STUDI PENDAMPINGAN DALAM PENGELOLAAN AGROWISATA BELIMBING DI DESA NGRINGINREJO KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO.

(1)

STUDI PENDAMPINGAN DALAM PENGELOLAAN AGROWISATA BELIMBING DI DESA NGRINGINREJO KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN

BOJONEGORO

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Oleh:

Sri Wahyuni

B02212009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI PROGRAM

STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Sri Wahyuni. NIM B02212009. Judul Skripsi: Studi Pendampingan dalam Pengelolaan Agrowisata Belimbing di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro

Kata Kunci: Pengelolaan, Pengembangan, Agrowisata Belimbing

Wilayah Ngringinrejo merupakan daerah yang terletak di Kecamatan Kalitidu Kab. Bojonegoro. Sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai petani agrowisata. Dengan banyaknya buah Belimbing yang berlimpah akan menjadikan penambahan ekonomi masyarakat. Dengan adanya tempat agrowisata bisa berdambak positif bagi masyarakat melalui aset yang ada didesa. Pendampingan yang dilakukan kepada masyarakat menggunakan metode assedbased community development (ABCD).

Pendampingan ini mengutamakan pemanfaatan aset yang dimiliki oleh masyarakat desa. Mulai dari mengetahui aset yang dimiliki sampai tindakan yang akan dilakukan mengenai akan memanfaatkan bauh Belimbing yang bisa dijadikan olahan makanan. Pengembangan ekonomi masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengembangkan aset dan potensi yang mereka miliki. Dengan adanya potensi dan aset yang ada di agrowisata ini bisa menjadikan masyarakat untuk lebih mengembangkan suatu usaha. Dengan adanya Kelompok Usaha Bersama (KUB)Tulip 1 menjadikan wadah atau tempat bagi masyarakat desa Ngringinrejo yang mampu mengembangkan olahan kuliner dari olahan Belimbing.


(6)

ABSTRACT

Sri Wahyuni. NIM B02212009. Thensis Title: Studi Assistance in the Management of Agrowisata Carambola in the Village Ngringinrejo In Kalitidu Bojonegoro.

Keyword: Manajemen, Development. Agrowisata Leatherback

Areas Ngringinrejo is a who is located in Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro. Some Community members work as farmers carambola. With a number of fruit carambola abundant will make the addition of community economic. With the exixtence of an agrowisata can affect change positive for the community through asset that existed in the village. Monitoring in do to the community uses the method

assed bassed community development (ABCD).

This flanking give priority to the use of asset held by the village. Starting from know assets until measures to be taken to the use of assets until measures to be taken to the use of fruit carambola which could be processed food. Economic development community is the efforts made by the community to develop assets and potential their own. With the potential and assets that is in agrowisata this t have citizens to be more develop a business. With the joint business group (KUB) Tulips 1 made a container or pleace to villagers Ngringinrejo can develop processed processed culinary leatherback.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

SURAT PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iii

MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xiii

ABSTRAK... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 3

C. Kajian Teori ... 4

D. Dakwah Bil Khal melalui Pengembangan Masyarakat Islam ... 7

E. Pihak-pihak Yang Terlibat ... 10

F. Agenda Pendampingan... 12

G. Sistematika Pendampingan... 15

BAB II METODE PENDAMPINGAN A. Metode ABCD... 18

B. Prinsip-prinsip Penelitian Pendampingan... 22


(8)

D. Langkah-langkah Pendampingan ... 30

BAB III PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN A. Letak Geografis ... 35

B. Demografis ... 37

C. Mata Pencaharian Penduduk ... 37

D. Keagamaan Desa Ngringinrejo ... 38

E. Pendidikan Desa Ngringinrejo ... 40

F. Kesehatan ... 41

G. Adat dan Kebudayaan ... 42

BAB IV PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT AGROWISATA DESA NGRINGINREJO A. Pendampingan Masyarakat Petani Agrowisata ... 45

B. Menemukan Asset Masyarakat Desa ... 47

a. Aset Manusia ... 48

b. Aset Budaya ... 50

c. Aset Lembaga ... 52

d. Aset Ekonomi ... 53

e. Pengelolaan Wisata Berbasis Aset ... 56

BAB V HASIL PEMBENTUKAN USAHA MASYARAKAT A. Kejayaan Masyarakat di Masa Lalu ... 63

B. Menggapai mimpi menuju perubahan ... 65

C. Design kegiatan menuju perubahan ... 66


(9)

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

A. Kegunaan Teoritis .../... 70

B. Kegunaan Praktis atau Empiris ... 73

C. Inkulturasi ... 74

D. Peran Fasilitator ... 75

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Desa Ngringinrejo merupakan salah satu objek wisata yang ada di Bojonegoro dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, dengan dibangunnya agrowisata Belimbing sebagai salah satu objek wisata yang mana didalamnya tak lepas dengan peran masyarakat dalam pengelolaannya, agrowisata ini merupakan langkah awal pemerintah kabupaten Bojonegoro dalam upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan agrowisata pada dasarnya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata.

Pemberdayaan masyarakat umumnya dirancang dan dilaksanakan secara komprohensif. Meminjam definisi Asian Development Bank (ABD), kegiatan pembangunan termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat komprohensif jika menampilkan lima karateristik yaitu berbasis lokal, beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan, berbasis kemitraan, secara holistik dan berkelanjutan.

Pemberdayaan berbasis lokal jika perencanaan dan pelaksanaan dilakukan pada lokasi setempat dan melibatkan sumber daya lokal return tolocal resource dan hasilnya pun dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan demikian, maka prinsip daya saing kompetitif. Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis lokal tidak


(11)

membuat penduduk lokal sekedar penonton dan pemerhati di luar sistem, tetapi melibatkan mereka dalam pembangunan itu sendiri. 1

Desa Ngringinrejo memiliki potensi tanaman Belimbing yang dikelola oleh 104 petani dengan lahan seluas kurang lebih 20,4 ha. Buah hasil produksi kebun dijual secara langsung kepada pengunjung yang datang ke lokasi tersebut. Kebun Belimbing ini merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan lahan di bantaran bengawan solo yang setiap tahunnya selalu dilanda banjir. Tak hanya itu, kebun Belimbing ternyata memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat. Untuk mendorong masyarakat desa Ngringinrejo dan sekitarnya agar meningkatkan pengembangan agrowisata Belimbing

Dalam pembangunan dan berkembangnya masyarakat tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang berjalan dengan sendirinya, atau bahkan sebagai pemberian dari sang pencipta saja. Karena masyarakat akan mengalami perkembangan, baik secara positif maupun negatif meskipun dipahami sebagai akibat dari adanya usaha-usaha yang dilakukan pemerintah maupun inisiatif masyarakat sendiri dengan sengaja dilakukan agar menjadi desa yang makmur. Dengan memanfaatkan agrowisata tersebut para remaja mulai ikut serta dalam pengelolahaan wisata dan menjadikannya sebagai salah satu perekonomian masyarakat sekitar Desa Ngringinrejo.

Adapun yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam berkaitan dengan pengembangan agrowisata Kebun Belimbing sebagai pengembangan masyarakat adalah bahwa agrowisata Belimbing merupakan salah satu tempat wisata yang unik yang memiliki berbagai macam kelebihan seperti pemberdayaan masyarakat sekitar, yang mana warga sekitar agrowisata diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi, dengan berjualan makanana maupun dengan yang lainnya.

1 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal, 76.


(12)

B.Fokus Pendampingan

Fokus pendampingan ini adalah meningkatkan ekonomi melalui agrowisata Belimbing. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang dilakukan dengan metode pendampingan ABCD (Aset Based Community Development). Proses pendampingan ini pada masyarakat agrowisata Belimbing.

Fokus pendampingan ini lebih pada masyarakat yang bekerja dalam di agrowisata Belimbing serta melibatkan masyarakat sekitar, agar masyarakat bisa mengolah Belimbing dengan makanan lainnya. Untuk dijadikan oleh-oleh pengunjung agrowisata serta memanfaatkan Belimbing yang tidak dijual secara langsung.

