T1 232008170 Full Text

(1)

7 1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memicu munculnya basis perusahaan baru disamping basis bisnis perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja (labour-based business). Basis bisnis perusahaan baru yang kini mulai berkembang yaitu bisnis berdasarkan teknologi (technology-based business). Namun demikian, perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja kini juga telah banyak yang memasukkan unsur-unsur teknologi guna mendukung berjalannya kegiatan operasi perusahaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya penciptaan nilai organisasi. Manajemen harus mampu memanfaatkan nilai-nilai yang tidak tampak dari aset tidak berwujud yang nantinya akan mempengaruhi masa depan dan prospek organisasi. Beberapa peneliti telah menemukan adanya gap yang besar antara nilai pasar dengan nilai buku yang diungkapkan oleh perusahaan karena perusahaan-perusahaan tersebut gagal melaporkan “hidden value” dalam laporan tahunannya (Mouritsen, Bukh, dan Marr, 2004 dalam Wardhani 2009). Menurut Canibano, Garcia-Ayuso, dan Sanches (2000) pendekatan yang pantas untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan informasi pengungkapan Intellectual Capital.

Sebagian besar perusahaan hanya menyajikan aset fisik atau finansial dalam neraca perusahaannya. Padahal, bagi perusahaan – perusahaan yang bergerak dibidang industri berbasis teknologi, kekayaan perusahaan tidak hanya diukur dari aset berwujudnya saja namun juga mencakup aset tak berwujud yang mereka sebut Intellectual Capital (IC). Aset tak berwujud ini yang meliputi proses organisasi,


(2)

8

pengetahuan dan know-how karyawan, dan hubungan yang mendukung atau menciptakan kekayaan (keuntungan) bagi perusahaan. IC dianggap memiliki peran penting dalam meningkatkan nilai bagi perusahaan serta mendukung terciptanya kenggulan kompetitif yang berkelanjutan. Intellectual capital diakui dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang labanya dipengaruhi oleh inovasi dan knowledge-intensive services (Edvinsson dan Sullivan, 1996 dalam Wardhani, 2009). Seperti yang dikemukakan oleh Mouritsen (1998), bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas luas pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. oleh karena itu, bagi perusahaan berbasis teknologi, Intellectual Capitaljuga merupakan aset yang harus diungkapkan dallam neraca perusahaan.

Informasi Intellectual Capital (IC) dapat membantu investor untuk menilai kapabilitas perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa datang dengan lebih baik. (Brennan, 2001). Intellectual capital dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai disclosure atas laporan keuangan. Dalam perkembangan dunia usaha diperlukan laporan keuangan tahunan perusahaan yang lebih berkualitas. Dimana di dalamnya juga mengungkapkan komunikasi eksternal yang berdasar pada pengetahuan. Permintaan terhadap informasi ini tidak hanya diterapkan pada pelaporan tahunan tradisional, namun juga pada tipe-tipe laporan yang baru seperti laporan Intellectual Capital (IC) yang digunakan sebagai tambahan pada laporan bisnis dan prospektus perusahaan.

Pemanfaatan seluruh kekayaan perusahaan, termasuk modal intelektual (Intellectual Capital) secara efektif dan efisien akan membantu meningkatkan


(3)

9

prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi transparansi terhadap pengungkapan Intellectual Capital(IC) akan membantu investor menilai masa depan perusahaan. Jika prospek perusahaan di masa yang akan datang menjanjikan, investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya, sehingga akan meningkatkan permintaan saham perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut juga akan berpengaruh pada meningkatnya harga saham di pasar. Jadi, prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang akan menyebabkan naiknya harga saham.

Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja pasar menarik untuk dilakukan, karena sebagian besar penelitian mencoba membuktikan pengaruh dari IC itu sendiri, terhadap variabel yang dipengaruhinya. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian Ulum (2007) mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Penelitiaan ini mencoba menganalisis apakah terciptanya kinerja pasar yang bagus juga dipengaruhi oleh kecenderungan perusahaan dalam pengungkapan Intellectual Capital (IC) dalam laporan tahunan perusahaan.

Penelitian ini menggunakan kategori dan komponen dari kerangka kerja deskriptif mengenai informasi Intellectual Capital untuk menganalisis kandungan

dari laporan tahunan dengan mengelompokkan antara industri “high tech industries

dan “traditional industries”. Pengelompokkan ini, mengacu pada penelitian Bozzolan et al. (2003) dimana perusahaan Internet providers, Biotechnology, Entrainment, Internet, IT distribution, High-tech manufacturing, Media, Retail, Software, System Integration and Telekomunication, Web service termasuk ke dalam kelompok high


(4)

10

tech industries, sedangkan perusahaan Food, Automobile, Chemical, Building, Electronics, Manufacturing, Oil, Utilities,Clothing and Textiles, Tourism and Leisure masuk ke dalam kelompok traditional industries.

