Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Pembiasaan di Kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu | Saniapon | Bungamputi 2994 9175 1 PB

(1)

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN

DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU

Aisan Saniapon1

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kedisiplinan anak dapat ditingkatkan melalui pembiasaan pada kelompok B di PAUD Negeri Pembina Palu. Penelitian dilaksanakan di PAUD Negeri Pembina Palu, melibatkan 25 orang anak terdiri atas 11 orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif, untuk mengukur kedisiplinan anak melalui pembiasaan pada kelompok B di PAUD Negeri Pembina Palu.

Data yang dikumpulkan sebelum tindakan pada peningkatan kedisiplinan anak yang membawa perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 16%, Mulai Berkembang 24%, dan Belum Berkembang 52%, kemudian kedisiplinan anak yang mengikuti kegaiatan belajar kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 20%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 52%, dan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 16%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 56%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak, terbukti ada peningkatan kedisiplinan anak dari siklus I ke siklus II dalam membawa perlengkapan belajar kategori sangat baik dan baik dari 44% menjadi 80% (36%), kemudia kedisiplinan anak mengikuti kegiatan belajar dengan kategori sangat baik dan baik dari 48% menjadi 88% (40%), dan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Berkembang Sangat Baik dan Berkembang Sesuai Harapan dari 48% menjadi 92% (44%). Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 40% dari siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum meningkat kedisiplinannya tetapi hanya berkisar 5,33% dari masing-masing aspek yang diamati dengan kategori Belum Berkembang.

Kata Kunci : Kedisiplinan, Pembiasaan

1

Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk:A 451 10 004.


(2)

PENDAHULUAN

Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan sekolah. Pendidikan Taman Kanak-Kanak bertujuan untuk me mbantu anak meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan serta untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Salah satu kegiatan kepribadian yang perlu dikembangkan pada diri anak adalah kerjasamanya, yakni mengembangkan kedisiplinan untuk mengadakan kombinasi baru berdasarkan nilai-nilai adat, informasi atau unsur-unsur yang ada, mau berfikir memecahkan dan menghasilkan sesuatu yang baru dalam kegiatan yang kompleks.

Penyelenggaraan pendidikan pada usia dini adalah menjadi penentu bagi keberhasilan jenjang pendidikan yang lebih tinngi, dimana pada pendidikan usia dinia akan diletakkan dasar-dasar pendidikan bagai anak, untuk pengembangan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa prose pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang Mulai Berkembang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Bahkan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lanjut”.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah : (1) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. (2) Dapat memahami kecerdasan jamak


(3)

dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. (3) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. (4) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan Sehingga pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Mengingat anak usia dini yaitu anak yang berbeda pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjuntnya Itu artinya periode ini merupaka periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa, sosioemosional dan spritual.

Pengalaman sebagai guru anak PAUD Negeri Pembina Palu khususnya pada kelompok B menunjukkan bahwa anak- anak yang memiliki perilaku yang Belum Berkembang baik, misalnya kebiasaan dalam berbicara yang tidak sopan, mengambil barang milik sekolah atau milik teman, suka mengganggu teman serta suka merusak, tidak mau bekerja kelompok, perilaku anak seperti ini apabila tidak diperbaiki sejak dini maka akan menjadi kebiasaan hidup yang tidak baik Pada usia dini, merupakan periode perkembangan yang tepat untuk mengembangkan dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak, bahkan periode ini adalah waktu yang efektif untuk melatih dan membiasakan anak untuk bersikap disiplin. Melalui kegiatan belajar yang ada di PAUD anak-anak akan mengikuti kegiatan belajar yang bertujuan membangun sikap dan perilaku anak yang baik. Kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kedisiplinan anak, hanya akan dapat berhasil jika dilakukan secara berulang-ulang, sehingga membuat anak akan terbiasa melakukanya. Jika anak sudah terbiasa melakukannya dalam arti anak telah dibiasakan memiliki sikap disiplin, maka selanjutnya hal ini dapat menjadi karakter pembentuk kepribadian anak yang luhur.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka untuk meningkatkan sikap disiplin anak usia dini, dapat ditempuh melalui pembiasaan. Karena dengan pemiasaan, anak akan terbiasa untuk saling membantu, saling memperhatikan, dan dapat saling memberikan dorongan serta bisa saling mengajak dan memperlihatkan sikap disiplin kepada temannya. Sehingga teman yang lain dapat mencontoh dan mengikuti teman untuk bersikap disiplin. Dari uraian di atas, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang meningkatkan kedisiplinan anak melalui pembiasaan di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu.