C. Kajian Teori

1) Teori Perubahan Dalam Pendekatan Berbasis Aset

Pengembangan masyarakat ada dua yakni berbasis kelemahan dan pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistis dan kreatif dalam melihat realitas seperti melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang berkerja dengan baik dimasa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.2

Pendekatan ini lebih memilih cara pandang bahwa masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat diberdayakan.

Pendekatan berbasis kekuatan melihat relitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus diterapkan dalam konteks organisme hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting

2Christoper Dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development


(13)

dihidupkan dalam menciptakan perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja menggumpulkan apa yang memberi hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang member harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.

Aset adalah segala bentuk yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai disebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan.3 Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang mereka ingin capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif unutk mewujudkan visi mereka. Datangnya fasilitator pada komunitas mereka tidak hanya sekedar sebagai pengamat yang melihat keseharian mereka. Akan tetapi ikut berperan penting dalam mendorong pengelolahan agrowisata belimbing. Agrowisata kebun belimbing yang berada diwilayah Desa Ngringinrejo dengan adanya pembangunan tempat wisata untuk membangun keesadaran masyarakat dalam meningkatkan ekonomi serta memanfaatkan aset yang ada di wisata. Perlu adanya perhatian bukan fasilitator yang menjadi tokoh utama, akan tetapi masyarakatlah yang menjadi aktor penting untuk menuju perubahan yang diinginkan. Tugas fasilitator bagaimana membangun paradigma diantara mereka dan membangun masyarakat menjadi lebih baik.

2) Teori Manajemen Pengelolaan Aset

Setiap organisasi perusahaan swasta maupun pemerintah aset baik yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intagible). Setiap aset dan efesian sehingga aset tersebut dapat memberikan manfaat tertinggi bagi perusahaan. Istilah


(14)

manjemen aset mungkin jarang didengar atau mengatakan istilah menejemen dan aset secara terpisah. Manajemen yang dimaksud, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controling, sedangkan yang dimaksud dengan aset pada umumnya adalah kekayaan. Kekayaan itu bisa dalam bentuk kekayaan yang terwujud (fisik) maupun tidak terwujud. Aset adalah segala sesuatu yang memiliki nilai ekonomi yang dapat dimiliki baik oleh individu, perusahaan, maupun dimiliki pemerintah yang dapat dimiliki finansial.4

Berdasarkan pada pengelolaan aset fisik, secara definitif manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memadu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoprasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan efesien.

Majanemen adalah suatu proses yang diterapkan individu atau kelompok dalam upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bukunya George R. Terry manajemen adalah suatu proses yang membedakan atau perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5 Aset adalah

barang, yang didalam pengertian hukum disebut benda, terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud

(intangaible), yang tercakup dalam aktiva atau aset dari suatu instasi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan. 6

D.Dakwah Bil-hal Melalui Pengembangan Masyarakat Islam

4

http://Novian-hidayat-apprraisal.blogspot.co.id/2014/09/definisimanajemen-aset.html?m=1

5 George R. Terry dan Leslie W. Rue, 1996, Dasar-dasar Manjemen, (Bumi Aksara: Jakarta) hal, 2

6 Muchar Hidayat, 2012, Manajemen Aset (Privat atau Publik), (Laks Bang PRESSindo, Yogyakarta, 2012) hal,


(15)

Pengembangan masyarakat islam adalah susatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif modal pemecahan masalah umum pada bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perfektif Islam. Mentransformasikan dan melembagakan semua

segi ajaran islam dalam kehidupan keluarga, kolompok usaha (jama’ah), dan

masyarakat (ummah)7. Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

                                    

Artinya: Hay manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesengguhnya orang yang paling mulia diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 8

Kegiatan dakwah bil-hal lebih menekankan pada pengembangan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sesuai dengan tuntutan ajaran islam. Dakwah bil-hal selain meningkatkan taraf hidup secara materi juga merupakan meningkatkan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia biasanya disebut dengan pemberdayaan atau empowerment.

Pendampingan masyarakat desa Ngringinrejo merupakan salah satu dakwah bil-hal sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Pemikiran yang luas dan kritis dapat berguna menjadi sosial change. Perubahan sosial yang terjadi merupakan perubahan yang diawali dari masyarakat petani agrowisata untuk wilayah tersebut. Bagi masyarakat yang ingin merubah hidupnya yang aman, nyaman, tenang dan sejahtera itu semua tergantung mereka sendiri, mau berusaha dan bertindak.

7 Nahih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 29 8


(16)

Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya, haruslah berangkat dari diri masing-masing. Bukan semacam pembangunan model top down yang telah banyak terbukti kurang efektif dalam membangun masyarakat. Karena pembangunan masyarakat yang ideal menekankan keterlibatan masyarakat secara sadar dalam pembangunan.9 Pemanfaatan potensi pengetahuan pedagang tentu saja

digunakan sebagai alat untuk memberdayakan mereka sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.

Karakter dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan suatu masyarakat. Selain memiliki rasa tanggung jawab mereka juga harus memiliki sifat sebagai warga desa beriman yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-perintah-Nya. Begitu pula dengan sifat sabar dan penolong sesama manusia. Dengan begitu masyarakat memiliki ilmu pengetahuan dan pemikiran yang bisa merubah dan mengembangkan pembangunan yang ada di dalam desa mereka. Begitu pula dengan masyarakat agrowisata, mereka harus memiliki kreteria masyarakat ideal yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an, bahwasannya masyarakat harus memiliki jiwa yang beriman kepada Tuhan dan memiliki pemikiran yang inovatif. Semua ini harus diterpakan di dalam jiwa masyarakat desa Ngringinrejo. Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut tolak ukur agama Islam.

Dan tidak hanya itu dalam Al-Qur’an pun telah di ajarkan bahwasanya Allah Swt telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah Swt member kewenangan kepada

9 Nanih Mahendrawati, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung : PT Remaja Rosda


(17)

manusia untuk memanfaatkan segala sumberdaya yang ada dimuka bumi dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama, Allah berfirman :

                                                    

77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan..10

Dari arti diatas telah jelas bahwasanya dakwah yang seharusnya dilakukan umat muslim dimuka bumi ini adalah harus berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang teguh pada perintah maupun larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan manusia dengan Allah. Dengan begitu manusianya dapat serta mampu untuk memanfaatkan aset yang ada disekelilingnya dengan sebaik mungkin.

E. Pihak-Pihak Yang terlibat

Pihak-pihak yang terlibat berada dalam pengembangan masyarakat melalui agrowisata Belimbing Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut;

1. Perangkat (Ketua RT/RW)

Dalam proses pendampingan desa sangatlah penting. Karena tanpa perizinan dan persejutuan dari RT/RW dan perangkat lainnya peneliti tidak mungkin bisa terjun ditengah masyarakat dan melakukan pendampingan. Selain itu perangkat

10Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Volume 10, (Jakarta, Lentera


(18)

juga berperan dalam mengorganisir masyarakat setempat, dan masyarakat lebih muda terorganisir dikarenakan ada dukungan dan kepedulian perangkat terhadap masyarakat.

2. Masyarakat Petani Agrowisata Belimbing

Masyarakat disini merupakan pihak yang akan melancarkan kegiatan dari awal pendampingan sampai kepada tujuan yakni aksi. Karena peneliti mengetahui informasi, keluham harapan dan aset dari masyarakart sewaktu pendamping berlangsung.

3. Remaja

Selain keterlibatan remaja dalam membantu proses pendampingan, Remaja juga berperan aktif dan terlibat langsung dalam proses pendapingan dan penyusunan rencana program.

4. Kelompok KUB (Kelompok Usaha Bersama) Tulip.1

Dalam pendampingan ini tentu saja membutuhkan bantuan-bantuan dari kelompok masyarakat karena lewat kelompok ini itulah proses pendampingan akan lebih mudah dan lebih efektif dari pada berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan adanya perkumpulan ibu-ibu kelompok KUB itulah proses pendampingan akan lebih mudah. Kelompok Usaha Belimbing yang di pimpin oleh ibu-ibu PKK dalam mengelolah Belimbing segar menjadi olahan seperti dodol, sirup, kripik dan selai.