Alasan pengelompokan ini, didasari atas perkermbangan perusahaan yang bergerak dengan basis teknologi. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya akan terus mengembangkan teknologi yang bertujuan untuk menciptakan produk serta layanan berteknologi tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan serta keahlian yang dimiliki karyawan. Semakin tinggi pengetahuan dan keahlian yang dimiliki karyawan, maka akan semakin banyak inovasi-inovasi yang dapat dilakukan. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas output yang dikeluarkan perusahaan dengan basis teknologi tinggi.

Penelitian Boedi (2008) yang menguji perbedaan pengungkapan Intellectual Capital antara sektor industri lama dengan sektor industri baru membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sektor industri baru dan lama berkaitan dengan pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan perusahaan. Selain itu, terbukti bahwa variabel pengungkapan Intellectual Capital berpengaruh positif namun hasilnya tidak signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar.

Ulum (2007) meneliti pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan dan menemukan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang go public maupun tidak di Indonesia. Berbeda dengan penelitian Wahdikorin (2010) yang menyatakan bahwa Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Value Added of Intellectual


(5)

11

Capital (VAIC) dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

Penelitian ini hendak menguji persoalan penelitian :

1. Apakah pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan

perusahaan “high tech industries” lebih banyak dibandingkan “traditional industries”

2. Apakah jumlah pengungkapan IC dalam laporan tahunan berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perusahaan maupun investor. Bagi Perusahaan, memberikan bukti empiris mengenai pentingnya pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan keuangan untuk meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan dalam memaksimalkan pengelolaan modal intelektual agar dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Bagi Investor, penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menginvestasikan modalnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 KONSEP

Penelitian mengenai pengungkapan Intellectual Capital dan pengaruhnya terhadap kinerja pasar perusahaan ini menggunakan dua konsep yang mendasari yaitu


(6)

12

Intellectual Capital Disclosure dan kinerja pasar. Penjelasan dari masing-masing konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

2.1.1 Intellectual Capital Disclosure

Definisi Intellectual Capital Disclosure sendiri telah banyak diperdebatkan oleh para ahli di berbagai literature. Intellectual Capital Disclosure dapat dipandang sebagai suatu laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna, hal itu dipersiapkan untuk laporan sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka(Abeysekera, 2006).

Mouritsen et al (2001) menyatakan bahwa IC disclosure dalam suatu laporan keuangan sebagai suatu cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel, terpadu (kohesif) serta ”true and fair”. Saat ini masih sedikit perusahaan yang menyampaikan pelaporan Intellectual Capital secara terpisah. Hal ini dikarenakan ketika IC disclosure dilaksanakan dengan cara yang berbeda, kemungkinan akan menyebabkan laporan-laporan yang kohesif, sehingga tidak perlu untuk menyediakan disclosure yang kredibel mengenai kegiatan perusahaan. IC disclosure dikomunikasikan untuk stakeholder intern dan ekstern yaitu dengan mengkombinasikan laporan berbentuk angka, visualisasi dan naratif yang bertujuan sebagai penciptaan nilai. Bentuk laporan yang lebih sempurna tersebut, telah menjadi suatu cara untuk memberikan arahan mengenai aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban baru bagi karyawan dan bagaimana seharusnya para karyawan tersebut memberikan kontribusi mereka terhadap penciptaan nilai bagi


(7)

13

perusahaan. Disclosure IC telah menjadi suatu bentuk komunikasi yang baru yang

mengendalikan ”kontrak” antara manajemen dan pekerja. Bagi seorang manajer

memungkinkan dapat membuat strategi-strategi untuk mencapai permintaan stakeholder seperti investor dan untuk meyakinkan stakeholder atas keunggulan atau manfaat kebijakan perusahaan.

Berkembangnya wacana mengenai intellectual capital tidak lepas dari teori-teori riset sebagai landasan pengembangan penelitian. Beberapa teori-teori yang mendasari kecenderungan pengungkapan sukarela intellectual capital, yaitu teori stakeholder dan teori legitimasi.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dll), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi. (Deegan, 2004). Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya,


(8)

14

untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder.(Deegan, 2004)

Tujuan utama teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan mereka.(Ulum, 2007).

Teori stakeholder juga diperkuat oleh adanya teori legitimasi yang menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan bahwa operasi mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, yang mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara sukarela, aktivitas tertentu yang diharapkan oleh masyarakat (Purnomosidhi, 2006 dalam Wardhani, 2009).

Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat ‟kontrak sosial‟ antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi (Deegan, 2004). Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial (Guthrie dan Parker, 1989 dalam Ulum, 2007). Hal ini seringkali dapat dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan.


(9)

15

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan teori stakeholder. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi stakeholder yang dianggap powerfull. Hal tersebut karena stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi, karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. Kelompok inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan suatu informasi didalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan Intellectual Capital diperlukan bagi para stakeholder. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya pengungkapan Intellectual Capital stakeholder dapat menganalisis sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang nantinya akan mendatangkan nilai tambah serta kekayaan di masa yang akan datang.