Tulus (2004: 97) mengemukakan bahwa disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menuniakan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Selain itu menurut Agus (1987: 122). Disiplin belajar adalah predis posisi


(4)

(kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. (diakses pada tanggal 10 April 2012).

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari dengan tidak terbebani hal atau kegiatan yang ia lakukan. Yang menuurt Ervina, (2009:16) pembiasaan pada usia pra sekolah salah satu pendidikan yang penting sekali bagi kecakapan seseorang (anak), sebab pada usia pra sekolah, anak belum menyadari apa yang dikatakan dan dilakukannya, baik maupun buruk. Anak juga belum mempunyai kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa pada umumnya, tetapi anak sudah mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak mendapatkan perlindungan dan hak mendapatkan pendidikan.

Berdasarkan latar belakang yang terdapat di atas, rumusan masalah yang diteliti dalampenelitian ini adalah "Apakah melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu?" Melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak pada kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu.

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai tahapan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang mencantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2005: 6), seperti pada gambar (1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) Refleksi.

Keterangan

0 : Pratindakan 1 : Rencana

2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana

6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi a : Siklus I b : Siklus II

Gambar 1. Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005)

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Negeri Pembina Palu dengan subyek penelitian yaitu seluruh anak didik yang berjumlah 25 orang dan terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan


(5)

14 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d). Refleksi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan pemberian tugas.

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78)

= Berkembang Sangat Baik

= Berkembag Sesuai Harapan

= Mulai Berkembang = Belum Berkembang

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut (Sudjiono, 2010:40) :

Keterangan :

P = Hasil yang dicapai

f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban n = Jumlah sampel


(6)

HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan (PAUD Negeri Pembina Palu). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan memberikan tes pra tindakan untuk menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

1. Pra Tindakan

Adapun pengamatan pra tindakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan

No Kategori

Aspek yang Diamati

Jumlah % Merapikan

perlengkapan belajar

Mengikuti kegiatan

belajar

Membaca doa

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

2 8 2 8 2 8 6 8

2.

Berkembang Sesuai Harapan

4 16 5 20 4 16 13 17,33

3.

Mulai Berkembang

6 24 5 20 5 20 16 21,33

4.

Belum Berkembang

13 52 13 52 14 56 40 53,33

Jumlah 25 100 25 100 25 100 75 100

Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 6 orang anak (8%) yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik, 13 orang anak (17,33%) yang masuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, 16 yang terhitung (21,33%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 40 anak (53,33%) yang masuk kategori Belum Berkembang. Dari hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki sifat kedisiplinan, karena masih banyak anak yang belum merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kedisiplinan anak.


(7)

2. Tindakan Siklus I

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I

No Kategori

Aspek yang Diamati

Jumlah % Merapikan

perlengkapan belajar

Mengikuti kegiatan

belajar

Membaca doa

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

5 20 5 20 5 20 15 20

2.

Berkembang Sesuai Harapan

6 24 7 28 7 28 20 26,67

3.

Mulai Berkembang

7 28 7 28 8 32 22 29,33

4.

Belum Berkembang

7 28 6 24 5 20 18 24

Jumlah 25 100 25 100 25 100 75 100

Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 15 anak (20%) yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik, 20 anak (26,67%) yang masuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, 22 anak (29,33%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 18 anak (24%) masuk kategori Belum Berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak yaitu merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa belum ada yang mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II.


(8)

3. Tindakan Siklus II

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II

No Kategori

Aspek yang Diamati

Jumlah % Merapikan

perlengkapan belajar

Mengikuti kegiatan

belajar

Membaca doa

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

15 60 12 48 13 52 40 53,33

2.

Berkembang Sesuai Harapan

5 20 10 40 10 40 25 33,33

3.

Mulai Berkembang

3 12 2 8 1 4 6 8

4.

