PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN.

(1)

PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG

KENCENG KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh : Desi Mutrkah

B92212036

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

DESI MUTRIKAH, B92212036, PENDAMPINGAN

KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Dengan fokus masalah, mencapai kemandirian masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Pola pendampingan yang dapat dilakukan untuk menangani problem ketergantungan dan perubahan sosial dalam pendampingan komunitas petani Dusun karang Tengah. Teori ini menggunakan teori pendidikan kritis Paulo Freire tentang kesadaran kritis untuk menganalisis masalah ketergantungan masyarakat petani terhadap pemilik modal.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

Participatory Ation Research (PAR). Dengan langkah-langkah proses

pemecahan masalah antara lain: Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancan strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada masyarakat untuk mandiri dari keadaan yang membelenggu. Karena keadaan tersebut membuat masyarakat semakin tidak berdaya.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus adanya pengorganisasian masyarakat serta adanya kelembagaan yang menghimpun dan mengembangkan potensi masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Kelembagaan yang dimaksud adalah koperasi Dusun yang dibentuk atas dasar kerjasama komunitas, fasilitator, dan stakeholder yang paham akan masalah dan potensi yang dimiliki komunitas. Adapun realisasi perencanaan tersebut berupa program yang telah digagas bersama komunitas. Program-program tersebut meliputi koperasi Dusun yaitu simpanan pertanian (hasil panen), pelatihan teknologi tepat guna (pemanfaatan hasil pertanian). Dari program-program yang telah dilaksanakan, saat ini masyarakat petani mampu mengelola singkong menjadi tepung mocaf dan mampu memproduksi sebagai bahan untuk membuat makanan lainnya.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan ... 6

D. Strategi Pendampingan ... 7

E. Perencanaan Operasional (Jadwal) ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 11


(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan People Center

Development ... 15

B. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial PetaI ... 17

C. Pertanian dalam Perspektif Islam ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan PAR ... 23

B. Ruang Lingkup ... 24

C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan ... 24

D. Subjek Dampingan ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Teknik Validasi Data ... 35

H. Stakeholder Penelitian dan Pendampingan Masyarakat ... 36

BAB IV DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN A. Sejarah Desa Duren ... 38

B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah ... 39

C. Demografis Dusun Karang Tengah ... 40

D. Perekonomian Dusun Karang Tengah ... 42

E. Keadaan Kesehatan ... 43

F. Keagamaan dan Budaya ... 45

G. Keadaan Pendidikan ... 48

H. Politik Pembangunan ... 50

BAB V POTRET MASALAH A. Sistem Pertanian yang Membelenggu ... 53

B. Minimnya Pendapatan ... 58


(9)

BAB VI DINAMIKA PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN AKSI PERUBAHAN

A. Membangun Komunitas Melalui Kearifan Lokal ... 62

B. Menyepakati Agenda Riset ... 65

C. Mengurai Masalah Bersama Masyarakat ... 66

D. Merencanakan Tindakan Mencari Solusi ... 70

E. Pembentukan Koperasi Dusun “Rimba Karya” ... 72

F. Pelatihan Skill Masyarakat ... 76

BAB VII MEMEBANGUN KESADARAN MASYARAKAT PETANI UNTUK MEMBEBASKAN KETERGANTUNGAN PEMILIK MODAL (ANALISIS REFLEKTIF) A. Lepasnya Petani dari Ketergantungan Pemilik Modal ... 81

B. Kelembagaan Baru Masyarakat Sebagai Wadah Edukasi dalam Mengembangkan Potensi Masyarakat Petani Dusun Karang Tengah Agar Terhindar dari Jeratan Rentenir ... 83

C. Gerakan Komunitas Pertanian dalam Konteks Dakwah Bil Hal ... 84

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Rekomendasi ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Pihak Terlibat ... 37

Tabel 4. 1 Pembagian Penyebaran Penduduk ... 41

Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Dusun Karang Tengah ... 43

Tabel 4. 3 Kegiatan Kesehatan ... 44

Tabel 4. 4 Fasilitas Keagamaan ... 46

Tabel 4. 5 Kegiatan Bidang Keagamaan ... 46

Tabel 4. 6 Sarana Pendidikan ... 49

Tabel 4. 7 Sarana Prasarana Desa Duren ... 51

Tabel 5. 1 Kalender Musim Pertanian ... 54

Tabel 5. 2 Hutang Modal Pertanian ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Peta Dusun Karang Tengah ... 40

Gambar 4. 2 POLINDES Desa Duren ... 45

Gambar 4. 3 Acara Keagamaan Dusun Karang Tengah ... 47

Gambar 4. 4 Masjid Dusun Karang Tengah ... 52

Gambar 6. 1 Inkulturasi dengan Warga ... 63

Gambar 6. 2 FGD Perencanaan Aksi bersama Komunitas ... 69

Gambar 6. 3 Diagram Alur Stakeholder ... 71

Gambar 6. 4 FGD pembentukan Koperasi Dusun ... 75

Gambar 6. 5 Proses Penyimpanan Hasil Panen ... 76

Gambar 6. 6 Pembukuan Pinjaman Modal …...…...………...……. 77

Gambar 6. 7 Proses Pengupasan Singkong ... 78

Gambar 6. 8 Proses Perendaman ... 79

Gambar 6. 9 Proses Pengeringan ... 80


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 5. 1 Analisis Pohon Masalah ... 60 Bagan 6. 1 Analisis Pohon Harapan ... 72


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi Problematik

Kabupaten Madiun merupakan daerah lumbung padi Jawa Timur bagian barat, dengan luas areal tanam sebesar 63.620 Ha yang menghasilkan produksi beras sebesar 364.716,54 ton pertahun. Dari produksi tersebut setiap tahunnya rata-rata megalami surplus sebesar 150.000 ton pertahun. Hamparan areal tanam tersebut berada di seluruh wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata mencapai 5,6 ton/Ha Gabah kering Sawah (GKS), dengan mayoritas jenis padi yang ditanam adalah IR.64.1

Potensi pertanian yang dimiliki Kabupaten Madiun cukup besar sehingga dapat memberikan peluang investasi berupa: Industri Pengolahan Gabah (Rice Milling Unit) berkapasitas besar, serta Industri pengolahan dan pengepakan beras. Akan tetapi luas lahan pertanian di Kota Madiun terus menyusut akibat alih fungsi lahan yang digunakan untuk bangunan perumahan dan pertokohan.

Lahan pertanian yang ada di Kota Madiun saat ini mencapai 1.050 Ha. Jumlah tersebut terus menyusut dari tahun 2011 yang masih mencapai 1.067 Ha. Demi menekan alih fungsi lahan, pemkot Madiun sudah mengeluarkan peraturan Tata Ruang (RTRW) wilayah Kota Madiun tahun

1 http://agrobisnis-online.blogspot.com/2011/07/potensi-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25


(14)

2

2010-2030.2 Namun penyusutan lahan pertanian tetap terjadi secara signifikan setiap tahunnya. Penyusutan lahan pertanian juga akan mempengaruhi jumlah produksi beras sehingga minimnya swasembada pangan. Problem yang dihadapi demikian rumit, mulai dari sistem, metode, dan teknis sampai hal yang strategis. Dari budidaya pangan ke budaya makan, dari produksi hingga ke konsumsi, stok dan pasokan, kebijakan, program, strategi dan operasionalnya.3

Kecamatan Pilang Kenceng merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Madiun. Di Kecamatan ini terdapat beberapa Desa yang memiliki potensi pertanian, salah satunya yaitu Desa Duren. Desa Duren merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pilang Kenceng Kabupaten Madiun. Desa ini berada di dataran rendah yang di sekelilingnya terdapat persawahan. Desa Duren ini memiliki lima dusun yakni, Dusun Duren 1, Dusun Duren 2, Dusun Kutukan, Dusun Karang Tengah, dan Dusun Notopuro. Salah satu dusun yang memiliki cukup luas lahan pertanian yaitu Dusun Karang Tengah.

Dusun Karang Tengah yang terdiri dari 127 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 388 jiwa memiliki luas wilayah 40 Ha terdiri dari, pemukiman 10 Ha dan pertanian 30 Ha. Mayoritas warga bekerja sebagai petani dan bisa dikatakan 99% masyarakat memiliki lahan pertanian.4 Dengan lahan pertanian yang terbentang luas menandakan

2http://www.madiunpos.com/2015/11/05/pertanian-madiun-lahan-susut.html. diakses pada tanggal

25 Juli 2016

3 Murdijati Gardjito, dkk. Pangan Nusantara. Kencana Prenada Group, 2013. Hal 2. 4 Wawancara dengan Bpk Suwarno (Kepala Dusun Karang Tengah)


(15)

3

masyarakat Dusun Karang Tengah sudah terpenuhi dalam swasembada pangan, akan tetapi realita yang terjadi masyarakat belum memanfaatkan hasil pertanian dengan maksimal.

Bentuk pinjaman modal pertanian yang didapat warga berupa sistim ijo (Ngijo) yaitu petani meminjam uang kepada pemilik modal (pengepul), uang tersebut akan dibayar dengan padi dengan standar atau ukuran kwintalan pada musim panen padi. Terkadang jumlah pengembalian selisih banyak dengan jumlah hutang yang ada. Jikapun petani tidak bisa mengembalikan hutang pada waktu tempo, maka di musim panen selanjutnya petani harus membayar dengan melebihkan hasil panen tersebut kepada pemilik modal.

