Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) | - | EJIP BIOL 2696 8122 1 PB
e-Jipbiol Vol. 3: 1-8, Juni 2014
ISSN : 2338-1795
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah Eritrosit dan
Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
An Effect of Seed Extract Nutmeg (Myristica fragrans) of the Total Erythrocytes and Leukocytes
to the White Rats (Rattus norvegicus)
Linda1, Achmad Ramadhan2, Dewi Tureni2
1
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
Abstract
The number of erythrocytes and leukocytes are very important parameter to assess the
health, which viewed from both their respective functions are essential for the body.
Erythrocytes has a function to transport O2 to the whole body and leukocyte maintains the
body defense. This study aimed to observe the effect of the seed extract of nutmeg
(Myristica fragrans) on the number of erythrocytes and leukocytes, and to determine the
best concentration in maintaining the number of erythrocytes and leukocytes. This
research was conducted in the Laboratory of Biology of Faculty of Teacher Training and
Education and Laboratory of Pharmacy Faculty of Matematics and Natural Sciences of
University of Tadulako and Health Labolatory of Central Sulawesi. This research was an
experimental method through Completely Randomized Design (CRD), consisted of 6
treatments and 3 replications. Treatment K1 was a control group who was not given the
extract, treatment K2, K3, respectively 1%, 2% was given the nutmeg seed extract 1
ml/day, treatment K4, K5, K6, respectively 4%, 8%, 16 % given the nutmeg seed extract 0.5
ml/day. The datas were analyzed using ANAVA analysis were processed with the software
Statistics 27, then followed by LSD test. The results showed that the extract of nutmeg
(Myristica fragrans) with 5 different concentrations didn t have a significant influence to
the number of erythrocytes and leukocytes in rats (Rattus norvegicus) when compared to
the control group.
Keywords: Extract, Myristica fragrans, erythrocytes, leukocytes, Rattus norvegicus
Abstrak
Jumlah eritrosit dan leukosit merupakan dua parameter yang sangat penting untuk
menilai kesehatan, dimana bila dilihat dari kedua fungsinya masing-masing sangat
penting bagi tubuh. Eritrosit berfungsi untuk mengangkut O2 keseluruh tubuh dan
leukosit berfungsi untuk menjaga pertahanan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans) terhadap jumlah eritrosit dan
leukosit, dan menentukan konsentrasi yang terbaik dalam mempertahankan jumlah
eritrosit dan leukosit. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Tadulako dan Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap
(RAL), yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan K1 merupakan
kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak, perlakuan K2, K3, masing-masing 1%, 2%
diberi ekstrak biji pala sebanyak 1 ml/hari, perlakuan K4, K5, K6, masing-masing 4%, 8%,
16% diberi ekstrak biji pala sebanyak 0,5 ml/hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis ANAVA yang diolah dengan software Statistik 27, dilanjutkan
dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi berbeda tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah eritrosit dan leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata Kunci: Ekstrak, Myristica fragrans, eritrosit, leukosit, Rattus Norvegicus
Linda et al.,
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara
pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia
bersama negara lain di Asia seperti Cina dan
India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan
keragaman budaya yang terpelihara sampai
saat ini. Kekayaan alam hutan tropis Indonesia
menyimpan beribu-ribu tumbuhan berkhasiat
obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan
pengetahuan pengobatan tradisional yang
berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis
tumbuhan obat yang belum dibudidayakan
sehingga ketersediaannya masih tergantung
pada alam. Sampai saat ini, beberapa dari
ribuan tanaman tersebut belum diketahui
dengan jelas manfaat dan khasiatnya bagi
kesehatan (Hidayat, 2005).
Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai
obat tradisional ternyata telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia jauh sebelum
pelayanan kesehatan menggunakan obatobatan sintetik. Peningkatan penggunaan obatobatan herbal seiring dengan peningkatan
kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif
dari penggunaan obat sintetik. Masyarakat
kembali memilih tumbuhan obat sebagai
alternatif terhadap penyembuhan berbagai
penyakit. Selain itu, efek samping yang
ditimbulkan juga lebih kecil (Adipratama,
2009).
Obat tradisional merupakan warisan
turun-temurun dari nenek moyang yang
berakar kuat dalam budaya bangsa. Oleh
karena itu, baik dalam ramuan maupun dalam
penggunaannya sebagai obat tradisional masih
berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari
generasi ke generasi baik secara lisan maupun
tulisan. Dewasa ini pemanfaatan obat
tradisional oleh masyarakat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk diri sendiri.
Pemanfaatan
obat
tradisional
untuk
menanggulangi penyakit rakyat dalam
pelayanan kesehatan formal masih kurang atau
belum digunakan dalam pelayanan kesehatan
formal (Riswan dan Andayaningsih, 2008).
Tumbuhan obat adalah tanaman/bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu, atau sebagai bahan
pemula bahan baku obat (prokursor), atau
tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat. Salah satu
jenis tanaman obat adalah tanaman pala
(Myristica fragrans) (Kartikawati, 2004).
2
Masalah yang sering timbul di
masyarakat adalah masalah kekurangan darah,
dan yang lebih sering menjadi keluhan adalah
kurangnya eritrosit dalam tubuh atau lebih
dikenal dengan anemia. Menurut Ardian
(2010) bahwa jumlah eritrosit normal dalam
tubuh sekitar 5 juta sel dan jumlah leukosit
sekitar 6000-9000 sel. Apabila kedua jumlah
sel darah tersebut menurun, maka akan
menimbulkan gangguan misalnya anemia dan
turunnya sistem kekebalan tubuh. Kedua
penyakit ini tergolong penyakit ringan, akan
tetapi jangan dianggap sepele, karena apabila
tidak dicegah atau diobati maka akan
menimbulkan penyakit yang lebih fatal lagi
seperti kanker. Sebagian orang cenderung
merasa aman dengan menggunakan obat
sintetik tanpa memperhatikan efek negatif
yang ditimbulkan. Padahal ada beberapa obat
tradisional yang dapat mencegah penyakit
tersebut.
