PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI DUSUN NUNUK DALAM MENGATASI PROBLEM PEMENUHAN KEBUTUHAN SAYUR DI DESA POMAHAN KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO.

(1)

PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI DUSUN NUNUK DALAM MENGATASI PROBLEM PEMENUHAN KEBUTUHAN SAYUR

Di Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh : Mochamad Fatoni

NIM.B52212031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mochamad Fatoni (2017): Pendampingan Komunitas Petani Dusun Nunuk dalam Mengatasi Problem Pemenuhan Kebutuhan Sayur di Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Penelitian pendampingan ini menggambarkan tentang keadaan yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu masalah ketidaksadaran masyarakat masyarakat Dusun Nunuk akan ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan sayur dari luar setiap harinya. Padahal seharusnya potensi alam yang mereka miliki yaitu lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara maksimal yang cukup luas mampu membuat mereka swasembada sayur tanpa harus bergantung pemenuhan kebutuhan sayur dari luar, baik itu dari pasar ataupun dari tukang sayur keliling. Sehingga lahan pekarangan yang mereka miliki tidak terbengkalai dan menjadi tempat pembuangan sampah yang berpotensi menjadi sarang penyakit yang bisa berdampak pada kelangsungan hidup mereka sehari-hari.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Participatory Action Risearch (PAR). Dengan langkah-langkah proses pemecahan masalah antara lain : Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancang strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi dan refleksi. Penelitian bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari luar, baik itu dari pasar ataupun dari tukang sayur keliling.

Upaya yang dilakukan peneliti dalam melakukan kegiatan ini tentu butuh partisapasi bersama seperti diskusi, merencanakan program, memanfaatkan media internet sebagai alat untuk melakukan perubahan, dan juga aksi pemanfaatan lahan pekarangan dengan ditanami sayur. Sehingga nantinya diharapkan lahan pekarangan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan dan mampu secara perlahan mengatasi masalah pemenuhan ketergantungan kebutuhan sayur dari pasar atau pedagang sayur keliling.

Adapun hasil capaian dari pendampingan ini adalah lahan pekarangan yang mampu dimanfaatkan dengan baik yaitu dengan ditanami sayur, sehingga secara perlahan masyarakat Dusun Nunuk sudah tidak lagi bergantung secara penuh dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya dari pasar atau pedagang sayur keliling setiap hari. Walaupun dalam aksi perubahan ini, belum semua masyarakat Dusun Nunuk turut-serta melakukan pemanfaatan lahan pekarangannya untuk bertanam sayur.


(7)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI...ii

PERNYATAAN KEASLIAN...iii

MOTTO ...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR BAGAN...xi

KATA PENGANTAR...xii

ABSTRAK...xiv

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ………..1

B. Rumusan Masalah ……….8

C. Tujuan Penelitian ………..8

D. Strategi Mencapai Tujuan ……….9

E. Sistematika Pembahasan ……….15

BAB II Kajian Teori A. Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris ………..20

B. Pemberdayaan Masyarakat Tani ……….23

BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan ………..26

B. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan ………...28


(8)

D. Teknik Pengumpulan Data ………..34

E. Teknik Validasi Data ………...37

F. Teknik Analisis Data ………...38

BAB IV Gambaran Umum Desa Pomahan A. Kondisi Geografis Desa Pomahan ………..40

B. Kondisi Demografis Desa Pomahan ………...42

C. Sejarah Desa Pomahan ………45

D. Kondisi Pendidikan Masyarakat Dusun Nunuk ………..50

E. Kondisi Ekonomi Masyarakat Dusun Nunuk ……….53

F. Kondisi Kebudayaan dan Keagamaan Masyarakat Dusun Nunuk ………..58

BAB V Uraian Masalah Di Dusun Nunuk A. Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Sayur dari Pasar …..69

B. Lahan Pekarangan yang Kurang Dimanfaatkan ………..75

BAB VI Membangun Kesadaran Menanam Sayur A. Mengubah Mindset Masyarakat untuk Menanam Sayur di Pekarangan ………..79

B. Membangun Komunitas Petani Sayur...83

C. Memanfaatkan Media Internet untuk Menanam Sayur di Pekarangan ………..86

BAB VII Perubahan Pola Pertanian Masyarakat Dusun Nunuk...91


(9)

BAB IX Penutup

A. Kesimpulan ………...102 B. Saran ………..104 Daftra Pustaka...106 Lampiran-Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL BAB I Pendahuluan

1.1.Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk...4

BAB IV Gambaran Umum 4.1. Hasil Transect Kondisi Alam Dusun Nunuk...41

4.2. Rincian Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Pomahan...43

4.3. Tingkat Pendidikan Anak Dusun Nunuk Tahun 2016...53

4.4. Profesi Kepala Keluarga Masyarakat Dusun Nunuk...54

4.5. Kalender Musim Pertanian Desa Pomahan...54

4.6. Usaha-usaha yang dimiliki Masyarakat Dusun Nunuk...57

4.7. Rerata Usia Masyarakat Dusun Nunuk...58

BAB V Uraian Masalah 5.1. Sample Data Pengeluaran Belanja Rumah Tangga Masyarakat Dusun Nunuk dalam Satu Bulan ………...70


(11)

DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan

1.1.Peta Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk...3

BAB IV Gambaran Umum Desa Pomahan 4.1. Peta Dasar Dusun Nunuk...44

4.2. Kalender Harian Aktivitas Masyarakat Dusun Nunuk...56

4.3. Proses Kegiatan Berjanji di Dusun Nunuk...62

4.4. Makanan Wajib Tradisi Tingkepan...65

4.5. Proses Kegiatan Pakpuser Di Dusun Nunuk...67

BAB V Uraian Masalah 5.1. Aktifitas Jual-beli Masyarakat Dusun Nunuk Dengan Pedagang Sayur Keliling ………...74

5.2. Lahan Pekarangan yang Terbengkalai ………...76

5.3. Lahan Pekarangan yang Dijadikan Tempat Pembuangan Sampah ………...….77

BAB VI Membangun Kesadaran Menanam Sayur 6.1. Diskusi Bersama Ketua RT Satu ………...81

6.2. Focus Group Discussion bersama Masyarakat Dusun Nunuk...83

6.3. Proses Pembentukan Kelompok Petani...84

6.4. Struktur Kepengurusan Kelompok Tani Mandiri Sayur...85

6.5. Proses Belajar Bersama Masyarakat Dusun Nunuk Dalam Pemanfaatan Internet...……….89


(12)

BAB VII Perubahan Pola Pertanian Masyarakat Dusun Nunuk

7.1. Proses Awal Pemanfaatan Lahan Pekarangan...92 7.2. Contoh Proses Penaburan Bibit Sayuran...93 7.3 Bertanam Cabai dan beberapa Jenis Sayur di Lahan

Pekarangan...94 7.4. Bertanam Terong di Lahan Pekarangan...95 7.5. Bertanam Labu di Lahan Pekarangan ………....96


(13)

DAFTAR BAGAN BAB I Pendahuluan

1.1.Pohon Masalah Masyarakat Dusun Nunuk ………10 1.2.Pohon Harapan Masyarakat Dusun Nunuk ………13


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara terluas di dunia dengan total luas negara 5.193.250 km2 dengan luas daratan 1.919.440 km2 dan luas lautan sekitar 3.273.810 km2.1 Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian dibidang pertanian atau bercocok tanam sehingga membuat Indonesia tergolong sebagai negara agraris. Namun ironisnya negara yang harusnya swasembada karena keagrarisannya ini masih banyak menggantungkan kebutuhannya diberbagai sektor. Seperti di sektor pangan yang mana seharusnya masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggantungkan kebutuhannya dengan impor dari berbagai negara.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), selain mengimpor pangan negara Indonesia juga mengimpor buah dan sayur yang mana dari data sementara yang diterima secara total di Kuartal I 2016, impor sayur-sayuran negara Indonesia tercatat US$ 133,61 juta dengan berat 164,69 juta kilogram (kg) atau naik dari realisasi impor periode yang sama tahun lalu senilai US$ 120,42 juta dengan berat 166,61 kg. Sementara untuk impor buah-buahan negara Indonesia pada Kuartal I tahun 2016 mencapai angka US$ 184,63 juta atau meningkat dari realisasi periode yang sama pada tahun lalu dengan nilai US$133,08 juta. Adapun negara-negara penguasa impor sayur ke negara Indonesai adalah China,


(15)

Selandia Baru, Jerman, Ethiopia, dan Australia. Sementara negara pengimpor buah nya adalah Australia, AS, Thailand, Pakistan, dan Peru.2

Ketergantungan kebutuhan pangan, buah, dan sayur yang dialami masyarakat Indonesia terhadap negara lain merupakan masalah yang dari tahun ke tahun belum juga terselesaikan, padahal Indonesia dikenal dengan negara agraris yang hanya memiliki dua musim cuaca yang serta mayoritas pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani. Begitu juga halnya dengan masyarakat Dusun Nunuk, Desa Pomahan yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Dusun Nunuk merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yang memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 93 yang terbagi dalam tiga RT (Rukun Tetangga) dan satu RW (Rukun Warga).3

Ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur masyarakat Dusun Nunuk setiap harinya dari luar, baik itu dari pasar atau tukang sayur keliling tentu memiliki sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah tersebut. Padahal, lahan kosong yang mereka miliki sangat luas yang mana seharusnya itu bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan sayur. Dalam memenuhi kebutuhan mengkonsumsi sayurnya setiap hari, masyarakat Dusun Nunuk menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayurnya dari luar, baik itu pasar ataupun tukang sayur keliling. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat Dusun Nunuk lebih memilih menggantungkan kebutuhan sayurnya dari luar

2

Fiki Ariyanti, Negara Ini Pemasok Terbesar Sayur dan Buah ke RI, dikutip dari

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2486870/negara-ini-pemasok-terbesar-sayur-dan-buah-ke-ri pada 20 Oktober 2016


(16)

karena tidak ingin ribet dan susah-susah bertanam sehingga mereka memilih cara mudah dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya setiap hari dari luar. Selain itu juga, ada sebagian masyarakat yang juga enggan memanfaatkan lahan kosongnya untuk ditanami sayur-sayuran karena menurut mereka tanah kosong yang mereka punya itu tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam.4

