Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB IV

(1)

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.1Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

Koperasi ”TABITA” merupakan koperasi simpan pinjam yamg didirikan

pada tanggal 31 Juli 2007 dengan Nomor Badan Hukum:

518/06/BH/XIV.31/VII/2007 di JL. A.Yani Salatiga No.9A Kompleks Pertokoan Makutoromo, Kalicacing, Sidomukti Salatiga 50742. Tujuan utama KSP TABITA adalah untuk meningkatkan kesjahteraan pada khususnya anggota dan pada umumnya masyarakat sekitar. Bidang usaha yang dikelola KSP TABITA adalah di bidang kredit atau simpan pinjam.

4.1.1.2Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam TABITA

Organisasi adalah alat atau wadah kerja sama untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan penentuan tugas, wewenang dan tanggung jawab, yang slalu ada pada setiap perusahaan, baik badan usaha yang bertujuan mencari laba atau yang non laba yang bertujuan sosial. Agar organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam struktur organisasi sehingga antara bagian satu dengan bagian lain dapat melaksanakan


(2)

tugasnya masing-masing. Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” kota Salatiga adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.

Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” kota Salatiga

1. Rapat Anggota

Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Mengingat anggota adalah pemilik sekaligus pengguna jasa yang sangat perkepentingan sejauh ini keputusan rapat diambil berdasarkan musyawarah mufakat.

Masing-RAPAT ANGGOTA

BENDAHARA Christine Natalia Ganadhi KETUA

Dody Hernanto, SE

SEKRETARIS Candika Sweeta Eko Pratiwi

PENGURUS

PENGAWAS Agustinus Susanto Sunarman


(3)

masing anggota mempunyai hak suara yang sama dan anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan Koperasi.

2. Pengawas

Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diberi kepercayaan oleh seluruh anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Pengawas koperasi juga bertugas membuat laporan tertulis tentang hasil penelitian, pembinaan dan pengawasan kegiatan organisasi dan usaha koperasi kepada pengurus. Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” kota Salatiga memiliki dua orang pengawas yaitu Agustinus Susanto dan Sunarma yang dipercaya oleh seluruh anggota untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan KSP TABITA kota Salatiga.

3. Pengurus

Merupakan pemegang kuasa rapat anggota dengan jabatan paling lama lima tahun yang dipilih dan diangkat dari anggota Koperasi oleh rapat anggota yang bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi. Pembagian tugas pengurus KSP TABITA adalah sebagai berikut:

a. Ketua

Ketua KSP TABITA dijabat oleh Bapak Dody Hernanto, SE yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Memimpin dalam pengelolaam koperasi dan usahanya

2. Mengajukan rancangan rencana kerja, rancangan anggaran


(4)

3. Menyelenggarakan Rapat Anggota b. Sekretaris

Sekretaris KSP TABITA dijabat oleh Ibu Candida Sweeta Eko Pratiwi yang mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku anggota dan

pengurus

2. Mengkoordinasi kegiatan harian, organisasi dan usaha c. Bendahara

Bendahara KSP TABITA dijabat oleh Ibu Cristine Natalia Ganadhi dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengajukan laporan keuangan

2. Mengkoordinasi kegiatan dibidang keuangan

3. Bertanggung jawab atas semua transaksi yang telah dilakukan 4.1.1.3. Bidang Usaha Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

Dalam rangka mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya, koperasi menjalankan berbagai kegiatan usaha. Bidang usaha yang dilakukan KSP TABITA kota Salatiga adalah:

1. Pengkreditan Uang

Merupakan usaha jasa dengan memberikan kredit uang dengan bunga yang rendah untuk membantu kesejahteraan anggota dan masyarakat. Ada dua jenis kredit yang diberikan kepada debitur KSP Karunia yaitu:


(5)

- Kredit Modal Usaha yaitu kredit yang digunakan sebagai modal usaha untuk sarana pengembangan usaha yang dikelola oleh nasabah.

- Kredit Konsumtif yaitu kredit yang digunakan sebagai sarana pembelian barang kebutuhan sekunder atau biaya-biaya yang konsumtif.

2. Simpanan atau Tabungan

Merupakan jasa yang melayani anggota yang ingin menyinpan uangnya di koperasi dengan memberikan bunga atas simpanan tersebut. Simpanan atau tabungan ini dapat sewaktu-waktu di setor atau ditarik yang akan dicatat dengan teliti dalam buku simpanan atas nama si penabung.

