Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

(1)

SKRIPSI

ETNISITAS DAN PILIHAN KEPALA DAERAH

(Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan

Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

DISUSUN OLEH:

IKA RATNA SARI ARUAN 070906071

Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : DR. Warjio, M.A

Dosen Pembaca : Drs. Tony P. Situmorang, M. Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Judul : ETNISITAS DAN PILIHAN KEPALA DAERAH

Suatu studi penelitian kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010

Nama : Ika Ratna Sari Aruan Nim : 070906071

Departemen : Ilmu Politik

Skripsi ini membahas tentang hubungan kesamaan marga/etnisitas dalam menentukanpilihannya, masalah etnis/kesamaan marga merupakan masalah yang sering diperdebatkan di Indonesia Apakah masyarakat memilih berdasarkan etnis/kesamaan marga? inilah pertanyaan yang seringkali kita hadapi. Kerena kebanyakan masyarakat di Indonesia memilih berdasarkan yang satu suku/ satu marga dengannya. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneliyian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data berasal dari studi pustaka dan juga data-data dari lapangan yang diperoleh dengan menyebarkan angket atau kusioner kepada para pemilih di Kecamatan Balige. Dari hasil tersebut sebagian besar masyarakat pemilih di Kecamatan Balige memilih pasangan calon yang satu marga dan adanya hubungan kekerabatn dengan mereka. Hal ini terlihat jelas dari hasil pemungutan suara di daerah ini, dimana pasangan Kasmin Simanjuntak/Liberty Pasaribu yang menjadi pemenang, dari data yang didapatkan penulis bahwa sebagian besar yang memilih pasangan ini dikerenakan adanya faktor kesamaan marga/etnisitas dan faktor kekerabatan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan pentusunan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “ ETNISITAS DAN PILIHAN KEPALA DAERAH (Suatu studi penelitian kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010).” Penelitian ini membahas mengenai hubungan etnisitas/kesamaan marga berpengaruh dalam pilihan pemilih dan seberapa besar faktor kesamaan marga/etnisitas dalam kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu yang menjadi Kepala Daerah Toba Samosir saat ini.

Sistematika penelitian ini terdiri atas 4 (empat) Bab, disusun sebagai berikut Bab I membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metedologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II mengambarkan objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah Kecamatan Balige. Bab III berisikan penyajian data dan fakta, pembahasan dan analisis data maupun fakta yang diperoleh dari lapangan. Bab yang terakhir yaitu Bab IV berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi saran-saran yang saya peroleh setelah melaksanakan penelitian.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya mendapatkan moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si. sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. P. Antonius, M.Si. sebagai seketariat Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Warjio, M.A, sebagai dosen wali selama saya menjalankan perkuliahan sekaligus sebagai dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan, saran-saran yang baik untuk skripsi saya.

5. Bapak Drs. Tony P. Situmorang, M.S.i sebagai dosen pembaca saya yang telah begitu banyak memberikan saran-saran maupun kritikan yang membangun bagi skripsi saya ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi, Universitas Sumatera Utara, khususnya para staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama saya menjalankan perkuliahan.

7. Terlebih kepada orang tua saya, Bapak A.R. Aruan yang telah memberikan motivasi, doa, materi, dan tenaga selama perkuliahan sehingga selesainya skripsi ini, dan menjadi seorang ibu sekaligus untuk saya, kepada ibu saya Alm N.R. Nainggolan terimakasih atas kasih sayang selama ini, menjadi ibu yang terbaik untuk saya. I love you Mom…..

8. Kepada kakak saya Erni Novita Aruan. Amd terimakasih sudah menjadi kakak yang terbaik yang selalu mendengar curhatan saya dan telah menjadi sosok penganti ibu


(5)

dan juga kepada kak Susi andriani Aruan, Amg terimakasih atas saran-saran yang baik dan jadi perawat yang baik disaat saya sedang sakit.

9. Kepada abang saya Ramses Eduwat H. Aruan dan Evan G. Frinando Aruan, Amd yang selama ini memberikan motivasi dan doa bagi saya dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

10. Terimakasih juga kepada sepupu saya Rumiris, Endang serta Frischa yang rela meluangkan waktunya untuk mendampingi saya pada saat melaksanakan penelitian lapangan.

11. Teman-teman seperjuangan Eka, Christy, Maria, Elisabeth, Chandrika, Ruth, Pipin, Roma, Kartika, Yossy, Daniel, Jenius dan seluruh teman-teman dari Departemen Ilmu Politik stambuk 2007 yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan motivasi dan penghiburan kepada saya.

12. Kepada teman ku Endang Pratiwi Simanjuntak yang selalu ada disaat saya butuh teman curhat dan Robin Siagian, dan Chandra Hasibuan terimakasih atas dorongan semangat dan penghiburan saat saya menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulis skripsi ini karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Namun penulis berharap skripsi ini tetap menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai pengaruh etnisita/kesamaan marga dalam menentukan pilihan pada saat Pemilu Umum Kepala Daerah.

Medan, September 2011.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL……….. vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Kerangka Teoritis... 7

1.4.1 Partisipasi Politik ... 7

1.4.1.1 Konsep Dasar Partisipasi Politik ... 7

1.4.1.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 9

1.4.2 Perspektif Etnis ... 12

1.4.3 Perilaku Politik... 15

1.4.4 Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) ... 21

1.5 Metedologi Penelitian ... 23

1.5.1 Metedologi Penelitian ... 23

1.5.2 Jenis Penelitian... 23

1.5.3 Lokasi Penelitian... 24

1.5.4 Populasi dan Sampel ... 25

1.5.5 Teknik Pengumpulan Data... 26

1.5.6 Teknik Analisa Data ... 27


(7)

BAB II LOKASI PENELITIAN... 33

II.1. Deskripsi Kecamatan Balige ... 33

II.1.1 Keadaan Geografis ... 29

II.2. Demografi ... 30

II.2.1. Kependudukan... 30

II.2.2. Pendidikan ... 31

II.2.3. Kesehatan ... 35

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 39

III.1. Data Responden ... 40

III.2. Analisis Jawaban Responden ... 43

III.2.1. Evaluasi Tentang Partisipasi ... 43

III.2.2. Evaluasi Tentang Etnisitas... 47

III.3. Analisi Data ... 51

BAB IV PENUTUP ... 54

IV.1. Kesimpulan ... 54

IV.2. Saran ... 56


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin………... 31

TABEL 2 : Klasifikasi penduduk berdasarka usia………... 31

TABEL 3 : Klasifikasi penduduk berdasarkan agama………. 32

TABEL 4 : Klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan………. 34

TABEL 5 : Nama desa dan pemilih tetap berdasarkan jenis kelamin………….. 36

TABEL 6 : Rekapitulasi jumlah surat suara………. 38

TABEL 7 : Hasil suara calon pasangan Kepala Daerah………... 38

TABEL 8 : Distribusi responden berdasarkan umur………. 40

TABEL 9 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin……… 40

TABEL 10 : Distribusi responden berdasarkan agama……….. 41

TABEL 11 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir………. 41

TABEL 12 : Distribusi responden berdasarkan suku……… 42

TABEL 13 : Distribusi jawaban responden yang setuju dengan pelaksanaan Pemilihan KepalaDaerah secara langsung……….. 43

TABEL 14 : Distribusi jawaban responden tentang sudah berapa kali responden mengikuti Pemilihan Umum………. 44

TABEL 15 : Distribusi jawaban responden tentang alasan responden mengikuti Pemilihan Kepala Daerah……… 44

TABEL 16 : Distribusi jawaban responden tentang pelaksanaan pemilihan umum Kepala Daerah berjalan dengan Luberjurdil……… 45

TABEL 17 : Distribusi jawaban responden tentang bagaimana responden mengetahui calon-calon Kepala Daerah……… 45

TABEL 18 : Distribusi jawaban responden tentang alasan responden memilih Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu………. 46


(9)

TABEL 19 : Distribusi jawaban responden tentang faktor-faktor paling dominan dalam memilih pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu………… 47 TABEL 20 : Distribusi jawaban responden tentang pemahaman responden akan partisipasi

politik………. 48 TABEL 21 :Distribusi jawaban responden tentang apakah kesamaan marga

mempengaruhi responden dalam menjatuhkan pilihannya pada Pilkada……… 48 TABEL 22 : Distribusi jawaban responden tentang apakah faktor agama mempengaruhi

responden dalam menjatuhkan pilihannya pada Pilkada 2010………. 49 TABEL 23 : Distribusi jawaban responden dalam tentang apakah faktor kekerabatan juga

mempengaruhi responden dalam menjatuhkan pilihannya pada Pilkada 2010.. ………. 50

   


(10)

ABSTRAK

Judul : ETNISITAS DAN PILIHAN KEPALA DAERAH

Suatu studi penelitian kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010

Nama : Ika Ratna Sari Aruan Nim : 070906071

Departemen : Ilmu Politik

Skripsi ini membahas tentang hubungan kesamaan marga/etnisitas dalam menentukanpilihannya, masalah etnis/kesamaan marga merupakan masalah yang sering diperdebatkan di Indonesia Apakah masyarakat memilih berdasarkan etnis/kesamaan marga? inilah pertanyaan yang seringkali kita hadapi. Kerena kebanyakan masyarakat di Indonesia memilih berdasarkan yang satu suku/ satu marga dengannya. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneliyian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data berasal dari studi pustaka dan juga data-data dari lapangan yang diperoleh dengan menyebarkan angket atau kusioner kepada para pemilih di Kecamatan Balige. Dari hasil tersebut sebagian besar masyarakat pemilih di Kecamatan Balige memilih pasangan calon yang satu marga dan adanya hubungan kekerabatn dengan mereka. Hal ini terlihat jelas dari hasil pemungutan suara di daerah ini, dimana pasangan Kasmin Simanjuntak/Liberty Pasaribu yang menjadi pemenang, dari data yang didapatkan penulis bahwa sebagian besar yang memilih pasangan ini dikerenakan adanya faktor kesamaan marga/etnisitas dan faktor kekerabatan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, dimana prinsip dasar demokrasi ialah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik atau disebut kegiatan sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan jalan untuk memilih pemimpin secara langsung, dan juga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah.1 Partisipasi dari masyarakat tersebut dengan melalui mereka yang ikut serta dalam mengubah keputusan yang diatas oleh penguasa yang akan digantikan dengan mempertahankan kekuasaannya. Dalam hal ini perorangan baik dalam kelompok akan selalu berusaha untuk mempengaruhi pemerintah baik yang akan ditentukan oleh alternatif yang akan digunakan mencapai tujuan mereka sendiri.