Di Dusun Karang tengah ini memiliki dua kali panen padi dan satu kali panen palawija. Panen padi pertama biasanya dilakukan petani pada bulan Maret dan panen padi kedua terjadi pada bulan Juli, sedangkan panen palawija terjadi pada bulan September. Senggang waktu panen padi pertama dengan panen padi kedua yaitu 3 bulan, dan untuk panen padi selanjutnya akan memerlukan waktu lama yaitu sekitar enam bulan setelah panen palawija. Hasil panen terkadang juga tidak maksimal dikarenakan hama dan juga pada musim hujan padi-padi akan rontok.5 Dapat dilihat bahwa dimana masyarakat yang hanya mengandalkan hasil pertanian akan tetapi dalam kurun waktu enam bulan mereka baru bisa mamanen lagi. Di sela-sela bulan itulah para pemilik modal akan memulai permainannya.


(16)

4

Mereka memanfaatkan keadaan warga yang sedang kesusahan dan menawarkan bantuan berupa hutang.

Secara ekonomi, masyarakat Dusun Karang Tengah rata-rata memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan rata-rata penghasilan perbulannya kurang dari Rp.1.000.000 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.6 Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata pencaharian pokok penduduk. Jika masyarakat hanya mengandalkan pertanian dengan modal bergantung pada pemilik modal, maka petani tidak akan pernah mengalami peningkatan ekonomi. Asset pertanian yang mereka miliki juga akan semakin habis karena secara tidak langsung pemilik modal menjajah para petani tersebut.

Asset yang seharusnya dipertahankan, lama-lama akan hilang. Sedangkan sampai sekarang masyarakat petani masih bergantung pada pemilik modal. Kebiasaan yang menjadikan masyarakat bergantung dan

mengakibatkan masyarakat susah untuk berkembang. Semakin

berkurangnya generasi petani dan semakin bertambahnya hutang petani terhadap pemilik modal, maka masyarakat petani akan kehilangan asset yang mereka miliki. Dampak itulah yang akan terjadi di masyarakat jika masyarakat petani belum sadar akan ketergantungan tersebut. Ketergantungan yang menjadikan masyarakat tidak berdaya, baik dalam kebutuhan ekonomi maupun berdaya dalam keadaan panganya sendiri.


(17)

5

Jika masyarakat belum sadar dan mereka hanya diam dengan keadaan yang ada, maka masyarakat Dusun Karang Tengah akan kehilangan swasembada pangan. Perlu adanya pendampingan petani dalam kemandirian usaha pangan di Dusun Karang Tengah karena mereka mayoritas masyarakat petani dan nasib warga Indonesia di tangan petani.

B. Fokus Pendampingan

Dalam mengkaji kehidupan masyarakat petani Dusun Karang Tengah diantara problematika dan menyusun kerangka solutif bersama masyarakat, tentu dibutuhkan adanya fokus penelitian. Fokus dalam penelitian membantu dalam penganalisaan masalah, potensi dan pola pemberdayaan yang akan dilakukan terhadap masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Dari latar belakang di atas timbul pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pendampingan untuk mencapai kemandirian petani dalam modal usaha pertanian di Dusun Karang Tengah? Fokus dari penelitian tersebut yaitu bagaimana peneliti mengorganisir masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang mampu memanfaatkan potensi secara maksimal. Menjadikan masyarakat mandiri dalam modal usaha pangan, dimana ketergantungan masyarakat akan modal usaha akan menjadikan masyarakat semakin tidak berdaya. Karena pada dasarnya kewajiban manusia untuk memenuhi keperluan hidup manusia, seperti makanan, dan pakaian. Setiap individu tanpa terkecuali diwajibkan untuk memenuhi keperluan hidup dengan usahanya sendiri.


(18)

6

C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan a. Tujuan

Dari fokus masalah di atas, peneliti memfokuskan apa saja yang ingin dituju dalam penelitian. Pertama, tujuan dari penelitian yaitu

pendampingan terhadap masyarakat agar menjadi masyarakat petani yang mandiri dalam modal usaha pangan. Kedua, masyarakat mampu mengelola

dan memanfaatkan asset pertanian yang ada untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiga, agar masyarakat tidak kehilangan asset yang dimiliki,

karena mulai dari sedikit demi sedikit asset tersebut akan hilang.

Agar masyarakat mampu mengelola hasil panen secara maksimal dan menghasilkan swasembada pangan secara mandiri, maka masyarakat akan dikatakan mampu dan berdaya, karena masyarakat tidak lagi bergantung pada pemilik modal.

b. Manfaat

1. Secara Teoritis

a.Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang

berkaitan dengan program studi Pengembangan

Masyarakat Islam.

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.


(19)

7

a.Diharapkan dari penelitian ini akan menjadi pelajaran bagi peneliti apabila sewaktu-waktu peneliti melakukan pendampingan di daerah yang fokusnya sama.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi mengenai pertanian dalam

kemandirian usaha pangan sebagai pemecah masalah ketergantungan petani terhadap pemilik modal.

D. Strategi Pendampingan

Srategi pendampingan merupakan proses awal yang penting untuk diketahui agar proses pendampingan sesuai dengan harapan bersama. Harapan dan capaian pada penelitian ini adalah masyarakat mandiri dalam modal usaha pangan sehingga tidak ada lagi ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Strategi pendampingan ini mengacu pada konsep PAR.7 Berikut langkah strategi dalam pendampingan pada masyarakat Dusun Karang Tengah yang dilakukan oleh peneliti:

1. Mengetahui Kondisi Masyarakat (To Know)

Tahapan pertama ini merupakan proses inkulturasi, yaitu membaur dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan. Membaur dengan masyarakat tidak sekedar membaur tetapi peneliti terlibat secara langsung dalam kehidupan masyarakat Dusun Karang

7 Agus Afandi, dkk. Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif Dengan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (Surabaya LPPM UIN Sunan Ampel, 2016), Hal. 51-59.


(20)

8

Tengah untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dengan masyarakat.

2. Memahami Problem Komunitas (To Understand)

Tahapan kedua ini merupakan tahapan yang bertujuan untuk memahami persoalan utama komunitas. Langkah-langkah yang ditempuh untuk memahami masalah masyarakat dengan melalui

Focus Group Discusion (FGD). Prose FGD ini juga mengguanakan

alat untuk menggalih data serta menganalisis. Proses ini bisa membelajarkan kepada masyarakat untuk berfikir kritis.

Pada strategi ini, peneliti akan mengamati dan

mengidentifikasi realita yang terjadi pada masyarakat. Dengan melihat keluhan-keluhan yang datang dari masyarakat. peneliti juga akan mendiskusikan pada masyarakat untuk menemukan fokus masalah.

3. Merencanakan Pemecahan Masalah Komunitas (To Plann)

Tahapan To Plan bisa disebut dengan tahapan untuk

merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahapan ini sangat ditentukan oleh tahapan sebelumnya dalam merumuskan masalah, sebab pemecahan masalah harus didasarkan atas rumusan masalah yang sudah disepakati melalui FGD. Merencanakan aksi juga perlu partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga sebuah rencana aksi yang akan dilaksanakan bisa memecahkan masalah yang telah terjadi. 4. Melakukan Program Aksi (To Act)


(21)

9

To Action adalah melakukan aksi untuk memecahkan masalah yang ada pada masyarakat. Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari tahapan sebelumnya yaitu to plan. Program yang akan dilaksanakan

harus sesuai dengan analisis pohon masalah serta pohon harapan yang sudah dikaji saat sebelumnya bersama masyarakat. Sehingga pelaksanaan program tidak memberatkan komunitas, tetapi justru menciptakan kondisi yang terbangun dalam kesatuan yang saling gotong royong sebagai tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat 5. Penyadaran dan Perubahan (To Reflect and To Change)

Refleksi merupakan upaya untuk mengkritiki sebuah proses pendampingan dan program yang sudah dilakukan bersama masyarakat. Refleksi ini dilakukan dengan masyarakat sehingga pelajaran apa yang bisa diambil untuk masyarakat dan pendamping. Refleksi ini juga salah satu alat untuk mengetahui program yang dilakukan itu bisa berkelanjutan (sustainable) bagi masyarakat atau

tidak.8

E. Perencanaan Operasional (Jadwal)

Rencana operasional ini merupakan jadwal pendampingan yang akan dilakukan. Untuk memudahkan pelaksanaan proses daur tersebut, maka dapat dilaksanakan dengan tahap-tahap dan waktu yang terjadwal sebagai berikut :

8 Agus Afandi, dkk, Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif Dengan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya,2015), hal. 51-59


(22)

10

Tahapan Penelitian

Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan proposal      Penggalian data bersama masyarakat      Mengetahui permasalahan masyarakat      Melakukan FGD dan mencari solusi penyelesaian bersama masyarakat    Merencanakan Aksi program    Melaksanakan Aksi atau Program   

Evaluasi Aksi  

Bimbingan                

Skripsi 

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Penulisan skripsi ini secara keseluruhan terdiri dari VII Bab, yaitu sebagai berikut:


(23)

11

Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul proposal skripsi yang diangkat oleh penulis: Latar Belakang, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Strategi Pendampingan, Perencanaan Operasional (Jadwal), dan Sistematika Pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bab ini membahas tentang kajian teoritik, yang berisi tentang konsep pemberdayaan masyarakat, teori kritis sebagai pembelajaran, dan pertanian menurut perspektif islam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode penelitian PAR. Di dalamnya pendamping akan menyajikan konsep pengertian PAR (Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam

PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan teknik dampingan dalam penelitian.

