Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang T1 162010022 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran yang dilakukan petani ikan lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng, Kelurahan Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dikemukakan hasil temuan yang diperoleh saat peneliti melakukan penelitian di lapangan.

1. Pembibitan ikan lele Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Dusun Gemenggeng adalah menjadi petani bibit ikan lele. Pembibitan ikan lele di Dusun Gumenggeng masih tradisional, karena dalam usaha pembibitan ikan lele petani belum banyak menggunakan teknologi-teknologi moderen. Alat-alat yang digunakan masih sederhana, antara lain menggunakan sikat untuk membersihkan kolam, membuat kolam induk ikan lele dengan menggunakan cangkul, mencari cacing sutra dilakukan dengan tangan manusia.

Cacing sutra adalah salah satu pakan bibit ikan lele yang harus diberikan secara terus menerus pada saat bibit ikan lele berumur 0-15 hari. Cacing sutra pada akhir-akhir ini sulit dicari dan jika beli harganya cukup mahal karena keberadaannya yang semakin langka. Padahal untuk saat ini petani belum menemukan pakan pengganti untuk bibit ikan lele.


(2)

Bibit lele dahulu dijadikan pakan ikan lohan. Bibit ikan lele yang digunakan untuk pakan ikan lohan adalah bibit ikan lele ukuran satu. Lama-kelamaan pembibitan ikan lele ini mulai dikenal oleh masyarakat sekitar Dusun Gemenggeng yang awalnya belum mengetahui usaha pembibitan ikan lele ini. Bibit ikan lele dari petani tersebut dibeli oleh petani ikan lele pembesaran dan ikan lele yang sudah besar tersebut untuk dikonsumsi manusia. Petani bibit ikan lele pada saat itu ragu kalau bibit ikan lele nantinya tidak akan laku karena adanya kabar dikalangan masyarakat bahwa ikan lele itu jorok karena diberi pakan kotoran. Seiring dengan berkembangnya jaman terdapat perusahaan yang memproduksi pakan ikan lele yang sesuai standart yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Standar tersebut adalah jika ikan lele diberi pakan 1kg maka akan membuat berat ikan lele 1kg. Dalam kurun waktu 7 tahun, mulai dari tahun 2002-2009 peluang pasar semakin menjanjikan.

Petani ikan lele di Dusun Gemenggeng pada awal tahun 2001 hanya terdapat 2 orang, yaitu Bapak Darmanto dan Bapak Siswo. Berjalan kurang lebih 1 tahun Bapak Sarjan, Bapak Pramono, Bapak Prayitno, Bapak Teguh Sugiyarto, dan Bapak Muhammad tertarik dengan usaha pembibitan ikan lele. Kelima petani tersebut pertama kali melakukan pembibitan ikan lele di lahan Bapak Sarjan. Mereka mengawinkkan sepasang induk kemudian telur ikan lele dibagi diberbagai kolam yang tersedia untuk ditetaskan. Pembagian tugas dilakukan untuk mengelola keempat kolam tersebut. Tugas untuk mencari cacing ditugaskan kepada Bapak Sarjan dan Bapak Prayitno, kemudian yang lainnya diberi tugas untuk perawatan kolam dan bibit sampai masa panen. Hasil panen pertama dari kelima petani tersebut ternyata kurang maksimal sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha tersebut. Kurang lebih 6 bulan Bapak Pramono dan Bapak Muhammad berdiri sendiri dalam melakukan usaha pembibitan ikan lele. Hasil panen bibit ikan lele dari kedua petani tersebut berhasil. Pada tahun 2003 Bapak Sarjan mulai kembali melakukan usaha pembibitan ikan lele.


(3)

Tahun 2004 usaha pembibitan ikan lele ini mendapat sorotan oleh Dinas Kabupaten Semarang dan Dinas Kelautan dan disarankan untuk membuat kelompok tani. Petani pembibitan ikan lele kemudian membuat kelompok tani bibit ikan lele “Sumber Rejeki”. Jumlah anggota kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki adalah 33 petani. Bapak Siswo adalah ketua kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki dan bagian pemasaran diserahkan kepada Bapak Sarjan. Petani yang lain adalah pembudidaya/pembibitan. Kelompok ini hanya berjalan kurang lebih selama 4 tahun. Setelah itu aggota kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki berkurang dan hanya tinggal 7 petani. Tahun 2011 angota kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki tinggal 4 petani yang masih bertahan hingga saat ini. Awal tahun 2014 kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki merubah namanya menjadi kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan.

Pemasaran dilakukan dengan melihat peluang pasar terlebih dahulu. Petani bibit ikan lele melihat peluang pasar di daerah Magelang dan Muntilan. Petani mencari tahu ukuran bibit ikan lele yang banyak diminati oleh kosumen. Ukuran bibit ikan lele yang paling laku/diminati konsumen adalah ukuran 7 yaitu bibit ikan lele yang panjangnya 5-7cm. Setelah itu petani melakukan pembibitan ikan lele untuk mencapai ukuran 7. Petani sulit melakukan pembibitan untuk mencapai ukuran seperti yang diinginkan konsumen, karena petani hanya memilki modal sedikit dan mental usaha petai bibit ikan lele yang belum kuat. Petani bibit ikan lele hanya mampu melakukan pembibitan mencapai ukuran 6. Tahun-ketahun ada konsumen dari kota Salatiga yang mau membeli bibit ikan lele ukuran 6. Akhirnya petani mejual bibit ikan lele dengan ukuran 6. Tahun 2004 harga bibit ikan lele untuk ukuran 6 adalah Rp55,- @ekor, sedangkan jika dihitung biaya pembibitan ikan lele itu Rp35,- @ekor dari 0-30 hari. Petani bibit ikan lele masih mendapatkan untung Rp20,- @ekor.

