Tinjauan hukum pidana islam terhadap Putusan Pengadilan Nomor 532/Pid.Sus/2015/Smn tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN NOMOR 532/Pid.Sus/2015/Smn TENTANG TINDAK
PIDANA MELARIKAN ANAK GADIS DI BAWAH UMUR DAN
MEMBUJUK MELAKUKAN PERSETUBUHAN

SKRIPSI

OLEH
LISDIANA PUTRA
NIM. C33213067

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan
Pengadilan Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn Tentang Tindak Pidana Melarikan
Anak Gadis di Bawah Umur dan Membujuk Melakukan Persetubuhan”

merupakan hasil dari penelitian kepustakaan untuk menjawab dua pertanyaan,
yaitu bagaimana dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutuskan
tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan Nomor 532/pid.sus/2015/PN.Smn dan bagaimana
tinjaun hukum pidana Islam terhadap tindak pidana melarikan anak gadis di
bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam putusan Nomor
532/pid.sus/2015/PN.Smn.
Data penelitian yang dihimpun adalah bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, yang dihimpun melalui pengumpulan data literature dan
dokumentasi dan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik deskriptif analisis,
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Hakim dalam menjatuhkan hukuman
terhadap terdakwa kurang tepat, karena dalam kasus tersebut telah terjadi dua
tindak pidana, seharusnya Hakim dalam mempertimbangkan hukumnya harus
melihat fakta yang terjadi di persidangan, mengingat Pasal 63 KUHP tentang
gabungan tindak pidana, yang mana menurut pasal tersebut bila terjadi dua
tindak pidana, maka hukuman yang di jatuhkan terhadap terdakwa adalah pidana
yang terberat. Dalam amar putusan perkara Nomor 532/Pid.sus/2015/PN.smn
tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 8 (delapan)
tahun. Dan hukuman tersebut dirasa kurang tepat, karena hakim tidak

mempertimbangkan Pasal 63 KUHP tentang terjadinya dua tindak pidana. Dalam
Hukum Pidana Islam tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur
termasuk dalam jarimah takzir, yang hukumannya ditentukan oleh penguasa,
sedangkan tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan termasuk
dalam jarimah zina, lebih tepatnya adalah zina ghoiru muhson yang hukumannya
dicambuk seratus kali. Sedangkan untuk dua tindak pidana yang terjadi diatas
dalam Hukum Pidana Islam termasuk dalam teori at-Tadakhul yaitu teori saling
melengkapi atau teori saling memasuki.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka diharapkan hakim dalam memutus
sebuah perkara dapat lebih teliti dalam mengambil setiap keputusan. Sehingga
hukuman yang diberikan terhadap pelaku dapat memberikan efek jera bagi
pelaku. Bagi orang tua harus lebih cermat dalam hal mengawasi pergaulan anak
serta dalam hal mendidik anak.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................

iii

PENGESAHAN...............................................................................................

iv

MOTTO ...........................................................................................................

v


PERSEMBAHAN ............................................................................................

vi

ABSTRAK .......................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xi

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xiii


BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B.

Identifikasi Masalah ...............................................................

6

C.

Batasan Masalah.....................................................................


6

D.

Rumusan Masalah ..................................................................

7

E.

Kajian Pustaka........................................................................

7

F.

Tujuan Penelitian ...................................................................

10


G.

Kegunaan Hasil Penelitian .....................................................

10

H.

Definisi Operasional...............................................................

11

I.

Metode Penelitian...................................................................

12

J.


Sistematika Pembahasan ........................................................

16

GABUNGAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM
PIDANA ISLAM
A. Konsep Hukum Pidana Islam.................................................

18

B.

Konsep Gabungan Tindak Pidana Menurut Hukum
Pidana Islam.. .........................................................................

32

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

BAB IV

BAB V

TINDAK PIDANA MELARIKAN ANAK GADIS DI
BAWAH UMUR DAN MEMBUJUK MELAKUKAN
PERSETUBUHAN
DALAM
PUTUSAN
NOMOR
532/PID.SUS/2015/PN.SMN
A. Deskripsi Kasus......................................................................

39

B. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan Keterangan Saksi .......


41

C. Pertimbangan Hukum Hakim ................................................

48

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
PUTUSAN
NOMOR
532/PID.SUS/2015/PN.SMN
TENTANG TINDAK PIDANA MELARIKAN ANAK
GADIS DI BAWAH UMUR DAN MEMBUJUK
MELAKUKAN PERSETUBUHAN
A. Analisis Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim Dalam
Putusan Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn tentang
Tindak pidana Melarikan Anak Gadis di Bawah Umur
dan Membujuk Melakukan Persetubuhan .......................... ..
B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Tindak Pidana
Melarikan Anak Gadis di Bawah Umur dan Membujuk

Melakukan Persetubuhan dalam Putusan Nomor
532/Pid.Sus/2015/PN.Smn .................................................. ..