BAB IV DESKRIPSI LOKAL DUSUN KARANG TENGAH

Dalam bab ini peneliti menyusun profil dusun, letak dusun secara geografis, kondisi demografis, kondisi keagamaan dan budaya, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan pembangunan Dusun Karang Tengah. BAB V POTRET MASALAH


(24)

12

Dalam bab ini menggambarkan sistem pertanian dan bentuk ketergantungan yang terjadi pada petani Dusun Karang Tengah.

BAB VI PERENCANAAN PROGRAM DAN AKSI

Dalam bab ini berisi tentang dinamika proses pengorganisasian masyarakat dalam memecahkan masalah. Berupa proses inkulturasi, proses memahami dan memecahkan masalah, proses perencanaan serta

program/aksi dalam menciptakan kesadaran masyarakat untuk

memecahkan masalah menuju perubahan dalam menciptakan harapan baru.

BAB VII ANALISA REFLEKTIF

Pada bab ini membahas tentang refleksi, yang mana peneliti menjelaskan kajian teoritik dan menganalisa dengan mengkaji teoritik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB VIII PENUTUP

Pada bab terakhir ini yakni bab penutup dan rekomendasi, yang berisi tentang catatan peneliti mengenai kesimpulan dari pembahasan sebelumnya dan mengenai aspek-aspek kekurangan dalam melakukan sebuah riset.

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk menelaah lebih komprehensif, maka peneliti berusaha untuk melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu yang memiliki nilai yang relevan terhadap pendampingan yang dilakukan, dan juga


(25)

13

menggunakan sumber yang relevan serta literature yang dapat memperkuat proses pendampingan.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi Maghfiroh pada tahun 2015 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan ampel

(UINSA) dalam bentuk skripsi tentang “Memutus Mata Rantai Jeratan Tengkulak dan Bank Tithil (Pendapingan Perempuan Buruh Tani dalam Peningkatan Ekonomi Melalui Usaha Kreatif di Desa Kedungsugo

Kecamatan Prambon Sidoarjo”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan berbagai

dampak yang terjadi di Desa Kedungsugo yang mencakup aspek perekonomian, pertanian dan kualitas hidup masyarakat Kedungsugo.

Fokus penelitian tersebut yaitu pada kualitas hidup perempuan buruh tani Kedungsugo. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup buruh tani perempuan Desa Kedungsugo melalui usaha kreatif. Dengan pendekatan yang digunakan peneliti yaitu pendekatan

Participatory Action Research (PAR). Dan hasil pendampingan yang

dilakukan yaitu, adanya perencanaan dan realisasi Rumah Belajar Kartini sebagai wadah bagi perempuan buruh tani.

Sedangkan dalam penelitian pendampingan yang saat ini peneliti lakukan, yaitu pendampingan kemandirian petani dalam usaha pangan di Dusun Karang Tengah, dengan mengambil fokus masalah yaitu ketergantungan petani terhadap pemilik modal. Fokus pendampingan terhadap masyarakat petani yang meminjam modal pertanian kepada tengkulak dengan sistem ngijo. Sistem yang menjadikan masyarakat tidak


(26)

14

bisa lepas dari ketergantungan dan ketidakberdayaan. Dari hasil pendampingan ini yaitu terealisasikannya lembaga ekonomi yang dibentuk atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama. Terciptanya kemandirian petani Dusun Karang Tengah dari modal pertanian.


(27)

15

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan "People Centered Development"

Dalam kajian teori ini difokuskan pada penjabaran teoritis tentang pemberdayaan. Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan sikap kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan keadaan sosial. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.9 Karena hal ini merupakan syarat untuk memiliki kekuatan sebagai bentuk dasar awal untuk merubah keadaan dirinya dengan mengetahui keadaan sosial.

Pemberdayaan mayarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi miskin sehingga mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelengguan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.10

9James A. Christenson, dkk. Community Development In Perspective: Lowa State University Pres,

1989, hal 215.

10Ginandjar Kartasasmitra, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan (Jakarta:Pustaka Cisendo, 1996) , hal.145


(28)

16

Secara setruktural seseorang perlu diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya, yang merupakan kebutuhan dasar manusia tidak bisa diingkari. Oleh sebab itu orientasi pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah upaya untuk mewujudkan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab serta menjadi semakin afektif dan efisien secara setruktural baik dalam ekonomi, sosial maupun budaya.11 Keberhasilan proses pemberdayaan juga dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat atau komunitas dampingan yang sebelumnya memulai pemberdayaan ini dengan metode riset guna mengetahui permasalaan sosial yang ada. Menurut fay dalam buku Agus Afandi dkk. Tujuan utama melibatkan masyarakat dalam proses riset adalah agara masyarakat melihat diri mereka sendiri serta situasi sosial yang menekan kehidupan mereka.12

Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat people centered development menurut David C. Korten yang isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai

11 Gregory gusman, Sistem-sistem ekonomi, (Jakarta:Bumi Aksara, 1984), hal. 3

12Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya : Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN Sunan Ampel, 2013), hal. 78-79


(29)

17

penerima pasif pelayanan saja. Pembangunan masyarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumber daya setempat/lokal dan mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi masyarakat.

Dalam teori pemberdayaan ini masyarakat petani Dusun Karang Tengah berperan sebagai subjek sekaligus objek pendampingan. Masyarakat sendiri yang memahami, merencanakan, serta melakukan proses perubahan. Dengan keadaan masyarakat yang tergantung pada pemilik modal sehingga terjadi ketidakmanidrian masyarakat. Disitulah masyarakat akan mengalami proses perubahan yang sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat sendiri.

B. Pendidikikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial Petani

Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengaca pada tiga kesadaran yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut dengan analisis kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri yang digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran,13 yaitu :

1. Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah sebuah

keadaan dimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas disekitarnya sekaligus dirinya sendiri. Bahkan dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang telah menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma (fatalis).

13Mansour fakih, Sesat Pikir Teori pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press,


(30)

18

Semua adalah kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor-faktor diluar manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar mereka melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau mengubah realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan diri dengan realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya.

2. Kedua, kesadaran naif (naival consciousness). Keadaaan yang

dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia sebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks ini tidak pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur yang salah.

3. Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah keadaan

dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa masalah yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus kepada individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada sistem yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidak adilan dalam sistem dan struktur yang ada kemudian mampu melakukan


(31)

19

analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta bagaimana mentransformasikannya.14

Dalam melihat realita masyarakat diharuskan berpikir mendalam tentang apa saja yang terjadi. Adanya ketidakberdayaan yang dialami tetapi masyarakat belum sadar dengan keadaan tersebut. Dalam teori ini menekankan bahwa masyarakat petani harus berpikir mendalam dan memahami suatu masalah yang terjadi. Adanya ketergantungan dan masyarakat mampu membuat perubahan tersebut menjadi lebih baik, dengan melepas jeratan dari pihak luar yang menjadikan masyarakat tidak mandiri.

C. Pertanian dalam Perspektif Islam

Di zaman sekarang kita dihadapkan pada banyaknya jenis dan macam pekerjaan. Pekerjaan atau mata pancaharian seseorang kian bertambah banyak sesuai dengan bertambahnya penduduk dan semakin khususnya keahlian seseorang.

Namun sebenarnya pada asalnya hanya ada tiga profesi sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Mawardi. Dia berkata: “Pokok mata pencaharian tersebut adalah bercocok tanam (pertanian), perdagangan dan pembuatan suatu

barang (industri)”. Para ulama berselisih tentang manakah yang paling baik dari ketiga profesi tersebut. Madzhab As-Syafi’i berpendapat bahwa pertanian adalah yang paling baik. Sedangkan Imam Al-Mawardi dan Imam An-Nawawi berpendapat bercocok tanam lah yang paling baik karena beberapa alasan:

14Ibid. hal. 31-34


(32)

20

Pertama: Bercocok tanam adalah merupakan hasil usaha tangan sendiri. Dalam Shohih Al-Bukhori dari Miqdam bin

Ma’dikariba rodhiyallohu’anhu dari Nabi shollallohu‘alaihiwasallam, Beliau bersabda :

دواد هللا يبن ناو هدي ل ع م لك ءا نا م اريخ طق اماعط دحا لكا ام

سو هيلع هللاا لص

ناك مل

هدي ل ع م لك ءا

“Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik dari

orang yang memakan dari hasil usaha tangannya, dan adalah Nabi

Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya sendiri”.15

Dan yang benar adalah apa yang dinash-kan oleh Rosululloh

shollallohu ‘alaihi wa sallam yaitu hasil tangannya sendiri. Maka

bercocok tanam adalah profesi terbaik dan paling utama karena merupakan hasil pekerjaan tangan sendiri.

Kedua: Bercocok tanam memberikan manfaat yang umum bagi kaum muslimin bahkan binatang. Karena secara adat manusia dan binatang haruslah makan, dan makanan tersebut tidaklah diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.