Petani bibit ikan lele rata-rata tidak memilki tenaga kerja lain selain petani itu sendiri. Hanya saja para petani saling gotong royong apabila petani ada yang memiliki pekerjaan


(4)

berat. Petani bibit ikan lele yang menggunakan jasa pegawai maka ada dua sistem kerja sama. Sistem kerjasama yang pertama adalah dengan sistem kerja sama bagi hasil sebesar 50% : 50% dari jumlah laba bersih, dengan catatan pemodal menyiapkan induk ikan lele, kolam, cacing sutra, pakan, alat. Sistem kerjasama yang kedua adalah bagi hasil 60% : 40%. Laba 60% untuk pegawai dan 40% untuk pemodal dari jumlah laba bersih, dengan catatan pemodal menyiapkan induk ikan lele, kolam, pakan, alat dan pegawai yang menyediakkan cacing sendiri. Pelanggan tetap tersebut berasal dari daerah sekitar. Petani hanya mampu memenuhi permintaan konsumen sekitar kurang lebih 6.000 bibit ikan lele setiap bulannya.

Petani bibit ikan lele juga sudah memilki pelanggan tetap. Petani juga masih kekurangan bibit dalam menyediakan permintaan pasar. Petani hanya mampu menyediakn bibit untuk kalangan rumah tangga. Perijinan utuk usaha pembibitan yang dilakukan dilingkungan masyarakat ini tidak ada masalah, karena tidak mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.

Kegiatan petani lele dalam usaha pembibitan ikan lele mulai dari menyediakan kolam untuk induk maupun bibit ikan lele, proses pemijahan, proses perawatan, dan proses penjualan. Langkah pertama yang dilakukan petani bibit ikan lele adalah pembuatan kolam. Pembuatan kolam itu ada dua macam yaitu kolam untuk induk ikan lele dan kolam untuk bibit ikan lele. Proses pembuatan Kolam induk dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Gali tanah dengan kedalaman air 1 meter, 1 x 3 meter. b) Buat dinding dengan batako setinggi 2 meter.

c) Buat kolam induk sebanyak 2 atau 3 kolam. Dengan isi 1 kolam 3 pejantan 5 betina.

Kolam yang kedua adalah kolam untuk bibit ikan lele. Kolam bibit ikan lele dapat dibuat secara permanen ataupun semi permanen. Kolam bibit ikan lele permanen akan menghabiskan biaya yang lebih mahal dibandingkan biaya untuk pembuatan kolam


(5)

permanen. Walaupun kolam permanen biayanya lebih mahal tetapi kolam bibit ikan lele permanen dapat lebih awet dibandingkan kolam bibit ikan lele semipermanen. Proses pembuatan kolam bibit ikan lele semipermanen dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Buat tiang dari beton cor ukuran 10cm persegi, panjang 80 cm.

b) Buat bilah bambu dengan pajang 2meter dan 3 meter. Kemudian tata bilah bambu menjadi dinding kolam setinggi 50cm.

c) Pasang tiang cor dikeempat sudut kolam, dengan ketinggian 50cm dengan lebar 2 x 3 meter.

d) Terapkan dinding bambu ketiang cor dan diikat dengan kawat blendrat. e) Buat dasaran kolam rata dan dibuat miring 5 cm.

f) Lapisin permukaan kolam menggunakan plastik UV atau Terpal ukuran 3 x 4 meter.

Pembuatan kolam permanen dapat dilakukan engan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Buat dinding menggunakan batako dengan ukuran tinggi 50 cm, lebar 2 x 3 meter. b) Haluskan dinding kolam dengan semen acian.

c) Ratakan permukaan kolam dengan kemiringan 5 cm.

d) Lapisin permukaan kolam menggunakan plastik UV atau Terpal ukuran 3 x 4 meter.

Langkah kedua yang harus dilakukan petani bibit ikan lele adalah proses pe,bersihan kolam. Proses pembersihan kolam ada 2 versi yaitu pembersihan kolam yang dilakukan pada waktu awal pemijahan dan pembersihan kolam pada waktu kolam sudah berisis bibit. Pembersihan kolam pada waktu awal pemijahan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a) Sikat permukaan kolam dengan menggunakan kain karamba atau sikat cuci. b) Bersihkan hingga tidak ada lumut yang masih menempel.


(6)

c) Sabun dengan sabun cuci cair.

d) Bilas hingga bersih dengan air bersih. e) Keringkan satu hari.

Sedangkan untuk pembersihan kolam pada waktu kolam sudah berisis bibit dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a) Kurangi volume air hingga seperempat tinggi kolam.

b) Bersihkan permukaan kolam dari kotoran dan lumut yang menempel. c) Buat sirkulasi air keluar dan masuk hingga bersih.

d) Tambah volume air keposisi semula.

e) Tambahkan air hijau dari kolam sebelah sebanyak 3 ember.

Langkah ketiga yang dilakukan petani bibit ikan lele dalam usaha pembibitan ikan lele adalah proses pemijahan. Petani harus dapat memilih induk ikan lele yang berkualitas agar mendapatkan bibit ikan lele yang berkualitas. Ciri – ciri induk yang berkualitas dapat dilihat dengan ciri-ciri yang ada pada induk ikan lele tersebut. Induk ikan lele jantan yang berkualitas dapat dilihat dengan ciri-ciri : badan induk ikan lele agak kecil memanjang, warna kulit agak kemerahan, kelamin memanjang ujungnya merah. Induk ikan lele betina yang berkualitas dapat dilihat dengan ciri-ciri : perut induk ikan lele besar memanjang, kulitnya tipis, kelaminnya berwarna merah kebiruan. Setelah memilih sepasang bibit induk ikan lele yang berkualitas petani akan melakukan pemijahan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Siapkan beberapa kolam bibit yang sudah berisi air bersih. Dengan ketinggian air 30 cm.

b) Pasang beberapa kakaban, kemudian berikan pemberat pada kakaban agar kakaban tenggelam.


(7)

d) Tutup pinggiran kolam dengan bilah bambu agar induk tidak loncat. e) Diamkam selama satu malam.

f) Keesokan harinya setelah bertelur, angkat induk kembalikan induk ke kolam induk. g) Bagi kakaban menjadi beberapa kolam bibit yang sudah disediakan.

h) Setelah telur menetas angkat kakaban.