57

60

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

65

B. Saran ........................................................................................

66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, maka semakin marak kejahatan
yang akan di timbulkan, kejahatan merupakan gejala sosial yang amoral yang
berkembang mengikuti perkembangan zaman. Kejahatan adalah suatu perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Tindak
kejahatan tidak lain adalah karena perbuatan ini sangat merugikan bagi
masyarakat, dirugikan dari segi harta benda, nama baik, kehormatan, jiwa dan
lainnya. Suatu sanksi akan diberikan kepada pelanggar peraturan dengan tujuan
agar orang tersebut tidak mudah berbuat tindak pidana serta pembelajaran bagi
pelaku dan juga masyarakat yang luas.1
Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
termasuk menjamin perlindungan terhadap anak. Anak-anak mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan baik atas segala bentuk penyia-nyiaan,
kekejaman dan penindasan maupun segala perbuatan yang mengarah ke dalam
bentuk diskriminisasi.2
Sebagai generasi penerus bangsa anak merupakan tunas bangsa yang akan
melanjutkan eksistensi suatu bangsa, dalam hal ini adalah Bangsa Indonesia.
Namun pada akhir-akhir ini sering terjadi suatu tindak pidana mengenai
melarikan anak gadis di bawah umur dimana tindak pidana ini disertai dengan
1
2

Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004), 5.
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, (Yogyakarta: Liberty : 1988), 5.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

persetubuhan terhadap anak. Hal ini merupakan ancaman yang sangat besar dan
berbahaya bagi anak.
Tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur ini diatur dalam Pasal
332 KUHP yang berbunyi:3
1. Bersalah melarikan wanita diancam dengan pidana penjara :
a. Paling lama tujuh tahun, barang siapa membawa pergi seorang
wanita yang belum dewasa, tanpa dikehendaki orang tuanya atau
walinya tetapi dengan persetujuannya, dengan maksud untuk
memastikan penguasaan terhadap wanita itu, baik didalam maupun
di luar perkawinan;
b. Paling lama sembilan tahun, barangsiapa membawa pergi seorang
wanita dengan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan,
dengan maksud untuk memastikan penguasaannya terhadap wanita
itu, baik didalam maupun di luar perkawinan.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan
3. Pengaduan dilakukan :
a. Jika wanita dibawa pergi belum dewasa, oleh dia sendiri, atau orang
lain yang harus memberi izin bila dia kawin;
b. Jika wanita ketika dibawa pergi sudah dewasa, oleh dia sendiri atau
oleh suaminya.
4. Jika yang dibawa pergi lalu kawin dengan perempuan yang dibawa
pergi dan terhadap perkawinan itu berlaku aturan-aturan Burgerlijk
Wetboek maka tak dapat dijatuhkan pidana sebelum perkawinan itu
dinyatakan batal.
Sedangkan untuk tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan
diatur dalam Undang-Undang perlindungan anak, yaitu dalam pasal 81 ayat (2)
UU Nomor 35 Th 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 23 Th 2002 tentang
perlindungan anak, yang berbunyi:4
1. Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
3

Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) didalam KUHP (Jakarta: Sinar Grafika:
2011), 29.
4
Davit Setyawan, “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak”, dalam
http://www.kpai.go.id/files/2013/09/uu-nomor-35-tahun-2014-tentang-perubahan-uu-pa.pdf.html,
diakses pada 09 April 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Seseorang yang melarikan anak gadis yang belum dewasa dan melakukan
persetubuhan dengan anak gadis tersebut, maka hal itu termasuk dalam kategori
perbuatan yang mendekati zina. Allah SWT Berfirman :
         
Artinya :“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. AlIsraa’ : 32)5

Dalam hukum pidana Islam, tindak pidana melarikan anak gadis di bawah
umur tersebut termasuk dalam Jarimah Takzir. Takzir terjadi pada kasus-kasus
yang belum ditetapkan ukuran sanksinya oleh syara’. Oleh karena itu, penetapan
sanksi takzir lebih baik didasarkan pada status sanksi atas kasus-kasus sejenis
yang memang telah diklasifikasikan jenis kasusnya.6 Sedangkan untuk tindak
pidana persetubuhan terhadap anak termasuk dalam perbuatan zina, lebih
tepatnya adalah zina ghairu muhsan. Dalam hukum islam pelaku yang berbuat
zina ghairu muhsan dihukumi dengan hukuman Jilid.
Pada studi kasus tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah
umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan dalam putusan perkara
Nomor. 532/Pid.sus/ 2015/ PN. Smn merupakan tindak pidana dimana terdakwa
5

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang di Sempurnakan, Jilid 5 (Jakarta:
Widya Cahaya, 2011), 276.
6
Abdurrahman al-Maliki, Sistem Sanksi dalam Islam, (Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2002),
284.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Yudi Wibowo als Danu bin Sudarsono, bahwa pada tanggal 29 Juli 2015 saat
penutupan Masa Orientasi Sekolah (MOS) saksi korban Sandra dijemput oleh
terdakwa kemudian dibawa main ke rumah temannya di daerah Kalasan. Setelah
main ke rumah teman terdakwa, saksi korban Sandra diajak ke Maguwo naik bus
ke Surabaya, terdakwa dan saksi korban sampai di Surabaya pada tanggal 30 Juli
2015, seharian

