PERILAKU KOMUNIKASI PENGGUNA KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX (DSLR) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

PERILAKU KOMUNIKASI PENGGUNA KAMERA DIGITAL SINGLE

LENS REFLEX (DSLR) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

ACHMAD JA’FAR NIM. B76212093

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Achmad Ja’far, B76212093, 2016. Perilaku Komunikasi Pengguna Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) di Kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Perilaku Komunikasi, Motif, Kamera DSLR

Pada penelitian ini, persoalan yang hendak dikaji adalah tentang perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan motif yang mendorongnya.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi yang berguna untuk mengungkapkan perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang memiliki dan menggunakan kamera DSLR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 1 motif utama yang menjadi pendorong mahasiswa Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya membeli dan menggunakan kamera DSLR, yaitu motif aktualisasi diri. Dalam perwujudannya, motif aktualisasi diri terbagi menjadi 2, yaitu motif ingin keren dan motif ingin profesional. Sedangkan perilaku komunikasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa pengguna kamera DSLR di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yaitu aktif di komunitas fotografi, aktif mengikuti lomba fotografi, mengunggah foto di media sosial, dan meniti karir.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengungkapkan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan. Melihat antusias mahasiswa dalam menggunakan kamera DSLR untuk belajar lebih jauh tentang dunia fotografi, peneliti berharap agar mahasiswa pengguna kamera DSLR di UIN Sunan Ampel Surabaya tetap fokus dengan apa yang dipelajari saat ini. Agar nantinya di masa depan, ilmu yang diperoleh bisa jauh lebih bermanfaat lagi.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Lembaran Pengesahan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Bagan ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 9

H. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ... 12

3. Jenis dan Sumber Data ... 12

4. Tahap-tahap Penelitian ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisa Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II: KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 20

1. Perilaku Komunikasi ... 20

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi ... 22

3. Kamera DSLR Sebagai Tren Anak Muda ... 37

B. Kajian Teori ... 39

Teori Atribusi ... 39

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian ... 43

1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 43


(8)

3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47 B. Deskripsi Data Penelitian ... 49 BAB IV: ANALISA DATA

A. Hasil Temuan Penelitian ... 66 B. Konfirmasi Hasil Temuan dengan Teori ... 63 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Rekomendasi ... 83 Daftar Pustaka

Biodata Penulis Lampiran


(9)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan kemajuan teknologi di segala bidang yang begitu pesat dan luar biasa di era modern ini, tentunya sangat berperan penting dalam memudahkan segala apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh setiap manusia. Dan pastinya akan selalu berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi yang ada.

Begitu juga dengan perkembangan teknologi digital. Dahulu, untuk foto atau pengambilan gambar, manusia menggunakan kamera analog/manual dan film seluloid. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi modern, kamera analog secara perlahan tergantikan dengan kamera digital. Sebelumnya, dengan kamera analog, hasil fotonya baru bisa dilihat setelah dicetak. Berbeda dengan sekarang, dengan kamera digital kita dapat melihat preview hasil

jepretan sebelum mencetaknya pada media kertas atau kanvas.1 Kemudahan dalam menggunakan kamera digital dalam pengambilan gambar, dan tidak dibutuhkannya film seluloid untuk merekam obyek yang akan difoto, menjadikan kamera digital banyak diminati untuk saat ini. Ditanamkannya sensor digital di dalam body kamera dan juga memory card untuk media

penyimpanan gambarnya, sangat membantu seorang fotografer untuk mengambil dan menyimpan gambar yang telah diambil.

1Bagas Dharmawan, Belajar Fotografi dengan Kamera DSLR, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,


(10)

2

Dengan adanya kemajuan teknonogi dalam bidang fotografi ini, menjadikan kamera manual atau Single Lens Reflex (SLR) mulai tergantikan

dengan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR). Efisiensi penggunaan

kamera Digital SLR dari segala aspek membuat kamera ini menjadi pilihan utama bagi fotografer-fotografer terdahulu maupun fotografer-fotografer baru untuk beralih menggunakan kamera DSLR. Kamera ini bisa dikatakan sebagai kamera tercanggih dan terpopuler saat ini. Kualitas foto yang sangat baik dengan resolusi tinggi dan juga variasi lensa yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan, menjadi beberapa alasan penggemar fotografi untuk menggunakan kamera Digital SLR.

Dalam perkembangan penggunanya, kamera DSLR saat ini tidak hanya populer di kalangan fotografer profesional saja, melainkan sudah mulai diminati oleh anak-anak muda Indonesia. Namun, motif pengguna kamera digital SLR yang kebanyakan anak muda untuk sekarang ini, bukan didasari karena ingin mendalami ilmu fotografi, melainkan hanya dijadikan sebagai tren dan sekedar

update gadget.

Bisa dikatakan, saat ini kamera DSLR dapat dilihat dari dua sisi kegunaan. Yang pertama sebagai alat fotografi, dan kedua sebagai bagian dari tren. Sebagai media fotografi, kamera DSLR digunakan oleh seorang fotografer dengan cara yang sesuai dengan aturan dasar fotografi guna mendapatkan foto yang bagus. Mulai dari cara memegang, penentuan angle, cara pengambilan

gambar, dan pengaturan kamera mulai dari komposisi ISO,

Aperture/Diafragma, dan Shutter Speed selalu disesuaikan dengan kondisi


(11)

3

pesan di dalamnya. Bahkan sebagai media informasi, fotografi bisa dikatakan sebagai media komunikasi yang efektif.

Sedangkan sebagai tren, kamera DSLR hanya digunakan sebagai simbol prestis. Suatu fenomena yang akan selalu mengalami perubahan dan

diikuti oleh sebagian anak muda jaman sekarang, yang nantinya akan perlahan hilang dengan sendirinya termakan tren-tren baru di tahun-tahun berikutnya. Fenomena tren kamera DSLR ini bisa dijumpai di berbagai pusat kota, tempat wisata, mall, restoran dan bahkan di sekolah. Di berbagai tempat tersebut, banyak terlihat anak-anak muda yang kemana-mana selalu mengenakan kalung kamera Digital SLR. Bergaya selayaknya fotografer professional, namun cara mengambil gambarnya tanpa didasari tehnik fotografi yang benar, dan hanya menggunakan mode otomatis, namun dalam pengambilan gambar dan

penentuan anglenya, bisa dikatakan suka lebih heboh gaya pemotretnya,

daripada pose model yang difoto. Tanpa memikirkan berapa takaran ISO,

shutter speed, dan diafragma kamera, yang paling penting adalah lampu

flash/blitz terbuka dan menyala dalam kondisi apapun.

Di lihat dari segi harganya, kamera Digital SLR untuk jenis kamera level pemula saja, harganya berkisar antara 3-5 jutaan. Belum ditambah lagi aksesoris-aksesoris pendukungnya yang juga semuanya tergolong barang mahal. Di mana kamera semahal itu, hanya digunakan untuk tuntutan gaya dan mengikuti tren. Bisa dibayangkan, kamera sekelas DSLR hanya digunakan untuk foto selfie, dimana hal itu bisa dilakukan dengan handphone berkamera.


(12)

4

Fenomena` tentang tren penggunaan kamera DSLR yang ditunjukkan anak-anak muda ini, juga sudah menjadi sorotan di dalam forum komunitas fotografer di salah satu website forum fotografi dan juga salah satu forum terbesar di Indonesia yaitu kaskus. Dalam bahasan mengenai tren kamera DSLR di kalangan anak muda ini, ada banyak pro dan kontra dalam diskusi para anggota forum. Sebagian anggota berpendapat sangat menyayangkan kamera DSLR hanya dimanfaatkan untuk memenuhi hasrat gaya dan tren saja. Namun sebagian anggota menyatakan bahwa ini adalah sesuatu yang biasa yang nantinya akan hilang termakan waktu dan tergolong sesuatu yang tidak perlu dibesar-besarkan. Melihat dari kacamata hak asasi manusia, mereka berpendapat bahwa setiap individu berhak memiliki benda apapun meskipun tidak dipergunakan sesuai fungsi dasarnya.

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti tertarik ingin mendalami fenomena ini lebih mendalam dengan melakukan penelitian di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Di mana Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya saat ini, karena terlihat di kampus UIN sunan ampel Surabaya sudah mulai menjamur yang memiliki kamera Digital SLR. Dengan didasarkan fenomena yang ditunjukkan sebagian anak-anak muda pengguna kamera Digital SLR yang pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan trend dan gaya hidup, paneliti ingin melakukan penelitian tentang perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan motif apa sajakah yang mendorong mahasiswa UIN Sunan ampel Surabaya memiliki dan menggunakan kamera DSLR.