Menurut penelitian Arifani (2006)
bahwa salah satu obat tradisional yang terbukti
dapat meningkatkan jumlah eritrosit yaitu buah
merah (Pandanus conoideus Lam). Buah
merah mengandung banyak asam oleat, asam
linolenat, dekanoat, serta omega 9 dan omega
3, sebagai asam lemak tak jenuh, yang
berfungsi memperlancar proses metabolisme
untuk menyerap protein, dimana protein ini
merupakan salah satu komponen penting
dalam pembentukan eritrosit. Selain itu,
menurut penelitian Adipratama (2009), bahwa
salah satu obat tradisional yang dapat
meningkatkan
jumlah
leukosit
yaitu
temulawak (Curcuma xanthorriza). Komponen
utama yang berkhasiat sebagai obat dalam
rimpang temulawak adalah kurkuminoid dan
minyak atsiri yang merupakan hasil
metabolisme sekunder dari tanaman ini.
Dari kedua penelitian tersebut diperoleh
beberapa komponen yang dapat meningkatkan
jumlah eritrosit dan leukosit diantaranya
minyak atsiri, asam oleat dan asam linoleat.
Ketiga komponen ini juga dimiliki oleh
tanaman biji pala (Myristica fragrans).
Menurut Hari (2012), bahwa biji pala
merupakan tanaman yang mengandung minyak
atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin,
elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak,
lemonena, asam oleat dan asam linoleat.
Kandungan biji pala yang lebih berkhasiat
adalah minyak atsiri.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans)
terhadap jumlah eritrosit dan leukosit serta
mengetahui konsentrasi yang terbaik untuk
mempertahankan jumlah eritrosit dan leukosit
pada tikus putih (Rattus norvegicus).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen laboratorium, untuk menentukan
pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans)
terhadap jumlah eritrosit dan leukosit pada
tikus putih (Rattus novergicus) yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 pengulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah kontrol
(tanpa perlakuan) dan tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi
yang berbeda yaitu 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%.
Alat yang digunakan adalah kandang
hewan percobaan, botol air minum,
pisau/cutter, lumping, alu, botol selai, toples,
rotavapor, corong , batang pengaduk, labu
ukur, pipet tetes, erlenmeyer, gelas kimia,
botol semprot, siring, jarum gavage, tabung
pembius, mytich, alat bedah, papan bedah,
sarung tangan, neraca digital, tabung
vacutainer, roller mixer, siring, jarum suntik,
alat tulis menulis dan kamera digital. Bahan
yang digunakan adalah pelet, jagung, air
bersih, serbuk kayu, biji pala (Myristica
fragrans), etanol 96%, aquades, alumunium
foil, kloroform, kapas, alkohol 70%, kertas
saring, pewarna kesumba, tissue dan kertas
label. Hewan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
sehat dan menunjukkan perilaku normal.
Prosedur Kerja
Sebelum
melakukan
pengamatan
dilakukan
aklimatisasi
dalam
ruangan
penelitian selama 4 hari. Bahan uji diambil
dari biji pala (Myristica fragrans) yang
kemudian dibuat ekstrak dengan cara maserasi.
Pada penelitian ini dibutuhkan ekstrak biji pala
dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu
konsentrasi 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%.
Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus putih
yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan
dan 3 kali pengulangan. Pembagian kelompok
perlakuan, yaitu:
3
1.
2.
Kelompok I
Kelompok II
:
:
Kontrol positif
Perlakuan dengan
konsentrasi 1%.
3. Kelompok III
: Perlakuan dengan
konsentrasi 2%.
4. Kelompok IV
: Perlakuan dengan
konsentrasi 4%.
5. Kelompok V
: Perlakuan dengan
konsentrasi 8%.
6. Kelompok VI
: Perlakuan dengan
konsentrasi 16%.
Pemberian ekstrak untuk konsentrasi 1%
dan 2% sebanyak 1 ml, sedangkan untuk
konsentrasi 4%, 8% dan 16% sebanyak 0,5 ml
yang dilakukan secara oral (gavage) selama 20
hari. Selanjutnya tikus putih dipuasakan
selama 16 jam. Pada hari ke-21 seluruh tikus
putih pada kelompok I, II, III, IV, V dan VI
dibedah untuk diambil darahnya. Darah
tersebut diambil melalui jantung dengan
menggunakan siring. Setelah darah diperoleh,
darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung
vacutainer yang di dalamnya terdapat
antikoagulan
berupa
EDTA.
Sebelum
pemeriksaan jumlah darah, terlebih dahulu
darah dihomogenkan dengan menggunakan
roller
mixer
dan
diperiksa
dengan
menggunakan mytich.
Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Variabel bebas/independen : Ekstrak
biji pala (Myristica fragrans)
b. Variabel terikat/dependen
: Eritrosit
dan leukosit pada tikus putih (Rattus
norvegicus)
Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan
Software program Predictive Analysis
Software (PASW) statistik 27. Data yang
diperoleh diamati dengan menggunakan
Analisis Varian (ANAVA) dan untuk
mengetahui adanya perbedaan terhadap
masing-masing perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Eritrosit pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Adapun rata-rata jumlah eritrosit
(Juta/mm3) tiap perlakuan dapat dilihat pada
tabel 1.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit (Juta/mm3) tiap perlakuan
Perlakuan
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
1
4.550.000
6.740.000
7.740.000
2
4.970.000
3.600.000
7.640.000
3
6.020.000
6.660.000
5.980.000
4
6.140.000
1.970.000
6.680.000
5
4.800.000
7.080.000
6.410.000
6
8.590.000
7.670.000
8.220.000
Keterangan :
Rata-Rata
6.343.333
5.403.333
6.220.000
4.930.000
6.096.666
8.160.000
Perlakuan 1 (Control), 2 (1%), 3 (2%), 4 (4%), 5 (8%) dan 6 (16%). Terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yaitu pada konsentrasi 16% bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam untuk Rancangan Acak Lengkap
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Acak
Total
Keterangan :
Db
Jumlah kuadrat
5
12
17
18.361.344
30.521.024
48.882.368
Kuadrat
tengah
3.672.268
2.543.418
F.hitung
1.444
F.0.05
3.110
Diperoleh nilai F.hitung < F. Tabel, sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
Rata-Rata Jumlah Eritrosit
(Juta/mm3)
Hasil pengamatan terhadap jumlah eritrosit dengan perlakuan ekstrak biji pala dapat dilihat
pada gambar 1.
