Efek Larvasida Infusa Daun Sirsak (Anonna muricata L.) terhadap Larva Nyamuk Culex sp.

(1)

ABSTRAK

EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN SIRSAK

(Anonna muricata L.)

TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp

I Komang Adi Widana, 2013 Pembimbing I : Rosnaeni,dra.,Apt.

Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,dr.,M.H. Pengendalian vektor penyakit infeksi parasit yang ditularkan melalui cucukan nyamuk Culex sp salah satunya dengan memutus siklus hidup pada tahap larva dengan menggunakan larvasida. Larvasida sintetis pada penggunaan jangka lama berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Dampak negatif tersebut dapat diminalisir dengan penggunaan larvasida alami, contohnya daun sirsak (Annona muricata L.).

Tujuan penelitian adalah untuk menguji efek dan potensi infusa daun sirsak (IDS) sebagai larvasida terhadap larva Culex sp.

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Efek larvasida IDS diuji terhadap larva Culex sp yang terdiri atas 6 kelompok (n=30, r=4) berturut-turut diberi perlakuan kelompok I (IDS 0,2%), II (IDS 0,4%), III (IDS 0,8%), IV (IDS 1,6%), V (akuades), dan VI (temefos 1 ppm).

Data yang diukur adalah jumlah larva paralisis dan mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data dengan ANAVA dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.

Hasil penelitian persentase larva paralisis dan mati dari kelompok I (8,04), II (8,92), III (9,29), IV (9,42), menunjukkan perbedaan sangat signifikan (p<0,01) terhadap kelompok V (2,52). Potensi larvasida kelompok III, dan IV tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap kelompok VI (9,86).

Simpulan penelitian adalah infusa daun sirsak berefek larvasida terhadap Culex sp dan memiliki potensi setara dengan temefos 1 ppm.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF SOURSOP LEAF INFUSION

(Anonna muricata L.)

AS LARVICIDES TO THE LARVA Culex sp MOSQUITO

I Komang Adi Widana , 2013 1st Tutor: Rosnaeni,dra.,Apt.

2nd Tutor: Budi Widyarto Lana,dr.,M.H.

Parasite infection that spread from the bites of Culex sp mosquitos can be controlled by breaking its life cycle on larval stage using larvacides, however long term use of synthetic larvacides can caused a negative impact to our health and environment. Those negative effect can be minimalized by using natural larvacides such as soursop leaves (Annona muricata L.).

The research objective was to examine the effects and the potential of soursop leaf infusion (SLI) as larvicides against the larvae of Culex sp.

True experimental design in laboratory with completely randomized design. SLI larvicidal effects were tested against the larvae of Culex sp consisting of 6 groups (n=30, r=4) consecutive treated group I (SLI 0.2%), II (SLI 0.4%), III (SLI 0.8%), IV (SLI 1.6%), V (distilled water), and VI (temefos 1 ppm).

The Data measured by the number of paralysis and death larvae after the administration of material test for 24 hours. Data were analyzed using ANOVA followed by Tukey HSD test. Significance based on the value of P <0.05, using computer software. Research shows the percentage of paralysis and death larvae of the group I (8.04), II (8.92), III (9.29), IV (9.42), showed highly significant differences (p<0.01) for group V (2.52). The potential of Larvicidal in group III, and IV doesn’t have significant difference (p>0.05) compared to group VI (9.86).

Research concludes that soursop leaf infusion has an larvicides effects against Culex sp and has the potential equivalent to temefos 1 ppm.


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BABIPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

BAB IITINJAUANPUSTAKA 2.1 Culex sp ... 5

2.1.1 Morfologi nyamuk Culex ... 5

2.1.2 Taksonomi nyamuk Culex ... 7

2.1.3 Siklus Hidup ... 8

2.1.3.1 Telur ... 8

2.1.3.2 Larva ... 8

2.1.3.3 Pupa ... 10


(4)

2.1.4 Habitat Culex ... 10

2.1.5 Culex sebagai vektor penyakit ... 10

2.1.5.1 Filariasis ... 10

2.1.5.2 Arbovirus (Ross River Virus) ... 11

2.1.5.3 Japanese B Enchephalitis ... 11

2.1.5.4 Infeksi Virus West Nile ... 12

2.2 Temefos ... 12

2.3 Sirsak ... 13

2.3.1 Taksonomi Tanaman Sirsak ... 13

2.3.2 Morfologi Tanaman Sirsak ... 14

2.3.3 Kandungan dan Khasiat Sirsak ... 14

BAB III Alat, Bahan, dan Metode Penelitian 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 16