(13)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengklasifikasikan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa sajakah motif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan kamera DSLR?

2. Bagaimana perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan kamera DSLR.

2. Untuk mengetahui perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi dan menambah kajian yang berkaitan dengan motif dan perilaku komunikasi mahasiswa pengguna kamera DSLR. Dan diharapkan bisa dijadikan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya.


(14)

6

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya pengguna kamera Digital SLR.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan penelitian terdahulu yang menurut peneliti relevan dengan penelitian ini. Yaitu penelitian yang berjudul “Perilaku Komunikasi Mahasiswa Dalam Situs jejaring sosial Twitter” di susun oleh Nurul Fadjri Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UNIKOM Kota Bandung pengguna media sosial Twitter.

Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara mendalam kepada lima orang partisipan, observasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya perilaku komunikasi melalui twitter pada mahasiswa yang mengakses situs tersebut dengan intensitas waktu yang tinggi antara kebutuhan dalammencari informasi, adanya fasilitas dan kemudahan internet, dan memiliki waktu luang yang banyak.

Perilaku komunikasi pengguna situs jejaring sosial twitter memiliki perilaku yang mencari informasi, yaitu melakukan following, membaca

timeline, melihat tranding topics di situs twitter. Perilaku mahasiswa yang mengakses situs jejaring sosial twitter memiliki perilaku yang berbeda dalam


(15)

7

mencari informasi. Informasi yang disampaikan tergantung individu masing-masing pengguna situs twitter.

F. Definisi Konsep Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian judul skripsi ini, maka peneliti tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini yaitu:

1. Perilaku Komunikasi

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.2

Perilaku juga dapat diartikan sebagai hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.3

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media untuk menimbulkan suatu perubahan tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku yang dapat dikatakan sebagai komunikasi adalah perilaku seseorang yang sengaja atau tidak disengaja yang dilihat dan dimaknai oleh orang lain. Dan dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan perilaku komunikasi adalah perilaku atau tindakan dari mahasiswa pengguna kamera DSLR yang melibatkan interaksi dengan orang lain dan di dalamnya terdapat motif komunikasi.

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia


(16)

8

2. Pengguna

Arti pengguna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menggunakan.4 Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud pengguna adalah pemilik dari kamera Digital SLR di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR)

Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap",

mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya.5 Dalam fotografi, kamera adalah alat untuk

melukis dengan cahaya.6

Digital Single Lens Reflex (DSLR) artinya kamera digital dengan

lensa tunggal.7 Kamera DSLR merupakan pengembangan dari kamera

analog DSL yang menggunakan single lens.8

Kamera DSLR dalam penelitian ini adalah alat atau media komunikasi visual, di mana saat ini menjadi tren di kalangan anak muda dan juga Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia

5 Kamera, http://id.wikipedia.org/wiki/kamera, diaskses 27 Agustus 2015.

6 Edison Paulus & Laely Indah Lestari, Buku Saku Fotografi, (Jakarta: Elex Media Komputindo,

Jakarta, 2011), hlm. 1.

7Husna Widyani, S. IP dan Jane Marsha, Kamera DSLR itu gampang, kok!(Jakarta: 2014), hlm. 6. 8Bagas Dharmawan, Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,


(17)

9

4. UIN Sunan Ampel Surabaya

UIN Sunan Ampel Surabaya adalah lokasi diadakan penelitian. UIN Sunan Ampel Surabaya beralamatkan Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya, Jawa Timur 60237.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir penelitian di atas, bisa dijelaskan bahwa kamera sudah mengalami banyak perkembangan. Munculnya kamera Digital SLR menjadikan banyak kalangan fotografer berpindah dari kamera analog. Kemudahan dan banyaknya fitur dari kamera DSLR, menjadikan kamera ini

Kamera Digital SLR

Teori Atribusi

Perilaku Komunikasi Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa

UIN Sunan Ampel Surabaya Motif Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya

Mahasiswa Pengguna Kamera DSLR


(18)

10

diminati banyak kalangan. Baik dari kalangan fotografer profesional maupun anak-anak muda yang hobi mengikuti perkembangan gadget terbaru untuk ajang tren dan gaya saja.

Di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, ada beberapa mahasiswa yang memiliki dan menggunakan kamera DSLR ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi. Teori Atribusi memberikan gambaran yang menarik mengenai tingkah laku manusia. Teori ini memberikan perhatian pada bagaimana seseorang sesungguhnya bertingkah laku. Teori atribusi menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab perilaku yang dilakukan diri sendiri atau orang lain.9 Menurut Heider, bila akan mengamati setiap bentuk perilaku seseorang, pertama–tama adalah menentukan dahulu apa yang menyebabkannya.

Dengan menggunakan teori Atribusi, peneliti ingin mendalami tentang motif apa yang melatarbelakangi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki dan menggunakan kamera DSLR. Dengan mengetahui motif dari penggunaan kamera, peneliti yakin akan diketahui juga perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu strategi yang umum dilakukan untuk mencoba mengumpulkan data serta menganalisinya. Selain itu, bahwa dengan mengaplikasikan metodologi penelitian yang sesuai akan memudahkan untuk melakukan atau menyikapi suatu problem yang diteliti.


(19)

11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Untuk mendiskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sudah tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang, maka digunakan pendekatan penelitian deskriptif.

b. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.10 Penelitian kualitatif,

juga bisa disebut sebagai penelitian naturalistik. Istilah naturalistik menunjukkan bahwa pelaksaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dan situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada desikripsi secara alami. 11

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, obesrvasi lapangan, gambar/foto, dan dokumen-dokumen.

10Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.

6.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta,


(20)

12

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pengguna kamera Digital SLR.

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah perilaku komunikasi pengguna kamera Digitial SLR di kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ahmad Yani 117, Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka. Dengan kata lain segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan menyusun informasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam penelitian ini memerlukan jenis data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk uraian atau kalimat, dapat berupa gambaran umum obyek penelitian, dan respon Mahasiswa.


(21)

13

b. Sumber Data

Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan oleh peneliti diantaranya:

a. Informan adalah orang yang berpengaruh dalam proses pengumpulan data bisa juga kita sebut sebagai informan atau orang yang memegang kunci utama sumber data dalam penelitian ini.

b. Tempat atau lokasi, yaitu dari memahami kondisi lokal penelitian, secara tidak langsung peneliti bisa secara cermat mencoba untuk mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan kesimpulan.

c. Dokumen atau arsip, merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu.

d. Catatan lapangan, yaitu catatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan peran serta peneliti yang berupasituasi, proses dan perilaku terutama yang berkaitan dengan perilaku komunikasi yang dilakukan peneliti, kemudian hasilnya dibuat suatu catatan.

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan pengambilan data yaitu dengan prosedur:

a. Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan, baik yang berkaitan dengan konsep peneliti maupun persiapan perlengkapan yang


(22)

14

dibutuhkan di lapangan. Diantaranya adalah menyusun rancangan penelitian dan memilih lapangan penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahap ini peneliti membuat usulan judul penelitian yang sebelumnya telah didiskusikan dengan dosen pembimbing dengan dosen pembimbing.

2. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai lapangan penelitian.

3. Menentukan subyek dan obyek penelitian

Dalam tahap ini peneliti memilih dan menentukan Mahasiswa pengguna kamera digital SLR sebagai subyek penelitian dan perilaku komunikasi sebagai obyek penelitian.

b. Menjajaki Dan Menilai Lapangan

Pada tahap ini peneliti meninjau langsung keadaan lapangan dengan mendatangi kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan tujuan untuk, melakukan interview dengan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya pengguna kamera DSLR untuk mengetahui motif penggunaan kamera DSLR di kalangan mahasiswa dan menggali informasi yang lebih mendalam yang berkaitan denga focus penelitian. c. Pekerjaan Lapangan

Tahapan ini peneliti lebih fokus pada pencarian dan pengumpulan data dilapangan, serta mengamati segala aktifitas yang ada di lokasi


(23)

15

penelitian.Kemudian setelah mengamati dengan kondisi yang ada dilapangan peneliti mencatat apapun informasi yang ada dilapangan. Tujuan catatanpenelitiialah mempermudah mengarsipkan informasi-informasi yang didapat dan menghindari lupa akan apa yang sudah diserap dilapangn maka perlu catatanpeneliti, kemudian peneliti dibantu dengan rekaman suara yang telah dilakukan atau me-recordingnya ketika dilapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data guna mempermudah dalam pengolahanya, maka perlu adanya sebuah teknik yang akan dipakai. Dalam penelitian ini akan memakai teknik di bawah ini:

a. Interview

Teknik interview juga biasa disebut dengan metode wawancara. Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuang penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.12 Wawancara ini

dilakukan dengan pengguna kamera Digital SLR khususnya Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Teknik interview ini peneliti gunakan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan respon Mahasiswa pengguna kamera DSLR mengenai fenomena ini.

