PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI KEDELAI DALAM USAHA PEMBUATAN TEMPE DI DESA TLOGOAGUNG KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO.
PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI KEDELAI DALAM
USAHA PEMBUATAN TEMPE DI DESA TLOGOAGUNG
KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Siti Fashikhatun Lisania B02211027
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI KEDELAI DALAM
USAHA PEMBUATAN TEMPE DI DESA TLOGOAGUNG
KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
SurabayaUntuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Siti Fashikhatun Lisania
B02211027
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Siti Fashikhatun Lisania, B02211027, 2015. Pendampingan Komunitas Petani Kedelai dalam Peningkatkan Aset Penghasilan Melalui Usaha Melalui Usaha Pembuatan Tempe di Desa Tlogo agung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan sosial
Pendampingan ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkatkan ekonomi masyarakat melalui usaha pembuatan tempe, dalam skripsi ini pendamping mengunakan metode kualitatif dan metode Asset baset community development (ABCD), adapun tehnik yang di gunakan yaitu melalui tahapan observasi, wawancara, dokumentasi dan mengali data sebanyak-banyaknya mengenai petani kedelai, hingga wawancara pada orang yang telah dijadikan local lider (orang yang pandai dalam bidang produksi tempe) dan informan-informan lainya.
Pendampingan yang dilakukan di desa Tlogoagung ini yaitu memanfaatkan sumber daya alam yang telah di milki dan mencoba memanfaatkan potensi sebaik mungkin demi suatu tujuan berupa kesejahteraan sosial, material dan finansial, dengan cara mengolah kedelai menjadi tempe untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, agar masyarakat bisa mengarah guna meningkatkan ekonomi secara mandiri dan produktif sehingga mampu menghasilkan nilai yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar, upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih banyak.
Permasalahan yang telah di alami oleh masyarakat Tlogoagung adalah kurangya pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan sumberdaya yang telah dimilki dan belum pernah ada yang mengarahkan atau pelatihan mengenai sumberdaya alamnya, jadi ketika musim menunggu khususnya ketika sedang menunggu panen dan setelah menanam biji diladang mereka hanya mengangur jarang yang bekerja karena mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani.
Tujuanya adalah agar masyarakat mengetahui aset dan potensi yang telah di miliki, mengenalkan dan menyadarkan masyarakat mengenai potensi yaitu dengan cara FGD bersama hingga membentuk acara pelatihan pembuatan tempe yang diadakan di rumah warga dan di hadiri oleh beberapa masyarakat, dengan adanya pelatihan diharapkan masyarakat bisa mengolah dan memproduksi secara mandiri dan tidak menjadi penganguran ketika masa menunggu panen.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PENGESAHAN... iii
MOTTO ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRACT ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Strategi Pendampingan... 4
E. Manfaat Hasil Penelitian... 6
F. Analisis Stakeholder ... 6
G. Sistimatika Pembahasan... 7
BAB II KAJIAN TEORI PENDAMPINGAN PETANI KEDELAI BERBASIS ASET A. Konsep Teori Perubahan Sosial ... 13
B. Konsep Teori Pembangunan ... 19
(8)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39
B. Kehadiran Peneliti ... 40
C. Lokasi Penelitian ... 41
D. Sumber Data dan Jenis Data ... . 43
E. Dokumentasi ... 43
F. Tahap-tahap Penelitian ... 44
G. Teknik Pengumpulan Data ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 48
I. Teknik Keabsahan Data... 50
BAB IV PROFIL DESA TLOGOAGUNG A. Mengenal desa Tlogoagung ... ... 55
B. Letak geografi Desa Tlgoagung ... 55
C. Demografi ... 57
D. Sejarah Masyarakat ... 59
E. Adat istiadat Masyarakat ... 60
F. Pendidikan Masyarakat ... 61
G. Ekonomi Masyarakat ... 62
H. Kesehatan Masyarakat ... 63
I. Keagamaan Masyarakat ... 65
J. Pembangunan Masyarakat ... 65
BAB V PROSES PENDAMPINGAN PETANI KEDELAI BERBASIS ASET. A. Tahap awal pendampingan dan realitas petani kedelai ... 67
(9)
C. Unsur-unsur yang mendukung petani kedelai ... 73
D. Problematika masyarakat petani kedelai ... 74
a. Define ... 80
b. Discovery ... 81
c. Dream ... 90
d. Design ... 93
BAB VI HASIL AKSI PERENCANAAN A. Hasil Perencanaan Aksi... 97
B. Diskripsi perubahan……… ... 102
a. Perubahan hasil praktek pasca pelatihan... 103
b. Peningkatan penghasilan………... 104
C. Konsep Dakwah Bil Hal Dalam Pengembangan Masyarakat... 105
BAB VII ANALISIS PENDAMPINGAN A. proses pendampingan petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe.. 112
B. hasil pendampingan petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe. 114
BAB VIII PENUTUP A. kesimpulan ... 118
B. Saran... 119
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tlogoagung merupakan desa yang terletak di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah sawah, di lereng pegunungan dan jauh dari perkotaan. Batas Desa ini berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan desa gajah Kecamatan Baureno, sebelah selatan berbatasan dengan desa Karangan Kecamatan Kepoh Baru, sebelah barat berbatasan dengan Ddsa Selorejo Kecamatan Baureno, sebelah timur berbatasan dengan desa Sumur Agung Kecamatan Baureno. jarak desa ini dengan Kecamatan antara 8 km sedangkan jarak desa ini dengan Kabupaten mencapai 33 km. Desa Tlogoagung ini merupakan desa paling timur Kecamatan Baureno dan Kecamatan paling timur yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Desa Tlogoagung merupakan desa yang masih alami akan kesuburan tanah terbukti dengan adanya penghijaun yang banyak dan persawahan yang luas, dikanan kiri desa ini masih terbentang luas persawahan dan ladang yang sangat luas, hal ini bisa dilihat dari banyaknya sawah dan sedikitnya pemukiman.Masyarakat Tlogoagung ini mayoritas bermata pecaharian sebagai petani. Hal ini di sebabkan desa ini memang kondisinya cocok di buat untuk bertani. Di desa ini cara mengairi sawahnya dengan mengambil air dari telaga dan disungai yang selalu mengalir, sehingga tanaman bisa hidup subur apabila air terjamin dengan baik adapun yang banyak ditanam dengan kondisi seperti ini yaitu ditanami dengan tembakau, jagung, dan kedelai.
(11)
2
Pada bulan april, mei, juni ini masyarakat mulai banyak yang menanam kedelai dan proses yang sangat panjang, memprosesnya dengan cara menaburkan benih kedelai ke tanah dan proses pemupukannya dengan cara diberi pupuk kandang dan pupuk kimia, hal itu dilakukan agar kedelai yang dihasilkan bisa tumbuh dengan subur dan berisi. Kedelai dari penanaman sampai pemanenan harus menunggu selama 3-4 bulan. Saat pemanenan kedelai di ambil batangnya dan isinya dikeringkan, kemudian di ambil isinya (di grantek) hal seperti ini dilakukan petani setiap musim kemarau dan musim hujan dan setiap satu tahun bisa panen 3x, akan tetapi disini penjualan kurang maksimal dan murah, sehingga ada tengkulak yang membeli dengan harga yang sangat murah perkilonya hanya dihargai Rp. 5000 dan yang paling mahal Rp. 7000. padahal para petani menginginkan harga yang tinggi. dan petani kedelai bisa dikatakan dari modal, pupuk, bibit dan tenaga yang dialaminya tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh petani kedelai sehingga mereka hanya mengeluarkan tenaga dan hasilnya pas-pasan.
Pendapat saya tentang hal seperti ini sebenarnya karena hal lain yang menuntun petani harus menanam kedelai, diantaranya yaitu karena tanah yang cocoknya hanya ditanami kedelai, dan karena keterpaksaan menanam kedelai untuk menyambung hidup entah nantinya rugi ataupun berhasil mereka hanya pasrah. karena ladang didesa ini tidak bisa subur kalau tidak ditanami kedelai dan jagung saja.