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan, sehingga partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, kerena semakin sadar bahwa dirinya diperintah.2 Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang akan duduk dilembaga pemerintahan. Dengan kata lain partisipasi langsung dari masyarakat yang seperti ini merupakan penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori demokrasi menyebut bahwa perlunya partisipasi politik masyarakat pada dasarnya disebabkan bahwa masyarakat tersebut

       1

A.Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Graha Ilmu, 2007,Hal 285 2


(12)

sangatlah mengetahui apa yang mereka kehendaki.3 Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak diwujudkan, dan untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya ditengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakkan. Upaya menegakkan norma-norma tersebut mengharuskan adanya lembaga pemerintah yang memiliki otoritas tertentu agar norma-norma yang ada diataati. Dengan demikian kegiatan individu dalam masyarakat terjadi sekurang-kurangnya karena kesempatan, norma-norma serta kekuatan untuk mengatur tertib masyarakat kearah pencapaian tujuan.

Pelaksanaan tujuan berarti penentuan kebijakan umum (public policy), baik berupa pengaturan maupun alokasi sumber daya yang ada dalam masyarakat, sedangkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut perlu adanya kekuasaan yang dipakai untuk menciptakan kerjasama, menegakkan aturan-aturan atau norma-norma, dan menyelesaikan konflik yang mungkin saja akan timbul. Dengan adanya kekuasaan, yang lebih tepat disebut dengan kewenangan, lembaga politik atau pemerintah dalam masyarakat dapat menegakkan aturan-aturan yang ada untuk mewujudkan tujuan. Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, antara lembaga pemerintah dengan kelompok masyarakat, serta individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan,pelaksanaan, dan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik dapat diartikan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Perilaku politik yang ditunjukan oleh individu merupakan hasil pengaruh dari beberapa faktor, baik faktor interval maupun faktor eksternal yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosil budaya.4

      

3 

Miriam Budiardjo,Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia,1982,hal.2. 

4 


(13)

Pada dasarnya manusia yang melakukan kegiatan politik dapat dibedakan menjadi dua yaitu warga negara yang memiliki fungsi pemerintahan (pejabat pemerintah) dan warga negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan tetapi memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintah (fungsi politik). Fungsi pemerintahan dan fungsi politik dilaksanakan oleh struktur yang berbeda, yaitu suprastruktur politik bagi fungsi-fungsi pemerintahan dan infrastruktur politik bagi fungsi-fungsi politik.5

Partisipasi tidak hanya dibina oleh partai politik, tetapi juga melalui organisasi-organisasi yang mencakup golongan pemuda, golangan buruh, serta organisasi-organisasi kebudayaan dengan melalui pembinaan yang ketat potensi masyarakat dapat dimanfaatkan secara kendali. Ada faktor utama yang membentuk partisipasi di Indonesia salah satunya adalah faktor etnisitas/kesamaan marga. kelompaok etnis mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Dengan adanya kesukuan atau kesamaan marga sehingga dapat mempengaruhi pilihannya.

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir periode 2010-2015 yang lalu merupakan salah satu wujud demokrasi di mana semua masyarakat di Kabupaten Toba Samosir memiliki hak untuk memilih sendiri pemimpinnya secara langsung.

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir diikuti oleh lima pasangan calon bupati dan wakil bupati, kelima pasangan tersebut didukung oleh partai-partai politik. Berikut ini adalah Nomor Urut Calon Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir pada Pilkada Toba Samosir 2010:

 Pasangan Nomor Urut 1 Parluhutan Sitorus-Asmadi Lubis

 Pasangan Nomor Urut 2 Mindo Tua Siagian-Ervan Siahaan

 Pasangan Nomor Urut 3 Monang Sitorus-Mangatas Silaen

 Pasangan Nomor Urut 4 Tanggo Napitupulu-Reinward Simanjuntak

      

5 


(14)

 Pasangan Nomor Urut 5 Kasmin Simanjuntak-Liberty Pasaribu

Para calon bupati dan calon wakil yang tersebut diatas saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari masyarakat agar dapat memperoleh suara terbanyak pada saat dilaksanakannya Pemilihan Kepala Daerah. Dari kelima calon bupati dan calon wakil bupati tersebut pasangan dengan Nomor Urut 5 Kasmin Simanjuntak-Liberty Pasaribu berhasil memenangkan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir periode 2010-2015, yaitu dengan rincisn suara sebagai berikut:

 Pasangan Parluhutan Sitorus-Asmadi Lubis sebanyak 8.930Suara

 Pasangan Mindo Tua Siagian-Ervan Siahaan sebanyak 2.054 Suara

 Pasangan Monang Sitorus-Mangatas Silaen sebanyak 18.396 Suara

 Pasangan Tanggo Napitupulu-Reinward Simanjuntak sebanyak 2.766 Suara

 Pasangan Kasmin Simanjuntak-Liberty Pasaribu sebanyak 27.259 Suara

Sesuai dengan data yang diperoleh dari lembaga KPU Toba Samosir Secara keseluruhan jumlah suara yang terkumpul sesuai data-data suara sebanyak 59.405 suara. Sementara itu jumlah daftar pemilu tetap (DPT) pada pemilukada ini sebanyak 82.002 suara. Adapun jumlah pemilih dalam salinan daftar pemilu tetap (DPT) Yang tidak menggunakan hak suara nya sebanyak 15.372 suara, yang tidak sah sebanyak 7.225 suara. Dari total tersebut maka pelaksanaan pemilukada Kabupaten Toba Samosir satu putaran.

Untuk hasil pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir, pasangan Kasmin Simanjuntak dengan Liberty Pasaribu memperoleh kemenangan mutlak daripada pasangan calon Bupati dan wakil bupati yang lain bahkan mengalahkan suara pasangan Monang Sitorus dengan Mangatas Silaen yang kita ketahui bahwa pasangan ini merupakan bupati Toba Samosir periode tahun 2005-2010 lalu

Dari studi-studi yang telah dilakukan oleh para mahasiswi Departemen Ilmu Politik sebelumnya ditemukan adanya hubungan kesamaan marga/etnisitas dalam menentukan


(15)

pilihannya. Berangkat dari hasil penelitian tersebut saya kemukakan di atas maka saya tertarik untuk meneliti kembali pengaruh hubungan etnisitas/kesamaan marga dalam menentukan pilihannya, apakah Kecamatan Balige merupakan masyarakat yang memilih dengan tidak rasional atau memilih karena adanya faktor kesamaan etniitas/kesamaan marga dalam kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu. Adapun judul dari penelitian saya adalah “Etnisitas dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi penelitian

Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir).”

1.2

Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarakan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.6 Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:

“Apakah faktor hubungan kesamaan etnisitas/marga dapat mempengaruhi

kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Simanjuntak pada pemilihan Bupati Toba Samosir 2010 khususnya di Kecamatan Balige?”

      

6 


(16)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Secara rinci penelitian ini bertujuan uintuk:.

1. Untuk mengetahui adanya keterkaitan etnisitas dalam mempengaruhi hasil suara pemilihan Bupati Tahun 2010.

2. Untuk mengetahui tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, dalam pemilihan umum Bupati Toba Samosir 2010.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis adalah:

1. Secara Teoritis maupun Metodologi studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dean pendalaman studi perilaku politik khususnya di Indonesia

2. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah melalui penelitian ini.

3. Bagi akademis, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks ilmu Politik di indonesia.

4. Menambah pengetahuan bagi masyarakat, yang dalam hal ini lebih diprioritaskan kepada perilaku politik masyarakat secara umum.


(17)

1.4. KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori.

1.4.1 Partisipasi Politik

1.4.1.1. Konsep Dasar Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghindari rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan.7

Menurut Closky (1982) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses kebiljakan umum, kegiatan partisipasi politik pada intinya tertuju kepada dua subjek, yaitu: 1. Pemilihan penguasa, dan 2. Melaksanakan segala kebijakan penguasa(pemerintah).

Partisipasi politik merupakan cerminan dari sikap politik warga negara yang berwujud dalam perilaku baik secara psikis maupun secara fisik. Partisipasi politik yang dikehendaki adalah partisipasi yang tumbuh atas kesadaran sebagai partisipasi murni tanpa paksaan.

Kajian perilaku politik dapat dilakukan dengan mengggunakan tiga unit analisis yaitu individu sebagai aktor politik, agregasi politik, dan tipiolgi kepribadian politik.