12 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta : Prenada Media Group,


(24)

16

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantuk utamanya selain pancara indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.13

Teknik/metode observasi ini peneliti gunankan untuk mengumpulkan data secara langsung di lapangan yang berhubungan dengan perilaku pengguna kamera digital Sigle Lens Reflex (DSLR) di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik atau metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, prasasti, majalah, agenda, transkrip, koran, buku, surat kabar, notulen rapat, lengger, dan sebagainya.14

Teknik/metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian perilaku pengguna kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) di kalangan

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

13Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Jakarta : Kencana Prenada Media

GrouP, 2013), hlm. 142.

14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta,


(25)

17

6. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, sebab dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjawab suatu rumusan masalah yang telah diajukan oleh peneliti. Adapun teknik analisa data dari penelitian ini adalah menggunakan metode Induktif.

Metode Induktif adalah suatu penelitian yang berangkat dari faktor-faktor yang bersifat khusus, peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta yang khusus atau peristiwa konkret tersebut ditarik satu generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum.15

Karena jenis penelitian ini adalah kualitatif, maka penelitian ini mendasarkan pola paradikma induktif artinya bahwa langkah peneliti untuk mencari kebenaran berpijak dari data yang diperoleh di lapangan dari temuan-temuan ilmiah yang berupa data (baik primer maupun sekunder). Kemudian digeneralisasikan secara apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konseppenting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitasi) dan keandalan (realibilitas) menurut versi “positivism” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.16 Adapun teknik yang digunakan adalah ketekunan pengamat. Yaitu untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan

15Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM, Yogyakarta,

1986), hlm. 42.


(26)

18

yang diteliti, rinci dan terus-menerus selama proses pembelajaran berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif kepada subyek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka perlu peneliti sajikan sistematika dari pembahasan yang ada dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Kerangka Teori Penilitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini terdiri dari sub-sub bab tentang kajian pustaka dan kajian teori yang berhubungan dengan penelitian dan menguraikan teori-teori secara mendalam tentang perilaku komunikasi pengguna kamera Digital Sigle Lens

Reflex (DSLR) di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB III PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti ketika berada di lapangan. Adapun bagian-bagiannya berisi: deskripsi obyek, subyek dan lokasi penelitian dan deskripsi data penelitian.


(27)

19

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Paparan hasil penelitian yang mencakup secara lengkap penyajian dan analisis data.

BAB V PENUTUP


(28)

20

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

Pada bab ini menerangkan tentang pengertian serta konsep dari judul penelitian yang peneliti lakukan.

1. Perilaku Komunikasi

Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahw yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitasmanusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

17

Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkah laku, tanggapan seseorang terhadap lingkungan.18 Perilaku komunikasi adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.19 Sedangkan dari sudut biologis,

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu suatu respons organisme

17 S. Notoatmodjo, MetodologiPenelitianKesehatanEdisiRevisi, Jakarta: Rineka Cipta,

2005, hlm. 113-114

18 Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Victory Inti Cipta, hlm. 380

19 bocahbancar.files.wodpress.com/2009/01/pertemuan-i-perilaku.ppt diakses pada tanggal 20


(29)

21

atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Tindakan

(practice) merupakan suat sikap pada diri individu belum tentu terwujud

dalam suatu tindakan. Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor pendukung dan fasilitas.

Pada dasarnya perilaku komunikasi merupakan interaksi dua arah, dimana seseorang terlibat di dalamnya berusaha menciptakan dan menyampaikan informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan penerima harus mengformulasikan, menyampaikan serta menanggapi pesan tersebut secara jelas, lengkap dan benar. Dengan demikian perilaku komunikasi tidak lain dari bagaimana cara melakukai komunikasi dan sejauh mana hasil yang mungkin diperoleh dengan cara tersebut.

Perilaku komunikasi dikategorikan sebagai perilaku yang terjadi dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal, yaitu bagaimana pelaku (sumber dan penerima) mengelola dan mentransferkan suatu pesan. Di sini sumber seharusnya meng formulasikan dan menyampaikan pesan secara jelas, lengkap dan benar. Sementara pihak yang menerima (penerima) diharapkan menanggapi pesan seperti apa yang dimaksud oleh sumber.

Dalam perilaku komunikasi, dapat ditelusuri sampai cara seseorang memberikan makna pada sebuah kata.Sebuah kata dapat diartikan secara

berbeda karena kerangka budaya yang berbeda. “Betapa sering kita

menganggap hanya satu makna bagi kata atau isyarat tertentu. Padahal setiap pesan verbal atau non–verbal dapat ditafsirkan dengan berbagai cara. Bergantung pada konteks budaya di mana pesan tersebut berada”.20 Dalam


(30)

22

sebuah buku yang berjudul: ”perilaku manusia” Leonard F. Polhaupessy. Menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai mobil atau motor. Skiner, seorangahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Jadi perilaku komunikasi adalah respon atau reaksi seseorang yang berkecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu yang digunakan sebagai pemberian makna pada kata-kata dalam berkomunikasi. Secara khusus, mengacu pada kecenderungan orang untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan pikiran dengan cara pesan tidak langsung dand ampak perilaku.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi

Perilaku seseorang itu ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk memenuhi tujuan adalah tindakan akhir yang paling disuka dari suatu objek. Perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan dari dalam diri seseorang itu sendiri. Yang dipikirkan, dipercayai dan apa yang dirasakan. Dorongan-dorongan itulah yang disebut motivasi. Motivasi adalah faktor yang menyebabkan suatu aktifitas tertentu menjadi dominan, apabila dibandingkan aktifitas-aktifitas lainnya.21

Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Motif yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan

2004, hlm. 95.


(31)

23

suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.22

Ada beberapa definisi tentang motif:

Sherif & Sherif : motif sebagai suatu istilah generic yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs) yang berasal

dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.

Giddens: motif sebagai impuls atau dorongan yang memberi energy pada tindakan manusia sepenjang lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak harus dipersepsikan

secara sadar. Ia lebih merupakan suatu “keadaan perasaan”.

Harold Koontz dan kawan-kawan dalam buku Management, mengutip pendapat Berelson dan steiner, mengemukakan bahwa motif adalah suatu keadaan dari dalam yang member kekuatan, yang menggiatkan, yang menggerakkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan-tujuan.23

Dari berbagai macam pendapat dari para ahli di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Motif juga merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, atau bersikap tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua penggerak,

22 M. Nur Ghufron Dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),

Hal 83


(32)

24

alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan berlangsung secara otomatis dan mempunyai maksud-maksud tertentu walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.

Perilaku seseorang itu ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk memenuhi tujuan adalah tindakan akhir yang paling disuka dari suatu objek. Perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan dari dalam diri seseorang itu sendiri. Yang dipikirkan, dipercayai dan apa yang dirasakan. Dorongan-dorongan itulah yang disebut motivasi. Motivasi adalah faktor yang menyebabkan suatu aktifitas tertentu menjadi dominan, apabila dibandingkan aktifitas-aktifitas lainnya.24

Para ahli psikologi mengklasifikasikan motif yang ada dalam diri manusia ke dalam beberapa golongan, yaitu:25

a. Motif primer dan sekunder

Ciri pokok yang membedakan suatu motif tergolong dalam motif primer berdasarkan pada keadaan fisiologis manusia, sedangkan motif sekunder tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis manusia.

Motif primer juga tidak bergantung pada pengalaman seseorang, sedangkan motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman seseorang.

24 A. M. Moefad, Perilaku Individu dalam Masyarakat, Jombang: El-Deha Press, 2007, hlm. 17. 25 Alex Sobur, Psikologi Umum, Dalam Lintas Sejarah (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hal 294


(33)

25

b. Motif entrinsik dan motif ekstrinsik

Motif intrinsik merupakan motif yang berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar, karena dalam diri individu memang telah ada dorongan itu. Sedangkan motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada rangsang dari luar.

c. Motif tunggal dan motif bergabung

Berdasarkan banyaknya motif yang bekerja di belakang tingkah laku manusia, motif dapat dibagi menjadi motif tunggal dan motif bergabung.

d. Motif mendekat dan motif menjauh

Suatu motif disebut motif mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus. Sedangkan motif menjauh bila respon terhadap situmulus yang datang sifatnya menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang datang.

e. Motif sadar dan motif tak sadar

Klasifikasi motif ini didasarkan pada taraf kesadaran manusia terhadap motif yang sedang melatar belakangi tingkah laku. f. Motif biogenetic, sosiogenetis dan teogeneis.