2.1.1 Kinerja Pasar

Nugrahanti dan Supatmi (2010) menyatakan bahwa kinerja pasar diproksi

dengan Tobin‟s Q. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik adalah Tobin‟s Q. Tobin‟s Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam data


(10)

16

sebagai denominator. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin‟s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya dimasa kini, salah satu faktor tersebut adalah inflasi. Selain itu, Tobins‟ Q memberikan wawasan yang lebih luas bahwa perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, penilaian yang dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih besar lagi. Proses perhitungan Rasio Tobin‟s Q merupakan ukuran yang menggambarkan prediksi pasar terhadap return yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan

dalam aktiva perusahaan. Dengan kata lain Tobin‟s Q merefleksikan ekspektasi investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic return)perusahaan masa depan.

2.2 PERUMUSAN HIPOTESIS

Perusahaan yang termasuk dalam kelompok “high tech industries” selain pengungkapan terhadap aset fisik dan finansial, mereka juga diperkirakan lebih banyak mengungkapkan aset tak berwujud mereka dalam laporan tahunan perusahaan. Hal tersebut karena perusahaan yang masuk dalam kelompok ini


(11)

17

merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi. Perusahaan yang memiliki fokus akan pengembangan teknologi tinggi tentunya akan memberikan perhatian lebih terhadap terhadap perkembangan pengetahuan, dan keahlian karyawan dalam operasional teknologi tersebut. Hal ini penting untuk melakukan inovasi atau pengembangan produk baik dari segi kualitas maupun kuantitas output yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan juga akan memberikan perhatian lebih terhadap tersedianya sistem informasi yang terstruktur dan canggih untuk mempermudah stakeholder dalam memperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan tersebut. Tersedianya system informasi yang lebih canggih dan terstruktur serta sumber daya manusia yang berkualitas merupakan informasi yang penting untuk diungkapkan. Hal tersebut karena dengan adanya pengungkapan tersebut, dapat membantu investor menilai kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki yang akan mendatangkan kekayaan di masa yang akan datang. Sementara itu, untuk perusahaan pada yang termasuk dalam kelompok “traditional industries”, diperkirakan lebih mendominasi pengungkapan aset fisik dan finansial dibanding aset tak berwujud dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dimana roda penggerak utama dalam menjalankan operasi perusahaan adalah tersedianya modal yang cukup serta dimilikinya peralatan serta mesin yang akan digunakan untuk menghasilkan barang hasil produksi.


(12)

18

H1: Pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan kelompok high tech industries lebih banyak dibandingkan kelompok traditional industries

Laporan tahunan merupakan salah satu bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya. Investor akan memberikan perhatian lebih pada perusahaan yang tidak hanya melaporkan pengungkapan wajibnya, namun juga melaporkan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu aset yang merupakan pengungkapan sukarela perusahaan adalah Intellectual Capital Disclosure. Investor dapat menganalisis value added dan return yang diperoleh perusahaan atas dimanfaatkannya Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan operasi perusahaan dari adanya pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahuna perusahaan. Dengan adanya pengungkapan tersebut, dapat diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengolah sumber daya secara efektif dan efisien sehingga akan mendapat value added dan return yang tinggi. Pengungkapan IC secara lengkap dan baik akan membantu investor menilai kinerja perusahaan. Jika IC dapat memberi gambaran kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di masa yang akan datang, hal tersebut akan meningkatkan permintaan saham perusahaan sehingga harga saham dan kinerja pasar juga akan ikut meningkat.

Healy et al (1999) dalam Boedi (2008) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan informasi yang tinggi akan mengarahkan investor untuk merevisi penilaian mereka terhadap harga saham perusahaan, hal tersebut dapat meningkatkan


(13)

19

likuiditas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan menciptakan nilai institusional tambahan dan meningkatkan ketertarikan para analis akan surat berharga, hasil akhir dari Healy dan hasil akhir yang dilaporkan oleh Healy dan Palepu (1993; Skinner, 1994; Walker, 1995; Botosan, 1997) mengindikasikan bahwa pengungkapan IC yang makin tinggi akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan akan mengurangi kesalahan evaluasi dalam harga saham perusahaan, sekaligus meningkatkan kinerja pasar. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: Terdapat pengaruh positif jumlah pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan sampelnya adalah perusahaan non-financial yang termasuk dalam indeks kompas 100 periode Januari – Juli 2010.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dan harga saham perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.


(14)

20

Data-data tersebut diperoleh dari situs www.idx.co.id maupun melalui pusat data Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univesritas Kristen Satya Wacana (FEB UKSW).

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital Disclosure dan kinerja pasar. Definisi dari masing-masing variable akan dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1 Intellectual Capital Disclosure (ICD)

ICD adalah jumlah pengungkapan komponen IC pada masing-masing kategori. Skema pengungkapan Intellectual Capital yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode indeks disclosure yang digunakan untuk menghitung jumlah informasi pada pengungkapan item-item Intellectual Capital pada laporan tahunan perusahaan. Komponen pengungkapan Intellectual capital terdiri dari 27 item yang terbagi ke dalam 3 kategori umum. Skema pengungkapan Intellectual Capital yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi yang digunakan dalam penelitian Wardhani (2009). Ketiga kategori tersebut meliputi: Employee Competence (Human Capital), Internal Capital (Structural Capital), External Capital (Relational Capital). Selengkapnya mengenai komponen IC dapat dilihat dalam tabel di bawah ini