di

terminal,

kemudian mencari

penginapan, kebetulan

dipenginapan tersebut sedang mencari tenaga kerja, akhirnya saksi korban Sandra
bekerja ditempat tersebut sampai 2 minggu kemudian saksi korban keluar dan
bekerja di tempat tukang bubur kacang hijau, sedangkan terdakwa bekerja di
toko bangunan, dan terdakwa menginap ditempat saksi korban Sandra. Saksi
korban Sandra pergi ke surabaya dengan terdakwa tanpa ijin orang tua. Saksi
korban Sandra mau diajak kesurabaya karena dipaksa oleh terdakwa. Kemudian
saat di surabaya saksi korban berhubungan badan dengan terdakwa sebanyak 4
kali dengan cara dipaksa oleh terdakwa. Tekdakwa mengatakan jika ia serius,
mencium-cium saksi korban dan mengatakan jika kenapa-kenapa ia akan
tanggung jawab dan akan menikahi saksi korban. Pada saat di bawa kesurabaya
saksi korban Sandra berumur 14 tahun.
Dari pemaparan diatas tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur
dan membujuk anak melakukan persetubuhan telah terjadi gabungan tindak
pidana yang lebih dari satu. Gabungan tindak pidana dapat terjadi manakala
terdapat gabungan jarimah, dan gabungan jarimah ini dapat dikatakan ada,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

manakala seseorang memperbuat beberapa macam jarimah di mana masingmasingnya belum mendapat keputusan akhir.7
Adapun bunyi pasal-pasal yang terdapat dalam KUHP yang menjadi dasar
hukum dari gabungan tindak pidana ini adalah Pasal 63 tentang Concursus

Idealis, yang berbunyi:
1. Kalau sesuatu perbuatan termasuk dalam lebih dari satu ketentuan

pidana, maka hanyalah satu saja dari ketentuan-ketentuan itu yang
dipakai; jika pidana berlain, maka yang dipakai ialah ketentuan yang
terberat pidana pokoknya;
2. Kalau bagi sesuatu perbuatan yang dapat dipidana karena ketentuan
pidana umum, ada ketentuan pidana khusus, maka ketentuan pidana
khusus itu sajalah yang digunakan.
Dari pasal di atas maka orang yang melakukan tindak pidana sekaligus
dapat dikatakan melakukan peristiwa pidana gabungan sebagaimana dimaksud
oleh pasal ini. Sedangkan ayat 2 menjelaskan apabila ada sesuatu perbuatan yang
dapat dipidana menurut ketentuan pidana yang khusus di samping pidana yang
umum, maka ketentuan pidana yang khusus itulah yang dipakai. Ini adalah
penjelmaan slogan kuno yang berbunyi lex specialis derogat lex generalis.8
Melalui latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
dengan judul: “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan
Nomor 532/Pid.Sus/2015/Smn Tentang Tindak Pidana Melarikan Anak Gadis Di
Bawah Umur dan Membujuk Melakukan Persetubuhan”

7

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Bulan-Bintang: 2005), 240.
M. Rofiq Nasihudin, “Gabungan Melakukan Tindak Pidana (Concursus) menurut KUHP”,dalam
http://pendidikan-hukum.blogspot.com/2011/10/gabungan-melakukan-tindak
pidana_24.html?m=1, diakses pada 16 Mei 2017.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentiikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut:
1.

Maraknya tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
anak melakukan persetubuhan

2.

Terjadinya Gabungan Jari>mah atau Tindak pidana yang terjadi lebih dari
satu. Pasal 63 KUHP tentang Concursus Idealis.

3.

Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana melarikan anak gadis di bawah
umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan menurut hukum pidana
islam dan pasal 332 KUHP dan pasal 81 ayat (2) UU Nomor 35 Tahun 2014
tentang perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak.

4.

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana melarikan anak gadis
di bawah umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan.

5.

Pertimbangan hukum hakim terhadap tindak pidana melarikan anak gadis di
bawah umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan.

6.

Putusan hakim tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur
dan membujuk anak melakukan persetubuhan.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan karya
ilmiah dengan batasan:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1.

Dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana
melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan Nomor. 532/pid.sus/2015/PN. Smn

2.

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana melarikan anak gadis
di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam putusan
Nomor. 532/pid.sus/2015/PN. Smn

D. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak
pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan No 532/pid.sus/2015/PN. Smn?

2.

Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana melarikan
anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam
putusan No 532/pid.sus/2015/PN. Smn?

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.9

9

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya,
2015), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit
relevansi dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut :
Pertama, Skripsi yang berjudul: “Analisis Fiqh Jinayah terhadap Tindak
Pidana Membawa Lari Seorang Perempuan Yang Belum Dewasa tanpa Izin
Orang Tuanya (Studi Kasus No. 9/ Pid.B/ 2012/ PN. Mojokerto).10 Hasil dari
penelitian ini mengkaji tentang: putusan No. 9/ Pid.B/ 2012/ PN. Mojokerto
tentang hukuman atau sanksi terhadap tindak pidana membawa lari seorang
perempuan yang belum dewasa tanpa izin orang tuanya. Dalam putusan tersebut
terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
tersebut, dan dipidana penjara selama 1 tahun 2 bulan. Sedangkan mengenai
masalah yang penyusun teliti adalah lebih berfokus pada tindak pidana yang
terjadi lebih dari satu, yang ditinjau dari hukum pidana Islam yaitu melarikan
anak gadis di bawah umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan, dengan
mengkaji putusan pengadilan No 532/Pid.Sus/2015/Smn.
Kedua, Skripsi yang berjudul: “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Melarikan Perempuan Di bawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Unaaha
Nomor 98/Pid.B/2013/PN.Unh).11 Hasil penelitian ini mengkaji tentang
penerapan sanksi terhadap pelaku tindak pidana melarikan perempuan di bawah
umur,