KSP TABITA sudah sesuai dengan pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 9 Tahun 1995. KSP TABITA hanya melayani penyediaan jasa penyimpanan uang (tabungan) dan jasa peminjaman uang (kredit) dengan tujuan mensejahterakan anggotanya.

4.1.2. Prosedur Pemberian Kredit Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” Prosedur merupakan kejelasan informasi tentang sosialisasi kredit dari petugas administrasi kepada calon debitur. Calon debitur mengajukan dana kredit kepada pegawai bagian administrasi dengan melampirkan berbagai persyaratan yang sudah ditentukan yang selanjutnya akan diproses dan dianalisis untuk menentukan layak tidaknya calon debitur mendapatkan kredit.

Prosedur yang harus dilengkapi nasabah dalam proses pemberian kredit sebagai berikut:


(6)

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini nasabah mengajukan berkas permohonan kredit dengan dilengkapi:

a. Maksud dan tujuan kredit

b. Besarnya kredit dan jangka waktu c. Sistem pengembalian kredit d. Jaminan kredit

e. Syarat pendukung ( KTP, KK, Surat Nikah, BPKB roda 2 atau roda 4, SHM atau Sertifikat, STNK yang masih berlaku, Rekening Listrik atau Telepon, Slip Gaji )

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai dengan persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan berkas. Jika menurut pihak koperasi belum lengkap atau belum cukup, maka diminta nasabah untuk segera melengkapi dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup maka permohonan kredit akan dibatalkan. 3. Wawancara I

Melakukan penyelidikan kepada nasabah dengan langsung berhadapan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya serta meyakinkan pihak koperasi apakah berkas-berkas yang diajukan sesuai dan lengkap.


(7)

4. Survey ke lapangan

Kegiatan pemeriksaan kelengkapan secara langsung dengan cara turun kelapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan jaminan yang kemudian dicocokan dengan hasil wawancara I. Agar apa yang kita lihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya hendaknya saat akan melakukan survey tidak diberitahukan kepada nasabah.

5. Wawancara II

Kegiatan perbaikan berkas-berkas jika kemungkinan ada kekurangan setelah dilakukannya survey lapangan. Catatan permohonan dan catatan pada saat wawancara I akan dicocokkan dengan catatan saat survey lapangan apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran.

6. Keputusan kredit

Menentukan apakah kredit akan diberikan atau di tolak, jika diterima maka dipersiapkan administrasinya. Keputusan kredit mencakup:

- Jumlah uang yang diterima - Jangka waktu kredit

- Biaya-biaya yang harus dibayar (ongkos, materai) - Waktu pencairan kredit

7. Penandatanganan akad kredit

Kegiatan lanjutan dari diputuskannya kredit, sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah mendatangani akad kredit untuk mengikat jaminan dengan surat perjanjian atau surat pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:


(8)

- Dilakukan secara langsung antara pihak koperasi dengan debitur - Penandatanganan antara pihak koperasi dengan debitur disertai tanda

tangan notaris sebagai saksi (dikhususkan untuk jenis jaminan tidak bergerak berupa tanah atau bangunan)

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit yang dilakukan berdasarkan analisa kelayakan pemberian kredit dengan memperkirakan kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya. Sehingga dapat menentukan tingkat kepercayaan kepada debitur dan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kerugian di masa yang akan datang akibat adanya kredit macet.

9. Penyaluran dana

Merupakan kegiatan pencairan atau pengambilan dana dari rekening atau pengambilan dana secara langsung sebagai realisasi dari pemberian kredit sesuai ketentuan dan tujuan kredit.

Kredit yang diberikan oleh pihak KSP TABITA pengertiannya sudah sesuai dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan yang mengandung unsur-unsur: kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko dan bunga.

4.1.3. Metode yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” 1. Memberikan informasi pengajuan kredit

a. Analisis kredit menjelaskan secara jelas dan terinci kepada calon debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan


(9)

kredit, meliputi: tidak menjadi anggota koperasi lain dan dapat sedang menerima kredit komsuntif.

b. Pihak analis kredit memberikan informasi yang jelas sehingga calon debitur bisa mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk melengkapi persyaratan kredit.

c. Mengetahui bahwa calon debitur merupakan WNI dan mempunyai hubungan keluarga, identitas calon debitur yang berupa KTP, KK atau Surat Nikah sangat diperlukan.