      

7 


(18)

Partisipasi publik pada dasarnya merupkan bagian dari partisipasi pada umumnya, merajuk pada hasil survey yang dilakukan Charles Adrian dan James Simith tahun 1995-1997, partisipasi dikelompokkan dalam tiga bentuk:8

1. Partisipasi yang lebih pasif

Didalam tipe ini, partisipasi dilihat dari keterlibatam poltik seseorang, yakni sejauh mana orang itu melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat terhadap politik, dan sering berdiskusi mengenai isu-isu politik dengan teman.

2. Partisipasi yang lebih aktif

Yang menjadi perhatian adalah sejauh mana orang itu terlibat didalam organisasi-organisasi atau asosiasi-asosiasi sukarela seperti kelompok-kelompok keagamaan, olahraga, pencinta lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh.

3. Partisipasi yang berupa kegiatan-kegiatan protes

Partisipasi ini dilihat dari keikutan sertaan mendatangani petisi, melakukan boikot, dan demonstrasi

Keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti setiap kegiatan pemilihan umum dapat dikatakan cukup tinggi diIndonesia, hal ini dapat diukur dengan rata-rata partisipasi politik masyarakat untuk ikut dalam pemilihan umum semenjak pemilihan umum tahumn 1991 sampai dengan pemilihan umum 1992 mencapai hingga 102,3 juta, atau lebih dari 90% masyarakat pemilih yang terdaftar, dan apabila kita membicarakan tentang berbagai perilaku pemilihan, yang dalam hal ini adalah perilku pemilihan etnis Batak Toba, ada dua teori utama dalam perilaku pemilih:

1. Teori Pemilih Rasional

Dalam teori pemilihan rasional, pemilih diasumsikan memiliki proferensi politik yang tidak berubah. Maka tidak tepat menggunakan teori pemilih rasional untuk menjelaskan

      

8 

Kacung Marijan,Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca‐Orde Baru,Jakarta: Kencana, 2010,  hal.111 


(19)

perilaku pemilih yang preferensi politiknya justru berubah-ubah, seperti yang dialami oleh pemilih pemula. Dengan kata lain, pada teori pilihan rasional lebih melihat kepada akal pikiran yang rasional, siapapun yang akan mencoba mempengaruhi seorang pemilih, dia tidak gampang terpengaruh sekalipun mendapatkan tawaran yang menjanjikan karena dia lebih menggunakan logika dalam bertindak. Seorang pemilih menurut teori ini tidak tergabung dalam sebuah organisasi/partai politik.

2. Teori Pemilih Psikologi

Menurut teori ini, pemilih terkait kepada partai atau kandidat presiden karena ikatan partisan dan simbolik Ikatan partisan dan simbolik ini biasanya mengakar dalam sehingga membuat preferensi politik menjadi stabil. Karenanya teori ini juga tidak tepat dipakai untuk mejelaskan ketidakstabilan prefensi politik pemilih.

Kedua teori diatas juga mengisyaratkan partai politik yang kuat. Karena hanya dengan adanya partai politik yang kuat maka pemilih rasional dapat menimbang semua pilihan yang ada rasional, dan pemilih psikologis dapat membuat ikatan batin dengan partai tersebut. Di negara-negara yang masih dalam proses konsilidasi demokrasi, seperti indonesia, sinyal dari partai politik yang menginformasikan posisi idiologi dan kebijakan partai lemah atau sama sekali tidak ada, dalam negara demokrasi baru, partai politik belum berfungsi sebagaimana mestinya, maka media massa memainkan peran besar dalam menyalurkan informasi politik. Tetapi bukan berarti media adalah saluran informasi politik satu-satunya.

1.4.1.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi dengan asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi. Orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan poltik yang dibuat dan dilaksankan pemerintah dengan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan kehidupan warga masyarakat maka warga


(20)

masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Karena itu yang dimaksud dngan partisipasi adalah keikutan sertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.

Partisipasi politik dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai suatu kegiatan dan membedakan partisipasi aktif dan partisipasi pasif.9 Partisipasi aktif merupakan mencakupi semua kegiatan warga Negara dengan mengajukan usul tentang kebijakan umum, untuk mengajukan alternative kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pemimpin pemerintah. Pada pihak yang lain bahwa partisipasi pasif antara lain beberapa kegiatan dengan mematuhi peraturan-peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan dengan demikian saja setiap keputusan pemerintah.

Bermacam-macam partisipasi politik yang terjadi diberbagai Negara dari bebagai waktu. Kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk non-konvensional seperti petisi, kekerasan dan revolusi. Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas system politik, integrasi kehidupan politik dan kekuasaan politik dank epuasan atau ketidakpuasan warga Negara.10

Dalam buku perbandingan Sistem Politik Indonesia yang dikutip oleh Mas’oed dan Mac. Andrew 1981, Almond membedakan partisipasi politik atas dua bentuk, yaitu: (1) Partisipasi politik konvensional yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. (2)Partisipasi politik non konvensional yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang tidak lazi dilakukan dalam kondisi normal, bahkan dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.

      

9  

Ramlan Surbakti,op.Cit, hal 285 

10 


(21)

Partisipasi dalam pemungutan suara jelas merupakan hanya partisipasi saja karena hal tersebut sering terjadi dan memiliki makna yang berbeda pada setiap penyelenggaraan pemilihan umum. Maka sebaliknya partisipasi dalam pemungutan suara dengan meningkatkan dalam sustu masyarakat, dengan demikian bentuk-bentuk dari partisipasi politik yang lainnya akan meningkat.11

Pembentukan pemerintah yang didasarkan pada partai politik seringkali menciptakan harapan yang tersebar luas bahwa orang dalam menjalankan kekuasaan politik bukan karena kelahiran melainkan berkat kemahiran dalam politik, ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi seseorang ataupun masyarakat dalam mengambil keputusan dalam pemilihan umum yang mempengaruhi partisipasi politik yaitu:12

1. Pendidikan, pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya dengan peningkatan penguasaan teori dan keterlampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Oleh karena itu pendidikan tinggi dapat memberikan informasi tentang politik dan persoalan-persoalan politik dapat judga dengan mengembangkan kecakapan dalam menganalisa menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik.

2. Perbedaan jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin dan status social ekonomi juga dapat mempengaruhi keaktifan seseorang dalam berpartisipasi politik, bahwa kemajuan social ekonomi suatu Negara dapat mendorong tingginya tingkat partisipasi politik.

3. Aktifitas kampanye, pada umumnya kampanye-kampanye politik hanya dapat mencapai pengikut setiap partai, dengan memperkuat komitmen mereka untuk memberikan

      

11 

Ibid,hal 14 

12 

Mochtar Mas’oed dan Collin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajahmada uniiversirty,  1986,hal 45. 


(22)

suara. Dengan demikian yang menjadi persoalan dalam kaitannya dengan tingkat bentuk partisipasi politik masyarakat adalah terletak dalam kedudukan partisipasi tersebut.

1.4.2. Perspektif Etnis

Seperti yang diungkapkan oleh Suyono dalam Kamus Antropologi. Presindo Jakarta,1985, bahwa etnis adalah sesuatu hal yang mempunyai kebudayaan tersendiri. Sebagai contoh, bangsa dalam arti etnis maksudnya suatu sistem kemasyarakatan yang memiliki kebudayaan tersendiri, kerena mereka berasal dari satu keturunan, Menurut Fredik Barth dalam bukunya yang berjudul ‘Kelompok Etnis dan Batasnnya’. UI Press Jakarta, 1988, bahwa kelompok etnis dikenal sebagai suatu populasi yang:

1 Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan.

2 Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk kebudayaan.

3 Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.

Semakin kuat pandangan bahwa etnisitas, secara substansial bukan sebuah fakta yang ada dengan sendirinya, melainkan keadaannya bertahap.13 Masalah etnis merupakan masalah yang sering diperdebatkan di indonesia. Apakah masyarakatmemilih berdasarkan etnis atau partai politik yang diusung? Inilah pertanyaan yang seringkali kita hadapi. Masalah etnis tentu mempunyai kaitan dengan prefensi politik dari masyarakat. Kerena kebanyakan masyarakat di indonesia memilih berdasarkan yang satu suku dengannya. Menguatnya identitas kesukuan mempunyai berbagai konsekuensi. Dua jenis konsekuensi yang terpenting adalah: Pertama, menjauhkan diri atau bahkan keluar dari tatanan negara bangsa. Kedua, berusaha mendudukkan orang sesuku dalam pemerintahan negara bangsa.

      

13 


(23)

Opsi kedua seringkali kita temui dalam berbagai jenjang pemerintahan di indonesia, baik dari pemerintahan pusat dan daerah. Budaya dominan yang berasal dari kelompok etnis yang dominan pula, yakni etnis jawa. Apalagi pada masa Orde Baru, yang dipimpin oleh Soeharto, dominan daripada etnis yang besar sangatlah dapat dirasakan oleh masyarakat pada masa itu.