Padahal kalau masyarakat sadar, tidak dapat digunakannya tanah mereka untuk bercocok tanam bukanlah tanpa sebab, karena tingkah laku manusia lah yang membuat tanah tidak dapat dibuat untuk bercocok tanam sehingga tanah memberikan balasannya kepada manusia dengan tidak bisanya dibuat bercocok tanam.5 Hampir semua masyarakat Dusun Nunuk memiliki lahan kosong disekitar rumah mereka dengan berbagai macam ukuran luasnya, sebagaimana pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1

Peta Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk

Sumber: Hasil dokumentasi peneliti saat melakukan pendampingan


(17)

Pada gambar peta di atas, dapat diperhatikan bahwa rumah dengan warna kuning adalah rumah dengan luas lahan pekarangan di bawah 10 meter, sementara untuk rumah yang berwarna merah adalah rumah dengan memiliki luas lahan pekarangan antara 10 meter sampai dengan 20 meter, dan untuk rumah yang berwarna biru adalah rumah dengan luas lahan pekarangan yang dimiliki di atas 20 meter. Adapun untuk lebih jelasnya luas lahan yang dimiliki dari setiap rumah, dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 1.1

Luas Lahan Pekarang Masyarakat Dusun Nunuk

NO. Nama Luas Lahan

(Meter) 1. Sutopo 8 x 6

2. Sulaten 4 x 9 3. Malik 5 x 7 4. Jani 8 x 12 5. Saripin 5 x 9 6. Samiran 6 x 8 7. Tamam 10 x 4 8. Khamid 5 x 6 9. Raji 4 x 6 10. Sumari 5 x 3 11. Kasbolah 3 x 2 12. Monari 7 x 4 13. Syukur 6 x 5 14. Akyar 3 x 4 15. Salamun 2 x 5 16.. Mujari 6 x 4 17. Rusdu 3 x 5 18. Kasmidi 4 x 5 19. Tamser 3 x 4 20. Manan 7 x 5 21. Hanto 6 x 4 22. Darto 4 x 7 23. Sukardi 5 x 5 24. Suhadak 4 x 3 25. Kardimin 5 x 3


(18)

26. Wagiran 9 x 5 27. Waras 7 x 5 28. Sahid 6 x 4 29. Nasrip 7 x 6 30. Muzamil 8 x 5 31. Muhaimin 4 x 7 32. Anwar 8 x 7 33. Sukadi 6 x 5 34. Abdul Majid 5 x 4 35. Dahlan 8 x 6 36 Karlan 9 x 4 37 Saruji 10 x 4 38. Sutaji 5 x 3 39. Ridwan 7 x 5 40. Imam 4 x 3 41. Laji 3 x 6 42. Anam 7 x 4 43. Parno 5 x 3 44. Hanafi 7 x 6 45. Munasir 6 x 2 46. Solihin 5 x 4 47. Wahid 6 x 5 48. Masrifan 4 x 4 49. Mahmudi 5 x 8 50. Slamet 7 x 6 51. Sutrisno 6 x 6 52. Mudhomir 7 x 4 53. Husen 6 x 3 54. Ramuji 5 x 7 55. Mudhofar 8 x 4 56. Muhlisun 6 x 5 57. Siswandi 4 x 5 58. Siswo 6 x 4 59. Fathan 5 x 6 60. Fatkhur 5 x 4 61. Abdul 7 x 5 62. Muhlisin 6 x 3 63. Qomar 5 x 2 64. Iqbal 4 x 5 65. Rusman 4 x 7 66. Saipul 3 x 5 67. Suparman 4 x 5


(19)

70. Andik 7 x 2 71. Wahab 4 x 6 72. Patemo 5 x 7 73. Muhtar 8 x 4 74. Sukarmin 6 x 5 75. Kasmidi 7 x 6 76. Suparmin 8 x 4 77. Masrap 7 x 5 78. Tumijan 8 x 6 79. Masliki 4 x 5 80. Munsorip 5 x 8 81. Zainal 4 x 6 82. Lani 7 x 5 83. Karsimin 9 x 5 84. Abidin 7 x 4 85. Murtaji 6 x 4 86. Solihin 7 x 5 87. Zainudin 4 x 6 88. Malik 6 x 7

89. Ni’am 5 x 7

90. Sunari 4 x 6 91. Mustaqin 5 x 5 92. Mukid 5 x 6

93. Mas’ud 7 x 4

Sumber: Hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Dusu Nunuk

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih begitu luasnya lahan kosong yang ada di Dusun Nunuk yang tidak sedikit dari mereka yang belum memanfaatkannya secara maksimal. Mulai dari ukuran lahan kosong paling kecil seluas 6 meter sampai dengan ukuran lahan kosong paling besar yaitu 96 meter. Sehingga dengan jumlah lahan kosong yang dimiliki dari setiap rumah apabila dijumlahkan tercatat bahwa di Dusun Nunuk terdapat lahan kosong seluas 2.700 meter.

Dari realita yang ada di lapangan, membuat peneliti berupaya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat Dusun Nunuk dengan memanfaatkan lahan pekarangannya yaitu dengan bertanam sayur sehingga nanti harapannya


(20)

bisa mengatasi masalah ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari pasar yang dialami oleh masyarakat Dusun Nunuk. Pentingya mengkonsumsi sayur bagi tubuh tentu tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga dapat membantu manusia berpola hidup sehat karena dengan mengkonsumsi sayuran secara rutin dapat membantu atau mengganti pemenuhan suplemen-suplemen vitamin yang jarang dikonsumsi ehingga untuk tetap menjaga kesehatan dan kualitas hidup nya sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran setiap hari.6

Upaya pendampingan masyarakat dalam mandiri sayur dengan memanfaatan lahan kosong tentu dapat dilakukan dengan rencana dan komunikasi yang baik dari semua pihak, karena partisipasi dari berbagai pihak sangatlah penting dengan perannya masing-masing. Partisipasi tentu sangat dibutuhkan untuk sebuah program seperti pemanfaatan lahan kosong karena dengan adanya partisipasi tersebut masyarakat baik itu perangkat desa maupun warganya bisa saling mengisi antara satu dengan yang lain, seperti pengetahuan dan kemampuan karena pada dasarnya setiap individu maupun kelompok memiliki daya yang antara satu dengan yang lain itu berbeda kadar daya yang dimilikinya. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait diantaranya adalah pengetahuan, kemampuan, status, dan juga gender.7 Sehingga upaya pendampingan komunitas petani dalam pemenuhan kebutuhan sayur dengan pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami sayur diharapakan

6


(21)

mampu menjadikan masyarakat Dusun Nunuk mampu mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sayur.

B. Rumusan Masalah

Melihat konteks atau latar belakang di atas, peneliti dapat menyimpulkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagaimana berikut :

1. Bagaimana tingkat konsumsi sayur masyarakat dan pola pemenuhannya ? 2. Bagaimana pola pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

kemandirian pemenuhan sayur ?

3. Bagaimana tingkat perubahan masyarakat setelah melalui pendampingan untuk penanaman sayur di lahan kosong ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan harapan dari penelitian ini adalah mengacu dari rumusan masalah di atas yang antara lain sebegai berikut :

a. Tujuan

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi sayur masyarakat dan pola pemenuhannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana pola pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian pemenuhan sayur.

3. Untuk mengetahui tingkat perubahan masyarakat setelah mendapatkan pendampingan untuk penanaman sayur di lahan kosong.

b. Harapan

1. Peneliti mampu membangun kesadaran kritis masyarakat yang menganggap semua adalah takdir-Nya


(22)

2. Mampu berkontribusi dalam melepaskan ketergantungan masyarakat terhadap sayuran luar.

3. Mampu membuat masyarakat sadar akan pentingnya menjaga alam dan lingkungannya.

4. Menjadikan masyarakat kreatif dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang mereka miliki sebagi pemenuhan kebutuhan pokoknya bahkan pendapatan tambahan.

D.

Strategi Mencapai Tujuan

Dari masalah yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu tentang ketergantungan masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayur dari luar baik itu dari pasar ataupun tukang sayur keliling yang disebabkan karena beberapa faktor seperti:

1. Kurangnya Keterampilan Petani dalam Pengembangan Pertanian Sayur Masyarakat Dusun Nunuk merupakan masyarakat dengan mayoritas profesi sebagai petani. Namun, hampir seluruh dari profesi petani tersebut merupakan petani yang berkonsentrasi di area persawahan. Sehingga untuk bertani yang lainnya, masyarakat Dusun Nunuk masih belum memiliki keterampilan dalam bertani di sektor selain area persawahan, khususnya bertani sayur.

2. Belum adanya Kebijakan Desa yang Mendorong Petani agar Menanam Sayur

Selain kurangnya keterampilan dalam pengembangan bertani, belum adanya sebuah kebijakan dari Pemerintah Desa juga menjadi faktor masih rendahnya


(23)

kemandirian petani masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayur.

3. Belum Adanya Kelompok Petani Sayur

Belum adanya komunitas petani juga menjadi faktor masih bergantungnya masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya dari luar setiap hari.

Adapun untuk lebih jelasnya dalam melihat masalah yang terjadi di masyarakat Dusun Nunuk dapat dilihat pada bagan berikut ini:


(24)

Bagan 1.1

Pohon Masalah Masyarakat Dusun Nunuk

Ketimpangan pengeluaran ekonomi Menjadi sarang penyakit Rawan terserang penyakit

Tingginya biaya untuk pemenuhan sayur Lahan pekarangan

terbengkalai Tingkat gizi

rendah

Rendahnya Kemandirian Petani dalam Pemenuhan Sayur Kurangnya keterampilan petani dalam pengembangan pertanian sayur

Belum ada kebijakan Desa yang mendorong

petani agar menanam sayur

Belum ada kelompok petani

sayur

Belum ada yang mengorganisir Kurangnya pengetahuan petani dalam pengembangan pertanian sayur

Belum ada yang mengadvokasi agar petani menanam sayur

Belum ada yang bertanggung

jawab Belum peraturan

secara lisan maupun tulisan dari Desa untuk

kebijakan tersebut Belum adanya

pelatihan dalam pengembangan


(25)

Melihat konteks masalah yang terjadi, tujuan atau harapan dari pelaksanaan proses pemberdayaan ini adalah sebagai berikut;

A. Adanya Komunitas Petani dalam Pemenuhan Kebutuhan Sayur

Dari data yang diperoleh peneliti, bahwa hampir semua pekerjaan masyarakat Dusun Nunuk adalah seorang petani, namun mayoritas dari mereka adalah petani sawah. Sehingga inilah yang diharapkan oleh peneliti dalam aksi ini yaitu terbentuknya sebuah komunitas petani sayur di Dusun Nunuk sebagai salah satu tahap untuk mencapai tujuan yaitu kemandirian pemenuhan kebutuhan sayur masyarakat Dusun Nunuk. Selain itu juga dengan adanya komunitas petani sayur, tentu akan lebih mempermudah dalam mengorganisir masyarakat Dusun Nunuk.