(19)

F. Agenda Pendampingan No. Nama

Kegiatan

Jadwal

Mei Juli Juni Agustus

1 Inkulturasi   1,5 Bulan

2 Discovery  1 Minggu

3 Dream  3 Pertemuan

4 Design  3 Pertemuan

5 Define  3 Pertemuan

6 Destiny   1 Minggu

7 Evaluasi  2 Pertemuan

8 Pelaporan  1 Bulan

Penjabaran tabel diatas adalah jadwal pendampingan masyarakat agrowisata Belimbing sebagai berikut:

1. Inkulturasi

Proses inkulturasi berlangsung selama hampir 1,5 bulan, lebih tepatnya dibulan Mei 2016. Banyak sekali yang dilakukan mulai dari wawancara, dan mengikuti kegiatan masyarakat agrowisata. Menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan proses pendampingan selanjutnya.

2. Discovery

Discovery ini terjadi pada tanggal 13 Mei 2016, proses ini lebih menekankan pada bagaimana proses pemaparan pengungkapan hal-hal yang


(20)

sudah ada dimasyarakat, berkaitan dengan meningkatkan ekonomi masyarakat agrowisata Belimbing.

3. Dream

Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan masyarakat dan menginkulturasikannya berbentuk gambar. Proses ini berlangsung pada tanggal 20 Mei 2016.

4. Design

Proses ini berlangsung pada tanggal 10 Juni 2016 proses ini merancang apa saja baik yakni hal yang di butuhkan baik itu pengetahuan, material, keuangan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi yang telah diilustrasikan pada minggu sebelumnya.

5. Define

Proses ini menentukan langkah- langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada tanggal 18 juni 2016 setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses pendampingan yang dilakukan agar efektif dan linier.

6. Destiny

Proses ini berlangsung selama 1 minggu pada tanggal 22 juli 2016 proses dimana masyarakat memulai bersama membangun impian mereka atas semua yang ditentukan pada proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed Community Development. 7. Evaluasi


(21)

Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 24 Juli 2016 sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni discovery hingga distinity.

8. Pelaporan

Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca dan dilihat agar menjadi relasi bersama. Serta sebagai bahan pendampingan membangun kesaran masyarakat dalam pengelolahan asset agrowisata Belimbing.

G.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada pengembangan masyarakat melalui agrowisata Belimbing Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro sebagaimana berikut:

BAB I :PENDAHULUAN

Membahas tentang realitas problematika yang ada di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, yang meliputi:

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Pendampingan C. Kajian Teori

D. Pihak-pihak Yang Terlibat

E. Agenda Pendampingan

F. Sistematika Pendampingan

BAB II: METODE DAN TEORI PENDAMPINGAN

Membahas metode pendampingan yang menjadi acuaan metode pendampingan yaitu:


(22)

A. Metode ABCD

B. Prinsip-prinsip Pendampingan C. Teknik-teknik pendampingan D. Langkah-langkah Pendampingan

BAB III: PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

Membahas tentang gambaran umum pendampingan yang meliputi realitas masyarakat Desa Ngringinrejo yaitu:

A. Letak Geografis B. Kondisi Demografis

C. Perekonomian Desa Ngringinrejo

D. Keagamaan

E. Pendidikan F. Kesehatan

G. Adat dan Kebudayaan

BAB IV: PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT AGROWISATA DESA NGRINGINREJO

A.Pendampingan Masyarakat Petani agrowisata B. Menemukan Asset Masyarakat Desa

1) Aset Manusia 2) Aset Fisik 3) Aset Lembaga 4) Aset Ekonomi

5) Pengelolaan Wisata Berbasis Aset

BAB V: HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT Membahas proses pendampingan tahap terakhir yakni:


(23)

A.Kejayaan masyarakat di masa lalu (Discovery)

B. Mengapai mimpi menuju perubahan C.Design kegiatan menuju perubahan

D.Monitoring, pembelajaran dan evaluasi pendampingan (Define)

BAB VI: REFLEKSI

Membahas tentang refleksi atas pendampingan yang dilakukan mulai dari proses pendampingan sampai akhir pendampingan.

A. Kegunaan Teoritis

B. Kegunaan Praktis atau Empiris C. Inkulturasi

D. Peran Fasilitator

BAB VII: PENUTUP

Membahas tentang penutup dari proses pendampingan yang meliputi kesimpulan perubahan proses dampingan ini, adanya saran serta rekomendasi atas pendampingan yang dilakukan.


(24)

BAB II

METODE PENDAMPINGAN

A. Asset Based Community Development (ABCD)

Pendampingan ini menggunakan pendekatan (ABCD) Asset Based Community Development, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh pemuda atau komunitas masyarakat. Masyarakat merupakan aset yang berharga bagi sebuah desa. Adanya pemuda merupakan generasi penerus untuk melanjutkan dan mengisi pembangunan yang berlangsung atau yang akan datang. beragaman masyarakat desa dapat digabungkan dengan melihat keterampilan atau potensi yang ada pada setiap masyarakat. Ketrampilan dari setiap masyarakat di jadikan satu dalam wadah kelompok ibu PKK.

Dengan adanya sebuah agrowisata bisa menjadikan sebuah kemajuan bagi masyaraka untuk mengembangkan desanya agar bisa meningkatkan ekonomi. Dan disebuah lembaga masyarakat bisa menjadikan perubahan yang berkelanjutan. Perubahan ini bisa mengikutkan partisipasi aktif bagi warga desa sehingga bisa mengetahui perubahan yang diinginkan dan bisa melanjutkan kedepannya. Warga desa juga bisa mengontrol pembangunan agrowisata yang ada didesa. Masyarakat desa juga ikut serta sebagai aktor berjalannya pengembangan agrowisata dengan dampingan pihak-pihak yang terkait. Dalam Metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan diantaranya:1

1. Discovery (Menemukan)

1Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development

and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 96-97 18


(25)

Proses menemukan kembali kesuksesan dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut yaitu entitas lokal.

Pendamping melakukan wawancara kepada masyarakat Petani agrowisata tentang berkembangnya usaha penanaman Belimbing. Wawancara tersebut dapat digiring untuk mengetahui aset dan potensi yang ada. Wawancara ini bersifat cerita antara masyarakat dengan pendamping sehingga yang banyak berbicara nantinya adalah masyarakat petani agrowisata.

2. Dream (Impian)

Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto.

Setelah melakukan wawancara kepada masyarakat agrowisata pendamping mulai mengetahui impian atau keinginan masyarakat Ngringinrejo. Setelah mengetahui keinginan atau impian maka langkah selanjutnya yaitu merancang sebuah kegiatan untuk memenuhi impian masyarakat.

3. Design (Merancang)

Proses di mana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.


(26)

Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui aset-aset yang ada pada masyarakat agrowisata. Aset yang terlihat di wilayah Desa Ngringinrejo adalah agrowisata Belimbing dan Jambu merah. Aset ini yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi impian masyarakat Desa Ngringinrejo.

4. Define (Menentukan)

Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan ‘pilihan topik positif’: tujuan

dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan. Pendampingan dengan masyarakat terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD). Pada Proses FGD pendamping dan masyarakat menetukan fokus pembahasan.

Fokus pembahasan yang akan dibahas berupa hal yang positif. Poses FGD tersebut bisa berjalan dengan lancar kalau sudah disepakati pembahasan yang akan dibahas dalam diskusi antara pendamping dan masyarakat Desa Ngringinrejo serta masyarakat sekitar agrowisata.

5. Destiny (Lakukan)

Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus

menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini merupakan fase akhir

yang secara khusus fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir adalah melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian masyarakat dari pemanfaatan aset. Selain untuk memenuhi impian masyarakat agar berkembangnnya agrowisata Belimbing bisa meluas.

Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. teori dijadikan pola pikir dalam memecahan suatu masalah yang ada masyarakat. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori Asset Based Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan


(27)

potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri.

B. Prinsip – Prinsip Penelitian Pendampingan

1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilakukan.2

2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has

nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing. Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan. 3

3) Partisipasi (Participation)

2Nadhir Salahuddin, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 21


(28)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. 4 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan.

Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

4) Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community drivendevelopment). Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of belonging) terhadap


(29)

pembangunan yang terjadi di sekitarnya.5 Didalam proses pendampingannya yang memanfaatkan Belimbing untuk menjadi sebuah olahan agar menambah ekonomi masyarakat.

5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka.6

Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat memiliki asset yang berupa agrowisata Belimbing dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan.

Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan dan

5Ibid, hal. 30-31


(30)

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.7

6) Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan pemberdayaan komunitas- masyarakat berbasis asset-kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai berikut 8:

1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.

2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. 3. Mengapresiasi cara pandang dunia.

4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal.

Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam

pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep “pembangunan

endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset kekuatan utama yang bisa

dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat.

Aset dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan.9 Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian

7Ibid, hal. 37

8 Ibid, hal. 41

9


(31)

dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun.

7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.

Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang. 10

C. Teknik-Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development (ABCD), antara lain:

1) Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang

10


(32)

sehat.11 AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik.

AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat danbekerja dengan baik dalam organisasi.

AI tidak penganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D.12 AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion

(FGD) yang dilakukan pada jenjangnya masing – masing. 2) Pemetaan Komunitas (Community Mapping)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka. .13

3) Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai

11 Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD Uin Sunan Ampel Surabaya, hal 46

12

Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD UIN Suanan Ampel Surabaya, (Surabaya: LP2M UIN Suanan Ampel Surabaya, 2015) hal, 47

13Christoper dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development


(33)

berikut: (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.14

4) Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion.15

Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat.

b. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.

c. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.

5) Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka seharihari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melaluil Leacky Bucket.16

6) Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan

14Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41

15Ibid, hal. 42

16Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community


(34)

aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan.17 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi sebagai peningkatan pendapat ekonomi masyarakat Desa Ngringinrejo itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.

D. Langkah-Langkah Pendampingan

Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan atau Purposeful Reconnaissance”. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen

kunci-memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:18

1. Tempat

2. Orang

3. Fokus Program

4. Informasi tentang Latar Belakang Tahap 2: Menemukan Masa Lampau

17Ibid, hal. 4I 18


(35)

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa carauntuk mengungkap (discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.19 Kenyataan bahwa masyarakat Ngringinrejo masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

1. Mengungkap (discover) sukses–apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

2. Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh komunitas.

Tahap 3: Memimpikan Masa Depan

1. Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang

masa depan mereka. Proses ini menambahkan energy dalam mencari tahu “apa yang

mungkin.”20

Tahap 4: Memetakan Aset

1. Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi

19Ibid, hal, 131 20


(36)

kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.21 Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:

a. Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumberdaya sekarang. b. Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi

komunitas.

Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.22

Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:

21Ibid, hal, 138 22


(37)

1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya)?

3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?23

23


(38)

BAB III

PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN

A. Letak Geografis

Agrowisata Belimbing terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, yang dikenal sebagai desa agrowisata Belimbing jaraknya kurang lebih 15 km ke arah barat untuk mencapai tempat ini. Desa Ngringinrejo adalah salah satu desa yang terletak di antara 24 desa di kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro dengan luas ±166,065 Ha. Desa Ngringinrejo luas agrowisata 65 %lahan, lahan pertanian 85 % ,lahan pemukiman 95% dari luas tanah. Dengan kondisi alam yang indah, maka desa Ngringinrejo dikelilingi oleh sungai bengawan solo, persawahan dan perumahan. Akan tetapi persawahan yang dekat dengan sungai akan mengalami kegagalan panen dikarenakan kiriman sungai bengawan solo.

Desa Ngringinrejo terletak sekitar 3-4 km dari jalan raya untuk lebih jelasnya adapun gambar atau peta.

Gambar 3.1: Peta desa Ngringinrejo

Sumber: Google Maps

Jadi jarak desa Ngringinrejo ke Kecamatan Kalitidu kurang lebih 2 kilo dapat ditempuh dengan sepeda motor 15 km. Batas-batas wilayah desa Ngringinrejo adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tentang komposisi batas wilayah 35


(39)

No. Batas Wilayah

1. Utara Kecamatan Trucuk Desa Modo

2. Selatan Desa Leran

3. Barat Desa Pumpungan

4. Timur Kecamatan Trucuk

Sumber: dokumentasi Desa Ngringinrejo Tahun 2013

Kecamatan Kalitidu terbagi menjadi 24 Desa yaitu: Tabel 3.2

No. Desa No. Desa

1 Bege 13 Ngujo

2 Brenggolo 14 Mojosari

3 Cengungklung 15 Ngraho

4 Grebengan 16 Ngringinrejo

5 Kalitidu 17 Panjunan

6 Katur 18 Pilangsari

7 Leran 19 Pumpungan

8 Mayanggeneng 20 Sumengko

9 Mayangrejo 21 Talok

10 Mlaten 22 Sudu

11 Mojo 23 Sukoharjo

12 Manukan 24 Wotanngare

Sumber: http://googleweblight.com

Sedangkan letak Agrowisata Belimbing berada di Desa Ngringinrejo, Desa Ngringinrejo terbagi menjadi tiga dusun yaitu Mejayan, Ngringin dan Dusun Margorejo. Jarak antara dusun satu ke dusun yang lain sangat berdekatan.


(40)

B. Kondisi Demografi

Keadaan demografis merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pembangunan dan peningkatan ekonomi yang berencana. Karena aspek demografis ini berkenalan langsung dengan penduduk dan berbagai komposisi serta kekayaan alamnya yaitu asset.

Wilayah Desa Ngringinrejo seluas ±166,065 Ha yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Mejayan, Dusun Ngringin dan Dusun Margorejo yang terbagi menjadi 11 Rukun Tetangga (RT) dan 5 Rukun Warga (RW) dengan total keseluruhan jumlah penduduk 2123 jiwa dengan rincian 1046 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1077 berjenis kelamin perempuan dengan mata pencaharian yang masih didominasi oleh pekerjaan di sektor pertanian sebanyak 567 orang, kemudian karyawan dari perusahaan swasta menduduki peringkat kedua dengan jumlah 28 orang dan sektor perdagangan menduduki urutan ketiga dengan jumlah 21 orang. Adapun penggunaan lahan Desa Ngringinrejo mayoritas digunakan untuk lahan sawah dan lahan perkebunan rakyat dengan prosentase sebesar 48,36 persen dan 23,78 persen.

C. Mata Pencaharian Penduduk

Perekonomian merupakan salah satu aspek yang terpenting karena untuk mengetahui tingkat perekonomian dan kesejahteraan. Karena bagaimanapun perekonomian itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti halnya perekonomian masyarakat desa Ngringinrejo yang mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, dan petani Belimbing, pedagang.

Masyarakat Desa Ngringinrejo hampir 90% mereka adalah petani akan tetapi ada juga yang buruh tani adalah yang mempunyai lahan sempit. Sedangkan perdagangan umumnya merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian kecil petani


(41)

kaya. Sektor perdagangan yang ada adalah pedagang perancang atau warung. Sebagian hasil bumi, mereka membeli hasil pertanian para pertanian para petani desa yang kemudian dijual ke kota. Pedagangan prancang, yakni dengan membuka warung di depan rumah dan menjual kebutuhan sehari-hari. Diantaranya sembako, makanan kecil, obat-obatan, dan lain-lain. Ada juga pedagang makanan yang menyediakan bakso, nasi pecel, nasi campur dan lain-lain.

D. Keagamaan

Masyarakat Ngringinrejo yang berada di desa cenderung rukun dan ramah tamah terhada sesama tetangga. Mereka merasa keluarga sendiri, tidak membeda-bedakan dengan yang lain. Walaupun ada beberapa rumah yang sebelahnya diberi pagar pembatas akan tetapi mereka masih menjaga kerukunan antar tetangga. Apabila tetangga ada yang kesulitan, rumah sampingnya segera menanyakan apa yang terjadi. Seperti adanya kebiasaan tetangga berkumpul di depan rumah dan pada hari biasanya tidak terlihat, maka sorenya di tanyakan ke tetangga lain atau mereka melihat kerumahnya takutnya tetangga tersebut mengalami sakit atau kesulitan yang lain.