Kejelasan informasi yang diberikan oleh analis kredit sangat berpengaruh terhadap kesalahan dalam prosedur kredit berikutnya. Semakin jelas informasi yang dijelaskan, semakin memperkecil kesalahan dalam prosedur kredit berikutnya.

2. Penggolongan Pinjaman

Setelah pihak administrasi mengetahui besar pinjaman yang diajukan calon debitur, pihak administrasi kemudian mengelompokan ke dalam pinjaman angsuran atau berjangka agar pihak koperasi mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan jika terjadi penunggakan angsuran. 3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit

Analisis kredit melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui bagaimana keadaan calon debitur dan identitasnya apakah sesuai dengan KTP, KK atau surat nikah yang diajukan sebagai persyaratan kredit. Setelah dilakukan pengecekan apabila hasilnya sama


(10)

atau valid dan telah dinyatakan layak, maka proses kredit selanjutnya dapat dilakasanakan.

4. Pengendalian kredit dengan metode 5C

Setelah persyaratan yang ditentukan pihak koperasi dipenuhi dan sesuai dengan keadaan di lapangan. Pihak koperasi menerapkan asas 5C dalam pemberian kredit agar mengurangi risiko kredit dan meminimalkan kredit macet. Semakin pihak koperasi ketat dalam menerapkan asas 5C maka akan kecil pula resiko kredit yang bisa menimbulkan kredit macet, karena pihak koperasi benar-benar memperhatikan kelayakan calon debitur dalam penerimaan kredit.

Penilaian pemberian kredit dengan asas 5C sebagai berikut: a. Character (kepribadian atau watak)

Informasi riwayat hidup nasabah, keadaan calon nasabah dilingkungan dan informasi antar tetangga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya.

b. Capasity (kemampuan atau kesanggupan)

Mengetahui atau mengukur sejauh mana calon debitur mampu mengembalikan atau melunasi kewajibannya tepat waktu dengan melihat gaji atau upah yang diterima perbulan.

c. Capital (modal atau kekayaan)

Mengetahui jumlah dana yang dimiliki calon debitur dengan melihat besar gaji atau upah yang didapat per bulan.


(11)

d. Collateral (jaminan)

Melihat barang-barang yang akan diserahkan kepada pihak koperasi sebagai anggunan atau jaminan terhadap kredit yang diterima untuk mengantisipasi terjadinya kredit macet. Anggunan atau jaminan merupakan sumber pelunasan terakhir apabila terjadi kredit bermasalah.

e. Condition of Economy

Dengan melihat kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya pihak koperasi dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan (kelancaran usaha calon nasabah).

Walaupun di KSP TABITA menggunakan beberapa faktor dari 5C yang dijadikan dasar dalam penilaian pemberian kredit, pada kenyataannya masih ada debitur yang tidak lancar dalam membayar kewajibannya. Faktor condition of ekonomi sangat jarang dilakukan pihak koperasi, karena pihak koperasi sudah memberikan kepercayaan bahwa di masa depan debitur bisa melunasi kewajibannya. Kecuali untuk debitur yang mengajukan kredit usaha, pihak koperasi harus tetap menggunakan faktor condition of ekonomi untuk mengetahui prospek atau tidaknya usaha yang hendak dilakukan.

5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit

Pihak koperasi hanya melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap jalannya kredit untuk mengamankan kekayaan yang digunakan debitur sebagai anggunan atau jaminan. Terdapat dua jenis pengawasan


(12)

yang dilakukan pihak koperasi yaitu pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit (survey ke lapangan, wawancara) dan pengawasan yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit. 6. Pengendalian anggunan

Setiap calon debitur harus memberikan anggunan atau jaminan yang bernilai ekonomis kepada pihak koperasi pada awal pemberian kredit. Pihak KSP TABITA hanya mau menerima anggunan atau jaminan berbentuk sebagai berikut:

a. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor dan emas. b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan

jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB

Jaminan yang diberikan kepada pihak KSP TABITA sudah sesuai dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, walaupun ada beberapa jenis jaminan yang tidak digunakan.