Belum Berkembang

2 8 1 4 1 4 4 5,33

Jumlah 25 100 25 100 25 100 75 100

Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 40 anak (53.33%) yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik, 25 anak (33,33%) yang masuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, 6 anak (8%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 4 anak (5,33%) yang masuk kategori Belum Berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak yaitu merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar dan membaca doa telah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengmatan anak yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik 53,33% dan masuk kategori Berkembang Sesuai Harapan 33,33% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 86,66% dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

PEMBAHASAN

Bahwa terdapat 25 orang anak kelompok bermain Negeri Pembina Palu. Kepada 25 orang anak tersebut telah diberikan pengetahuan tentang peningkatan kedisiplinan anak melalui pembiasaan dalam kelompok bermain Negeri Pembina Palu selama periode tertentu


(9)

secara bersama, berkesinambungan, maka diperoleh data dari hasil pengamatan pra tindakan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II seperti berikut.

1. Data Pra Tindakan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak menunjukan kedisiplinannya yang belum maksimal. Hal itu terbukti karena 2 anak atau 8% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 4 anak atau 16% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 6 anak atau 24% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang dapat merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar baru 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 2 anak atau 8% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak atau 16% yang membaca doa, kemudian terdapat 5 anak atau 20% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 14 anak atau 56% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Dengan demikian pada pra tindakan baru sekisar 25,33% yang bisa dikategori berhasil Berkembang Sangat Baik dan baik, masih ada sekitar 74,64% yang belum berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan seperti merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa, hal ini dilakukan untuk mengukur kedisiplinan anak. Disamping itu Belum Berkembang nya fasilitas atau media yang bisa membantu perkembangan kedisiplinan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang cenderung pasif.


(10)

Selanjutnya kemungkinan penyebab rendahnya kedisiplinan anak dalam mengembangkan kedisiplinannya pada pra tindakan bisa bersumber dari lingkungan bermain dan juga suasana dalam pembelajaran yang Belum Berkembang menyenangkan. Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus 1 dengan menggunakan pembiasaan terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan anak.

2. Hasil Pengamatan pada Siklus I

Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan pembelajaran menggunakan pembiasaan pada tema diri sendiri. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.

Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan 3 kemampuan yang akan di amatai yaitu : merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa. Fokus penelitian tindakan ini adalah pembiasaan untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Dengan pembelajaran menggunakan pembiasaan yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema rekreasi yang diharapkan anak bisa menunjukan kedisiplinan dengan baik.

Penerapan pembiasaan tersebut berdasarkan tabel 4.5 menunjukan adanya peningkatan meskipun belum maksimal. Ada 5 anak atau 20% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 6 anak atau 24% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar terdapat 5 anak atau 20% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 7 anak atau 28% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 7 anak atau 28% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang,


(11)

dan terdapat 6 anak atau 24% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 5 anak atau 20% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 7 anak atau 28% yang membaca doa, kemudian terdapat 8 anak atau 32% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 5 anak atau 20% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Dengan demikian secara umum sudah menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan. Dapat dibahas pada siklus pertama ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa kemampuan yang diamati seperti merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa, rata-rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut, diperkirakaan mengalami peningkatan berkisar 10% lebih dari sebelumnya pada pra tindakan.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kedisiplinan anak tersebut dengan menggunakan pembiasaan, dapat menarik minat dan perhatian anak. Dengan peningkatan minat dan perhatian tersebut diasumsikan menjadi pendorong meningkatnya kedisiplinan anak. Di sisih lain, dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukan hasil yang maksimal atau belum meningkat kedisiplinannya. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum termotivasi atau media yang digunakan belum menarik minatnya.

Kemungkinan bisa pula disebabkan karena ada guru lain yang ikut dalam kegiatan belajar anak sehingga sangat mempengaruhi aktifitas anak yang masih malu-malu atau Belum Berkembang memiliki keberanian. Kemungkinan lain bersumber dari lingkungan dirumahnya yang tidak biasa diajak bermain belajar oleh teman atau anggota keluarganya. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan media yang lebih banyak serta bervariasi. Disamping itu guru akan lebih memberi motivasi, dorongan serta semangat agar anak dapat meningkatkan kedisiplinannya. Untuk itu apa yang telah diperbaiki pada siklus kedua dapat dianalisa sebagai berikut.