Dengan mayoritas masyarakat Desa Ngringinrejo beragama Islam. Aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh bapak-bapak, tahlilan ibu-ibu serta diba'an para remaja. Walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Desa Ngringinrejo masih aktif dan berjalan seperti biasanya, kecuali kalau mau bulan Ramadhan kegiatan tersebut diliburkan dan dilanjutkan setelah hari raya ketupat. Dengan kegiatan keagamaan tersebut tidak kemungkinan tradisi yang dianut masih sangat kental.

Tabel 3.3 Sarana Peribadatan


(42)

Sumber data: wawancara oleh nana pada 1 juli 2016, jam 13.00

Gambar 3.2: Masjid Al-Fattah

Gambar dan tabel di atas menunjukan bahwa tempat peribadatan yang ada di Desa Ngringinrejo, ada 3 masjid yang terletak disetiap dusun, musholla ada 9. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Ngringinrejo mayoritas memeluk Agama Islam.1

E. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah prioritas dalam kehidupan begitu juga masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya dunia pendidikan bagi generasi muda, mereka mengutamakan pendidikan baik formal maupun non formal bagi anak-anak mereka. Guna untuk menciptakan generasi yang memiliki ilmu yang bermanfaat khusunya bagi masyarakat desa Ngringinrejo. Jarak antara sekolah dengan rumah sangatlah dekat karena sekolah berada di tenggah-tenggah perkampungan, jadi banyak para orang tua menyekolahkan anak-anaknya ketempat yang dekat dengan rumah agar tidak malas serta ada juga pengawasan dari para orang tua. Berikut sekolahan yang ada di Desa Ngringinrejo yaitu: SMPN 2 Kalitidu, SDN

1

Hasil wawancara dengan Nana, salah seorang remaja desa pada tanggal 15 Juni 2016.

1. Masjid 3


(43)

Ngringinrejo, MI Mamba'ul Huda semua didirikan guna untuk menciptakan agar menjadi generasi muda yang berpendidikan.

Gambar 3.3: SMP N 2 Kalitidu

F. Kesehatan

Kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas seseorang. Apabila tingkat kesehatan masyarakat baik maka etos kerjapun akan maksimal. Begitupun sebaliknya apabila tingkat kesehatan masyarakat rendah etos kerjapun bisa menurun. Adanya fasilitas umum dalam hal kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat. Fasilitas tersebut digunakan untuk tempat pelayanan kesehatan masyarakat sehari-hari. Kesehatan masyarakat yang baik menjadi prioritas utama disetiap desa. Desa Ngringinrejo merupakan salah satu desa yang jauh dari pusat kota. Walaupun jauh dari pusat kota tingkat kesehatan masyarakat setempat bisa dikatakan baik.

Sarana kesehatan yang ada di tenggah-tenggah desa yang terletak di sebelah balai desa yaitu POLINDES di desa Ngringinrejo yang masih aktif digunakan posyandu balita maupun lansia juga tersedia yag dilaksanakan sebulan sekali. dari hasil observasi wawancara lapangan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa kehidupan yang terkait kesehatan sangat diperhatikan, khususnya kesehatan jasmni dan rohani.


(44)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Adanya fasilitas kesehatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena letak Puskesmas jauh dari Desa. Jika masyarakat ada yang sakit maka bisa berobat gratis di POLINDES. Adanya layanan obat gratis ini bisa membantu masyarakat dalam segi ekonomi. Hal ini diperlukan karena bisa meringankan biaya pengeluaran untuk berobat.

G. Adat dan kebudayaan

Masyarakat Desa Ngringinrejo merupakan masyarakat jawa yang tidak lepas dengan adat-istiadat, mitos, dan kearifan lokal (local wisdom) yang hingga saat ini masih dipercayai dan dilestarikan oleh masyarakat sebagai bukti untuk menghormati warisan budaya yang telah ditinggalkan nenek moyang terdahulu. Bahkan masyarakat jawa menganggap tradisi yang diwariskan keluhur mereka menjadikan jalan untuk menuju keselamatan dan keberkahan di dunia ini.

Masyarakat Desa Ngringinrejo memiliki beberapa adat-istiadat dan kebudayaan yang sampai saat ini dijalankan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Megengan

Megengan biasanya dilakukan menjelang minggu trakhir di Bulan Sya’ban.

Dalam tradisi, megengan juga dimanfaatkan untuk sesepuh ahli kubur yang telah mendahului. Megengan juga diwarnai dengan tradisi ungkapan rasa syukur (syukuran) dengan membagi-bagi makanan ke tetangga yang masih saudara. Megenngan biasanya dilaksanakan dengan cara kondangan atau (mengundang


(45)

orang-orang sekitar ke rumah) ataupun berkumpul bersama dimushola terdekat. Tradisi ini ditandai dengan upacara selametan ala kadarnya untuk menandai akan masuknya bulan puasa yang di yakini sebagai bulan suci atau khusus.

2.Tingkepan

Tingkepan upacara tingkepan (miton) adalah upacara adat jawa yang dilakukan saat seseorang wanita tengah hamil 7 bulan pada upacara ini. Pada upacara ini,

wanita tersebut akan dimandikan air kembang dengan diiringi panjatan do’a dari

sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga proses persalinannya nanti. Biasanya para tetangga akan memberikan sedekah secukupnya untuk menjalin silaturrahim. Setelah itu dari pihak keluarga yang mempunyai hajatan akan memberikan imbalan atau beberapa makanan untuk dibawa pulang oleh para tamu. Ada hal yang tidak terpisahkan dari tingkepan ini dikalangan masyarakat Ngringinrejo yaitu selalu membuat dan memberikan rujak manis kepada para tamu yang hadir untuk bersedekah.2

3.Manganan atau Sedekah Bumi

Manganan merupakan budaya orang jawa yang dalam pelaksanaannya melibatkan banyak orang atau bisa dikatakan di ikuti oleh seluruh warga dalam satu dusun di sebuah desa. Kegiatan ini merupakan wujud syukur atas karunia hasil pertanian yang melimpah dan mereka berharap agar hasil panen selanjutnya hasilnya akan lebih baik, juga meminta perlindungn dari bencana alam yang bisa merusak tanaman pertanian mereka.3

Masyarakat desa Ngringinrejo mereka biasanya berkumpul dimakam sesepuh desa atau tokoh yang dituakan di dusun. Dengan membawa selengser makanan dan

2 Hasil wawancara dengan Bu Zainab, salah satu warga desa pada tanggal 15 Juni 2016.


(46)

jajanan tradisional sampai ayam pangang. Dan setelah kumpul semua sesepuh desa

atau yang mendo’akan kegiatan manganan tersebut, dan setelah itu makanan

tersebut di bagikan ke masyarakat atau bertukar makanan ke satu orang dengan orang yang lainnya. Malam selanjutnya biasanya diadakan acara wayang karena itu sudah tradisi sejak nenek moyang dan sampai sekarang masih di budayakan agar tidak hilang adat istiadatnya.


(47)

BAB IV

PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT AGROWISATA DESA NGRINGINREJO

A. Pendampingan Masyarakat Petani Agrowisata

Awal pendampingan ini dimulai dari, inkulturasi dan melakukan observasi ke lokasi pendampingan yang akan didampingi, supaya mengetahui lokasi secara real seperti apa lokasi dan kondisi fisik yang akan di dampingi, kemudian meminta izin kepada Kelurahan desa Ngringinrejo dan juga kepada seketaris desa agar proses pendampingan bisa berjalan dengan lancar. Penulis mengajukan proposal pendampingan kepada jurusan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat.

Tahap awal melakukan wawancara kepada masyarakat dan perangkat desa setempat, menggali dari sekitar lokasi pendampingan. Fasilitator memilih untuk mendampingi asset berkembangnya Agrowisata Belimbing. Fasilitator mendatangi tempat agrowisata Belimbing Ngringinrejo salah satu tempat yang akan di dampingi, kebetulan disana ketemu salah satu seorang Bapak Edi Sujono yang berjualan tiket masuk wisata beserta nana pemuda Desa setempat. Mereka sedikit bercerita tentang sejarahnya agrowisata, beliau juga memiliki tujuan untuk mengenalkan kepada wisatawan tentang berkembangnya wisata. Selain itu kita juga melakukan pendekatan terhadap suatu stuktur masyarakat baik secara formal maupun non formal. Maka dari itu untuk masuk kedalam suatu masyarakat kita harus mendapat izin terlebih agar masyarakat bisa percaya dan yakin kepada kita.