yang

studi

kasusnya

dengan

mengkaji

putusan

Nomor

10

Mustakhim, “Analisis Fiqh Jinayah terhadap Tindak Pidana Membawa Lari Seorang
Perempuan yang Belum Dewasa tanpa Izin Orang Tuanya (Studi Kasus No. 9/ Pid.B/ 2012/ PN.
Mojokerto),’’ (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).
11
Purwansyah Hakim, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Melarikan Perempuan
Dibawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Unaaha Nomor 98/Pid.B/2013/PN.Unh),’’
(Skripsi--Universitas Halu Oleo, Kendari, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

98/Pid.B/2013/PN.Unh. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang akan
penyusun teliti, hanya saja yang membedakan penelitian ini meninjau secara
umum tentang tindak pidana melarikan perempuan di bawah umur dengan
mengkaji tentang putusan Nomor 98/Pid.B/2013/PN.Unh. Sedangkan mengenai
masalah yang penyusun teliti adalah lebih berfokus pada tindak pidana yang
terjadi lebih dari satu, yang ditinjau dari hukum pidana Islam yaitu melarikan
anak gadis di bawah umur dan membujuk anak melakukan persetubuhan, dengan
mengkaji putusan pengadilan No 532/Pid.Sus/2015/Smn.
Ketiga, Skripsi yang berjudul: “Analisis Yuridis Batasan Umur Tindak
Pidana Melarikan Perempuan (Putusan MA No 464 K/Pid/2006).12 Penelitian ini
mengkaji tentang: apakah sudah tepat jaksa dalam dakwaannya menyatakan
korban sebagai anak, dan apakah dasar pertimbangan hakim Mahkamah Agung
mengabulkan kasasi dari jaksa penuntut umum sudah tepat dalam putusan MA
No 464 K/pid/2006. Hasil penelitian ini, bahwa batasan anak yang belum dewasa
adalah umur 21 tahun harus mendapat ijin orang tuanya sehingga pasal 332 ayat
1 dalam kasus terbukti sehingga hasil penelitian tersebut kasasi penuntut umum
dapat diterima dengan baik berdasarkan pertimbangan sesuai dengan undangundang KUHP.
Dalam penelitian ini peneliti lebih membahas mengenai bagaimana
tinjauan hukum pidana islam terhadap tindak pidana yang terjadi lebih dari satu
tindak pidana atau gabungan tindak

pidana. Selain itu peneliti juga akan

melakukan tinjauan hukum pidana Islam mengenai tindak pidana melarikan anak
12

Prita Nasiti Trisianti, “Analisis Yuridis Batasan Umur Tindak Pidana Melarikan Perempuan
(Putusan MA No 464 K/Pid/2006),’’ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel , Surabaya, 2006).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dengan
menganalisis contoh kasus yang kongkret, dalam hal ini putusan Pengadilan
Negeri Sleman No. 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn. Sehingga antara penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya terdapat adanya suatu perbedaan.

F. Tujuan Penelitian
1.

Untuk

mengetahui

dasar

hukum

dan

pertimbangan

hakim

dalam

memutuskan tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan
membujuk melakukan persetubuhan dalam putusan No 532/pid.sus/2015/PN.
Smn
2.

Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana
melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan No 532/pid.sus/2015/PN. Smn

G. Kegunaan Hasil Penelitian
1.

Secara Teoritis
Teori ini dijadikan suatu masukan dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan
membujuk

melakukan

persetubuhan

dalam

putusan

No

532/pid.Sus/2015/PN.Smn. Selain itu dapat dijadikan perbandingan dalam
penyusunan penelitian selanjutnya dan sebagai informasi bagi masyarakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan.
2.

Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyuluhan
serta penyumbangan pemikiran baik secara komunikatif, informatif, maupun
edukatif khususnya bagi masyarakat yang awam akan penegakan hukum
yang ada di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan melakukan penelitian yang akan datang serta diharapkan dapat
menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana khususnya
tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan yang ada pada pasal 332 KUHP dan pasal 81 ayat 2
UU No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.

H. Definisi Operasional
1.

Hukum pidana Islam : hukum yang membahas berbagai masalah kejahatan
dalam Islam.

2.

Putusan Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn. Direktori Putusan : pernyataan
hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

I. Metode penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam penelitian
yang akan dilakukan.13 Dalam hal ini meliputi:
1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library research),
yaitu penelitian yang menekankan sumber informasinya dari buku-buku
hukum, jurnal dan literatur yang berkaitan atau relevan dengan objek
penelitian.

2.

Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan adalah pendekatan kasus. Pendekatan kasus
menggunakan putusan hakim sebagai sumber bahan hukum. Putusan hakim
yang digunakan adalah putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.14

3.