B. Adanya Keterampilan Petani dalam Pengembangan Pertanian Sayur

Selain belum adanya pendidikan tentang pentingnya pemenuhan kebutan sayur, petani masyarakat Dusun Nunuk juga belum memiliki keterampilan yang banyak selain hanya memiliki keterampilan dalam mengerjakan sawah mereka, karena masyarakat Dusun Nunuk adalah masyarakat petani sawah yang sering menanam padi. Dengan adanya pendampingan ini diharapkan nantinya petani mempunyai banyak keterampilan yang tidak hanya keterampilan dalam mengelola sawah mereka tetapi juga lahan pekarangan mereka sehingga mampu dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan sayur setiap harinya.

C. Adanya Kebijakan dari Desa untuk menanam sayur.

Adanya suatu kebijakan tentu sangat mempengaruhi pola berpikir masyarakat dalam aksi pendampingan ini, karena kesadaran masyarakat bisa


(26)

dipengaruhi oleh adanya sebuah kebijakan yang ada, sehingga diharapkan dengan adanya sebuah kebijakan yang dibuat mampu lebih mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan problem yang dihadapi sehingga nantinya bisa bersama-sama dalam mengatasinya.

Adapun untuk lebih jelasnya dalam melihat harapan atau tujuan dari aksi perubahan ini dapat dilihat pada bagan pohon harapan berikut ini:


(27)

Bagan 1.2

Pohon Harapan Masyarakat Dusun Nunuk

Pengeluaran ekonomi stabil Tidak menjadi sarang penyakit Tidak mudah terserang penyakit

Biaya untuk pemenuhan sayur stabil Lahan pekarangan

termanfaatkan Tingkat gizi tinggi

Kemandirian Petani dalam Pemenuhan Sayur

Adanya keterampilan petani dalam pengembangan pertanian sayur Adanya kelompok petani sayur Sudah adanya

kebijakan Desa yang mendorong petani agar

menanam sayur

Ada yang mengorganisir Ada yang

mengadvokasi agar petani menanam sayur Adanya pengetahuan petani dalam pengembangan pertanian sayur Ada yang bertanggung jawab Adanya peraturan

secara lisan maupun tulisan dari Desa untuk

kebijakan tersebut Adanya pelatihan

dalam pengembangan pertanian sayur


(28)

Melihat bagan pohon harapan di atas, strategi yang dilakukan untuk mencapai harapan tersebut adalah sebagaimana berikut:

1. Adanya Pelatihan dalam Pengembangan Pertanian Sayur

Straegi awal yang dilakukan adalah dengan adanya pelatihan keterampilan dan pengembangan pertanian sayur kepada masyarakat Dusun Nunuk sehingga masyarakat Dusun Nunuk mampu terampil dan memiliki pengetahuan dalam bertani sayur.

2. Adanya Kebijakan Pemerintah Desa untuk Bertanam Sayur

Kebijakan memiliki peranan penting dalam proses perubahan, sehingga dalam aksi perubahan ini kebijakan dari Pemerintah Desa untuk bertanam sayur sangat diperlukan, baik kebijakan secara lisan maupun kebijakan secara tulisan.

3. Adanya Pihak yang Bertanggung Jawab

Selain adanya pelatihan keterampilan pengembangan pertanian sayur dan juga kebijakan dari pemerintah desa untuk bertanam sayur. Tentu dibutuhkan juga pihak yang bertanggung jawab dalam proses aksi perubahan yang dilakukan ini.

E.

Sistematika Pembahasan

sistematika merupakan salah satu unsur penting dalam penulisan sebuah penelitian, karena dengan adanya sistematika pembahasan penulisan penelitian dapat terarah. Adapun sistematika penulisan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut;


(29)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab satu yang berisi tentang pendahuluan yang membahas atau di dalam nya berisi tentang pertama Latar Belakang Masalah/Konteks Problem yang menguraikan tentang masalah yang terjadi yang seharusnya itu tidak seharusnya terjadi karena potensi yang dimiliki baik dari tingkat terbawah yaitu Dusun sampai dengan tingkat teratas yaitu Negara. Kedua Rumusan Masalah, yang mana rumusan masalah itu penulis simpulkan dari apa yang terjadi di pokok pembahasan sebelumnya yaitu latar belakang masalah. Ketiga Tujuan dan Harapan, dalam point ini penulis menguraikan tentang tujuan dan harapan yang nantinya mampu terwujud. Keempat Strategi Mencapai Tujuan, adapun dalam konteks ini penulis menguraikan beberapa cara yang dilakukan dalam penelitian ini. Kelima Sistematika Pembahasan, point ini merupakan pembahasan terakhir dari bab satu yang berisi kan tentang gambaran keseluruhan penulisan skripsi ini dari bab satu yaitu pendahuluan sampai dengan bab terakhir yang berupa penutup.

BAB II : Kajian Teori

Bab ini menguraikan tentang konteks problem yang berkaitan dengan beberapa kajian pustaka yang dikutip dari buku, jurnal, ataupun media internet. Adapun kajian teori yang disungguhkan peneliti dalam bab ini antara lain; Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris, dan Pemberdayaan Masyarakat Petani.


(30)

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini penulis kembali menyuguhkan beberapa point yang dirasa perlu untuk dimasukkan dalam penulisan skripsi ini, yaitu; pertama Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan, kedua Prosedur Penelitian untuk Pendampingan, ketiga Subjek Dampingan, keempat Teknik Pengumpulan Data, kelima Teknik Validasi Data, dan yang keenam atau terakhir yaitu Teknik Analisis Data.

BAB IV : Gambaran Umum Desa Pomahan

Sama seperti dengan bab-bab sebelumnya, dalam bab ini penulis juga menguraikan beberapa point yang merupakan data dari berbagai sumber yang penulis dapatkan saat melakukan pendampingan di Dusun Nunuk yang merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan, antara lain; pertama Kondisi Geografis Desa Pomahan, kedua Kondisi Demografis Desa Pomahan, ketiga Sejarah Desa Pomahan, keempat Keadaan Ekonomi Masyarakat Desa Pomahan, kelima Tingkat Pendidikan, keenam Kondisi Keagamaan dan Tradisi Sosial Budaya.

BAB V : Uraian Masalah

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang terjadi di Dusun Nunuk mulai dari ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan sayur dari luar baik pasar maupun pedagang keliling, sampai dengan kurang dimanfaatkannya lahan pekarangan yang dimiliki bahkan dijadikannya lahan kosong yang dimiliki sebagai tempat pembuangan sampah.


(31)

BAB VI : Membangun Kesadaran Petani dalam Menanam Sayur Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pemberdayaan pemenuhan kebutuhan sayur di Dusun Nunuk. Adapaun langkah-langkahnya diantaranya adalah Mengubah Mindset Masyarakat untuk Menanam Sayur di Pekarangan. Selain itu juga, pada bab ini berisi tentang pembahasan pembentukan komunitas petani, mulai dari nama komunitas sampai dengan struktur kepengurusannya. Sehingga nantinya harapan ke depan, petani sayur ini dapat terorganisir dengan wadah sebuah komunitas ini.

BAB VII : Perubahan Pola Pertanian Masyarakat

Dalam bab ini, membahas tentang gerakan aksi yang dilakukan masyarakat dari gagasan-gagasan ide yang telah dirumuskan di bab sebelumnya. Sehingga pada bab ini yang membahas program aksi yang telah dilakukan sehingga berkesinambungan antar bab pada penulisan skripsi ini, dari yang awalnya penemuan masalah pada bab lima yang kemudian ditindak-lanjuti di bab enam dengan perumusan-perumusan harapan atau ide untuk mengurangi/mengatasi masalah yang terjadi.

BAB VIII : Refleksi Teoritis

Pada bab ini penulis menguraikan tentang pendapat, pandangan, serta pengetahuan penulis dalam menanggapi fenomena yang tertulis dari bab satu sampai bab enam, yang mungkin nantinya juga dapat dijadikan refrensi bagi akademisi dalam melakukan penulisan penelitian atau pun yang lainnya yang tentu tujuannya untuk lebih baik kedepannya.


(32)

BAB IX : Penutup

Ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini yang mana menguraikan tentang sedikit kesimpulan dari penulisan skripsi ini dan juga tidak menutup kemungkinan untuk memberikan saran pada penulisan skripsi ini atau pada fenomena yang terjadi di lapangan.


(33)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama sebagaimana telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam sistem ketatanegaraan, upaya peningkatan SDM diatur dalam UUD 1945 pasal 28H ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap individu berhak hidup sejahtera, dan pelayanan kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian pemenuhan pangan untuk kesehatan warga negara merupakan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, mengartikan kemandirian pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.2 Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang

1

Merryana Adriani dan Bambang Wirjatmadi, Pengantar Gizi Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal.265

2

Tedy Dirhamsyah, Jangkung Handoyo Mulyo, Dwidjono Hadi Darwanto, Slamet Hartono, Ketahanan Pangan (Kemandirian Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Rawan Pangan


(34)

beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini, Indonesia dinilai masih belum berorientasikan pada produksi untuk mendukung ketersedian pangan, sehingga banyak komoditas pangan yang masih diimport untuk mencukupi kebutuhannya.3 Bahkan bahan makanan pokok saja seperti beras, Indonesia masih import. Banyak sekali bahkan hampir seluruh kebutuhan pangan masyarakat Indonesia berasal dari import, sehingga inilah yang membuktikan bahwa negara Indonesia belum menjadi negara yang mandari atas kebutuhan pangannya sendiri.

