Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Hukum Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Salatiga Tahun 2011 T2 322011003 BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemilihan
Umum
KDH
dan
WKDH
secara
langsung yang diterapkan di Indonesia tidak
berjalan sesuai konsep Demokrasi Pancasila. Ini
berarti telah terjadi pergeseran konsep Demokrasi
Pancasila
terjadi
yang
dalam
perjalanan
sejarahnya
penyimpangan-penyimpangan
sehingga
tidak dijalankan sebagaimana dikonsepkan oleh
para pendiri Bangsa Indonesia dan cenderung
tidak melibatkan rakyat(dipilih langsung oleh
pemerintah pusat).
2. Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga tahun
2011 berlangsung demokratis secara prosedural.
Hal
ini
dibuat
berdasarkan
untuk
kerangka
mengatur
hukum
proses
yang
persiapan,
pelaksanaan, hingga penentuan hasil Pemilihan
KDH dan WKDH. Sebagian besar dari 15 aspek
Pemilihan
Umum
demokratis
pun
telah
terpenuhi, yaitu: penyusunan kerangka hukum;
pemilihan
sistem
pemilu;
penetapan
daerah
pemilihan; hak untuk memilih dan dipilih; badan
penyelenggara pemilu; pendaftaran pemilih dan
daftar pemilih; akses kertas suara bagi partai
politik dan kandidat; kampanye pemilu yang
demokratis; akses ke media dan kebebasan
berekspresi;
pembiayaan
dan
pengeluaran;
106
pemungutan
suara;
penghitungan
dan
rekapitulasi suara; peranan wakil partai dan
kandidat; dan pemantauan pemilu. Indikator lain
yang paling signifikan adalah partisipasi pemilih
mencapai 82,16 %, hasil ini terbesar di Jawa
Tengah untuk tingkat kota/kabupaten.
3. Secara substansial, demokrasi dalam Pemilihan
KDH dan WKDH Kota Salatiga tahun 2011 belum
tercapai. Munculnya problematika hukum yaitu:
a. Keikutsertaan pengurus partai politik dalam
keanggotaan Penyelenggara Pemilihan Umum.
b. Adanya
kebijakan
mutasi
dan
promosi
kepegawaian yang berakibat pada Pergantian
Antar Waktu yang terjadi pada sekretariat di
tingkat PPK maupun di tingkat PPS.
c. Pasangan calon Bambang Soetopo dan Rosa
Darwanti yang merupakan kader partai Golkar
justru tidak didukung oleh partai Golkar.
Berdasarkan penjaringan aspirasi di tingkatan
kecamatan diusulkan pengajuan calon dari
partai Golkar atasnama Rosa Darwanti akan
tetapi hal ini tidak disetujui secara sepihak
oleh DPD II.
d. Pasangan calon atasnama Teddy Sulistiyo dan
Bambang Riantoko yang diajukan lewat rapat
kecamatan
hingga
Dewan
Pimpinan
Cabang(DPC) PDI-Perjuangan Kota Salatiga
untuk
diusulkan
ke
Dewan
Pimpinan
Pusat(DPP) ternyata tidak disetujui. Dengan
alasan hasil survei independen yang dilakukan
107
DPP pusat PDI-Perjuangan, maka dikeluarkan
rekomendasi untuk Diah Sunarsasi(sebagai
calon walikota) berpasangan dengan Teddy
Sulistyo(sebagai calon wakil walikota).
e. Pelanggaran terkait kampanye dengan arakarakan dan pengumpulan massa mengganggu
pengendara
jalan
serta
pemasangan
alat
peraga kampanye tidak pada tempatnya. Hal
ini dilakukan oleh seluruh peserta Pemilihan
KDH dan WKDH.
f. Keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil(PNS) dalam
tim pemenangan salah satu calon secara
langsung maupun tidak langsung.
g. Politik uang yang terjadi di sebagian besar
daerah di Salatiga.
h. Tingkat pendidikan politik masyarakat pemilih
yang rendah.
i. Tidak
maksimalnya
fungsi
partai
dalam
menjaring kader dan memberi ruang aspirasi
bagi masyarakat.
B. Saran - saran
1. Perlu
peninjauan
Pemilihan
Umum
ulang
KDH
terhadap
dan
WKDH
sistem
secara
mendalam dan komprehensif. Khususnya dalam
hal
:
rekrutmen
calon
KDH
dan
WKDH;
penyelenggara Pemilihan Umum; serta metode
pemilihan
langsung
dalam
pelaksanaan
Pemilihan Umum.
2. Perlu
peningkatan
kesadaran
hukum
terkait
Pemilihan KDH dan WKDH serta penegakan
108
hukum yang lebih tegas dan memberikan efek
jera bagi masyarakat baik PNS, TNI/POLRI,
masyarakat pemilih, pasangan calon, dan kader
partai.
3. Perlu dilakukan reformasi partai politik dalam
segala
aspek
baik
keuangan,
organisasi,
kaderisasi, serta penguatan fungsi partai politik
dalam
memberikan
pendidikan
politik
bagi
masyarakat.