Data yang Dikumpulkan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penulisan penelitian
ini, maka data-data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
a. Dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana
melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan Nomor 532/pid.sus/2015/PN. Smn

13

Bambang Wahyu, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002), 17.
Dyah Octorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum: Legal Research, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2014), 119.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

b. Tinjauan hukum pidana islam terhadap tindak pidana melarikan anak
gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam
putusan Nomor 532/pid.sus/2015/PN. Smn
4.

Sumber Data
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
penulisan penelitian ini secara tepat dan menyeluruh, maka peneliti
menggunakan dua bentuk sumber data yaitu:
a. Sumber Primer
Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatancatatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan
putusan-putusan hakim.15 Bahan hukum primer dalam penulisan ini diambil
dari Putusan Pengadilan Negeri Sleman Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn
b. Sumber sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undangundang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan
seterusnya.16 Bahan hukum sekunder antara lain:
1) Shanty Dellyana, Wanita Dan Anak di Mata Hukum :1988
2) Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) didalam KUHP:
2011
3) Abdurrahman al Maliki, Sistem Sanksi Dalam Islam : 2002

15

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), 141.
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT>. Raja Grafindo Persada, 1994), 13.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

4) Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam : 2004
5) Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam : 2005
6) Sumber rujukan lain seperti makalah, jurnal, koran dan lain sebagainya.
5.

Teknik Pengumpulan Data
a. Kajian Pustaka (Library Research)
Sesuai dengan bentuk penelitiannya yakni kajian pustaka (library

research), maka penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
berbagai buku yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, kemudian
memilih secara mendalam sumber data kepustakaan yang relevan dengan
masalah yang dibahas.
b. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata dokumen,
yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.
6.

Teknik Pengolahan Data
Data yang didapat dari dokumen dan sudah terkumpulkan dilakukan
analisa, berikut tahapan-tahapannya:
a. Editing , yaitu mengadakan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang
diperoleh secara cermat baik dari data primer atau sekunder untuk
mengetahui apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

disiapkan untuk keperluan proses berikutnya,17 yakni tentang melarikan
anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam
putusan No. 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn dipandang dari Hukum Pidana
Islam.
b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis mengenai Tindak
pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam putusan No 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn dipandang
dari Hukum Pidana Islam..
c. Analizing, yaitu tahapan analisis terhadap data, mengenai hukuman
Tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan dalam putusan No 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn
dipandang dari Hukum Pidana Islam.
7.

Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu
mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat khusus yakni tentang
Tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan

dalam putusan No. 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn

kemudian ditarik kepada permasalahan yang lebih bersifat umum tindak
pidana melarikan anak gadis dibawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam Hukum Pidana Islam.

17

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 1`26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

J. Sistematika penulisan
Agar memudahkan dalam pembahasan dan mudah dipahami, maka penulis
membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar isi skripsi.
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua merupakan landasan teori tentang Gabungan Tindak Pidana dalam
Hukum Pidana Islam. Dalam landasan bab kedua ini, peneliti akan mengkaji
tentang masalah Konsep Hukum Pidana Islam dan Konsep Gabungan Tindak
Pidana dalam Hukum Pidana Islam.
Bab tiga data penelitian memuat gambaran singkat tentang kasus Tindak
pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan, dasar hukum dan pertimbangan hakim tentang Tindak pidana
melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan,
amar putusan Pengadilan Negeri Sleman Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn
tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk
melakukan persetubuhan.
Bab empat merupakan analisis terhadap Putusan Pengadilan Negeri
Sleman tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan
membujuk melakukan persetubuhan yang meliputi analisis dasar hukum dan
pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana melarikan anak gadis di
bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan dalam Putusan Nomor

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

532/Pid.Sus/2015/PN.Smn dan Tinjauan hukum pidana Islam tentang Tindak
pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan
persetubuhan dalam Putusan Nomor 532/Pid.Sus/2015/PN.Smn.
Bab lima merupakan penutup yang berisi tentang hasil inti jawaban pokok
permasalahan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
GABUNGAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Konsep Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Hukum Pidana Islam
Islam menaruh perhatian yang sangat besar dalam memberikan
perlindungan terhadap hak-hak setiap muslim yang menyangkut jiwa, harta
dan kehormatan, baik yang menyangkut hak Allah Swt, maupun hak
manusia akan memberikan dampak hukum bagi pelakunya. Para ulama
kontemporer menggunakan istilah Fiqh jinayah sebagai salah satu bidang
ilmu fiqh yang membahas persoalan tindak pidana beserta hukumnya.
Fiqh jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fiqh dan jinayah. Pengertian
fiqh secara bahasa berasal dari lafal faqiha, yafqahu, fiqhan, yang berarti
mengerti, atau paham. Sedangkan pengertian fiqh secara istilah, fiqh adalah
ilmu tentang hukum-hukum syarak praktis yang diambil dari dalil-dalil
yang terperinci. Dengan menganalisis definisi fiqh diatas, dapat
disimpulkan bahwa fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang
bersifat praktis dan merupakan hasil analisis seorang mujtahid terhadap
dalil-dalil yang terperinci, baik yang terdapat dalam Al-qur’an maupun
hadist.1
Adapun definisi dari istilah jarimah atau jinayah yang dikemukakan
oleh para ulama ialah :