Motif biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang yang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Sedangkan motif teogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari interaksi antara manusia dan Tuhan.


(34)

26

Secara garis besar ada dua faktor: faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Kita mulai dengan faktor yang pertama:26

a. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Warisan biologis manusia sangatlah menentukan perilakunya. Karena begitu besarnya pengaruh ini sampai memunculkan aliran baru yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi.

Selain itu diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia yang biasa disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis antara lain kebutuhan akan makanan-minuman, dan istirahat (visceral motives), kebutuhan seksual, dan kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya. b. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklasifikasinya ke dalam tiga komponen yaitu, komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif


(35)

27

adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Motif Sosiogenis, sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis), sebetulnya bukan

motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku social bahkan sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif sosiogenis disajikan dibawah ini.

W.I. Thomas dan Florian Znaniecki:

 Keinginan memperoleh pengalaman baru

 Keinginan untuk mendapat respons

 Keinginan akan pengakuan;

 Keinginan akan rasa aman. David McClelland:

 Kebutuhan berprestasi (need for achievement)

 Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)

 Keinginan berkuasa (need of power). Abraham Maslow:

 Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

 Kebutuhan akan keterikatan dan cinta(belongingness and love needs)

 Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)


(36)

28

Melvin H.Marx:

 Kebutuhan organismis: o motif ingin tahu (curiosity)

o motif kompetensi (competence)

o motif prestasi (achievement)

 Motif-motif sosial:

o motif kasih sayang (affiliation)

o motif kekuasaan (power)

o motif kebebasan (independence)

Klasifkasi di atas tidakmenunjukan perbedaan yang tegas. Kalau tidak terjadi perulanagn dengan istilah lain (seperti motif, prestasi dengan motif, pemenuhan diri), maka yang terjadi adalah penambahan. Secara singkat, motif sosiogenis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga

(predictability). Setiap orang berusaha memahami dan

memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan (frame of reference) utnuk mengevaluasi situasi baru

dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Orang tidak sabar dalam suasana ambigu, tidak menentu, atau sukar diramalkan. Karena kecenderungan untuk memberi arti pada apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh terbatas, orang akan mencari jawaban sendiri; orang akan menarik kesimpulan tanpa menunggu sampai informasi itu lengkap lebih dahulu. Bila terjadi tiba-tiba hujan


(37)

29

lebat, orang akan menafsirkan gejala yang aneh ini kemungkinan pada Pak Bakil kaya yang meninggal sore tadi.

2. Motif kompetensi: setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual, social dan emosional. Motif kompetensi hubungan eratnya dengan kebutuhan akan rasa aman. Kita ingin memperoleh jaminan rasa tua; kita ingin anak kita sekolah dengan baik sehingga merupakan investasi ekonomi. Bila orang sudah memenuhi kebutuhan biologinya, dan yakin bahwa masa depannya gemilang, Ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).

3. Motif cinta: sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian. Orang ingin diterima dikelompoknya sebagai anggota sukarela bukan yang sukar rela. Kehangatan persahabatan, ketulusan kasih saying, penerimaan orang lain yang hangat amat dibutuhkan manusia. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih saying yang tidak terpenuhi menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif, kesepian, frustasi, bunuh diri (Packard, 1974)

4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas: erat kaitannay dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasi sayang, ialah kebutuhan untuk


(38)

30

menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita bukan saja dianggap bilangan, tapi juga diperhitungkan. Karena itu, bersamaan akan kebutuhan harga diri, orang mencari identitas dirinya. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis (penyakit): impulsive, gelisah, mudah terpengaruh dan sebagainya.

5. Kebutuhan akan nilai, dambaan dan makna kehidupan. Dalam memahami gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nila-nilai untuk menuntunnya dalama mengambil keputusan atau memberikan makna dalam kehidupannya. Termasuk ke dalam motif ini ialah motif keagamaan. Bila manusi akehilangan nilai, tidak tahu apa tujuan hidup sebenarnya, ia tidak memiliki kepastian untuk bertindak. Dengan demikian, ia akan lekas putus asa dan kehilangan pegangan.

6. Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kita bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita, kita ingin memenuhi potensi kita.

Dengan ucapan Maslow sendiri. “what a man can be he must be”. Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan dalam berbagai bentuk: Mengembangkan dan menggunakan potensi kita dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif. Memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan jalan


(39)

31

darmawisata. Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain disekitar kita. Berusaha “memanusia”, menjadi pesona yang kita dambakan.

a. Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Selain beberapa faktor di atas, terdapat juga faktor situasional yang mampu mempengaruhi perilaku komunikasi manusia. Edward G. Sampson merangkum seluruh faktor situasional sebagai berikut:

1. Faktor Ekologis

Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak orang menghubungkan kemalasan bangsa Indonesia pada mata pencaharian bertani dan matahari yang selalu bersinar setiap hari. Sebagain pandangan mereka telah diuji dalam berbagai penelitian, seperti efek temperature pada tindakan kekerasan, perilaku interpersonal, dan suassna emosional. Yang belum diteliti, antara lain pengaruh temperatur ruangan pada efektivitas komunikasi.

2. Faktor Rancangan dan Arsitektural.

Dewasa ini telah tumbuh perhatian di kalangan para arsitek pada pengaruh lingkungan yang dibuat oleh manusia terhadap perilaku penghuninya. Satu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Osmond (1957) dan


(40)

32

Sommer (1969) membedakan antara design bangunan yang mendorong orang untuk berinteraksi (socio petal) dan rancangan bangunan yang menyebabkan orang menghindari interaksi (socio fugal). Pengaturan ruangan juga telah terbukti mempengaruhi pola pola perilaku yang terjadi ditempat itu. 3. Faktor Temporal

Telah banyak diteliti pengaruh waktu terhadap bioritma manusia. Misalnya, dari tengah malam sampai pukul 4 fungsi tubuh manusia berada pada tahap yang paling rendah tapi pendengaran sangat tajam; pada pukul 10, bila anda orang introvert, konsentrasi dan daya ingat anda mencapai puncaknya; pada pukul 3 sore orang orang ekstrovert mencapai puncak dalam kemampuan analis dan kreatifitas tanpa mengetahui bioritma sekalipun banyak kegiatan kita diatur berdasarkan waktu; makan, pergi ke sekolah, bekerja, beristirahat, berlibur, beribadat, dan sebagainya. Satu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja dimana mereka berada tetapi juga bilaman mereka berada.

4. Suasana Perilaku (Behaviour Settings)

Selama bertahun tahun, Roger Barker dan rekan rekannya meneliti efek lingkungan terhadap individu. Lingkungan dibaginya ke dalam beberapa satuan yang terpisah,


(41)

33

yang disebut suasana perilaku. Pesta, ruangan kelas, took, rumah ibadat, pemandian, bioskop, adalah contoh contoh suasana perilaku. Pada setiap suansan terdapat pola pola hubungan yang mengatur perilaku orang orang didalamnya. Di masjid orang tidak akan berteriak keras, seperti dalam pesta orang tidak akan melakukan upacara ibadat. Dalam suatu kampanye di lapangan terbuka, komunikator akan menyusun dan menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda dari pada ketika ia berbicara di hadapan kelompok kecil di ruang rapat partainya.

5. Teknologi

Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku social. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sabagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technosphere)

yang meliputi system produksi, dan system distribusi, membentuk serangkaian perilaku social yang sesuai dengannya

(sociosphere). Bersamaaan dengan itu tumbuhlah pola pola

penyebaran informasi (infosphere) yang mempengaruhi suasana

kejiwaan (psychosphere )setiap anggota masyarakat. Dalam

ilmu komunikasi, Marshall McLuhan (1964) memnunjukan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi. Misalnya, kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat tribal menjadi masyarakat yang logis dan


(42)

34

individualis; sedangkan kelahiran televisi membawa manusia kembali kepada kehidupan noe/tribal.

6. Faktor-faktor Sosial

System peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor faktor social yang menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh system perana dan norma-norma kelompok. Besar/kecilnya orgaisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan system pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola pola perilaku anggot aanggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak anak muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1971) dan teoti kritik (Habermas, 1979) memperlihatkan bagaimana system komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur social.