7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

Pihak KSP TABITA lebih awal melakukan identifikasi dalam pengelolaan kredit yang bermasalah untuk mencegah timbulnya kredit yang bermasalah dikemudian hari. Setelah realisasi kredit, pihak debitur harus mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan namun tidak selamanya kredit yang diberikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak hal yang terjadi diluar kehendak, kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak debitur. Ketidak lancaran pembayaran pokok kredit atau bunga kredit dapat terjadi karena:


(13)

a. Dari pihak nasabah

- Adanya ketidak jujuran waktu di surve

- Keinginan segera mendapat pinjaman

- Kemampuan membayar yang kurang

- Meremehkan jadwal angsuran

- Adanya unsur ketidak sengajaan (musibah)

- Memindahtangankan jaminan (digadaikan)

b. Dari pihak koperasi

- Hasil hasil surve ada yang diabaikan

- Ada unsur suap agar dimudahkan proses pemberian kredit - Target (tekanan dari perusahaan, mengejar bonus)

- Tidak adanya pengelolaan dan pengawasan kredit 8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah kredit apakah akan diselesaikan secara baik-baik apabila kondisi debitur masih bisa diperbaiki atau dengan pemutusan hubungan apabila kondisi debitur tidak bisa diharapkan lagi. Jika kondisi debitur masih bisa diperbaiki pihak koperasi akan melakukan analisis atau evaluasi bila terjadi kredit macet dengan cara:

a. Dilakukan pembicaraan dikantor sehingga ada itikad baik dari pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya berupa pinjaman pokok beserta bunga.


(14)

b. Apabila debitur merasa keberatan dengan perjanjian awal maka dilakukan rescheduling dengan memperpanjang waktu angsuran sesuai kemampuan debitur.

9. Penggolongan kredit bermasalah

Sebelum koperasi melakukan tindakan untuk mengelola

kemungkinan risiko yang akan dihadapi, akan dilakukan terlebih dahulu penggolongan untuk kredit yang bermasalah sebagai berikut:

a. Kredit cukup lancar, kredit dikatakan cukup lancar apabila terjadi tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 30 hari akan dilayangkan Surat Peringatan I.

b. Kredit kurang lancar, kredit dikatakan kurang lancar apabila terjadi tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 60 hari akan dilayangkan Surat Peringatan II.

c. Kredit dalam perhatian khusus, kredit dalam perhatian khusus apabila tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 120 hari akan dilayangkan Surat Peringatan III dan ditambah Surat Panggilan jika tidak ada tanggapan sampai 5 hari setelah tanggal jatuh tempo Surat Peringatan III.

d. Kredit macet, dikatakan kredit macet apabila tidak terjadi pembayaran pokok atau bunga sama sekali dan setelah 5 hari tanggal jatuh tempo Surat Panggilan tidak ada tanggapan akan dilayangkan Surat Penarikan Jaminan.


(15)

Adanya penggolongan kredit bermasalah tersebut, pihak koperasi akan semakin mudah dalam menentukan langkah selanjutnya yang tepat untuk lebih mengelola kredit bermasalah yang terjadi.

10.Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit

a. Adanya APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan)

b. Ababila setelah debitur diberikan surat peringatan I-III, surat panggilan sampai surat penarikan jaminan tidak mendapat respon atau tidak ada angsuran masuk, maka pihak koperasi akan melakukan penyitaan anggunan atau jaminan yang diberikan. Penyitaan dilakukan dengan negosiasi antara pihak koperasi dengan debitur yang memunculkan kesepakatan anggunan atau jaminan dijual dengan harga pasar yang hasil penjualannya digunakan untuk menutup pokok pinjaman ditambah bunga ditambah denda dan jika masih ada sisa akan dikembalikan kepada debitur.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1. Pembahasan Prosedur

Sepuluh prosedur yang diberikan oleh pihak KSP TABITA yaitu: Pengajuan berkas-berkas, Penyelidikan berkas, Wawancara I, Survey Lapangan, Wawancara II, Keputusan kredit, Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit dan Penyaluran atau penarikan dana sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kasmir dalam bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”.


(16)

Tetapi seringkali masih terjadi kebocoran mengenai akan dilakukannya survey sehingga pihak debitur memberikan informasi tentang kondisi lapangan yang tidak sebenarnya. Kebocoran ini bisa terjadi karena disengaja. Pihak analis kredit berbuat seperti itu karena disebabkan adanya tekanan dari koperasi (target atau mengejar bonus), dan dari pihak calon debitur disebabkan karena keinginan segera mendapatkan pinjaman.

Pihak koperasi dalam menangani prosedur pinjaman calon nasabah sudah baik, dengan cara melakukan pendekatan kepada calon debitur terutama dalam hal wawancara I dan wawancara II. Agar tidak terjadi kredit macet di kemudian hari yang disebabkan kurang telitinya dalam memproses atau menganalisis prosedur dan ketidakjujuran dari ke dua pihak, sebaiknya dari pihak koperasi tidak memberikan tekanan kepada analis kredit agar antara pihak analis kredit dengan calon debitur tidak bisa bekerja sama. Calon debitur dalam memperlihatkan kondisi lapangan harus jujur karena hal ini berpengaruh dalam pembayaran kewajiban di kemudian hari.