Indonesia merupakan negara agraris dengan luas wilayah yang cukup luas dan sumber daya alam yang begitu beragam. Dari luas daratan sekitar 1.919.440 km yang dimiliki, luas lahan pertanian di Indonesia memiliki banyak versi diantaranya menurut Kadin yang mengatakan bahwa luas lahan pertanian Indonesia hanya 7 Juta Ha, sementara menurut seorang pegawai BPS (Kadir Ruslan) mengatakan bahwa luas lahan pertanian Indonesia seluas 25 Juta Ha, berbeda lagi dengan perkataan Pusdatin Kementan (yang mengambil data dari BPS) yang menyatakan dalam publikasi yang berjudul Statistik Lahan Pertanian 2008-2013 di halaman 3 (gambar 1) dan halaman 4 (tabel 1), bahwa luas lahan pertanian Indonesia adalah 39,5 Juta Ha dengan pembagian Lahan Sawah 8,1


(35)

Juta Ha, Tegal/Kebun 11,9 Juta Ha, Ladang 5,25 Juta Ha, dan Lahan yang sementara tidak diusahakan 14,25 Juta Ha.4

Adapun penyebab kenaikan impor pangan adalah meningkatnya konsumsi pangan masyarakat karena semakin banyaknya penduduk Indonesia yang disatu sisi pertumbuhan produktivitas pangan tidak seimbang dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat yang dikarenakan semakin banyaknya penduduk indonesia asli ataupun warga asing yang memutuskan menjadi warga negara Indonesia.5 Undang-Undang yang secara eksplisit menyatakan kewajiban mewujudkan ketahanan pangan adalah UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan yang merupakan pengganti UU Nomor 7 Tahun 1996. UU tersebut menjelaskan konsep ketahanan pangan, komponen, serta para pihak yang harus berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Secara umum UU tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat wajib mewujudkan ketahanan pangan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan merupakan acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan.6

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, sehingga itulah yang menjadikan Negara Indonesia sebagai negara agraris. Namun, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, masyarakat

4

Fikri Alyandra, Berapa Sebenarnya Luas Lahan Pertanian di Indonesia?, dikutip dari http://m.compasiana.com/fikri_alyandra/berapa-sebenarnya-luas-lahan-pertanian-di-indonesia_54f9548ba3331176178b4bbd pada 15 Oktober 2016

5

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi JABAR, Ironi Negara Agraris, dikutip dari http//bkpd.jabarprov.go.id/ironi-negara-agraris/. Diakses pada 22 September 2016 6


(36)

Indonesia masih memerlukan dari negara lain. Padahal kalau masyarakat Indonesia sadar dengan potensi alam yang dimilikinya, negara ini tidak perlu lagi melakukan impor-impor barang khususnya di komoditas pangan yang menurut banyak ahli pangan yang menyatakan bahwa kualitas produk pribumi jauh lebih baik dari pada kualitas produk impor di sektor pangan.

B. Pemberdayaan Masyarakat Petani

Negara Indonesia akan menghadapi suatu tugas berat untuk memajukan kaum tani dalam hubungan sosial yang baru, yang dihadapi bukan saja tantangan pemberantasan buta huruf tetapi juga pendidikan prasosial.7 Sehingga pendidikan mempunyai pengaruh penting bagi petani dalam adopsi teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha taninya.8

Sektor pertanian merupakan bagian penting negara Indonesia karena merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Disebut sektor andalan karena sektor pertanian menyediakan bahan pangan, serat, obat-obatan, energi, dan sebagian dari bahan baku industri, selain itu sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan berbagai tingkat kemahiran. Potensi pertanian yang besar tidak akan tergali tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan pertanian adalah salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat mengembangkan sektor pertanian, sehingga jika sektor


(37)

pertanian Indonesia ingin maju maka generasi muda harus memajukan pertanian dan tentu memiliki bekal ilmu pertanian pula.9

Konsep pemberdayaan secara mendasar berarti menempatkan masyarakat dan institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergi dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada di dalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat. Permberdayaan petani menurut kepala badan sumber daya manusia dan pemberdayaan (SDMP) dapat dilakukan dengan lima cara, yakni; 1) kegiatan agrobisnis harus berorientasi pasar (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas); 2) usaha agrobisnis harus menguntungkan dan comparable dengan usaha lainnya; 3) agrobisnis merupakan kepercayaan jangka panjang; 4) kemandirian dan daya saing usaha; 5) komitmen terhadap kontrak usaha.10

Menurut Sumodiningrat, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan diri mereka masing-masing. Sementara menurut Kartasasmita, pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang

9

Amalia Nur Milla, Mengenal Potensi Pertanian Indonesia, (Tanggerang: Citralab, 2010), Hal. 11 10


(38)

dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan atau dengan kata lain memperdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.11

Pemberdayaan masyarakat petani tentu memiliki banyak manfaat, sehingga petani Indonesia mampu memposisikan dirinya sesuai dengan kemajuan zaman yang semakin canggih ini. Dalam kemajuan zaman juga tentu banyak perubahan yang bisa ikut dilakukan seperti tentang bertanam sayur. Pada zaman sekarang tidak sedikit dari masyarakt yang sudah memanfaatkan lahan pekarangannya untuk bertanam sayur, sekalipun tidak memiliki lahan kosong masyarakt masih bisa bertanam sayur dengan berbagai cara seperti bertanam sayur secara hidroponik yaitu bertanam sayur di dalam pot, plastik polibag, dan lain sebagainya.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan

Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) yang berarti memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses social dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitan awal.1 Sehingga nantinya pada proses penelitian untuk pendampingan ini dapat diketahui masalah yang dihadapi masyarakat Dusun Nunuk.

Adapun dalam penggunaan metode ini, peneliti diharuskan untuk ikut bergabung dan merasakan kehidupan sebagaimana masyarakat setempat hidup, sehingga peneliti harus membaur bersama masyarakat baik anak-anak, muda-mudi, atau juga orangtua untuk mengetahui kehidupan meraka. Pada dasarnya PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.2 Sehingga diharapkan nantinya dengan menggunakan metode pendekatan ini

1

Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) Untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2015), Hal. 90


(40)

peneliti mampu mengenal lebih dalam lagi karakteristik baik dari segi ekonomi, budaya, sosial, agama, bahkan sistem pemerintahan masyarakat Dusun Nunuk. Menurut Hawort Hal, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian (misalnya, keluarga, professional, dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian.3

Dalam berbagai litelatur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan sehingga tidak memiliki sebutan tunggal, diantaranya adalah: action research, learning by doing, action learning, action science, action inquiry, collaborative research, partisipatory action research, partisipatory research, policy-oriented action research, emancipatory research, conscientizing research, collaborative inquiry, partisipatory action learning, dan dialectical research.4

Paticipatory Action Research (PAR) memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Dengan menggunakan metode ini yang memiliki tiga kata yang saling berhubungan sehingga mempermudah dalam melakukan pendampingan, karena dalam pendampingan riset merupakan langkah penting untuk mengetahui seluk-beluk Dusun Nunuk dari segala bidang. Partisipasi harus dilakukan dalam melakukan pendampingan, masyarakat Desa dikenal dengan keramahannya sehingga menjadi sebuah keharusan untuk membaur dengan mereka yang nantinya membantu mempermudah peneliti dalam melakukan pendampingan. Setelah dilakukan riset yang kemudian berpartisipasi dan membaur menjadi bagian dari


(41)

mereka sehingga mengetahui problem-problem kehidupan masyarakat Dusun Nunuk yakni pemenuhan kebetuhan sayur, maka bersama masyarakat dengan membentuk kelompok untuk bersama mengatasi masalah yang sedang dihadapi. B. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan

Sehubungan dengan digunakannya metode Participatory Action Research (PAR) dalam penelitian ini, maka prosedur yang digunakan dalam penelitian ini pun mengacu pada prosedur PAR sebagaimana berikut ini:

1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)

Pemetaan awal digunakan bertujuan untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Sehingga memudahkan peneliti untuk masuk ke dalam komunitas baik melalui key people (Kunci Masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, musholla, dll), kelompok kebudayaan (kelompok seniman dan komunitas kebudayaan local), serta kelompok ekonomi (kelompok pedagang, kelompok tani, maupun kelompok pengraajin). Adapun langkah yang peneliti ambil dalam langkah ini adalah dengan masuk melalui key people yang disini merupakan ketua Rukun Tetangga (RT) yaitu Sutopo (55). Selain ketua RT beliau juga merupakan orangtua dari teman peneliti sehingga dapat mempermudah peneliti dalam melakukan inkulturasi dan mapping. Dengan masuk melalui key people tersebut, peneliti dapat masuk di dua elemen masyarakat sekaligus yaitu remaja dan juga orangtua.5


(42)

2. Membangun Hubungan Kemanusiaan

Adapun prosedur ke dua dalam penelitian ini adalah membangun hubungan kemanusian. Sehingga tahap awal yaitu pemetaan awal sangatlah penting untuk dapat membangun hubungan kemanusiaan. Dari tim lokal yang dimiliki peneliti, proses hubungan kemanusiaan ini pun dengan mudah terjalin, disisi lain juga karena karakteristik masyarakat desa yang begitu ramah sehingga juga membantu dalam proses membanggun hubungan ini.6 Tujuan dari langkah ini adalah menjalin keakraban antara peneliti dan masyarakat sehingga dapat diketahui secara menyeluruh dan mendasar permasalahan-permasalahan yang masyarakat alami dari keluhan-keluhan bahkan obrolan-obrolan biasa, yang mana dalam kata lain adalah bertemunya pemikiran antara masyarakat dan peneliti (meeting of mind). Ketika suatu proses pemberdayaan sudah dimulai dari keinginan masyarakat sendiri maka proses pemberdayaan tersebut akan terus berjalan secara berkesinambungan.

3. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial

Setelah inkulturasi dan terbangunnya hubungan dengan masyarakat Dusun Nunuk, langkah selanjutnya yang diambil peneliti bersama masyarakat adalah menentukan perubahan dengan membuat sebuah agenda riset untuk perubahan. Adapun teknik yang digunakan peneliti untuk membuat agenda perubahan adalah mengacu pada teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu Mapping, Transect, Pemetaan Kampung dan Survei Belanja Rumah Tangga, Timeline, Tren and Change, Kalender Musim, Kalender Harian, Diagram Ven,


(43)

Diagram Alur, Matrix Rangking, Wawancara Semi Terstruktur, serta Analisis Pohon Masalah dan Harapan. Adapun untuk penjelasan dari masing-masing teknik PRA tersebut dapat dilihat dalam pembahasan selanjutnya.7

4. Pemetaan Partisipatif

Dalam tahap ini adalah bertujuan untuk mengetahui gambaran umum Dusun Nunuk, baik berupa wilayah maupun persoalan-persoalan yang ada. Adapun dalam tahap ini peneliti mengajak remaja untuk melakukan mapping, antara lain Sulistiono, Hidayat, Edi, Cak Man, Bahrowi, Imam, dll. Alasan peneliti mengajak para remaja untuk mapping adalah sebagai upaya lebih mengakrabkan peneliti dengan pemuda setempat dan juga karena pemuda lebih berpotensi mengetahui gambaran umum secara detail dari pada orangtua karena pemuda lebih aktif dan sering berkeliling di Dusun Nunuk ini dari pada para orangtua.8 5. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas peneliti menyadari adanya sebuah masalah yang belum banyak masyarakat Dusun Nunuk sadari yaitu ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur. Dari sini peneliti dan masyarakat Dusun Nunuk melakukan diskusi untuk merumuskan dan mencari penyebab akar dari masalah yang belum banyak disadari masyarakat. Dengan adanya diskusi tersebut memberikan edukasi serta pemikiran kritis terhadap masyarakat dengan merumuskan masalah yang sedang mereka hadapi.9

7

Ibid, Hal. 106 8


(44)

6. Merumuskan Strategi Gerakan

Dari langkah sebelumnya yaitu perumusan masalah, masyarakat Dusun Nunuk bersama peneliti membuat dan mencari cara untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi. Adapun masalah yang terjadi disini adalah ketergantungan masyarakat Dusun Nunuk terhadap pasar dalam pemenuhan kebutuhan pasar. Peneliti mencoba menggiring masyarakat untuk kembali berpikir kritis dengan cara memancing pemikiran mereka bahwasannya mereka memiliki lahan kosong yang belum dimanfaatkan secara maksimal yang berarti itu merupakan potensi yang dimiliki untuk bisa mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.

Setelah berhasil, masyarakat menyusun strategi gerakan perubahan untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi dengan cara memanfaatkan lahan kosong mereka baik lahan pekarangan atau pun juga lahan sawah mereka untuk bercocok tanam. Karena dengan begitu banyak nilai positif yang didapatkan dari gerakan ini, mulai dari sudah tidak bergantung kepada pasar dalam pemenuhan kebutuhan sayur, menambah pendapatan dari hasil penjualan panennya baik dari lahan pekarangan maupun lahan sawah, dan tentunya membantu negara dalam mengurangi impor pangan ataupun sayuran.10

7. Pengorganisasian Masyarakat

Setelah melakukan beberapa tahapan di atas, masyarakat dan peneliti melakukan pengorganisasian masyarakat. Seiring dengan program yang dilakukan yaitu pemanfaatan lahan kosong, maka disini masyarakat dan peneliti


(45)

membagi 3 komponen untuk mempermudah berjalannya program yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Kelompok pertama adalah kelompok bapak-bapak, yang bertujuan untuk bagian pekerjaan berat seperti mempersiapkan lahan untuk bercocok tanam baik itu lahan pekarangan maupun lahan sawah. Kedua yaitu kelompok ibu-ibu yang bertugas pada bagian kerjaan ringan, seperti merawat dan mengurus tanaman hasil bercocok tanam. Dan yang ketiga adalah kelompok pemuda yang dengan kata lain adalah mereka yang orangtuanya mau melakukan program pemanfaatan lahan kosong ini, adapun tugas dari kelompok pemuda atau sang anak ini adalah memasarkan dan menjualkan ke orang lain atau pun pasar.11

8. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi pemecahan masalah ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari pasar yang terjadi pada masyarakat Dusun Nunuk adalah dengan pemanfaatan lahan kosong yang mereka miliki baik dari pekarangan maupun sawah mereka. Pada awal proses penyusunan aksi ini, peneliti memberikan edukasi berupa materi-materi tentang prosedur penanaman sayur yang peneliti dapat dari internet dan beberapa survei dari orang yang lebih berpengalaman. Adapun pembagian atau pemberian materi tersebut dilakukan di rumah Sutopo (55) dengan tujuan mempermudah dalam pemberian materi pemanfaatan lahan kosong kepada masyarakat Dusun Nunuk khususnya warga RT satu sehingga


(46)

bisa terpusat pada satu tempat dalam pembagian atau pemberian materi tersebut.12

9. Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat

Dalam proses pemberdayaan ini tentu tidak semua masyarakat akan mengikuti, sehingga perlu lah dibangun atau dibentuk suatu pusat pembelajaran bagi warga lain yang ingin memanfaatkan lahan kosong mereka. Adapun pusat pembelajaran yang disepakati adalah berpusat pada Sutopo (55), namun dengan tujuan untuk tidak memberatkan warga yang ingin belajar maka warga tersebut bisa langsung belajar ke warga yang sudah memahami cara bercocok tanamnya atau bisa dibilang dengan istilah face to face.13

C. Subjek Dampingan

Adapun subjek dampingan dari penelitian ini adalah masyarakat Dusun Nunuk Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dusun Nunuk adalah salah satu dusun yang ada di Desa Pomahan. Prihal diambil nya Dusun Nunuk sebagai subjek dampingan adalah karena salah satunya sudah memilikinya peneliti tim lokal yaitu temannya sendiri yang merupakan anak ketua Rukun Tetangga (RT).

Dusun Nunuk terdapat 93 KK di dalam nya, yang terbagi menjadi tiga RT dan satu RW. Adapun untuk ketua RT satu adalah Sutopo dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 29 KK, ketua RT dua adalah Jastam dengan jumlah KK sebanyak 33 KK, dan untuk ketua RT tiga adalah Kasdun dengan jumlah 31 KK. Adapun fokus pada subjek dampingan yang dilakukan peneliti di Dusun


(47)

Nunuk adalah di RT satu karena beberapa faktor, salah satunya adalah peneliti memiliki tim lokal yaitu teman dan orangtuanya yang berstatus sebagai ketua rukun tetangga.

Dalam setiap proses pemberdayaan tentu tidak semua elemen masyarakat bisa diajak dan turut aktif dalam setiap kegiatan untuk perubahan sosial bagi dirinya. Sama hal nya dengan proses pemberdayaan yang dilakukan di Dusun Nunuk, dengan luas wilayah Dusun Nunuk yang begitu luas serta begitu banyaknya kepala keluarga yang ada di Dusun Nunuk membuat peneliti memfokuskan proses pemberdayaannya di RT satu. Adapun alasan dari pemilihan RT tersebut adalah karena peneliti mempunyai tim lokal yang mampu mempermudah proses pemberdayaan yang dilakukan secara partisipatif ini yaitu ketua RT yaitu Sutopo (55). Jumlah kepala keluarga di RT satu adalah 29 KK dan dari 29 kepala keluarga tersebut, partisipan dalam proses pemberdayaan ini pun hampir lima puluh persen, disamping tidak semua rumah memiliki lahan kosong disekitar rumahnya juga dikarenakan faktor kesadaran individu itu sendiri yang malas dan enggan untuk ikut berpartisipasi pada program ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan peneliti adalah menggunakan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Adapun teknik dari PRA adalah sebagai berikut;

1. Pemetaan (Mapping)

Pemetaan merupakan salah satu teknik yang terdapat di teknik PRA yang mempunyai fungsi sebagai penggalian informasi dari segi sarana fisik dan


(48)

kondisi sosial yang menggambarkan suatu wilayah secara umum dan menyeluruh. Penulis bersama pemuda setempat pun melakukan pemetaan untuk mempermudah peneliti dalam mengetahui luas wilayah Dusun Nunuk, teknik pemetaan sangatlah dibutuhkan untuk mempermudah dalam proses mengenal wilayah Dusun Nunuk dalam waktu singkat.14

2. Transect

Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim Participatory Rural Appraisal (PRA) dan narasumber langsung untuk berjalan menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan, dll. Dengan adanya proses transect dapat dengan mudah mengetahui secara terperinci apa yang ada di Dusun Nunuk. keakuratan data dalam transect sangatlah penting untuk proses perubahan sosial, oleh karena itu dalam melakukan teknik transect ini peneliti mengajak pemuda setempat untuk menjadi informan dengan alasan mereka lebih sering bermain dan berkeliaran di Dusun mereka karena jiwa muda yang dimilikinya.15

3. Fokus Grup Diskusi

Sebuah forum diskusi kelompok yang peserta diskusinya minimal berjumlah 6 orang dan maksimal 12 orang yang dipandu oleh moderator untuk persamaan persepsi, baik itu konsep, pandangan, penggalian dan pemastian data, serta kepercayaan dan keyakinan bersama yang nantinya diharapkan terdapat kesepakatan bersama antara peserta diskusi. Adapun tujuan dari dilakukannya teknik adalah untuk mengetahui masalah dan solusi dalam mengatasi masalah


(49)

yang ada di Dusun Nunuk yaitu ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari pasar.16

4. Kalender Musim

Kalender Musim merupakan salah satu teknik PRA yang bertujuan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah para petani karena lebih mengetahui tentang data ini dari pada pemuda.17 5. Wawancara Semi Terstruktur

Teknik ini merupakan alat penggali informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara semi terstruktur bersifat semi terbuka, artinya jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu, pembicaraan lebih santai, namun dibatasi oleh topik yang telah dipersiapkan. Dalam teknik ini yang menjadi informan adalah seluruh lapisan elemen masyarakat Dusun Nunuk, karena dengan begitu peneliti bisa mengetahui data apapun dari berbagai sudut melalui obrolan-obrolan yang dilakukan peneliti dengan masyarakat setempat tetapi tidak menghilangkan proses penghilangan data yang dilakukan peneliti.18

6. Survei Rumah Tangga

Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat secara utuh, sehingga diketahui tingkat kehidupan masyarakat dari aspek kelayakan hidup, yakni kelayakan nutrisi dan gizi, kelayakan kesehatan rumah, pendidikan, dan tingkat konsumsi. Dengan menggunakan teknik ini dapat

16

Ibid, Hal. 149 17


(50)

mengetahui atau menghasilkan gambaran umum setiap rumah/KK, mulai data pengeluaran dari aspek kebutuhan belanja pangan, belanja kesehatan, belanja pendidikan, belanja sosial, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.19

E. Teknik Validasi Data

Dalam prinsip metodologi PRA, untuk meng crosh check data yang diperoleh dapat melalu triangulasi. Triangulasi adalah suatu system crosh check dalam melaksanakan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat. Teknik triangulasi memiliki beberapa komponen, sebagaiamana berikut ini: 1. Triangulasi Komposisi Tim

Teknik triangulasi komposisi tim ini memiliki tujuan untuk memperoleh data yang valid dan tidak sepihak, karena teknik ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke lokasi, sehingga informasi yang didapat merupakan informasi yang valid dan tidak sepihak karena semua pihak akan dilibatkan untuk mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan bersama.