Menurut penulis hal seperti ini perlu dientaskan agar masyarakat desa ini bisa memanfaatkan potensinya mereka sendiri tanpa harus dijual ke tengkulak
(12)
3
ataupun ke pasar dengan harga yang kurang maksimal. karena dengan memanfaatkan kedelai menjadi tempe kemungkinan petani kedelai bisa memenuhi kebutuhanya dengan tidak hutang dan meminjam pada orang lain/masyarakatmandiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam kajian ini, penulis menginginkan pembatasan masalah diatas bisa lebih fokus terhadap obyek yang akan diteliti dan dapat terselesaikan secara tuntas, maka dirumuskan dengan pertanyaan berikut:
1. Bagaimana proses pendampingan komunitas petani kedelai dalam meningkatkan ekonomi di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana hasil dari pendampingan komunitas petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui proses pendampingan komunitas petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
2. Mengetahui hasil dari pendampingan komunitas dalam usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
D. STRATEGI PENDAMPINGAN
(13)
4
Tahap awal yang dilakukan yaitu inkulturasi, kemudian observasi ketempat tujuan dimana proses pendampingan akan dilakukan, disini peneliti mengamati langsung dan tahap awal yaitu memperhatikan kondisi wilayah dengan melihat keadaan, kondisi, kegiatan yang dilakukan warga. Dan wawancara kepada warga setempat untuk mengetahui informasi lebih dalam, mengikuti kegiatan masyarakat agar lebih mengenal dan mengetahui apa yang ada didalam desa tersebut. Seperti Mapping (pemetaan), transect, pemetaan kampung, FGD, pelatihan, mengetahui permasalahan, hasil.
2. Membangun kelompok dengan kordinator wilayah
Langkah selanjutnya yaitu megumpulkan warga dan memulai perencanaan untuk perubahan dalam hal tersebut sudah ada kesepakatan, dengan cara masyarakat berpendapat satu sama lain untuk diskusi bersama antara warga dan kordinator wilayah, sehingga peneliti diterima untuk mendampingi petani kedelai untuk mengubah cara berfikir bagaimana cara memanfaatkan potensi kedelai lokal agar tetap bisa dibuat benih dan bisa diolah menjadi tempe
3. Menganalisis problem komunitas petani kedelai lokal
Peneliti, petani, dan kordinator wilayah akan mendiskusikan bersama-sama untuk menemukan masalah atau problem dan dampak-dampak yang telah terjadi.
(14)
5
4. Menyusun rencana pemecah masalah melalui FGD
Setelah mengumpulkan masyarakat tahap awal melihat beberapa situasi mengenai kedelai didesa Tlogoagung. ini merupakan hasil diskusi bersama masyarakat. Aksi ini diharapkan merubah masyarakat agar bisa mandiri dan memanfaatkan potensinya agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Aksi ini di rencanakan setelah mengalami beberapa hasil diskusi dengan masyarakat yang menginginkan adanya penyuluhan mengenai kedelai agar bisa diolah ataupun dimanfaatkan sendiri tanpa harus dijual mentah. Dari beberapa orang yang dilakukan masyarakat setuju untuk diadakanya penyuluhan program tersebut. Perencanaan pelatihan dimulai dari mendata dan mengumpulkan masyarakat Desa Tlogoagung dalam meminta pendapat masyarakat dan penjelasan kepada masyarakat tentang tujuan diadakanya penyuluhan. Bagi masyarakat yang berminat untuk mengikuti penyuluhan tersebut mereka diminta untuk berkumpul, jika tidak menginginkan tidak dipaksa.
5. Melakukan aksi progam pemecahan masalah
Peneliti, petani dan kordinator wilayah akan melakukan aksi progam pemecahan masalah seperti yang telah direncanakan merubah pola berfikir dengan adanya penyuluhan mengenai kedelai agar bisa dimanfaatkan dan diolah sendiri agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
(15)
6
Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah sehingga munculnya pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacannya, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Bermanfaat memberikan informasi dan masukan yang dapat memperjelas konsep maupun teori tentang pendampingan komunitas petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten bojonegoro. Secara umum semua pihak yang membaca hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana memanfaatkan kedelai yang diolah menjadi tempe sehingga dapat dijadikan tambahan refrensi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara Praktis
Manfaat secara praktisnya dari hasil penelitian ini bagi para pembaca khususnya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam sebagai refrensi dalam menangani pendampingan yang akan dibuat pendampingan nantinya.
F. ANALISIS STAKEHOLDER
Pihak-pihak yang terkait dan ikut serta dalam membantu proses pendampingan petani kedelai ini yaitu:
1. Perangkat desa
Dalam melaksanakan penelitian seprti ini tidak lepas dari dukungan perangkat desa terutama dari Kepala Desa, tanpa seizin beliau tidak mungkin peneliti bisa membuat pelatihan di desa tersebut, selain itu jika
(16)
7
peneliti mengingikan masyarakat untuk berkumpul menjadi lebih mudah dan tidak takut dengan sesuatu yang tidak di inginkan, kalaupun ketika focus pendampingan dan pelatihan beliau ikut lebih bagus dan lebih mudah masyarakat untuk bersuara untuk pemberdayaan masyarakat.
2. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat disini akan banyak membantu dan mengali data petani mana saja yang mempunyai sawah dan ladang, dan mencari informan yaitu bapak ilyas dan bapak jayi dn bapak gufron yang kebetulan mereka juga memanen kedelai. Beberapa tokoh masyarakat yang dijadikan informan yang bisa diandalkan untuk proses penelitian dalam proses pendampingan.
3. Petani kedelai
Petani kedelai ini yang bisa melancarkan pendampingan yang akan dilakukan secara langsung, karena mereka yang memberi informsi tentang terbelengunya petani kedelai dari tengkulak, dan mereka sering rugi dari pada untungnya, mereka melakukan penanaman karena tidak ada pilihan lain selain menanam kedelai untuk keberlangsungan hidup.
G. SISTIMATIKA PEMBAHASAN
Dalam pembahasan skripsi ini, ada VII bab mengenai pembahasan yang menjadi bahasan dalam memaparkan penulisan yang sesuai denga focus peneliti, sistematikanya yaitu.
(17)
8
Bab 1 : menjelaskan tentang judul skripsi yang diambil penulis atara lain yaitu pendampingan komunitas petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, latar belakang, rumusan maslah, tujuan riset pendampingan, FokusRiset Pendampingan, strategi pendampingan, perencanaan oprasional, sistematika pembahasan.
Bab II : kerangka teori
Bab III : Metode penelitian yang didalamnya menjelaskan metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam proses pendampingan.
Bab IV : merupakan penjelasan tentang gambaran umum desa Tlogo Agung mengenai letak geografis, letak demografis, ekonomi, pendidikan, budaya, dan aset dan potensi yang dimilikinya
Bab V : menjelaskan tentang situasi problematika yang di alami oleh petani kedelai mulai dari penjualan yang sangat murah hingga cara mengatasi agar masyarakat bisa memanfaatkan potensinya dan membuat kelompokMenjelaskan tentang perencanaan progam mulai dari FGD dengan masyarakat, memecahkan masalah, memetakan potensi, mencari solusi, membuat pelatihan.
Bab VI : Hasil perencanaan aksi.
(18)
9
BAB II KAJIAN TEORI
PENDAMPINGAN PETANI KEDELAI BERBASIS ASET
Teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus di pahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk selanjutnya di kembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.1 Teori
dijadikan paradigma pola pikir dalam membedah suatu permasalahan ditengah-tengah masyarakat.
Berbagai pendekatan yang di lakukan tentu saja tidak bisa jauh dari teori yang telah disediakan. Bagi fasilitator pendampingan tetap harus melihat kaidah yang ada, walaupun kaidah yang terjadi di lapangan kadang kala tidak terduga. Pendamping ini mengunakan pendekatan teori Asset Baset Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang dimilki oleh masyarakat petani/kelompok untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang bisa memberdayakan. Bahkan masyarakat petani sebenarnya bisa mengolah potensi yang ada pada mereka, adanya petani merupakan pembangunan yang akan berlanjut untuk masa depan. Petani dapat digabungkan dalam suatu kelompok dengan melihat ketrampilan dan aset-aset mereka.
1
(19)
10
Aset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai berbagai kekayaan atau perbendaharaan, segala yang bernilai segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau kebutuhan2. Pendekatan berbasis aset membantu komunitas
melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda mempromosikan dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka3 pendampingan yang akan dilakukan adalah mencoba untuk membantu petani dalam menemukan potensi-potensi yang selama ini dimilki dan mendorong agar masyarakat bisa mandiri bisa memanfaatkan aset tersebut. Disini yang akan melakukan perubahan adalah para petani kedelai, pendamping hanya membantu dan mendorong mereka agar masyarakat bisa terampil dan mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan.
John Mcknight dan Jody Kretzmann mengambarkan “membangun komunitas dari dalam keluar sebagai jalan untuk menemukan dan mengerakkan aset komunitas” dengan mempelajari bagaimana menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa katagori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi, atau institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas yang setengah isi penuh. Sebelumnya, mereka melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak lebih banyak melihat sumber daya dan kesempatan4
2
Agus Afandi,dkk.,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel. Hal.308
3
Christoper dereau,2013. Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II. Hal. 14
4
(20)
11
Pendekatan berbasis aset yang paling maju kemungkinan berasal dari apa yang dinamakan Appreciative Inquiry (AI).