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
0
KI
KII
KIII
KIV
KV
KVI
Perlakuan
Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah eritrosit mencit yang diberi ekstrak biji pala pada
konsentrasi yang berbeda. KI= Kelompok Kontrol; KII, KIII, KIV, KV dan KVI=
Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%, satuan dalam
juta/mm3. Rata-rata jumlah eritrosit yang diperoleh tidak linier, meskipun mengalami
peningkatan pada konsentrasi 16% bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, akan
tetapi selisihnya sangat sedikit.
Pada gambar 1. dapat dilihat bahwa
secara umum rata-rata jumlah eritrosit pada
setiap perlakuan selama masa percobaan
adalah 4.000.000-8.000.000 juta/mm3. Nilai
tersebut ada yang berada dibawah kisaran
normal eritrosit tikus dan ada juga yang berada
pada kisaran normal. Adapun kisaran normal
4
eritrosit tikus putih yaitu 7,2-9,6 juta/mm3
(Schalm dalam Triana, 2006).
Berdasarkan analisis ANAVA pada
tabel 2. di atas diperoleh nilai F.hitung sebesar
1,444 dan F.tabel 0,05 sebesar 3,110. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F.hitung < F.tabel
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
perlakuan dengan kontrol. Dengan demikian,
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) dengan
berbagai konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah eritrosit. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi yang digunakan pada
kelompok perlakuan dalam lima tingkatan
terlalu kecil sehingga tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Jumlah eritrosit yang tidak
signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan juga disebabkan karena
kandungan dari biji pala itu sendiri. Menurut
Syaifuddin dalam Sembiring (2013) bahwa
pada proses pembentukan eritrosit diperlukan
zat Besi (Fe) dan vitamin C. Zat besi (Fe)
berperan dalam pembentukan dan pematangan
eritrosit yang dalam proses tersebut vitamin C
berfungsi sebagai pemicu zat besi. Sehingga
zat besi (Fe) dan vitamin C saling
berhubungan dalam pembentukan eritrosit.
Selain itu zat yang juga diperlukan dalam
pembentukan eritrosit adalah vitamin B12,
asam folat dan rantai globin yang merupakan
senyawa
protein
yang
berasal
dari
hemositoblas. Berdasarkan hal ini, ekstrak biji
pala tidak berpengaruh terhadap jumlah
eritrosit dikarenakan biji pala ini tidak
mengandung zat besi (Fe) ataupun vitamin C.
Padahal kedua komponen ini sangat berperan
dalam pembentukan eritrosit.
Beberapa faktor yang juga dapat
menyebabkan penurunan jumlah eritrosit,
antara lain kurangnya bahan atau zat yang
dibutuhkan untuk produksi sel darah merah.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan
penyerapan atau nilai gizi yang berkurang pada
pakan yang diberikan sehingga akan
berpengaruh terhadap organ-organ lain,
terutama pada organ yang berperan dalam
produksi sel darah (Coles dalam Wardhana,
2000).
Jumlah Leukosit pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Adapun rata-rata jumlah leukosit (mm3)
pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diberi perlakuan ekstrak biji pala (Myristica
fragrans) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah leukosit (mm3) tiap perlakuan
Perlakuan
Ulangan I
Ulangan II
1
4.9000
15.0000
2
7.7000
6.9000
3
8.1000
5.6000
4
11.6000
3.8000
5
4.3000
10.0000
6
10.5000
11.7000
Keterangan :
Ulangan III
12.6000
9.9000
9.4000
8.0000
7.6000
9.2000
Perlakuan 1 (Control), 2 (1%), 3 (2%), 4 (4%), 5 (8%) dan 6 (16%). Terjadi
penurunan jumlah leukosit dari kelompok kontrol sampai pada perlakuan dengan
konsentrasi 8%, akan tetapi pada konsentrasi 16% meningkat lagi. Peningkatan
jumlah leukosit pada konsentrasi 16% tidak melebihi jumlah leukosit pada kontrol.
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam untuk Rancangan Acak Lengkap
Kuadrat
Sumber Keragaman
Db
Jumlah kuadrat
tengah
Perlakuan
5
35.177856
7.035571
Acak
12
117.959839
9.829987
Total
17
153.137695
Keterangan :
5
Rata-Rata
10.833
8.166
7.700
7.800
7.299
10.466
F.hit
F.0.05
0.716
3.110
Diperoleh nilai F.hitung < F. Tabel, sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
Rata-rata jumlah
leukosit (mm3)
Hasil pengamatan terhadap jumlah leukosit dengan perlakuan ekstrak biji pala dapat dilihat
pada gambar 2.
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
KI
KII
KIII
KIV
KV
KVI
Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata jumlah leukosit (mm3) mencit yang diberi ekstrak biji pala pada
konsentrasi yang berbeda. KI= Kelompok Kontrol; KII, KIII, KIV, KV dan KVI=
Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%, satuan dalam mm3.
Rata-rata jumlah leukosit yang diperoleh tidak linier, dimana pada kelompok kontrol
sampai pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 8% mengalami penurunan, akan
tetapi mengalami peningkatan lagi pada konsentrasi 16% dan selisihnya sangat jauh
berbeda, meskipun dibawah jumlah leukosit pada kelompok kontrol.
Berdasarkan pada gambar 2. dapat
dilihat bahwa secara umum jumlah leukosit
pada tiap kelompok masih berada pada kisaran
normal leukosit tikus dewasa yaitu 4.00010.000/mm3 (Depkes dalam Triana, 2006).
Walaupun demikian masih ada kelompok yang
berada diatas kisaran normal yaitu pada
kelompok kontrol yang berjumlah 10.833/mm3
dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi
16% berjumlah 10.466/mm3.
Peningkatan dan penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena pengaruh
fisiologis atau patologis. Peningkatan jumlah
leukosit dalam darah disebut leukositosis.
Leukositosis yang terjadi karena faktor
fisiologis yang disebabkan oleh aktivitas otot,
rangsangan
ketakutan
dan
gangguan
emosional. Sedangkan pengaruh patologis
dapat disebabkan oleh proses apatologis dalam
tanggapan terhadap serangan penyakit. Jumlah
leukosit di atas kisaran normal dapat menajadi
indikasi adanya infeksi (Ganong dalam Triana,
2006).