(15)

21 Tabel 3.1

Item – item Intellectual Capital Disclosure

Sumber: Oliveira et al., (2008)

.3.2 Kinerja Pasar

Internal Capital External Capital Employee Competence

Intelletual property 1.Patens 2.Copyrights 3.Trademarks Infrastructur asset 1.Management philosophy

2. Corporate culture 3. Management process 4. Information system 5. Networking system 6.Research& development activities

7.Patens, copyrights & trademarks 8.Corporate know-how 1.Brands 2.Customers 3.Customers loyalty 4.Company names 5.Distribution channels 6. Business collaboration 7.Favourable contracts 8.Financial contracts 9.Licensing agreements 10.Franchising agreements 1.Know-how 2.Education 3.Vocational qualification 4.Work-related knowledge 5.Work-related competence 6.Enterpreneurial spirit


(16)

22

Variabel kinerja pasar diukur menggunakan Tobin‟s Q. Tobin‟s Q dikalkulasikan dengan formula :

Q= (EMV + D) / (EBV + D)

Q : nilai Tobin‟s Q

EMV : nilai pasar ekuitas ( EMV = closing price x jumlah saham yang beredar)

D : nilai buku total hutang EBV : nilai buku total aktiva

3.4 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik uji beda rata-rata dan analisis regresi. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menguji kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut :

3.4.1 Uji Beda Rata-rata

Digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu untuk mengetahui apakah jumlah pengungkapan Intellectual Capital pada perusahaan yang termasuk kelompok

high tech industries” lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang termasuk kelompok “traditional industries” yang terdaftar di BEI tahun 2010.


(17)

23

H0 :

μ

ICD-HIGH TECH

μ

ICD-TRADITIONAL

Ha :

μ

ICD-HIGH TECH >

μ

ICD-TRADITIONAL

Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika probabilitas (p-value) > 0.05 (α) maka H0 diterima, artinya jumlah pengungkapan kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan.

b. Jika probabilitas (p-value) < 0.05 (α) maka H0 ditolak, artinya artinya jumlah pengungkapan kelompok “high tech industries” terbukti lebih banyak dibandingkan kelompok “traditional industries”

3.4.2 Analisis Regresi

Analisis Regresi yang akan digunakan untuk menguji pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja pasar. Analisis yang digunakan adalah regresi sederhana dengan variabel dependennya adalah kinerja pasar dan variabel independennya adalah Intellectual Capital Disclosure. Untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, menggunakan model empiris sebagai berikut:

Tobin’s Q = b0 + b1IC Disclosure + ε


(18)

24

ICD : Intellectual Capital Disclosure; pengungkapan dari kategori Intellectual Capital

ε : error

Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Adapun pengujian terhadap asumsi klasik dengan program SPSS yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. uji normalitas menurut Ghozali (2000:55), dapat dilakukan dengan uji Normal P-Plot of Regression dan uji secara statistik yaitu menggunakan Kolmogorov_Smirnov. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan kriteria pengujian dengan menggunakan Kolmogorov_Smirnov adalah jika


(19)

25

signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka data tidak normal, sebaliknya apabila nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. maka data dikatakan normal

Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi adanya heteroskedastisitas.

Dengan melihat grafik scatterplot pada output yang dihasilkan. Jika titik-titik membentuk suatu pola tertentu, maka hal ini mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada grafik scatterplot menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.

Uji Koefisien Regresi Individual (Uji t)

Uji untuk melihat kesamaan parameter β1 secara individual yaitu digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam pengujian ini digunakan statistik uji t.


(20)

26

a. H0 : β 1 ≤ 0 ( tidak terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan)

b. Ha : β 1 > 0 (terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan)

Pengujian digunakan uji t dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Bila thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan

Bila thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan satu. Nilai koefisien determinasi kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan


(21)

27

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan R square, dengan alasan hanya menggunakan satu variabel bebas, yaitu modal intelektual.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk index Kompas 100 sebanyak 80 perusahaan. Perusahaan yang masuk kategori adalah perusahaan non financial dan memiliki data yang lengkap untuk penelitian. Jumlah sampel dengan kriteria di atas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Sampel

No. Keterangan Jumlah Perusahaan

1. Perusahaan masuk dalam index Kompas 100

100 Perusahaan

2. Perusahaan kategori Financial (15 perusahaan) 3. Perusahaan tidak memiliki data lengkap

untuk penelitian

(5 perusahaan)

4. Perusahaan sampel 80 perusahaan


(22)

28

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 5 perusahaan yg dikeluarkan dari sampel. perusahaan yang termasuk dalam kategori ini merupakan perusahaan yang file laporan tahunannya mengalami kerusakan.