Appreciative Inquiry adalah sebuah filosofi perubahan positif dengan pendekatan siklus 5-D, yang telah sukses di gunakan dalam proyek-proyek perubahan skala kecil dan besar, oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari AI adalah sebuah gagasan sederhana, yaitu bahwa organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan.5
Appreciative Inquiry merupakan pencarian evolusioner bersama dan koperatif untuk menemukan yang terbaik dari diri seseorang, organisasinya, dan dunia di sekelilingnya. AI meliputi penemuan tentang apa yang membentuk kehidupan dalam sebuah sistem yang hidup, yaitu saat sistem itu paling efektif, secara konstruktif berkemampuan secara ekonomi, ekologi dan sebagai manusia. AI melibatkan seni dan praktik bertanya memperkuat kapasitas sebuah sistem untuk memahami, mengantisipasi, dan meningkatkan potensi positif yang ada. Proses pencarian terus-menerus ini digerakkan melalui penciptaan “pertanyaan positif tak bersyarat,” yang biasanya melibatkan ratusan bahkan ribuan orang. Model discovery (menemukan), dream (mimpi), design (merancang), dan destiny
(memastikan) menghubungkan energi dari pusat positif ke perubahan yang tidak pernah diduga sebelumnya.6 Kunci lima dalam aset adalah :
1. Define (menentukan), maksudnya ketika masyarakat menemukan apa yang diimpikan dan merencanakanya lalu mereka dapat menentukan langkah untuk mewujudkan keinginanya yang positif, mententukan yang diinginkan
5
Ibid, hal 92 6
(21)
12
masyarakat dengan langkah FGD, dengan keinginan masyarakat bisa berjalan dengan lancar apabila peserta telah menyepakati fokus apa yang telah direncanakan.
2. Discovery (menemukan), maksudnya menemukan kekuatan yang selama ini tersimpan seperti halnya masyarakat bisa membangun rasa bangga lewat proses menemukan kesuksesan masa lalu dan dengan rendah hati tetapi jujur mengakui setiap kontribusi unik atau sejarah kesuksesan/ kemampuan bertahan, dan fasilitator mengerti karena wawancara pada masyarakat desa Tlgoagung mengenai desanya, mengenai sejarah yang pernah dilalui sehingga pendamping mengerti banyak tentang desa Tlgoagung.
3. Dream (mimpi)
Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Seperti apa masa depan yang di harapan. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, lagu, dan foto. Pada tahap ini, masalah yang ada didefinisikan ulang menjadi harapan untuk masa depan dan cara untuk maju – sebagai peluang dan aspirasi. Setelah lakukan tahap wawancara masyarakat dan mengetahui apa yang selama ini diimpikan maka pendamping mengajak untuk merancang apa yang telah diinginkan masyarakat desa Tlgoagung.
4. Desingn (merencanakan), proses dimana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan
(22)
13
kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri. merencanakan apa yang telah diimpikan masyarakat untuk mencapai mimpi-mimpi dengan melakukan langkah-langkah mengenal aset-aset yang telah dimilki dan merencanakan untuk memanfaatkanya.
5. Destiny (target), di mana masyarakat sudah menemukan kekuatan, memimpikan apa yang diinginkan, mereka dan merencanakan, menentukan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan, sehingga mereka akan dapat mewujudkan apa yang telah diingikan selama ini.
Langkah terakhir adalah menjalankan kegiatan yang sudah disepakati oleh masyarakat untuk memenuhi keinginan-keinginan masyarakat dari pemanfaatan aset petani kedelai yang ada di desa Tlgoagung, dan di harapkan masyarakat bisa mandiri dan sejahtera dengan meningkatkan keinginan-keinginan yang telah di rencanakan selama ini.
a. Konsep Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan gejala umum dalam masyarakat yang perlu didekati dengan model pemahaman yang lebih rinci dan khusus. Upaya tersebut untuk mendapatkan kejelasan subtansial sehingga berguna untuk memahami dinamika kehidupan masyarakat, pada kajian teori modernisasi perubahan sosial dapat terjadi karena masyarakat berkomunikasi dengan idea-idea baru, masyarakat menyadari kesadaran akan keterbelakanganya, dan adanya ikatan kesadaran berorganisasi yang relatif lebih baik dll.7 Pendamping berharap dengan adanya kelompok perubahan-perubahan
7
Agus Salim,2002. perubahan sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus indonesia, Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Hal.131
(23)
14
masyarakat bisa merubah dengan proses mengunakan aset mereka sendiri, harapan yang timbul atas apa yang mungkin terjadi dibatasi oleh apa yang mereka sendiri tawarkan seperti mereka memiliki sumber daya yang bisa di manfaatkan seperti kedelai saat ini.
Dari konsep perubahan sosial digambarkan bahwa petani juga hidup bermasyarakat dalam menjalani hidup berlangsung sepanjang sejarahnya mereka semua disatukan dalam wadah organisasi, komunitas maupun komunikasi untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Perubahan sosial tanpa suatu intensif maka partisipasi itu berubah makanya dari suatu keinginan manusia untuk ikut secara suka rela dalam suatu kegiatan yang diangapkan dapat memperbaiki harkat hidup masyarakat dan dirinya sendiri.
Perubahan berbasis aset mencari cara bagi individu dan seluruh komunitas berkontribusi pada pengembangan mereka sendiri dengan :
a. Menggali dan memobilisasi kapasitas dan aset mereka sendiri.
b. Menguatkan kemampuan sendiri untuk mengelola proses perubahan dengan memodifikasi dan memperbaiki struktur organisasi yang ada. c. Mendorong mereka yang menginginkan perubahan untuk secara jelas
mengartikulasi mimpi atau memvisualisasikan perubahan yang ingin mereka lihat dan memahami bagaimana mereka bisa mencapainya.8
Tahap pertama yang memusatkan perhatiannya pada kekuatan dan keberhasilan diri dan komunitas untuk merangsang kreativitas dan menumbuhkan inspirasi dan inovasi pada diri dan komunitas. Pendekatan ini
(24)
15
menggunakan cara berpikir aset - asset-based thinking yaitu cara berpikir praktis dan konkrit yang bertujuan menemukan aset atau kekuatan terkait bakat, potensi, kemampuan, keberhasilan dan energy positif dari dalam diri pribadi, orang lain maupun komunitas.
Perubahan Pendekatan asset mengajak kita mengubah cara pandang terhadap segala sesuatu menjadi positif dan melihat pada kekuatan. Ubah cara kita melihat diri kita, cara kita melihat orang lain dan ubah cara anda melihat situasia yaitu kemampuan masyarakat untuk mewujudkan dan mempengaruhi arah serta pelaksanaan suatu progam di tentukan dengan mengandalkan power yang di milikinya sehingga pemberdayaan (empowerrmen) merupakan tema sentral atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif.9 Pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks organisme hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting dihidupkan dalam mencipta perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja mengumpulkan apa yang memberi hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang memberi harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.10
Prinsip operasional digunakan untuk membantu kita memilih tindakan dengan lebih bersengaja karena tindakan tindakan itu mewakili konsistensi
9
Tonny nasdian fredian, pengembangan masyarakat, (Yayasan pustaka obor indonesia jakarta, 2014), hal.14
10
(25)
16
dalam kerangka kerja kegiatan kita. Prinsip-prinsip operasional di bawah ini diambil dari berbagai tulisan tentang bagaimana dan mengapa orang menggunakan pendekatan berbasis aset. Tentunya terdapat konsistensi dan tumpang tindih dengan berbagai teori perubahan yang telah di jelaskan sebelumnya.11
1. Prinsip Konstruksionis: Kata-kata mencipta dunia; makna diciptakan secara sosial, lewat bahasa dan percakapan.
2. Prinsip Simultan: Proses bertanya akan mencipta perubahan; begitu kita mengajukan pertanyaan, kita mulai mencipta perubahan.
3. Prinsip Puisi: Kita bisa memilih apa yang ingin kita pelajari; Organisasi, bagaikan buku yang terbuka, adalah sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada habisnya.
4. Prinsip Antisipasi: Sistem manusia bergerak menuju gambar atau visualisasi yang dimiliki; apa menjadi pilihan untuk dipelajari mempunyai arti. Sistem social berevolusi ke arah gambaran paling positif yang dimiliki tentang dirinya.