Berdasarkan analisis ANAVA pada
tabel 5 diatas diperoleh nilai F.hitung sebesar
0,716 dan F.tabel 0,05 sebesar 3,110. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F.hitung < F.tabel
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara
perlakuan dengan kontrol. Dengan demikian,
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) dengan
berbagai konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah leukosit.
6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Adipratama (2009), bahwa ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dapat menambah
jumlah leukosit. Hal ini dikarenakan tanaman
ini mengandung suatu zat yaitu minyak atsiri.
Biji pala sendiri menurut Kartasapoetra (1996)
juga mengandung minyak atsiri sebanyak 10%.
Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian
ternyata tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. Hal ini diduga karena kandungan
minyak atsiri pada biji pala sangat sedikit. Hal
ini juga disebabkan karena konsentrasi yang
digunakan terlalu kecil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Restuati (2013), bahwa ekstrak daun sirsak
(Annona muricata) dapat meningkatkan
jumlah leukosit pada tikus putih (Rattus
norvegivus) dengan dosis 0,2 g/kg selama 50
hari. Tanaman ini dapat meningkatkan jumlah
leukosit karena mengandung acetogenin,
dimana didalam acetogenin ini sendiri
mengandung
senyawa
murisolin
yang
berfungsi untuk melindungi dan memulihkan
sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga dapat
menyebabkan ekstrak biji pala tidak
memberikan
pengaruh
karena
tidak
mengandung senyawa murisolin, yang dimana
hanya dengan dosis 0,2 g/kg dapat
memberikan efek yang signifikan terhadap
jumlah leukosit.
KESIMPULAN DAN SARAN
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi
berbeda (1%, 2%, 4%, 8% dan 16%) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah eritrosit dan jumlah leukosit
pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya,
sebaiknya perlu dilakukannya penelitian
kembali tentang pengaruh ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) terhadap jumlah eritrosit
dan leukosit dengan konsentrasi yang lebih
tinggi, waktu penelitian yang lebih lama,
sampel yang digunakan lebih besar, serta perlu
dilakukan kontrol negatif sehingga penelitian
lebih akurat. Selain itu, sampel yang akan
diperiksa sebaiknya dijaga dengan baik, jangan
sampai goyang dan menggumpal, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat dan linier.
Serta sebelum dilakukannya penelitian,
terlebih dahulu melakukan pra penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adipratama, D. N. (2009). Pengaruh Ekstrak
Etanol
Temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Jumlah
Total dan Diferensiasi Leukosit pada
Ayam Petelur (Gallus gallus) Strain
Isa Brown. Skripsi pada FKH IPB
Bogor: diterbitkan.
Ardian. 2010. Jumlah Eritrosit dan Leukosit.
[Online] Tersedia:
http://reposito
ry.ipb.ac.Id/bitstream/handle/1234567
89/51319/Bab%20II%20Tipus%2D10
zpe-4.pdf?sequence=6.html
[20
Januari 2013].
Arifani, N. 2006. Pengaruh Pemberian Buah
Merah (Pandanus conoideus Lam)
terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar
Hemoglobin pada Mencit Swiss yang
diinfeksi Plasmodium barghei ANKA.
Artikel Karya Tulis Ilmiah pada
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro Semarang: diterbitkan.
Hari.
7
(2012). Obat Herbal Nusantara.
[Online]. Tersedia: http://obatherbal
nusantara.wordpress.com/.html
[21
Januari 2013].
Hidayat, S. (2005). Ramuan Tradisional Ala
12 Etnis Indonesia. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Kartasapoetra, G. (1996). Budidaya Tanaman
Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Kartikawati, SM. (2004). Pemanfaatan
Sumberdaya
Tumbuhan
oleh
Masyarakat Dayak Meratus di
Kawasan
Hutan
Pengunungan
Meratus, Kabupaten Hulu Sungai
tengah.
Thesis
pada
Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor: diterbitkan.
Restuati, M. (2013). Uji Efek Daun Sirsak
(Annona muricata) terhadap Leukosit
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .
Jurnal FMIPA Universitas Lampung
[Online], Vol. 1 No.1, 4 halaman.
Tersedia: http://ejournal.unsrat.ac.id/
index. php/ biomedik/article/view/750
[3 Desember 2013]
Riswan, S dan Andayaningsih, D. (2008).
Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Yang Digunakan Dalam Pengobatan
Tradisional
Masyarakat
Sasak
Lombok Barat . Jurnal Farmasi
Indonesia. [Online], Vol. 4 No. 2, 8
halaman. Tersedia: http://jfi.iregway.
com/index.php/jurnal/article/view/16
[30 Juni 2013].
Sembiring, A. (2013). Pengaruh Ekstrak
Segar
Daun
Rosela
(Hibiscus
sabdariffa L.) Terhadap Jumlah
Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin
Mencit Jantan (Mus musculus L.)
Anemia Strain Ddw Melalui Induksi
Natrium Nitrit (Nano2) . Jurnal
Universitas Sumatra Utara [Online],
Vol 1 No. 2, 6 halaman. Tersedia:
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/sbiolo
gi/issue/view/118.pdf [26 Oktober
2013].
Triana, E. (2006). Pengaruh Pemberian
Beras Yang Difermentasi Oleh
Monascus Purpureus Jmba Terhadap
Darah Tikus Putih (Rattus sp.)
Hiperkolesterolemia .
Jurnal
Biodiversitas. [Online]. Vol 7 No. 4, 5
halaman. Tersedia: http://www.doaj.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
org/doaj?func=fulltext&aId=944701
[27 Oktober 2013].
Wardhana, A. H. (2000).
Pengaruh
Pemberian Sediaan Patikan Kebo
(Euphorbia Hirta L) Terhadap Jumlah
Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai
Hematokrit pada Ayam yang Diinfeksi
Dengan Eimeria Tenella . Jurnal
Universitas
Airlangga.
[Online].
Tersedia:
http://peternakan.Litbang.
Deptan.Go.Id/Fullteks/Jitv/Jitv6210.Pdf [27 Oktober 2013].