Awal bulan Mei April 2016, fasilitator melakukan pendampingan pada masyarakat petani agrowisata. Fasilitator melakukan inkulturasi terhadap masyarakat agrowisata, dengan tujuan membangun kepercayaan masyarakat,


(48)

memperkenalkan diri kepada masyarakat. Masyarakat agrowisata ini memiliki asset yang baik untuk dikembangkan agar nantinya bisa diperbaiki ekonomi masyarakat. Desa Ngringinrejo sangat terkenal dengan desa wisata, akan tetapi masyarakat kurang bisa memanfaatkan Belimbing menjadi olahan makanan. Seperti yang diungkap Bapak Edi sujono atau akrap dipanggil mbah jono (65).

“Nak kene ibu-ibu e kurang semangat gae olahan Belimbing, soal e wong-wong seneng dodol langsung nak pengunjung. Karno waktu gae gawe olahan panganan kurang, dadi mereka gak iso ngalami gae sirup dan dodol,, makae wong

e dodol Belimbing langsung ke pengunjung”.1 (Disini ibu-ibu kurang semangat

membuat olahan Belimbing, soalnya mereka senang menjual secara langsung ke pengunjung. Karena keterbatasan waktu untuk membuat olahan kuliner berkurang, jadi mereka tidak bisa mengalaminya membuat sirup dan dodol, sehingga mereka menjual langsung ke pengunjung).

Padahal dulu ada yang memanfaatkan Belimbing menjadi olahan makanan dan minuman agar bisa mengembangkan usaha mereka, agar mereka bisa menjual ke pengunjung atau dititipka ke toko terdekat.

B. Menemukan Asset Masyarakat Desa

Asset yang memiliki masyarakat adalah kekuatan yag sangat berharga untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perubahan sosial. Tujuan dari pemetaan asset adalah supaya masyarakat belajar memahami kekuatan yang sudah mereka miliki, kemudian apa yang bisa dilakukan baik mulai dari sekarang dan mengerti siapa diantara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya.

Diwilayah tempat agrowisata terdapat beberapa asset yang bisa digunakan untuk memperlancar pendampingan berbasis aset.

Gambar 4.6: FGD

1Hasil wawancara dengan Mbah Jono, salah satu penjual tiket masuk agrowisata pada tanggal 10 Juni 2016,


(49)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dengan berlangsungnya kegiatan FGD pada tanggal 25 Juli 2016 pukul 18.25 di kediaman ibu Sumiyati. Yang hadir dalam FGD ibu Sumiyati, ibu Zainab, ibu Susi, ibu Rukayah, mbak Dian, aset tersebut bisa digunakan untuk sebuah kegiatan yang berdampak langsung kepada masyarakat melalui ibu-ibu PKK yang ada diwilayah agrowisata. Aset dan potensi yang dimiliki masyarakat Desa Ngringinrejo. Menemukan kembali aset yang dimiliki masyarakat dengan cara mengetahui kesuksesan masyarakat dalam mengembangkan potensi desa wisata. Diwilayah tempat agrowisata terdapat beberapa asset yang bisa digunakan untuk memperlancar pendampingan berbasis aset.

a. Aset Manusia

Sumber daya manusia, adalah merupakan pengelolaan agrowisata, oleh karena SDM yang dibutuhkan di samping harus memiliki latar belakang pendidikan dibidangnya, harus pula memiliki pengalaman yang luas dalam mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan komoditas usaha pertanian yang disajikan sebagai komoditi daya tarik wisata pengelolaannya. Faktor pengetahuan yang luas dalam bidang pertanian, keterampilan dalam bercocok tanam, sikap terhadap pekerjaan yang ditangani harus menjadi bagian penting bagi SDM yang bekerja pada pengusahaan agrowisata. Para petani Belimbing memiliki skill dalam


(50)

bercocok tanam perlu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang ilmu tanaman, tumbuhan untuk pengembangan informasi kepada pengunjung.

Aset yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perananya sebagai makhluk sosial. Potensi yang dimaksud bisa diartikan sebagai ketrampilan, karena ketrampilan menjadi aset penting sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Yang terpenting adalah pengetahuan masyarakat dalam menjalankan perubahan yang ada. Seperti kelompok ibu-ibu PKK yang mempunyai semangat tinggi dalam meningkatkan ekonomi serta ikut mengembangkan desa wisatanya, ibu-ibu setiap 2 minggu sekali membuat olahan dari buah Belimbing yang dijadikan dodol, sirup, selai dan kripik.

Sejak di bangunnya agrowisata masyarakat mulai melakukan pengelolaan kebun Belimbing agar menjadi lebih berkembang. Dengan cara mereka melakukan merawat, membersihkan serta mereka mengairan agar menjadi subur. Dalam memahami adanya pengembangan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa merupakan aset yang mereka miliki, adapun kegiatan ibu-ibu PKK dalam melakukan pengelolahaan sirup dan sari Buah.

Gambar 4.7: Pembuatan Sirup Belimbing


(51)

Gambar di atas kegiatan mereka membuat olahan Belimbing yang akkan dijadikan sirup dan sari Belimbing. Dengan pengelolaan Belimbing yang dibuat sirup dan lainnya nantinya akan menambah perekonomian masyarakat sekuitar agrowisata dan bisa dijadikan oleh-oleh khas agrowisata.

b. Aset Fisik

Aset fisik disini berarti sumberdaya yang bersifat fisik, biasanya lebih dikenal dengan lingkungan sekitar agrowisata kebun Belimbing. Dalam hal ini keadaan fisik yang ada di tempat wisata Belimbing terdepat beberapa aset yang perlu kita kembangkan. Untuk kemajuan wilayah agrowisata ini merupakan aset yang terpenting dalam aset fisik yag dimiliki oleh masyarakat. Karena aset tersebut kita dapat mengambil dampak positifnya yakni masyarakat akan mengalami perubahan segi sosial dan ekonomi. yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5: Asset

No Asset Keterangan

1 Gazebo 17 Buah

2 Lapangan 1 Buah

3 Tempat Parkir 3 Buah

4 Toilet 2 Buah

5 Musholla 2 Buah

6 Toko 36 Buah

Dari tabel diatas bahwa ada beberapa asset yang mendukung dalam agrowisata Belimbing Ngringinrejo. Seperti adanya Gazebo, tilet dan musholla yang dibangun akan membuat kenyamanan bagi pengunjung yang berwisata.

Petani agrowisata Belimbing ada 104 dengan jumlah keseluruhan ada 9.604 pohon yang dikelola oleh masyarakat asli warga desa Ngringinrejo dan sekitarnya.


(52)

Setiap orang mempunyai 48 pohon Belimbing dalam satu petak. Dalam satu tahun mereka akan panen Belimbing 3 kali, sekali panen mereka mendapatkan buah sekitar 30-50 kg. Hasil dari panen Belimbing mereka akan menjual secara langsung ke pengunjung. Karena banyaknya pengunjung yang kini datang ke perkebunan Belimbing ini, terkadang pemilik kebun kehabisan buah Belimbing sehingga terpaksa membeli buah Belimbing dari sesama pemilik kebun yang berada di luar lokasi perkebunan.