Batak berarti pengembara, mengembara. Membatak = melanglang, merampok, menyamun, dan merampas. Menurut buku karangan Batara Sangti Simanjuntak yang berjudul “Sejarah Batak” mengutip buku “Hang Tuah” cetakan ketiga penerbit Balai Pustaka bahwa asal kata batak berasal dari kata “Bataha” sebagai salah satu kampung di Birma, dimana kemudian bataha menjadi kata batak.14

Mengapa suku batak disebut sebagai suku tersendiri, dan sebutan ini bukan untuk suku Melayu. Ada 4 hal yang membedakan mengapa suku batak disebut sebagai suku yang tersendiri dibandingkan dengan suku Melayu, yakni:15

1 Suku Batak memiliki bahasa yang berbeda dengan suku Melayu.

2 Suku Batak memiliki aksara sendiri, sedangkan suku Melayu menggunakan aksara Latin.

3 Suku Batak memiliki karekter yang berbeda dengan suku Melayu. Suku batak lebih identik dengan kekerasan.

4 Suku Batak memiliki alat penghitungan menunjuk waktu dan hari, sedangkan suku Melayu tidak memilikinya.

Etnis batak masih terbagi kedalam beberapa sub bagian, dimana etnis ini tersebar di hampir seluruh daerah Sumatera Utara, yakni:16

1 Etnis Batak Toba, yang mendiami daerah Toba, Tapanuli Utara, Samosir. Masyarakat etnis batak toba sendiri mayoritas beragama Kristen Protestan dan Kristen

      

14 

Kamus Besar Bahasa Indonesia 

15 

Marihot Siagian, Buku Bunga Rampai: Paradaton, Medan: CV.Lopian, 1992, hal.145‐146 

16 

Posman Simanjuntak, Berkenalan Dengan Antropologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000, hal.19   


(24)

Katolik yang disebarkan oleh para misionaris dari zending yang berasal dari Belanda dan Jeran sejak tahun 1863. Pada Penelitian ini, penulis ingin meneliti bagaimana perilaku pemilih etnis Batak yang ada di Toba Samosir, Kecamatan Balige.

2 Etnis Batak Karo, yang mendiami daerah Tanah Karo, sebagian wilayah Binjai dan Langkat. Masyarakat etnis batak karo mayoritas beragama Kristen Katolik dan Prosestan.

3 Etnis Batak Simalungun, yang mendiami daerah Kabupaten Simalungun, dan masyarakat etnis ini mayoritas beragama Kristen Prosestan.

4 Etnis Batak Mandailing, yang mendiami daerah Tapanuli Selatan, Madina, Penyabungan, dan masyarakat etnis ini mayoritas beragama Islam

5 Etnis Batak Angkola, yang mendiami daerah sipirok, dan Sipirok, dan masyarakat etnis ini mayoritas beragama Islam.

6 Etnis batak Pakpak, yang mendiami daerah Sidikalang, Pakpak, dan mayoritas etnis ini beragama Kristen Prosestan dan Kristen Katolik.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti Batak Toba di Kecamatan Balige di karenakan di Balige yang mayoritas masyarakatnya terdiri dari etnis Batak Toba.

Dalam adat istiadat batak toba dikenal istilah Dalihan Natolu, yang terdiri atas 3 bagian yakni: Somba marhula-hula yang berarti kita harus menghormati saudara laki-laki dari pihak ibu, ibunya bapak kita, maupun dari pihak istri kita. Hula-hula merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam adat istiadat etnis batak toba. Elek Marboru, yang berarti kita harus menyanyangi saudara kandung perempuan ataupun saudara perempuan dari pihak ayah kita.

Manat Mardongan Tubu, yang berarti kita harus menghargai dan menghormati teman 1

marga kia. Kita tidak bisa menyinggung perasaannya atau bahkan menyakiti hatinya karena dia sama dengan saudara kandung kita sendiri. Ketiga bagian ini saling berhubungan satu


(25)

sama lain, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing anggota masyarakat etnis batak toba.

Bila dikaitkan dengan budaya politik di indonesia, etnis batak toba tidaklah seperti etnis jawa yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap budaya politik di indonesia. Bisa dikatakan etnis batak toba merupakan etnis yang sangat kecil dan tidak diperhitungkan dalam perpolitikan di indonesia. Dalam kelompoknya, masyarakat batak toba mencari orang yang dianggap dan bijaksana dalam mengatasi berbagai persoalan dan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinan di bidang pemerintahan ini ditentukan melaluoi pemilihan. Dalam pemilihan tersebut, masih terasa adanya pengaruh sisa-sisa kebiasaan lama, yaitu memberikan prioritas kepada turunan tertua dari pembuka desa. Mereka selalu diperhitungkan dan diutamakan sebagai calon untuk dipilih menjadi pemimpin pemerintahan.17 Ada istilah bagi orang batak toba, Dang Tumangonan Tu Halak adong do di

hita ( buat apa memilih orang lain kalau masih ada dari kita sendiri). Seorang yang pandai,

bijaksana, belum tentu menang dalam pemilihan, bila faktor turunan atau kharisma tidak ada padanya. Intinya, seseorang yang akan duduk di tumpuk pimpinan harus mendapat kepercayaan dari masyarakat.

1.4.3 Perilaku Politik

Sebelum berbicara mengenai perilaku politik, kita harus terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan perilaku pemilih. perilaku pemilih (voting behavior) adalah alasan seseorang untuk menggunakan ataupun tidak mnggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum. Jika ia menggunakan hak pilihnya, alasan apa yang mendasarinya memilih partai ataupun calon yang akan dipilihnya. Sedangkan perilaku politik adalah suatu kegiatan yang

      

17 


(26)

berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.18 Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan suatu perilaku politik. Perilaku politik juga merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan, dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik.

Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk. Dalam suatu negara misalnya ada pihak yang memerintah dan pihak lain ada pihak yang diperintah. Terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang kurang setuju. Yang senantiasa melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan partai politik karena fungsi mereka dalam bidang politik.

Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi mengandung keterkaitan dengan hal-hal lain. Perilaku politik yang ditunjukkan oleh individu merupakan hasil pengaruh beberapa faktor. Adapun afaktor-faktor yang membentuk suatu perilaku politik adalah: (1) Faktor genetik (turunan). Misalnya kecerdasan, pemalu. (2) Faktor lingkungan. Misalnya lingkungan bermain dan lingkungan sekolah. (3) Faktor pendidikan. Misalnya pendidikan budi pekerti.

Berbicara tentang perilaku politik, satu hal yang perlu dibahas adalah apa yang disebut dengan sikap politik. Walaupun antara sikap dan perilaku terdapat kaitan yang sangat erat, keduanya perlu dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.19 Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi baru merupakan kecenderungan. Dari

      

18 

Ramlan Surbakti, Loc. Cit. 

19 


(27)

suatu sikap tertentu dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek yang dimaksud.

Berangkat dari pemahaman sifat seperti yang telah diuraikan diatas, sikap politik dapat dinyatakan sebagai kesiapan untuk beraksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik. Dengan munculnya sikap tertentu, akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan muncul. Ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah misalnya menaikkan pajak pendapatan, merupakan suatu sikap politik. Dengan adanya ketidaksetujuan tersebut, perilaku yang diperirakan akan muncul adalah peninjauan pernyataan keberatan, protes, atau unjuk rasa. Walaupun dalam kenyataan, bisa saja perilaku semacam itu muncul, akan tetapi sekurang-kurangnya ada kecenderungan menuju kearah tersebut.

Menurut Denis Kavanagah, untuk menganalisis perilaku pemilih, antara lain sebagai berikut:20

1. Pendekatan Struktural

Dalam pendekatan ini kita dapat melihat kegiatan masyarakat peilih ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosisal masyarakat, sistem kepartaian, sistem pemilu, serta program-program yang ditonjolkan partai-partai peserta pemilu. Pada model ini, tingkah laku politik seseorang termasuk didalam penentuan pilihan ditentukan oleh pengelompokkan sosial, agama, bahasa, dan etnis/suku. Dalam pendekatan ini juga, mobilitas seseorang yang ingin keluar dari kelompok untuk bergabung dengan kelompok lain masih dikemungkinkan, karena itu, pilihan seseorang akan dipengaruhi oleh latar belakang sosial/ekonomi, demografi, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Lewat pendekatan ini dapat dibuat peta masyarakat yang keudian dimanfaatkan sebagai basis dukungan terhadap kandidat calon.

      

20 

Muhammad Asfar, Beberapa Pendekatan dalam Memahami Perilaku Pemilih, Jurnal Ilmu Politik Edisi  No.16,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996, hal. 47‐48 


(28)

2. Pendekatan Sosiologis

Pada dasarnya pendekatan sosialogis hampir sama dengan pendekatan struktural, hanya saja dalam pendekatan ini lebih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik seseorang akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut oleh kelompok tersebut.

3. Pendekatan Ekologis

Dalam pendekatan ini relevan apabila dalam daerah pemilih terdapat perbedaan karakteristik pemilih yang didasarkan pada unit teritorial. Kelompok masyarakat penganut agama, buruh, kelas menengah, suku bangsa (etnis) yang bertempat tinggal di daerah tertentu dapat mempengaruhi komposisi pemilih terhadap perubahan pilihan mereka.

4. Pendekatan Psikologi Sosial

Pendekatan ini menyatakan tingkah laku pemilih akan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal. Misalnya sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuknorma kepercayaan individu.

5. Pendekatan Pilihan Rasional

Pendekatan ini merupakan lanjutan dari pendekatan psikologi sosial yang ingin melihat kegiatan perilaku pemilih sebagai produk hitung untung/rugi. Dalam hal ini, faktor pendidikan dan kesadaran pemilih akan sangat menentukan sekali. Penganut model ini sering mencoba meramalkan tindakan manusia berdasarkan pada asumsi sederhana, yakni setiap orang berusa keras mencapai apa yang dinamakan Self interest

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat, antara lain:21 A. Faktor Sosial, yang meliputi:

      

21 

Samuel P Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 2004,  hal.6. 


(29)

1. Komunikasi Politik, yaitu komunukasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara aktual maupun pontensial, yang mengatur kegiatan dan keberadaan suatu konflik.

2. Kesadaran Politik, yang menyangkut minat dan pengetahuan seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik.

3. Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan.

4. Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai kebijajakan publik dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu objek kebijakan tertentu.