Langkah keempat dalam usaha pembibitan ikan lele adalah proses perawatan. Proses perawatan meliputi pemberian pakan, penggantian air, dan penyaringan bibit ikan lele. Proses pemberian pakan ini bertahap, jenis pakan yang diberikan untuk bibit ikan lele sesuai dengan umur bibit ikan lele yaitu pada awal bibit ikan lele berumur 3 hari diberi pakan berupa cacing sutra. Pemeberian pakan cacing sutra diberikan secara terus menerus sampai bibit berumur 15 hari. Bibit ikan lele berumur 16 hari diberi pakan Fengli FL1 Crumble, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 20 hari diberi pakan PF 500, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 25 hari diberi pakan PF 800, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 30 hari diberi pakan PF 1000, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Proses perawatan selajutnya adalah proses penggantian air. Penggantian air pertama kali dilakukan biasanya bibit berumur 7 – 10 hari, setelah itu penggantian air bila air rusak. Ciri – ciri air rusak yaitu : nafsu makan bibit ikan lele berkurang, bibit berada dipermukaan air kolam. air berwarna hijau keruh, air berbau menyengat. Penggantian air dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kurangi volume air hingga seperempat tinggi kolam.

b. Bersihkan permukaan kolam dari kotoran dan lumut yang menempel. c. Buat sirkulasi air keluar dan masuk hingga bersih.

d. Tambah volume air keposisi semula.


(8)

Proses selanjutnya adalah penyaringan bibit ikan lele. Penyaringan bibit ikan lele dilakukan agar bibit ikan lele yang memilki ukuran yang sama dijadikan satu kolam. Penyaringan bibit ikan lele dapat dilakuka dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Siapkan 4 kolam bibit ikan lele kosong, kemudian isi dengan air bersih. b) Siapkan bak saring ukuran 1, 2, 3, 4.

c) Kuras air kolam bibit yang akan disaring.

d) Masukkan bibit ikan lele kedalam bak saring ukuran 1, pidahkan ke kolam bibit kosong. Bibit yang menerobos bak saring kuran 1 namanya Rete. Bibit ikan lele yang masih berada di dalam bak saring ukuran 1 dimasukkan kedalam bak saring ukuran 2. e) Masukkan bibit ikan lele kedalam bak saring ukuran 2, pidahkan ke kolam bibit

kosong. Bibit yang menerobos bak saring kuran 2 namanya bibit ukuran 1. Bibit ikan lele yang masih berada di dalam bak saring ukuran 2 dimasukkan kedalam bak saring ukuran 3.

f) Masukkan bibit ikan lele kedalam bak saring ukuran 3, pidahkan ke kolam bibit kosong. Bibit yang menerobos bak saring kuran 3 namanya bibit ukuran 2. Bibit ikan lele yang masih berada di dalam bak saring ukuran 3 dimasukkan kedalam bak saring ukuran 4.

g) Masukkan bibit ikan lele kedalam bak saring ukuran 4, pidahkan ke kolam bibit kosong. Bibit yang menerobos bak saring kuran 4 namanya bibit superan.

Perkembangan usaha bibit ikan lele kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan dari tahun 2004 – 2014 mengalami pasang surut, hingga akhirnya jumlah anggota kelompok tani bibit ikan lele mengalami penurunan yang signifikan. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan pada waktu masih jaya dapat memperluas area pembibitan dan penjualan, bahkan mampu mengajak petani lain untuk bergabung dalam memasarkan bibit ikan lele. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam


(9)

Harapan, petani berbagi ilmu tersebut kepada petani pemula. Petani pemula tersebut membudidayakan bibit ikan lele dilahannya sendiri, tetapi untuk pemasarannya petani pemula bergabung bersama kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan.

Upaya petani dalam meningkatkan jumlah penjualan adalah dengan menjaga kualitas bibit ikan lele. Kualitas yang baik maka akan mampu menarik konsumen untuk membeli produk. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan tidak menggunakan media elektronik, media cetak atau yang lainnya, tetapi hanya dari mulut ke mulut dalam mempromosikan produknya.

Limbah ikan lele hampir dikatakan tidak ada. Kotoran ikan lele lama-kelamaan mengurai, bercampur dengan air dikolam hingga berwarna hijau. Air yang telah berwarna hijau tersebut apabila dialirkan kesawah atau ladang dapat membatu pemupukan. Hal tersebut akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar yang memiliki sawah atau perkebunan.

1. Pelaksanaan bauran pemasaran pada Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan Dusun Gemenggeng.

a) Produk (product)

Produk yang dibudidayaknan kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan ada beberapa jenis yaitu Paiton, Sangkuriang, Serela, Matsamu, Matahari Sakti Mojokerto, dan Dumbo. Jenis bibit ikan lele yang sering dibudidayakan oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan adalah Sangkuriang, Paiton, dan Dumbo. Ukuran bibit ika lele yang dihasilkan petani bermacam-macam yaitu :

1) Ukuran 1 : 1-2 cm 2) Ukuran 2 : 2-3 cm 3) Ukuran 3 : 3-4 cm


(10)

4) Ukuran 4 : 3-5 cm 5) Ukuran 5 : 4-6 cm 6) Ukuran 6 : 4-7 cm 7) Ukuran 7 : 5-7 cm 8) Ukuran 8 : 6-8 cm 9) Ukuran 9 : 7-9 cm 10)Ukuran 10 : 9-12 cm

Produksi bibit ikan lele dalam waktu 6 bulan kurang lebih 600.000 ekor. Hasil produksi tersebut dapat dicapai apabila kondisi dan perawatan yang baik. Kualitas produk/bibit ikan lele dapat dijaga dengan cara memperhatikan pemilihan induk, porsi pakan iduk, dan perawatan yang maksimal. Hal yang menjadikan bibit ikan lele ini berbeda dengan bibit ikan lele hasil produksi kelompok tani yang lain adalah kulitas dari induk ikan lele. sehingga mampu menghasilkan bibit ikan lele yang berkualitas.