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 16

3.1.2 Subjek Penelitian ... 16

3.1.3 Persiapan Bahan Uji ... 17

3.2 Metode Penelitian ... 17

3.2.1 Desain Penelitian ... 17

3.2.2 Besar Pengulangan/Replikasi ... 17

3.2.3 Variabel Penelitian ... 17

3.2.3.1 Definisi Konsepsional ... 17

3.2.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 17

3.3 Prosedur Kerja ... 18

3.3.1 Persiapan Bahan Uji ... 18

3.3.1.1 Pembuatan Simplisia ... 18

3.3.1.2 Pembuatan Infusa ... 18

3.3.1.3 Cara Kerja ... 19

3.3.2 Metode Analisis ... 19


(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan ... 21

4.2 Pengujian Hipotesis ... 25

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 30


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji Homogenitas Levene statistic ... 21

Tabel 4.2 Rerata dan Persentase jumlah Larva Mati setelah 24 jam ... 21

Tabel 4.3 Rerata dan Persentase jumlah Larva Paralisis dan Mati setelah 24 jam ... 22

Tabel 4.4 Hasil ANAVA Larva Paralisis dan Mati ... 22

Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rerata Tukey HSD Setelah 24 jam ... 23

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Probit Infusa Daun Sirsak Terhadap Larva Culex sp ... 24

Tabel L 3.1 Descriptive ... 34

Tabel L 3.2 Test Of Homogeneity of Variances ... 34

Tabel L 3.3 ANAVA ... 34

Tabel L 3.4 Tukey HSD ... 35


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Culex sp ... 5

Gambar 2.2 Kepala Nyamuk ... 6

Gambar 2.3 Culex sp ... 6

Gambar 2.4 Sayap Nyamuk ... 7

Gambar 2.5 Siklus Hidup Nyamuk ... 8

Gambar 2.6 Telur Culex ... 8

Gambar 2.7 Larva Culex ... 9

Gambar 2.8 Pupa Culex ... 10

Gambar 2.8 Sirsak (Anonna muricata L.) ... 13

Gambar 2.9 Struktur kimia acetogenin ... 14

Gambar L 4.1 Pembuatan Infusa Daun Sirsak ... 37

Gambar L 4.2 Larva Nyamuk Culex sp ... 37


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Dosis ... 31 Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 32 Lampiran 3. Data Hasil Pengolahan SPSS Infusa Daun Sirsak

Terhadap Larva Culex sp ... 34 Lampiran 4. Gambar Penelitian ... 37


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit infeksi parasit yang ditularkan melalui cucukan nyamuk, seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), dan filariasis, termasuk masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian semua pihak. Vektor yang umumnya berperan dalam penyebaran penyakit tersebut adalah nyamuk, antara lain dari genus Anopheles, Aedes, dan Culex (Diseases, 2007).

Indonesia yang beriklim tropis sangat rentan terhadap infeksi parasit tersebut, karena daerah tropis merupakan tempat hidup yang baik untuk nyamuk. Dalam banyak kasus, kecenderungan meningkatnya infeksi parasit ini, dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan yang buruk (Kurniawan, 2010).

Di Indonesia secara nasional, tahun 2007 prevalensi DBD sebesar 0,62%, filariasis 0,11%, sedangkan prevalensi malaria tahun 2010 sebesar 2,29% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010).

Insidensi penyakit tersebut perlu dicegah. Pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan, juga dengan pengendalian terhadap vektor penyakit termasuk memutus siklus hidupnya. Hal ini dapat dilakukan pada setiap tahap perkembangan nyamuk mulai dari tahap telur, larva, pupa, sampai nyamuk dewasa. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara mekanik dengan teknik menguras, mengubur dan menutup (3M) , secara biologi melalui predator alami (ikan pemakan jentik nyamuk), dan yang paling populer secara kimia menggunakan larvasida. Pada tahap larva, larvasida sintesis yang umum digunakan temefos (Abate®). Penggunaan jangka lama temefos dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti mual, muntah, sakit kepala serta pencemaran lingkungan sehingga sebagai alternatif dapat digunakan larvasida nabati (Corin, 2005).