5. Prinsip Positif: Pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif. Jika Anda mengubah dialog internal (apa yang dibicarakan orang-orang dalam sebuah organisasi), Anda mengubah organisasi itu sendiri.
6. Prinsip Keutuhan: Keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan organisasi; membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang mendorong kreativitas dan membangun kapasitas kolektif.
11
(26)
17
7. Prinsip Bertindak: Untuk benar-benar membuat perubahan, kita harus
“menjadiperubahan yang ingin kita lihat.”
8. Prinsip Bebas Memilih: Orang akan bekerja lebih baik dan lebih berkomitmen ketika mereka punya kebebasan untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin mereka kontribusikan.
9. Prinsip Kelentingan: Setiap individu, kelompok, atau institusi memiliki sesuatu yang telah memberi hidup di masa lalu dan beberapa aset yang mendukung mereka di masa sekarang. “Setiap komunitas punya potensi sumber daya lebih banyak dari pada yang diketahui siapapun.”
10. Prinsip Organik: Semua yang hidup punya cetak biru bagi
kesuksesannya sendiri atau pengembangan diri yang tertulis di dalamnya. Yang diperlukan hanyalah lingkungan yang merawat dan mendukungnya. Hal ini berhubungan dengan teori keanekaragaman hayati termasuk praktik permakultur dalam pertanian..
Perubahan akan mencakup suatu sistem sosial, dan dalam bentuk organisasi sosial yang ada dalam masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi yang mempengaruhinya.12
Sistem Perubahan Sosial, Sistem pengelolaan perubahan sosial (change management system) ialah pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari Setiap program sosial yang bertujuan untuk mengadakan perubahan sosial. Sistem ini terbuka, yang artinya mau menerima pengaruh dari luar sistem. Ada 4 macam konsep dasar yang
12
Agus Salim,2002. perubahan sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus indonesia, Yogyakarta: PT Tiara Wacana hal. 10
(27)
18
merupakan karakteristik dari sistem yaitu: batas (boundary), kekuatan (tension), keseimbangan (equilibrium), dan umpan balik (feedback).
Sistem pengelolaan perubahan sosial memiliki tiga sub sistem yaitu organisasi, komunikasi dan target perubahan. Subsistem organisasi merupakan masukan utama ke dalam sistem. Subsistem komunikasi membantu melaksanakan program perubahan sosial yang telah ditentukan dalam subsistem organisasi.13
Dalam perubahan social terdapat proses yang merupakan bagian dari perubahan sosial. Proses tersebut adalah penyesuaian masyarakat terhadap perubahan (social equilibrium), keharmonisan dan keserasian dalam hubungan masyarakat tentunya merupakan hal yang sangat diidam-idamkan oleh setiap masyarakat. Keharmonisan dan keserasian ini dimaksudkan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok mengisi serta menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. Setiap kali ada perubahan atau penolakan masyarakat terhadap perubahan dan hal-hal baru lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat mengatasinya dengan baik sehingga masyarakat dapat menerima unsur-unsur baru.
Kehidupan yang bahagia dan sejahtera merupakan keinginan setiap manusia dan kelompok sebagaimana dikodratkan oleh Tuhan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan sumbangan yang besar dalam mewujudkan hidup yang bahagia dan sejahtera. Pengelolaan kemajuan ilmu
13
(28)
19
pengetahuan dan teknologi merupakan tantangan yang harus dijawab dalam rangka pengelolaan perubahan sosial.
b. Konsep Teori Pembangunan
Pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial (cocial plan) yang dilakukan oleh biroktrat perencanaan pembangunan, untuk membuat perubahan sosial yang akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Menurut Arief Budiman (1995:2-8), ukuran pencapaian lima unsure yang dapat dilihat secara objektif, yaitu:
1. Pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat disuatu negara, pembangunan akan berhasil, dengan indikator bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi. pada dasarnya masyarakat Tlgoagung masih dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil, maka pendamping ingin membantu agar masyarakat bisa bangkit untuk menumbuhkan ekonomi dengan cara meningkatkan kemampuan untuk penghasilan nilai tambah dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada pada diri mereka.
2. Dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara. Ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapat masyarakat.
3. Kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk. masyarakat Tlgoagung diukur dari tingkat kesejahteraan bisa dilihat dari
(29)
20
segi sumberdaya seperti aset alam yang melimpah dan aset manusia yang mendukung dan penuh semangat.
4. Kerusakan lingkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi produktivitasnya dapat berada pada sebuah proses kemiskinan penduduknya.
5. Pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung sering kali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakatnya. Pembangunan membuat orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpuruk.14
maka dari iu pendamping ingin masyarakat Tlogoagung harus bangkit dan bisa menyejahterakan dirinya sendiri agar tidak selalu terpuruk dalam kemiskinan.
Pembangunan diartikan sebagai proses perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sumitro dalam Deliarnov (2006:89), bahwa proses pembangunan ekonomi harus merupakan proses
14
Agus Salim,2002. perubahan sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus indonesia,....263-264
(30)
21
pembebasan, yaitu pembebasan rakyat banyak dari belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.15
Sifat pembangunan dengan aspek kemodernannya, telah membawa sifat hubungan ekonomi dan sosial yang semula bersifat informal nonkomersial menjadi formal komersial. Transaksi yang semula dilakukan secara barter menjadi bercorak finansial, hubungan ekonomi yang demikian itu pada akhirnya memerlukan penyesuaian dalam kehidupan ekonomi penduduk sehari-hari, untuk cermat meningkatkan diri pada bentuk ikatan hubungan yang makin kompleks, lebih pasti hak dan kewajibanya menju kesifat hubungan impersonal.
Implikasi dari makin formal komersialnya hubungan ekonomi dipedesaan, dan yang sekaligus merupakan tantangan pembangunan adalah bagaimana mempersiapkan para petani dalam menghadapi transaksi yang impersonal tadi, barangakali pendidikan dan penyuluhan mengenai ekonomi kerumahtanggaan, keuangan dan sejenisnya merupakan beberapa bentuk alternatif usaha yang perlu dipikirkan.16
Drs. Antun suhono menyelengarakan, mengarahkan yang baik itu, terlebih dahulu perlu disebutkan apa maksud pengertian “manusia
pembangunan” itu. Suhono menulis bahwa manusia membangun selain
diharapkan mampu membangun juga harus mampu mengatasi hambatan pembangunan itu sendiri, mampu memperhitungkan secara bijaksana
15
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/06/teori-teori-pembangunan.html 16
(31)
22
akibat sampingan yang mengangunya untuk maju.17 konsepsinya sejak semula
berisikan tiga pokok, yakni : desa, manusia desa dan kehidupan desa, maka dalam pembicaraan dibawah ini saya gunakan kerangaka sosiografis berisi tiga tantangan yang dihadapi oleh manusia desa, lingkungan alam, tradisi setempat dan kondisi sosial ekonominya.18
Pada intinya basis bagi pelaksanaan pembangunan pedesaan meliputi dua hal. Pertama sumber alam yang tersedia, dan kedua sumberdaya manusia yang akan memanfaatkan sumber alam tadi. Sumber alam memberikan basis ekonomi yang nantinya dapat diolah dan dikembangkan.19 Masyarakat desa Tlgoagung saat ini memilki sumberdaya yang maksimal yang melimpah di desanya dan akan memanfaatkan dan mengolah sumberdayanya secara partisipatif.
Partisipasi masyarakat, terutama rakyat pedesaan dalam pembangunan itu menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda, ialah :
1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus.
2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan.
Dalam tipe partisipasi yang pertama rakyat pedesaan diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa oleh wakil-wakil dari beraneka warna departemen atau oleh pamong desa, untuk berpatisipasi dan menyumbangkan
18
Drs. N. Daljoeni DRS. A. Suyitno, 2004 pedesaan lingkungan dan pembangunan P.T alumni bandung hal 31
19
(32)
23
tenaga atau hartanya kepada proyek-proyek pembangunan yang khusus, yang biasanya bersifat fisik, kalau rakyat ikut berdasarkan keyakinannya bahwa proyeknya itu akan bermanfaat baginya, maka mereka akan berpartisipasi dengan semangat dan tinggi.20 begitupun masyarakat desa Tlgoagung tersebut harus mempunyai keyakinan dan kemantapan hati terlebih dahulu jika ingin membangun kesadaran dan kemandirian terutama melihat potensi-potensi yang dimilkinya, keyakinan tersebut bisa digunakan untuk proses membangun masyarakat dimanapun agar masyarakat bisa berdaya dan menyejahterakan diri sendiri dan dan kelompok/organisasi masyarakat yang lain.
