyuddin, mud}a>rabah ialah ‚akad keuangan untuk
dikelola dikerjakan dengan perdagangan‛.
8. Menurut Sayyid Sabiq, mud}a>rabah ialah akad antara dua belah pihak
untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan
perjanjian.9

9

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 3 (Kairo: Maktabah Da>r al-Turos, 2005), 151.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

9. Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, mud}a>rabah berarti ungkapan
terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai
modal usaha di mana keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara
mereka berdua, dan bila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.10
10. Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan bahwa mud}a>rabah adalah semacam
syarikat aqad, bermufakat dua orang padanya dengan ketentuan:
modal dari satu pihak, sedangkan usaha menghasilkan keuntungan
dari pihak yang lain, dan keuntungannya dibagi di antara mereka.11
Setelah diketahui beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para
ulama di atas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan

mud}a>rabah ialah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal
tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak
sesuai dengan jumlah kesepakatan.
Menurut pasal 20 ayat (4) Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah,

mud}a>rabah adalah kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola modal
untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.12

Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala> al-Madza>hib al-Arba’ah, Jilid III (Beirut: Da>r al-Fikr,
1986), 34.
11
Hasbi Ash Shiddiqie, Pengantar Fiqh Muamalat (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 90.
12
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung: Fokusmedia, 2010), 15.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

C. Landasan Hukum Mud}a>rabah
Kerjasama dalam permodalan (mud}a>rabah) disyariatkan dengan
firman Allah, sunnah, ijma>’, serta qiya>s, serta dengan logika.
1. Al-Quran dalam surat Al-Muzzammil ayat 20:
        
Artinya: dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; 13
Tanpa diragukan lagi bahwa orang yang mengadakan perikatan

mud}a>rabah pergi meninggalkan kampong halaman untuk berusaha
mencari penghidupan deng