Ketiga: bercocok tanam lebih dekat dengan tawakkal. Ketika seseorang menanam tanaman maka sesungguhnya dia tidaklah berkuasa atas sebiji benih yang dia semaikan untuk tumbuh, dia juga tidak berkuasa untuk menumbuhkan dan mengembangkan menjadi tanaman, tidak lah dia berkuasa membungakan dan membuahkan

15


(33)

21

tanaman tersebut. Tumbuhnya biji, pertumbuhan tanaman, munculnya bunga dan buah, pematangan hasil tanaman semua berada pada kekuasaan Allah. Dari sinilah nampak nilai tawakkal dari seorang yang bercocok tanam.16

Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian jelas daripada peruntukkan yang ada di dalam syariah. Sebagai contoh, siapa saja yang mengusahakan tanah terbiar dengan jayanya akan mendapat hak milik kekal terhadap tanah berkenaan berdasarkan pendapat kebanyakan ulama. Peruntukkan ini jelas memberi intensif kepada pengusaha-pengusaha bidang pertanian yang mengusahakan tanah terbiar atau mati. Perkara ini disebutkan dalam riwayat Aisyah

Radhiallahu ‘anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Siapa yang memakmurkan (mengusahakan) tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun maka dia lebih berhak

terhadapnya”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)17

Walau bagaimanapun kita telah mempunyai peraturan atau undang-undang tanah, maka tidaklah boleh menggunakan tanah dengan sewenang-wenangnya melainkan terlebih dahulu mendapatkan kebenaran daripada pihak yang berkuasa.

Dengan adanya aset pertanian yang dimiliki hendaknya petani mengelolanya sebaik mungkin. Akan tetapi pemanfaatan tersebut

16http://bemjagribisnisuin.blogspot.com/2009/03/pertanian-dalam-perspektif-islam. html. Diakses

pada tanggal 22 Juni 2016


(34)

22

harus dengan usahanya sendiri, karena kebiasaan yang bergantung pada orang lain akan menjadikan mereka tidak berdaya.


(35)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan Participatory

Action Research (PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang

melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam

mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan kea rah yang lebih baik.18 Metode ini digunakan peneliti untuk mempelajarikondisi dan kehidupan masyarakat Dusun Karang Tengah dari, dengan dan oleh masyarakat. Karena PAR selalu berhubungan dengan partisipasi, riset, dan aksi.19

Menurut beberapa tokoh ahli dalam PAR, pendekatan PAR yang dikemukakan oleh Yoland Wadworth adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi”

dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang

18

Agus Afandi, dkk. Modul Participatory Action Reseach (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Surabaya: LPPM UINSA, 2016). Hal. 90.


(36)

24

yang berada pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.20

Intinya pendekatan PAR yang ditekankan adalah keterlibatan masyarakat dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PAR mengharuskan adanya pemihakan baik bersifat epistemologis, ideologis maupun teologis dalam rangka melakukan perubahan yang signifikan.21 Pendekatan PAR bertujuan untuk menjadikan masyarakat peneliti, perencana, pengawas, dan pelaksana program pembangunan dari masalah hegemoni yang terjadi, bukan stakeholder sebagai obyek peneliti atau pembangunan.

B. Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakan dan identifikasi masalah, maka peneliti memfokuskan dengan mengambil ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Pola kemandirian masyarakat Dusun Karang Tengah dari

ketergantungan pada pemilik modal.

2. Perubahan sosial hasil dari proses pendampingan pada masyarakat Dusun Karang Tengah.

C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan

Berikut adalah prosedur-prosedur dengan pendekatan PAR yang akan dilakukan oleh peneliti selama proses pendampingan di lapangan:

1. Pemetaan Awal 20 Ibid, hal. 90-91.


(37)

25

Pemetaan awal sebagai alat memahami kondisi manyarakat baik secara social, ekoomi, maupun budaya, sehingga peneliti mudah memahami realita problem dan relasi social yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk ke dalam komunitas baik melalui key people

(kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, mushalla,dll.), kelompok kebudayaan (keompok seniman, dan komunitas kebudayaan lokal), maupun kelompok ekonomi (petani, pedagang, pengrajin, dll.).22

Pemetaan awal tersebut sudah peneliti lakukan sebelum pengajuan proposal. Dalam memahami realita kehidupan masyarakat di Dusun Karang Tengah, peneliti masuk melalui izin dari kepala desa. Untuk mengetahui keadaan desa tersebut, peneliti melakukan penelusuran desa terlebih dahulu. Dari kegiatan tersebut peneliti menemukan beberapa keganjalan, seperti persawahan yang terbentang luas akan tetapi hasil panen kurang memuaskan.

Setelah itu peneliti mendatangi rumah Kepala Dusun Karang Tengah, untuk meminta izin tinggal disana selama proses pendampingan dan penelitian. Dari pertemuan tersebut muncul beberapa masalah yang dikeluhkan oleh kepala dusun. Sampai pada bulan April 2016, peneliti berkesempatan dalam acara-acara rapat di Dusun tersebut. Dari beberapa pertemuan dengan masyarakat, banyak data yang diperoleh peneliti dari masyarakat petani.

22 Ibid, hal. 104


(38)

26

2. Inkulturasi

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

bilding) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama (partisipatif).

Tanggal 29 April 2016, setelah seminar proposal selesai. Peneliti mulai fokus untk penelitian lebih dalam, dengan kembali datang ke rumah Kepala Dusun Karang Tengah. Karena sikap keterbukaan kepala dusun sehingga peneliti dengan mudahnya melakukan penelitian. Pada tanggal 1 Mei 2016, peneliti mulai melakukan inkulturasi lebih dalam atau proses membaur dengan masyarakat. Dengan berjalan ke rumah-rumah warga peneliti juga dipersiahkan mampir dan mengobrol dengan warga.

Karena selama inkulturasi masyarakat begitu terbuka dengan peneliti. Respon masyarakat yang begitu baik sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisa sebuah persoalan yang terjadi.

3. Meeting of Mind

Merupakan penyatuan pemikiran antara masyarakat dengan peneliti. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalah dan berusaha menyelesaikan secara bersama-sama. Penyatuan pikiran bisa


(39)

27

terwujud melalui proses diskusi bersama, kegiatan bersama antara peneliti maupun masyarakat.

Setelah proses inkulturasi, peneliti bertemu dengan komunitas petani untuk menyampaikan tujuan dari penelitian yang dilakuka peneliti. Dari pertemuan tersebut muncul beberapa obrolan yang berujung pada kesepakatan tujuan yang sama. Hal tersebut merupakan langkah awal menyusun aksi selanjutya.

4. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial

Bersama komunitas peneliti mengagendakan program riset melalui tekni PRA untuk memahami persoalan masyarakat, yang selanjutnya menjadi alat perubahan social. Sekaligus merintis membangun kelompok kmunitas. Termasuk menentukan pertemuan rutin untuk diskusi bersama, kegiatan aksi, maupun kegiatan pembelajaran.

Pada tahap ini peneliti bersama komunitas melakukan survey rumah tangga yaitu pada tanggal 7 Mei 2016 untuk mengetahui pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Setelah pendataan survey rumah tangga, peeliti menyampaikan pada komunitas untuk melakukan pendataan lagi, diantaranya adalah transect wilayah, pohon masalah, analisis kuasa, analisis perubahan, dan analisis lebih mendalam sampai pada penemuan masalah inti.


(40)

28

5. Pemetaan Partisipatif

Peneliti bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah Dusun Karang Tengah baik secara demografi, perekonomian, sosial dan budaya. Berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari pertanian dan berapa banyak hutang modal pertanian yang dialami masyarakat dengan ketergantungan tersebut.

Tepat tanggal 10 Mei 2016, peneliti bersama komunitas petani melakukan transect wilayah dan pembuatan peta wilayah. FGD ini dilakukan disalah satu rumah warga, akan tetapi data yang diperoleh masih kurang sehingga peneliti bersama beberapa warga melakukan penelusuran wilayah guna mengetahui kondisi pertanian yang ada di Dusun Karang Tengah.

Tanggal 15 Mei 2016, peneliti bersama komunitas melakukan FGD yang ketiga kalinya untuk membahas problem yang ada. Semua yang menjadi kendala dan terjadi di Dusun Karang Tengah dijelaskan oleh beberapa pihak dalam proses FGD tersebut. Pada tahap ini belum ditemukan masalah intinya, hanya sebatas analisis dari berbagai permasalahan yang ada.

6. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup

kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan, energy, lingkungan hidup, dan persoalan utama


(41)

29

kemanusiaan lainnya. Dari hal tersebut masyarakat bersama peneliti menentuan masalah utama yang terjadi dan harus diselesaikan.

Dari masalah-masalah yang ditemukan, peneliti melanjutkan proses penggalian data dengan wawancara semi struktur pada masyarakat yang dituju. Pada tanggal 17 Mei 2016, peneliti bersama komunitass petani melakukan FGD yang kesekian kalinya untuk merumuskan inti permasalahan yang ada.

Melihat dari banyaknya masalah dari dampak ketergantungan pada pemilik modal, akhirnya melalui kesadaran kritis dan murni dari pemikiran masyarakat sendiri, ami berhasil menentukan inti masalah yang terjadi. Masalah tersebut kemudian kita analisis dalam bentuk pohon masalah. Dari anlisis pohon masalah, kami melakukan analisis kuasa, analisis perubahan, analisis sejarah, maupun analisis kalender musim untuk memperkuat masalah inti yang ditemukan.

7. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholder), dan merumuskan

kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabilaterdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.

Setelah analisis masalh selesai, selanjutnya adalah analisis pohon harapan. Analisis harapan ini untuk menyusun strategi agar apa yang


(42)

30

menjadi tujuan dapat tercapai. Penentuan strategi melalui analisis pohon harapan ini dilakukan di balai dusun pada tanggal 20 Mei 2016. Pada diskusi tersebut muncul usulan program yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan masyarakat.

8. Pengorganisasian Masyarakat

Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata social. Baik dalam bentuk kelompok maupun lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan. Demikian juga membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan program aksi yang direncanakan.

Komunitas bersama peneliti mulai mensosialisasikan program kita kepada masyarakat lain selamaseminggu. Sampai proses pengoranisasian masyarakat, pendataan warga yang dituju untuk program yang akan dijalankan. Program tersebut memberikan penydaran bagi masyarakat petani lainnya, sehingga pemahaman terhadap masyarakat membuahkan hasil.

9. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat sehingga terbangun pranata baru dalam


(43)

31

(pengorganisir dari masyarakat sendiri) dan akhirnya akan muncul local

leader (pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.

Pada tanggal 12 Juni 2016 merupakan waktu aksi perubahan yang bertempat di rumah Kepala Dusun Karang Tengah. Aksi yang pertama yaitu pembentuan koperasi yang dihadiri oleh 15 warga dari Dusun Karang Tengah. Seminggu setelah aksi pertama, dilanjutkan aksi yang kedu yaitu padatanggal 24 Juni 2016. Program tersebut sangat memberikan dampak yang positif sekaligus respon yang baik bagi masyarakat. Karena bagi masyarakat program tersebut cocok untuk melepas jerat tengkulak. Sehingga apa yang dilakukan tidak hanya sia-sia atau tidak tepat sasaran.

10.Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan kelompok-kelompok kounitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek untuk merencanakan, mengorganisir, dan memecahkan problem sosial. Hal ini karena terbangunnya pusat-pusat belaar merupakan salah satu bukti munculnya pranata baru sebagai awal perubahan dalam komunitas masyarakat.

Program yang dilakukan seperti pembentukan koperasi untuk membantu beban kebutuhan petani. Selain itu koperasi juga sebagai pusat pembelajaran masyarakat dalam memahami setiap persoalan yang ada. 11.Meluasakan Skala Gerakan dan Dukungan


(44)

32

Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan selama proses pendampingan, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya

pengorganisir-pengoranisir serta pemimpin lokal yang melanjutkan program untuk melakukan aksi perubahan.23 Bagi peneliti keberhasilan gerakan juga ditentukan dengan adanya perubahan yang lebih baik, masyarakat mandiri dan berdaya. Dari komunitas petani, berbagai kegiatan untuk menyelamatkan masyarakat sudah direncanakan atas inisiasi mereka sendiri, walaupun peneliti sudah selesai melakukan pendampingan.

D. Subjek Dampingan

Subjek dampingan dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Karang Tengah khususnya masyarakat petani yang memiliki hutang dalm modal pertaniannya. Karena pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah penekatan PAR, yang menekankan partisipasi masyarakat secara menyeluruh.

Tidak semua warga terlibat dalam pendampingan dan penelitian tersebut. Dari 127 KK yang ada di Dusun Karang Tengah, hanya beberapa KK yag aktif dalam proses penelitian. Karena masyarakat petani lainnya lebih sibuk dengan aktifitas pertaiannya.

E. Tenik Pengumpulan Data dan Sumber Data

1. Teknik Pengumpuln Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.24 Adapun

23 Ibid, hal. 104-108


(45)

33

teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan metode PAR yang digunakan ialah :

a. Pemetaan

Teknik Pemetaan ini digunakan untuk memetakan kondisi Dusun Karang Tengah serta kegiatan yang berkaitan dengan kasus yang ada.

b. Transect

Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim dan narasumber untuk berjalan menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan dll. Transect digunakan untuk memetakan beberapa aset yang ada di wilayah Dusun Karang Tengah seperti tata guna lahan sawah, tegal dan lain sebagaianya.

c. Wawancara Semi Terstruktur

Metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung namun tidak keluar dari konsep yang dibutuhkan.

d. Survey Rumah Tangga

Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran kehidupan masyarakat secara utuh, sehingga diketahui pengeluaran tingkat belanja sosial, kesehatan, energi, dll. Teknik ini akan menghasilkan gambaran kehidupan masyarakat setiap rumah tangga.

Dari beberapa teknik nantinya akan diolah menjadi data kualitatif oleh peneliti yang digunakan untuk penulisan skripsi. Sedangkan sebagai pembelajaran masyarakat sekaligus sebagai media untuk terjadinya transformasi social atau perubahan masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya terutama dari masalah ketergantungan petani terhadap pemilik modal.


(46)

34

Penulis mengumpulkan dua jenis data untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data skunder.

a. Data Primer

Data primer ini digali dari masyarakat petani yang memiliki hutang modal pertanian. Kata-kata atau tindakan yang diamati atau diwawancarai oleh penulis merupakan sumber data utama atau primer. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, foto atau film. Pencatatan data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.

b. Data Skunder

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari data sekunder atau data tertulis dapat dibagi atas sumber transect, survey rumah tangga, data pemetaan buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resi. Sumber data daam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujua penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorgansasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disampaikan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pendampingan ini adalah analisis PAR.


(47)

35

a. Seperti analisis sejarah untuk mengetahui keadaan masa lalu atau kejadian penting agar dapat diketahui perubahan apa saja yang terjadi dalam kurun waktu yang ditentukan.25 Analisis timeline ini peneliti gunakan untuk mengetahui kejadian yang sudah berlalu atau terjadi dalam ketergantungan dan menurunnya perekonomian masyarakat. b. Analisis sistem/kuasa untuk mengetahui atau menganalisis siapa saja

yang berperan penting untuk mempengaruhi masyarakat. Analisis ini peneliti gunakan untuk mengetahui siapa yang paling berkuasa untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam yang ada dan siapa yang paling berperan mengenai masalah yang terjadi.

c. Analisis model dan analisis institusional untuk mengetahui akar penyebab permasalahan dan untuk menganalisis siapa saja yang turut ikut serta menikmati keadaan ketidakberdayaan masyarakat yang bergantung pada pemilik modal.

G. Teknik Validasi Data

Untuk teknik validasi data, peneliti menggunakan cara triangulasi teknk, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dari wawancara akan dicek oleh peneliti melalui dokumentasi atau observasi. Bila dengan teknik pengujian data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan meakukan diskusi lebih lanjut terhadap sumber data.

25 Ibid, hal. 175


(48)

36

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini adalah istri-istri petani atau petani lain di Dusun Karang Tengah. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak pekerjaan, akan memberikan data yang lebih valid. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara atau observasi dalam waktu atau situasi yang berbeda yang dilakukan secara berulang-ulang.26

H. Stakeholder Penelitian dan Pemberdayaan

Pada dasarnya untuk membuka lokasi yang dijadikan pemberdayaan adalah pemerintah ditingkat Desa. Keputusan yang utama berada pada pemeritah desa. Jika pemerintah desa belum menyetujui, maka untuk membentuk kepercayaan masyarakat akan terhambat pula. Dukungan dari pemerintah desa sangatlah dibutuhkan.

Hal ini dikarenakan masyarakat sangat bergatung pada kebijakan dan keputusan yang berada pada tangan kekuasaan masyarakat. untuk menindaklanjuti kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan petani, keikutsertaan pemerintah desa sangat dinanti. Untuk ke depannya yag mengorganisir petani selain local leader, pemerintah desa sangat diharapkan

peran dan motivasinya bagi petai.

26 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdaarya, 2011).


(49)

37

Table 3.1 Pihak Terlibat Institusi Karakteristik Resource Bentuk

Keterlibata

Tindaka yang Harus Dilakukan

Pemerintah Aparat desa, terkait

perangkat desa

Anggaran dana pemeritah

Dukunan dan kebijakan yang adil

Membentuk usaha atau wadah agar masyarakat mandiri. Tokoh

masyarakat

Tokoh agama Partisipasi da

pembelaan

Pemetaan masalah yang ada.

Peranan dari berbagai pihak di atas sangat membantu masyarakat dalam menyeamatkan kehidupan mereka. Yang paling peting yaitu berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap pihak pemberi, dan muncul kemandirian serta masyarakat berdaya.


(50)

38

BAB IV

DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN A. Sejarah Desa Duren

“Duren” menurut penduduk asli desa tersebut berasal dari kata “Leren” yang mempunyai arti tempat untuk istirahat dan akhirnya disebut “Desa

Duren”. Sejarah perkembangan penduduk Desa Duren Kecamatan

Pilangkenceng Kabupaten Madiun berawal pada saat Desa tersebut menjadi penghubung aktifitas kebutuhan penduduk yang berada di wilayah Bojonegoro yang menjual rencek (kayu bakar) dan daun jati ke Caruban.

Ketika itu setiap kali menempuh perjalanan menuju Caruban mereka sering beristirahat di gardu yang terdapat di Desa Duren. Sampai saat ini apabila ada pendatang dari luar daerah Madiun yang berprofesi sebagai guru, pegawai, bahkan yang menikah dengan warga Desa Duren pada akhirnya mereka lebih memilih untuk menetap di Desa Duren dan menjadi penduduk di desa tersebut.