B. Faktor fisik individu dan lingkungan fisik individu

Bebicara mengenai perilaku politik, yang lebih difokuskan kepada perilaku pemilih tidaklah pernah terlepas dari partisipasi politik, partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan demokrasi sekaligus merupakan ciri khas dari Modernisasi Politik. Huntington dan Nelson membagi pengertaian mengenai partisipasi politik dalam beberapa aspek, yakni: 22“Pertama, partisipasi politik hanyalah mencakup kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Yang ditekankan adalah bagaimana bebagai sikap dan perasaan tersebut dengan bentuk tindakan politik. “Kedua, yang dimaksudakn dalam partisipasi politik adalah warga negara preman (biasa), bukan pejabat-pejabat pemerintah. “Ketiga, kegiatan partisipasi politik itu hanyalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. “Keempat, partisipasi politik berupa kegiatan mempengaruhi pemerintah yang dilakukan langsung atau tidak langsung.”

Kegiatan yang termasuk dalam partisipasi politik adalah:23

      

22 

Loc,cit 

23 

Ramlan Surbakti, Op. cit., hal.141   


(30)

1. Partisipasi politik terwujud sebagai kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati dan bukan merupakan siakp dan orientasi.

2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksanaan keputusan politik.

3. Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal dalam mempengaruhi keputusan politik pemerintah termasuk dalam partisipasi politik.

4. Kegiatan yang mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara, dan secara tidak langsung.

5. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar tanpa kekerasan, dan dengan cara-cara yang tidak wajar.

6. Kegiatan individu untuk mempengaruhi pemerintah ada yang dilakukan atas kesadaran sendiri dan ada berdasarkan desakan ataupun paksaan dari pihak lain.

Bentuk partisipasi politik menurut Miriam Budiarjo adalah: “partisipasi politik dapat bersifat aktif dan pasif, bentuk yang paling sederhana dari partisipasi politik aktif adalah ikut memberikan suara dalam Pemilu, turut serta dalma demonstrasi dan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan sumbangan. Sedangkan bentuk partisipasi adalah bentuk partisipasi yang sebentar-sebentar. Misalnya bentuk diskusi, politik informal oleh individu-individu dalam keluarga masing-masing, ditempat kerja, dan diantara sahabat-sahabatnya.24

Sedangkan menurut Ramlan Surbakti, bentuk partisipasi dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif.25

1. Partisipasi politik aktif mencakup kegiatan warga Negara mengajukan usul mengenai sutu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda kepada

      

24 

Miriam Budiardjo, Op. cit., hal. 10 

25 

Ramlan Surbakti, Memahami Politik, Jakarta: PT. Grasindo, 2003, hal.74.   


(31)

pemerintah, mengajukan saran perbaikan untuk meluruskan kerjasama, membayar pajak dan ikut dalam kegiatan pemilih pimpinan kepala daerah.

2. Partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan mentaati peraturan pemerintah, memahami dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.

1.4.4 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Otonomi daerah merupakan cikal bakal lahirnya Pilkada Langsung. Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa latin yakni autonomos/autonomia yang berasal dari dua kata autos berarti “sendiri” dan nomos berarti “aturan”.26Dalam UU No. 2 Tahun 1999 tercantum pengertian otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Muschsan memberikan 4 hal yang dimiliki oleh otonomi, yakni: 1. Mempunyai aparatur pemerintah sendiri.

2. Mempunyai urusan/wewenang tertentu.

3. Mempunyai wewenang mengelola sumber keuangan sendiri, dan 4. Mempunyai wewenang membuat kebijaksanaan/pembuatan sendiri.

Adapun tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah adalah:

1. Dari segi politik, tujuannya adalah untuk mengikutsertakan, menyalurkan aspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri maupun untuk mendukung politik kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dan proses demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah.

      

26 

Muchsan, Otonomi Seluas‐luas Sarana Mutlak dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi dan Demokrasi serta  Menghindari Ketidakadilan Daerah, Makalah dalam Lokakarya tentang Otonomi Daerah yang diselenggarakan  oleh LBH  Medan, 11 Mei 1998, hal.2. 


(32)

2. Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat serta menumbuhkan kemandirian masyarakat sehingga mampu berdiri sendiri serta tidak terlalu tergantung kepada pusat.

3. Dari segi ekonomi pembangunannya, untuk melancarkan pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat dan pada akhirnya mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PP No.6 Tahun 2005, Pasal 1 ayat 1 berbunyi:27 “Pemilihan Kepala Derah dan wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah diusulakan oleh Partai Politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu. Pilkada langsung disebut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan pertama kali diselenggarakan pada bulan juni 2005. Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyelenggara Pilkada Dilaksanakan oleh KPU Daerah.

Masalah pemilihan Kepala Daerah turut menentukan tingkat Demokratisasi sidaerah tersebut. Semakin tinggi partisipasi aktif rakyat setempat dalam proses Pemilihan Kepala Daerah, semakin tinggi pula tingkat demokratisasi di daerah tersebut. Sampai dengan saat ini, partisipasi sktif rakyat daerah dalam proses pemilihan kepala daerah masih terbatas, bahkan bias dikatakan tidak ada partisipasi langsung sama sekali. Proses pemilihan kepala daerah sepenuhnya menjadi wewenang DPRD. Peran rakyat daerah hanyalah pada saat Pemilu, yaitupada saat penyaluran dukungan melalui pencoblosan tanda gambar calon ataupun

      

27  


(33)

gambar partai politik teretentu. Setelah itu, proses politik di daerah, termasuk proses pemilihan kepala daerah sepenuhnya dilakukan oleh wakil rakyat di DPRD.28

Pilkada berupaya menghasilkan kepala daerah yang lebih baik, lebih berkualitas dan memiliki aspekbilitas politik yang tinggi serta derajat legitimasi yang kuat, karena kepala daerah terpilih mendapat mandat langsung dari rakyat. Penerimaan yang cukup luas dari masyarakat terhadap kepala daerah terpilih sesuai dengan prinsip mayoritas perlu agar kontroversi yang terjadi dalam pemilihan dapat dihindari. Pada gilirannya, pemilihan kepala daerah secara langsung akan menghasilkan Pemerintah Daerah yang lebih efektif dan efisien, karena legitimasi eksekutif menjadi cukup kuat, dan tidak gampang digoyang oleh legislative. Selain itu, pemilihan kepala daerah secara langsung dapat menghindarkan praksis politik daerah dari aroma Money Politics. Tidak mungkin bagi calon kepala daerah, baik itu calon Gubernur atau Bupati/Walikota, untuk menyuap seluruh rakyat daerah tersebut yang berjumlah jutaan orang. Sedangkan jika tetap memakai system perwakilan, money politics adalah sangat mungkin karena jumlah wakil rakyat daerah relatif sedikit. Bertambahnya luasnya ruang bagi partisipasi aktif rakyat daerah berarti semakin mendekatkan praksis politik di daerah dengan demokrasi ideal.

1.5. METEDOLOGI PENELITIAN

1.5.1. Metedologi Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis, yaitu Deskripsi. Dalam kajian ilmu sosial terhadap suatu fenomena social dalah sudah tentu membutuhkan kecermatan. sebagai suatu ilmu tentang metedologi penelitian atau tata kerja, maka metedologi adalah pengetahuan tentan tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrument penelitian. Konstruksi teknik dan

      

28 


(34)

instrument yang baik dan yang benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisis untuk memecahkan suatu permasalahan.

1.5.2. Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metedologis dari penggunaan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.29 Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

Oleh karena itu saya menggunakan metode deskriptif atau kualitatif, adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan membuat, menggambarkan, meringkaskan darin berbagai kondisi dengan berbagai variable yang timbul pada masyarakat yang menjadi objek dari penelitian saya.

1.5.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Toba Samosir Kec. Balige

      

29 


(35)

1.5.4. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitisn.30

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Toba Samosir, Kecamatan Balige. Adapun jumlah suara kemenangan pasangan Kasmin Simanjuntak dengan Liberty Pasaribu,SH,Msi pada pemilihan Langsung Bupati/Wakil Bupati tahun 2010 adalah sebanyak 9337 suara.

Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunakan cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih tetap di kecamatan Balige. Karena jumlah populasi melebihi dari 100 orang, maka dalam penelitian ini akan diambil sampel dengan teknik pengambilan sampel Taro Yamane yang menggunaan rumus sebagai berikut:

N n = N.d² + 1 Keterangan :

n= Jumlah Sampel N= Jumlah Populasi

d2= Presisiditetapkan 10% dengan derajar kepercayaan 90%

Dari rumus diatas maka akan dapat diambol kesimpulan sebagai berikut:

15372

n= 15372(0,01) + 1

      

30 


(36)

15372 n= 153,72+1

15372

n= 154,72

n= 99,37

Dengan demikian telah diperoleh sampel pada penelitian ini sebanyak 99 orang.

Pada teknik pengambilan sampel penulis menggunakan teknik pengambilan sampel purposif (purposial sampling), yang dalam hal ini sampel ditetapkan sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, sehingga tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang telah dilakukan dalam teknik random.

1.5.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tatang M. Arifin mengatakan bahwa “data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.” Dengan demikian tidak semua informasi atau keterangan merupakan data, hanyalah sebagian saja dari informasi, yakni berkaitan dengan penelitian.

Dalam suatu penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpulan data ini sangat berpengaruh terhadap obyektifitas hasil penelitian. Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(37)

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Data Primer: yaitu penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data dengan terjun langsung kelokasi penelitian dengan cara:

Kusioner/angket, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan angket yang berisi daftar pernyataan kepada responden.

