BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP.
BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
KHAIRUL ANAM MH NIM: B03211012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015
(2)
i
BIMBINGAN KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
KHAIRUL ANAM MH NIM: B03211012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Konsep ... 5
F. Metode Penelitian ... 10
1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 10
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 11
3. Jenis dan Sumber Data ... 12
4. Tahap-tahap Penelitian ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisis Data ... 18
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18
G.Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II : Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Bagi Wanita Karir ... 21
A.Bimbingan Konseling Islam ... 21
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 21
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 23
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 24
4. Langkah Bimbingan Konseling Islam ... 25
5. Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 27
6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 30
7. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam ... 31
B. Terapi Realitas ... 36
1. Pengertian Terapi Realitas ... 36
2. Tujuan Terapi Realitas ... 38
3. Teknik Terapi Realitas ... 39
4. Peran Konselor Dalam Terapi Realitas ... 40
C. Wanita Karir Dan Keluarga Harmonis ... 42
1. Pengertian Wanita Karir ... 42
2. Ciri-Ciri Wanita Karir ... 43
3. Pengertian Keluarga Harmonis ... 44
4. Ciri-Ciri Keluarga Harmonis ... 46
(7)
BAB III : PENYAJIAN DATA ... 52
A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 52
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52
2. Deskripsi Konselor ... 61
3. Deskripsi Klien ... 62
4. Deskripsi Masalah ... 65
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
1. Deskripsi Data Tentang Upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 67
2. Deskripsi Data Dari Bentuk Kegiatan-Kegiatan Wanita Karir Setelah Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 74
BAB IV : ANALISA DATA ... 77
A.Analisis Data Tentang Upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 77
B.Analisis Data Dari Bentuk Kegiatan-Kegiatan Wanita Karir Setelah Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep ... 84
BAB V : PENUTUP ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan konseling. Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.1
Bimbingan karir atau jabatan merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu siswa dalam memecahkan masalah karir untuk memperoleh penyesesuian diri yang sebaik-baiknya, baik pada waktu itu maupun pada masa yang
1
Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) hal. 285
(9)
2
akan dating. Bimbingan karir bukan hanya memberikan bimbingan jabatan, tetapi memepunyai arti yang lebih luas, yaitu memberikan bimbingan agar siswa dapat memasuki kehidupan, tata hidup, dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan diri dari kehidupan sekolah menuju dunia kerja.2
Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat develop mental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang dari pada pilihan okupasional. Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan.
Wanita karir juga merupakan sebagai dasar pembagian tanggung jawab yang
ditetapkan secara sosial dan kultural, “dimana dalam dunia Barat laki-laki dan
perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkan sesuai dengan bakatnya untuk bisa berkarir dengan laki-laki, begitu juga untuk
menjadi pemimpin.”3
Wanita sebagai ibu rumah tangga berhak meniti karirnya berdasarkan profesionalisme yang dimiliki, namun seorang wanita tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anak di lingkungan keluarga terutama dalam pembinaan agama anak. Karena ayah dan ibu adalah orang tua si anak sebagai pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pisik maupun psikis.
2
Anas salahudin, bimbingan dan konseling, (Bandung: pustaka setia, 2010). Hal: 115
3
(10)
3
Al-Ghazali pernah mengatakan bahwa : Anak adalah merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapaknya, hatinya yang masih murni itu merupakan permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran apapun ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya dan ia akan condong ke arah mana dia kita condongkan.
Keterangan diatas menunjukkan besarnya peran wanita dalam dunia kerja tetapi dunia kerja sangat tidak ramah terhadap wanita, salah satunya dengan menempatkan mereka pada posisi sekunder seperti di pabrik sepatu dimana wanita hanya bertugas untuk memasukkan sepatu dalam kardus. Sedang posisi primer atau yang penting dalam sebuah perusahaan selalu dipegang oleh pria. Wanita ditempatkan pada posisi skunder karena munculnya anggapan wanita cenderung lebih pasif dan memiliki intelektual lebih rendah dibanding dengan pria. Hal tersebut mengakibatkan pekerjaan yang hanya membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kerapian, dan biasanya hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan setiap hari selama bertahun-tahun.4
Sehingga peneliti menyusun penelitian ini dengan judul “BIMBINGAN
KONSELING ISLAM BAGI WANITA KARIR DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI DESA CANGKRENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP”.
4
(11)
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana upaya Bimbingan Konseling Islam Bagi wanita karir dengan terapi realitas dalam menciptakan keluarga yang harmonis di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep?
2. Apa saja bentuk kegiatan-kegiatan wanita karir setelah proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui upaya-upaya Bimbingan Konseling Islam bagi wanita karir dengan terapi realitas dalam menciptakan keluarga yang harmonis di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
2. Mendiskripsikan bentuk kegiatan-kegiatan wanita karir setelah proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
(12)
5
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Segi teoritis.
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam peran wanita
karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga.
b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa metode ilmu bimbingan dan konseling
islam mempunyai peranan dalam menangani masalah tentang wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga.
2. Segi praktis.
a. Penelitian ini diharapkan bisa mengetahui tentang upaya wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani wanita karir dalam menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita
(13)
6
Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
Adapun rincian definisinya adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam.
Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan sesuatu aktivitas.5
Dalam pandangan Farid Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam makalahnya mengatakan bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum Islam).6
5
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problem remaja, (Jakarta: kalam mulia, 2002). Hal: 80-82
6
Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. (Jakarta: Rosda, 1999). Hal: 65-67
(14)
7
Ada beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan Bimbingan Konseling diantaranya ialah :
اوُنَمآ َنيِذَلا ََِإ ٍرإسُخ يِفَل َناَسنِإْا َنِإ
اِب اإوَصاَوَ تَو ِتاَِِاَصلا اوُلِمَعَو
ِإبَصلاِب اإوَصاَوَ تَو ّقَإِ
ِرصَعلاَو
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling
menasehati supaya mengamalkan kesabaran”.7
2. Pengertian wanita karir.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir berasal dari kata karir (belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemampuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.8 Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan
seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecipung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh
7
Qs. Al-Ashr Ayat : 1-3
8
S.C. utami Munandar, Wanita Karir Tantangan dan Peluang , “Wanita dalam masyarakat
Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan”. (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), Hal: 301
(15)
8
keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan. 9
Wanita karir adalah wanita yang menekuni dan mencintai sesuatu atau beberapa pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relatif lama, untuk mencapai sesuatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan. Umumnya wanita karir ditempuh oleh wanita di luar rumah, sehingga wanita karir tergolong mereka yang berkiprah di sektor publik. Disamping itu, untuk berkarir berarti harus menekuni profesi tertentu yang membutuhkan kemampuan, kapasitas, dan keahlian dan acap kali hanya bisa diraih dengan persyaratan telah menempuh pendidikan tertentu.10
3. Definisi Keluarga Harmonis.
Keluarga Harmonis adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan Harmonis adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Keharmonisan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan.