8
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
ISSN : 2338-1795
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah Eritrosit dan
Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
An Effect of Seed Extract Nutmeg (Myristica fragrans) of the Total Erythrocytes and Leukocytes
to the White Rats (Rattus norvegicus)
Linda1, Achmad Ramadhan2, Dewi Tureni2
1
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
Abstract
The number of erythrocytes and leukocytes are very important parameter to assess the
health, which viewed from both their respective functions are essential for the body.
Erythrocytes has a function to transport O2 to the whole body and leukocyte maintains the
body defense. This study aimed to observe the effect of the seed extract of nutmeg
(Myristica fragrans) on the number of erythrocytes and leukocytes, and to determine the
best concentration in maintaining the number of erythrocytes and leukocytes. This
research was conducted in the Laboratory of Biology of Faculty of Teacher Training and
Education and Laboratory of Pharmacy Faculty of Matematics and Natural Sciences of
University of Tadulako and Health Labolatory of Central Sulawesi. This research was an
experimental method through Completely Randomized Design (CRD), consisted of 6
treatments and 3 replications. Treatment K1 was a control group who was not given the
extract, treatment K2, K3, respectively 1%, 2% was given the nutmeg seed extract 1
ml/day, treatment K4, K5, K6, respectively 4%, 8%, 16 % given the nutmeg seed extract 0.5
ml/day. The datas were analyzed using ANAVA analysis were processed with the software
Statistics 27, then followed by LSD test. The results showed that the extract of nutmeg
(Myristica fragrans) with 5 different concentrations didn t have a significant influence to
the number of erythrocytes and leukocytes in rats (Rattus norvegicus) when compared to
the control group.
Keywords: Extract, Myristica fragrans, erythrocytes, leukocytes, Rattus norvegicus
Abstrak
Jumlah eritrosit dan leukosit merupakan dua parameter yang sangat penting untuk
menilai kesehatan, dimana bila dilihat dari kedua fungsinya masing-masing sangat
penting bagi tubuh. Eritrosit berfungsi untuk mengangkut O2 keseluruh tubuh dan
leukosit berfungsi untuk menjaga pertahanan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans) terhadap jumlah eritrosit dan
leukosit, dan menentukan konsentrasi yang terbaik dalam mempertahankan jumlah
eritrosit dan leukosit. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Tadulako dan Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap
(RAL), yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan K1 merupakan
kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak, perlakuan K2, K3, masing-masing 1%, 2%
diberi ekstrak biji pala sebanyak 1 ml/hari, perlakuan K4, K5, K6, masing-masing 4%, 8%,
16% diberi ekstrak biji pala sebanyak 0,5 ml/hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis ANAVA yang diolah dengan software Statistik 27, dilanjutkan
dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi berbeda tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah eritrosit dan leukosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata Kunci: Ekstrak, Myristica fragrans, eritrosit, leukosit, Rattus Norvegicus
Linda et al.,
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara
pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia
bersama negara lain di Asia seperti Cina dan
India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan
keragaman budaya yang terpelihara sampai
saat ini. Kekayaan alam hutan tropis Indonesia
menyimpan beribu-ribu tumbuhan berkhasiat
obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan
pengetahuan pengobatan tradisional yang
berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis
tumbuhan obat yang belum dibudidayakan
sehingga ketersediaannya masih tergantung
pada alam. Sampai saat ini, beberapa dari
ribuan tanaman tersebut belum diketahui
dengan jelas manfaat dan khasiatnya bagi
kesehatan (Hidayat, 2005).
Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai
obat tradisional ternyata telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia jauh sebelum
pelayanan kesehatan menggunakan obatobatan sintetik. Peningkatan penggunaan obatobatan herbal seiring dengan peningkatan
kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif
dari penggunaan obat sintetik. Masyarakat
kembali memilih tumbuhan obat sebagai
alternatif terhadap penyembuhan berbagai
penyakit. Selain itu, efek samping yang
ditimbulkan juga lebih kecil (Adipratama,
2009).
Obat tradisional merupakan warisan
turun-temurun dari nenek moyang yang
berakar kuat dalam budaya bangsa. Oleh
karena itu, baik dalam ramuan maupun dalam
penggunaannya sebagai obat tradisional masih
berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari
generasi ke generasi baik secara lisan maupun
tulisan. Dewasa ini pemanfaatan obat
tradisional oleh masyarakat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk diri sendiri.
Pemanfaatan
obat
tradisional
untuk
menanggulangi penyakit rakyat dalam
pelayanan kesehatan formal masih kurang atau
belum digunakan dalam pelayanan kesehatan
formal (Riswan dan Andayaningsih, 2008).
Tumbuhan obat adalah tanaman/bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu, atau sebagai bahan
pemula bahan baku obat (prokursor), atau
tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat. Salah satu
jenis tanaman obat adalah tanaman pala
(Myristica fragrans) (Kartikawati, 2004).
2
Masalah yang sering timbul di
masyarakat adalah masalah kekurangan darah,
dan yang lebih sering menjadi keluhan adalah
kurangnya eritrosit dalam tubuh atau lebih
dikenal dengan anemia. Menurut Ardian
(2010) bahwa jumlah eritrosit normal dalam
tubuh sekitar 5 juta sel dan jumlah leukosit
sekitar 6000-9000 sel. Apabila kedua jumlah
sel darah tersebut menurun, maka akan
menimbulkan gangguan misalnya anemia dan
turunnya sistem kekebalan tubuh. Kedua
penyakit ini tergolong penyakit ringan, akan
tetapi jangan dianggap sepele, karena apabila
tidak dicegah atau diobati maka akan
menimbulkan penyakit yang lebih fatal lagi
seperti kanker. Sebagian orang cenderung
merasa aman dengan menggunakan obat
sintetik tanpa memperhatikan efek negatif
yang ditimbulkan. Padahal ada beberapa obat
tradisional yang dapat mencegah penyakit
tersebut.