1.5.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis analisan data kualitatif dengan menyajikan data menggunakan system table tunggal, dimana jenis analisa data seperti ini banyak dipergunakan dalam jenis penelitian deskriptif, yakni suatu metode lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang teperinci dan metode penelitian seperti ini lebih menggunakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam tertentu menurut pandangan peneliti31 dan kemudian data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk table-tabel dan urian.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci, dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan

      

31 


(38)

metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan memberikan gambaran secara umum tentang sejarah singkat lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Toba samosir, Kecamatan Balige.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini berisi penyajian data-data yang telah diperoleh dari lapangan dan juga analisa dari data-data penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik dan hubungan etnis batak yang mempengaruhi prefensi politik di kecamatan Balige.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasilpenelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik secara pribadi maupun bagi lembaga-lembaga yang terkait secara umum.


(39)

BAB II

LOKASI PENELITIAN

2.1.

DESKRIPSI KECAMATAN BALIGE

2.1.1. KEADAAN GEOGRAFIS

Kecamatan Balige terletak pada ketinggian 905-1.200 meter dari permukaan laut sehingga suhu udara cukup lembab. Luas wilayah mencapai 91,05 km2 dan tersebar di 35 desa. Untuk lebih meningkatkan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, maka pada tahun 2009 jumlah desa di kecamatan Balige bertambah dari 33 Desa menjadi 35 Desa. Adapun desa yang bertambah adalah Desa Tambunan Sunge Hasil Pemekaran Desa Lumban Gaol dan Desa Pea Timur hasil Pemekaran Desa Lumban Pea.

Luas lahan di kecamatan Balige seluas 9.105 Ha dan dimanfaatkan untuk lahan sawah sebanyak 2.926 Ha dan sisanya merupakan lahan kering. Lokasi bangunan/perumahan dan lainya. Areal lahan sawah terluas ada di Desa Baruara seluas 237 Ha dan luas lahan sawah terkecil berada di Desa Siboruan dan kelurahan Balige I masing-masing dengan luas 20 Ha.

Kecamatan Balige terdiri dari 29 Desa dan 6 kelurahan dengan ibukota kecamatan yaitu kelurahan Napitupulu Bagasan, dimana 2 desa/kelurahan masih merupakan desa swadaya, 29 desa/kelurahan swakarya dan 4desa/kelurahan yang sudah berhasil swasembada. 4 desa/kelurahan yang telah termasuk swasembada adalah kelurahan Sangkar Nihuta, kelurahan Pardede Onan, kelurahan Napitupulu Bagasan dan kelurahan Balige III. Desa/Kelurahan di kecamatan ini dibagi atas 100 dusun dan 31 lingkungan.

Kecamatan balige berbatasan dengan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Toba.

 Sebelah Selatan berbatan dengan Kabupaten Tapanuli Utara.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tampahan.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Laguboti.32

      

32  


(40)

2.2.

DEMOGRAFI

2.2.1. KEPENDUDUKAN

Kecamatan Balige merupakan kecamatan terpadat penduduknya karena kecamatan ini merupakan pusat ibukota kabupaten. Jumlah penduduk Kecamatan Balige sebanyak 44.389 orang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,5 jiwa/km2. Mayoritas penduduk Kecamatan Balige adalah perempuan yaitu 22.603 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 21.786 jiwa. Jumlah penduduk di tiap desa sangat bervariasi dimana penduduk terbesar terdapat di Desa Sangkar Nihuta dihuni 4.523 jiwa dan terendah di Desa Siboruan sebanyak 202 jiwa.

Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Napitupulu Bagasan sebanyak 7.258,3 jiwa per km2 sedangkan kepadatan terendah berda di Desa Hutanamora sebanyak 36,6 jiwa per km2.

Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kecamatan Balige, penduduk paling banyak berada pada usia muda , yaitu 8.340 jiwa. Sedangkan pada kelompok umur usia tua hanya sekitar 1.077 jiwa. Pada tahun 2009, jumlah rumah tangga di Kecamatan Balige adalah 8.512 rumah tangga dengan rata-rata ART sebanyak 5 jiwa.

Masyarakat Kecamatan Balige terdapat banyak marga namun marga yang asli yaitu Napitupulu, Tampubolon, Siahaan, Hutagaol, Sianipar, Siagian, Simanjuntak, Silalahi adapun marga-marga yang lain merupakan masyarakat pendatang.

TABEL I

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 21.786 49,1%

2 Perempuan 22.603 50,9%

Total 44.389 100%


(41)

Berdasarkan tabel di atas maka dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kecamatan Balige lebih banyak didominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan.

TABEL 2

Klasifikasi Penduduk Kecamatan Balige Berdasarkan Usia No Kelompok

Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

1 0-4 2.216 2.162 4.378 9,7%

2 5-16 5.967 5.925 11.892 27%

3 17-34 7.178 7.072 14.299 32,2%

4 35-49 3.289 3.763 7.052 15,9%

5 50 Keatas 3.136 3.632 6.768 15,2%

Total 21.786 22.603 44.389 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir

Dari tabel 2 di atas dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kecamatan Balige mayoritas berusia 17-55 Tahun keatas (termasuk usia produktif dan memiliki hak pilih dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Toba Samosir Kecamatan Balige Tahun 2010).

Apabila partai politik ataupun calon bupati dan calon wakil bupati dapat menyakinkan hati penduduk untuk menggunakan hak pilihnya dan memilih mereka dalam pemilihan Umum Kepala Daerah, maka kesempatan mereka untuk memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir semakin terbuka lebar jika dilihat dari banyak jumlah penduduk usia produktif dan memiliki hak pilih dalam Pemilukada Di kecamatan Balige.


(42)

TABEL 3

Klasifikasi Penduduk Kecamatan Balige Berdasarkan Agama

No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase

1 Islam 1.859 4,15 %

2 Kristen protestan 32.142 72 %

3 Kristen katolik 1.0838 24,2%

Total 44.839 100%

Sumber: Profil Kecamatan Balige

Dari tabel 3 dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kecamatan Balige mayoritas beragama Kristen Protestan, yaitu hampir separuh penduduk Kecamatan Balige (72%) menganut agama Kristen Protestan.

Untuk klafikasi penduduk di Kecamatan Balige berdasarkan etnis/suku, menurut pengakuan kepala Camat Balige serta kepala desa yang ada di Balige, tidak pernah dilakukan pendataan mengenai klasifikasi penduduk Kecamatan Balige berdasarkan etnis/suku tersebut. namun demikian beliau mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Balige merupakan suku Batak Toba. Hanya sebagian kecil dari penduduk Kecamatan Balige yang merupakan masyarakat pendatang di Kecamatan Balige, yaitu Suku Batak Karo, Nias dan Suku Jawa yang bermukim di Kecamatan Balige. Namun demikian, peneliti menyadari keterbatasan pengetahuan dan juga keterbatasan para pegawai kantor Kecamatan Balige untuk melakukan pencatatan ulang data-data hasil sensus Penduduk.

Menurut Kepala Desa Hinalang Bagasan, Bapak Hotma Siahaan mengatakan bahwa sensus seharusnya dilaksanakan 2 kali dalam setahun agar data-data penduduk lebih akurat karena pertumbuhan penduduk sangat cepat. Bapak Hotma Siahaan menambahkan bahwa faktor kurangnya kepudulian Pemerintah terhadap data-data tersebut sehingga terjadinya keterbatasan data-data sensus penduduk.


(43)

Salah satu unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan yang baik dan berkesinambungan adalah tersedianya sumber daya manusia yang cukup dan memiliki keahlian/skill yang tinggi. Keahlian yang tinggi dapat diperoleh melalui pemberian pembelajaran lebih dini melalui wajib belajar minimal 9 tahun.

Untuk mendukung hal tersebut di atas, sampai dengan tahun 2009, ketersediaan prasarana sekolah sebagai salah satu faktor pendukung kemajuan pendidikan di Kecamatan Balige telah tersedia mulai dari pendidikan TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi, dimana masing-masing berjumlah 5 TK,31 SD, 8 SLTP,13 SLTA, dan 2 Perguruan Tinggi, dimana jumlah lembaga pendidikan negeri lebih banyak dibandingkan lembaga pendidikan yang disekolah swasta.

Bagian lain dari proses pendidikan adalah adanya guru sebagai tenaga kerja pendidik/pengajar yang membimbing dan mengarahkan murid-murid agar mengerti apa yang ingi diketahuinya. SD,SLTP, dan SLTA yang ada di kecamatan Balige, memiliki 1.030 guru yang terdidr dari 31 guru TK, 322 guru SD, 212 guru SLTP dan guru SLTA sebanyak 465 orang. Jika dilihat rasio antara guru dan murid, maka rasio guru dan murid tingkat SD memiliki tingkat rasio tertinggi disbanding tingkat pendidikan SLTP dan SLTA sebesar 16,01 yang artinya setiap guru SD rata-rata 16 orang murid. Sementara rasio untuk tinkat SLTP dan SLTA masing-masing sebesar 13,89 dan 14,05. Jenjang pendidikan perguruan tinggi di Kecamatan Balige juga telah tersedia, yaitu Akademi Diakones HKBP sebanyak 56 orang dengan dosen masing-masing 8 orang dan 12 orang.


(44)

TABEL 4

Klasifikasi Penduduk Kecamatan Balige Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 5.156 34,72%

2 SMP/SLTP 2.944 20%

3 SMU/Sederajat 6.534 44%

4 D3/Sederajat 162 1,1%

5 S1/Sederajat 56 0,4%

6 S2/Sederajat - -

Total 14.852 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir

Dari Tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Balige tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu 8.100 penduduk (jumlah seluruh yang hanya tamatan SD dan tamatan SMP/Sederajat) sementara jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya tinggi hanya 6.752 (jumlah seluruh penduduk yang berpendidikan SMA/sederajat, Akademik, dan Perguruan Tinggi).