9
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta, English Press, 1991). Hal: 125
10
Muhammad Albar, Wanita Karier dalam Timbangan Islam, Kodrat Kewanitaan, Emansipasi dan Pelecehan Seksual, terjemahan Amir Hamzah Fachrudin. (Jakarta: Pustaka Azzam. 1999). Hal: 89.
(16)
9
Maka menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat yang senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.11
Murdock mengatakan dalam bukunya “social structure” menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Murdock, 1965)
4. Ciri-ciri keluarga yang harmonis
Adapun ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia adalah:12
a. Kesatuan Dengan Sang Pecipta.
b. Kesatuan Dengan Alam Semesta.
c. Komitmen.
d. Adanya Umpan Balik.
e. Kerjasama f. Saling Percaya.
11Sri Lestari, psikologi keluarga “penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga”.
(Jakarta: Prenada media group). Hal: 05-06
12
mozakibimbingankonseling.blogspot.com/2013/04/konsep-keluarga-bahagia-makalah-mk-bk.html.
(17)
10
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahan-permasalah muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.13
Jadi pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dihadapi oleh konseli secara menyeluruh yang di deskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi secara umum. Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian studi kasus (case study), studi kasus merupakan pendekatan yang penelaahannya pada studi kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.14 Studi
kasus juga merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data,
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). hal. 60
14
(18)
11
mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memilki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya. Studi kasus dapat terdiri dari atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah dan lain sebagainya. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan studi documenter, tetapi semuanya difokuskan kea arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.15
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seorang wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga, yang mengalami kurang percaya mengakibatkan rasa cemburu oleh suaminya sendiri disebut klien, sedangkan konselornya ialah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama Khairul Anam.
Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi sasaran klien sasaran oleh peneliti, ialah : Ibu Anggun (nama samaran). Sedangkan dia berlokasi di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal: 64
(19)
12
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan proses konseling.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder.16 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan
lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, dan perilaku keseharian klien. b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.17
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan konseling dan konselor yang memberikan konseling.
16
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif
(Surabaya: Universitas Airlangga,2001), hal. 128.
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 129.
(20)
13
2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari Wanita Kariri Ibu An (nama samaran).
4. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan yang sudah dirumuskan bog dan taylor yang dikutip dalam buku Lexy J Meleong, tahapan tersebut antara lain:
a. Tahap pra lapangan.
Dalam tahap pra lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus ditempuh oleh peneliti, antara lain yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
1) Menyusun Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian disebut juga usulan penelitian atau proposal penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan pengumpulan data, rancangan analisis data dan pegesahan keabsahan data, kemudian proposal tersebut diseminarkan.
2) Memilih lapangan Penelitian.
Dalam menentukan lapangan penelitian, peneliti perlu
(21)
14
kemudahan memperoleh perizinan untuk melakukan penelitian di lapangan.
3) Mengurus perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian, pada umumnya yang berwenang ialah kepala Desa ditempat, tergantung dimana peneliti melaksanakan penelitian. Dan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengurus perizinan antara lain: kelengkapan surat tugas, identitas diri seperti KTM dan lain-lain.
4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
Untuk menjajaki dan menilai keadaan lapangan peneliti melakukan wawancara, observasi terhadap klien. Tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, atau kondisi alam lokasi yang diteliti.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, dan ia bersifat sukarela menjadi anggota penelitian walaupun hanya bersifat informal.
(22)
15
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik dan mental perlu disiapkan pula peralatan lain seperti alat tulis, alat dokumentasi seperti kamera atau tape recorder.18
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahapan ini peneliti melakukan pendekatan dengan klien melalui wawancara dan observasi serta mencari tahu informasi. Dan beberapa hal yang dilakukan dalam tahap pekerjaan lapangan antara lain, memahami latar penelitian, melakukan persiapan diri dilapangan serta berperan serta mengumpulkan data.
c. Tahap Analisa Data
Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan baik berupa wawancara, observasi kemudian peneliti menyajikan data yang telah didapatkan, yang bertujuan untuk mendeskripsikan upaya wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep dan mendeskripsikan apa saja bentuk kegiatan-kegiatan wanita karir di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
18
(23)
16
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.19
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan)
Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, lingkungan (site) yang diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.20
b. Wawancara
Dalam penelitian ini yang akan digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dan peneliti akan mudah dalam pelaksanaan wawancara tidak terstruktur ini, dalam pelaksanaan wawancara peneliti lebih mudah menggali informasi dan membuat responden nyaman dalam proses pelaksanaan wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 224
20
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika 2011), hal. 131-132
(24)
17
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.21
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2009).22
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, patung, film dan lain-lain. Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.23
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 233
22
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika 2011), hal. 143
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 240
(25)
18
6. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi
teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbngkan
menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa factual dan realistic. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan hasil dan pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.24
Adapun data yang akan dianalisis adalah: Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data, sehingga memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa keabsahan data antara lain:
24
(26)
19
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Peneliti
dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari
kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subyek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.25
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. 26
25
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 327-328
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 240
(27)
20
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini, peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:
a. Bagian Awal.
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka peneliti menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: Bagian awal terdiri dari: judul penelitian
(sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan tim penguji, motto,
persembahan, pernyataan otentitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.
b. Bagian Tengah.
Dibagian ini terdapat beberapa bab dan isi diantaranya: Pendahuluan, Kajian Pustaka, Penyajian Data, Analisa Data, Kesimpulan Dan Saran.
c. Bagian Akhir.
