Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kedewatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar

(1)

Melalui Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kedewatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar

B. IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Putu Guna Atmaja NIM : 0711031264 Jurusan : PGSD

Fakultas : Ilmu Pendidikan

C. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar.

Terkait dengan rendahnya mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika di SD Negeri 1 Kedewatan yakni dengan rata-rata nilai 6,0 yang dirasa masih jauh dengan standar rata-rata kelulusan di SD negeri 1 Kedewatan yaitu 6,5 yang membuat para orang tua dan guru-guru merasa kewalahan menghadapinya yang memaksa guru dan orang tua lebih memotivasi siswa


(2)

dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menghadapi UAN yang saat ini telah mencapai 5,25. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas berupa pekerjaan rumah kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa. D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :

Apakah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kedewatan ?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan sebagai masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar di rumah.

2. Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khususnya yaitu:

“Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika bagi siswa kelas V SDN 1 Kedewatan.”

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Kepala SD Negeri 1 Kedewatan


(3)

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 1 Kedewatan dapat lebih meningkatkan pemberdayaan pemberian pekerjaan rumah agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.

b. Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

c. Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.

G. KAJIAN TEORI 1. Deskripsi Teoretis

a. Landasan Teori 1. Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindahan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas : 1994 )

2. Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah


(4)

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )

Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika.

3. Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Di antara para pakar pendidikan dan psikologi tidak memiliki definisi dan perumusan yang sama mengenai pengertian hasil belajar, namun di di antara mereka memiliki pemahaman yang sama mengenai makna hasil belajar. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Moedjiono (1994:4)bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”. Sedangkan Karti Soeharto (1984:40) menyatakan bahwa belajar ditandai oleh ciri-ciri yaitu; (a) disengaja dan bertujuan, (b) tahan lama, (c) bukan karena kebetulan, (d) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”. Demikian pula dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat juga berarti pendapatan atau perolehan, buah” (Poerwadarminta, 1996:337). Gagne (dalam Ratna Willis Dahar, 1988:162), mengatakan bahwa ada lima kemampuan hasil belajar yaitu: (1) ketrampilan-ketrampilan intelektual, karena keterampilan-keterampilan itu merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya, (2) penggunaan strategi-strategi kognitif, karena siswa perlu menunjukkan penampilan yang baru, (3) berhubungan dengan sikap-sikap yang dapat ditunjukkan oleh prilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains, (4) dari hasil belajar adalah informasi verbal, (5) keterampilan-keterampilan motorik.


(5)

Pendapat lain mengatakan bahwa “belajar aktif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa, baik secara fisik maupun mental, pikiran dan perasaan, sosial serta sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar” (Depdikbud, 1994:67).

Berdasarkan pernyataan di atas, dalam kontek penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar Matematika yaitu hasil belajar yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses interaksi pembelajaran mata pelajaran Matematika.

2). Ciri-ciri Hasil Belajar

Tabrani Rusyan (1993:1) mengatakan; “belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, dan kecakapan serta kemampuan”.

Dimyati dan Moedjiono (1994:170) mengatakan, “belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi film, surat kabar, majalah dapat mempermudah belajar”. Sedangkan Piaget (dalam Dimyati dan Moedjiono, 1994:35) “memandang belajar sebagai prilaku berinteraksi antar individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu”.

Dimyati dan Moedjiono (1994:40) membagi ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: “(1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, ketrampilan, sikap dan cita-cita, (2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dikemukakan bahwa ciri-ciri hasil belajar melibatkan perolehan kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan yang dibawa sejak lahir. Belajar tergantung pada pengalaman, sebagian dari pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Belajar berlangsung karena usaha dengan sengaja untuk memperoleh kecakapan baru dan membawa perbaikan para ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(6)

3). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Ngalin Purwanto (1987:111) bahwa:

mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua kelompok yaitu: (1) faktor dalam diri siswa yang terdiri atas faktor fisiologis (kondisi fisik, panca indra) dan faktor psikologis (minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif; (2) faktor dari luar diri yang terdiri dari faktor lingkungan (alam dan sosial) serta faktor instrumental (kurikulum, sarana, fasilitas, guru).