Pasangan calon bupati dan calon wakil bupati yang mengetahui latar belakang pendidikan di Kecamatan Balige tentunya akan memanfaat latar belakang pendidikan mayoritas penduduk Kecamatan yang tergolong rendah tersebut dengan melakukan Pendekatan Sosiologis berdasarkan ikatan sosial pemilih dari segi etnik, ras, agama, keluarga, dan pertemanan yang dialami oleh pemilih secara historis. Pendekatan Sosiologis tersebut akan berhasil apabila penduduk Kecamatan Balige tersebut juga merupakan jenis pemilih tradisional yang sangat mengutamakan kedekatan sosial budaya, nilai, asal-usul, faham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih suatu partai politik. Tingkat pendidikan pemilih sering sekali dikaitkan dengan perilaku pemilih, yaitu dengan adanya anggapan bahwa semakin


(45)

tinggi tingkat pendidikan pemilih maka semakin tinggi pula tingkat rasionalitasnya dalam memilih seorang kandidat.

2.2.3. Kesehatan

Kesehatan merupakan kata kunci yang harus dipedomani, sebab manusia yang sehatlah yang dapat berpikir dan berbuat untuk untuk pembangunan negeri ini. Akan tetapi sebagai manusia suatu waktu pasti akan terkena penyakit. Menyikapi kondisi tersebut perlu adanya antisipasi melalui pengadaan sarana dan prasarana kesehatan.

Sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Balige ada sebanyak 89 unit yang terdiri dari Rumah Sakit 1 unit terletak di Desa Lumban Dolok, Puskesmas 2 unit terdapat di Desa Hinalang Bagasan dan elurahan Pardede Onan, Puskesmas Pembantu 6 unit terdapat di Desa Bonan Dolok III, Sibuntuoan, Sianipar Sihailhail, Parsuratan, Saribu Raja Janji Maria, dan Lumban Pea, Polindes 27 unit, dan Posyandu yang terdapat di setiap desa seluruhnya ada 53 unit.

Tersedianya sarana kesehatan tidak akan memiliki arti tanpa adanya tenaga medis yang memadai. Jumlah tenaga medis di Kecamatan Balige ada sebanyak 134 orang, terdiri dari dokter 18 orang, 55 orang bidan, perawat sebanyak 57 orang dan tenaga medis lainnya ada sebanyak 4 orang.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diimbangi perkembangan pembangunan yang pesat akan meghambat prose kesinambungan dari pembangunan di suatu wilayah.


(46)

TABEL 5

Nama Desa dan Jumlah Pemilih Tetap di Kecamatan Balige Pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir Tahun 2010

No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase

1 Aek Bolon Julu 104 103 207 0,87%

2 Aek Bolon Jae 84 88 172 0,72%

3 Siboruan 54 51 105 0,44%

4 Hutagaol Peatatun 377 407 784 3,30%

5 Bonan Dolok II 54 72 126 0,53%

6 Hutanamora 136 125 261 1,09%

7 Hutadame 106 95 201 0,84%

8 Bonan Dolok I 87 100 187 0,78%

9 Bonan Dolok III 176 173 349 1,47%

10 Sibuntuon 127 147 274 1,15%

11 Lumban Gorat 113 122 235 0,99%

12 Sianipar Sihailhail 239 258 497 2,09%

13 Silalahi Pagar Batu

294 321 615 2,59%

14 Hinalang Bagasan 480 523 1.003 4,22%

15 Sangakar Nihuta 999 1.029 2.028 8,54%

16 Pardede Onan 907 1.024 1.931 8,14%

17 Napitupulu Bagasan

954 946 1.900 8%

18 Balige III 576 832 1.408 5,93%

19 Balige II 140 164 304 1,28%

20 Paindoan 225 303 528 2,22%

21 Parsuratan 190 170 360 1,51%

22 Huta Bulu Mejan 252 235 487 2,05%

23 Seribu Raja Janji Maria


(47)

24 Baruara 434 480 914 3,85%

24 Matio 236 259 495 2,08%

26 Lumban Pea 491 524 1.015 4,27%

27 Lumban Gaol 418 427 845 3,56%

28 Sibola Hotang

SAS

496 546 1.024 4,31%

29 Lumban Bulbul 215 231 446 1,87%

30 Balige I 510 527 1.037 4,36%

31 Lumban Dolok 653 641 1.294 5,45%

32 Longat 157 175 332 1,39%

33 Lumban Silintong 276 295 571 2,40%

34 Lumban Pea

Timur

352 328 680 2,86%

35 Tambunan Sunge 50 52 102 0,42%

Total 11.452 12.281 23.733 100%

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kab. Toba Samosir

Berdasarkan data tabel di atas maka dapat kita lihat bahwa pemilih tetap pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kecamatan Balige lebih banyak didominisi oleh pemilih tetap yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 12.281 jiwa sedangkan pemilih tetap yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 11.452 jiwa.

Jumlah seluruh penduduk Kecamatan Balige yang terdaftar sebagai Pemilih tetap untuk setiap desa adalah 23.733 jiwa yang tersebar di 35 desa. Akan tetapi tidak semua penduduk Kecamatan Balige yang terdaftar sebagai pemilih tersebut menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir 2010.


(48)

TABEL 6

Rekapitulasi Jumlah Pemilihan dan Surat Suara Pemilihan Bupati/Wakil Bupati di Toba Samosir Tahun 2010

No Uraian Jumlah

1 Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan DPT

59.405 2 Jumlah Pemilih yang Tidak

Menggunakan Hak Pilih

15.372 3 Jumlah Surat suara yang Rusak/Tidak

Sah

7.225

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kab. Toba Samosir

Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Kecamatan Balige mempunyai tingkat partisipasi dalam pemilihan Kepala Daerah Tahun 2010 cukup tinggi.

TABEL 7

Hasil Penghitungan Suara pada Pilkada 2010 Berdasarkan Surat Suara di Kecamatan Balige

No Nama Pasangan Hasil Suara

1 Parluhutan Sitorus/Asmadi Lubis 8.930

2 Mindo Tua Siagian/Ervan Siahaan 2.054 3 Monang Sitorus/Mangatas Silaen 18.396

4 Tango Napitupulu/Reinward

Simanjuntak

2.766 5 Kasmin Simanjuntak/Liberty Pasaribu 27.259

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kab. Toba Samosir.

Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa pasangan Kasmin Simanjuntak /Liberty Pasaribu mendominasi hasil pemungutan suara di Kecamatan Balige, bahkan hampir setiap desa-desa yang ada di Kecamatan Balige. Hal ini dikarenakan pasangan Kasmin Simanjuntak/Liberty Pasaribu mempunyai banyak kesamaan marga/hubungan kekerabatan dengan masyarakat yang berada di Kecamatan Balige.


(49)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Setelah penelitian lapangan di lakukan dengan cara membacakan angket kepada responden, maka diperoleh berbagai data mengenai jawaban-jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan dalam angket/kusioner sekaligus sikap ataupun perilaku responden terhadap pemilihan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Toba Samosir Tahun 2010. Data-data yang dibahas dalam bab ini diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 Agustus hingga 13 Agustu 2011 (10 hari) di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

Perilaku pemilih etnis Batak Toba pada Pemilihan Kepala Daerah 2010 yang lalu cenderung memilih berdasarkan atas kesamaan marga atau unsur kekerabatan. Sikap seperti ini merupakan suatu sikap yang mementingkan diri sendiri. Memang dalam adat istiadat Batak Toba dikatakan Dang tumangonan tu halak molo adong dihita (jika dari kita masih ada buat apa memilih orang lain), namun seharusnya dalam pelaksanaannya harus lebih melihat dari kualitas calon. Buat apa memilih yang satu etnis/marga dengan kita, tetapi kualitas yang dimiliki tidak ada. Perilaku dari masyarakat yang seperti inilah yang mengakibatkan adanya suatu kegagalan politik.


(50)

3.1.

DATA RESPONDEN

TABEL 8

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR

No Usia Jumlah Persentase

1 17-30 Tahun 10 10,10%

2 31-40 Tahun 16 16,162%

3 41-50 Tahun 38 38,384%

4 51 keatas 35 35,354%

Total 99 100%

Sumber : Hasil Olahan Data

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berusia 41-50 Tahun dan juga berusia 51 Tahun keatas lebih banyak mendominasi penelitian ini jika dibandingkan usia responden lain yang tergolong masih muda, khususnya pemilih pemula yang berusia 17 Tahun. Hal ini dikarenakan penelitian selalu dilakukan menjelang siang hari yaitu sekitar pukul 10:00 WIB di mana para pemilih muda yang terdapat pada klasifikasi pemilih usia 17-30 Tahun sedang melakukan kegiatan belajar di sekolah. Selain itu kebanyakan penduduk Kecamatan Balige usia sekolah melanjutkan pendidikan diluar Kecamatan Balige. Hal ini menjadi kendala untuk melakukan wawancara melalui angket/kuesioner kepada para pemilih pemula tersebut.

TABEL 9

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Perempuan 65orang 65,66%

2 Laki-laki 34 orang 34,34%

Total 99 100%

Sumber: Data Hasil Kuesioner

Dari tabel diatas, terlihat bahwa partisipasi politik penduduk Kecamatan Balige dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 lebih banyak didominasikan oleh pemilih yang berjenis kelamin perempuan sebanyak dibandingkan


(51)

pemilih yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dinilai wajar dikarena pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang telah dibahas pada Bab II juga menunjukan bahwa pemilih Tetap di Kecamatan Balige lebih didominasi oleh pemilihn tetap yang berjenis kelamin Perempuan.