Organisasi atau kelompok yang ada dimasyarakat Tlgoagung yaitu karang taruna, ibu PKK, IPNU IPPNU, kelompok tani dan organisasi tersebut mempunyai tugas masing-masing. Semua organisasi tersebut mempunyai fungsi sendiri sendiri, karang taruna bertugas untuk menyiapkan perlombaan desa saat agustusan, mengurus kerja bakti desa dan lainya yang bertentangan dengan pemuda, IPNU IPPNU bertugas untuk mengurus saat ada PHBI dan peringatan mengenai keagamaan, ibu PKK adalah orang yang mengurus mengenai arisan desa, pelatihan-pelatihan mengenai keluarga dan lainya. Fungsi kelompok tani adalah mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai kemajuan bercocok tanam, mengolah dan bagian-bagian mengenai pertanian yng lainya. Agar masyarakat tersebut bisa memberdayakan diri sendiri dengan kondisi sumberdaya yang telah dimilkinya.
20
Koetjaraningrat,1994.Kebudayaan mentalis dan pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama hal 79-80
(33)
24
Lembaga yang ada dimasyarakat juga berpengaruh pada yang lain, akan tetapi lembaga yang akan difokuskan pada pendampingan ini yaitu pada kelompok tani yang mana lembaga lainya juga akan berpengaruh terhadap pendampingan nantinya demi membangun kesejahteraan masyarakat bersama. Teori perubahan bagi pendekatan berbasis kekuatan untuk pembangunan.
1.
Keberlimpahan masa kini – Setiap orang punya kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan. Setiap kelompok punya sistem dan sumber daya yang bisa di gunakan dan diadaptasi untuk proses perubahan. Begitu pula pada masyarakat petani desa Tlogoagung mereka sebenarnya mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk proses pembangunan akan tetapi mereka belum memahami betul mengenai aset-aset yang telah dimilkinya.2.
Pembangunan ‘inside out’ atau dari dalam ke luar – Perubahan yangbermakna dan berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam dan orang merasa yakin untuk menapak menuju masa depan saat mereka bisa memanfaatkan kesuksesan masa lalunya. Masyarakat sebenarnya mempunyai keinginan-keinginan menuju masyarakat yang sejahtera (khususnya perempuan) agar mereka bisa memanfaatkan potensinya dan membangun ekonomi yang sukses nantinya.
3.
Apresiatif, setiap kelompok komunitas punya pilihan untuk melihat realitas dari sisi negatif dan positif, misalnya saja, saya bisa melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh atau setengah kosong, pendekatan(34)
25
ini mengajak masyarakat untuk membantu masyarakat untuk melihat kekuatan dan mengembangkan potensi yang telah dimilki.
4.
Pengecualian positif – dalam setiap komunitas sering kali ada sesuatu yang bekerja dengan baik dan seseorang yang berhasil secara istimewa, kendati menggunakan sumber daya yang sama. Ini adalah prinsip yang mendasari teori Positive Deviance. Menurut teori ini, titik mula adalah mencari dan menganalisis contoh-contoh mereka yang lebih berhasil meski menggunakan sumber daya yang sama seperti semua orang lain. Titik awal perubahan adalah mengamati perilaku yang patut dicontoh.5.
Konstruksi Sosial atas Realitas – tidak ada situasi sosial yang telah ditentukan sebelumnya. Kita selalu mengkonstruksikan sendiri realitas yang kita jalani – apapun yang kita lakukan merupakan langkah pertama menuju apa yang kita wujudkan. Appreciative Inquiry dan pendekatan berbasis aset lain beranjak dari teori ini.6 Banyak pendekatan berbasis aset yang menyatakan kita bergerak menuju realitas yang kita paling menarik perhatian kita. Apa yang kita bicarakan menjadi fokus kita, dan apa yang kita inginkan sangat mungkin terwujud karena kita selalu menciptakan peluang dan membuat pilihan untuk mewujudkannya. Bahkan apa yang ingin kita ketahui dan saat kita mulai proses pencarian, maka kita memulai proses perubahan. Jadi jika kita ingin perubahan positif maka kita harus mencari tahu tentang berbagai hal yang paling mungkin membuat perubahan itu terjadi seperti halnya masyarakat(35)
26
Tlogoagung mencari tahu bagaiman agar masyarakat bisa berubah dan merubah kehidupanya menjadi lebih makmur dan sejahtera.
6.
Hipotesis Heliotropik – sistem-sistem sosial berevolusi menuju gambaran paling positif yang mereka miliki tentang dirinya. Mungkin hal ini tidak di sadari atau di diskusikan secara terbuka namun gambaran -gambaran itu menjelaskan alasan mengapa kita melakukan hal hal tertentu. Contoh paling baik tentang hal ini di temukan dibiologi – benda hidup tumbuh menuju sumber cahaya, dan mereka berkembang dengan cara-cara agar bisa lebih maksimal meraih cahaya tersebut. AI menggunakan ini dengan menyatakan bahwa ketika gambaran masa depan kita positif, memberi semangat dan inklusif, maka kemungkinan besar kita akan lebih terlibat dan mempunyai energi yang lebih besar untuk mewujudkannya. Selalu penting untuk yakin bahwa perubahan yang dicari adalah gambaran realitas yang positif dan diinginkan bukan sesuatu yang negatif atau tidak diinginkan. Masyarakat Tlgoagung harus bisa mengembangkan hal-hal yang positif untuk mengambarkan masa depan.7.
Dialog Internal – memengaruhi bagaimana sebuah organisasi berfungsi dengan memerhatikannya dan mengubah dialog internal yang terjadi di dalam organisasi tersebut. Riset oleh Profesor Marcial Losada dan Barbara Fredrickson tentang Organisasi dengan Kinerja Tinggi dan Rendah memperlihatkan efek ini. Mereka memberikan beberapa bukti untuk menunjukkan bahwa jika sebagian besar hubungan kita(36)
27
berdasarkan interaksi positif, maka besar kemungkinan hubungan tersebut akan berkembang. Akibatnya, jika dialog internal (atau percakapan antar anggota) positif, terbuka terhadap perubahan, dan kolaboratif maka organisasi itu akan menjadi lebih kuat. AI mengambil dari teori ini dengan menyatakan bahwa jika masyarakat fokus pada kekuatan dan kesuksesan maka kita bisa menemukan energi yang lebih besar untuk perubahan dan kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan. Begitupun masyarakat Tlgoagung harus bisa merubah keterpurukan ekonomi menjadi ekonomi yang sejahtera.
8.
Keterlibatan Seluruh Sistem – Cara berpikir sistem atau systems thinking (bagaimana segala sesuatu bekerja dalam sistem atau saling terhubung, dengan masing-masing bagian saling mempengaruhi dalam menentukan apa yang akan terjadi) diadaptasi untuk di terapkan pada sistem sosial dan organisasi oleh Peter Checkland, dan telah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Soft Systems Methodology (SSM). Metodologi ini beranggapan bahwa sebuah organisasi atau kumpulan kelompok yang bekerja menuju tujuan bersama dapat berubah dengan menemukan cara untuk memengaruhi bagian-bagian dalam rantai unit yang saling berinteraksi. AI menggunakan sebagian teori dibalik systems thinking dan SSM dengan menawarkan bahwa jika ingin melakukan perubahan seluruh sistem harus dilibatkan – keseluruhan organisasi dan(37)
28
mitranya. Organisasi/komunitas yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu ibu PKK dan petani khususnya waniata.
9.
Teori Naratif – Penggunaan percakapan semi terstruktur makin sering digunakan dan dilihat sabagai cara mendorong pemahaman dan fokus komunitas pada apa yang menjadi kepedulian bersama kelompok. Percakapan merupakan bentuk lain mendorong bertutur cerita dalam format yang terlalu terstruktur. Percakapan adalah belajar mengidentifikasi apa yang di anggap penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu formal. Salah satu contoh adalah World Café yang biasanya dipakai sebagai pertemuan kelompok yang sedang mencari arah, dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran yang lewat percakapan tentang pertanyaan yang benar-benar penting. Pendampingan saat saat menjelaskan secara jelas dan terperinci agar masyarakat biasa memahami dengan apa yang menjadi fokus penelitian.Kegiatan pembangunan masyarakat terkait erat dengan memberdayakan masyarakat karena disamping memerangi kemiskinan dan kesenjangan, juga mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dan penuh inisiatif, pembangunan juga mengacu pada pertumbuhan di negara sendiri seperti contoh sebagai pelaksana kebijaksanaan ekonomi, sebagai konsumen, pengelola perusahaan dan sebagai pengatur masyarakat.21 Mengenai sebagai pelaksanaan ekonomi, pemerintah secara aktif dapat melakukan perubahan dan pembenahan masalah-masalah keuangan, perdagangan perindustrian dan
21
Sunyoto usman, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. pustaka pelajar (angota ikapi)yogyakarta hal 4-5
(38)
29
sebagainya, melalui lembaga-lembaga pasar, pemerintah secara aktif mempengaruhi perjalanan serta proses penawaran dan permintaan. Proses ini juga mendorong untuk pengunaan sumber daya alam yang telah dimilkinya. Intervensi kebijakan pemerintah karena pelaksanaan pembangunan pedesaan meliputi dua hal, pertama sumber daya alam yang tersedia sangatlah melimpah, dan kedua sumberdaya manusia yang akan memanfaatkan sumber daya tadi, sumberdaya alam memberikan basis ekonomi yang nantinya dapat diolah dan dikembangkan, sumberdaya manusia tentunya akan mempengaruhi cara dan intensitas pemanfaatan sumber alam yang disediakan tadi22
di desa Tlgoagung potensi sumberdaya alam yang saat ini melimpah adalah kedelai, yang nantinya akan di manfaatkan oleh masyarakat.