Menurut penelitian Arifani (2006)
bahwa salah satu obat tradisional yang terbukti
dapat meningkatkan jumlah eritrosit yaitu buah
merah (Pandanus conoideus Lam). Buah
merah mengandung banyak asam oleat, asam
linolenat, dekanoat, serta omega 9 dan omega
3, sebagai asam lemak tak jenuh, yang
berfungsi memperlancar proses metabolisme
untuk menyerap protein, dimana protein ini
merupakan salah satu komponen penting
dalam pembentukan eritrosit. Selain itu,
menurut penelitian Adipratama (2009), bahwa
salah satu obat tradisional yang dapat
meningkatkan
jumlah
leukosit
yaitu
temulawak (Curcuma xanthorriza). Komponen
utama yang berkhasiat sebagai obat dalam
rimpang temulawak adalah kurkuminoid dan
minyak atsiri yang merupakan hasil
metabolisme sekunder dari tanaman ini.
Dari kedua penelitian tersebut diperoleh
beberapa komponen yang dapat meningkatkan
jumlah eritrosit dan leukosit diantaranya
minyak atsiri, asam oleat dan asam linoleat.
Ketiga komponen ini juga dimiliki oleh
tanaman biji pala (Myristica fragrans).
Menurut Hari (2012), bahwa biji pala
merupakan tanaman yang mengandung minyak
atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin,
elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak,
lemonena, asam oleat dan asam linoleat.
Kandungan biji pala yang lebih berkhasiat
adalah minyak atsiri.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans)
terhadap jumlah eritrosit dan leukosit serta
mengetahui konsentrasi yang terbaik untuk
mempertahankan jumlah eritrosit dan leukosit
pada tikus putih (Rattus norvegicus).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen laboratorium, untuk menentukan
pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans)
terhadap jumlah eritrosit dan leukosit pada
tikus putih (Rattus novergicus) yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 pengulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah kontrol
(tanpa perlakuan) dan tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi
yang berbeda yaitu 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%.
Alat yang digunakan adalah kandang
hewan percobaan, botol air minum,
pisau/cutter, lumping, alu, botol selai, toples,
rotavapor, corong , batang pengaduk, labu
ukur, pipet tetes, erlenmeyer, gelas kimia,
botol semprot, siring, jarum gavage, tabung
pembius, mytich, alat bedah, papan bedah,
sarung tangan, neraca digital, tabung
vacutainer, roller mixer, siring, jarum suntik,
alat tulis menulis dan kamera digital. Bahan
yang digunakan adalah pelet, jagung, air
bersih, serbuk kayu, biji pala (Myristica
fragrans), etanol 96%, aquades, alumunium
foil, kloroform, kapas, alkohol 70%, kertas
saring, pewarna kesumba, tissue dan kertas
label. Hewan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang
sehat dan menunjukkan perilaku normal.
Prosedur Kerja
Sebelum
melakukan
pengamatan
dilakukan
aklimatisasi
dalam
ruangan
penelitian selama 4 hari. Bahan uji diambil
dari biji pala (Myristica fragrans) yang
kemudian dibuat ekstrak dengan cara maserasi.
Pada penelitian ini dibutuhkan ekstrak biji pala
dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu
konsentrasi 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%.
Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus putih
yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan
dan 3 kali pengulangan. Pembagian kelompok
perlakuan, yaitu:
3
1.
2.
Kelompok I
Kelompok II
:
:
Kontrol positif
Perlakuan dengan
konsentrasi 1%.
3. Kelompok III
: Perlakuan dengan
konsentrasi 2%.
4. Kelompok IV
: Perlakuan dengan
konsentrasi 4%.
5. Kelompok V
: Perlakuan dengan
konsentrasi 8%.
6. Kelompok VI
: Perlakuan dengan
konsentrasi 16%.
Pemberian ekstrak untuk konsentrasi 1%
dan 2% sebanyak 1 ml, sedangkan untuk
konsentrasi 4%, 8% dan 16% sebanyak 0,5 ml
yang dilakukan secara oral (gavage) selama 20
hari. Selanjutnya tikus putih dipuasakan
selama 16 jam. Pada hari ke-21 seluruh tikus
putih pada kelompok I, II, III, IV, V dan VI
dibedah untuk diambil darahnya. Darah
tersebut diambil melalui jantung dengan
menggunakan siring. Setelah darah diperoleh,
darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung
vacutainer yang di dalamnya terdapat
antikoagulan
berupa
EDTA.
Sebelum
pemeriksaan jumlah darah, terlebih dahulu
darah dihomogenkan dengan menggunakan
roller
mixer
dan
diperiksa
dengan
menggunakan mytich.
Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Variabel bebas/independen : Ekstrak
biji pala (Myristica fragrans)
b. Variabel terikat/dependen
: Eritrosit
dan leukosit pada tikus putih (Rattus
norvegicus)
Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan
Software program Predictive Analysis
Software (PASW) statistik 27. Data yang
diperoleh diamati dengan menggunakan
Analisis Varian (ANAVA) dan untuk
mengetahui adanya perbedaan terhadap
masing-masing perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Eritrosit pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Adapun rata-rata jumlah eritrosit
(Juta/mm3) tiap perlakuan dapat dilihat pada
tabel 1.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit (Juta/mm3) tiap perlakuan
Perlakuan
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
1
4.550.000
6.740.000
7.740.000
2
4.970.000
3.600.000
7.640.000
3
6.020.000
6.660.000
5.980.000
4
6.140.000
1.970.000
6.680.000
5
4.800.000
7.080.000
6.410.000
6
8.590.000
7.670.000
8.220.000
Keterangan :
Rata-Rata
6.343.333
5.403.333
6.220.000
4.930.000
6.096.666
8.160.000
Perlakuan 1 (Control), 2 (1%), 3 (2%), 4 (4%), 5 (8%) dan 6 (16%). Terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yaitu pada konsentrasi 16% bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam untuk Rancangan Acak Lengkap
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Acak
Total
Keterangan :
Db
Jumlah kuadrat
5
12
17
18.361.344
30.521.024
48.882.368
Kuadrat
tengah
3.672.268
2.543.418
F.hitung
1.444
F.0.05
3.110
Diperoleh nilai F.hitung < F. Tabel, sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
Rata-Rata Jumlah Eritrosit
(Juta/mm3)
Hasil pengamatan terhadap jumlah eritrosit dengan perlakuan ekstrak biji pala dapat dilihat
pada gambar 1.