2. Triangulasi Alat dan Teknik

Sementara untuk teknik triangulasi alat dan teknik yang memiliki tujuan bahwa peneliti perlu juga melakukan wawancara atau diskusi dalam penggalian data yang diterima seperti melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Dusun Nunuk, sehingga informasi yang didapat merupakan informasi yang valid.20


(51)

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan teknik analisis data PRA. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:

1. Kalender Musim

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram. Analisis ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pola kehidupan masyarakat pada siklus musim tertentu. 2. Mengidentifikasi siklus waktu sibuk dan luang masyarakat. 3. Mengetahui siklus masalah masyarakat dalam musim-musim tertentu. 4. Mengetahui siklus peluang dan potensi yang ada pada musim-musim tertentu. Bersama Sutopo (55), peneliti melakukan proses penganalisisan data dengan tujuan data yang didapatkan peneliti dari para petani memang benar-benar data yang valid.21

2. Timeline

Teknik Timeline merupakan teknik penulusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu.22

3. Diagram Alur

Diagram Alur merupakan teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan diantara semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu sistem. Karena

21


(52)

diagram ini mampu digunakan untuk menganalisis alur penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam masyarakat.23

4. Analisis Pohon Masalah dan Harapan

Teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang menjadi masalah yang telah diidentifikasi dengan teknik-teknik PRA sebelumnya, mulai dari mapping, transect, dan teknik-teknik-teknik-teknik PRA lainnya. Teknik ini digunakan untuk menganalisis bersama-sama masyarakat tentang akar masalah dari berbagai masalah-masalah yang ada. Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab terjadinya masalah-masalah tersebut yang selanjutnya disusun pula pohon harapan yang bertujuan sebagai solusi dari masalah-masalah yang telah dirumuskan pada pohon masalah.24


(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA POMAHAN A. Kondisi Geografis Desa Pomahan

Pomahan adalah sebuah nama Desa yang berada di kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Desa Pomahan merupakan Desa yang berjarak 6 KM dari pusat pemerintahan Kecamatan, sementara jarak antara Desa Pomahan dengan pusat pemerintahan Kota dan Kabupaten Bojonegoro berjarak sekitar 30 KM, dan jarak Desa Pomahan dengan pusat pemerintahan Porvinsi Jawa Timur adalah 82 KM. Secara geografis, Desa Pomahan berada diantara beberapa desa, antara lain; sebelah utara berbatasan dengan Desa Pucangarum, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banjaran, sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangdayu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sembunglor dan Desa Temu.1

Desa Pomahan merupakan Desa yang masih terdapat banyak lahan persawahan karena hampir semua pekerjaan masyarakat Desa Pomahan adalah sebagai petani sehingga tidak heran kalau masih banyak terdapat hamparan sawahnya. Kondisi alam desa memang berbeda dengan kondisi alam yang ada di daerah perkotaan, masih banyaknya tempat-tempat asri nan sejuk merupakan ciri-ciri tersendiri yang membedakan antara di desa dan di kota. Sebagaimana pada tabel berikut ini yang menjelaskan tentang kondisi alam serta tata guna lahan yang ada di salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan yakni Dusun Nunuk sampai saat ini;


(54)

Tabel 4.1

Hasil Transek Kondisi Alam Dusun Nunuk No. Topik

Aspek

Pemukiman dan Pekarangan

Sawah Sungai Fasilitas Umum

Masjid/Musholla Selokan 1. Kondisi

Tanah Kering, warna cokelat dan cukup subur Berlumpur dan kering Berlumpur dan berpasir

Kramik Plesteran

2. Jenis Tanaman Mangga, pisang, jambu, belimbing, srikaya, pepaya, jeruk nipis, bambu, nangka, dll Padi, jagung, dan tembakau

3. Manfaat Tempat mendirikan bangungan dan sebagai tempat bercocok tanam Sumber utama pendapatan ekonomi Pengairan untuk sawah, pemandian binatang ternak dan kendaraan pribadi, dll Tempat Ibadah, Pengajian Umum, TPQ, dan Pengajian Ibu-Ibu Drainase Air

4. Masalah Jalan rusak dan terdapat sampah disembarang tempat. Kebanjiran, terserang hama penyakit, akses jalan buruk, kekeringan, dll Tidak adanya pengerukan ketika musim hujan

Kurang dirawat Masih belum merata

5. Tindakan yang sudah dilakukan Membuat tempat pembuangan sampah Penggunakaan obat pembasmi hama, mengadu ke perangkat desa. Mengusulkan ke perangkat desa Penunjukan Marbot Mengusulkan kepada Perangkat Desa

6. Harapan Adanya perbaikan

Segera

ditindak-Secepatnya direalisasikan

Lebih ramai dan makmur

Secepatnya terealisasi


(55)

bersih-bersih warga bersama dilakukan warga 7. Potensi Swasembada Tempat

bertahan hidup Pemenuhan Kebutuhan masyarakat Menciptakan generasi yang berakhlaqul karimah Mengurangi jumlah air ketika hujan dan pengairan lahan sawah Sumber : Diperoleh dari hasil FGD bersama masyarakat Dusun Nunuk

Dari tabel di atas dapat kita perhatikan, mulai dari kondisi tanah di pemukiman dan pekarang, sawah, dan juga sungai Dusun Nunuk masih tergolong Dusun dengan kepemilikan tanah yang cukup subur sehingga tidak heran banyak tanaman yang ada di Dusun Nunuk seperti blimbing, asam, srikaya, pepaya, mangga, pisang, jeruk nipis, nangka, dan masih banyak yang lainnya.

Selain itu karakteristik masyarakat Desa yang terkenal dengan keramahannya dan gotong royong pun terlihat disana, dari sisi aspek masalah dan tindakan yang sudah dilakukan cukup seimbang kecuali dengan masalah yang diluar kemampuan mereka. Begitu banyak harapan yang ada, sehingga perlu kira nya perangkat desa untuk secepatnya menindak-lanjuti aduan-aduan yang telah warga sampaikan kepada mereka sehingga manfaat-manfaat serta harapan-harapan masyarkat Dusun Nunuk bisa terasa secara maksimal.

B. Kondisi Demografi Desa Pomahan

Desa Pomahan merupakan Desa yang memiliki 19 RT dan 9 RW yang tercakup dalam 8 Dusun, diantaranya; Dusun Santren, Dusun Semutan, Dusun Ngerandu, Dusun Njarkidul, Dusun Njaretan, Dusun Kampung Baru, Dusun Nggodang dan Dusun Nunuk. Dari semua Dusun yang ada di Dusun Pomahan


(56)

tidak diketahui jumlah luas dari setiap dusun yang telah disebutkan tadi, namun untuk luas keseluruhan Desa Pomahan adalah Desa Pomahan memiliki luas wilayah sekitar 327 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 3.287 jiwa yang tergabung dalam jumlah KK sebanyak 1.080 Kepala Keluarga.2 Adapun rincian secara umum jumlah penduduk Desa Pomahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Rincian Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Pomahan No. Keterangan Jumlah Penduduk

1. Laki-laki 1642 2. Prempuan 1645 3. Total Penduduk 3287 4. Jumlah KK 1080

Sumber : Diperoleh dari data Desa Pomahan Tahun 2016/2017

Menurut Khoerotun (59) selaku Sekretaris Desa, data tersebut di atas merupakan data terbaru yang di dapat pada maret 2016. Selain data kependudukan tersebut, dia menyebutkan bahwa terdapat 383 KK yang masih tergolong dalam kategori penduduk miskin yang ada di Desa Pomahan. Adapun tolak ukur dari kategori keluarga miskin tersebut adalah pengeluaran baik itu pengeluaran belanja harian, pendidikan, energi, perlengkapan, dll lebih tinggi atau banyak dari pada income atau pemasukan yang keluarga itu dapatkan, sehingga dengan realita tersebut sebanyak 383 KK dinyatakan berada dalam kategori keluarga miskin.


(57)

Sehubungan dengan fokus lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah Dusun Nunuk, maka yang menjadi sorotan dalam data kondisi demografis nya adalah Dusun Nunuk. sebagaimana disebutkan di atas bahwa Dusun Nunuk merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan dengan populasi masyarakat sebanyak 93 Kepala Keluarga (KK) yang terbagi dalam tiga Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah 93 KK, bukan berarti jumlah rumah yang ada di Dusun Nunuk juga 93 karena mayoritas masyarakat desa, apabila anaknya telah menikah akan dibuatkan rumah sendiri atau berpisah dengan orangtua nya, dari 93 KK tersebut sejumlah 29 KK terdapat di RT satu, lalu pada RT dua memiliki 33 KK, dan RT tiga terdapat 31 KK.3 Adapun untuk kondisi demografis Dusun Nunuk dapat dilihat pada pemetaan berikut ini;

Gambar 4.1

Peta Dasar Dusun Nunuk

Sumber: Hasil FGD bersama remaja Dusun Nunuk pada 20 September 2016 Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa Dusun Nunuk merupakan Dusun yang wilayahnya dikelilingi hamparan sawah dengan dihiasi sungai.


(58)

kotak dengan hiasan warna pink itu merupakan petakan/hamparan sawah warga, sementara untuk garis di sebelah utara Dusun yang bervariasikan warna biru merupakan sungai yang airnya dari bantaran bengawan solo, dan untuk rumah warga sendiri disitu ada rumah yang diberi warna hitam merupakan rumah dari Kepala Dusun dan untuk rumah warna pink merupakan rumah dari RT satu, lalu untuk rumah warna biru merupakan rumah RT 2, dan untuk rumah warna coklat merupakan rumah dari warga RT tiga.