1

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, AMZAH: 2016), 4.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

ِ ُ ‫ََْظُور‬
ِ ُ ‫اَ ِّدأَوتَع ِزي ٍروامُحظُور‬
ِ
ُ ‫ات َي إِ َماإِتْ يَا ٌن فِ ْع ٍل َم ْن ِه ِّي َع ْن‬
َ ْ ْ َ ْ ْ ْ َ ‫ات َش ْرعيَةُ َز َج َرهُ َع ْن َه‬
َْ
ِ ِ‫اَوتَر ُك ِفع ٍل مأْموٍرب‬
ُْ َ ْ ْ ْ
Segala larangan-larangan yang haram karena dilarang oleh Allah dan
diancam dengan hukum baik had maupun takzir, maksud al-mahdhurat
ialah baik mengerjakan perbuatan yang dilarang maupun meninggalkan
perbuatan yang diperintahkan.2
Kata jarimah mengandung arti perbuatan buruk, jelek, atau dosa.
Kata jarimah identik dengan pengertian yang disebut dalam hukum positif
sebagai tindak pidana atau pelanggaran. Jarimah mempunyai pengertian
yang sama dengan istilah jinayah, baik dari segi bahasa maupun dari segi
istilah dari segi bahasa jarimah merupakan kata jadian (masdar) dengan
asal kata jarama yang artinya berbuat salah, sehingga jarimah mempunyai
arti perbuatan salah. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh
Imam Al-Mawardi adalah : 3

‫ات َش ْر ِعيَةٌ َز َج َرهُ تَ َع َاَ َع ْن َه ِاََ ٍّدأ َْو تَ ْع ِزيْر‬
ٌ ‫ا ََْْر ِاء ُم ََْظُْوَر‬
Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syarak yang
diancam oleh Allah dengan hukuman had atau takzir.
Menurut Dede Rosyada, fiqh jinayah adalah segala ketentuan hukum
mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh
orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil

Juhaya S. Praja dan Ahmad Syihabuddin, Delik Agama dalam Hukum Pidana di Indonesia,
(Bandung: Angkasa, 1993), 77.
3
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 14.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al-quran dan
hadis.4
Sedangkan menurut Makhrus Munajat, jinayah merupakan suatu
tindakan yang dilarang oleh syarak karena dapat menimbulkan bahaya bagi
agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal. Sebagian fuqaha menggunakan
kata jinayah untuk perbuatan yang berkaitan dengan jiwa atau anggota
badan, seperti membunuh, melukai, menggugurkan kandungan dan lain
sebagainya. Dengan demikian istilah fiqh jinayah sama dengan hukum
pidana.5
Dari berbagai pengertian diatas, konsep dari jinayah itu sendiri
berkaitan dengan masalah larangan karena setiap perbuatan yang
terangkum dalam konsep jinayah merupakan suatu perbuatan yang dilarang
oleh syarak. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa hukuman adalah
salah satu tindakan yang diberikan sebagai pembalasan atas perbuatan yang
melanggar ketentuan syarak, dengan tujuan untuk memelihara ketertiban
dan kepentingan masyarakat, serta melindungi kepentingan setiap
individu.6
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana dalam Islam
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa suatu perbuatan dianggap
delik (jarimah) bila terpenuhi syarat dan rukun. Adapun unsur jarimah

4

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992), 86.
5
Makhrus Munajat, Dekontruksi Fikih Jinayah, (Sleman: Logung Pustaka, 2004), 2.
6
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam “Fiqh Jinayah”, (Jakarta: Sinar
Grafika Offset,2004), 136-137.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pertama, unsur umum, artinya
unsur-unsur yang harus terpenuhi pada setiap jarimah. Kedua, unsur
khusus, artinya unsur-unsur yang harus terpenuhi pada jenis jarimah
tertentu.7
Unsur umum jarimah itu, seperti telah dikemukakan diatas, terdiri
dari: unsur formiil (al-Rukn al-Syar’iy), yakni telah ada aturannya; (al-

Rukn al-Madi), yakni telah ada perbuatannya; dan (al-Rukn al-Adabiy),
yakni ada pelakunya. Setiap jarimah hanya dapat dihukum, jika memenuhi
ketiga unsur (umum) diatas.8
Adapun penjelasan lebih rinci yang termasuk dalam umum jarimah
adalah :
a. Ar-rukn asy-syar’i> (unsur formil, adanya undang-undang atau nash)
Setiap perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak
dapat dipidana kecuali adanya nash atau undang-undang yang
mengatur sebelum perbuatan itu dilakukan. Dalam hukum positif,
masalah ini dikenal dengan asas legalitas, yaitu suatu perbuatan tidak
dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dikenai
sanksi sebelum adan ya peraturan yang mengundangkannya.9