4.2.2. Pembahasan Metode Pengendalian 1. Memberikan informasi pengajuan kredit 2. Penggolongan Pinjaman

3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit 4. Pengendalian kredit dengan metode 5C 5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit 6. Pengendalian anggunan


(17)

7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet 8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet 9. Penggolongan kredit bermasalah

10.Tindakan Lanjut atau Penelesaian Kredit

Sepuluh metode yang diterapkan oleh KSP TABITA ada beberapa metode yang belum dijalankan dengan baik, yaitu:

a. Pengendalian kredit dengan metode 5C

Dalam metode ini sebenarnya sudah dijalankan sesuai dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya namun pihak koperasi masih jarang memperhatikan condition of ekonomi kepada calon debiturnya, karena pihak koperasi hanya menerapkan penilaian dengan melihat condition of ekonomi kepada debitur yang mengajukan kredit usaha.

b. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

Banyak penyimpangan yang terjadi di dalam metode ini, yaitu kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak debitur yang disengaja maupun tidak disengaja.

c. Dalam Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Pihak koperasi dalam meminimalkan resiko kredit macet belum sepenuhnya berdasar pada teori Kasmir dalam bukunya ”Manajemen Perbankan” yang berisi dalam mengendalikan kredit macet perlu dilakukan Rscheduling, Reconditioning, Restructuring, Kombinasi dan Penyitaan Jaminan, pihak KSP TABITA dalam mrminimalkan resiko


(18)

kredit macet hanya memakai pengendalian resheduling. Sedangkan penyitaan jaminan hanya dilakukan pihak koperasi jika debitur sudah benar-benar tidak bisa diharapkan untuk melunasi kewajiban pokok, bunga beserta denda.


(1)

a. Dari pihak nasabah

- Adanya ketidak jujuran waktu di surve - Keinginan segera mendapat pinjaman - Kemampuan membayar yang kurang - Meremehkan jadwal angsuran

- Adanya unsur ketidak sengajaan (musibah) - Memindahtangankan jaminan (digadaikan) b. Dari pihak koperasi

- Hasil hasil surve ada yang diabaikan

- Ada unsur suap agar dimudahkan proses pemberian kredit - Target (tekanan dari perusahaan, mengejar bonus)

- Tidak adanya pengelolaan dan pengawasan kredit

8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah kredit apakah akan diselesaikan secara baik-baik apabila kondisi debitur masih bisa diperbaiki atau dengan pemutusan hubungan apabila kondisi debitur tidak bisa diharapkan lagi. Jika kondisi debitur masih bisa diperbaiki pihak koperasi akan melakukan analisis atau evaluasi bila terjadi kredit macet dengan cara:

a. Dilakukan pembicaraan dikantor sehingga ada itikad baik dari pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya berupa pinjaman pokok beserta bunga.


(2)

b. Apabila debitur merasa keberatan dengan perjanjian awal maka dilakukan rescheduling dengan memperpanjang waktu angsuran sesuai kemampuan debitur.

9. Penggolongan kredit bermasalah

Sebelum koperasi melakukan tindakan untuk mengelola kemungkinan risiko yang akan dihadapi, akan dilakukan terlebih dahulu penggolongan untuk kredit yang bermasalah sebagai berikut:

a. Kredit cukup lancar, kredit dikatakan cukup lancar apabila terjadi tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 30 hari akan dilayangkan Surat Peringatan I.

b. Kredit kurang lancar, kredit dikatakan kurang lancar apabila terjadi tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 60 hari akan dilayangkan Surat Peringatan II.

c. Kredit dalam perhatian khusus, kredit dalam perhatian khusus apabila tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 120 hari akan dilayangkan Surat Peringatan III dan ditambah Surat Panggilan jika tidak ada tanggapan sampai 5 hari setelah tanggal jatuh tempo Surat Peringatan III.

d. Kredit macet, dikatakan kredit macet apabila tidak terjadi pembayaran pokok atau bunga sama sekali dan setelah 5 hari tanggal jatuh tempo Surat Panggilan tidak ada tanggapan akan dilayangkan Surat Penarikan Jaminan.