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
0
KI
KII
KIII
KIV
KV
KVI
Perlakuan
Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah eritrosit mencit yang diberi ekstrak biji pala pada
konsentrasi yang berbeda. KI= Kelompok Kontrol; KII, KIII, KIV, KV dan KVI=
Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%, satuan dalam
juta/mm3. Rata-rata jumlah eritrosit yang diperoleh tidak linier, meskipun mengalami
peningkatan pada konsentrasi 16% bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, akan
tetapi selisihnya sangat sedikit.
Pada gambar 1. dapat dilihat bahwa
secara umum rata-rata jumlah eritrosit pada
setiap perlakuan selama masa percobaan
adalah 4.000.000-8.000.000 juta/mm3. Nilai
tersebut ada yang berada dibawah kisaran
normal eritrosit tikus dan ada juga yang berada
pada kisaran normal. Adapun kisaran normal
4
eritrosit tikus putih yaitu 7,2-9,6 juta/mm3
(Schalm dalam Triana, 2006).
Berdasarkan analisis ANAVA pada
tabel 2. di atas diperoleh nilai F.hitung sebesar
1,444 dan F.tabel 0,05 sebesar 3,110. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F.hitung < F.tabel
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
perlakuan dengan kontrol. Dengan demikian,
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) dengan
berbagai konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah eritrosit. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi yang digunakan pada
kelompok perlakuan dalam lima tingkatan
terlalu kecil sehingga tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Jumlah eritrosit yang tidak
signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan juga disebabkan karena
kandungan dari biji pala itu sendiri. Menurut
Syaifuddin dalam Sembiring (2013) bahwa
pada proses pembentukan eritrosit diperlukan
zat Besi (Fe) dan vitamin C. Zat besi (Fe)
berperan dalam pembentukan dan pematangan
eritrosit yang dalam proses tersebut vitamin C
berfungsi sebagai pemicu zat besi. Sehingga
zat besi (Fe) dan vitamin C saling
berhubungan dalam pembentukan eritrosit.
Selain itu zat yang juga diperlukan dalam
pembentukan eritrosit adalah vitamin B12,
asam folat dan rantai globin yang merupakan
senyawa
protein
yang
berasal
dari
hemositoblas. Berdasarkan hal ini, ekstrak biji
pala tidak berpengaruh terhadap jumlah
eritrosit dikarenakan biji pala ini tidak
mengandung zat besi (Fe) ataupun vitamin C.
Padahal kedua komponen ini sangat berperan
dalam pembentukan eritrosit.
Beberapa faktor yang juga dapat
menyebabkan penurunan jumlah eritrosit,
antara lain kurangnya bahan atau zat yang
dibutuhkan untuk produksi sel darah merah.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan
penyerapan atau nilai gizi yang berkurang pada
pakan yang diberikan sehingga akan
berpengaruh terhadap organ-organ lain,
terutama pada organ yang berperan dalam
produksi sel darah (Coles dalam Wardhana,
2000).
Jumlah Leukosit pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Adapun rata-rata jumlah leukosit (mm3)
pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diberi perlakuan ekstrak biji pala (Myristica
fragrans) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah leukosit (mm3) tiap perlakuan
Perlakuan
Ulangan I
Ulangan II
1
4.9000
15.0000
2
7.7000
6.9000
3
8.1000
5.6000
4
11.6000
3.8000
5
4.3000
10.0000
6
10.5000
11.7000
Keterangan :
Ulangan III
12.6000
9.9000
9.4000
8.0000
7.6000
9.2000
Perlakuan 1 (Control), 2 (1%), 3 (2%), 4 (4%), 5 (8%) dan 6 (16%). Terjadi
penurunan jumlah leukosit dari kelompok kontrol sampai pada perlakuan dengan
konsentrasi 8%, akan tetapi pada konsentrasi 16% meningkat lagi. Peningkatan
jumlah leukosit pada konsentrasi 16% tidak melebihi jumlah leukosit pada kontrol.
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam untuk Rancangan Acak Lengkap
Kuadrat
Sumber Keragaman
Db
Jumlah kuadrat
tengah
Perlakuan
5
35.177856
7.035571
Acak
12
117.959839
9.829987
Total
17
153.137695
Keterangan :
5
Rata-Rata
10.833
8.166
7.700
7.800
7.299
10.466
F.hit
F.0.05
0.716
3.110
Diperoleh nilai F.hitung < F. Tabel, sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
Rata-rata jumlah
leukosit (mm3)
Hasil pengamatan terhadap jumlah leukosit dengan perlakuan ekstrak biji pala dapat dilihat
pada gambar 2.
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
KI
KII
KIII
KIV
KV
KVI
Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata jumlah leukosit (mm3) mencit yang diberi ekstrak biji pala pada
konsentrasi yang berbeda. KI= Kelompok Kontrol; KII, KIII, KIV, KV dan KVI=
Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%, satuan dalam mm3.
Rata-rata jumlah leukosit yang diperoleh tidak linier, dimana pada kelompok kontrol
sampai pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 8% mengalami penurunan, akan
tetapi mengalami peningkatan lagi pada konsentrasi 16% dan selisihnya sangat jauh
berbeda, meskipun dibawah jumlah leukosit pada kelompok kontrol.
Berdasarkan pada gambar 2. dapat
dilihat bahwa secara umum jumlah leukosit
pada tiap kelompok masih berada pada kisaran
normal leukosit tikus dewasa yaitu 4.00010.000/mm3 (Depkes dalam Triana, 2006).
Walaupun demikian masih ada kelompok yang
berada diatas kisaran normal yaitu pada
kelompok kontrol yang berjumlah 10.833/mm3
dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi
16% berjumlah 10.466/mm3.
Peningkatan dan penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena pengaruh
fisiologis atau patologis. Peningkatan jumlah
leukosit dalam darah disebut leukositosis.
Leukositosis yang terjadi karena faktor
fisiologis yang disebabkan oleh aktivitas otot,
rangsangan
ketakutan
dan
gangguan
emosional. Sedangkan pengaruh patologis
dapat disebabkan oleh proses apatologis dalam
tanggapan terhadap serangan penyakit. Jumlah
leukosit di atas kisaran normal dapat menajadi
indikasi adanya infeksi (Ganong dalam Triana,
2006).