(28)
21
BAB II
Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas
Bagi Wanita Karir Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga
A.Kajian Teoritik
1. Bimbingan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Secara etimologis, bimbingan dan konseling islam merupakan sebuah akronim dari istilah yang berasal dari bahasa inggris dan bahasa arab. Istilah bimbingan konseling berasal dari bahasa inggris Guidance and counseling. Kata guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.27 Di samping itu, guide juga bisa berarti mengarahkan to direct,
memandu to pilot, mengelola manage, menyetir to steer. 28
Sedangkan menurut Thohari Musnamar, bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah pemberian bantuan kepada individu agar hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat. Dengan demikian bimbingan dan konseling islam
27
HM. Arifin, Pokok-pokok pikiran tentang bimbingan dan penyuluhan agama di sekolah dan di luar sekolah, (jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18
28
Syamsul Yusuf dan A. Juntika Nurhisan, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Rosdakarya, 2005), hal. 5
(29)
22
merupakan proses bimbingan sebgaimana proses bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran islam artinya berlandaskan
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.29
Pengertian bimbingan konseling islam menurut M. Arifin ialah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa yang akan datang.30
Dari uraian diatas, dapat simpulkan bahwa tentang pengertian bimbingan konseling islam adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu yang memiliki masalah dalam hidupnya sehingga dengan bantuan tersebut ia dapat menyelesaikan masalahnya dengan potensi diri yang dimiliki secara optimal dengan cara mengacu pada nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga tercapaii kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
29
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 2
30
Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasa Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (IAIN Sunan Ampel Surabaya : Fakultas Dakwah, 1992), hal. 10
(30)
23
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Tujuan Bimbingan Konseling Islam secara umum adalah membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.31
Dengan demikian, secara singkat tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Tujuan Khusus
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhrat.
2) Tujuan Khusus
(a) Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya (klien) mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat perkembangan yang optimal.
(b) Mampu memecahkan masalahnya sendiri.
(c) Mempunyai wawasan yang lebih realitas serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.
31
Ahmad Mubarrok, Konseling Agama Teori Dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana Parwira, 2002), hal. 89
(31)
24
(d) Baik menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
(e) Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
(f) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan prilaku yang salah. 32
Jadi, secara umum tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Adapun fungsi bimbingan konseling islam antara lain adalah sebagai berikut:
1) Fungsi pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konelor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
2) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak. Sesuai dengan ayat Al-Qur’an yaitu:
32
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konsling dalam Islam, (Yogyakarta: UI PRESS, 2004), hal. 36
(32)
25
3) Fungsi preserfative yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi Development atau pengembangan yaitu membantu individu
memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
d. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Dalam pemberian bimbingan dikenal dengan adanya langkah-langkah sebagai berikut ini :
1) Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langlah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus-kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.
2) Langkah Diagnosa
Langkah diagnosa merupakan langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.
(33)
26
3) Langkah Prognosa
Langkah prognosa merupakan langkah yang digunakan untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan digunakan untuk membimbing kasus. Langkah prognosa ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkannya masalah beserta latar belakangnya.
4) Langkah Terapi
Merupakan langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan kepada konseli dengn teknik yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami konseli.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana konselor bisa melihat dan menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai, dan juga mengetahui kekurangan dan keefektifan proses konseling yang telah dilakukan.
(34)
27
6) Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini merupakan tahap yang disebut juga sebagai tahapan tindak lanjut, yakni langkah yang akan diambil setelah mengetahui hasil evaluasi.33
e. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam
Adapun unsur-unsur konselor sebagai berikut :
1) Konselor
Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.34
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai berikut:
(a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
(b) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, kreatif, dan ramah.
(c) Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian (profesional) serta berwawasan luas dalam bidang konseling. 35
33
I. Djumhur Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance & Counseling), (Bandung: CV. Ilmu 1975), hal. 104-105
34
Latipun, Psikologi Konseing, (Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55
35
Syamsul Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80
(35)
28
2) Konseli
Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.36 Disamping itu
klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh kepribadian klien itu sendiri.37
Menurut Kartini Kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:
(a) Terbuka
Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.
(b) Sikap Percaya
Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya,
36
Sofyan S willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111
37
Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hal. 14
(36)
29
percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya kepada siapa-pun.
(c) Besikap Jujur
Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.
(d) Bertanggung Jawab
Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.38
3) Masalah
WS. Winkel menyataan masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai sesuatu. Bentuk kongkret dari hambatan atau rintangan itu bermacam-macam, misalnya: godaan, gangguan dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup.39
38Ibid
, hal. 14
39
W.s Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan Di Sekolah Menengah,
(37)
30
f. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam
Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yan menjadi pegangan di dalam proses Bimbingan Konseling Islam. Prinsip-prinsip itu ialah:
1) Bahwa nasehat dalam amar ma’ruf nahi munkar adalah satu pilar agama
yang merupakan pekerjaan mulia.
2) Pekerjaan konseling islam harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah yang dikerjakan semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah. 3) Tujuan konseling islam adalah mendorong agar selalu berjalan di jalan
Allah dan menjauhi segala larangannya.
4) Meminta dan memberi bantuan dalam hal kebaikan hukumnya wajib bagi setiap orang yang membutuhkannya.
5) Proses bimbingan konseling islam harus sejalan dengan syariat islam.
6) Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan
memutuskan perbuatan baik yang dipilihnya. 40
40
Aswadi, Iyadah Dan Ta’ziyah, Prespektif Bimbingan Konseling Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 32
(38)
31
g. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam
Adapun asas-asas bimbingan konseling islam sebagai berikut : 1) Asas kebahagiaan dunia akhirat
Bimbingan konseling islam bertujuan akhirnya adalah membantu klien atau konseli, yakni orang yang di bimbing, mencapai kebahagiaan hidup yan senantiasa didambakan oleh setiap muslim.
Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya merupakan kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahaiaan yang abadi, yang amat banyak.
2) Asas Fitrah
Bimbingan dan konseling islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia menurut islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.
(39)
32
3) Asas lillahi ta’ala
Bimbingan dan konseling islam diselenggarakan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari sas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yan harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.
4) Asas bimbingan seumur hidup
Manusia hidup betapun tidak ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan.
5) Asas kesehatan jasmani dan rohaniah
Manusia dalam kehidupannya didunia merupakan satu kesatuan jasmaniah-rhaniah. Bimbingan dan konseling islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhuk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata.
(40)
33
Bimbingan dan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
6) Asas keseimbangan rohaniah
Dalam asas ini, orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi juga tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.
Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensinya tersebut, bukan hanya mengikuti hawa nafsu semata.
7) Asas kemaujudan individu
Bimbingan konseling islam, berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seorang individu merupakan suatu maujud tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensi
(41)
34
rohaniahnya. Artinya individu mampu merealisasikan dirinya secra optimal, termasuk dalam mengambil keputusan.
8) Asas sosialitas manusia
Dalam bimbingan konseling islam, sosialitas manusia diakui dan diperhatikan dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalm batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme dan masih banyak pula hak alam yang harus dipenuhi oleh manusia. Begitu pula hak Tuhan.
9) Asas kekhalifahan manusia
Manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus
memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem
kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Disitulah fungsi bimbingan konseling islam untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.
10) Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, islam mengehendaki
(42)
35
manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Tuhan.
11) Asas pembinaan akhlaqul karimah
Dalam asas ini, bimbingan konseling islam membantu klien atau yang dimbimbing memelihara, membangun, menyempurnakan sifat-sifat yang baik.
12) Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan konseling islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan konseling islam akan berhasil.
13) Asas saling menghargai dan menghormati
Dalam bimbingan konseling islam kedudukan konselor dan konseli pada dasarnya sama atau sederajat. Perbedaannya hanya saja terletak pada fungsinya yakni pihak yang satu memberikan bantuan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling
(43)
36
menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.
14) Asas musyawarah
Bimbingan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara pembimbing dengan yang dibimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lainnya, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.
15) Asas keahlian
Bimbingan konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersbut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan konseling maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan konseling.
2. Terapi Realitas
a. Pengertian Terapi Realitas
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku
sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa dibantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiriataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan
(44)
37
mental. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu identitas keberhasilan, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga, dan perkembangan masyarakat.41
Hal-hal positif dari terapi realitas menurut latipun (2001) adalah, mudah dipahami, nonteknis, didasarkan atas pengetahuan masyarakat, dan efisien waktu. Selanjutnya corey (2009) menyebutkan bahwa ada tujuh ciri-ciri terapi realitas yaitu :
1. Menolak konsep penyakit mental.
2. Berfokus pada tingkah laku sekarang, bukan pada masa lalu. 3. Menekankan pertimbangan nilai.
4. Tidak menekankan transferensi.
5. Mengacu pada aspek kesadaran bukan aspek ketidak sadaran.
6. Menghapus konsep pemberian hukuman.
7. Menekankan tanggung jawab pada diri individu.
41
Gerald Corey, teori dan praktek konseling & psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama 2009). Hal: 263-264
(45)
38
Demikianlah ciri-ciri terapi realitas yang membedakannya dari pendekatan yang lain.42
b. Tujuan Terapi Realitas
Secara luas tujuan dari terapi realitas adalah mencapai identitas keberhasilan (success identity). Bagaimana individu mampu mencapainya? Tentu saja ketika ia telah dapat memikul tanggung jawab, yaitu kemampuan untuk mencapai kepuasan terhadap kebutuhan dasarnya. Ringkasnya adalah ketika individu telah mampu memuaskan kebutuhan dasarnya, maka di saat yang bersamaan ia akan bertanggung jawab.
Tujuan lain terapi realitas menurut corey (2009) adalah membantu individu mencapai otonomi. Otomi yaitu kematangan emosional yang diperlukan individu untuk mengganti dukungan eksternal (dari luar diri individu) dengan dukungan internal (dari dalam diri individu). Kematangan emosional juga ditandai dengan kesediaan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
Apabila dirumuskan secara jelas, maka berikut ini adalah beberapa tujuan terapi realitas, yaitu:
1 Menjelaskan kepada klien hal-hal yang menghambat terbentuknya keberhasilan identitas.
2 Membantu klien menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam terapi.
42
Namora Lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (jakarta: PRENADA MEDIA GROUP. 2011). Hal: 183-185
(46)
39
3 Klien dapat melaksanakan rencana-rencananya secara mandiri tanpa diberi treatment.
Hal terpenting yang harus disampaikan oleh konselor terhadap klien sebagai bagian dari tujuan terapi adalah bahwa terapi sama sekali tidak bertujuan untuk menciptakan kebahagian bagi klien. Kalau pun ada kebahagiaan, hal tersebut bukanlah esensi dari tujuan terapi yang ingin dicapai. Konselor harus menyampaikan bahwa kebahagian klien terletak pada cara berpikir klien menyikapi hal tetentu dan keberaniannya mengambil keputusan secara bertanggung jawab.43
c. Teknik Terapi Realitas
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien.
2. Menggunakan humor.
3. Mengonfrontasikan klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan.
43
Namora Lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (jakarta: PRENADA MEDIA GROUP. 2011). Hal: 188-189
(47)
40
4. Bertindak sebagai model dan guru.
5. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi. 6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realitas. Dan
8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh pendekatan-pendekatan terapi lain. Para psikiater yang mempraktekkan terapi realitas tidak menggunakan obat-obatan dan medikasi-medikasi konservatif, sebab medikasi cenderung menyingkirkan tanggung jawab pribadi.44
d. Peran Konselor Dalam Terapi Realitas
Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan. Glasser (1965) merasa bahwa, ketika terapis menghadapi para klien, dia memaksa mereka itu untuk memutuskan apakah mereka akan atau tidak akan menempuh jalan yang bertanggung jawab. Terapis tidak membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para klien, sebab tindakan demikian akan
44
Gerald Corey, teori dan praktek konseling & psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama 2009). Hal: 277-278
(48)
41
menyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki. Tugas terapis adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.45
Tidak ada satupun literatur yang menyebutkan peran dan fungsi konselor pada pendekatan eklektik secara spesifik. Beberapa literatur hanya menyebutkan bahwa peran dan fungsi konselor sesuai dengan konsep teori yang digunakannya dalam menangani kasus klien. Konselor dapat berperan secara bervariasi, seperti: konselor, psikiater, guru, konsultan, fasilitator, dan advisor. Misalnya, adalah seorang konselor eklektik pada suatu ketika menggunakan pendekatan behavioristik, maka ia harus berfungsi sebagai guru, pengarah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator, selanjutnya berperan sebagai mesin perkuatan bagi kliennya (lihat kembali pembahasan behavioristik). Tetapi disaat yang lain apabila konselor eklektik menggunakan pendekatan realitas, maka ia berfungsi sebagai guru dan berperan sebagai pembimbing bagi klien.
Menciptakan suasana konseling yang kondusif dan efektif juga merupakan hal yang semestinya turut diperhatikan oleh konselor. Pencapaian tujuan konseling bukan hanya di dukung oleh keefektifan pendekatan yang
45
Gerald Corey, teori dan praktek konseling & psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama 2009). Hal: 270
(49)
42
digunakan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh sikap konselor dan situasi konseling yang menimbulkan perasaan nyaman bagi klien.46
3. Wanita Karir Dan Keluarga Harmonis a. Pengertian Wanita Karir
Wanita karir adalah wanita yang mempunyai kesibukan selain kesibukan rumah tangga, baik itu dilakukan di dalam rumah atau diluar rumah, baik itu bersifat bisnis atau sosial. Hanya saja, pada umumnya wanita karir itu hanya dihubungkan dengan wanita yang bekerja dan menghasilkan uang saja. Sebenarnya wanita karir melakukan aktifitasnya karena didorong oleh keinginan untuk maju, ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, ingin mendakwahkan ajaran agamanya, ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain atau karena motivasi tertentu.