Mata pencaharian masyarakat Desa Duren sendiri adalah bercocok tanam (petani). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebuah petilasan bekas peninggalan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Sedangkan sebagian besar pekerja yang melaksanakan pembangunan Waduk Notopuro berasal dari daerah Grobokan Jawa Tengah. Tujuan dari pembangunan Waduk Notopuro adalah untuk mengairi sawah yang ada di Kecamatan Pilangkenceng dan sekitarnya. Pada akhirnya pekerja yang berasal dari


(51)

39

Grobokan tersebut banyak yang tidak kembali ke daerah Grobokan dan kemudian menetap di Desa Duren.27

Dari sejarah di atas, Desa Duren saat ini sudah menjadi sebuah desa yang sempurna. Secara perlahan Desa Duren dibangun oleh masyarakat pada waktu itu, yang kemudian tanah yang sebelumnya rawa-rawa kini menjadi tempat tinggal warga yang penuh dengan kesederhanaan dan kesejahteraan.

B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah

Dusun Karang Tengah adalah nama salah satu Dusun di Desa Duren, Kecamatan Pilang Kenceng, Kabuaten Madiun. Di Dusun Karang Tengah terdapat dua agama yang hidup saling rukun tanpa ada konflik. Dusun ini berada pada urutan ke empat dari Dusun-dusun yang ada di Desa Duren. Selain itu Dusun Karang Tengah juga memiliki hasil bumi yang banyak dan bagus, seperti: tembakau, palawija, dan padi. Batas-batas Dusun Karang Tengah adalah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Desa Sumbergandu Sebelah Utara : Desa Bulu

Sebelah Selatan : Desa Kedungmaron Sebelah Timur : Dusun Duren 1

Gambar 4.1 Peta Dusun Karang Tengah

27

Hasil Wawancara dengan Kepala Dusun Notopuro bernama Harsono pada hari Jumat, 5 Mei 2016


(52)

40

Secara geografis Dusun Karang Tengah ini dikelilingi oleh persawahan yang menjadikan Dusun tersebut terasa sejuk. Akses jalan di Dusun Karang Tengah sudah aspal sehingga memudahkan masyarakat untuk menuju dusun-dusun lainnya.

C. Demografis Dusun Karang Tengah

Secara demografis Desa Duren adalah desa yang memiliki jumlah RT terbanyak se Kecamatan Pilangkenceng, selain itu memiliki jumlah penduduk yang terdiri dalam 1.700 KK dan terbagi 2.598 jiwa laki-laki dan 2.953 jiwa perempuan.28

Sedangkan dalam pembagian penyebaran penduduk Desa Duren terbagi sebagai berikut:


(53)

41

Tabel 4.1 Pembagian Penyebaran Penduduk

No. Pembagian RW Pembagian RT Jumlah KK Ketua RW

1

RW 01

RT 01 130 KK

Samin

2 RT 02 133 KK

3 RT 03 135 KK

4 RT 04 166 KK

5 RT 05 258 KK

6 RT 06 221 KK

7 RT 07 232 KK

8 RT 08 177 KK

9

RW 02

RT 09 236 KK

Samto

10 RT 10 428 KK

11 RT 11 176 KK

12 RT 12 223 KK

13 RT 13 254 KK

14 RT 14 249 KK

15 RT 15 323 KK

16 RT 16 266 KK

17 RT 17 212 KK

18 RT 18 182 KK

19

RW 03

RT 19 123 KK

Joko Prayitno

20 RT 20 52 KK

21 RT 21 205 KK

22 RT 22 106 KK

23 RT 23 205 KK

24 RT 24

25

RW 04

RT 25 66 KK

Suwarno


(54)

42

27

RW 05

RT 27 216 KK

Suharsono

28 RT 28 141 KK

29 RT 29 113 KK

30 RT 30 204 KK

31 RT 31 120 KK

Sumber: Data Kependudukan Desa Duren 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Dusun Karang Tengah (RW 04) terdiri dari dua RT yaitu RT 25 dan RT 26. Jumlah penduduk Dusun Karang Tengah ada 388 jiwa dengan jumlah laki-laki 181 jiwa dan perempuan 207 jiwa. Jumlah RT 25 sebanyak 66 KK dengan 197 jiwa, dan RT 26 sebanyak 61 KK dengan 191 jiwa. Dusun yang paling sedikit memiliki jumlah penduduk akan tetapi memiliki lahan pertanian terluas di Desa Duren.

D. Perekonomian Dusun Karang Tengah

Mayoritas masyarakat Dusun Karang Tengah bekerja sebagai petani dengan rata memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan rata-rata penghasilan perbulannya kurang dari 1.000.000. Dari 127 KK hanya 5 KK yang tidak bekerja sebagai petani, mereka ada yang sebagai guru dan PNS. Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata pencaharian pokok penduduk.

Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Dusun Karang Tengah

No. Pekerjaan Jumlah penduduk/KK

1 Petani 122 KK

2 PNS 5 KK


(55)

43

Selain menjadi petani yang menjadi mayoritas masyarakat Dusun Karang Tengah, masyarakat berpenghasilan dari pembuatan tahu dan tempe, juga mempunyai makanan khas yakni Samplok. Biasanya makanan tersebut

dibuat oleh para ibu ketika musim paceklik. Bahan dasar dari makanan tradisional ini adalah singkong yang dihaluskan, dengan ditambahkan gula yang akan membuat makanan tersebut terasa manis dan lebih menarik di lidah. Dengan penghasilan yang tidak seberapa dan pengeluaran yang semakin besar, menyebabkan masyarakat Dusun Karang Tengah terbelenggu oleh hutang.

E. Keadaan Kesehatan

Jika membahas tentang kesehatan, Desa Duren merupakan desa yang cukup memperhatikan tentang kesehatan. Dimana seluruh perangkat desa menghimbau agar warga Desa Duren selalu berantisipasi tentang kesehatan jasmani, rohani, maupun lingkungan.29 Dengan adanya beberapa program yang telah terlaksana di Desa Duren menunjukkan bahwa kesehatan sangat diutamakan. Berikut bentuk-bentuk kegiatan kesehatan di Desa Duren:

Tabel 4.3 Kegiatan Kesehatan

No. Kegiatan Waktu

1.

Posyandu Balita

Setiap satu bulan sekali pada tanggal 10

2.

Posyandu Lansia

Setiap satu bulan sekali pada tanggal 20

3. Donor

Darah

Setiap tiga bulan sekali pada tanggal 3 Februari

29 Hasil wawancara dengan Kepala Desa pada hari Selasa, 26 Mei 2016, pukul 10.20 di Balai Desa


(56)

44

Sumber: Data Kegiatan Kesehatan 2016

Dari beberapa bukti kegiatan di desa terkait kesehatan, misalnya tersedianya POLINDES (Poliklinik Desa) yang letaknya di depan balai Desa Duren. Diadakannya Donor darah di POLINDES setiap tiga bulan sekali. Selain itu, posyandu balita dan lansia juga tersedia yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali di masing-masing Dusun. Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa kehidupan terkait kesehatan sangat diperhatikan, khususnya kesehatan lingkungan. Lingkungan merupakan hal yang perlu dijaga dan diperhatikan demi kesehatan jasmani dan rohani. Ketiganya saling berhubungan dalam hal kesehatan. Sehingga Desa Duren termasuk Desa Siaga.

Gambar 4.2 POLINDES Desa Duren.

Sumber : Dokumentasi Peneliti

F. Keagamaan dan Budaya

Sesuai hasil observasi dan wawancara peneliti, mayoritas masyarakat Desa Duren adalah beragama Islam. Terdapat fasilitas agama yang dibangun oleh masyarakat yakni Musholla dan Masjid. Selain Islam, juga terdapat


(57)

45

beberapa orang berkeyakinan Kristen dengan jumlah 151 orang. Adapun fasilitas untuk tempat ibadah agama Kristen sebanyak dua gereja, yang letaknya di Dusun Kutukan dan Dusun Notopuro Desa Duren.