Berdasarkan analisis ANAVA pada
tabel 5 diatas diperoleh nilai F.hitung sebesar
0,716 dan F.tabel 0,05 sebesar 3,110. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F.hitung < F.tabel
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara
perlakuan dengan kontrol. Dengan demikian,
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) dengan
berbagai konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah leukosit.
6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Adipratama (2009), bahwa ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dapat menambah
jumlah leukosit. Hal ini dikarenakan tanaman
ini mengandung suatu zat yaitu minyak atsiri.
Biji pala sendiri menurut Kartasapoetra (1996)
juga mengandung minyak atsiri sebanyak 10%.
Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian
ternyata tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. Hal ini diduga karena kandungan
minyak atsiri pada biji pala sangat sedikit. Hal
ini juga disebabkan karena konsentrasi yang
digunakan terlalu kecil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Restuati (2013), bahwa ekstrak daun sirsak
(Annona muricata) dapat meningkatkan
jumlah leukosit pada tikus putih (Rattus
norvegivus) dengan dosis 0,2 g/kg selama 50
hari. Tanaman ini dapat meningkatkan jumlah
leukosit karena mengandung acetogenin,
dimana didalam acetogenin ini sendiri
mengandung
senyawa
murisolin
yang
berfungsi untuk melindungi dan memulihkan
sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga dapat
menyebabkan ekstrak biji pala tidak
memberikan
pengaruh
karena
tidak
mengandung senyawa murisolin, yang dimana
hanya dengan dosis 0,2 g/kg dapat
memberikan efek yang signifikan terhadap
jumlah leukosit.
KESIMPULAN DAN SARAN
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) dengan 5 konsentrasi
berbeda (1%, 2%, 4%, 8% dan 16%) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah eritrosit dan jumlah leukosit
pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya,
sebaiknya perlu dilakukannya penelitian
kembali tentang pengaruh ekstrak biji pala
(Myristica fragrans) terhadap jumlah eritrosit
dan leukosit dengan konsentrasi yang lebih
tinggi, waktu penelitian yang lebih lama,
sampel yang digunakan lebih besar, serta perlu
dilakukan kontrol negatif sehingga penelitian
lebih akurat. Selain itu, sampel yang akan
diperiksa sebaiknya dijaga dengan baik, jangan
sampai goyang dan menggumpal, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat dan linier.
Serta sebelum dilakukannya penelitian,
terlebih dahulu melakukan pra penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adipratama, D. N. (2009). Pengaruh Ekstrak
Etanol
Temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Jumlah
Total dan Diferensiasi Leukosit pada
Ayam Petelur (Gallus gallus) Strain
Isa Brown. Skripsi pada FKH IPB
Bogor: diterbitkan.
Ardian. 2010. Jumlah Eritrosit dan Leukosit.
[Online] Tersedia:
http://reposito
ry.ipb.ac.Id/bitstream/handle/1234567
89/51319/Bab%20II%20Tipus%2D10
zpe-4.pdf?sequence=6.html
[20
Januari 2013].
Arifani, N. 2006. Pengaruh Pemberian Buah
Merah (Pandanus conoideus Lam)
terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar
Hemoglobin pada Mencit Swiss yang
diinfeksi Plasmodium barghei ANKA.
Artikel Karya Tulis Ilmiah pada
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro Semarang: diterbitkan.
Hari.
7
(2012). Obat Herbal Nusantara.
[Online]. Tersedia: http://obatherbal
nusantara.wordpress.com/.html
[21
Januari 2013].
Hidayat, S. (2005). Ramuan Tradisional Ala
12 Etnis Indonesia. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Kartasapoetra, G. (1996). Budidaya Tanaman
Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Kartikawati, SM. (2004). Pemanfaatan
Sumberdaya
Tumbuhan
oleh
Masyarakat Dayak Meratus di
Kawasan
Hutan
Pengunungan
Meratus, Kabupaten Hulu Sungai
tengah.
Thesis
pada
Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor: diterbitkan.
Restuati, M. (2013). Uji Efek Daun Sirsak
(Annona muricata) terhadap Leukosit
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .
Jurnal FMIPA Universitas Lampung
[Online], Vol. 1 No.1, 4 halaman.
Tersedia: http://ejournal.unsrat.ac.id/
index. php/ biomedik/article/view/750
[3 Desember 2013]
Riswan, S dan Andayaningsih, D. (2008).
Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Yang Digunakan Dalam Pengobatan
Tradisional
Masyarakat
Sasak
Lombok Barat . Jurnal Farmasi
Indonesia. [Online], Vol. 4 No. 2, 8
halaman. Tersedia: http://jfi.iregway.
com/index.php/jurnal/article/view/16
[30 Juni 2013].
Sembiring, A. (2013). Pengaruh Ekstrak
Segar
Daun
Rosela
(Hibiscus
sabdariffa L.) Terhadap Jumlah
Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin
Mencit Jantan (Mus musculus L.)
Anemia Strain Ddw Melalui Induksi
Natrium Nitrit (Nano2) . Jurnal
Universitas Sumatra Utara [Online],
Vol 1 No. 2, 6 halaman. Tersedia:
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/sbiolo
gi/issue/view/118.pdf [26 Oktober
2013].
Triana, E. (2006). Pengaruh Pemberian
Beras Yang Difermentasi Oleh
Monascus Purpureus Jmba Terhadap
Darah Tikus Putih (Rattus sp.)
Hiperkolesterolemia .
Jurnal
Biodiversitas. [Online]. Vol 7 No. 4, 5
halaman. Tersedia: http://www.doaj.
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014
Linda et al.,
org/doaj?func=fulltext&aId=944701
[27 Oktober 2013].
Wardhana, A. H. (2000).
Pengaruh
Pemberian Sediaan Patikan Kebo
(Euphorbia Hirta L) Terhadap Jumlah
Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai
Hematokrit pada Ayam yang Diinfeksi
Dengan Eimeria Tenella . Jurnal
Universitas
Airlangga.
[Online].
Tersedia:
http://peternakan.Litbang.
Deptan.Go.Id/Fullteks/Jitv/Jitv6210.Pdf [27 Oktober 2013].
8
e-Jipbiol Vol 3, Juni 2014