c. Konsep Teori Pemberdayaan
Pemberdayaan pada hakikatnya adalah peningkatan keberdayaan, keberdayaan masyarakat dapat di artikan sebagai upaya untuk memandirikan masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Kemandirian bukan berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu memilki kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan kerjasama yang tidak menguntungkan.
Dalam literatur pembangunan, konsep pemberdayaan bahkan memiliki perspektif yang lebih luas. Pearse dan stiefel misalnya, mengatakan bahwa menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuasaan,
22
(39)
30
peningkatan kemandirian masyadayaan partisipatif. Pemikir lain, paul menyatakan bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan secara adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan kesadaran kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan, dari perspektif lingkungan, pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses terhadap sumberdaya alami dan pengelolaanya secara berkelanjuatan (Priyono, Onny, S, 1996).23
ata
“empowerment” dan “empower” di terjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi pemberdayaan dan memberdayakan, menurut merriam webster dan oxfort english dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 : 3)
mengandung dua pengertian yaitu: dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. sedang dalam pengertian kedua diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Konsep empowerment
pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. memberdayakan masyarakat menurut kartasasmita (1996 : 144) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi
23
(40)
31
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory,
empowering, and sustainable”.
Gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat perlu untuk dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. perubahan struktur yang sangat di harapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan dan harus dapat dinikmati bersama. begitu pula sebaliknya, yang menikmati haruslah yang menghasilkan. proses ini diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan akumulasi modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan, yang mana pada gilirannya nanti dapat pula menciptakan pendapatan yang akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat. dan proses transpormasi ini harus dapat digerakan sendiri oleh masyarakat. Menurut Sumodiningrat (1999 : 134), mengatakan bahwa kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat di pilah dalam tiga kelompok yaitu : pertama, kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Kedua, kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. ketiga, kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut kartasasmita (1996:159-160), harus dilakukan melalui beberapa kegiatan :
(41)
32
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Ketiga, Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap anggota masyarkat, memiliki suatu potensi yang selalu dapat terus dikembangkan. artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya, karena kalau demikian akan mudah punah. Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Dalam rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari menciptakan iklim dan suasana. perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses kepada berbagai peluang (upportunities) yang nantinya dapat membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.24
Masing-masing pemberdayaan diarah guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar, upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah tidak harus ada perbaikan empat hal yaitu sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.25
24
http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/konsep-definisi-dan-teori-pemberdayaan.html
25
Erna erawati cholitin dan juni thamrin, pemberdayaan dan refleksi finansial usaha kecil di indonesia, (bandung : yayasan akita, 1997), 238.
(42)
33
Pemberdayaan masyarakat (empowering society) umumnya mencakup kegiatan penting (yakub, HM, 1985).
1. Berupaya membebaskan dan menyadarkan masyarakat, kegiatan ini
bersifat subjektif dan memihak kepada masyarakat tertindas (dhuafa’)
dalam rangka memfasilitasi mereka dalam suatu proses penyadaran sehingga memungkinkan lahirnya upaya untuk pembebasan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Untuk menciptakan ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi mereka, berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap diri sendiri.
2. Upaya Ia mengerakkan partisipasi dan etos swadaya masyarakat. Mengerakan partisipasi untuk merencanakan yang matang dan perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan yang baik.
3. Tujuan yang dicapai.
Mengajak masyarakat desa Tlgoagung untuk mengetahui potensi yang dimilki dan mengajak mereka melihat betapa pentingya melihat kesejahteraan yang beruntung dan terorganisir, terarah dan sistematis, juga meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber daya yang telah dimilkinya.
Pengembangan masyarakat memfokuskan pada partisipasi masyarakat (komunitas) disamping memperhatikan aspek lokalitas. Dalam pendekatan ini, komunitas diartikan sebagai kumpulan individu (bisa juda bentuk kelompok) yang masih memiliki tingkat kepedulian dan interaksi antara anggota masyarakat yang menempati suatu wilayah yang relatif kecil
(43)
34
(lokalitas) dengan batas-batas yang jelas. Komunitas tidak hanya di tijau dari segi wilayah tetapi juga dari segi tingkat kedekatan dengan fokus pada unit unit loyality dan collective identity dan tempat.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pendekatan pada komunitas antara lain yaitu:
1. Perhatian warga komunitas pada upaya-upaya perubahan.
2. Keberhasilan pengembangan masyarakat berkolerasi dengan derajat atau peluang warga untuk berpartisipasi.
3. Isu dan masalah ditingkat komunitas dapat di pecahkan berlandaskan pada kebutuhan warga komunitas.
4. Pendekatan holistik adalah penting dalam pengembangan komunitas karena keterkaitan antar masalah dan isu-isu komunitas.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pendekatan pada komunitas di mulai dengan proses diskusi ditingkat komunitas guna mengidentifikasi masalah sekaligus membahas pemecahanya. Dalam hal ini pekerja komunitas tidak dibenarkan untuk bertindak sebagai pengambil keputusan. Pekerja komunitas sementara menjadi pendengar yang baik sekaligus menganalisis permasalahan yang ada. Hasil analisis tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan atau pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan, komunitas diberi kewenangan untuk memilih alternatif yang terbaik dalam memecahkan permasalahan yang ada.prinsip partisipasi warga komunitas menjadi landasan utama bagi pekerja komunitas. Dengan demikian tahapan ini merupakan tahapan yang akan menentukan
(44)
35
keberlanjutan proses pengembangan masyarakat, karena pada prinsipnya komunitas mandirilah yang akan menentukan keberhasilan pengembangan masyarakat.26 Bahwa ada salah satu aset yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat yaitu produksi tempe yang dihasilkan dari kedelai yang dikelola oleh kelompok tani Tlogoagung. Padahal dari aset tersebut mampu mengangkat perekonomian masyarakat desa Tlogoagung, khususnya bagi para petani kedelai. Alasan memilih aset tersebut karena kuota kedelai yang sangat melimpah tetapi hanya dijual bahan baku saja jika hal ini terus dilakukan dan tidak dikembangkan maka pendamping ingin membantu merubah polapikir masyarakat agar bisa mengembangkan aset yang telah dimiliki selama ini . Untuk mempermudah akses dalam mencari informasi pendamping memilih kelompok tani Tlogoagung ini dalam pengembangan potensi yang akan menjadi bahan pendampingan.
Beberapa kelebihan dalam implementasi pendekatan komunitas untuk pengembangan masyarakat yakni: Terdapat partisipasi masyarakat lokal. 1. Pedekatan berbasis kemandirian masyarakat.
Dalam pengembangan masyarakat dengan pendekatan kemandirian informasi, beragam informasi dimanfaatkan oleh partisipan yang berpengetahuan dalam kehidupan komunitas sehingga dapat menciptakan perbedaan arahan dan kualitas hidup. Pendekatan ini menekankan pada pemahaman yang baik dari warga komunitas tentang proses-proses dan isu isu pengembangan masyarakat.