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Sumadi Suryabrata (1995:249) yang menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempe-ngaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yakni; faktor luar dan faktor dalam diri siswa”.

Menurut Tabrani Rusyan (1993:2) “mengatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) faktor kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu, (2) motivasi, yaitu dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu, (3) tujuan yang ingin dicapai”.

Muhammad Ali (1992:5) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, siswa, kurikulum dan lingkungan. Keempat faktor tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut.

1). Faktor Guru

Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri.” Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu mengajar atau melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar yang dilakukan guru mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep, psikologi dan kurikulum.

2). Faktor Siswa

Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian, kecakapan yang dimiliki masing-masing itu meliputi kecakapan potensial maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar.


(7)

3) Faktor Kurikulum

Bahan-bahan pengajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai.

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan meliputi kadaan ruangan, tata ruang dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar”.

Menurut Gagne (dalam Sumaryo, 1989:87) “hasil belajar dipengaruhi faktor internal (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar) dan faktor eksternal (dari luar diri si pebelajar)”.

Berdasarkan berbagai pernyataan sebelumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut terdiri atas: faktor fisiologi psikologis. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum, sarana- prasarana, guru, metode dan media serta manajemen).

4. Teknik

Dalam kamus umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan.

5. Pekerjaan rumah

Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris “Homework “ yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah (terutama dirumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus memberikan pengembangan.


(8)

6. Metode Pemberian Tugas

6.1 Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (PR)

Metode ini merupakan salah satu metode yang ingin menerapkan learning by doing dari John Dewey. Tugas tersebut diberikan kepada individu maupun kelompok. Mereka akan melaksanakannya di dalam maupun di luar kelas dan di luar jam pelajaran. Adapun tugas yang bisa diberikan oleh guru itu banyak macamnya antara lain PR untuk Bidang Studi Matematika (Tim Bakti Guru, 1989. dalam Bukunya Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan).

6.2 Cara Melaksanakan Metode Pemberian Tugas (PR)

PR ini diberikan kepada para siswa pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan pertemuan. Tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru membuat soal, baik sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah soal/skop materi yang diberikan mesti mencakup seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu, bahkan di upayakan ada bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut sehingga tidak timbul kesalahpahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta memberikan petunjuk penyelesaiannya. Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran dimulai pada jam bahasan berikutnya atau guru menyediakan waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai, bisa diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi mendorong motivasi mereka (Pakhrudin, 1985. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan). 6.3 Manfaat Pemberian Tugas (PR)


(9)

Metode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.

Mereka akan mengerjakan PR karena adanya rasa takut/malu mendapatkan hukuman atau dengan kesadarannya sendiri (Pakhrudin, 1985,Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).

6.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :

a. Kelebihan metode pemberian tugas 1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri

2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.


(10)

3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan 4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa 5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa

6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak. b. Kelemahan metode pemberian tugas

1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.

2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas

3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,

4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit

5. Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.

6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

Kerangka Berpikir

Hubungan Metode Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika

Hubungan penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dengan hasil belajar Matematika dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dengan penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dalam proses pembelajaran mata pelajaran Matematika, ternyata lebih memberi waktu lebih kepada siswa untuk mendalami materi dalam proses belajar. Metode Ini menyebabkan mereka (siswa) memperoleh peluang belajar di rumah lebih banyak dan akan lebih kuat melekat dalam pikiran mereka. Kuatnya berbagai informasi melekat dalam pikiran siswa, maka secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu, dengan penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah akan membuat siswa lebih banyak belajar, karena siswa mengulang pelajaran tentang apa yang telah di berikan di


(11)

sekolah . Ini berarti pula dengan penggunaan metode pemberian tugas pekerjaan rumah tersebut akan memperjelas materi yang disajikan guru dan dapat lebih mudah membantu siswa untuk memahami materi pelajaran Matematika yang dipelajarinya. Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dalam pengelolaan proses belajar mata pelajaran Matematika, maka cenderung akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Melalui penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah secara efektif dan efisien dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa dalam Mata Pelajaran Matematika.

3. H i p o t e s i s

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan di atas maka dapat di ajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut.