7. Lingkungan Psikososial

Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi kita lazim di sebut sebagai iklim (climate) dalam organisasi,


(43)

35

individual, keketatan pengawasan, kemungkinan kemajuan. Dan tingkat keakraban. Studi tentang organisasi nasional menunjukan bagaimana iklim organisasi mempengaruhi iklim komunikasi antara atasan dan bawahan, atau diantara orang orang yang menduduki posisi yang sama. Para antropolog telah memperluas istilah iklim ini ke dalam masyarakat secara keseluruhan. Pola pola kebudayaan yang dominan atau ethos, idiologi dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat mempengaruhi seluruh perilaku social. Ruth Benedict (1970), misalnya, membedakan antara masyarakat yang mempunyai sinergi tinggi dengan masyarakat yang ber-synergy rendah. Pada masyarakat yang pertama, orang belajar sejak kecil bahwa ganjaran yang diterimanya terpaut erat dengan ganjaran kolektif. Cita-cita perorangan dicapai melalui usaha bersama. Pada masyarakat seperti ini orang cenderung untuk mengurangi kepentingan dirinya, bersifat kompromistis. Perilaku social yang sebaliknya terjadi kepada masyarakat yang ber-sinergi rendah. Margareth Mead (1928), walaupun belakangan dikritik orang mewakili aliran determinisme budaya, yang menunjukan bagaimana nilai nilai yang diserap anak pada waktu kecil mempengaruhi perilakunya di malam hari.

8. Stimuli yang Mendorong dan Memperteguh Perilaku

Beberapa peneliti psikologi sosial seperti Fredericsen Price dan Bouffard (1972), meneliti kendala situasi yang


(44)

36

mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan tentangan kelayakan perilaku

(behavioral appropriateness), seperti situasi di taman, dan

situasi yang banyak memberikan kendala pada perilaku, seperti gereja. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus malu. Sabaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak harinya.

Faktor faktor situasional yang diuraikan diatas tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang disebut sebelumnya. Kita mengakui besarnya pengaruh situasi dalam menentukan prilaku manusia. Tetapi manusia memberikan reaksi yang berbeda beda terhadap situasi yang dihadapinya, sesuai denga karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku manusia memang merupakan hasil interaksi yang menarik antara keuniakan individual dengan keumuman situasional.

3. Kamera DSLR Sebagai Tren Anak Muda

Kamera DSLR sebagai tren dan gaya hidup masyarakat kota, sejumlah merek kamera DSLR aktif menggarap komunitas dan konsumen baru. Inilah fenomena gaya hidup baru yang muncul bersamaan dengan tumbuhnya media-media sosial, seperti facebook. Saat ini fotografi berkembang menjadi hobi baru banyak kalangan, orang tua, anak-anak muda, remaja, bahkan anak-anak sekolah dasar. Yang menarik, meskipun

wilayah edarnya “cuma” media sosial, kamera yang mereka miliki bukan


(45)

37

(DSLR). Difoto dan menfoto bisa menjadi bentuk refreshing bagi mereka yang memang ikut terbawa arus tren kamera ini. Apalagi, kamera DSLR sekarang user friendly, hanya membutuhkan sedikit teknik fotografi yang tidak terlalu rumit. Jadi, siapa pun pasti bisa kalau mau belajar memotret.

Lahirnya gaya hidup baru fotografi ini memunculkan konsumen baru kamera DSLR yang cukup signifikan. Menurut data Datascrip, total penjualan kamera DSLR di Indonesia pada 2011 naik 40% dibanding tahun sebelumnya. Penjualannya di tahun lalu itu mencapai lebih dari 160 ribu unit. Belum ada data berapa nilai nominalnya. Hanya saja, kalau total penjualannya yang sebanyak 160 ribu itu dikali dengan harga kamera Rp 5 juta, angkanya mencapai Rp 800 miliar. Kalau ditambah dengan harga kamera yang di atas Rp 5 jutaan, nilai pasar (market size) kamera DSLR ini lebih tinggi lagi. Apalagi, di 2012 ini diperkirakan penjualan DSLR akan mencapai 250 ribu unit atau tumbuh 50%.

Tentunya, nilai pasar yang sebesar itu menjadi ladang gurih yang diperebutkan banyak pemain. Masih menurut data Datascrip, pemain DSLR yang dominan adalah Canon yang menguasai pangsa pasar sekitar 70%, diikuti Nikon (30%), serta Sony dan Olympus (masing-masng di bawah 10%). Data ini sejalan dengan data GfK yang pada tahun lalu menyurvei penggunaan kamera DSLR dan mirrorless di tujuh kota besar di Indonesia. Apa yang diungkap dalam data Datascrip ataupun GfK memang sejalan dengan realitas di lapangan. Canon, Nikon adalah pemain utama DSLR. Disusul Sony dan Olympus. Kamera DSLR yang paling laku dari keempat merek tersebut adalah yang berharga Rp 5 jutaan.


(46)

38

Model kamera yang saat ini paling digemari adalah DSLR mid level. Yang dimaksud mid level adalah kamera seharga Rp 10 jutaan. Dalam khasanah kamera DSLR, ada kategori entry level yang harganya Rp 5 jutaan. Lalu, kamera mid level bagi mereka yang lebih serius dalam fotografi dengan harga Rp 10 jutaan. Serta top level untuk para profesional dan orang-orang yang hobi foto serius dengan harga Rp 20 juta ke atas, bahkan di atas Rp 50 juta.

Saat ini, DSLR Canon menjadi produk paling laris di pasaran. Ada tujuh model kamera DSLR Canon yang dipasarkan Datascrip untuk menyasar tiga segmen penggunanya. Untuk entry level, dipasarkan Canon EOS 1100, EOS 550D dan EOS 600D; mid level, EOS 60D, EOS 7D dan EOS 5D Mark II; dan top level, EOS 1 DX yang dibanderol Rp 60-70 juta. Seperti halnya produk telekomunikasi, ke depan, teknologi dan penjualan akan terus berkejaran. Adalah tugas para pemain untuk menyinkronkan antara kebutuhan, teknologi, harga dan gaya hidup agar permintaan terhadap kamera DSLR bukan karena sekadar tren, melainkan karena kamera tersebut memang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas gaya hidup masyarakat menengah-atas.

B. Kajian Teoiritis Teori Atribusi

Sebagai komunikator, terkadang bertanya kepada diri sendiri mengapa seseorang bertingkah laku tertentu, mengapa seseorang melakukan sesuatu hal atau mengapa orang lain melakukan tindakan tertentu. Manusia selalu cenderung ingin mengetahui sikap atau tingkah


(47)

39

lakunya sendiri atau tingkah laku orang lain. Teori atribusi memberikan gambaran yang menarik mengenai tingkah laku manusia. Teori ini memberikan perhatian pada bagaimana seseorang sesungguhnya bertingkah laku. Teori atribusi menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab tingkah laku yang dilakukan diri sendiri atau orang lain. Teori ini menjelaskan proses yang terjadi dalam diri seseorang sehingga memahami tingkah laku seseorang dan orang lain.

Teori atribusi diperkenalkan oleh Fritz Heider (1958) pertama kali. Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang

lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan–potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab– sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan cara–cara tertentu. Misalkan ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia yang ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat demikian.

Fritz Heider, pendiri teori atribusi, mengemukakan beberapa pendapat yang mendorong orang memiliki tingkah laku tertentu yaitu:

1. Penyebab situasional (orang dipengaruhi oleh lingkungannya); 2. Adanya pengaruh personal (ingin memengaruhi sesuatu secara

pribadi);

3. Memiliki kemampuan (mampu melakukan sesuatu); 4. Adanya usaha (mencoba melakukan sesuatu);


(48)

40

5. Memiliki keinginan (ingin melakukan sesuatu); 6. Adanya perasaan (perasaan menyukai sesuatu); 7. Rasa memiliki (ingin memiliki sesuatu);

8. Kewajiban (perasaan harus melakukan sesuatu); dan 9. Diperkenankan (diperbolehkan melakukan sesuatu).27

Kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Heider mengungkapkan dua jenis atribusi, yaitu:

1. Atribusi kausalitas (sebab–akibat), yaitu teori yang mempertanyakan apakah perilaku orang lain itu dipengaruhi oleh faktor internal (personal) ataukah faktor eksternal (situasional). 2. Atribusi kejujuran, yang mempertanyakan sejauh mana pernyataan

seseorang menyimpang dari pernyataan umum dan sejauh mana orang tersebut mendapatkan keuntungan dari pernyataan yang diajukan.

Fritz Heider adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila mengamati perilaku sosial, pertama–tama menentukan dahulu apa yang menyebabkannya, faktor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal (atribusi eksternal) dan kausalitas internal (atribusi internal). Heider membagi sumber atribusi ini menjadi dua, yaitu:


(49)

41

1. Atribusi internal atau atribusi disposisional, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari diri orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh sifat–sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku).

2. Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari situasi tempat/lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan.