TABEL 10

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Kristen Protestan 89 orang 89,90%

2 Kristen Katolik 5 orang 5,05%

3 Islam 5 orang 5,05%

Total 99 100%

Sumber: Hasil Olahan Data

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pemilihan di Kecamatan Balige lebih banyak didominasi oleh pemilih yang beragama Kristen Protestan. Dapat kita simpulkan bahwa tingkat partisipasi politik pemilih yang beragama Kristen Protestan di Kecamatan Balige dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Balige Tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan pemilih yang beragama Kristen Katolik maupan beragama islam. Hal ini dinilai wajar karena pada Tabel 3 yang telah dibahas pada Bab II juga dikemukakan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Balige merupakan pemeluk agama Kristen Protestan, yaitu sebanyak 32.142 jiwa penduduk

TABEL 11

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

1 SI 2 2,02%

2 D3 17 17,17%

3 SMA/Sederajat 54 54,55%

4 SMP/Sederajat 13 13,13%

5 SD 4 4,04%

Total 99 100%


(52)

Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa penduduk di Kecamatan Balige lebih banyak didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SMA/Sederajat jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Melalui data dalam tabel diatas maka dapat kita simpulkan bahwa penduduk Kecamatan Balige yang berpendidikan SMA/Sederajat lebih banyak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010.

TABEL 12

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase

1 Batak Toba 82 82,83%

2 Batak Karo 9 9,09%

3 Nias 4 4,04%

4 Jawa 3 3,03%

Total 99 100%

Sumber : Hasil Olahan Data

Dari tabel 12 dapat kita ketahui bahwa Suku Batak Toba lebih tinggi tingkat partisipasi politiknya dan lebih dominan dalam memberikan suara pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 jika dibandingkan dengan suku-suku lain yang terdapat di Kecamatan Balige. Hal ini dipandang wajar karena Suku Batak Toba adalah merupakan penduduk mayoritas di Kecamatan Balige.


(1)

Pemilihan Umum dipengaruhi oleh pengelompokan sosial seperti halnya agama dan kesamaan marga.

Dari hasil data-data yang terkumpul masyarakat Kecamatan Balige mempunyai tingkat partisipasi yang cukup tinggi dimana masyarakat Kecamatan Balige sangat merespon pemilihan Kepala Daerah, serta hasil yang saya temukan bahwa faktor etnisitas/ kesamaan marga dari seorang calon Kepala Daerah sangat berpengaruh dalam menentukan pilihannya, ini dikarenakan masih tingginya nilai-nilai tradisional dimana ada istilah Dalam adat istiadat batak toba dikenal istilah Dalihan Natolu, yang terdiri atas 3 bagian yakni: Somba marhula-hula yang berarti kita harus menghormati saudara laki-laki dari pihak ibu, ibunya bapak kita, maupun dari pihak istri kita. Hula-hula merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam adat istiadat etnis batak toba. Elek Marboru, yang berarti kita harus menyanyangi saudara kandung perempuan ataupun saudara perempuan dari pihak ayah kita. Manat Mardongan Tubu, yang berarti kita harus menghargai dan menghormati teman 1 marga kia. Kita tidak bisa menyinggung perasaannya atau bahkan menyakiti hatinya karena dia sama dengan saudara kandung kita sendiri. Ketiga bagian ini saling berhubungan satu sama lain, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing anggota masyarakat etnis batak toba dan juga ada istilah bagi orang batak toba, Dang Tumangonan Tu Halak adong do di hita ( buat apa memilih orang lain kalau masih ada dari kita sendiri).

Adapun responden yang memilih pilihan Kepala Daerah dengan faktor kesamaan marga memiliki alasan apabila Kepala Daerah tersebut memiliki kesamaan marga atau memiliki hubungan kekerabatan ada rasa kebanggaan tersendiri serta kepuasan di dalam diri mereka.


(2)

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari Bab I sampai dengan Bab III dalam penelitian ini, banyak hal yang ditemukakan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari pengelahan data wawancara trhadap masyarakat Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir

4.1.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Balige dapat disimpulkan:

1. Masyarakat pemilih di Kecamatan Balige setuju dengan pelaksanaan pemilihan Bupati/Wakil Bupati secara langsung karena dengan adanya pemilihan secara langsung, masyarakat dapat lebih mengenal calon yang akan dipilih.

2. Masyarakat Kecamatan Balige merupakan masyarakat yang peduli dalam Pilkada atau berpartisipasi secara langsung.

3. Dalam menjatuhkan pilihannya, masyarakat di Kecamatan Balige tergolong dalam pilihan yang tidak rasional, karena masyarakat di Kecamatan Balige menjatuhkan pilihannya kerena adanya kesamaan etnisitas/kesamaan marga serta faktor-faktor lain, contohnya: terpengaruh oleh orang lain dan lain-lain.

4. Faktor etnisitas atau kesukuan masih sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat dalam memilih calon Bupati/Wakil Bupati 2010 yang lalu. Kuatnya budaya politik parokial serta menguatnya kembali rasa primodialisme pasca otonomi


(3)

daerah merupakan faktor pendorong yang menjadi faktor etnis mempengaruhi pilihan politik masyarakat.

5. Dalam menjatuhkan pilihannya, masyarakat di Kecamatan Balige masih dipengaruhi oleh tradisi kesukuan dan faktor kesamaan etnis. Masyarakat di Kecamatan ini cenderung memilih berdasarkan yang satu etnis ataupun semarga dengan mereka, karena menurut masyarakat di daerah ini faktor kesamaan etnis sangat mempengaruhi seseorang dalam menjatuhkan pilihannya.

6. Etnisitas mempunyai kaitan yang erat dengan preferensi politik masyarakat, karena masyarakat menjatuhkan pilihannya masih berdasarkan etnis yang berkaitan dengan dirinya. Hal seperti ini menunjukan bahwa pemikiran masyarakat Kecamatan Balige masih tradisional karena masih mempersoalkan etnisitas dalam menjatuhkan pilihannya.

7. Partisipasi etnis batak toba di Kecamatan Balige di kata kan sudah baik di dalam partai politik, namun dalam menjatuhkan pilihan nya cenderung melihat etnisitas/satu marga dan se agama dengan nya.

8. Hampir seluruh Kecamatan Balige memilih pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu, dikarenakan adanya kesamaan marga dan hubungan saudara di Kecamatan Balige

9. Politik Identitas pada saat ini masih saja digunakan dalam saat menjatuhkan pilihannya.

10.Pemilihan umum Kepala Daerah di Kecamatan Balige berlangsung dengan baik, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kecamatan Balige memandang positif terhadap kegiatan pemilihan umum.


(4)

11.Masyarakat pemilih yang menggunakan hak pilihnya mengharapkan adanya suatu perubahan kearah yang lebih baik. Masyarakat tidak butuh janji-janji melainkan bukti-bukti yang dapat mereka rasakan secara langsung

4.2.

SARAN

Pemberian suara dalam kegiatan pemilihan umum merupakan partisipasi politik yang terbiasa, yang seringkali lebih luas apabila dibandingkan dengan partisipasi politik lainnya. Hendaknya pemberian suara bukanlah hanya sekedar kebiasaan yang tampa dimengerti apa maknanya. Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis merasa perlu memberikan saran kepada pihak yang terkait dengan pemilihan umum Kepala Daerah yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada masyarakat Kecamatan Balige agar lebih berpartisipasi, yang dalam hal ini memberikan hak suara pada setiap pemilihan umum.

2. Dalam menjatuhkan pilihannya, masyarakat seharusnya sudah benar-benar memilih calon pemimipin yang berkualitas, tanpa memandang calon tersebut berasal dari mana dan tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Masyarakat hendaknya memilih berdasarkan pilihan hatinya sendiri.

3. Masyarakat hendaknya lebih paham persoalan-persoalan politik yang terjadi serta apa yang dimaksudkan dengan partisipasi politik agar masyarakat tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Oleh karena itu, diharapkan agar masyarakat mengikuti setiap perkembangan politik yang terjadi baik lewat media masa, media elektronik, dan lain sebagainya.

4. Dan peneliti juga mengaharapkan agar masyarakat Kecamatan Balige lebih terbuka terhadap seluruh mahasiswa/mahasiswi yang melakukan penelitian di daerah mereka


(5)

tanpa ada perasaan curiga melainkan ikut membantu mahasiswa/mahasiswi dalam memperoleh data-data yang mereka perlukan untuk penelitian mereka.


(6)

   

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 1996. Beberapa Pendekatan dalam Memahami Perilaku Pemilih,Jurnal Ilmu Politik Edisi No. 16, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiardjo, Miriam. 1985.Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia.

Hadar, Ivan A.29 Mei 2004.Etnisitas dan Negar Bangsa, KOMPAS.

Haryanto, Ignatus. 2005. Pers Lokal dan Pilkada Langsung, Jakarta: Penerbit Kompas.

Huntington, Samuel P dan Nelson.2004. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta.

Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia,Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru, Jakarta: Kencana.

Mar’at. 1992. Sikap Manusia: Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Gramedia Media Sarana.

Namawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahman. H.I.A. 2007. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Siagian, Marihot. 1992. Buku Bunga Rampai: Paradaton, Medan: CV. Lopian.

Simanjuntak, Posman,2000. Berkenalan Dengan Antropologi, Jakarta: Penerbit Erlangga

Surbakti, Ramlan, 1992. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widia Sarana.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metedologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnal

Muchsan, 11 Mei 1988. Otonomi Seluas-luas Sarana Mutlak dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi dan Demokrasi Serta Menghindari Ketidakadilan Daerah, Makalah dalam Lokakarya tentang Otonomi Daerah yang diselenggarakan oleh LBH Medan.