Kaum wanita karir pada umumnya menolak anggapan bahwa mereka menanggung berbagai beban berat karena merangkap dua beban sekaligus. Apakah naluri keibuannya tidak terganggu oleh karir mereka? Mereka menjawab, kami justru menemukan keasyikan tertentu dalam menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan merasa lebih energik ditempat kerja. Argumentasi ini memang menjadi kontroversi yang sulit menemukan titik akhir.
46
Namora Lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (jakarta: PRENADA MEDIA GROUP. 2011). Hal: 192
(50)
43
Keterlibatan wanita dalam bidang pekerjaan bukan sebagai akibat faktor biologi atau kemajuan teknologi. Menurut beberapi ahli, memang dari kodratnya manusia itu berinisiatif untuk bekerja. Tetapi pikiran ini bukan berarti menetralkan kenyataan yang ada. Perlu kita akui bahwa dewasa ini teknologi begitu berpengaruh pada kehidupan keluarga. Alat-alat elektronik canggih yang tersedia dapat dipakai pria-wanita, tanpa ada perbedaan lagi.47
b. Ciri-ciri Wanita Karir
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir berasal dari kata karir (belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemampuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan yang memberikan harapan untuk maju.48 Selain itu kata karir
selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecipung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).49
Beberapa ciri wanita karir:
a. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.
47
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, “peranan ayah dalam keluarga”. (jakarta: Rineka Cipta. 1990). Hal: 181
48
S.C. utami Munandar, Wanita Karir Tantangan dan Peluang , “Wanita dalam masyarakat
Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan”. (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), Hal: 301.
49
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Press, 1991). Hal: 125
(51)
44
b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik dibidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya. c. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita yang menekuni sesuatu yang atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.50
c. Keluarga yang harmonis
Pengertian keluarga harmonis adalah terjalinnya komonikasi yang baik antara suami istri. Kebayakan orang berpendapat bahwa sebuah keluarga itu akan harmonis ketika mendapat keturunan, tapi ternyata itu tidak menjamin. karena keharmonisan datang dari pribadi masing-masing suami istri. Dimana mereka bisa menyelesaikan semua urusan rumah tangga, bermusyawarah dalam menghadapi segala hal, saling mengingatkan dan saling melengkapi.
50
Omas Ihromi, “Wanita Bekerja dan Masalah-Masalahnya” dalam Toety Hearty Nurhadi dan Aida Fitalaya s. Hubeis (editor), Dinamika Wanita Indonesia seri 01: Multidimensional, (Jakarta: Pusat Pengembangan sumberdaya Wanita. 1990). Hal: 38
(52)
45
Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuan sosial bersilang pendapat mengenai rumusan definisi keluarga yang bersifat universal. Salah satu ilmuan yang permulaan mengkaji keluarga adalah George Murdock. Dalam bukunya social structure, Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Murdock, 1965). Melalui surveinya terhadap 250 perwakilan masyarakat yang dilakukan sejak tahun 1937.
Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended family). Jumlah tersebut terdapat 192 sampel masyarakat hanya memiliki informasi yang lanyak, sebanyak 47 masyarakat hanya memiliki tipe keluarga inti, 53 masyarakat juga memiliki tipe keluarga poligami selain keluarga inti, dan 92 masyarakat juga memiliki tipe keluarga batih. Berdasarkan penelitiannya tersebut Murdock menyatakan bahwa keluarga inti merupakan kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga menjalankan empat fungsi universal dari keluarga, yaitu seksual, reproduksi, pendidikan, dan ekonomi.51
51
Sri Lestari, Psikologi keluarga “penanaman nilai dan penanganan konflik dalam
(53)
46
d. Ciri-ciri Keluarga Harmonis.
Ciri – ciri keluarga bahagia adalah keluarga yang selalu mempunyai tegang rasa yang baik antar sesama anggota keluarga, tidak saling curiga, saling bantu membantu, tidak mudah terpengaruh dengan isu-siu luar yang bisa merusak keharmonian keluarga. Keluarga bahagia, keluarga yang didalamnya terdapat berbagai persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi itu semua dihadapi dengan kepala diingin dan dengan komunikasi yang baik, antar sesama anggota keluarga keluarga, istri dengan suami, anak dengan ibu, anak dengan ayah, martua dengan menantu, dan anggota lain yang ada dikeluarga.
Adapun Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia adalah :
a. Kesatuan dengan Sang Pencipta.
Setiap manusia dan unit kesatuan manusia semestinya memelihara keterikatan dengan Tuhan Sang Pencipta. Keterikatan ini sesungguhnya bersifat alamiah. Antara manusia dan Tuhan telah terjadi perjanjian primordial, yaitu manusia bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Para ahli psikologi menyederhanakannya dengan istilah religious instinct. Bila keterikatan alamiah ini dipelihara, maka manusia berada dalam posisi mempertahankan dan memelihara
(54)
47
fondasi kepribadiannya. Dalam kehidupannya, ia memperoleh ketenangan, rasa cinta, dan kasih sayang.
b. Kesatuan dengan alam semesta (terutama manusia).
Setiap manusia dan unit kesatuan manusia semestinya memiliki keterikatan dengan sesama manusia dan alam semesta. Kesatuan dengan alam semesta ini sesungguhnya merupakan perwujudan dari amanat yang diterima setiap manusia untuk menjadi pengganti Tuhan di bumi. Keluarga yang memiliki keselarasan dengan lingkungannya akan memperoleh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dari lingkungannya. Semua itu akan memberikan sumbangan yang besar bagi ketenangan, cinta, dan kasih sayang dalam dada mereka. Tanpa kesatuan dengan sesama manusia dan lingkungan alam, keluarga sering berada dalam ancaman keresahan dan kekhawatiran.
c. Komitmen Berkeluarga.
Individu-individu yang pertama kali membentuk keluarga memiliki niat dan itikad untuk membentuk, mempertahankan dan memelihara pernikahan. Komitmen utama adalah bagaimana keluarga bertahan. Di sini suami dan istri memiliki niatan untuk mempertahankan keluarga dalam situasi apapun dan juga berupaya mengoptimalkan fungsi keluarga untuk memenuhi tanggung jawab vertikal maupun horisontal. Biar gelombang menerjang dan gunung berguguran, komitmen mempertahankan pernikahan tetap dipegang
(55)
48
teguh. Sebagaimana diungkapkan Florence Isaacs (Hanna D. Bastaman, 2001), pernikahan yang awet ditandai oleh niat dan itikad untuk mempertahankan pernikahan.
d. Kerjasama.