Fritz Heider adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila mengamati perilaku sosial, pertama–tama menentukan dahulu apa yang menyebabkannya, faktor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal (atribusi eksternal) dan kausalitas internal (atribusi internal). Heider membagi sumber atribusi ini menjadi dua, yaitu:

1. Atribusi internal atau atribusi disposisional, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari diri orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh sifat–sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku).

2. Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari situasi tempat/lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan.

Bagaimana mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan faktor internal, dan bukan faktor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, hal itu dapat memahami motif personal stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, memfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan


(50)

42

satu atau sedikit penyebab. Kedua, memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.

Salah satu pendekatan yang menyediakan dasar untuk memahami hubungan antara persepsi dan perilaku adalah teori atribusi. Teori atribusi berkaitan dengan proses di mana individu menginterpretasikan bahwa peristiwa disekitar mereka disebabkan oleh bagian lingkungan mereka yang secara relatif stabil.28

28 John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen


(51)

43

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Objek, dan Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pengguna kamera DSLR. Peneliti memilih informan tersebut dengan kriteria yang sangat mengerti tentang penggunaan kamera DSLR. Berikut data dari para informan yang telah dipilih:

a. Nama : Adelia Masrifah

Smt./Jur./Fak. : 2/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 19 Tahun

Type Kamera : Canon 1100D

Adelina Masrifah atau yang bisa dipanggil Adel ini adalah salah satu mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan ilmu komunikasi semester 2. Memiliki kamera DSLR merk Canon 1100D sejak kelas 2 SMK karena tuntutan sekolah yang ada salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kamera tersebut dan saat ini juga sebagai penunjang beberapa mata kuliah di kampus.


(52)

44

b. Nama : Cindy Andita

Smt./Jur./Fak./ : 2/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 19 Tahun

Type Kamera : Canon 1100D

Informan kedua adalah Cindy Andita atau biasanya dipanggil Cindy. Cindy juga dari jurusan yang sama dengan Adelia Masrifah. Ilmu Komunikasi semester 2. Cindy memiliki kamera DSLR sejak dari SMA kelas 3. Cindy menggunakan kamera DSLR untuk keperluan foto keluarga, jalan-jalan, dan juga untuk memenuhi salah satu mata kuliah di kampus.

c. Nama : Lailatul Utiya Choirroh

Smt./Jur./Fak./ : 4/Hukum Pidana Islam/Syari’ah

Usia : 20 tahun

Type Kamera : Canon 1100D

Lailatul Utiya Choirroh atau biasa disapa Ela ini adalah mahasiswi jurusan Hukum Pidana Islam dari fakultas syariah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Ela sendiri memiliki kamera DSLR untuk kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, dan juga untuk penunjang pekerjaan di studio foto.


(53)

45

d. Nama : Azif Fatahillah Erlangga

Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 20 tahun

Type Kamera : Canon 700D

Azif Fatahillah Erlangga adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi yang saat ini sudah semester 4. Dengan tujuan ingin belajar lebih tentang fotografi, Azif berusaha menabung dan akhirnya bisa membeli kamera Canon 700D untuk menuangkan hobinya dalam dunia fotografi.

e. Nama : Alfian Nur Ahsani

Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 20 tahun

Type Kamera : Canon 600D

Alfian Nur Ahsani juga mahasiswa semester 4 jurusan ilmu komunikasi sama seperti Azif. Selain untuk penunjang belajar fotografi di kampus, alfian memiliki kamera Canon 600D juga karena tuntutan pekerjaan. Ada pekerjaan di luar kampus yang membutuhkan kamera DSLR sehingga ia memutuskan untuk membeli kamera DSLR.


(54)

46

f. Nama : Zulfikar Diaudinafis

Smt./Jur./Fak./ : 4/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 20 tahun

Type Kamera : Nikon D3100

Zulfikar Diaudinafis adalah teman seangkatan dan sekelas dari Alfian. Zulfikar sendiri sebelum mengenal kamera DSLR, Zulfikar sempat ikut komunitas fotografi di luar kampus. Karena ada rasa penasaran dengan dunia fotografi yang dalam benaknya adalah menarik, akhirnya zulfikar memutuskan untuk membeli kamera DSLR. Alasan pertama membeli kamera Nikon D3100 yang dimilikinya saat ini adalah yang pertama tentunya ingin mengembangkan hobi fotografinya. Selain itu juga, memiliki cita-cita mempunya komunitas tersendiri dengan teman-teman mahasiswa seangkatannya di Ilmu Komunikasi.

g. Nama : M. Eko

Smt./Jur./Fak./ : 6/Ilmu Komunikasi/Dakwah & Komunikasi

Usia : 21 tahun

Type Kamera : Canon 600D

Eko, sapaan akrab dari Mohammad Eko ini adalah mahasiswa semester 6 jurusan Ilmu Komunikasi. Memiliki kamera DSLR Canon 600D adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan ketertarikannya mendalami dunia fotografi. Selain itu juga, cita-cita memiliki studio mini setelah


(55)

47

menyelesaikan kuliahnya dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah salah satu faktor terkuat Eko membeli dan mempelajari semua tentang kamera DSLR.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Objek penelitian ini merupakan salah satu bagian dari komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pengguna kamera DSLR dengan orang lain, baik itu secara verbal maupun non-verbal. Setiap tindakan dan perbuatan apa yang dilakukan oleh pengguna kamera DSLR ini, merupakan bentuk dari perilaku komunikasi. Perilaku komunikasi adalah upaya dan tindakan seseorang dalam berkomunikasi, baik itu di sengaja atau tidak disengaja, verbal maupun non-verbal yang di dalamnya terdapat motif yang mendorongnya. Disebut perilaku komunikasi jika terdapat penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Jadi, bisa disimpulkan perilaku bisa dikatakan komunikasi, apabila terdapat orang lain yang menafsirkan pesan dari yang menciptakan tersebut.

3. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel disingkat UIN Sunan Ampel adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya yang menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidispliner serta sains dan teknologi. UIN Surabaya diberi nama Sunan Ampel, adalah nama salah seorang Walisongo, tokoh penyebar Islam di Indonesia. Keberadaan


(56)

48

kampus UIN Sunan Ampel di wilayah Surabaya, letaknya sangat strategis karena berada di tengah kota yang menghubungkan antara Surabaya dan kota-kota yang lainnya misalnya Sidorajo, Mojokerto, dan Pasuruan. Dengan kata lain merupakan pintu gerbang Kota Surabaya dari arah Selatan. Mengingat Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, kota Metropolis dengan beberapa keanekaragaman yang kaya dan saat ini juga telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Indonesia.

Untuk mencapai UIN Sunan Ampel, hanya butuh 20 menit dari Bandara Juanda, 15 menit dari Terminal Bungurasih dan 30 menit dari Stasiun Kereta Api Gubeng. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di sekitar UIN Sunan Ampel terdapat Mall dan pusat perbelanjaan yang besar dan lengkap seperti Royal Plaza, City Town Square Plaza, Carrefour, Giant Square, Marina Plaza, Darmo Trade Centre dan Toko Buku Toga Mas.

UIN Sunan Ampel juga dekat dengan Masjid Agung Surabaya yang merupakan Mesjid terbesar di Kota Surabaya. Disekitar kampus terdapat kurang lebih 30 Pondok Pesantren yang sangat nyaman sebagai tempat tinggal mahasiswa.

Di samping itu, tidak jauh dari pemukiman kelurahan Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya yang banyak menyediakan jasa penginapan (kost dan kontrakan) yang sangat bermanfaat bagi mahasiwa yang tempat tinggalnya jauh dari kampus.


(57)

49

Surabaya menempati area ± 8 hektar dan di kelilingi pagar tembok yang dibatasi oleh, sebelah barat berbatasan dengan Jl. A. Yani dan rel kereta api tepatnya di depan Polda Jatim. Sebelah utara berbatasan dengan Pabrik Kulit dan perumahan penduduk Jemur Wonosari, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk Jemur Wonosari, dan sebelah selatan berbatas dengan PT. Peruri.

B. Deskrispi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian berisi tentang data penelitian yang terutama terkait pada fokus penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dengan berpedoman pada pertanyaan penelitian/teknik wawancara dan observasi langsung oleh peneliti turun ke lapangan dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui data dan mendapatkan dokumentasi secara langsung sehingga akan memudahkan peneliti dalam menganalisis permasalahan yang diteliti yaitu mengenai motif dan perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Bertambahnya pengguna kamera DSLR dari tahun ke tahun, menarik minat peneliti untuk mengetahui motif dari penggunaan kamera DSLR itu sendiri. Fenomena tren kamera DSLR di kalangan anak muda, menjadikan penelitian ini lebih menarik mengingat kamera DSLR yang pada awalnya adalah sebuah alat yang hanya digunakan oleh seorang fotografer profesional untuk mengabadikan sebuah objek dengan berbagai tehnik fotografi. Namun untuk sekarang ini kamera DSLR dijadikan sebagian anak muda sebagai alat untuk menunjang gaya hidup mereka yang mengikuti tren dan hanya agar


(58)

50

dibilang gaul dan keren.