Pertanian agrowisata ini yang dikelola oleh kelompok Tani Mekar sari yang mana setiap beberapa minggu sekali ada pertemuan antara warga yang terlibat dalam pengelolaan Belimbing karena agrowisata saat ini mulai rame dengan datangnya wisatawan yang datang maka dari itu kelompok Tani telah berdiskusi tentang bagaimana pengelolaan yang benar agar bisa menjadi desa wisata yang telah diimpikan masyarakat.

c. Aset lembaga

Bahwa kunci pertama dari keberasilan program pemberdayaan masyarakat adalah apabila dapat mendorong lahirnya aktivitas lokal atau kegiatan-kegiatan di masyarakat.2 Dalam konteks ini, bagi program pengembangan masyarakat, bahwa

bantuan atau pendampingan dari luar harus diposisikan hanya stimulan belaka tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh pihak luar itu stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diintervensi program tersebut tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal ini tersebut dapat berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya diselenggarakannya program pemberdayaan

2Muhtadi Tantan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Press,


(53)

masyarakat; yakni masyarakat dapat berdaya dan menolong diri sendiri dalam menghadapi hambatan dan kendala yang dihadappinya.3

Dalam pengembangan agrowisata kelompok ibu-ibu PKK mempunyai peran penting dalam dalam pengembangan agrowisata. Karena mereka mempunyai tanggung jawab atas adanya pengelolaan buah Belimbing segar menjadi olahan makananan. Karena telah dilihat dari hasil panen Belimbing yang melimpah. Mereka memanfaatkan buah Belimbing dijadikan olahan makanan yang berupa Kripik, selai sirup dan sari buah. Dengan terbentuknya kelompok akan lebih memudahkan untuk pengolahan berbagai produk. Dalam kegiatan ini memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan peran besar dalam kegiatan agrowisata. Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stekholder terkait dalam pengusahaan agrowisata sangatlah penting dan menjadi faktor kunci keberhasilan dalam pengelolaan agrowisata.

d. Aset Ekonomi

Agrowisata yang dibina secara baik dengan memperhatikan dan mendasarkan kepada kemampuan masyarakat, akan memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat, dalam bentuk pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, kesempatan berusaha. Beberapa keuntungan ekonomi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Peningkatan pendapatan masyarakat yang dihasilkan melalui berbagai kegiatan penjualan seperti bibit buah Belimbing, buah-buahan Belimbing, Jambu Air, Jambu biji, baik yang dijual secara langsung kepada pengunjung. Khususnya pendapatan


(54)

langsung yang dihasilkan dari pembelian langsung oleh wisatawan di lokasi agro, memberikan dampak yang cukup luas terhadap kelangsungan dan keberadaan agrowisata.

Karena kalangan masyarakat tidak hanya bercocok tanam akan tetapi mereka mempunyai usaha berjualan di tempat agrowisata, untuk penambahan penghasilan. Karena ditempat wisata rame pengunjung jadi cocok untuk berdagang. Seperti kuliner makanan, minuman serta lainnya.

Lek setiap hari iso ngentokno 500 tiket melbu nak agrowisata, tapi lek wayah musih libur opo musim mari dino bodho ido ngentekne 1.000 luwih tiket, regoe tiket mulai wulan juli mundak Rp.2000/uwong. Sangking akeh e wong seng rekreasi, sampek karyawan tiket kuwalahan, lah kui kabeh iso nambah ekonomi petani agrowisata.4 (Kata mbah jono setiap hari mereka bisa menghabiskan 500 tiket masuk untuk ke agrowisata, akan tetapi pada saat musim libur maupun setelah hari raya mereka bisa menghabiskan 1.000 lebih, harga tiket mulai bulan Juli naik menjadi Rp.2.000/orang. Dengan melonjaknya wisatawan yang banyak, sampai pegai tiket kualahan, itu semua akan menambah ekonomi petani agrowisata.)5

Dari hasil pemasukkan dari penjualan tiket masuk dan, uang di putar dengan membangunnya papingisasi disetiap jalan masuk tempat agrowisata dan dibuat untuk membenahi drainace. Agrowisata Belimbing dibuka setiap hari untuk umum sebagai obyek wisata mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00 WIB. untuk harga tiket masuk hanya Rp.2.000 per orang, bagi dewasa maupun anak-anak tidak ada perbedaan. Pengunjung bisa masuk dan menikmati keindahan pepohonan Belimbing dan para wisatawan juga bisa memetik buah Belimbing secara langsung.

Gambar 4.9 : Tiket masuk agrowisata

4Wawancara dengan mbah jono pada tanggal 22 Juni 2016 (pukul 11.13 WIB).

5


(55)

Sumber: Dokumentasi

Jadi bagi wisatawan yang masuk bisa puas menikmati keindahan pepohonan Belimbing sekaligus bisa membeli langsung buah yang telah disediakan. Setiap hari pengunjung agrowisata kurang lebih 500-700 orang akan tetapi di waktu liburan seperti hari raya maupun hari besar akan bisa menghabiskan karcis sebanyak 1.000 lebih. Jika dlihat Karena banyaknya pengunjung yang datang.

Dengan tersedianya tempat parkiran yang luas berada didepan pintu agrowisata, pengunjung bisa mengeluarkan uang Rp. 2.000 untuk biaya parkir sedangkan untuk mobil ditarik Rp.5.000 saja.

Gambar 4.10: Tiket parkir dan parkiran


(56)

Dengan parkiran yang luas akan menjadi kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Dengan hasil pengelolaan tiket maupun parkiran dana yang akan dipergunakan unttuk mengembangkan fasilitas agrowisata seperti pembangunan jalan menuju agrowisata itu dibutuhkan dana yang cukup agar dengan di renovasi agrowisata bisa menjadi lebih baik dan bisa menjadi kenyamanan bagi pengunjung agrowisata.

e. Pengelolaan Wisata Berbasis Aset

Dengan adanya agrowisata ini masyarakat ikut serta dalam mengelola tempat atau lahan pertanian yang ada didalam agrowisata. Petani agrowisata setiap hari merawat buah Belimbing dengan cara menyirami atau pengairan setiap kali musim kemarau agar pepohonan Belimbing menjadi segar dan subur, dan agar berbuahnya semakin besar. Selain itu pengelola agrowisata selalu membangun dan merenovasi seperti halnya pembangunan gazebo, mck, musholla, toilet dan papingisasi setiap masuk dalam agrowisata.Pengelolaan buah Belimbing tidaklah mudah karena butuh tenaga yang banyak dan ketlatenan. Menurut mbak susi (49) salah satu penjual Belimbing.

Iya carae mbak lek ngrawat buah Belimbing iki yo di airi ngo desel, dipupuk urea, Belimbing e iseh pentil kui ya di bungkus i soal e lek gak dibungkus i dipangani uler. Dadi tiap hari karo nunggui Belimbing karo iso dodol yo kudu tuku Belimbing nak wong liyo, soal e tiap hari akeh wong seng nak wisata seng teko. (dengan cara ngrawat buah Belimbing di air i dengan menggunakan desel, dipupuk urea, Belimbing dalam keadaan masih kecil harus dibungkus i agar tidak dimakan ulat. Jadi setiap hari agar bisa jualan mereka membeli buah Belimbing ke orang lain, karena setiap hari banyaknya wisatawan yang datang). 6

Pengelolaan Agrowisata Menurut Tirawinata dan Fachruddin dan Halida, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata, yaitu: 7

6

Hasil wawancara dengan bu susi, salah seorang pedagang Belimbing pada tanggal 1 juli 2016 pukul 12.30 WIB.

7 Jurnal Perencanaan lanskap bagi pengembangan Agrowisata di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu


(57)

1. pengelolaan objek yang ditawarkan, pengelola harus mengerti apa yang ditonjolkan serta kekhasan objek, sehingga wisatawan mendapat kesan mendalam dan tidak mudah terlupakan.

2. pengelolaan pengunjung.

3. pengelolaan fasilitas pendukung. kelengkapan kebutuhan prasarana dan sarana memberikan kemudahan bagi wisatawan.

4. keamanan, bertujuan untuk melindungi objek dan fasilitas serta keselamatan pengunjung.

5. pengelolaan kelembagaan, dimana tiga komponen yang menentukan dalam pengembangan Usaha agrowista adalah pemerintah (memberikan pembinaan dan penyuluhan yang dapat mendorong pengembangan objek agrowisata), pengusaha (lembaga pengelola objek wisata lebih lanjut), serta pihak pelaksana profesional untuk menangani masalah teknis di lapang. Pengelolaan pengunjung dalam rangka pengembangan agrowisata berkaitan dengan:

a. Konsep menarik pengunjung.