Agar keluarga dapat berjalan secara optimal, semestinya mereka saling bekerjasama. Suami membantu istri dan anak. Istri membantu suami dan anak. Anak membantu bapak dan ibunya. Masalah kerjasama atau kekompakan ini akan berkembang bila mereka mengupayakan untuk melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama. Salah satu medan kerjasama atau kekompakan adalah dalam hal mendidik anak. Kultur masyarakat masa lalu dan juga masa kini sering menempatkan wanita sebagai pihak yang bertanggung jawab mendidik anak. Kesalahkaprahan ini sangat sering terjadi. Laki-laki pun banyak yang merasa tidak bersalah saat mereka bulat-bulat menyerahkan tanggung jawab mendidik anak kepada istri, atau malah kepada baby sitter, pembantu rumah tangga, atau kepada televisi. Bahkan, pembantu pun menyerahkan ke peminta-minta di jalanan (sebagaimana terjadi di Bandung beberapa waktu lalu).
e. Saling Percaya.
Pembentukan keluarga (baca: pernikahan) diawali oleh kesalingpercaya-an. Masing-masing pihak –suami dan istri-- percaya bahwa satu sama lain akan melakukan usaha agar jalinan kesatuan di
(56)
49
antara mereka dapat mengantarkan mereka menjadi bahagia dan sejahtera. Bila kepercayaan ini dijaga, maka kehidupan berkeluarga dapat dipertahankan. Bila kepercayaan tidak dijaga, maka keluarga dapat pecah (brocken home).52
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti juga tidak lupa mengambil berbagai contoh dari penelitian yang terdahulu yang relevan sebagai penguat data yang peneliti lakukan. Diantara lain penelitian dibawah ini :
1. Wahyu Rishandi, dengan judul : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
DALAM MENANGANI PADA WANITA KARIR AKIBAT DARI BEBAN GANDA DI BENDUL MERISI SURABAYA. 2012
Yang mana tujuan dari penelitiannya wahyu rishandi yaitu Untuk mengetahui Bimbingan Konseling Islam Dalam Menangani Pada Wanita Karir Akibat Dari Beban Ganda Di Bendul Merisi Surabaya. Yang terakhir tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana seorang wanita karir bisa membagi waktu dengan keluarganya yang bertinggal di daerah Bendul Merisi Surabaya.
52
mozaikbimbingankonselingii.blogspot.com/2013/04/konsep-keluarga-bahagia-makalah-mk-bk.html.
(57)
50
Letak persamaan penelitian ini dengan peneletian terdahulu yakni sama-sama membahas wanita karir yang mempunyai masalah, sedangkan perbedaan yaitu masalah yang dialami seorang klien sendiri. Punya penelitian sendiri tentang wanita karir dalam menciptakan keluarga harmonis di desa cangkreng sedangkan penelitian terdahulu tentang Wanita Karir Akibat Dari Beban Ganda Di Bendul Merisi Surabaya.
2. Nur Kholifah, NIM: D0 6305046 DAMPAK ORANG TUA WANITA
KARIR TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SIMPANG KABUPATEN SIDOARJO. 2007
Dalam skripsi ini penulis menjelaskan bahwasanya sebenarnya orang tua yang berperan sebagai wanita karir sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pendidikan seorang anak.
Letak persamaan penelitian ini dengan peneletian terdahulu yakni sama-sama membahas wanita karir yang mempunyai masalah, sedangkan perbedaan yaitu masalah yang dialami seorang klien sendiri. Punya penelitian sendiri tentang wanita karir dalam mentakan keluarga harmonis di desa cangkreng sedangkan penelitian terdahulu tentang Dampak Orang Tua Wanita Karir Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam Anak Usia Sekolah Dasar Di Desa Simpang Kabupaten Sidoarjo.
(58)
51
3. Luluk Mahmudah, NIM D0 1300160 UPAYA WANITA KARIR
DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DALAM KELUARGA. 2006
Dalam skripsi ini penulis menjelaskan bahwa sebenarnya orang tua yang berperan sebagai wanita karir di dalam keluarganya bisa membimbing terhadap pendidikan anak.
Letak persamaan penelitian ini dengan peneletian terdahulu yakni sama-sama membahas wanita karir yang mempunyai masalah, sedangkan perbedaan yaitu masalah yang dialami seorang klien sendiri. Punya penelitian sendiri tentang wanita karir dalam mentakan keluarga harmonis di desa cangkreng sedangkan penelitian terdahulu tentang Upaya Wanita Karir Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Anak Dalam Keluarga.
(59)
52
BAB III
PENYAJIAN DATA
A.Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitan
a. Letak Desa Cangkreng
Wilayah Desa Cangkreng merupakan salah satu bagian di Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep, dan mempunyai luas 1.57 km” persegi. Dimana
Desa Cangkreng mempunyai tiga Dusun, yaitu:
1) Dusun Dedder
2) Dusun Cangkreng
3) Dusun Pocang
Adapun Desa Cangkreng ini menampung sebanyak 2539 orang penduduk yang terdiri dari 1258 orang laki-laki dan 1281 orang perempuan. Dengan jumlah tersebut diatas salah satu Kepala Keluarga (KK) yang tersebar merata di wilayah ini. Lebih jelas seperti tabel dibawah ini:
(60)
53
Tabel 03.01 Jumlah Penduduk
NO DUSUN
JUMLAH KK
Jumlah Penduduk
JUMLAH
L P
01 DEDER 450 717 673 1390
02 POCANG 242 328 389 717
03 CANGKRENG 158 213 219 432
JUMLAH 850 1258 1281 2539
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
b. Batas Wilayah Desa Cangkreng
Desa cangkreng ini terletak ditengah-tengah Kecamatan Lenteng, dan berbatasan dengan desa-desa yang lain. Adapun batasan-batasan tersebut adalah:
1) Sebelah Utara : Desa Meddelan
2) Sebelah Timur : Desa Sendir
3) Sebelah Selatan : Desa Talang
4) Sebelah Barat : Desa Poreh
c. Ketinggian wilayah Desa Cangkreng
Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng ini terletak pada ketinggian 200 meter dari kedalaman laut.Jadi Desa Cangkreng ini merupakan dataran rendah.