Merk/nama tertentu bagi kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan tidak perlu dibuat karena hal tersebut tidak akan mempengaruhi jumlah penjualan, tetapi hanya kualitas produk yang mereka perhatikan. Pengemasan bibit ikan lele ada dua versi yaitu dengan menggunakan drum dan plastik. Pengemasan baik menggunakan drum atau plastik, maka air harus ditambahkan 2-3 sendok teh minyak kelapa. Hal terebut bertujuan agar bibit ikan lele tidak mudah stres saat dalam distribusi.

b) Harga (price)

Harga bibit ikan lele ditentukan dari total biaya produksi dan laba maksimal yang diinginkan. Laba yang didapat dalam waktu kurang lebih 6 bulan itu tidak menentu karena tergantung pada ukuran bibit ikan lele yang terjual. Bibit ikan lele yang terjual dalam waktu 6 bulan berturut-turut adalah ukuran 6 dengan hasil panen maksimal maka, petani akan


(11)

memperoleh laba kurang lebih Rp10.000.000. Laba yang didapat oleh petani bibit ikan lele berfluktuasi dan pada akhir-akhir ini laba mulai menurun karena cuaca yang tidak mendukung dan proses perawatan selama pembibitan. Petani pernah tidak mendapatkan laba karena mengalami gagal panen. Harga pakan bibit ikan lele yang naik tidak akan mempengaruhi harga jual bibit ikan lele, walaupun petani tidak memilki pakan alternatif lainnya. Pakan alternatif hanya ada untuk ikan lele pembesaran. Petani ikan lele memberikan harga khusus/diskon untuk pelanggan tetap dengan ketentuan dan syarat berlaku. Diskon yang diberikan petani bibit ikan lele kepada pelanggan tetap sebanyak 5%-10%. Petani juga memberikan potongan harga/diskon kepada konsumen dengan ketentuan dan syarat yang berlaku. Konsumen biasa yang membeli bibit ikan lele dalam jumlah banyak dengan ukuran tertentu biasanya yang mendapatkan potongan harga/diskon.

c) Tempat/Distribusi (place)

Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan memilih tempat pembibitan ikan lele disekitar rumah tempat tinggal petani itu sendiri, karena hal tersebut dirasakan lebih efektif dan efisien. Tempat pembibitan ikan lele yang jauh dari tempat tinggal petani, maka perawatan dalam pembibitan tidak akan maksimal. Tempat untuk pembibitan ikan lele ini sebenarnya dirasakan belum cukup baik, karena terhambat dengan modal. Tempat yang strategis, aman, nyaman, dan bersih akan dapat menarik konsumen, dengan begitu akan mempengaruhi penjualan bibit ikan lele.

Ditribusi sudah sampai ke kota lain, seperti Semarang, Demak, Kudus, Magelang, Boyolali, dan Solo. Alat transportasi yang digunakan dalam mendistribusikan bibit ikan lele ada dua yaitu dengan menggunakan sepeda motor dan mobil. Distribusi bibit ikan lele dalam jumlah kecil (<50.000 ekor) petani menggunakan sepeda motor yang dikasih bronjong, bibit


(12)

ikan lele dikemas dengan plastik. Sedangkan untuk distribusi dalam jumlah besar (>50.000 ekor) petani menggunakan mobil, bibit ikan lele dikemas dengan drum.

d) Promosi (promotion)

Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan hampir tidak melakukan promosi seperti melalui media cetak, radio, baner, spanduk dan lain sebagainya. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan pada awalnya hanya memberikan servis pelanggan kepada konsumen. Servis pelanggan diberikan dengan cara memberikan pengarahan atau pelatihan kepada konsumen mengenai cara pembesaran ikan lele. Servis pelanggan tersebut yang pada akhirnya membuat usaha pembibitan ikan lele menjadi dikenal masyarakat lainnya, karena pelanggan melakukan promosi dari mulut ke mulut. Petani bibit ikan lele tidak melakukan promosi menggunakan media cetak, radio, baner, spanduk atau yang lainnya, karena petani menyadari bahwa mereka belum mampu memenuhi permintaan pasar. Alasan lain petani tidak melakukan promosi menggunakan media lain karena kekurangan modal.

2. Pembahasan

Pelaksanaan bauran pemasaran pada kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan mencakup produk (product), harga (price), tempat/distribusi (place), promosi (promotion). Keempat alat pemasaran tersebut akan menentukan bagaimana keadaan suatu usaha, apakah suatu usaha akan berkembang atau terpuruk. Penulis menemukan banyak informasi dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan, untuk itu penulis akan membahas berbagai temuan untuk menjawab pertanyaan masalah dalam penelitian ini.

1. Pembibitan ikan lele Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng.


(13)

Pembibitan ikan lele pada Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng jika dilihat dari cara atau alat yang digunakan dapat digolongkan masih tradisional. Pembibitan ikan lele meliputi pembuatan kolam, pemijahan, perawatan dan penjualan. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan berdiri pada tahun 2004 dengan jumlah anggota sebnayak 33 petani. Kelompok tani bibit ikan lele berdiri ketika tahun 2001 terdapat dua orang petani yang memulai usaha pembibitan, satu tahun kemudian terdapat lima orang petani lainnya yang turut membuka usaha serupa dan mampu bertahan hingga beberapa tahun kedepan. Tahun 2004, petani bibit ikan lele dusun Gumenggeng tersebut memutuskan untuk membentuk suatu kelompok usaha pembibitan ikan lele yang diberi nama Kelompok Tani Bibit Ikan Lele Kolam Sumber Rejeki. Tahun-ketahun jumlah anggota semakin berkurang hingga pada tahun 2011 jumlah anggota kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki hanya tersisa 4 petani yang bertahan hingga sekarang tahun 2014. Tahun 2014 kelompok tani bibit ikan lele Sumber Rejeki merubah namanya menjadi kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan.