1. Motif Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Di Universitas Sunan Ampel Surabaya, peneliti menjumpai ada beberapa mahasiswa yang terlihat senantiasa membawa dan menggunakan kamera DSLR. Peneliti telah melakukan wawancara mendalam mengenai motif pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebelum masuk pertanyaan motif, peneliti mengajukan pertanyaan yang menyangkut dengan latar belakang penelitian ini tentang tren kamera DSLR. Dari beberapa informan yang ada, Lailatul Choiryah atau Ela ini membenarkan bahwa saat ini ada sedikit pergeseran tentang status orang yang memiliki kamera DSLR. Ia beranggapan bahwa terkesan setiap orang yang mempunyai kamera DSLR langsung dikategorikan orang yang hanya mengikuti tren saja. Padahal menurut Ela, tidak semuanya.

“Benar mas. Kamera DSLR sekarang beda dengan dulu. Sekarang kesannya semua yang punya kamera DSLR itu kayak ikutin tren-trenan aja. Padahal kan gak semua begitu”29

Ela melanjutkan juga bahwa, ketika ia membawa kamera DSLR ke kampus, tidak sedikit dari teman-temannya yang mengatakan bahwa memiliki kamera DSLR adalah sesuatu yang gaul dan penuh gaya. Namun Ela menyatakan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak benar. Dari raut muka dan cara ia menjawab memperlihatkan bahwa ia benar-benar tidak nyaman ketika ada orang yang mengatakan hal yang demikian. Seperti apa yang ia


(59)

51

ungkapkan berikut ini.

“Ada mas yang bilang pas bawa kamera gitu, digojloki. temen juga, dibilang gaya punya kamera. Kalau saya pribadi sih bukannya bangga mas dibilang gitu, tapi malah risih mas. Orang kan saya bawa ini karna memang mau belajar fotografi, buat kerja, mungkin bisa

sharing juga sama temen-temen yang udah banyak belajar fotografi.

Bukan untuk gaya-gayaan”30

Ada ketidaknyamanan yang Ela rasakan karena adanya istilah tren kamera DSLR yang saat ini hangat dibicarakan banyak orang. Hal serupa juga diungkapkan beberapa informan, salah satunya adalah Alfian. Alfian membenarkan bahwa kamera DSLR bagi sebagian penggunanya, sudah menjadi salah satu gadget yang dikonsumsi hanya untuk kepentingan tren saja. Menurut Alfian, membeli kamera DSLR yang hanya digunakan sebagai simbol prestis adalah sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

“Ya begitu mas. Kalau dulu kan kamera SLR itu kan untuk mereka yang mempunyai hobi fotografi mas. Profesional lah. Beneran belajar. Tapi sekarang, di mana-mana pada pakai kamera DSLR. Iya kalau untuk belajar bener-bener gitu mas. Kalau untuk gaya-gayaan

aja kan percuma”31

Dari pembenaran yang dituturkan di atas, dalam kondisi lain Alfian juga tidak memungkiri bahwa orang yang memiliki kamera DSLR adalah orang yang keren. Alfian mempunyai persepsi tersebut sebelum ia membeli kamera DSLR. Berikut pernyataan Alfian.

“Belum pernah mas (ada yang bilang keren). Tapi kalau saya dulu sih, anggep yang pegang kamera itu wih keren. Tapi kalau skr udah punya ya wis biasa. Udah gak ada pikiran itu”32

Dari penuturan 2 informan Ela dan Alfian di atas, peneliti

30 Hasil Wawancara Informan Lailatul Choiryah, 16 April 2016 31 Hasil Wawancara Informan Alfian, 16 April 2016


(60)

52

menyimpulkan bahwa persepsi setiap orang saat ini tentang pemilik dan pengguna kamera DSLR yang dianggap mengikuti tren saja, seakan sudah menjadi mindset yang susah untuk diubah. Meskipun pada kenyataannya

tidak semua yang membeli dan menggunakan kamera DSLR hanya untuk

gaya-gayaan saja.

Berbeda dengan Ela dan Alfian, Eko mahasiswa semester 6 jurusan Ilmu Komunikasi beranggapan bahwa setiap pemilik dan pengguna kamera DSLR baik itu yang hanya untuk tren-trenan saja maupun yang memang belajar fotografi, semuanya sama. Eko menuturkan bahwa setiap orang yang mempunyai kamera DSLR itu pasti ingin terlihat keren. Tidak bisa dipungkiri, bedanya bagi pengguna kamera DSLR yang belajar fotografi, akan terlihat keren jika hasil karya fotografinya keren.

“Kalau tren-trenan sih mungkin ada beberapa. Tapi kalau merasa diri jadi lebih keren keitka punya kamera DSLR, saya rasa semua fotografer merasakan hal itu mas. Apalagi kalau hasil fotonya

bagus”33

Eko tidak begitu mempermasalahkan tentang tren kamera DSLR yang ada. Karena ia berkeyakinan bahwa setiap orang yang mempunyai kamera DSLR pasti menganggap dirinya keren. Karena menurutnya pengakuan dari orang lain sangatlah penting bagi seorang fotografer. Peneliti menyimpulkan bahwa fenomena tren kamera DSLR setelah peneliti konfirmasi secara langsung ke beberapa informan dalam penelitian ini, memang sudah menjadi persepsi publik bahwa orang yang memiliki kamera


(61)

53

DSLR adalah orang yang keren.

Dalam wawancara selanjutnya mengenai motif dalam penelitian ini, para informan mengungkap alasan-alasan dan tujuan-tujuan mengapa mereka menggunakan kamera DSLR. Lailatul Choirya atau Ela menyatakan motif ia membeli dan menggunakan kamera DSLR adalah karena pada dasarnya Ela memiliki hobi fotografi. Dari hobi itu, karena adanya teman yang mengajak untuk gabung di salah satu komunitas fotografi, ketertarikan Ela untuk terus belajar tentang kamera dan fotografi semakin meningkat.

“Pertama kan Hobi. Hobinya moto. Terus kedua itu diajak teman gabung di komunitas fotografi, yang di bungkul itu. Ya belajar-belajar dari situ jadinya anu, suka sama DSLR itu”34

Hal senada juga diungkapkan oleh Zulfikar. Zulfikar mengenal kamera DSLR pada awalnya adalah karena ia sering ikut temannya yang aktif di salah satu komunitas fotografi di Kota Bojonegoro. Setelah mengikuti beberapa kali pertemuan di komunitas tersebut, Zulfikar mulai tertarik dengan dunia fotografi karena ada kenyamanan dan keseruan tersendiri ketika berada di lingkungan orang-orang yang hobi dengan fotografi. Berawal dari ikut-ikut, tertarik dengan lingkungan komunitas fotografi, akhirnya ia memutuskan untuk membeli kamera DSLR. Tidak berhenti di situ, karena ada keinginan untuk belajar lebih lagi tentang dunia kamera, ia disarankan oleh temannya untuk mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Zulfikar memiliki motif ingin menguasai kamera DSLR seperti halnya teman-temannya di komunitas


(62)

54

fotografi Bojonegoro.

“Dulu pertama itu sering diajak temen yang ikut komunitas di Bojonegoro. Terus saya cuma ikut-ikut aja tapi belum punya kamera. Setelah saya merasakan, enak komunitasnya gitu loh. Terus waktu mau kuliah, ambil jurusan komunikasi. Disaranin sama temen juga. Baru masuk semester 2 atau 3-an baru beli kamera. Biar bisa belajar

lebih gitu sih”35

Senada dengan Zulfikar, informan lainnya juga menyatakan halnya sama, yaitu Eko. Eko bercerita bahwa pada awalnya ia membeli kamera DSLR karena ada motif ingin menjadi seperti temannya. Ia menganggap memiliki kamera DSLR dan dunia fotografi adalah sesuatu yang menarik dan keren. Ada juga keinginan untuk bisa masuk ke dalam dunia fotografi lebih jauh lagi.