(61)
54
d. Sumber daya air
Wilayah Desa Cangkrengpada umumnya menggunakan pola pengairan dengan aliran air yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun kebutuhan aliran air yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Cangkreng adalah sebagai berikut:
1) Untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari
Masyarakat Desa Cangkreng menggunakan pola pengairan dengan air bor dan sumur gali yang telah diperbagus dengan batu yang dilapisi semen adalah digunakan untuk kebutuhan minum, cuci pakaian dan mandi.
2) Untuk mengairi pertanian masyarakat Desa Cangkreng
Masyarakat Desa Cangkreng mempergunakan pengairan dengan aliran sungai dan sumur gali dengan aliran air sungai adalah digunakan untuk kebutuhan pertanian.Seperti menyiram tembakau, dan juga mengairi tanaman jagung, padi, semangka, dll.
e. Kondisi keagamaan
Letak geografis desa Cangkreng yang berada di pedalaman kecamatan Lenteng, membuat masyarakatnya masih sangat fanatik dalam meyakini suatu agama. Di desa Cangkreng seluruh masyarakatnya memeluk agama islam. dari dulu sampai sekarang (2014) belum ada masyarakat desa Cangkreng yang memeluk agama selain islam, itu semua karena faktor keturunan juga mempengaruhi akan pemilihan suatu agama dan juga dalam islam diharuskan menikah dengan orang islam pula, jadi tidak ada masyarakat desa Cangkreng yang
(62)
55
menikahkan anaknya dengan orang non muslim. Masyarakat desa Cangkreng juga pemeluk agama yang taat beribadah, khususnya ibadah yang wajib seperti sholat, puasa dan saling menolong terhadap sesama, Mengenai kondisi keagamaan masyarakat desa Cangkreng dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 03.2
Kondisi Keagamaan Masyarakat Cangkreng
NO DUSUN
ISLAM
AGAMA
LAIN JUMLAH
L P L P
01 DEDER 717 673 - - 1390
02 POCANG 328 389 - - 717
03 CANGKRENG 213 219 - - 432
JUMLAH 1258 1281 2539
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
f. Kesuburan Tanah
Untuk kesuburan tanah di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep termasuk salah satu Desa yang sangat subur, sehingga petani dapat menikmati hasil pertanian tiga kali panen dalam satu tahun.Tiga kali panen tersebut terdiri dari berbagai tanaman.Yaitu seperti penanaman padi dan juga seperti tembakau, jagung, semangka, dll.
(63)
56
Tanah yang ada di Desa Cangkreng dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Tanah sawah yaitu tanah yang bisa terkena saluran air (irigasi) seperti sawah irigasi teknis dan sawah tanah hujan.
2) Tanah kering, yaitu tanah yang tidak pernah tergenang air seperti tanah tegal dan tanah pemukiman.
g. Sarana dan Prasarana 1) Pra sarana pendidikan
Pra sarana pendidikan yang ada di Desa Cangkreng adalah sebagai berikut: Tabel 03.3
Pra sarana pendidikan
NO JENIS PRA SARANA JUMLAH
01 Taman Kanak-kanak (TK) 2
02 Taman Pendidikan Al-quran (TPA) 1
03 Sekolah Dasar (SD) 1
04 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1
05 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1
06 Sekolah Menengah Atas (SMA) 1
07 Madrasah Diniyah (MADIN) 2
JUMLAH 9
(64)
57
2) Pra sarana tempat ibadah
Pra sarana tempat ibadah yang ada di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng sebagai berikut dalam tabel:
Tabel 03.4
Pra sarana tempat ibadah
NO PRA SARANA JUMLAH
01 Masjid 2
02 Surau/Musolla 15
JUMLAH 17
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
3) Sarana dan pra sarana kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cangkreng adalah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 03.5
Sarana dan pra sarana kesehatan
NO JENIS PRASARANA JUMLAH
01 Posyandu 1
02 Poli klinik/ Balai Kesehatan 1
(65)
58
04 Dukun terlatih 3
JUMLAH 6
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
4) Sarana olah raga
Sarana olah raga yang ada di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng adalah dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 03.6 Sarana olah raga
NO JENIS PRASARANA JUMLAH
01 Lapangan Sepak bola 1
02 Lapangan volley 3
03 Lapangan badminton 2
04 Lapangan tenis meja 3
JUMLAH 9
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
5) Pra sarana pemerintah
Pra sarana pemerintah yang ada di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, bisa dilihat dalam tabel berikut:
(66)
59
Tabel 03.7 Pra sarana pemerintah
NO JENIS PRASARANA JUMLAH
01 Balai Desa 1
02 Mesin ketik 3
03 Meja 6
04 Kursi 88
05 Almari arsip 1
06 Kantor BPD 1
JUMLAH 100
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
h. Jumlah penduduk yang berpendidikan di Desa Cangkreng.
Tabel 03.8
Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
01 Tidak pernah sekolah 590 orang
02 SD (Sekolah Dasar) 450 orang
03 Tamat SD / sederajat 300 orang
04 SLTP / sederajat 230 orang
(67)
60
06 D-1 ….Orang
07 D-2 90 orang
08 D-3 15 orang
09 S-1 250 orang
10 S-2 3 orang
11 S-3 …. Orang
JUMLAH 2539 orang
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014 i. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencariannya.
Tabel 03.9
Jumlah penduduk dilihat dari mata pencarian
NO MATA PENCARIAN JUMLAH
01 Petani 1, 346
02 Buruh Tani 970
03 Swasta 45
04 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 25
05 Pengrajin 59
06 Pedagang 39
07 Peternak 7
(68)
61
09 Bidan / Perawat 5
10 Penjahit 30
11 Sopir 7
JUMLAH 2539
Sumber : Dokumen Kantor Desa Cangkreng Tahun 2014
2. Deskripsi Konselor
Konselor merupakan orang yang membantu mengarahkan konseli atau klien dalam memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah yang ada pada diri klien. Selain itu konselor juga harus mempunyai keahlian dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam. Dalam penanganan kasus ini, orang yang menjadi konselor ialah peneliti sendiri. Adapun identitas konselor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nama : Khairul Anam MH
TTL : Sumenep, 15 februari 1994
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, semester VIII.
Riwayat Pendidikan
(69)
62
Madrasah : MI. Tanwirul Hija
MTs : MTs. Tanwirul Hija
MA : MA At-taufiqiyah
Pengalaman :
Mengenai pengalaman konselor, konselor pernah mengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling Islam, teori konseling, konseling karir, terapi realitas. Konselor juga pernah melakukan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) selama dua bulan di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Di Rs. Bayangkara Polda Jatim, dan ikut serta sebagai peserta KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama satu bulan penuh di Kabupaten Bojonegoro, Kecamatan Ngasem, Desa Bareng. Serta pernah melakukan praktikum proses konseling di kampus, untuk itu dapat dijadikan pedoman dalam penelitian skripsi ini supaya keahlian konselor dapat berkembang sesuai dengan profesioanalisasi konselor.