7

Makhrus Munajat, Transformasi Hukum Pidana Islam dalam Konteks ke Indonesiaan,
(Yogyakarta: Ujung Pena, 2011), 20.
8
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), 12.
9
Makhrus Munajat, Transformasi . . . , 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

b. Ar-rukn al-ma>di (unsur materiil, sifat melawan hukum)
Artinya adanya tingkah laku seseorang yang membentuk jarimah, baik
dengan sikap berbuat maupun sikap tidak berbuat.10
c. Ar-rukn al-adab>i (unsur moril, pelakunya mukallaf)
Artinya, pelaku jarimah adalah orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana terhadap jarimah yang diperbuatnya.
Haliman menambahkan bahwa orang yang melakukan tindak pidana
dapat dipersalahkan dan dapat disesalkan, artinya bukan orang gila,
bukan anak-anak dan bukan karena dipaksa atau karena pembelaan
diri.11
Unsur-unsur umum diatas tidak selamanya terlihat jelas dan terang,
namun dikemukakan guna mempermudah dalam mengkaji persoalanpersoalan hukum pidana Islam dari sisi kapan peristiwa pidana terjadi.12
Kadua, unsur khusus. Unsur khusus ialah suatu syarat yang hanya
terdapat pada peristiwa pidana (jarimah) tertentu dan membedakan antara
jenis jarimah yang satu dengan jenis jarimah yang lainnya. Misalnya, pada
jarimah pencurian, harus terpenuhi unsur-unsur yang berbeda dengan
jarimah pencurian dengan kekerasan.
Pada delik pencurian perbuatan itu dilakukan dengan cara sembunyisembunyi, barang itu milik orang lain secara sempurna dan benda itu sudah
ada pada penguasaan pihak pencuri, barang ada ditempat penyimpanan,

10

Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: TERAS, 2009). 11.
Makhrus Munajat, Transformasi. . . . 21.
12
Ahmad hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam . . . . 36.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

pencurian tidak dilakukan dimana ada unsur syubhat serta barang yang
dicuri mencapai satu nisab. Sedangkan unsur-unsur khusus yang ada pada
jarimah hira>bah (penyamunan atau pencurian dengan kekerasan), pelakunya
harus mukalaf, membawa senjata, jauh dari keramaian dan menggunakan
senjata, dan pengambilan harta dilakukan dengan cara terang-terangan.
Maka jarimah hira>bah (penyamunan) sering disebut oleh fuqaha dengan
istilah qat}’u at-tari>q.13
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa antara unsur yang
umum dan khusus pada jarimah ada perbedaan. Unsur umum jarimah
macamnya hanya satu dan sama pada setiap jarimah, sedangkan unsur yang
khusus bermacam-macam serta berbeda-beda pada setiap jenis jarimah.14
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana dalam Islam
Jarimah itu dapat dibagi menjadi beberapa macam dan jenisnya
sesuai dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama
membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta
ditegaskan atau tidaknya oleh Al-qur’an atau al-Hadis. Atas dasar ini,
mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu:15
a. Jarimah H>u> dud
Jarimah hudud yaitu perbuatan yang melanggar hukum yang
jenis dan ancaman hukumannya ditentukan oleh nash, yaitu hukuman
had (hak Allah). Hukuman had yang dimaksud tidak mempunyai

13

Makhrus Munajat, Transformasi . . . . 22.
Ibid, 22.
15
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam) . . . . 13.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

batas terendah dan tertinggi dan tidak bisa dihapuskan oleh
perorangan (sikorban atau walinya) atau masyarakat yang mewakili
(ulil amri).16
Sebagian ahli fiqh berpendapat bahwa had ialah sanksi yang
telah ditentukan secara syarak. Dengan demikian, had atau hudud
mencakup semua jarimah, baik hudud, kisas, maupun diya>t, sebab
sanksi keseluruhannya telah ditentukan secara syarak.17 Kejahatan
dalam kategori ini dapat didefinisikan sebagai kejahatan yang
diancam dengan hukuman had, yaitu hukuman yang ditentukan
sebagai hak Allah. Dalam definisi ini, hukuman yang ditentukan
berarti bahwa baik kuantitas maupun kualitasnya ditentukan dan
tidak mengenal tingkatan.18
Melihat urgensinya ketika ada pembagian jarimah berdasarkan
berat-ringannya hukuman, yaitu: hudud, kisas diya>t dan takzir.
Sedangkan pendapat Jumhur ulama merumuskan jarimah hudud ada
tujuh, yaitu zina, qadzf (tuduhan palsu zina), sariqah (pencurian),

hira>bah (perampokan), riddah (murtad), al-baghy (pemberontakan),
dan syurb al-khamr (meminum khamr). Sementara madzhab
Malikiyah hanya memasukkan jarimah hudud dalam lima kategori

Makhrus Munajat, Transformasi . . . . 26.
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), 14.
18
Ibid., 27.
16

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

yaitu zina, qadzf (tuduhan palsu zina), sariqah (pencurian), hira>bah
(perampokan) dan baghy (pemberontakan).19
b. Jarimah Kisas Diya>t
Jarimah kisas dan diya>t adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman kisas atau diya>t. Baik kisas maupun diya>t kedua-duanya
adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syarak. Perbedaannya
dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had merupakan hak
Allah, sedangkan kisas dan diya>t merupakan hak manusia (hak
individu). Hukum kisas dan diya>t penerapannya ada beberapa
kemungkinan, seperti hukum kisas bisa berubah menjadi diya>t,
hukuman diya>t menjadi dimaafkan dan apabila dimaafkan maka
hukuman menjadi hapus.20
Kisas

diya>t

adalah

suatu

kejahatan

terhadap

jiwa

(menghilangkan nyawa) dan anggota badan (pelukaan) yang diancam
dengan hukuman kisas (serupa) atau hukum diyat (ganti rugi) dari si
pelaku atau ahlinya kepada si korban atau walinya.21
Dalam fiqh jinayah, sanksi kisas ada dua macam, yaitu sebagai
berikut :22
1. Kisas karena melakukan jarimah pembunuhan
2. Kisas karena melakukan jarimah penganiyaan
19