109
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemilihan
Umum
KDH
dan
WKDH
secara
langsung yang diterapkan di Indonesia tidak
berjalan sesuai konsep Demokrasi Pancasila. Ini
berarti telah terjadi pergeseran konsep Demokrasi
Pancasila
terjadi
yang
dalam
perjalanan
sejarahnya
penyimpangan-penyimpangan
sehingga
tidak dijalankan sebagaimana dikonsepkan oleh
para pendiri Bangsa Indonesia dan cenderung
tidak melibatkan rakyat(dipilih langsung oleh
pemerintah pusat).
2. Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga tahun
2011 berlangsung demokratis secara prosedural.
Hal
ini
dibuat
berdasarkan
untuk
kerangka
mengatur
hukum
proses
yang
persiapan,
pelaksanaan, hingga penentuan hasil Pemilihan
KDH dan WKDH. Sebagian besar dari 15 aspek
Pemilihan
Umum
demokratis
pun
telah
terpenuhi, yaitu: penyusunan kerangka hukum;
pemilihan
sistem
pemilu;
penetapan
daerah
pemilihan; hak untuk memilih dan dipilih; badan
penyelenggara pemilu; pendaftaran pemilih dan
daftar pemilih; akses kertas suara bagi partai
politik dan kandidat; kampanye pemilu yang
demokratis; akses ke media dan kebebasan
berekspresi;
pembiayaan
dan
pengeluaran;
106
pemungutan
suara;
penghitungan
dan
rekapitulasi suara; peranan wakil partai dan
kandidat; dan pemantauan pemilu. Indikator lain
yang paling signifikan adalah partisipasi pemilih
mencapai 82,16 %, hasil ini terbesar di Jawa
Tengah untuk tingkat kota/kabupaten.
3. Secara substansial, demokrasi dalam Pemilihan
KDH dan WKDH Kota Salatiga tahun 2011 belum
tercapai. Munculnya problematika hukum yaitu:
a. Keikutsertaan pengurus partai politik dalam
keanggotaan Penyelenggara Pemilihan Umum.
b. Adanya
kebijakan
mutasi
dan
promosi
kepegawaian yang berakibat pada Pergantian
Antar Waktu yang terjadi pada sekretariat di
tingkat PPK maupun di tingkat PPS.
c. Pasangan calon Bambang Soetopo dan Rosa
Darwanti yang merupakan kader partai Golkar
justru tidak didukung oleh partai Golkar.
Berdasarkan penjaringan aspirasi di tingkatan
kecamatan diusulkan pengajuan calon dari
partai Golkar atasnama Rosa Darwanti akan
tetapi hal ini tidak disetujui secara sepihak
oleh DPD II.
d. Pasangan calon atasnama Teddy Sulistiyo dan
Bambang Riantoko yang diajukan lewat rapat
kecamatan
hingga
Dewan
Pimpinan
Cabang(DPC) PDI-Perjuangan Kota Salatiga
untuk
diusulkan
ke
Dewan
Pimpinan
Pusat(DPP) ternyata tidak disetujui. Dengan
alasan hasil survei independen yang dilakukan
107
DPP pusat PDI-Perjuangan, maka dikeluarkan
rekomendasi untuk Diah Sunarsasi(sebagai
calon walikota) berpasangan dengan Teddy
Sulistyo(sebagai calon wakil walikota).
e. Pelanggaran terkait kampanye dengan arakarakan dan pengumpulan massa mengganggu
pengendara
jalan
serta
pemasangan
alat
peraga kampanye tidak pada tempatnya. Hal
ini dilakukan oleh seluruh peserta Pemilihan
KDH dan WKDH.
f. Keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil(PNS) dalam
tim pemenangan salah satu calon secara
langsung maupun tidak langsung.
g. Politik uang yang terjadi di sebagian besar
daerah di Salatiga.
h. Tingkat pendidikan politik masyarakat pemilih
yang rendah.
i. Tidak
maksimalnya
fungsi
partai
dalam
menjaring kader dan memberi ruang aspirasi
bagi masyarakat.
B. Saran - saran
1. Perlu
peninjauan
Pemilihan
Umum
ulang
KDH
terhadap
dan
WKDH
sistem
secara
mendalam dan komprehensif. Khususnya dalam
hal
:
rekrutmen
calon
KDH
dan
WKDH;
penyelenggara Pemilihan Umum; serta metode
pemilihan
langsung
dalam
pelaksanaan
Pemilihan Umum.
2. Perlu
peningkatan
kesadaran
hukum
terkait
Pemilihan KDH dan WKDH serta penegakan
108
hukum yang lebih tegas dan memberikan efek
jera bagi masyarakat baik PNS, TNI/POLRI,
masyarakat pemilih, pasangan calon, dan kader
partai.
3. Perlu dilakukan reformasi partai politik dalam
segala
aspek
baik
keuangan,
organisasi,
kaderisasi, serta penguatan fungsi partai politik
dalam
memberikan
pendidikan
politik
bagi
masyarakat.
109