(3)

Adanya penggolongan kredit bermasalah tersebut, pihak koperasi akan semakin mudah dalam menentukan langkah selanjutnya yang tepat untuk lebih mengelola kredit bermasalah yang terjadi.

10.Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit

a. Adanya APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan)

b. Ababila setelah debitur diberikan surat peringatan I-III, surat panggilan sampai surat penarikan jaminan tidak mendapat respon atau tidak ada angsuran masuk, maka pihak koperasi akan melakukan penyitaan anggunan atau jaminan yang diberikan. Penyitaan dilakukan dengan negosiasi antara pihak koperasi dengan debitur yang memunculkan kesepakatan anggunan atau jaminan dijual dengan harga pasar yang hasil penjualannya digunakan untuk menutup pokok pinjaman ditambah bunga ditambah denda dan jika masih ada sisa akan dikembalikan kepada debitur.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Pembahasan Prosedur

Sepuluh prosedur yang diberikan oleh pihak KSP TABITA yaitu: Pengajuan berkas-berkas, Penyelidikan berkas, Wawancara I, Survey Lapangan, Wawancara II, Keputusan kredit, Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit dan Penyaluran atau penarikan dana sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kasmir dalam bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”.


(4)

Tetapi seringkali masih terjadi kebocoran mengenai akan dilakukannya survey sehingga pihak debitur memberikan informasi tentang kondisi lapangan yang tidak sebenarnya. Kebocoran ini bisa terjadi karena disengaja. Pihak analis kredit berbuat seperti itu karena disebabkan adanya tekanan dari koperasi (target atau mengejar bonus), dan dari pihak calon debitur disebabkan karena keinginan segera mendapatkan pinjaman.

Pihak koperasi dalam menangani prosedur pinjaman calon nasabah sudah baik, dengan cara melakukan pendekatan kepada calon debitur terutama dalam hal wawancara I dan wawancara II. Agar tidak terjadi kredit macet di kemudian hari yang disebabkan kurang telitinya dalam memproses atau menganalisis prosedur dan ketidakjujuran dari ke dua pihak, sebaiknya dari pihak koperasi tidak memberikan tekanan kepada analis kredit agar antara pihak analis kredit dengan calon debitur tidak bisa bekerja sama. Calon debitur dalam memperlihatkan kondisi lapangan harus jujur karena hal ini berpengaruh dalam pembayaran kewajiban di kemudian hari.

4.2.2. Pembahasan Metode Pengendalian

1. Memberikan informasi pengajuan kredit 2. Penggolongan Pinjaman

3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit 4. Pengendalian kredit dengan metode 5C 5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit 6. Pengendalian anggunan


(5)

7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet 8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet 9. Penggolongan kredit bermasalah

10.Tindakan Lanjut atau Penelesaian Kredit

Sepuluh metode yang diterapkan oleh KSP TABITA ada beberapa metode yang belum dijalankan dengan baik, yaitu:

a. Pengendalian kredit dengan metode 5C

Dalam metode ini sebenarnya sudah dijalankan sesuai dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya namun pihak koperasi masih jarang memperhatikan condition of ekonomi kepada calon debiturnya, karena pihak koperasi hanya menerapkan penilaian dengan melihat condition of ekonomi kepada debitur yang mengajukan kredit usaha.

b. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

Banyak penyimpangan yang terjadi di dalam metode ini, yaitu kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak debitur yang disengaja maupun tidak disengaja.

c. Dalam Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Pihak koperasi dalam meminimalkan resiko kredit macet belum sepenuhnya berdasar pada teori Kasmir dalam bukunya ”Manajemen Perbankan” yang berisi dalam mengendalikan kredit macet perlu dilakukan Rscheduling, Reconditioning, Restructuring, Kombinasi dan Penyitaan Jaminan, pihak KSP TABITA dalam mrminimalkan resiko


(6)

kredit macet hanya memakai pengendalian resheduling. Sedangkan penyitaan jaminan hanya dilakukan pihak koperasi jika debitur sudah benar-benar tidak bisa diharapkan untuk melunasi kewajiban pokok, bunga beserta denda.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga T1 162009096 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga T1 162009096 BAB II

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga T1 162009096 BAB IV

4 41 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga T1 162009096 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit: studi kasus pada KSP Artha Prima Kota Salatiga

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga)

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga) T1 162007049 BAB V

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Kredit (Studi Kasus pada KSP Tabita Kota Salatiga)

0 0 8