Makhrus Munajat, Transformasi . . . , 28.
Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam Di Indonesia . . . , 13.
21
Makhrus Munajat, Transformasi . . . , 28.
22
Reza
Fajri
Hidayat,
“Fiqh
Jinayah:
Jarimah
Qisas
dan
Diyat”,
dalam
http://rezafajrihidayat.blogspot.co.id/2015/06/fiqih-jinayah-jarimah-qishash-dan-diyat.html
diakses pada 03 Juni 2017.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Maksud dari macam-macam kisas adalah jenis-jenis dari
kejahatan yang dihukum dengan cara kisas. Abdul Qadir ‘Awdah
menjelaskan secara global ada 5 jenis kejahatan yang masuk di dalam
akibat hukum kisas, yaitu :
a) Pembunuhan sengaja (‫)القتل العمد‬
b) Pembunuhan seperti sengaja (‫)القتل شبه العمد‬
c) Pembunuhan tersalah ( ‫) القتل الخطأ‬
d) Pencederaan sengaja (‫)ال ر العمد‬
e) Pencederaan tersalah ( ‫) ال ر الخطأ‬.

Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tindak pidana
pembunuhan antara lain disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 178179:

ِ
َِ
ِ
‫اص ِِ الْ َق ْت لَى ا ُْْر ِ ُِّْْر َوال َْع ْب ُد ِ ل َْع ْب ِد‬
َ ‫ب َعلَْي ُك ُم الْق‬
ُ ‫ص‬
َ ‫ين آ ََمنُوا ُكت‬
َ ‫ََ أَي َها الذ‬
ِ
ِ ِ ِ
ِ
ٍ ‫وف وأ ََداء إِلَْي ِ ِِِحس‬
ِ
‫ك‬
َ ِ‫ان ذَل‬
ٌ َ ‫َو ْاُْنْثَى ِ ُْْنْ ثَى فَ َم ْن ُعف َي لَ ُ م ْن أَخي َش ْيءٌ فَاتّبَاعٌ ِ ل َْم ْع ُر‬
َْ
ِ ٌ ‫ََِْف‬
ِ ‫ك فَ لَ َع َذ‬
ِ
‫يم‬
ُ َ ‫يف م ْن َربِّ ُك ْم َوَر َْْةٌ فَ َم ِن ا ْعتَ َدى بَ ْع َد َذل‬
ٌ
ٌ ‫اب أَل‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita
dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat)
kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka
baginya siksa yang sangat pedih”. (Q.s. Al Baqarah: 178)23

23

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang di Sempurnakan, Jilid 5 (Jakarta:
Widya Cahaya, 2011), 29.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Diya>t adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku,
karena terjadi tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan) dan
diberikan kepada korban atau walinya. jelaslah bahwa diya>t
merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat harta), yang
diserahkan kepada korban atau kepada wali (keluarganya) apabila ia
sudah meninggal, bukan kepada pemerintahan.
Jarimah yang termasuk dalam kelompok jarimah kisas/diya>t
terdiri atas lima macam. Dua jarimah masuk dalam kelompok jarimah
kisas yaitu, pembunuhan sengaja dan pelukaan dan penganiayaan
sengaja. Adapun tiga jarimah termasuk dalam kelompok diya>t, yaitu
pembunuhan tidak disengaja, pembunuhan semi sengaja,dan pelukaan
(penganiayaan) tidak sengaja. Di samping itu, diya>t merupakan
hukuman pengganti dari hukuman kisas yang dimaafkan. 24
Terdapat dalam firman Allah pada surat An-Nisa ayat 92 yang
berbunyi :

ِ
ِ ٍِ ٍ
‫ص َدقُوا‬
َ َ‫سلَ َمةٌ إِ ََ أَ ْ لِ ِ إَِ أَ ْن ي‬
َ ‫َوَم ْن قَ تَ َل ُم ْؤمنًا َخطَأً فَتَ ْح ِر ُير َرقَ بَة ُم ْؤمنَة َوديَةٌ ُم‬
Artinya : “Barang siapa membunuh seorang yang beriman karena

tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.25

24

Annisa Wally, “Perbedaan Antara Jarimah Hudud, Jarimah Qisas/Diyat, dan Jarimah Ta’zir”
dalamhttp://annisawally0208.blogspot.co.id/2016/06/perbedaan-antara-jarimah-hududjarimah.html diakses pada 04 Juni 2017.
25
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang di Sempurnakan, Jilid 5 (Jakarta:
Widya Cahaya, 2011), 99.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Hikmah

adanya

hukuman

kisas

diya>t

adalah

untuk

keberlangsungan hidup manusia di dunia. Hukuman tersebut

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24