(12)

3. Hasil Pengamatan siklus II

Pada siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukan kemajuan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Terdapat 15 anak atau 60% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 5 anak atau 20% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 3 anak atau 12% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 2 anak atau 8% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar terdapat 12 anak atau 48% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 10 anak atau 40% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 1 anak atau 4% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kemudian kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa, pada kegiatan ini sudah menunjukan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus 1 yaitu terdapat 13 anak atau 52% yang bisa dikatakan berhasil dengan Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 10 anak atau 40% yang membaca doa, kemudian terdapat 1 anak atau 4% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 1 anak atau 4% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Kalaupun masih ada anak yang belum berhasil yaitu 2 anak dalam merapikan perlengkapan belajar, kemudian ada 1 anak yang belum menunjukan sikap kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar, dan masih ada 1 anak juga yang belum berhasil dengan baik dalam membaca doa. Jika di rata-ratakan ada sekitar 5,33% yang belum berhasil dari kedisiplinan anak yang diamati.

Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang sangat pemalu dan Belum Berkembang memiliki rasa ingin tau tentang sesuatu tugas atau permainan yang diberikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang belum berhasil persentasenya sangat kecil. Sehingga penelitian tindakan kelas ini bisa


(13)

dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak dengan meningkatnya kedisiplinan anak pada beberapa aspek yang telah diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak dalam merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kedisiplinan anak pada siklus pertama untuk anak yang merapikan perlengkapan belajar menjadi 44% Berkembang Sangat Baik dan baik, kemudian anak yang mengikuti kegiatan belajar meningkat menjadi 48% kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan yang terahir yaitu kedisiplinan anak dalam membaca doa terdapat 48% dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu Berkembang Sangat Baik dan baik.

Pada siklus kedua menunjukan peningkatan kedisiplinan dalam merapikan perlengkapan belajar meningkat dari 44% menjadi 80% (36%) kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, kemudian pada kegiatan mengikuti kegiatan belajar meningkat dari 48% menjadi 88% (40%) dengan kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan kedisiplinan anak yang diukur pada anak yang membaca doa meningkat dari 48% menjadi 92% (44%) kategori Berkembang Sangat Baik dan baik. Jika dirata-ratakan peningkatan dari siklus I ke siklus II berkisar 40%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi tidak perlu lagi di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada siklus II secara maksimal.

Adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai berikut:

1) Kiranya pembiasaan dapat diterapkan mengingat pembelajaran dengan membiasaakn anak dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan anak.

2) Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.

3) Sebaiknya dalam hal menerapkan metode pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Ilimah. Jakarta.

Marijan. (2012). Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti.

Tulus. Tu’u. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Sudjiono. (2010). Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gramedia.


(1)

secara bersama, berkesinambungan, maka diperoleh data dari hasil pengamatan pra tindakan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II seperti berikut.

1. Data Pra Tindakan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak menunjukan kedisiplinannya yang belum maksimal. Hal itu terbukti karena 2 anak atau 8% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 4 anak atau 16% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 6 anak atau 24% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang dapat merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar baru 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 2 anak atau 8% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak atau 16% yang membaca doa, kemudian terdapat 5 anak atau 20% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 14 anak atau 56% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Dengan demikian pada pra tindakan baru sekisar 25,33% yang bisa dikategori berhasil Berkembang Sangat Baik dan baik, masih ada sekitar 74,64% yang belum berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan seperti merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa, hal ini dilakukan untuk mengukur kedisiplinan anak. Disamping itu Belum Berkembang nya fasilitas atau media yang bisa membantu perkembangan kedisiplinan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang cenderung pasif.


(2)

Selanjutnya kemungkinan penyebab rendahnya kedisiplinan anak dalam mengembangkan kedisiplinannya pada pra tindakan bisa bersumber dari lingkungan bermain dan juga suasana dalam pembelajaran yang Belum Berkembang menyenangkan. Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus 1 dengan menggunakan pembiasaan terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan anak.

2. Hasil Pengamatan pada Siklus I

Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan pembelajaran menggunakan pembiasaan pada tema diri sendiri. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.

Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan 3 kemampuan yang akan di amatai yaitu : merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa. Fokus penelitian tindakan ini adalah pembiasaan untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Dengan pembelajaran menggunakan pembiasaan yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema rekreasi yang diharapkan anak bisa menunjukan kedisiplinan dengan baik.