Jenis pakan untuk bibit ikan lele itu bermacam-macam yaitu ada jenis pakan cacing, jenis pakan Fengli FL1 Crumble, jenis pakan PF 500, jenis pakan PF 800, dan jenis pakan PF 1000. Pemberian pakan setelah bibit berumur 3 hari beri pakan berupa cacing sutra. Pemeberian pakan cacing sutra diberikan secara terus menerus sampai bibit berumur 15 hari. Bibit ikan lele berumur 16 hari diberi pakan Fengli FL1 Crumble, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 20 hari diberi pakan PF 500, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 25 hari diberi pakan PF 800, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Bibit ikan lele berumur 30 hari diberi pakan PF 1000, 1 hari 3x (pagi, siang, malam). Jenis pakan cacing sutra kini keberadaanya semakin langka sehingga membuat harga cacing sutra semakin mahal. Harga cacing sutra yang dahulunya Rp10.000,- @1 liter kini mencapai Rp20.000,- @1 liter. Harga pakan cacing sutra yang mahal bisa diatasi dengan cara petani


(14)

mencari cacing sutra sendiri atau membudidayakan cacing sutra sendiri, karena belum ditemuka pakan pengganti jenis cacing sutra untuk bibit ikan lele umur 3-15 hari. Jika petani mau mebudidayakan cacing sutra sendiri maka cacing sutra tidak akan menjadi langka lagi. Ketersediaan cacing sutra yang melimpah karena dibudidayakan sendiri maka biaya pembibitan ikan lele akan berkurang dan dengan harga jual bibit ikan lele yang tetap maka petani akan memperoleh laba lebih banyak. Sedangkan pakan induk adalah dengan porsi pakannya adalah 10% dari berat induk ikan lele tersebut.

Besar kecilnya laba atau rugi yang didapat oleh petani bibit ikan lele tergantung pada jumlah biaya produksi/pembibitan dan hasil panen bibit ikan lele. Biaya yang harus dikeluarkan oleh petani bibit ikan lele adalah biaya pembelian induk ikan lele, biaya pembuatan kolam, biaya perawatan, dan biaya peralatan. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian induk ikan lele cukup banyak, karena petani harus menyediakan beberapa induk untuk pembibitan yang kemudian ditangkarkan kedalam 2-3 kolam induk ikan lele. Satu kolam diisi dengan 3 pejantan dan 5 betina. Petani dapat meminimalisir biaya untuk pembelian induk ikan lele dengan cara saling meminjamkan induk ikan lele antara petani satu dengan yang lainnya. Biaya pembuatan kolam cukup mahal, tetapi biaya pembuatan kolam hanya dikeluarkan pada saat awal pembibitan saja. Petani hanya mengeluarkan biaya untuk perbaikan kolam pada saat kolam mengalami kerusakan, sehingga tidak ada biaya rutin yang dikeluarkan untuk kolam. Biaya perawatan meliputi pakan dan kesehatan bibit ikan lele. Biaya pakan menjadi salah satu hal yang penting karena dikeluarkan secara rutin. Biaya pakan akan menetukan hasil panen. Petani harus memberikan pakan bibit atau induk ikan lele sesuai porsi dengan kualitas pakan yang tepat agar nantinya hasil panen bibit ikan lele dapat maksimal. Petani yang tidak memberikan pakan sesaui porsi dengan tepat akan membuat induk ikan lele tersebut menghasilkan bibit ikan lele yang tidak berkualitas, sehingga menyebabkan hasil panen yang tidak memuaskan atau bahkan petani akan mengalami gagal


(15)

panen. Biaya perawatan yang berikutnya adalah biaya kesehatan. Biaya kesehatan dikeluarkan oleh petani bibit ikan lele apabila bibit ikan lele terjangkit suatu penyakit atau bibit ikan lele mengalami stres. Biaya peralatan hanya dikeluarkan olah petani bibit ikan lele pada awal pembibitan saja dan jikan peralatan sudah mengalami kerusakan. Biaya peralatan digunakan untuk membeli peralatan seperti bak saring, selang, serok, ember dan lain sebagainya. Jumlah dari semua biaya dalam masa pembibitan akan diperhitungkan oleh petani dan dibandingkan dengan hasil panen bibit ikan lele. Hasil panen akan menentukan laba atau rugi. Pendapatan petani bibit ikan lele diperoleh setiap petani panen bibit ikan lele. Petani bibit ikan lele tidak mendapatkan pendapatan lain selain dari hasil panen bibit ikan lele, karena petani hanya melakukan usaha pembibitan ikan lele. Petani akan mendapatkan hasil yang maksimal apabila kualitas bibit ikan lele dijaga serta cuaca yang mendukung. Kualitas bibit ikan lele dapat dijaga dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menghindar pengawinan induk sedarah. Pengawinan induk sedarah dapat dikatan jika sepasang induk diambil dari 1 kolam induk ikan lele yang sama. Pengawinan sedarah akan mengakibatkan bibit ikan lele menjadi tidak dapat bertahan hidup lama, jikapun bertahan hidup maka bibit akan mengalami cacat fisik.

2. Pelaksanaan bauran pemasaran pada Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng.

Bauran pemasaran merupakan cara yang digunakan untuk mempertahankan atau mengembangkan suatu usaha dalam mengahadapi pesaingnya. Sebagaimana menurut Philip Kotler (2008;62) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya


(16)

dipasar sasaran. Suatu usaha dapat berhasil dicapai melalui proses perjuangan yang panjang dan dengan pemilihan alat bantu pemasaran yang tepat. Bagian ini akan menganalisi kejadian dilapangan tentang pelaksanaan bauran pemasaran pada Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan Dusun Gemenggeng.

a) Produk (product)

Produk merupakan alat pemasran yang sangat penting karena, produk akan memepngaruhi alat bauran pemasaran yang lainnya. Menurut Sofjan Assauri (2013;200) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran. Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan kepada pangsa pasar unutk memenuhi kebutuha /keinginan konsumen.