Fasilitas beribadah yang ada merupakan hasil dari gotong royong warga sehingga tersedianya tempat beribadah yang memadai. Terkait dananya juga bersumber dari masyarakat sekitar. Adapun jumlah fasilitas keagamaan di Desa Duren adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Fasilitas Keagamaan

Fasilitas Keagamaan Jumlah

Masjid 8

Gereja 2

Sumber: Hasil Observasi 2016

Adapun bentuk-bentuk kegiatan keagamaan adalah Majelis Muslimat dan Majelis Tahlil. Pelaksanaan dari majelis tersebut dilaksanakan secara rutin. Namun dalam setiap dusun memilik waktu yang berbeda. Dalam bidang keagamaan, masyarakat rutin mengadakan kegiatan-kegiatan dengan jadwal yang telah ditentukan, diantaranya:

Tabel 4.5 Kegiatan-kegiatan Bidang Keagamaan

No. Kegiatan Waktu

1. Muslimatan

Dsn. Karang tengah setiap hari Kamis dalam dua minggu sekali

Dsn. Notopuro setiap kamis dalam seminggu sekali


(58)

46

2. Tahlil Setiap hari sabtu dalam seminggu sekali

Sumber: Hasil Observasi 2016

Adapun kepengurusan majelis muslimat Dusun Karang Tengah adalah sebagai berikut:

Pelindung : Ibu Kepala Dusun

Ketua : Hj. Katemi

Sekretaris : Ibu Oeni Wijayanti

Bendahara : Ibu Harsini

Jumlah anggota : 70 orang (Karang tengah)

Majelis yang ada di Desa Duren di dalamnya mengadakan sistem menabung, yang dimaksud menabung adalah setiap kali perkumpulan majelis anggota wajib membayar uang sejumlah lima ribu rupiah yang dikelola oleh bendahara majelis (seperti arisan). Hasil dari pembayaran anggota muslimat atau tahlil tersebut dikumpulkan, dan sebagian diambil untuk uang kas majelis. Sisa dari uang anggota tersebut akan diberikan kepada anggota yang selanjutnya rumahnya akan ditempati untuk perkumpulan majelis. Maksud dari uang yang diberikan kepada tuan rumah adalah untuk meringankan beban anggota ketika menjadi tuan rumah. Berikut gambar kegiatan tahlilan di Dusun Karang Tengah:


(59)

47

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Selain kehidupan beragama di desa Duren juga terdapat adat dan budaya yang dilaksanakan atau diperingati pada waktu tertentu, dalam setiap adat atau budaya yang ada mempunyai makna dan kepercayaan masing – masing dari masyarakat. Adat atau budaya di Desa Duren mempunyai sejarah dan asal mula, hal seperti itu dimunculkan oleh nenek moyang terdahulu yang kemudian secara turun temurun dipercaya oleh anak cucu selanjutnya.30

Seperti halnya adat nyadranan yang dilaksanakan setiap tahun sekali

dengan membawa makanan nasi tumpeng ke Sendang. Sendang merupakan

tempat bersejarah yang merupakan sumber air kehidupan di Dusun Karang Tengah Desa Duren.

Untuk menarik masyarakat agar mendatangi Sendang, maka diadakan hiburan untuk masyarakat sekitar. Ketika warga memperingati ruah deso

dengan mengadakan tayupan (sinden/ jogedan), reokan, dan sebagian dusun

mendatangkan seni wayang seperti Dusun Notopuro. Selain itu, juga terdapat adat labuhan yang diadakan setiap satu tahun sekali. Adat tersebut

30 Hasil Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Jum’at, 15


(60)

48

dilaksanakan dalam rangka menyambut datangnya musim hujan, dengan mengadakan bancaan atau syukuran yang biasanya dilakukan di gardu,

masjid, dan rumah kepala dusun. 31

G. Keadaan Pendidikan

Berbicara tentang pendidikan semua masyarakat Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak seperti apa yang telah dicanangkan oleh

Pemerintah “setiap warga Indonesia wajib belajar 12 tahun” begitu juga

kesempatan yang sama harus diperoleh oleh masyarakat Desa Duren yang menjadi bagian dari warga Indonesia dan peraturan dalam UU yang dibuat oleh Pemerintah.

Faktor pendidikan menjadi sangat penting bagi masyarakat Desa Duren apalagi bagi anak-anak yang kelak akan menjadi penerus bangsa, yang berhak mendapatkan pendidikan layak dan memadai dalam berbagai aspek misalnya aspek pengajaran (KBM), aspek penunjang pendidikan (buku pelajaran), aspek tenaga guru (guru yang professional dan ahli dalam bidangnya), dan lain sebagainya. Semua aspek tersebut harus terpenuhi untuk terwujudnya proses pendidikan yang efektif dan efisien.

Dalam berbagai aspek-aspek tersebut ada hal penting yang perlu ada dan tidak tertinggal yakni tempat atau wadah anak-anak untuk belajar yang tenang dan kondusif berupa sekolah sebagai sarana pendidikan.

Di Desa Duren sendiri terdapat tiga macam lembaga pendidikan formal yaitu:

31 Hasil Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Senin, 25


(61)

49

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1 Paud 4

2 TK 4

3 SD 4

Sumber: Hasil Observasi 2016

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah PAUD yang ada di Desa Duren ada 4 unit yang terdapat di masing-masing Dusun. Jumlah TK juga 4 unit terdapat di masing-masing Dusun, dan 4 unit SD yaitu SDN Duren 1 dan SDN Duren 4 yang terdapat di Dusun Kutukan, SDN Duren 2 yang berada di Dususn Duren 2, dan SDN Duren 3 yang terdapat di Dusun Notopuro.

H. Politik Pembangunan

Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat. Dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu meningkatkan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun. Sehingga potensi sumber daya yang sangat melimpah ruah itu bisa dijadikan nilai tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa-desa bersangkutan.

Pembangunan merupakan faktor yang penting dalam memajukan sebuah desa. Begitu pula di Desa Duren memerlukan adanya pembangunan


(62)

50

yang bisa bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Adapun pembangunan yang ada di Desa Duren yaitu pembangunan fisik dan nonfisik. Pembangunan fisik yang ada meliputi infrastruktur jalan utama maupun dalam pemukiman, sarana prasarana umum seperti masjid, sekolah, gapura, dan POLINDES.

Untuk menunjang kegiatan sosial masyarakat, Desa Duren mempunyai sarana prasarana sosial sebagai berikut:

Tabel 4.7 Sarana Prasarana

No. Sarana Prasarana Jumlah

1 Paud 4 Unit

2 TK 4 Unit

3 SD 4 Unit

4 Masjid dan Musholla 8 Unit

5 Gereja 2 Unit

6 Pertokoan 46 Unit

7 Balai Desa 1 Unit

8 Pemakaman 4 Unit

9 Poliklinik 1 Unit

Sumber: Hasil Observasi 2016

Selain balai Desa adapun sarana penunjang kegiatan sosial lainnya, yaitu balai Dusun. Balai Dusun ini terdapat di Dusun Notopuro, yaitu Dusun paling ujung yang jauh dengan balai Desa Duren. Sehingga adanya balai Dusun akan lebih menunjang kegiatan warga.

Mayoritas penduduk Desa Duren beragama islam, akan tetapi ada beberapa warga yang beragama kristen. Untuk menunjang kegiatan sosial masyarakat dan juga menghormati antar umat beragama, di Desa Duren


(63)

51

terdapat bangunan gereja atau tempat ibadah umat kristen. Sarana prasana yang ada tersebut sangat membantu masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Adanya jalan bisa bermanfaat untuk mempermudah masyarakat dalam menempuh perjalanan dari tempat satu ke tempat yang lain.

Gambar 4.4 Masjid Dusun Karang Tengah

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Pembangunan lain yaitu adanya tempat ibadah seperti masjid dan musholla. Masjid berguna untuk kegiatan tempat ibadah sekaligus keagamaan dan dakwah, sedangkan sekolah bermanfaat untuk tempat anak-anak dan guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Begitu pula dengan POLINDES berguna untuk tempat pelayanan bagi kesehatan masyarakat. Pembangunan ini sedikit banyak bisa mensejahterakan masyarakat Dusun Duren.


(64)

53

BAB V

POTRET PROBLEM

KETERGANTUNGAN PETANI DALAM MODAL USAHA PANGAN

A. Sistem Pertanian yang Membelenggu

Dusun Karang Tengah merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Duren, yang memiliki luas wilayah 40 Ha terdiri dari, pemukiman 10 Ha dan pertanian 30 Ha. Mayoritas warga bekerja sebagai petani dan bisa dikatakan 99% masyarakat memiliki lahan pertanian.32 Dengan lahan pertanian yang terbentang luas menandakan masyarakat Dusun Karang Tengah sudah terpenuhi dalam swasembada pangan, akan tetapi realita yang terjadi masyarakat belum memanfaatkan hasil pertanian dengan maksimal.

Bentuk pinjaman modal pertanian yang didapat warga berupa sistim ijo (Ngijo) yaitu petani meminjam uang kepada pemilik modal (pengepul), uang tersebut akan dibayar dengan padi dengan standar atau ukuran kwintalan pada musim panen padi. Terkadang jumlah pengembalian selisih banyak dengan jumlah hutang yang ada. Jikapun petani tidak bisa mengembalikan hutang pada waktu tempo, maka di musim panen selanjutnya petani harus membayar dengan melebihkan hasil panen tersebut kepada pemilik modal.

Di Dusun Karang tengah ini memiliki dua kali panen padi dan satu kali panen palawija. Panen padi pertama biasanya dilakukan petani pada bulan Maret dan panen padi kedua terjadi pada bulan Juli, sedangkan panen palawija terjadi pada bulan September. Senggang waktu panen padi pertama dengan


(65)

54

panen padi kedua yaitu 3 bulan, dan untuk panen padi selanjutnya akan memerlukan waktu lama yaitu sekitar enam bulan setelah panen palawija. Hasil panen terkadang juga tidak maksimal dikarenakan hama dan juga pada musim hujan padi-padi akan rontok.