26
Fredian tonny nasdian.,2014. Pengembagan masyarakat. jakarta: yayasan pustaka obor indonesia. Hal.62-64
(45)
36
Pemberdayaan berbasis asset merupakan pemberdayaan yang membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka. Sebagai contoh, pendekatan berbasis aset selalu mengandung salah satu dari beberapa Sebagai contoh, pendekatan berbasis aset selalu mengandung salah satu dari beberapa elemen kunci berikut:
1. Fokus pada mengamati sukses dimasa lampau 2. Setiap orang memutuskan apa yang diinginkan
3. Menemuken aset yang tersedia secara komprehensif dan partisipatif 4. Mengapresiasi aset yang paling bermanfaat saat ini
5. Rencana aksi di dasarkan pada mobilisasi aset yang ada semaksimal mungkin
6. Membebaskan energi dan kewenangan setiap aktor untuk bertindak dengan ragam cara
7. Saling berkontribusi dan bertanggung jawab untuk mencapai sukses. Tujuan Memetakan Aset : Pemetaan aset dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran komunitas akan kemandirian dan kapasitas menjadi mitra. Kemandirian adalah kesadaran bahwa komunitas tidak sepenuhnya tergantung pada pihak lain untuk mencapai keinginannya, tetapi memiliki kemampuan sendiri. Kapasitas menjadi mitra adalah kesadaran bahwa hubungan antara komunitas dengan lembaga luar, apakah pemerintah atau ornop, didasarkan pada kontribusi bersama, dan bukanlah
(46)
37
ketergantungan. memetakan dan menyeleksi aset menuntun pada Komunitas menyadari bakat terpendam dan orang-orang yang punya kapasitas tetapi belum punya kesempatan. Komunitas menyadari nilai kehidupan yang asosiatif – bagaimana hal tersebut bisa berguna bagi tujuan khusus suatu komunitas. Orang-orang menyadari bahwa hidup mereka dibangun atas sumber daya dan aset sekarang, tetapi juga bisa digunakan dengan lebih baik. Orang-orang belajar untuk membangun hubungan yang lebih setara dengan orang lain melalui kemauan untuk berkontribusi dan berbagi aset.27
27
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada hakekatnya metode penelitian berasal dari dua kata, yaitu metode dan penelitian. Secara etimoligi metode berarti suatu cara untuk melakukan sesuatu secara tepat.1 Sedang menurut Deddy Mulyasa mengatakan bahwa metode adalah suatu proses, prinsip serta prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.
Sedangkan penelitian (research) dari kata re dan to research yang
mempunyai arti mencari kembali. Dalam bahasa latin “research” artinya
mengungkap atau membuka. Sedang menurut Saifuddin Azwar megatakan bahwa penelitian adalah rangkaian kegiatan ilmiah daam rangkah pemecahan suatu permasalahan.2
Kalau keduannya digabungkan arti dari metode penelitian merupakan suatu cara atau proses untuk memahami sesuatu penyelidikan atau mencari bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu masalah yang sedang dikaji sehingga menemukan suatu pemahaman. Seperti pendapat Sugiono bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Adapun sub bab yang akan peneliti uraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1
Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.1.
2
(48)
39
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, jika ditinjau dari segi pendekatannya, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, Penelitian Deskriptif-Kualitatif bertujuan menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan berupa lisan secara holistik (utuh). Selain itu dalam metode ini, langkah kerja yang dilakukan yaitu mendiskripsikan suatu objek dan fenomena dalam suatu tulisan yang bersifat naratif.3 Artinya, data, fakta, yang dihimpun berbentuk kata atau gambar bukan suatu angka.
Penelitian deskriptif berusaha untuk mendiskripsikan dan menginterprestasikan apa yang ada (Bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung, akibat atas efektifitas yang sedang berlangsung).4 Selain itu Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.5
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus, studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit
3
Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.72.
4
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), h.77. 5
(49)
40
sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial yang telah diteliti.6
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sebagai alat pengumpulan data utama. Peneliti berperan sebagai partisipan sekaligus sebagai pengamat. Peneliti berperan sebagai partisipan ketika peneliti terlibat secara langsung dalam proses penggalian data melalui wawancara dengan subyek dan informan. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat ketika peneliti hanya melihat aktifitas yang dilakukan subyek dengan lingkungan tanpa ikut terlibat secara langsung. Adapun status peneliti dalam penelitian ini keberadaanya diketahui oleh subyek maupun informan yang terlibat.
Selain itu, peneliti juga disebut instrumen kreatif, artinya peneliti sendiri yang harus rajin dan giat untuk menggali beberapa informasi dan sekaligus peneliti juga sebagai pengumpul, penganalisis dan pembuat laporan penelitian. tentu juga ditunjang dengan instrumen pelengkap, seperti informan, alat-alat dan catatan lapangan. Dengan instrumen yang kreatif maka sangat berperan dalam penelitian ini. Peneliti hadir dan terlibat langsung dengan membangun hubungan baik dengan pihak petani kedelai di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan.
6
(50)
41
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di desa Tlogoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, desa ini paling timur yang berbatasan dengan Lamongan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan yang paling barat berbatasan dengan Kabupaten Cepu. Keadaan desa Tlgoagung yang masih alami dan subur ini. Di kanan kirinya masih banyak persawahan dan banyak pepohonan yang hijau. Jalan menuju persawahan masih mengunakan jalan setapak dan berbatuan.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Data (tunggal datum) merupakan bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.7 Sedang menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, menyatakan bahwasanya sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.8
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.9 Yang Namun apabila menggunakan teknik observasi, maka sumbernya dapat berupa benda bergerak atau mati. Dan apabila menggunakan dokumentasi
7
M. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2011), cet. Ke-6, h. 129. 8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-26, h. 4.
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 129.
(51)
42
maka yang menjadi sumber datanya adalah dokumen atau catatan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.10
Selanjutnya berdasarkan sumbernya, data yang diperoleh dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 kelompok jenis data, yakni data primer dan data sekunder :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.11 Dalam hal ini, yang menjadi sumber data primernya adalah:
a. petani kedelai adalah masyarakat yang mempunyai problem dan membutuhkan bantuan untuk dapat menyelesaikan masalahnya. b. pendamping adalah orang yang memberikan motivasi untuk ikut
serta membantu menyelesaikan masalah dalam situasi problematika yang ada di desa tersebut.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data diluar kata-kata dan tindakan, sumber data tersebut yaitu sumber data tertulis. Sumber data ini dapat diperoleh dari buku, arsip, serta dokumentasi. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi data yang diperlukan oleh data primer. Adapun yang menjadi sumber data sekundernya adalah:
10
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan..., h. 107 11
(52)
43
a. Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai kondisi petani, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Informan dalam penelitian ini antara lain, local lider orang yang memproduksi tempe, petani, masyarakat penganguran musiman.
E. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data tertulis yang diperoleh untuk mengetahui lokasi. Adapun sumber data sekunder diperoleh dari literatur dokumentasi dari sekertaris desa yakni mengenai sejarah desa, pendidikan, pertanian dan sarana prasarana yang ada di dalam desa Tlgoagung.
F. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur atau tahap yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pralapangan
Tahap ini merupakan tahap awal yang peneliti lakukan sebelum memasuki lapangan. Ada enam kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahapan ini, yaitu menyusun perencanaan penelitian, memilih lapangan/tempat penelitian, mengurus perizinan penelitian, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta mempersiapkan perlengkapan penelitian. Tahap ini dilakukan sejak pertama kali atau sebelum terjun ke lapangan dalam rangka penggalian data.
(53)
44
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap eksplorasi secara terfokus sesuai dengan pokok permasalahan yang dipilih sebagai fokus penelitian. Tahap ini merupakan pekerjaan lapangan dimana peneliti datang ke lapangan dengan melakukan interview, pengamatan dan pengumpulan data serta dokumentasi, perolehan data kemudian dicatat dengan cermat kemudian menganalisa data di lapangan walaupun secara intensif dilakukan setelah pelaksanaan penelitian.
c. Tahap Analisis data
Pada tahap ini peneliti menelaah kembali seluruh data yang telah tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan dan dokumen. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah seanjutnya adalah mengorganisasikan data kemudian menganalisa data dengan mendeskripsikan data yang telah diproses secara apa adanya sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.12 Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan dengan bersifat umum.13 Adapun metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah:
12
M. Nazir, Metodologi Penelitian..., h.211. 13
Nana Sujana, Ulung Laksana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah Untuk Memperoleh Angka Kredit, (Bandung, Sinar Baru, 1992), h.7.
(54)
45
a. Observasi (pengamatan)
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.14 Sedang secara etimologis yang diambil dari kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), observasi adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat. Sedang menurut Syaodi observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Menurut Patton data observasi itu penting, karena :
1. Lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sehingga memungkinkan peneliti untuk menggunakan pendekatan induktif yang tidak mempengaruhi konsep-konsep dan pandangan sebelumnya
2. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak teramati oleh orang lain. khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu karena telah di anggap “biasa” yang tidak akan
terungkapkan melalui wawancara.
3. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
14
(55)
46
4. Peneliti dapat menangkap kesan-kesan pribadi yang dapat dirasakan dalam situasi sosial dan dapat berefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung bagaimana cara pendampingan komunitas petani kedelai dalam pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, bagaimana kondisi petani yang mengalami permasalahan dalam penganguran musiman dan semua hal-hal lain yang berkaitan dengan judul peneliti.
b. Interview (wawancara)
Menurut Poerwandari wawancara merupakan percakapan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data kualitatif melalui wawancara, peneliti menggunakan pendekatan wawancara dengan pedoman umum.
Sedang pendapat yang lain, bahwasannya wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data melalui wawancara dengan cara tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk memperoleh data yang sesuai dengan topik penelitian.
Ada juga pendapat lain bahwasannya wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan melalui percakapan dan tanya jawab, baik lansung maupun tidak langsung dengan responden
(56)
47
untuk mencapai tujuan tertentu.15 Dalam hal ini, wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.
Tujuan wawancara itu sendiri adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi.
Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Selain itu wawancara dengan pedoman sangat umum juga dapat berbentuk wawancara terfokus, yaitu wawancara dengan mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan pengalaman subyek.
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara kepada petani kedelai, local lider, masyarakat Tlgoagung yang menjadi penganguran musiman serta pihak lain yang berkaitan dengan pengumpulan data. c. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu yang dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar atau karya mono mental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan.
15
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.233.
(57)
48
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar, film dan lain sebagainya.16
Studi dokumentasi merupakan teknik untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah petani, jumlah penganguran musiman serta hal-hal lain yang bberhubungan dengan obyek penelitian yang ada dalam dokumen.
Melalui dokumentasi, peneliti akan memperoleh data-data yang dibutuhkan misalnya jumlah petani dan penganguran yang ada di desa Tlgoagung, foto-foto, dan dokumen tentang keadaan objek yang di teliti serta data-data lainnya yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
d. LibraryReserch
Library Reserch merupakan teknik kepustakaan sebagai pelengkap dari teknik yang sudah ada sekaligus sebagai landasan teori dalam penelitian. Dari sinilah peneliti berusaha memadukan antara teori dengan realitas yang terjadi di lapangan.
H. Teknik Analisis Data
Sebelum menganalisa suatu data, maka alangkah baiknya jika mengetahui terlebih dahulu tentang maksud dari analisa data. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
16
(58)
49
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau terpisah. Strategi tersebut adalah analisis deskriptif kualitatif dan verifikatif analisis.17
Analisis data pada penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen 1982 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.18 Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara keseluruahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu peneliti mendeskriptifkan dan memaparkan data yang diperoleh dilapangan mengenai pendampingan usaha pembuatan tempe di desa Tlgoagung Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
Langkah-langkah teknik analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini penulis berpijak pada pendapatnya Miles, Hubermen dan Yin yang ditulis oleh Imam Suprayogo dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Penelitian Sosial Agama”, antara lain:
a. Analisis data dimulai setelah penulis memahami fenomena-fenomena yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dianalisis.
17
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif... h.83. 18
(1)
117
wawasan pendamping sendiri dan khususnya untuk masyarakat, setelah dirasa sudah tidak ada lagi pertanyaan, maka sesi pelatihan dilanjutkan dengan review ulang proses pembuatan tempe, pendamping memaparkan ulang proses percampuran bahan baku hingga pembuatan dilakasanakan, setelah itu di rasa cukup dan para ibu-ibu merasa sudah capek, akhirnya acara pelatihan tersebut berakhir dan mereka membawa pulang perorang 3 batang tempe agar mereka mengerti dan bisa mengamati sendiri perkembangan kedelai, dan tampak masyarakat senang dengan pembagian tempetersebut, karena mereka telah berhasil mengerti bagaimana proses pembuatan tempe dan hasil yang memuaskan
(2)
118
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
dari hasil analisa data ditemukan bahwa proses pendampingan komunitas petani kedelai dalam usaha pembuatan tempe dan meningkatkan ekonomi adalah dengan diawali pengenalan pendamping pada masyarakat, kemudian mengumpulkan masyarakat untuk melakukan FGD guna untuk mengetahui aset dan salah satu solusi untuk menangani penganguran musiman di desa Tlgoagung dengan menciptakan lapangan kerja sendiri Setelah melakukan pendampingan dengan cara penyadaran pada masyarakat mengenai masalah yang dialaminya, kini mereka sudah mulai sadar dan menginginkan untuk mendirikan sebuah usaha pembuatan tempe.
hasil dari pendampingan komunitas adalah para petani kedelai dapat melakukan pengolahan kedelai menjadi tempe, hasil ini bisa digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa Tlgoagung.
(3)
119
B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan pengalaman fasilitator dalam proses pendampingan ini, terdapat beberapa rekomendasi dan saran yang bisa menjadi acuan dalam berbagai kegiatan mendatang. Hasil pendampingan terkait pendampingan usaha pembuatan tempe tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan Pemerintah atau Instansi terkait dalam pembangunan suatu masyarakat. Diharapkan program yang diberikan bukan lagi program yang mengutamakan bangun fisik yang bersifat top down lagi, akan tetapi memahami terlebih dahulu hal penting yang dibutuhkan masyarakat dengan memperhatikan lokalitas yang ada (bottom up). Peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat menjadi salah satu prasyarat utama keberhasilan suatu pendampingan. Oleh karena itu bagi pendampingan selanjutnya agar lebih memperhatikan peningkatan kapasitas masyarakat terlebih dahulu sebelum melakukan program fisik yang lebih sering diminta oleh masyarakat. Karena jika masyarakat mempunyai pengetahuan akan hal yang dibutuhkan, selanjutnya mereka bisa mengembangkan dirinya secara mandiri, baik dengan atau tanpa dampingan seorang fasilitator.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
kantor kepala desa (2014), Profil desa Tlgoagung.: kecamatan baureno kabupaten Bojonegoro.
Dureau, Christopher. (2013). Pembaru dan kekuatan local untuk pembangunan.TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
AfandiAgus, dkk.,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.
Salim Agus, 2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Frediannasdiantonny, 2014. Pengembangan Masyarakat, (Yayasan pustaka obor indonesia Jakarta,)
Usman Suyoto, 1998. Pembangunan Dan PemberdayaanMasyarakat. Pustaka Pelajar (angota Ikapi) Yogyakarta
PrayitnoHadi, 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan, BPFE-yogyakarta.
Koetjaraningrat,1994. Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suhono Antun, Desa, Manusia Desa, Kehidupan Desa Dan Pendidikan Desa, Laporan Seminar Pendidikan Kedesan IV di unsud purwokerto (juni 1975), kelompok studi pendidikan kedesaan, Yogyakarta.
N. Daljoeni, A. Suyitno, 2004 Pedesaan Lingkungan Dan Pembangunan.P.T Alumni Bandung
Peter Hagul, Pembangunan Desa Dan Pembangunan Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali, 1992.
Cholitinerna Erawati Dan Juni Thamrin, 1997. Pemberdayaan Dan Refleksi Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, (Bandung : Yayasan Akita)
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an / M. Qurais Shihab. jakarta : lentera Hati.
Ismail Nawawi Uha, 2012, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : CV. Dwiputra Pustaka Jaya
(5)
Saifuddin Azwar, 2004, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995)
M. Nazir, Ph.D, 1989, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia)
Sudarwan Danim, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia,),
M. Burhan Bungin, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana) Lexy J. Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,)
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,)
Iqbal Hasan. 2004 Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Media Grafika,)
Nana Sujana, Ulung Laksana, 1992 Menyusun Karya Tulis Ilmiah Untuk Memperoleh Angka Kredit, (Bandung, Sinar Baru)
Tnternet :
https://ismayadwiagustina.wordpress.com/2012/11/26/pengertian-teori http://rf-17.mywapblog.com/straegi-perubahan-sosial.xhtml
http://frameit.blogspot.com/2011/10/landasan-teori-pemberdayaan-masyarakat.html
https://www.google.com/search?q=pencitraan+desa+Tlgoagung+kecamatan+baur eno+kabupaten+bojonegoro&ie=utf-8&oe=utf-8
http://www.polatani.com/2015/05/mengenal-lahan-budidaya-kacang-kedelai.html http://studyandlearningnow.blogspoot.com2013/06devinisi penganguran htm informan :
Informan ibu mustri pada proses wawancara pada tangal 11 maret 2015 pukul 15.00
(6)
saat wawancara ibu sumijah pada 02 april 2015
Saat wawancara bapak ilyas ketika disawah pukul 10.00 WIB Wawancara ibu ayuk pada tangal 20 maret pukul 09.00 WIB
Proses FGD 16 april bersama masyarakat pada pukul 19.00 WIB hingga selesai. Pelatihan pada 25 april bersama ibu-ibu jama’ah tahlil.