Jika penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka hasil belajar matematika siswa cenderung meningkat tinggi

H. METODE PENELITIAN A. 1. Rancangan Penelitian

a. Variabel penelitian

Adapun variabel yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini yaitu hasil belajar Matematika setelah penerapan metode pemberian Tugas Pekerjaan Rumah

b. Definisi Operasional Variabel

Hasil belajar Matematika adalah suatu perubahan yang terjadi pada kemampuan diri siswa dalam aspek kognitif, yang ditunjukkan dengan skor yang dicapai siswa setelah penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dalam proses belajar Matematika, hasil belajar yang


(12)

dicapai siswa mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam penelitian ini, hasil belajar Matematika yang dimaksud dibatasi hanya pada ranah kognitif saja. Hasil belajar Matematika diukur dengan metode tes dan instrumen berupa tes isian singkat. Dengan cara demikian, maka data tentang hasil belajar Matematika yang diperoleh bersifat interval (skor).

c. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan evaluasi, dan refleksi.

1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I a) Perencanaan

Hasil dari refleksi awal terhadap permasalahan proses dan hasil belajar di kelas yang menjadi obyek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam kelas berupa penerapan metode pemberian tugas pekerjaan rumah dan beberapa media pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

b) T i n d a k a n

Dalam pelaksanaan ini disusun sesuai dengan tahap pelaksanaan penerapan metode ceramah-pemecahan masalah melalui kelompok kecil dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk melihat tingkat kecakapan dan hasil belajar siswa.

Langkah-langkahnya sebagai berikut. a. Persiapan pelaksanaan tindakan

(1) Menyusun persiapan mengajar atau satuan pelajaran yang akan diajarkan.

(2) Menentukan metode media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.


(13)

(3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi dan tes.

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan antara lain;

Menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas atau diajarkan. Pelaksanaan tindakan dengan prosedur sesuai matriks. Mengenai rancangan tindakan untuk siklus I, II dan III adalah terlampir (Lampiran: 02, 03, dan 04).

c). Observasi/Evaluasi

a) Mengamati keterampilan proses siswa dalam melaksanakan tugas praktek yang diberikan pada mata pelajaran Matematika

b) Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

d) R e f l e k s i

Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar Matematika dan keaktifan belajar Matematika. Hasil renungan dan kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk didicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dan keaktifan belajar dalam mata pelajaran Matematika. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tidakan dalam penelitian tindakan kelas siklus II.

2. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis dan Robin McTaggart (Kasihani Kasbolah, 1998:113). Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus


(14)

penelitian. Keempat tahapan trsebut terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian di lakukan dalam tiga siklus.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 25 orang siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Nomor 1 Kedewatan, Ubud, Gianyar

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu: 1) metode observasi dan 2) metode tes. Kedua metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Metode Observasi

Untuk menjelaskan tentang metode observasi, dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa: “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 1999:68).

Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika.

2. Metode Tes

Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria tertentu” (Agung, 1997:75). Sedangkan Saifuddin Azwar (1987:2) menyatakan bahwa:


(15)

dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan atau yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut.

Dari dua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa metode tes pada hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta tes (testee), dan hasil dari tes berupa skor atau bersifat interval. Pada bagian lain ada pendapat yang hampir senada mengemukakan tentang pengertian tes, dinyatakan bahwa:

tes adalah suatu cara mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 1992:34).

Pendapat di atas, masih agak mengkaburkan istilah skor dan nilai. Sebenarnya skor itu bersifat kontinum atau bersambung, sedangkan nilai itu lebih bersifat diskrit atau pilah. Mengetes pada intinya sama dengan mengukur dan setiap kegiatan mengukur pada umumnya akan menghasilkan data yang bersifat skor (interval).

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa kelas V adalah butir-butir tes sesuai dengan pokok bahasan yang telah diberikan. Agar butir-butir tes dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diharapkan maka perlu dibuatkan kisi-kisi tes seperti terlampir (Lampiran: 05).

Untuk memperjelas uraian tentang variabel, metode dan alat pengumpul data serta sumber dan sifat data, dapat disajikan seperti matrik sebagai berikut.