Menurut Sofjan Assauri (2013;200) faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines), macam (product items), jaminan (warranties), dan pelayanan (service). Petani bibit ikan lele berusaha untuk menjaga mutu/kualitas bibit ikan lele. Petani menyakini bahwa dengan kualitas bibit ikan lele yang bagus maka petani akan mampu mempertahankan usahanya dan memuaskan konsumen. Kosumen yang puas dengan produk Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan Dusun Gemenggeng maka konsumen akan menjadi pelanggan tetap. Penampilan (features), untuk bibit ikan lele sudah rajin, karena petani selalu melakukan penyaringan bibit ikan lele dan mengelompokkannya sesuai ukurannya masing-masing. Pilihan yang ada (options) dalam Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan sudah ada karena dalam 1 kali pemijahan sepasang induk ikan lele ditangkarkan kedalam 3 kolam bibit ikan lele. Pelayanan (service) dilakukan oleh petani bibit ikan lele dari awal konsumen membeli hingga panen tiba. Pelayanan dilakukan melalui media elektronik


(17)

ataupun secara langsung. Ukuran (size) yang disediakan oleh petani bibit ikan lele cukup bervariasi yaitu ukuran 1 - 10, tetapi dalam kenyataannya petani tidak dapat menyedikan ukuran yang diminta oleh konsumen. Ukuran yang dapat diproduksi oleh petani bibit ikan lele adalah ukuran 1, ukuran 2, ukuran 3, ukuran 4, ukuran 5, ukuran 6. Hal tersebut terjadi karena petani kekurangan modal, karena untuk pembibitan bibit ikan lele ukuran 7 – 10 membutuhkan biaya yaang lebih banyak. Petani yang tidak dapat memenuhi ukuran bibit sesuai dengan permintaan, akan membuat konsumen bibit ikan lele beralih ke petani pesaing. Jaminan (warranties) diberikan kepada konsumen apabila konsumen mengalami resiko pada bibit ikan lele yang dibelinya. Jaminan diberikan dengan berbagai cara, salah satunya adalah pada saat distribusi terdapat bibit ikan lele yang mati, maka petani akan menggantinya ssebanyak 50% dari total bibit yang mati. Pembibitan ikan lele ini sudah memenuhi faktor-faktor penting yang terkandung dalam produk yaitu mutu/kualitas, penampilan (features), pelayanan (service) dan jaminan (warranties). Faktor-faktor yang terkandung didalam produk yang belum terpenuhi oleh petani bibit ikan lele antara lain : gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), jenis (product lines), macam (product items). Merek (brand names), dirasa oleh petani tidak begitu diperlukan dalam usahan pembibitan ikan lele. Karena tanpa merk bibit mereka sudah laku terjual. Petani bibit ikan lele seharusnya memberikan merk pada bibit ikan lele yang mereka produksi agar menarik konsumen lebih banyak sehingga dapat meningkatkan omzet penjualan. Pengemasan (packaging) yang dilakukan olehpetani bibit ikan lele belum cukup aman. Pengemasan dengan menggunakan plastik akan beresiko pecah atau mudah bocor. Jenis (product lines), tidak dilakukan oleh petani bibit ikan lele. Seharusnya petani menyediakan (product lines agar dapat menambah pendapatan. Jenis (product lines) misalnya melakukan pembesaran ikan lele, pembuatan makanan yang bahan dasarnya menggunakan ikan lele. Macam (product items) tidak disediakan oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan. Kelompok tani bibit ikan lele


(18)

Kolam Harapan hanya menyediakan 1 macam produk/bibit ikan lele. Misalnya bibit ikan lele Sangkuriang saja.

Petani bibit ikan lele harus mampu mencari modal tambahan agar dapat mengembangkan produknya dalam memenuhi permintaan konsumen. Faktor-faktor yang terkandung didalam produk seperti gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines), macam (product items) sudah terpenuhi oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan maka kepuasan konsumen terhadap produk Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan akan tercapai.

b) Harga (price)

Harga juga merupakan alat bauran yang penting. Harga akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Menurut Philip Kotler (2008;63) harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Penentuan harga pada kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan tidak jauh berbeda dengan penentuan-penetuan harga pada umumnya. Penetuan harga dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan selama pembibitan untuk menentukan harga yang tepat, dengan tujuan konsumen tidak merasa keberatan dengan harga beli bibit ikan lele dan petani juga tidak merasa kerendahan dengan harga jual bibit ikan lele tersebut.

c) Tempat/Distribusi (place)

Menurut Saiman Leonardus (2009;137) strategi tempat dan distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan produk dari tempatnya ke tangan konsumen akhir secara efisien dan efektif, sehingga tidak mengganggu stretegi harga. Tempat yang aman, nyaman, dan strategi harus diciptakan oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan , tetapi tempat yang mereka milki sekarang ini belum strategis. Distribusi yang dilakukan Kelompok tani bibit


(19)

ikan lele Kolam Harapan sudah mencapai keluar kota tetapi hanya beberapa kota di sekitar daerah mereka yaitu Semarang, Demak, Kudus, Magelang, Boyolali, dan Solo. Petani perlu memperluas pangsa pasar agar dapat menguasai pasar dan menjadi pemimpin pasar (market leader).

d) Promosi (promotion)

Promosi merupakan salah satu alat pemasaran yang berfungsi mengenalkan produk kepada masyarakat luas. Menurut Sofjan Assauri (2013;269) bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari unsur-unsur promosi tersebut, maka untuk dapat efektifnya promosi yang dilakukan oleh peruasahaan, perlu ditentukan terlebih dahulu peralatan atau unur promosi apa yang sebaiknya digunakan dan bagaimana pengkombinasian unusur-unsur tersebut, agar hasilnya dapat optimal. Promosi yang dilakukan oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan dilakukan dengan sarana promosi dari mulut ke mulut. Promosi dari mulut-kemulut sebenarnya tidak efektif karena informasi yang disampaikan dari satu orang ke orang yang lainnya bisa saja tidak sama. Petani tidak melakukan promosi dengan sarana promosi yang lain karena terhambat denga pendanaan/modal. Petani yang memiliki modal tidak akan melakukan promosi dengan sarana promosi lain, karena jika petani melakukan promosi konsumen akan bertambah banyak dan petani tidak dapat menyediakan permintaan konsumen. Petani harus menggali modal lebih banyak untuk mengmbangkan produknya agar dapat memenuhi permintaan pasar dan melakukan promosi agar dapat dikenal oleh lebih banyak masyarakat diluar sana.