Tabel 5. 1 Kalender Musim Pertanian N o Jenis Tana man Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Padi Tana m padi

- Pan

en 1

Tan am padi

- - Pan

en 2

- - - - -

2 Palawi ja

- - - Tan

am pal awi ja

- Pane

n pala wija

- - -

Sumber : FGD dengan petani

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa musim panen padi terjadi pada bulan Maret dan Juli, sedangkan panen palawija pada bulan September yang ditandakan dengan tabel warna kuning. Untuk tabel warna hijau yaitu musim tanam padi dan musim tanam palawija. Sedangkan tabel warna biru yaitu menandakan masa menunggu atau masa senggang dimana petani tidak memiliki pendapatan. Pada masa panen pertama dan kedua hanya membutuhkan jarak 3 bulan, sedangkan untuk panen selanjutnya petani harus menunggu waktu 6 bulan setelah panen palawija. Dalam masa menunggu itu petani tidak memiliki pendapatan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para petani berhutang pada pemilik modal. Begitupun setelah


(66)

55

panen, hasil panen akan habis untuk membayar hutang bahkan untuk modal pertanian lagi petani berhutang modal pada pengepul.

Dari hasil wawancara bersama masyarakat mengatakan bahwa hasil pertanian yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakatpun masih terlibat hutang untuk penggarapan sawahnya. Hal ini diutarakan oleh beberapa masyarakat Dusun, antara lain:

“Wong neng kene ngandelno pertanian kanggo sambung urep mbk, tapi pertanian saiki susah. Biasane olehe panen gak puas mergo

enek e wereng, lan pas panen musim udan pari-pari podo gogrok (ceblok).

Nek wes ngunu kuwi wong-wong bingung gawe bayar utang, mergo

biasane wong-wong garap sawah nganggo modal silihan”.33

“Orang disini mengandalkan pertanian untuk kehidupan sehari

-hari mbk, akan tetapi pertanian sekarang susah. Kadang hasil panen tidak

memuaskan karena adanya hama, dan ketika panen di musim hujan

padi-padi akan rontok. Kalo sudah begitu warga akan susah untuk membayar hutang, karena kami menggarap sawah dengan modal pinjaman”.

Percakapan di atas diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat Dusun Karang Tengah. Percakapan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat disini mengandalkan hasil pertanian sebagai sumber kehidupan mereka. Saat ini petani mengalami kesusahan dalam pertanian karena hasil panen tidak memuaskan karena adanya hama. Jikapun panen tiba pada saat musim hujan, padi-padi akan rontok dan hasil yang diinginkan kurang maksimal.


(67)

56

Percakapan di atas juga mejelaskan bahwa pertanian yang digarap warga juga mengandalkan modal pinjaman. Begitu banyaknya pengeluaran masyarakat perbulannya dan pendapatan yang rendah menjadikan masyarakat lebih memilih jalan untuk berhutang. Yang menjadi beban semakin bertambah yaitu, ketika pasca panen dan musim paceklik masyarakat tidak mendapat pemasukan, masyarakat hanya mendapat sedikit dari hasil panen. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka mengandalkan sisa panen yang sedikit itu dan berhutang.

Hasil pertanian yang mereka dapatkan hanya habis untuk membayar hutang. Hasil wawancara bersama masyarakat menyatakan bahwa biaya penggarapan sawah lebih besar daripada hasil panen. Biaya garap sawah yang dimaksud seperti rincian di bawah ini:

No. Pertanian Biaya

1 Traktor Rp. 200.000,

2 Pembibitan Rp. 200.000,

3 Tanam Rp. 260.000,

4 Pupuk Rp. 265.000,

5 Obat-obatan Rp. 200.000,

6 Pasca panen Rp. 1.000.000,

Jumlah Rp. 2.125.000,

Dari tabel di atas adalah hasil penggarapan sawah dengan luas ¼ Ha. Hasil dari ¼ Ha ini menghasilkan panen sekitar 15 kwintal dengan harga perkwintal Rp. 350.000, jadi panen menghasilkan Rp. 5.250.000. hasil bersih dari pertanian sendiri yaitu Rp. 5.250.00-Rp. 2.125.00 = Rp 3.125.000. Hasil


(1)

89

peringatan. Ia senantiasa berusaha mengingatkan para pengikut Islam untuk tetap konsisten dalam kebajikan dan keadilan sehingga tidak mudah terjebak dalam kesesatan. Keempat, dakwah sebagai Daa’ian ila Allah. Dakwah adalah panglima dalam memelihara keutuhan umat sekaligus membina kualitas umat sesuai dengan idealisasi peradaban yang dikehendakinya.

Kelima, dakwah berperan sebagai SiraajanMunira. Sebagai akumulasi dari peran-peran sebelumnya, dakwah memiliki peran sebagai pemberi cahaya yang menerangi kegelapan sosial atau kegelapan spiritual. Ia menjadi penyejuk ketika umat menghadapi berbagai problema yang tidak pernah berhenti melilit kehidupan manusia.44


(2)

90

BAB VIII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Ketergantungan yang dihadapi masyarakat Dusun Karang Tengah adalah masalah hutang yang semakin membelenggu. Hutang yang semakin menumpuk tidak diimbangi dengan pendapatan yang didapat. Hal ini disebabkan karena adanya belenggu pemilik modal terhadap masyarakat petani Dusun Karang Tengah.

Dari gambaran tersebut fasilitator bersama tim mengorganisir masyarakat untuk melakukan riset bersama dan menitik beratkan pada masalah yang sedang dihadapi masyarakat petani Dusun Karang Tengah dengan memfokuskan pada kualitas hidup masyarakat petani yang bergantung pada hutang modal pertanian. Pengorganisiran tersebut dikemas dalam diskusi-diskusi yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat seperti tahlilan, arisan dan sebagainya. Diskusi-diskusi tersebut mengarah pada pemetaan, perumusan masalah, perencanaan, dan pelaksanaan program yang telah digagas bersama.

Adapun hasil pengorganisiran tersebut adalah:

1. terbentunya koperasi Dusun yang dihimpun oleh kelompok petani. Dari koperasi dusun tersebut para petani mulai menyusun program-program yang akan dilakukan untuk menghilangkan


(3)

91

ketergantungan tersebut. Diantara programnya yaitu membuat simpanan wajib petani. Dari kegiatan tersebut saat ini koperasi berjalan lancar dan masyarakat petani mulai meminjam modal pertanian pada koperasi dusun tersebut.

2. Pelatihan teknologi tepat guna.

Pelatihan ini merupakan proses belajar bersama masyarakat untuk membangun skill yang dimiliki dengan cara memanfaatkan hasil perkebunan yang ada. Pembuatan tepung mocaf adalah salah satu inisiatif warga untuk menjadikan singkong memiliki nilai jual, sehingga bisa menambah perekonomian masyarakat. Dari kegiatan tersebut masyarakat mampu membuat berbagai macam makanan dari bahan dasar tepung mocaf tersebut. Semangat masyarakat dalam melakukan perubahan begitu besar. Hasil dari pelatihan juga dapat dilihat dengan adanya penawaran kerjasama dinas UMKM dan pabrik krupuk kepada Koperasi Rimba Karya yang ada di Dusun Karang Tengah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pengalaman fasilitator dalam proses pendampingan, terdapat beberapa rekomendasi dan saran yang bisa menjadi acuan dalam berbagai kegiatan mendatang. Bagi pemerintah, kegiatan pendampingan ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberdayaan masyarakat dalam bidang pemberdayaan masyarakat


(4)

92

petani. Yang dimana petani selalu menjadi kelompok rentan dalam berbagai aspek terutama aspek ekonomi.

Bagi masyarakat luas pendampingan ini dapat membangun simbiosis mutualisme dan juga meningkatkan kapasitas masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi:

Afandi Agus, dkk. 2016, Modul Participatory Action Resertch (PAR), Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel

Afandi Agus, dkk. 2015, Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif Dengan Metodologi Participatory Action Research (PAR), LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya

Departemen Agama RI,2005, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: CV Penerbit J-ART

Fakih Mansour. 2001, Sesat Pikir Teori pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: InsistPress

Gardjito Murdijati, dkk. 2013. Pangan Nusantara. KENCANA PRENADA GROUP.

Sumodiningrat Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa:

Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Ife Jim. 1995, Community Development: Creating Community Alternatives Vision Analysis & Practise. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pty Ltd Aziz Moh Ali, dkk. 2005, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi

Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren

Asep Muhtadi Saeful, dkk. 2003, Metodologi Penelitian Dakwah, Bandung: Pustaka Setia

Nasir Moh. 1999, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Salim Agus. 2002, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, Yogya: PT. Tiara Wacana. Buku ini diambil dari skripsi Isna Ainnur Fitria.

Suharto Edi. 2010, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, Bandung: Rafika Aditama


(6)

Hasil Wawancara:

Wawancara dengan Bpk Harsono (salah satu Petani)

Wawancara dengan Bpk Suwarno (Kepala Dusun Karang Tengah)

Wawancara dengan Bu Imro’, salah satu warga petani.

Wawancara dengan Bu Kesih (salah satu istri petani)

Wawancara dengan Kepala Desa pada hari Selasa, 26 Mei 2016, pukul 10.20 di Balai Desa Duren

Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Jum’at, 15 April 2016

Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Senin, 25 April 2016

Wawancara dengan Kepala Dusun Notopuro bernama Harsono pada hari Jumat, 5 Mei 2016

dan Pemerataan (Jakarta:Pustaka Cisendo, 1996)

http://www.madiunpos.com/2015/11/05/pertanian-madiun-lahan-susut.html. diakses pada tanggal 25 Juli 2016

https://mahadalytebuireng.files.wordpress.com/10-teknik-teknik-riset-Partisipatif, LPTP, pada tanggal 16 maret 2016

www. Metode Penelitian Participatory Action Research.com/2014/. Diakses pada tanggal 1 Juni 2016