C. Sejarah Desa Pomahan

Banyak versi cerita tentang sejarah Desa Pomahan, Menurut Sulhan (58) Desa Pomahan ini sangat panjang sejarahnya, namun menurut cerita yang didapat Desa Pomahan itu dahulunya merupakan hutan belantara yang sangat luas yang mana sekarang menjadi Desa yang luas dengan berbagai Dusun nya. Di Desa Pomahan ada sebuah makam yang sangat sakral dan keramat, yaitu makam Mbah Sosrobahu atau masyarakat lebih sering memnaggilnya dengan sebutan Makam Ndempok, yang mana konon mbah Sosrobahu tersebut merupakan seorang panglima atau putra dari raja majapahit yang berkelana, namun ditengah perjalanannya dia diserang oleh para penjajah yang mengharuskan dia untuk bertarung untuk bertahan hidup, karena kalah jumlah pasukan akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri karena luka yang diperolehnya dari peperangan itu tidak memungkinkan untuk dirinya melanjutkan peperangan, namun luka yang didapat begitu parah yang membuat perutnya mengeluarkan darah yang sangat banyak karena tergores pedang yang


(59)

karena semakin melemah kekuatannya. Dia mencari orang untuk meminta tolong namun karena dia berada di hutan belantara yang jauh dari pemukiman akhirnya dia tidak tertolong dan meninggal dunia karena usus dan darahnya yang terus keluar tanpa henti di hutan belantara tersebut yang mana sekarang hutan belantara tersebut menjadi sebuah Desa bernama Pomahan.

Sedangkan menurut Syaiful (55) dahulu Desa Pomahan ini merupakan Desa yang sangat sakral dimana banyak tokoh yang berada di dalam Desa ini. Tokoh itu dibagi menjadi dua, yaitu tokoh agama dan tokoh nasional. Dimana tokoh nasionalnya itu adalah Mbah Sosro Bahu, sementara tokoh agamanya yaitu Mbah Wahid. Singkat cerita informan lalu bercerita tentang Desa tersebut. Dahulu konon ada sebuah Pondok Sufi di desa Pomahan ini, yang mana kyai nya adalah Mbah Wahid. Singkat cerita ada saudara kembar dari kota Cirebon yang diutus/diperintah oleh ayahnya untuk ke arah timur. Namun, satu dari dua saudara kembar tersebut yang bernama Mbah Muhtarrom memutuskan untuk berhenti sejenak dan memutuskan berjalan kearah utara, sampai akhirnya sampailah dia di kota Bojonegoro, terus berjalan hingga Kecamatan Baureno, sampai akhirnya perjalanannya berhenti di desa Pomahan. Singkat cerita mbah Muhtarom menikah dengan anak dari kyai Wahid yang menjadi tokoh serta kyai di pondok sufi yang ada di Desa Pomahan hingga akhirnya mbah Muhtarom memutuskan untuk menetap dan tinggal di Desa Pomahan.4

Desa Pomahan sendiri konon tempatnya para pejuang yang melawan para penjajah, disini tokoh itu ada yang namanya Tokoh Agama dan Tokoh Nasional.


(60)

Tokoh agamanya adalah Mbah Wahid Sementara Tokoh Nasionalnya adalah Mbah Sosro Bahu yang merupakan Ajudan dari Joko Tingkir. Masyarakat yang tinggal diberbagai Desa lain sangat berusaha untuk pindah dan menetap di Desa Pomahan, karena para penjajah tidak berani bahkan takut untuk memasuki desa Pomahan ini karena keberadaan 2 (dua) tokoh tersebut. Karena pernah pada suatu ketika ada penjajah yang nekat masuk Desa ini, namun bernasib tragis sehingga dari peristiwa itulah banyak penjajah yang tidak berani memasuki wilayah Desa Pomahan ini. Selain sakral, di Desa Pomahan ini dahulu ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat setempat salah satunya adalah tidak diperbolehkannya untuk menangkap dan memburu Yamalas (Ayam Alas) dimana ayam ini serupa dengan Burung Gemek cuma bentuknya lebih besar dari burung tersebut. Pantangan untuk tidak menangkap bahkan memburu binatang tersebut adalah untuk menghindari atau agar tidak tertimpa musibah, karena pernah suatu ketika ada orang yang menangkap ayam tersebut setelahnya musibah selalu datang silih berganti menimpa orang tersebut. 5

Selain itu dahulu di desa ini mempunyai ciri khas yaitu adanya dua binatang penghuni yang menjaga desa Pomahan ini, yaitu ayam alas dan buaya. Sehingga pantangan untuk tidak menangkap dan memburu 2 (dua) binatang tersebut sangat dipatuhi karena dipercayai apabila menangkap salah satu dari 2 (dua) binatang tersebut akan selalu tertimpa musibah Desa ini, khususnya sang penengkap binatang tersebut.6 Sampai sekarang di desa Pomahan masih sangat sakral menurut orang-orang yang sudah lanjut usia ini terbukti dengan adanya


(61)

peninggalan makam-makam yang ada di desa Pomahan. Ada makam Ndempok yang di dalamnya ada makamnya Mbah Sosro Bahu dan Pengawalnya waktu semasa hidup dengan Joko Tingkir.7

Desa Pomahan merupakan Desa yang kaya akan sejarah, itu disebabkan dari banyaknya Dusun yang berada di dalamnya, sehingga hampir semua Dusun memiliki cerita dan sejarahnya masing-masing. Pertama Dusun Santren, menurut Muhaimin (60) Dusun Santren adalah pusat dari Desa Pomahan yang mana dahulunya merupakan pusat dari pendidikan baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama, selain itu di Dusun Santren merupakan kumpulan para kyai atau tokoh masyarakat sehingga asal-usul nama Dusun tersebut diambil dari fenoma yang ada pada saat itu yang mana tempat itu merupakan tempat terlahirnya orang-orang yang paham agama layaknya sebuah pesantren. Sehingga muncul lah nama santren yang diambil dari kata pesantren.

Kedua Dusun Semutan, Dusun Semutan terletah di barat dan selatannya Dusun Santren, menurut Suhadi (55) konon nama Semutan muncul karena adanya sebuah fenomena alam pada waktu itu yang mana ada begitu banyak binatang melata yang ada di tempat itu dan binatang semut merupakan binatang yang paling dominan dari binatang-binatang melata lainnya.

Ketiga Dusun Ngerandu, asal-usul dari nama Dusun tersebut tidak banyak orang setempat yang mengetahuinya. Keempat Dusun Nggodang, asal-usul atau sejarah dari munculnya nama Dusun tersebut tidak ada masyarakat setempat yang mengetahuinya. Kelima Dusun Njaretan, Dusun Njaretan adalah Dusun


(62)

yang terletak disebelah timurnya Dusun Santren yang merupakan pusat Desa, oleh karenanya sesuai dengan letak nya Dusun ini diberi nama Dusun Njaretan yang mana dalam bahasa jawa arti dari timur adalah etan.

Keenam Dusun Njarkidul, sama seperti dengan Dusun Njaretan, nama dari Dusun Njarkidul diambil dari letaknya yang berada di sebelah selatan Dusun Santren yang mana dalam bahasa jawa arti dari selatan adalah kidul sehingga diberilah nama Dusun tersebut Dusun Njarkidul. Ketujuh Kampung Baru, sesuai dengan namanya Dusun ini bisa dibilang baru karena kemunculannya yang masih 4-5 tahun, penduduk Dusun ini hampir kebanyakan merupakan penduduk pindahan dari lain sehingga seiring berjalannya waktu Dusun ini menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya.8 Dan yang terakhir adalah Dusun Nunuk.

Dusun Nunuk merupakan Dusun yang terletak paling ujung utara Desa Pomahan, menurut Ngaesah (43) dahulunya Dusun Nunuk ini bernama Dusun Semen yang masuk dalam bagian dari Desa Sembung, dan pada suatu ketika ada sekelompok masyarakat yang diketahui ternyata dari Desa Geneng yang pindah ke Dusun Semen lantaran tempat yang mereka huni sebelumnya terkena banjir yang disertai dengan banyaknya ular yang ikut terkena arus banjir tersebut, sehingga ular-ular tersebut menggigit para anak-anak mereka. Karena faktor itulah akhirnya mereka memutuskan untuk mengungsi ke tempat Dusun Semen. Seiring berjalannya waktu mereka merasa lebih aman dan nyaman tinggal di Desa Semen sehingga diputuskanlah mereka untuk menetap di Desa Semen.


(63)

Nama Nunuk sendiri diambil dari bahasa jawa yaitu Nunut yang artinya adalah ikut, karena awal mula mereka berada disitu karena mereka ikut tinggal di Desa Semen karena bencana banjir tersebut dan sekarang daerah tersebut melebur menjadi satu bernama Dusun Nunuk di bawah naungan Desa Pomahan.

D. Kondisi Pendidikan Masyarakat Dusun Nunuk

Pendidikan memiliki banyak pengertian, salah satunya dinyatakan dalam Dictionary of Education bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.9 Di Desa Pomahan khususnya Dusun Nunuk seiring berjalannya waktu pendidikan yang ada mulai mengalami kemajuan, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang merasakan bangku pendidikan. Sudah menjadi fakta memang kalau hampir semua rerata kepala keluarga masyarakat Dusun Nunuk sangat rendah untuk tingkat pendidikannya, karena dahulu bagi mereka bisa sekolah sampai SLTP itu sudah bagus apalagi SLTA. Tentu ada sebab-akibat dari terjadinya fenomena alam ini yang mengakibatkan banyak dari masyarakat Dusun Nunuk mengenyam pendidikan hanya sampai SLTP bahkan rata-rata hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR).10

Menurut Lani (56) selaku kepala Dusun, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Dusun Nunuk dahulu adalah dikarenakan budaya yang telah terjadi pada saat itu, karena bagi mereka sekolah merupakan aktivitas yang tidak penting dan membuang-buang waktu, tenaga, dan juga biaya karena budaya yang ada pada saat itu yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka adalah

9

Drs. Nanang Fattah, M.Pd, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1996), Hal. 4


(64)

mendidik anak cucu mereka untuk mencari uang sejak kecil nya karena pada zaman dahulu semua orang memiliki lahan kosong yang sangat luas sehingga otomatis para orangtua mereka sudah mengajak dan menyuruh anak mereka untuk ikut membantu mengelola lahan yang dimilikinya. Sehingga budaya yang terjadi tersebut sudah menjadi mindset masyarakat Dusun Nunuk pada waktu itu yang mana sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan juga biayai, padahal disisi lain sudah sangat terlihat jelas bagaimana cara menghasilkan uang dengan lahan yang mereka miliki. Selain itu juga mereka berpendapat bahwa dengan sekolah tinggi-tinggi tidak menjamin kehidupan mereka menjadi bahagia atau tidak menjamin mereka untuk langsung mendapatkan pekerjaan bagus yang bisa membuat mereka kaya.