Pelaksanaan bauran pemasaran pada kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng sebagian besar sudah diterapkan akan tetapi belum maksimal. Kualitas produk sudah dimilki oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng tetapi belum mampu memenuhi faktor-faktor yang terkandung didalam produk seperti gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines) dan


(20)

macam (product items). Sehingga hal ini akan dapat mengurangi kepuasan konsumen dan menyebabkan konsumen semakin berkurang. Unsur bauran pemasaran harga sudah ditetapkan secara tepat terbukti dengan fakta bahwa kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan mampu memberikan harga yang lebih murah dibandingkan harga di petani lainnya. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan juga masih memberikan potongan untuk jumlah pembelian tertentu dan untuk pelanggan tetap. Unsur bauran pemasaran tempat/distribusi belum dilakukan secara maksimal karena tempat belum strategis dan berada dalam wilayah rumah warga. Sedangkangkan untuk distribusi kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan belum mampu mengembangkan wilayah distribusi untuk produk/bibit ikan lele. Unsur bauran promosi dilakukan oleh petani bibit ikan lele dengan sarana promosi dari mulut ke mulut. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan belum melakukan promosi menggunakan sarana promosi seperti periklanan, promosi penjualan, publisitas karena petani kekurangan modal. Kurangnya promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Bibit Ikan Lele Kolam Harapan berakibat masih ada masyarakat yang belum mengetahui usaha kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan.

No Bauran pemasaran Sudah dilaksanakan Belum dilaksanakan

1 Produk (product)

a. Mutu/kualitas V

b. Penampilan (features) V c. Pilihan yang ada (options) V

d. Gaya (styles) V

e. Merek (brand names) V


(21)

g. Ukuran (size) V h. Jenis (product lines) V

i. Macam (product items) V

j. Jaminan (warranties) V k. Pelayanan (service) V

2 Harga (price) V

3 Tempat/Distribusi (place) V

4 Promosi (promotion)

a) Dari mulut ke mulut V

b) Periklanan V

c) Promosi penjualan (sales promotion)

V

d) Publisitas (publicity) V

e) Penjualan pribadi (personal selling)

V

Tabel 4.1 Pelaksanaan Bauran Pemasaran 4P

Dunia usaha yang semakin ketat diperlukan adanya bauran pemasaran yang tepat supaya usaha Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan dapat menciptakan kepuasan konsumnen sasaran melebihi dari pesaingnya dan supaya dapat terus bertahan.


(1)

dipasar sasaran. Suatu usaha dapat berhasil dicapai melalui proses perjuangan yang panjang dan dengan pemilihan alat bantu pemasaran yang tepat. Bagian ini akan menganalisi kejadian dilapangan tentang pelaksanaan bauran pemasaran pada Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan Dusun Gemenggeng.

a) Produk (product)

Produk merupakan alat pemasran yang sangat penting karena, produk akan memepngaruhi alat bauran pemasaran yang lainnya. Menurut Sofjan Assauri (2013;200) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran. Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan kepada pangsa pasar unutk memenuhi kebutuha /keinginan konsumen.

Menurut Sofjan Assauri (2013;200) faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options), gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines), macam (product items), jaminan (warranties), dan pelayanan (service). Petani bibit ikan lele berusaha untuk menjaga mutu/kualitas bibit ikan lele. Petani menyakini bahwa dengan kualitas bibit ikan lele yang bagus maka petani akan mampu mempertahankan usahanya dan memuaskan konsumen. Kosumen yang puas dengan produk Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan Dusun Gemenggeng maka konsumen akan menjadi pelanggan tetap. Penampilan (features), untuk bibit ikan lele sudah rajin, karena petani selalu melakukan penyaringan bibit ikan lele dan mengelompokkannya sesuai ukurannya masing-masing. Pilihan yang ada (options) dalam Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Harapan sudah ada karena dalam 1 kali pemijahan sepasang induk ikan lele ditangkarkan kedalam 3 kolam bibit ikan lele. Pelayanan (service) dilakukan oleh petani bibit ikan lele dari awal konsumen membeli hingga panen tiba. Pelayanan dilakukan melalui media elektronik


(2)

ataupun secara langsung. Ukuran (size) yang disediakan oleh petani bibit ikan lele cukup bervariasi yaitu ukuran 1 - 10, tetapi dalam kenyataannya petani tidak dapat menyedikan ukuran yang diminta oleh konsumen. Ukuran yang dapat diproduksi oleh petani bibit ikan lele adalah ukuran 1, ukuran 2, ukuran 3, ukuran 4, ukuran 5, ukuran 6. Hal tersebut terjadi karena petani kekurangan modal, karena untuk pembibitan bibit ikan lele ukuran 7 – 10 membutuhkan biaya yaang lebih banyak. Petani yang tidak dapat memenuhi ukuran bibit sesuai dengan permintaan, akan membuat konsumen bibit ikan lele beralih ke petani pesaing. Jaminan (warranties) diberikan kepada konsumen apabila konsumen mengalami resiko pada bibit ikan lele yang dibelinya. Jaminan diberikan dengan berbagai cara, salah satunya adalah pada saat distribusi terdapat bibit ikan lele yang mati, maka petani akan menggantinya ssebanyak 50% dari total bibit yang mati. Pembibitan ikan lele ini sudah memenuhi faktor-faktor penting yang terkandung dalam produk yaitu mutu/kualitas, penampilan (features), pelayanan (service) dan jaminan (warranties). Faktor-faktor yang terkandung didalam produk yang belum terpenuhi oleh petani bibit ikan lele antara lain : gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), jenis (product lines), macam (product items). Merek (brand names), dirasa oleh petani tidak begitu diperlukan dalam usahan pembibitan ikan lele. Karena tanpa merk bibit mereka sudah laku terjual. Petani bibit ikan lele seharusnya memberikan merk pada bibit ikan lele yang mereka produksi agar menarik konsumen lebih banyak sehingga dapat meningkatkan omzet penjualan. Pengemasan (packaging) yang dilakukan olehpetani bibit ikan lele belum cukup aman. Pengemasan dengan menggunakan plastik akan beresiko pecah atau mudah bocor. Jenis (product lines), tidak dilakukan oleh petani bibit ikan lele. Seharusnya petani menyediakan (product lines agar dapat menambah pendapatan. Jenis (product lines) misalnya melakukan pembesaran ikan lele, pembuatan makanan yang bahan dasarnya menggunakan ikan lele. Macam (product items) tidak disediakan oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan. Kelompok tani bibit ikan lele


(3)

Kolam Harapan hanya menyediakan 1 macam produk/bibit ikan lele. Misalnya bibit ikan lele Sangkuriang saja.