3. Deskripsi Klien
Klien adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti di dalam
bukunya “pokok-pokok bahasan tentang bimbingan penyuluhan agama sebagai
(70)
63
yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan konseling. Adapun yang menjadi klien dalam penelitian ini ialah:
a. Data Klien
1. Nama Lengkap : Anggun (Nama Samaran)
Nama Panggilan : An
Alamat : Cangkreng, Lenteng, Sumenep
TTL : Sumenep, 14 september 1983
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : tamat SD
Pekerjaan : petani & pedagang
b. Latar Belakang Klien.
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga dan wanita karir dibidang berdagang. Ibu Anggun (nama samaran) sekarang tinggal dengan suami dan tiga anak-anaknya di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, keluarga mereka tergolong menengah kebawah. Ibu Anggun sudah lama berumah tangga dan dikaruniai tiga anak, pertama Toy, Nur, dan terakhir Fay (nama samaran).
(1)
89
Aniyatun setiap hari lakukan. Tiada yang menghalangi usaha-usaha yang dia lakukan setiap hari.
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti antara lain :
1. Bagi klien (wanita karir)
Hendaknya selalu berusaha untuk menjalani dengan tulus serta penuh dengan keikhlasan dalam membina rumah tangga dengan suaminya. Hal yang sekiranya kurang irasional dan tidak baik hendaknya jangan sampai dilakukan, lebih bisa memilih apa yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya dijalankan. Dan jangan pernah mengulang kejadian yang dinilai minus dimata suaminya yang mengakibatkan pertengkaran.
Untuk lebih bisa mengendalikan dirinya agar hal-hal yang buruk yang dilakukan sebelum adanya proses konseling berlangsung tidak terulang kembali. Klien juga harus dapat mengevaluasi dirinya sendiri secara obyektif, positive thingking, diusahakan agar jangan mudah terombang-ambing dengan suasana hati yang mudah berubah-ubah suatu saat.
(2)
90
2. Bagi konselor
Dapat membantau serta memberikan motivasi kepada klien agar klien lebih baik dari hari-hari sebelumnya serta memberikan semangat dalam menghadapi masa depan dan konselor diharapkan untuk bisa menambah wawasannya terutama dalam bidang konseling tentang familiy therapy, agar dalam memberikan bantuan terhadap klien baik remaja atau pun dewasa dapat terlaksana dengan lebih baik lagi.
3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada para pembaca, untuk mengembangkan proses pelaksanaan konseling dengan terapi yang sesuai dalam menangani wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga atau pun masalah yang lain. Penulis juga berharap agar tulisan ini dapat digunakan sebagai kajian atau rujukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai terapi realitas menangani wanita karir dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga. Kemudian penulis juga merasa bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis berharap kepada peneliti selanjutnya agar lebih baik untuk menyempurnakan penelitian ini. Dan untuk para pembaca pada umumnya jangan pernah membiarkan sebuah masalah menjadi sebuah beban yang merugikan diri sendiri atau pun orang lain, dan jangan pernah menjadikan masalah orang lain sebagai sebuah beban untuk kita. Sebab
(3)
91
apabila kita meringankan beban orang lain maka Allah senantiasa meringankan beban kita.
(4)
DAFTAR PUSTAKA.
Syalaby, Ahmad. 1993, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Salahudin, Anas. 2010, bimbingan dan konseling, Bandung: pustaka setia.
Aswadi. 2009, Iyadah Dan Ta’ziyah, Prespektif Bimbingan Konseling Islam, Surabaya: Dakwah Digital Press.
Mubarrok, Ahmad. 2002, Konseling Agama Teori Dan Kasus, Cet. 1 Jakarta: Bina Rencana Parwira.
Yahya, Ali. 2000, Dunia Wanita Dalam Islam, Jakarta: Lentera.
Azra, Azyumardi. 1999, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Jakarta: Rosda
Aida Fitalaya s. Hubeis (editor), 1990, Dinamika Wanita Indonesia seri 01: Multidimensional, Jakarta: Pusat Pengembangan sumberdaya Wanita.
Faqih, Ainur Rahim. 2004, Bimbingan Konsling dalam Islam, Yogyakarta: UIN PRESS.
Bungin, Burhan. 2001, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif Surabaya: Universitas Airlangga.
Corey, Gerald. 2009, teori dan praktek konseling & psikoterapi, Bandung: PT Refika Aditama.
Herdiansyah, Haris. 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika.
HM. Arifin, 1979, Pokok-pokok pikiran tentang bimbingan dan penyuluhan agama di sekolah dan di luar sekolah, jakarta: Bulan Bintang.
http://mozakibimbingankonseling.blogspot.com/2013/04/konsep-keluarga-bahagia-makalah-mk-bk.html
Farid, Imam Sayuti Farid. 1992, Pokok-Pokok Bahasa Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya : Fakultas Dakwah.
(5)
I. Djumhur Moh. Surya, 1975, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance & Counseling), Bandung: CV. Ilmu.
Jurnal wanita vol.56. 2007, Jakarta: yayasan jurnal wanita. Latipun. 2008, Psikologi Konseing, Malang: UMM PRESS.
Lexy J Moleong, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.
Namora Lumongga Lubis, 2011, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, jakarta: PRENADA MEDIA GROUP.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Omas Ihromi. 2002, “Wanita Bekerja dan Masalah-Masalahnya” dalam Toety Hearty Nurhadi dan Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problem remaja, Jakarta: kalam mulia.
Peter Salim dan Yeni Salim. 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta, English Press.
Qs. Al-Ashr
Thohari Musnamar. 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press.
Sanapiah Faisal. 1995, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Save M. Dagun. 1990, Psikologi Keluarga, “peranan ayah dalam keluarga”. jakarta: Rineka Cipta.
(6)
S.C. utami Munandar. 2001, Wanita Karir Tantangan dan Peluang , “Wanita dalam masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan”. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Sri Lestari, Psikologi keluarga “penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga”. jakarta: Prenada media group.
Syamsul Yusuf dan A. Juntika Nurhisan. 2005, Landasan Bimbingan Dan Konseling Jakarta: Rosdakarya.
Sofyan S willis. 2010, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta. W.s Winkel. 1889, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan Di Sekolah