Berikut ini adalah statistika deskriptif dari variabel-variabel penelitian (pengungkapan komponen intellectual capital, kinerja pasar perusahaan dan jenis industri). Secara lebih jelas statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah :

Tabel 4.2 Statistika Deskriptif

Descriptive Statistics

80 9 24 14,63 3,095

80 ,131 50,530 3,04256 7,415262 80

IC Tobin'Q

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah intellectual capital yang diungkapkan oleh perusahaan sampel adalah 14,63 dari 27 item yang seharusnya diungkapkan atau sebesar 54,18 persen. Nilai terendah item pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 9 item atau hanya 33%, yang diungkapkan oleh PT. Nusantara Infrastruktur dan PT. Suprama, sedangkan nilai tertinggi dari item pengungkapan intellectual capital adalah sebesar 24 item atau 89% yang diungkapkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui pula bahwa rata-rata kinerja pasar perusahaan yang diukur dengan Tobins‟Q perusahaan sampel adalah 3,04 artinya


(23)

29

bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai Equity market value 3,04 kali dari nilai buku total aktiva dan hutang perusahaan,. Nilai terrendah kinerja pasar perusahaan adalah sebesar 0,131 yang dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, sedangkan nilai tertinggi dari kinerja pasar perusahaan adalah sebesar 50,530 yang dimiliki oleh PT. Gozco Plantation. Nilai standar deviasi sebesar 7,415 lebih besar dibandingkan dengan rata-rata sebesar 3,0425, hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran data untuk kinerja pasar perusahaan adalah tidak merata, artinya perbedaan data satu dengan data yang lainnya tinggi.

Selain itu, ditinjau dari jenis industry, perusahaan yang termasuk kategori high tech industries (Internet Providers, Biotechnology, Entrainment, Internet, IT Distribution, High Tech Manufacturing, Media, Retail, Sofware, System Integration and Telecomunication, Web Service) sebanyak 14 perusahaan atau 17,50 persen dari total sampel yang dipergunakan. Sedangkan kategori perusahaan traditional industries (Food and Beverage, Automobile, Chemical, Building, Electronics, Manufacturing Oil, Utilities, Clothing and Textile, Tourism and Leisure) adalah sebanyak 66 perusahaan atau 82,50 persen dari total sampel yang dipergunakan. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini banyak kategori perusahaan traditional industries


(24)

30 4.1 Pembahasan

Perbandingan Pengungkapan Komponen Intellectual Capital Dalam Laporan Tahunan High-Tech Industries Lebih Banyak Dibandingkan

Tradisional Industries

Pengujian Data

Langkah pertama yang akan dilakukan dalam pengujian data yaitu dengan melakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, untuk melihat apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap dua kategori sampel yaitu perusahaan-perusahaan yang

termasuk dalam “High-tech industries” dan perusahaan-perusahaan yang termasuk

dalam kelompok “Traditional Industries”. Pada kategori High-tech Industries diperoleh nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov 0,988 > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 1. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, hal ini membuktikan bahwa data tersebut terdistribusi normal. Begitu juga dengan data perusahaan pada kategori Traditional Industries diperoleh nilai signifikansi kolmogorov-Smirnov 0,497 > 0,05. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang membuktikan bahwa data terdistribusi normal, maka alat analisis yang digunakan adalah uji beda rata-rata untuk dua populasi independen dengan metode parametrik.


(25)

31 Tabel 4.3

Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengungkapan Komponen Intellectual Capital

Variabel Mean Levene’s Test t-test

IC High-tech 16,79 F Sig t Sig (2-tailed)

IC Traditional 14,17 11,234 ,001 -2,112 ,005

Sumber : Lampiran 1

Terlihat dari tabel 4.3 bahwa F hitung levene test sebesar 11,234 dengan probabilitas 0,001, karena probabilitas lebih kecil 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 atau memiliki variance berbeda. Dengan demikian analisis uji beda rata-rata harus menggunakan equal variance not assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance not assumed adalah -2, 112 dengan probabilitas 0,005 (two tail), namun dalam penelitian ini, menggunakan uji satu sisi (one tail) sehingga nilai probabilitasnya adalah 0,0025. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan item pengungkapan komponen IC high lebih besar dibandingkan dengan item komponen pengungkapan IC traditional industries adalah diterima.

Perusahaan yang termasuk dalam kelompok high-tech industries selain pengungkapan terhadap aset fisik dan financial, juga terbukti lebih banyak mengungkapkan asset tidak berwujud dalam hal ini Intellectual Capital dalam


(26)

32

laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai rata-rata item pengungkapan komponen IC high tech industries sebesar 16,79 yang berarti lebih besar dibandingkan dengan item komponen pengungkapan IC traditional industries yang memiliki nilai rata-rata sebesar 14,17. Pengungkapan 27 item Intellectual Capital yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori umum yaitu internal capital, eksternal capital, dan employee competence oleh perusahaan high-tech industries memiliki rata-rata pengungkapan item Intellectual Capital lebih banyak daripada perusahaan traditional industries pada setiap pengelompokkan kategori di atas. Pada kategori internal capital, Management philosophy, Corporate Culture, Management Process, Corporate Know-how merupakan item-item yang selalu diungkapkan oleh perusahaan high-tech industries maupun Traditional Industry. Sedangkan information system, networking system, RnD activities merupakan item Intellectual Capital yang dominan lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kategori high-tech industries. Hal tersebut karena perusahaan yang masuk kategori kelompok ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi, sehingga perusahaan lebih memfokuskan pada pengembangan teknologi tinggi terhadap sistem jaringan dan informasi serta kegiatan riset dan pengembangan. Sedangkan pada kategori eksternal capital item Company Name merupakan item Intellectual Capital yang lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan yg masuk kategori high-tech industries selain itu customer, financial contract juga diungkapkan oleh seluruh perusahaan kategori high-tech industries. Sedangkan distribution chanel diungkapkan oleh 10 perusahaan, dan pada Kategori employee competence item