Petani bibit ikan lele harus mampu mencari modal tambahan agar dapat mengembangkan produknya dalam memenuhi permintaan konsumen. Faktor-faktor yang terkandung didalam produk seperti gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines), macam (product items) sudah terpenuhi oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan maka kepuasan konsumen terhadap produk Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan akan tercapai.

b) Harga (price)

Harga juga merupakan alat bauran yang penting. Harga akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Menurut Philip Kotler (2008;63) harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Penentuan harga pada kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan tidak jauh berbeda dengan penentuan-penetuan harga pada umumnya. Penetuan harga dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan selama pembibitan untuk menentukan harga yang tepat, dengan tujuan konsumen tidak merasa keberatan dengan harga beli bibit ikan lele dan petani juga tidak merasa kerendahan dengan harga jual bibit ikan lele tersebut.

c) Tempat/Distribusi (place)

Menurut Saiman Leonardus (2009;137) strategi tempat dan distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan produk dari tempatnya ke tangan konsumen akhir secara efisien dan efektif, sehingga tidak mengganggu stretegi harga. Tempat yang aman, nyaman, dan strategi harus diciptakan oleh Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan , tetapi tempat yang mereka milki sekarang ini belum strategis. Distribusi yang dilakukan Kelompok tani bibit


(4)

ikan lele Kolam Harapan sudah mencapai keluar kota tetapi hanya beberapa kota di sekitar daerah mereka yaitu Semarang, Demak, Kudus, Magelang, Boyolali, dan Solo. Petani perlu memperluas pangsa pasar agar dapat menguasai pasar dan menjadi pemimpin pasar (market leader).

d) Promosi (promotion)

Promosi merupakan salah satu alat pemasaran yang berfungsi mengenalkan produk kepada masyarakat luas. Menurut Sofjan Assauri (2013;269) bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari unsur-unsur promosi tersebut, maka untuk dapat efektifnya promosi yang dilakukan oleh peruasahaan, perlu ditentukan terlebih dahulu peralatan atau unur promosi apa yang sebaiknya digunakan dan bagaimana pengkombinasian unusur-unsur tersebut, agar hasilnya dapat optimal. Promosi yang dilakukan oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan dilakukan dengan sarana promosi dari mulut ke mulut. Promosi dari mulut-kemulut sebenarnya tidak efektif karena informasi yang disampaikan dari satu orang ke orang yang lainnya bisa saja tidak sama. Petani tidak melakukan promosi dengan sarana promosi yang lain karena terhambat denga pendanaan/modal. Petani yang memiliki modal tidak akan melakukan promosi dengan sarana promosi lain, karena jika petani melakukan promosi konsumen akan bertambah banyak dan petani tidak dapat menyediakan permintaan konsumen. Petani harus menggali modal lebih banyak untuk mengmbangkan produknya agar dapat memenuhi permintaan pasar dan melakukan promosi agar dapat dikenal oleh lebih banyak masyarakat diluar sana.

Pelaksanaan bauran pemasaran pada kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng sebagian besar sudah diterapkan akan tetapi belum maksimal. Kualitas produk sudah dimilki oleh kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan Dusun Gemenggeng tetapi belum mampu memenuhi faktor-faktor yang terkandung didalam produk seperti gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (product lines) dan


(5)

macam (product items). Sehingga hal ini akan dapat mengurangi kepuasan konsumen dan menyebabkan konsumen semakin berkurang. Unsur bauran pemasaran harga sudah ditetapkan secara tepat terbukti dengan fakta bahwa kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan mampu memberikan harga yang lebih murah dibandingkan harga di petani lainnya. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan juga masih memberikan potongan untuk jumlah pembelian tertentu dan untuk pelanggan tetap. Unsur bauran pemasaran tempat/distribusi belum dilakukan secara maksimal karena tempat belum strategis dan berada dalam wilayah rumah warga. Sedangkangkan untuk distribusi kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan belum mampu mengembangkan wilayah distribusi untuk produk/bibit ikan lele. Unsur bauran promosi dilakukan oleh petani bibit ikan lele dengan sarana promosi dari mulut ke mulut. Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan belum melakukan promosi menggunakan sarana promosi seperti periklanan, promosi penjualan, publisitas karena petani kekurangan modal. Kurangnya promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Bibit Ikan Lele Kolam Harapan berakibat masih ada masyarakat yang belum mengetahui usaha kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan.

No Bauran pemasaran Sudah dilaksanakan Belum dilaksanakan

1 Produk (product)

a. Mutu/kualitas V

b. Penampilan (features) V c. Pilihan yang ada (options) V

d. Gaya (styles) V

e. Merek (brand names) V


(6)

g. Ukuran (size) V h. Jenis (product lines) V

i. Macam (product items) V

j. Jaminan (warranties) V k. Pelayanan (service) V

2 Harga (price) V

3 Tempat/Distribusi (place) V

4 Promosi (promotion)

a) Dari mulut ke mulut V

b) Periklanan V

c) Promosi penjualan (sales promotion)

V

d) Publisitas (publicity) V

e) Penjualan pribadi (personal selling)

V

Tabel 4.1 Pelaksanaan Bauran Pemasaran 4P

Dunia usaha yang semakin ketat diperlukan adanya bauran pemasaran yang tepat supaya usaha Kelompok tani bibit ikan lele Kolam Harapan dapat menciptakan kepuasan konsumnen sasaran melebihi dari pesaingnya dan supaya dapat terus bertahan.


Dokumen yang terkait

Business Plan Pembibitan Ikan Lele

5 46 61

Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele Studi Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di Kota Denpasar.

0 1 16

Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele: Studi Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di Kota Denpasar.

0 0 13

Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele Studi Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di Kota Denpasar.

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang T1 162010022 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang T1 162010022 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang T1 162010022 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bauran Pemasaran Pembibitan Lele pada Kelompok Tani Pembibitan Lele Kolam Harapan di Dusun Gemenggeng Kabupaten Semarang

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Bauran Pemasaran Sayuran Organik pada Kelompok Tani Tranggulasi T1 522008026 BAB IV

0 0 15