Segmen pasar yang akan diraih perlu melakukan perjalanan wisata untuk mencari perbedaan yang ada pada lingkungannya perlu diperhatikan sehingga kesan monoton dapat dihindari. Peningkatan mutu pengelolaan untuk menghindari kejenuhan wisatawan dapat dilakukan dengan memperbanyak ragam jenis paket acara yang ditawarkan, menambah koleksi tanaman atau hewan yang ada atau merubah penataan.

b. Tata tertib bagi pengunjung.

Pengklasifikasian wisatawan berdasarkan motivasinya dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pengaturan. Macam motivasi dapat berupa rekreasi biasa, yaitu kunjungan yang bertujuan untuk melepas lelah atau bersantai. Widya wisata merupakan kunjungan singkat yang bertujuan untuk berwisata dan mempelajari objek yang ada, serta


(58)

penelitian berupa kunjungan dengan tujuan untuk meneliti suatu objek. Objek agrowisata dengan areal yang sangat luas memerlukan peraturan yang lebih khusus untuk mengendalikan pengunjung. Sistem pengawasan dapat dilakukan dengan membuat peraturan bagi pengunjung yang akan mengelilingi objek. Pengelolaan agrowisata harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat.

2. Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan dari areal, termasuk lingkungan alaminya dan upaya konservasinya.

3. partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya.

4. Dorongan meningkatkan upaya konservasi. Masyarakat hendaknya melindungi atau menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan. Wisata ekologi biasanya tanggap dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti mengidentifikasi burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta memberikan penghargaan atau fasilitas kepada pihak yang membantu melindungi lingkungan.

Dengan dibantunya dari masyarakat sekitar agrowisata masyarakat maupun pemuda ikut andil dalam pengelolaan agrowisata karena tidak adanya campur tangan mereka tidak bisa mengelolanya. Seperti dengan dibangunnya tugu agrowisata untuk menarik wisatawan pemuda karang taruna ikut terlibat alam pembangunan agar nantinya bisa menjadi desa wisata.


(1)

igilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

agrowisata Kec. Ngringinrejo, Kab. Bojonegoro. Karena agrowisata banyak aset dan potensi yang mereka miliki agar bisa menjadi lebih baik untuk dikembangkan. Pemuda dan masyarakat sekitar seharusnya dapat memanfaatkan kondisi yang ada disekitar lingkungannya. Dan pemuda berperan penting dalam meningkatkan jiwa sosial dan ekonomi yang ada di desa.

D. Peran Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok ibu-ibu PKK untuk memahami tujuan bersama dan membantu mereka untuk membuat rencana, guna mencapai tujuan yang dinginkan bersama tanpa mengambil posisi tertentu dalam suatu diskusi. Sebagai fasilitator kita tidak boleh memaksakan kehendak dan bukan kita yang menyelesaikannya masalah mereka. Akan tetapi peran fasilitator disini yaitu membangkitkan motivasi dan rangsangan dengan pengenalan isu-isu yang ada disekitar, menganalisis (melakukan identifikasi atas alternative-alternative yang dikemukakan oleh masyarakat dan juga dapat memberikan masukan-masukan).

Kita hanya bisa berusaha untuk memahami permasalahan mereka dan menumbuhkan kegiatan masyarakat untuk melakukan perubahan. Fasilitator dan metode-motedo pemberdayaan masyarakat ini dibutuhkan pertama kali dalam kerja pendampingan. Pada tanggal 15 juli fasilitator dan ibu Rukayah megajak ibu-ibu yang berada di Desa Ngringinrejo untuk diskusi bersama atau FGD (Forum Group

Discasion) yang berbarengan dengan acara membuat kripik Belimbing. Karena

tanpa dibarengi dengan ibu-ibu yang berkumpul maka susah untuk di ajak berdiskusi, fasilitator mempersilahkan mengutarakan apa yang dikeluhkan para warga.


(2)

Masyarakat Ngringinrejo terkenal dengan wisata Belimbing, karena hampir satu dusun masyarakatnya petani Belimbing. Dari hasil diskusi tanggal 15 Juli 2016 masyarakat sepakat untuk menghidupkan kembali atau membuat olahan belimbing untuk dijadikan makanan atau kuliner khas Bojonegoro atau desa wisata Ngringinrejo. Dan membuat toko atau tempat khusus makanan khas Agrowisata Belimbing.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB VII PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upaya pengembangan agrowisata dengan menggunakan metodologi ABCD di tempat penelitian Desa Ngringinrejo, Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro dengan mengembangkan usaha pembuatan olahan Belimbing sebagai salah satu pendapatan dalam peningkatan ekonomi yang diinginkan oleh masyarakat sendiri. Hal ini sudah nampak nantinya akan menjadi salah satu cara peningkatan ekonomi masyarakat.

Pendampingan ini nantinya akan memberikan transformasi sosial kedepanya untuk lebih berdaya akan perekonomianya dari pendapatan pengelolaan makanan dari Belimbing, dan juga bisa merubah meanset masyarakat mengenal akan potensi yang dimilikinya. Kedepanya masyarakat bisa memanfaatkan aset sebagai alat untuk mewujudkan mimpi yang selama ini dinginkan dengan mensejahterakan dirinya sendiri dan menghapus ketergantungan terhadap orang lain. Petani Agrowisata Belimbing memiliki potensi alam dan sosial budaya yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata dengan daya tarik wisata agro berwawasan lingkungan.

Dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui Petani Agrowisata, dilakukan tidak hanya untuk upaya konservasi kawasan lahan marginal, tetapi sebagai upaya pelestarian lingkungan, juga meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menjadikan desa sebagai daerah tujuan wisata. Sejak


(4)

resmi dijadkan sebagai agrowisata, pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah, banyak yang datang berkunjung ke sana. Penduduk desa mendapat manfaat dari kedatangan wisatawan tersebut, baik secara materi maupun pengalaman berintraksi dengan wisatawan yang datang.

B. SARAN

Proses pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator dalam hal pemberdaayaan masyarakat Desa Ngringinrejo tentunya memberikan kontribusi yang lebih bagi masyarakat luas, mahasiswa, pemerintah dan beberapa pihak lainnya dalam melakukan pendampingan dengan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan bisa meningkatkan kesejahteraan, terutama bagi kalangan masyarakat petani agrowisata maupun masyarakat lainnya. Bagi pemerintah, fasilitator ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberdayaan masyarakat diwilayah pedesaan yang masih jauh dari kesan sejahtera. Bagi mahasiswa pendampingan ini bisa dipakai rujukan untuk pendampingan yang berbasis pemanfaatan aset atau potensi yang dimiliki komunitas.

Pendampingan ini memakai metode pendampingan ABCD (Asset

Based Community Development). Pendampingan ini sangat bermanfaat

untuk digunakan dalam poses pendampingan karena dengan melihat potensi yang dimiliki maka akan termotivasi untuk merubah agar lebih baik lagi dengan potensi yang dimilikinya


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afandi Agus, dkk, 2014, Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.

Al-Qur’an dan terjemah hal. 845 Q.S. Al-Hujarat : 13

Dereau Christoper, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013)

Terry R George, dkk, 1996, Dasar-dasar Manjemen, (Bumi Aksara: Jakarta)

Jurnal Perencanaan lanskap bagi pengembangan Agrowisata di Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu Kabupaten Magelang diakses pada tanggal 22 Agustus 2016 pukul 05.13. Karya, 2012

Hidayat Muchar, 2012, Manajemen Aset (Privat atau Publik), (Laks Bang PRESSindo, Yogyakarta,

Salahuddin Nadir, dkk, 2016. Panduan KKN ABCD Uin Sunan Ampel Surabaya

Machendrawaty Nahih, 2001, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Shihab Quraish, 2002, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Volume 10,(Jakarta, Lentera Hati.

Soetomo, 2009, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zubaedi, 2003, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik , Jakarta: Kencana Prenada Media Group

WAWANCARA

Hasil wawancara dengan bu susi, salah seorang pedagang Belimbing pada tanggal 1 juli 2016 pukul 12.30 WIB.

Hasil wawancara dengan Bu Zainab, salah satu warga desa pada tanggal 15 Juni 2016. Hasil wawancara dengan Mbah Jono, salah satu penjual tiket masuk agrowisata pada tanggal 10 Juni 2016, pukul 13.05 WIB.