Matriks: 04. Variabel, Metode, Alat, Sumber dan Sifat Data

Variabel Metode Alat/Instrumen Sumber Sifat Data Hasil belajar

Matematika


(16)

Keaktifan belajar Matematika

Observasi Pedoman observasi/

daftar cek Siswa Interval (skor)

5. Metode Analisis Data

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Metode Analisis Statistik Deskriptif

Dalam buku metodologi penelitian yang disusun oleh Agung dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statsitik yaitu metode analisisi statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (1999:76) menyatakan bahwa:

metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

1). Tabel Distribusi Frekuensi

Apabila dalam mengukur rentangan (R ) skor tertinggi (Xt) dikurangi skor terendah (Xr) ditambah 1, hasilnya lebih kecil dari 15 (R<15) maka data tersebut disusun ke dalam tabel data tunggal (Nurkancana, 1986:145). Bentuk tabel data tunggal tersebut adalah seperti format berikut.


(17)

Keterangan:

X : Skor f : Frekuensi

fk : Frekuensi kumulatif fX : Frekuensi kali Skor 2). Menghitung Mean ( M )

Untuk menghitung angka rata (Mean) digunakan rumus sebagai berikut.

X

fX

M = --- atau M = N N 3). Menghitung Median (Me)

Menghitung median (Me) dengan menggunakan rumus (Sutrisno Hadi, 1986:45) sebagai berikut.

Me = Bb + i

fd Cfb N . 2 1        Keterangan:

Bb = Batas bawah nyata kelas interval pada daerah median. cfb = frekuensi kumulatif terdekat di bawah kelas interval yang

mengandung median.

fd = frekuensi pada kelas interval yang mengandung median i = interval (panjang kelas)

N = Jumlah frekuensi dalam distribusi 4). Menghitung Modus (Mo)

Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat ditentukan dengan rumus (Sudjana, 1984:76) sebagai berikut.

         b2 b1 b1 p b Mo Keterangan :

b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak.

p = panjang kelas modal


(18)

b2 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat berikutnya.

5). Menyajikan data ke dalam Grafik Polygon

Gambar: 02. Grafik Polygon tentang Hasil Belajar Keterangan :

f : frekuensi

X : Skor

b. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

Dalam pengantar metodologi penelitian Agung menyatakan bahwa: “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 1999 : 76).

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar Matematika siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut. M

M (%) = SMI x 100 % ……(Agung, 1997:78)

Keterangan :

M (%) = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal

f


(19)

Tingkatan hasil belajar dan keaktifan belajar Matematika siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Matriks: 05 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar Matematika dan Keaktifan Belajar Matematika

Persentase Kriteria Hasil Belajar Matematika

Kriteria Keaktifan Belajar Matematika 90 – 100

80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 - 54

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif Sumber: Agung

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Abadi. Hudoyo, Herman. 1980. Teori Dasar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Roestiyah. 1991. Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara.

Rusyan, Tabrani. 1989. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bina Budaya.

Soekarno, Karti, dkk. 1995. Teknologi Pendidikan. Surabaya: SIS. Bakti Guru, Tim, 1989. Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan


(20)

Sudjana, Nana. 1989. Media Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Sukayati. 1999/2000. Bilangan Rasional. Yogyakarta: Depdiknas. Suryabrata, Soemadi. 1981. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Team Penyusun Kamus. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.


(1)

dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan atau yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas tersebut.

Dari dua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa metode tes pada hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta tes (testee), dan hasil dari tes berupa skor atau bersifat interval. Pada bagian lain ada pendapat yang hampir senada mengemukakan tentang pengertian tes, dinyatakan bahwa:

tes adalah suatu cara mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 1992:34).

Pendapat di atas, masih agak mengkaburkan istilah skor dan nilai. Sebenarnya skor itu bersifat kontinum atau bersambung, sedangkan nilai itu lebih bersifat diskrit atau pilah. Mengetes pada intinya sama dengan mengukur dan setiap kegiatan mengukur pada umumnya akan menghasilkan data yang bersifat skor (interval).

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa kelas V adalah butir-butir tes sesuai dengan pokok bahasan yang telah diberikan. Agar butir-butir tes dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diharapkan maka perlu dibuatkan kisi-kisi tes seperti terlampir (Lampiran: 05).

Untuk memperjelas uraian tentang variabel, metode dan alat pengumpul data serta sumber dan sifat data, dapat disajikan seperti matrik sebagai berikut.