“Kalau tujuan sih. Saya dulu kan belum kenal sama sekali yang

namanya DSLR kan ya. Terus semenjak dikenalkan sama temen yang dulu pernah jadi fotografer, jadi ya gitu. Kok dunia fotografi

itu kok tertarik gitu, kok keren gitu. Jadi pengen lebih tau lagi”36

Dari penuturan Ela, Zulfikar, dan Eko di atas, terlihat peran lingkungan dalam hal ini begitu berpengaruh. Ajakan dari teman-teman mereka juga berperan dalam keputusan mereka membeli dan menggunakan kamera DSLR. Selain itu, kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tugas di kampus juga menjadi alasan beberapa informan dalam penelitian ini. Adelia Masrifa misalnya, Adelia adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi semester 2 Fakultas Dakwah & Komunikasi. Adelia menceritakan, ia memiliki kamera DSLR sejak ia masih duduk di bangku SMK kelas 2. Mengenai motif Adelia membeli dan menggunakan kamera DSLR, ia

35 Hasil Wawancara Informan Zulfikar, 16 April 2016 36 Hasil Wawancara Informan Eko, 16 April 2016


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta)

Azwar, Saifuddin, 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Bungin, Burhan, 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Jakarta: Prenada Media Group)

Dharmawan, Bagas, 2014. Belajar Fotografi dengan Kamera DSLR (Yogyakarta: Pustaka Baru Press)

Ghufron, M. Nur Dan Rini Risnawita S, 2012. Teori-Teori Psikologi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media)

Hadi, Sutrisno, 1986. Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM)

Marhiyanto, Bambang. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Victory Inti Cipta) Moefad, A. M., 2007. Perilaku Individu dalam Masyarakat (Jombang: El-Deha

Press)

Moleong, Lexy J., 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya)

Morissan, 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana) Narwoko, J. Dwi dan Bagong Susanto, 2007. Sosiologi (Jakarta: Kencana) Nurhadi, Zikri Fachrul, 2015. Teori-Teori Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia) Paulus, Edisan dan Laely Indah Lestari, 2011. Buku Saku Fotografi (Jakarta: Elex

Media Komputindo)

Rakhmat, Jalaluddin, 1991. Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya) RI, Departemen Agama, 1989. AlQur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha

Putra)

Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum: Dalam Lintas Sejarah (Bandung: Pustaka Setia)

Widyani, Husna dan Jane Marsha, 2014. Kamera DSLR itu Gampang. Kok! (Jakarta)


(2)

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian atau penjelasan dalam penyajian data dan analisis data yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan dilaksanakan, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan.

1. Motif Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Motif utama pengguna kamera DSLR membeli dan menggunakan kamera DSLR adalah motif aktualisasi diri. Motif ini merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Atau suatu sikap yang senantiasa berusaha memenuhi tuntutan yang ada dalam diri yang harus segera dipenuhi guna memasuki jenjang kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Dalam penelitian ini, didapat 2 motif yang menjadi perwujudan dari motif aktualisasi diri tersebut.

a. Motif Ingin Keren

Motif ingin tampil keren ini sudah menjadi persepsi publik bahwa setiap pemilik kamera DSLR adalah orang yang berbeda dari orang lain yang tidak memiliki kamera DSLR. Hal ini didasari karena tren kamera DSLR saat ini yang sudah marak di kalangan anak muda. Bahwa setiap individu yang memiliki kamera DSLR adalah seorang individu yang update gadget, tidak ketinggalan jaman, gaul, dan


(3)

80

simbol prestis bagi seseorang yang mempunyai dan menggunakan kamera DSLR ini. Keren tidaknya seorang pengguna kamera DSLR ini juga tergantung siapa yang menilai. Bagi orang yang lain yang tidak memiliki kamera DSLR, orang yang memiliki kamera DSLR sudah cukup dibilang keren. Akan tetapi bagi sesame pengguna kamera DSLR, pengguna keren adalah mereka yang bisa menghasilkan sebuah karya fotografi yang keren juga.

b. Motif Ingin Profesional

Motif ingin profesional ini merupakan dorongan bagi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk menjadi seorang ahli dan profesional dalam menggunakan kamera DSLR. Ada keinginan untuk mamanfaatkan dan mengembangkan potensi mereka dalam mengoperasikan kamera DSLR. Motif ini bisa dikatakan sebagai motif puncak bagi perngguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dimana setiap pengguna menyatakan keinginannya untuk bisa menjadikan kamera DSLR sebagai alat dan sumber untuk memenuhi segala kebutuhan mereka di masa depan. 2. Perilaku Komunikasi Pengguna Kamera DSLR di Kalangan Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya berdasarkan motif yang melatarbelakanginnya ditunjukkan dengan perilaku pengguna seperti berikut ini:


(4)

81

a. Aktif di Komunitas Fotografi

Keaktifan pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah salah satu wujud adanya motif ingin profesional. Ada keinginan untuk terus belajar dan mengembangkan potensinya agar bisa mengoperasikan kamera DSLR dengan baik dan benar.

b. Ikut Lomba Fotografi

Selain aktif di komunitas fotografi, sebagian pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya juga aktif mengikuti lomba-lomba fotografi. Mencari banyak pengalaman dan menjadikan lomba tersebut sebagai ajang mengukur sejauh mana kemampuan mereka, menjadi alasan mereka ikut dalam perlombaan tersebut dan secara tidak langsung, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka adalah seorang fotografer.

c. Upload Hasil Foto di Media Sosial

Pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya juga menunjukkan perilaku komunikasi mereka di media sosial yang mereka miliki. Informan dalam penelitian ini menyatakan mereka setiap mendapatkan hasil foto yang bagus, pasti akan mereka upload di media sosial yang mereka punya, seperti instagram dan juga facebook. Mereka memiliki tujuan agar supaya hasil foto mereka bisa mendapatkan respon dari teman-teman mereka. Mereka memanfaatkan fitur like di instagram dan facebook


(5)

82

sebagai tolak ukur bagus tidaknya hasil foto yang mereka unggah. Sebagai bahan pembelajaran bagi mereka jika ada masukan, dan sebagai penanda bahwa mereka adalah seorang fotografer. Ada keinginan untuk menunjukkan keeksistensi diri mereka ke khalayak. d. Meniti Karir

Motif ingin profesional menjadi pendorong bagi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya untuk memulai segalanya dari sekarang. Untuk menjadi atau mendapat predikat seorang pengguna kamera DSLR yang ahli dan profesional, para informan sudah memiliki rencana yang matang ke arah mana mereka akan memanfaatkan potensi dari belajar kamera DSLR ini. Semua informan dalam penelitian ini menuturkan ada keinginan untuk membuka usaha studio foto, bekerja di media pertelevisian di masa mendatang dan juga bisa menghasilkan sebuah karya fotografi yang bisa dinikmati semua orang. Perilaku komunikasi yang demikian hadir atas dasar kebutuhan untuk bisa memanfaatkan potensi yang mereka miliki agar bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih lagi.

B. Rekomendasi

Dari beberapa temuan penelitian yang sudah dipaparkan, perilaku komunikasi pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang ditunjukkan dengan beberapa motif yang mendorongnya. Motif dan perilaku yang mereka tunjukkan merupakan sesuatu yang positif dan patut diberi dukungan. Kiranya ada


(6)

83

beberapa saran yang bisa dilakukan oleh pengguna kamera DSLR di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya guna menjadi lebih baik lagi adalah hendaknya selalu fokus dengan segala pencapaian yang ingin diraih. Benar-benar mendalami ilmu fotografi dengan sungguh-sungguh, lebih aktif lagi dalam berbagai kegiatan fotografi, hingga bisa menjadi pengguna kamera DSLR yang mampu mengoperasikan kamera DSLR dengan baik dan profesional.


Dokumen yang terkait

POLA HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX (Path Analysis terhadap Fotografer di Yogyakarta dalam Membeli Kamera Digital Single Lens Reflex Canon dan Nikon).

0 3 15

PENDAHULUAN POLA HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX (Path Analysis terhadap Fotografer di Yogyakarta dalam Membeli Kamera Digital Single Lens Reflex Canon dan Nikon).

0 2 57

PENUTUP POLA HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX (Path Analysis terhadap Fotografer di Yogyakarta dalam Membeli Kamera Digital Single Lens Reflex Canon dan Nikon).

0 4 43

Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kerusakan Pada Kamera Digital Single Lens Reflector (DSLR) Berbasis Web.

0 5 21

INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ENTREPRENEUR DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 1 131

PERILAKU KONSUMTIF DAN GAYA HIDUP MAHASISWA : STUDI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI PENGGUNA ONLINE SHOP DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

1 15 115

KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 2 104

STUDI TENTANG PERILAKU INDIVIDUAL PENGGUNA SMARTPHONE DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF ETIKA.

2 4 100

SISTEM PAKAR DIAGNOSA KERUSAKAN KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX (DSLR) MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

0 0 11

Pemodelan Sistem Pakar Untuk Identifikasi Kerusakan Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) Canon Menggunakan Metode Dempster - Shafer

0 0 6