(27)

33

know-how dan work-related knowledge merupakan item yang diungkapkan oleh seluruh perusahaan sampel high-tech industries. Perusahaan high-tech industries memerlukan karyawan yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang teknologi, dan hal tersebut perlu diungkapkan untuk menambah keyakinan investor bahwa kegiatam operasional perusahaan dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dibidangnya. Sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara maksimal.

Pengaruh Jumlah Komponen Pengungkapan Intellectual Capital Dalam Laporan Keuangan Tahunan Terhadap Kinerja Pasar Perusahaan

Model Persamaan Regresi Sederhana

Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Adapun pengujian terhadap asumsi klasik dengan program SPSS yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

Hasil pengujian dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk menguji normalitas residual adalah sebagai berikut :


(28)

34 Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Residual

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

80 ,0000000 7,36630181 ,321 ,321 -,302 2,868 ,000 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil nilai signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,000 < 0,05, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga bisa diasumsikan data tidak normal. Data yang tidak normal dapat dinormalkan dengan menghilangkan data outlier atau data yang ekstrim.Dalam penelitian ini terdapat 17 perusahaan yang memilki data ekstrim. Oleh karena itu, 17 data perusahaan ini dihilangkan. Hasil pengujian normalitas setelah menghilangkan outlier adalah sebagai berikut :


(29)

35 Tabel 4.5 Hasil Uji Nomalitas

Setelah Menghilangkan Data Ekstrim

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

63 ,0000000 1,06960757 ,146 ,146 -,111 1,162 ,134 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil nilai signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,134 < 0,05, hasil tersebut lebih kecil dari 0,05, maka residual dari model regresi yang baru sudah berdistribusi normal. Langkah selanjutnya setelah dilakukan uji normalitas adalah melakukan uji heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitasadalah sebagai berikut :


(30)

36 Gambar 4.1

Grafik Hasil Uji Heterokedastisitas

3 2 1 0 -1 -2

Regression Studentized Residual

3 2 1 0 -1 -2 Re gres sio n S tan dard iz ed Pre dic ted Va lue

Dependent Variable: Tobin'Q Scatterplot

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Dari grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari pengamatan pada grafik di atas maka disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas dan uji heterokedastisitas , dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah memenuhi asumsi tersebut. Langkah selanjutnya adalah dilakukannya pengujian model regresi. Berikut adalah model regresi yang dihasilkan :


(31)

37 Tabel 4.6

Hasil Regresi

Coefficientsa

-,286 ,646 -,442 ,660

,123 ,043 ,343 2,854 ,006

(Constant) IC

Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Tobin'Q a.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011

Dari Tabel 4.6 hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 13, maka didapatkan model persamaan regresi akhir sebagai berikut :

Tobins’Q = -0,286 + 0,123 IC + e

Konstanta sebesar -0,286 menyatakan bahwa jika pengungkapan komponen intellectual capital sama dengan nol atau tidak ada pengungkapan, maka kinerja pasar perusahaan adalah sebesar -0,286. Sedangkan nilai koefisien regresi 0,123, menyatakan setiap peningkatan sebesar 1 item pengungkapan komponen intellectual capital, maka akan meningkatkan variabel kinerja pasar perusahaan sebesar 0,123.

Hasil pengujian Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja pasar diperoleh nilai koefisien 0,123 dengan nilai uji t hitung sebesar 2,854 dan nilai tingkat signifikansi sebesar 0,006. Nilai tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α = 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Jadi dapat


(32)

38

disimpulkan bahwa Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

,343a ,118 ,103 1,078339 2,133

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), IC a.

Dependent Variable: Tobin'Q b.

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 0,118, dapat diartikan bahwa variabel independen (intellectual capital) dapat menjelaskan variabel dependen (kinerja pasar perusahaan) sebesar 11,80 % sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini seperti ROA, Book Value, dan DER.

Pengujian hipotesis kedua dalam model regresi ini dapat membuktikan secara statistik bahwa terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan keuangan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan. Terdapat 3 kategori Intellectual Capital yaitu internal capital, eksternal capital dan employee competence. Perusahaan yang memiliki internal capital yang lengkap menunjukkan bahwa terdapat struktur intern yang baik pada perusahaan tersebut. Keadaan tersebut akan menciptakan iklim kondusif yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Hal tersebut juga akan berpengaruh


(33)

39

terhadap citra serta nama baik perusahaan dimata kompetitor maupun investor. Perusahaan-perusahaan yang memiliki nama baik tentunya akan menggunakan tenaga yang berkompeten dibidangnya untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan terhadap ketiga kategori Intellectual Capital dapat membantu investor dalam menilai kinerja perusahaan tersebut. Jika IC dapat memberi gambaran kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di masa yang akan datang, hal tersebut akan meningkatkan permintaan saham perusahaan sehingga harga saham dan kinerja pasar juga akan ikut meningkat.

Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan pasar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa Intellectual Capital lebih luas dari sekedar sumber daya manusia, dan bukan pada hanya property intelektual, bukan pula sekedar aktiva tidak berwujud, tidak hanya terjadi di dalam perusahaan, tetapi merupakan sinergi dari unsure manusia sebagai pengelola perusahaan dengan segala atribut yang melekat padanya (seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman), teknologi (berwujud maupun tidak) dengan segala kecanggihannya untuk memudahkan pengelolaan informasi dan terciptanya inovasi, serta interaksinya dengan pihak-pihak di dalam maupun dengan pelanggan yang ada di luar perusahaan sehingga memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Intellectual Capital Disclosure tidak hanya berguna pada pada saat sekarang akan tetapi juga bisa digunakan untuk jangka panjang.


(34)

40 5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pengujian hipotesis pertama dalam model regresi ini dapat membuktikan secara statistik dengan toleransi kesalahan 5%, bahwa item pengungkapan komponen IC high tech industries lebih besar dibandingkan dengan item komponen pengungkapan IC traditional industries.

2. Pengujian hipotesis kedua dalam model regresi ini dapat membuktikan secara statistik bahwa terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Implikasi dari penelitian ini, diharapkan investor lebih memperhatikan Intellectual capital dari setiap perusahaan di BEI, yaitu dengan memperhatikan komponen item pengungkapannya agar investasinya menguntungkan. Investor juga dapat bisa menganalisis Intellectual capital sebagai bahan perbandingan dengan perusahaan yang kurang memperhatikan Intellectual capital.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum adanya aturan pasti terhadap penetapan penilaian modal intelektual sehingga menyebabkan subjektifitas penilaian dalam mengkategorikan informasi yang terkandung dalam laporan tahunan, serta jumlah sampel yang berbeda jauh antara kelompok high-tech industries dan traditional industries untuk uji beda rata-rata yang dapat mempengaruhi hasil dari pengujian data. Untuk itu saran yang diberikan adalah :


(35)

41

Mencari ukuran baku yang lebih objektif dalam penilaian pengungkapan Intellectual Capital yang dilakukan perusahaan, agar mengurangi subjektifitas penelitian, serta mencari kategori penggolongan yang lebih efektif agar jumlah sampel yang didapat tidak berbeda jauh satu sama lain.


(36)

42

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, M.J. 2005. “Intellectual Capital disclosure and market capitalization”. Journal of Intelletual Capital Vol.6 No. 3. Pp.397-416

Abeysekera, I. 2006. The Project Of Intellectual Capital Disclosure: researching the research. Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No.1

Boedi, Soelistijono (2008). Pengungkapan Intellectual Capital dan Kapitalisasi pasar. Thesis Universitas Diponegoro. Semarang.

Bozzolan, S., Favotto, F and Richeri , F. (2003). “ Italian Annual Intellectual Capital

Disclosure: an empirical analysis”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No.

4. pp . 543-558.

Brennan, N. 2001. “Reporting Intellectual Capital in Annual reports; evidence from Ireland”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 14 No. 4. Pp. 423-36

Carnibano, L., Garcia-Ayuso., dan Sanchez, P. 2000. Accounting for Intangibel: A Literatur Review . Journal of Accounting Literatur, 19: 102-130

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.

Ghozali, H. Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Universitas Diponegoro. Semarang.

Mouritsen, J. 1998. Driving Growth: Economic Value Added Versus Intellectual Capital. Management Accounting Research, 9(4): 461-483.

Mouritsen, J., Larsen, H.T., Bukh, P. N. D. 2001. Intellectual Capital and The

„Capable Firm‟: Narrative, Visualising and Numbering For Managing

Knowledge. Accounting, Organitation and Society, 26.

Nugrahanti, Yeterina Widi dan Supatmi. 2010. “Pengaruh Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.


(37)

43

Pambudi, Sedyo., Nugrahanti, Yeterina Widi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI tahun 2007-2008. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Ulum, Ihyaul (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia. Thesis Universitas Diponegoro Semarang.

Wahdikorin, Ayu (2010). Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

Wardhani, Mari (2009). Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

www.idx.co.id


(38)

44

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ika Hayu Hardiyanti

Tempat/tgl. Lahir : Magelang, 10 September 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah : - Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 43 kg

Agama : Islam

Kota asal : Semarang

Alamat : Pagersalam rt04/02 Gunungpati Semarang

No.Hp : 085742959345

Pendidikan : Tk Perwanida–Ungaran (1994-1996) SDN Plalangan 01-Gunungpati (1996-2002) SMPN 24-Semarang (2002-2005) SMAN 1-Ungaran (2005-2008) Universitas Kristen Satya Wacana (2008-2012) Pengalaman : Satgas :Ngabekti Ing Ndeso” (2011)


(1)

39

terhadap citra serta nama baik perusahaan dimata kompetitor maupun investor. Perusahaan-perusahaan yang memiliki nama baik tentunya akan menggunakan tenaga yang berkompeten dibidangnya untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan terhadap ketiga kategori Intellectual Capital dapat membantu investor dalam menilai kinerja perusahaan tersebut. Jika IC

dapat memberi gambaran kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di masa yang akan datang, hal tersebut akan meningkatkan permintaan saham perusahaan sehingga harga saham dan kinerja pasar juga akan ikut meningkat.

Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan pasar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa Intellectual Capital lebih luas dari sekedar sumber daya manusia, dan bukan pada hanya property intelektual, bukan pula sekedar aktiva tidak berwujud, tidak hanya terjadi di dalam perusahaan, tetapi merupakan sinergi dari unsure manusia sebagai pengelola perusahaan dengan segala atribut yang melekat padanya (seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman), teknologi (berwujud maupun tidak) dengan segala kecanggihannya untuk memudahkan pengelolaan informasi dan terciptanya inovasi, serta interaksinya dengan pihak-pihak di dalam maupun dengan pelanggan yang ada di luar perusahaan sehingga memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Intellectual Capital Disclosure tidak hanya berguna pada pada saat sekarang akan tetapi juga


(2)

40 5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pengujian hipotesis pertama dalam model regresi ini dapat membuktikan secara statistik dengan toleransi kesalahan 5%, bahwa item pengungkapan komponen IC high tech industries lebih besar dibandingkan dengan item komponen

pengungkapan IC traditional industries.

2. Pengujian hipotesis kedua dalam model regresi ini dapat membuktikan secara statistik bahwa terdapat pengaruh positif jumlah komponen pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.

Implikasi dari penelitian ini, diharapkan investor lebih memperhatikan Intellectual capital dari setiap perusahaan di BEI, yaitu dengan memperhatikan

komponen item pengungkapannya agar investasinya menguntungkan. Investor juga dapat bisa menganalisis Intellectual capital sebagai bahan perbandingan dengan perusahaan yang kurang memperhatikan Intellectual capital.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum adanya aturan pasti terhadap penetapan penilaian modal intelektual sehingga menyebabkan subjektifitas penilaian dalam mengkategorikan informasi yang terkandung dalam laporan tahunan, serta jumlah sampel yang berbeda jauh antara kelompok high-tech industries dan traditional industries untuk uji beda rata-rata yang dapat mempengaruhi hasil dari


(3)

41

Mencari ukuran baku yang lebih objektif dalam penilaian pengungkapan Intellectual Capital yang dilakukan perusahaan, agar mengurangi subjektifitas

penelitian, serta mencari kategori penggolongan yang lebih efektif agar jumlah sampel yang didapat tidak berbeda jauh satu sama lain.


(4)

42

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, M.J. 2005. “Intellectual Capital disclosure and market capitalization”. Journal of Intelletual Capital Vol.6 No. 3. Pp.397-416

Abeysekera, I. 2006. The Project Of Intellectual Capital Disclosure: researching the research. Journal of Intellectual Capital. Vol. 7 No.1

Boedi, Soelistijono (2008). Pengungkapan Intellectual Capital dan Kapitalisasi pasar. Thesis Universitas Diponegoro. Semarang.

Bozzolan, S., Favotto, F and Richeri , F. (2003). “ Italian Annual Intellectual Capital Disclosure: an empirical analysis”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 4. pp . 543-558.

Brennan, N. 2001. “Reporting Intellectual Capital in Annual reports; evidence from

Ireland”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 14

No. 4. Pp. 423-36

Carnibano, L., Garcia-Ayuso., dan Sanchez, P. 2000. Accounting for Intangibel: A Literatur Review . Journal of Accounting Literatur, 19: 102-130

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.

Ghozali, H. Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Universitas Diponegoro. Semarang.

Mouritsen, J. 1998. Driving Growth: Economic Value Added Versus Intellectual Capital. Management Accounting Research, 9(4): 461-483.

Mouritsen, J., Larsen, H.T., Bukh, P. N. D. 2001. Intellectual Capital and The „Capable Firm‟: Narrative, Visualising and Numbering For Managing Knowledge. Accounting, Organitation and Society, 26.

Nugrahanti, Yeterina Widi dan Supatmi. 2010. “Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.


(5)

43

Pambudi, Sedyo., Nugrahanti, Yeterina Widi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI tahun 2007-2008. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Ulum, Ihyaul (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia. Thesis Universitas Diponegoro Semarang.

Wahdikorin, Ayu (2010). Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

Wardhani, Mari (2009). Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

www.idx.co.id


(6)

44

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ika Hayu Hardiyanti

Tempat/tgl. Lahir : Magelang, 10 September 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah : - Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 43 kg

Agama : Islam

Kota asal : Semarang

Alamat : Pagersalam rt04/02 Gunungpati Semarang

No.Hp : 085742959345

Pendidikan : Tk Perwanida–Ungaran (1994-1996) SDN Plalangan 01-Gunungpati (1996-2002) SMPN 24-Semarang (2002-2005) SMAN 1-Ungaran (2005-2008) Universitas Kristen Satya Wacana (2008-2012) Pengalaman : Satgas :Ngabekti Ing Ndeso” (2011)