Matriks: 04. Variabel, Metode, Alat, Sumber dan Sifat Data Variabel Metode Alat/Instrumen Sumber Sifat Data Hasil belajar

Matematika


(2)

Keaktifan belajar Matematika

Observasi Pedoman observasi/

daftar cek Siswa Interval (skor)

5. Metode Analisis Data

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Metode Analisis Statistik Deskriptif

Dalam buku metodologi penelitian yang disusun oleh Agung dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statsitik yaitu metode analisisi statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (1999:76) menyatakan bahwa:

metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

1). Tabel Distribusi Frekuensi

Apabila dalam mengukur rentangan (R ) skor tertinggi (Xt) dikurangi skor terendah (Xr) ditambah 1, hasilnya lebih kecil dari 15 (R<15) maka data tersebut disusun ke dalam tabel data tunggal (Nurkancana, 1986:145). Bentuk tabel data tunggal tersebut adalah seperti format berikut.


(3)

Keterangan:

X : Skor f : Frekuensi

fk : Frekuensi kumulatif fX : Frekuensi kali Skor 2). Menghitung Mean ( M )

Untuk menghitung angka rata (Mean) digunakan rumus sebagai berikut.

X

fX

M = --- atau M = N N 3). Menghitung Median (Me)

Menghitung median (Me) dengan menggunakan rumus (Sutrisno Hadi, 1986:45) sebagai berikut.

Me = Bb + i

fd Cfb N . 2 1        Keterangan:

Bb = Batas bawah nyata kelas interval pada daerah median. cfb = frekuensi kumulatif terdekat di bawah kelas interval yang

mengandung median.

fd = frekuensi pada kelas interval yang mengandung median i = interval (panjang kelas)

N = Jumlah frekuensi dalam distribusi 4). Menghitung Modus (Mo)

Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat ditentukan dengan rumus (Sudjana, 1984:76) sebagai berikut.

         b2 b1 b1 p b Mo Keterangan :

b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak.

p = panjang kelas modal


(4)

b2 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat berikutnya.

5). Menyajikan data ke dalam Grafik Polygon

Gambar: 02. Grafik Polygon tentang Hasil Belajar Keterangan :

f : frekuensi

X : Skor

b. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

Dalam pengantar metodologi penelitian Agung menyatakan bahwa: “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 1999 : 76).

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar Matematika siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut. M

M (%) = SMI x 100 % ……(Agung, 1997:78)

Keterangan :

M (%) = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal

f


(5)

Tingkatan hasil belajar dan keaktifan belajar Matematika siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Matriks: 05 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar Matematika dan Keaktifan Belajar Matematika

Persentase Kriteria Hasil Belajar Matematika

Kriteria Keaktifan Belajar Matematika 90 – 100

80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 - 54

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif Sumber: Agung

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Abadi. Hudoyo, Herman. 1980. Teori Dasar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Roestiyah. 1991. Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara.

Rusyan, Tabrani. 1989. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bina Budaya.

Soekarno, Karti, dkk. 1995. Teknologi Pendidikan. Surabaya: SIS. Bakti Guru, Tim, 1989. Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan


(6)

Sudjana, Nana. 1989. Media Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Sukayati. 1999/2000. Bilangan Rasional. Yogyakarta: Depdiknas. Suryabrata, Soemadi. 1981. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Team Penyusun Kamus. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA NOTASI JAM PADA SISWA KELAS V SEKOLAH UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA NOTASI JAM PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI III PANDEAN KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIR

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Gayamprit, Kecamatan

0 0 13

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tah

0 1 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN METODE STAD PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode Stad Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sedayu Tulung, Klaten.

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH PADA SISWA KELAS III Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Teknik Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Pada Siswa Kelas III Semester 2 Materi Jenis Sudut Dan Besar Sudu

0 1 15

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SAMUDRA KULON

0 0 7

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA KELAS VIIID SMP ISLAM AL HIKMAH MAYONG II. BIDANG KAJIAN

0 0 6

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tehnik Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Palasah Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

0 0 1

PROPOSAL PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA KELAS III SDN KENDANGSARI III

0 4 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI REJOSARI 03 KECAMATAN TERSONO KABUPATEN BATANG.

0 1 110