Penerapan pembiasaan tersebut berdasarkan tabel 4.5 menunjukan adanya peningkatan meskipun belum maksimal. Ada 5 anak atau 20% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 6 anak atau 24% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar terdapat 5 anak atau 20% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 7 anak atau 28% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 7 anak atau 28% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang,


(3)

dan terdapat 6 anak atau 24% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 5 anak atau 20% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 7 anak atau 28% yang membaca doa, kemudian terdapat 8 anak atau 32% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 5 anak atau 20% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Dengan demikian secara umum sudah menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan. Dapat dibahas pada siklus pertama ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa kemampuan yang diamati seperti merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa, rata-rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut, diperkirakaan mengalami peningkatan berkisar 10% lebih dari sebelumnya pada pra tindakan.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kedisiplinan anak tersebut dengan menggunakan pembiasaan, dapat menarik minat dan perhatian anak. Dengan peningkatan minat dan perhatian tersebut diasumsikan menjadi pendorong meningkatnya kedisiplinan anak. Di sisih lain, dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukan hasil yang maksimal atau belum meningkat kedisiplinannya. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum termotivasi atau media yang digunakan belum menarik minatnya.

Kemungkinan bisa pula disebabkan karena ada guru lain yang ikut dalam kegiatan belajar anak sehingga sangat mempengaruhi aktifitas anak yang masih malu-malu atau Belum Berkembang memiliki keberanian. Kemungkinan lain bersumber dari lingkungan dirumahnya yang tidak biasa diajak bermain belajar oleh teman atau anggota keluarganya. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan media yang lebih banyak serta bervariasi. Disamping itu guru akan lebih memberi motivasi, dorongan serta semangat agar anak dapat meningkatkan kedisiplinannya. Untuk itu apa yang telah diperbaiki pada siklus kedua dapat dianalisa sebagai berikut.


(4)

3. Hasil Pengamatan siklus II

Pada siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukan kemajuan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Terdapat 15 anak atau 60% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 5 anak atau 20% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada 3 anak atau 12% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 2 anak atau 8% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.

Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar terdapat 12 anak atau 48% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 10 anak atau 40% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 1 anak atau 4% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.

Kemudian kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa, pada kegiatan ini sudah menunjukan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus 1 yaitu terdapat 13 anak atau 52% yang bisa dikatakan berhasil dengan Berkembang Sangat Baik, begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 10 anak atau 40% yang membaca doa, kemudian terdapat 1 anak atau 4% yang membaca doa dengan kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 1 anak atau 4% yang belum menunjukan kedisiplinannya.

Kalaupun masih ada anak yang belum berhasil yaitu 2 anak dalam merapikan perlengkapan belajar, kemudian ada 1 anak yang belum menunjukan sikap kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar, dan masih ada 1 anak juga yang belum berhasil dengan baik dalam membaca doa. Jika di rata-ratakan ada sekitar 5,33% yang belum berhasil dari kedisiplinan anak yang diamati.

Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang sangat pemalu dan Belum Berkembang memiliki rasa ingin tau tentang sesuatu tugas atau permainan yang diberikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang belum berhasil persentasenya sangat kecil. Sehingga penelitian tindakan kelas ini bisa


(5)

dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak dengan meningkatnya kedisiplinan anak pada beberapa aspek yang telah diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak dalam merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kedisiplinan anak pada siklus pertama untuk anak yang merapikan perlengkapan belajar menjadi 44% Berkembang Sangat Baik dan baik, kemudian anak yang mengikuti kegiatan belajar meningkat menjadi 48% kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan yang terahir yaitu kedisiplinan anak dalam membaca doa terdapat 48% dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu Berkembang Sangat Baik dan baik.

Pada siklus kedua menunjukan peningkatan kedisiplinan dalam merapikan perlengkapan belajar meningkat dari 44% menjadi 80% (36%) kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, kemudian pada kegiatan mengikuti kegiatan belajar meningkat dari 48% menjadi 88% (40%) dengan kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan kedisiplinan anak yang diukur pada anak yang membaca doa meningkat dari 48% menjadi 92% (44%) kategori Berkembang Sangat Baik dan baik. Jika dirata-ratakan peningkatan dari siklus I ke siklus II berkisar 40%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi tidak perlu lagi di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada siklus II secara maksimal.

Adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai berikut:

1) Kiranya pembiasaan dapat diterapkan mengingat pembelajaran dengan membiasaakn anak dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan anak.

2) Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.

3) Sebaiknya dalam hal menerapkan metode pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Ilimah. Jakarta.

Marijan. (2012). Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti. Tulus. Tu’u. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Sudjiono. (2010). Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gramedia.