Namun seiring berjalannya waktu budaya dan mindset itu pun mulai terkikis dengan pengetahuan yang mereka miliki seiring kemajuan zaman. Dan untuk sekarang, hampir semua anak-anak masyarakat Dusun Nunuk bisa merasakan pendidikan setinggi-tingginya bahkan tidak sedikit dari mereka yang ada sampai perguruan tingg dan bagi mereka yang tidak bisa sekolah sampai perguruan tinggi karena faktor ekonomi setidaknya sudah tertanam di dalam jiwa mereka untuk sekolah sampai SLTA, karena bagi mereka yang menginginkan pekerjaan selain petani tentu mereka harus memiliki ijazah SLTA. Meskipun untuk bekerja di kuli bangunan tidak membutuhkan ijazah tapi mereka tetap ingin memiliki ijazah itu karena bagi mereka kuli bangunan bukanlah satu-satunya pekerjaan


(65)

yang harus mereka ambil, karena dengan ijazah tersebut setidaknya mereka bisa bekerja disebuah pabrik.11

Semakin berkembangnya zaman tentu semakin banyak pula perubahan-perubahan yang terjadi. Begitu pula yang ada di Desa Pomahan, telah terjadi banyak perubahan seperti infrastruktur pembangunan Desa. Mulai dari perumahan penduduk yang semakin banyak dengan rumah bertembok sampai pembangunan infrastruktur-infrastruktur lainnya seperti sekolahan. Untuk saat ini telah diketahui bahwa terdapat empat PAUD, empat Taman Kanak-kanak (TK), empat SD/MI, dan juga dua SMP/MTs yang ada di Desa Pomahan, yang berarti secara keseluruhan terdapat 14 Lembaga Pendidikan yang ada di Desa Pomahan.12 Tentu dengan adanya perubahan-perubahan tersebut juga mampu mengubah mindset masyarakat yang dari memandang sekolah itu tidak penting menjadi suatu aktivitas yang harus dilakukan di zaman yang semakin maju ini untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Menurut Sulistiono (22) selaku salah satu tenaga pengajar yang ada di Dusun Nunuk, dengan adanya lembaga pendidikan yang berada di lingkungan Desa sendiri tentu mempermudah generasi penerus bangsa untuk bisa merasakan pendidikan dari yang paling dasar PAUD sampai pada yang paling tertinggi yaitu Perguruan Tinggi. Adapun untuk mengetahui tingkat pendidikan anak masyarakat Dusun Nunuk saat ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

11


(66)

Tabel 4.3

Tingkat Pendidikan Anak Dusun Nunuk Tahun 2016 No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Belum Sekolah 15

2. PAUD 6

3. TK 9

4. SD/MI 22 5. SMP/Mts 8 6. SMA/MA 6 7. Perguruan Tinggi 6 Total 72

Sumber : Hasil Survei Rumah Tangga Masyarakat Dusun Nunuk

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa mulai hilangnya mindset akan tidak pentingnya bersekolah, karena dari 72 anak yang ada di Dusun Nunuk sebanyak 57 anak telah merasakan pendidikan. Bahkan tidak sedikit dari anak mereka yang mampu melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi, baik itu di perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta yang ada di Bojonegoro dan Lamongan.

E. Keadaan Ekonomi Masyarakat Dusun Nunuk

Desa Pomahan terutama Dusun Nunuk merupakan daerah dengan masyarakat yang masyoritas pekerjaan sebagai petani karena hampir seluruh wilayah dari Dusun Nunuk dikelilingi oleh area persawahan. Namun, tidak semua profesi masyarakat Dusun Nunuk adalah sebagai petani karena ada beberapa yang juga berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juga pedagang. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(67)

Tabel 4.4

Profesi Kepala Keluarga Masyarakat Dusun Nunuk No. Jenis Profesi Jumlah

1. Petani 85 2. Pedagang 5

3. PNS 2

4. Tukang Kayu 1 Total 93

Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga masyarakat Dusun Nunuk

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa profesi sebagai petani merupakan profesi yang mendominasi di Dusun Nunuk, hal ini tidak lepas dari begitu luasnya area persawahan yang ada di wilayah tersebut. Adapun untuk pendapatan ekonomi dari profesi sebagai petani tentu tidak menentu, untuk mengetahui aktifitas dari petani yang ada di Desa Pomahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Kalender Musim Pertanian Desa Pomahan

Okt. Nov. Des. Jan. Feb. Mart April Mei Jun Jul Agu st

Sept. Musim/Curah

Hujan

Rendah Tinggi Sedang Ren dah Musim Banjir Hanya

Sungai Masuk area rumah warga Musim Kemarau * * * * Kegiatan Petani Tanam Padi Panen Padi Tana m Padi Pane n Padi Sumber : Hasil FGD bersama Suyoto, Sulistiono, Jani, Waras, dan Syukur.


(1)

B. Saran

Adapun untuk saran dari aksi perubahan ini adalah sebagai berikut: 1. Kepada Masyarakat Dusun Nunuk

Potensi alam yang dimiliki sangatlah melimpah, sehingga sangat disayangkan apabila anugerah dari Tuhan yang begitu melimpah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan lahan kosong yang telah dilakukan harus terus berjalan sehingga nantinya masyarakat Dusun Nunuk mampu mandiri atau swasembada dalam pemenuhan kebutuhan sayur, sehingga apabila proses perubahan ini terus dilakukan tidak menutup kemungkinan menjadi pengahasilan tambahan yang mampu mengangkat status perekonomian yang saat ini masih tergolong masyarakat menegah ke bawah.

2. Kepada Pemerintah Desa

Dalam proses perubahan tentu tidak hanya masyarakat Dusun Nunuk yang menjadi sasaran dari aksi perubahan tersebut, tetapi juga Pemerintah Desa Pomahan. Karena dengan turut-serta aktifnya Pemerintah Desa Pomahan secara tidak langsung mampu menumbuhkan motivasi masyarakat untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam pemanfaatan lahan pekarangannya.

3. Kepada Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten dengan hasil panennya yang telah menjadi lumbung pangan Negara Indonesia, sehingga sangatlah diperlukan kepedulian lebih dari pemerintah kepada para petani, khususnya kepada para petani yang hidup di pelosok Kabupaten Bojonegor.


(2)

4. Kepada Peneliti-peneliti yang Konsen dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Bertanam Sayur

Dalam sebuah aksi pemberdayaan, kunci utama untuk sukses tidaknya pemberdayaan tersebut tentu ketika pemberdaya mampu membangkitkan keinginan dari masyarakat itu sendiri. Karena dari keinginan sendiri itulah yang mampu menjadikan masyarakat lebih mandiri dan kreatif dalam proses perubahan yang dilakukan tersebut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996)

Saparinto, Cahyo, Grow Your Own Vegetables (Panduan Praktis Menanam 14

Sayuran Konsumsi Populer Di Pekarangan), (Yogyakarta, Lily Publisher,

2013)

Guntoro, Suprio, Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis, (Jakarta: PT AgroMedia Pustaka, 2011)

Sunarjono, Hendro, Bertanam 30 Jenis Sayur, (Depok, Penebar Swadaya, 2009)

Nasdian, Rdian Tonny, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta,Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014)

Adriani, Merryana, Wirjatmadi, Bambang, Pengantar Gizi Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

Dirhamsyah, Tedy, dkk, Ketahanan Pangan (Kemandirian Pangan dan

Kesejahteraan Masyarakat Daerah Rawan Pangan di Jawa), (Yogyakarta,

Plantaxia, 2016)

Lingga, Lanny, Plus Minus 54 Jenis Sayuran (cerdas memilih sayuran), (Jakarta, PT AgroMedia Pustaka, 2010)

Suhardjo, Perencanaan Pangan dan Gizi, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005)

Kanisius, Prinsip-prinsip Ilmu Gizi, (Yogyakarta, Kanisius, 2006)


(4)

Milla, Amalia Nur, Mengenal Potensi Pertanian Indonesia, (Tanggerang, Citralab, 2010)

Afandi, Agus, dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) Untuk

Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya,

LPPM UIN Sunan Ampel, 2015)

INTERNET

http://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3027833/daftar-impor-pangan-ri-senilai-puluhan-triliun-rupiah

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2486870/negara-ini-pemasok-terbesar-sayur-dan-buah-ke-ri

http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php

http://m.compasiana.com/fikri_alyandra/berapa-sebenarnya-luas-lahan-pertanian-di-indonesia_54f9548ba3331176178b4bbd

http//bkpd.jabarprov.go.id/ironi-negara-agraris/

http//bkpd.jabarprov.go.id/ironi-negara-agraris/

http://www.redio.in/article/tingkat-konsumsi-sayuran-masyarakat-indonesia-semakin-rendah-

http://www.depkes.go.id/article/view/16032200005/tahun-2015-pemantauan-status-gizi-dilakukan-di-seluruh-kabupaten-kota-di-indonesia.html

http://desabujur.blogspot.com/2012/05/makalah-pemberdayaan-masyarakat-petani.html?m=1

http://balipaper.wordpress.com/2016/06/07/dampak-impor-pangan-bagi-kehidupan-masyarakat-indonesia/


(5)

http://carakupunya.blogspot.com/2016/03/10-manfaat-mengkonsumsi-buah-dan-sayur-setiap-hari.html?m=1

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2486870/negara-ini-pemasok-terbesar-sayur-dan-buah-ke-ri

http://presidenri.go.id/pangan/kedaulatan-pangan-dimulai-dari-empat-komoditas-utama.html

Wawancara dan Lain-lain Wawancara Sutopo

Wawancara Syaiful

Wawancara Sahid

Wawancara Suhartini

Wawancara Kiswanto

Wawancara Sulistiono

Wawancara Suhadi

Wawancara Sulhan

Wawancara Muhaimin

Wawancara Suyati


(6)

Wawancara Munjiati

Wawancara Lani

Wawancara Khoerotun

Wawancara Fathan

Survei Belanja Rumah Tangga Keluarga Samiran

Survei Belanja Rumah Tangga Keluarga Akhyar