(10)

  2 

Pencemaran lingkungan akibat pemakaian larvasida sintetis dapat diminimalisasi dengan penggunaan larvisida nabati. Larvasida nabati memiliki keuntungan  mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang (Suwahyono, 2008). 

Bahan nabati yang secara empiris digunakan sebagai larvisida, antara lain tanaman sirsak (Anonna muricata L.). Sirsak merupakan tanaman dengan tinggi pohonnya 3 hingga 8 meter. Daunnya memanjang dengan bentuk agak meruncing dibagian ujungnya. Tanaman ini berbuah setiap awal tahun. Buah sirsak mudah diperoleh di Indonesia karena dapat tumbuh pada iklim tropis (Joe, 2006).

Bagian tanaman sirsak yang umum digunakan sebagai pestisida adalah daun (folia anonnae), yang dibuat oleh petani dengan cara merendam daun sirsak selama 24 jam dan air rendamannya disemprotkan pada hama tanaman (Sudarmo, 2005). Kemajuan ilmu pengetahuan juga telah membuktikan efek antikanker daun sirsak karena mengandung flavanoid, sehingga mampu membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel lain yang masih sehat secara in vitro (PT. Trubus Swadaya, 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Freedy Tambunan tahun 2008 tentang efek infusa biji sirsak sebagai larvasida nyamuk Culexsp didapatkan hasil bahwa biji sirsak memiliki efek larvasida dengan konsentrasi 7% dan 10% yang memiliki potensi sama dengan temefos 1 ppm yang terdapat pada Abate®.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti efek larvasida infusa daun sirsak dapat terhadap larva Culex sp.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian adalah • Apakah infusa daun sirsak berefek larvasida terhadap Culex sp.

• Apakah potensi larvasida infusa daun sirsak terhadap Culex sp setara dengan temefos.


(11)

  3 

1.3Maksud dan Tujuan

• Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan nabati yang berefek larvasida.

• Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek dan potensi infusa daun sirsak sebagai larvasida terhadap Culex sp.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis: Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang bahan alami yang berefek larvasida khususnya daun sirsak.

Manfaat praktis: Menurunkan populasi nyamuk Culex sp dengan menggunakan larvasida alami yang ramah lingkungan.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka pemikiran

Temefos merupakan salah satu larvasida sintetik yang banyak digunakan, untuk menghambat perkembangan larva. Temefos merupakan inhibitor kolinesterase yang dapat menimbulkan gangguan saraf pusat sehingga menyebabkan kontraksi otot terus-menerus hingga berakhir pada kematian (Novitasari, 2009).

Daun sirsak mengandung senyawa alkaloid antara lain annonaine, acetogenin dan senyawa flavonoid. Annonaine berfungsi sebagai racun yang menyerang sistem saraf pernapasan, menyebabkan larva tidak bisa bernapas, akibatnya mati (Rahmat, 2008). Acetogenin pada sirsak mengakibatkan transpor elektron dalam mitokondria larva menjadi terganggu, sehingga larva menjadi letargi dan menurunkan mobilitas yang mengarah pada kematian (McLaughlin, 2008). Flavonoid dapat menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva, sehingga larva tidak mengenali makanan dan akhirnya mati kelaparan (Gerlicgin, 2012).


(12)

  4 

1.5.2 Hipotesis Penelitian

• Infusa daun sirsak berefek larvasida terhadap Culex sp.

• Potensi larvasida infusa daun sirsak terhadap Culex sp setara dengan temefos.

1.6Metodologi penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Efek larvasida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) diuji terhadap larva Culex sp.


(13)

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

• Infusa daun sirsak dengan kadar 0,2%, 0,4%, 0,8%, dan 1,6% berefek larvasida terhadap Culex sp

• Infusa daun sirsak 0,8% dan 1,6% memiliki potensi yang setara dengan temefos 1 ppm

5.2 Saran

Penelitian tentang efek larvasida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) terhadap larva nyamuk Culex sp perlu dilanjutkan dengan:

• Bentuk sediaan selain infusa

• Subjek penelitian selain larva Culex sp


(14)

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). RISKERDAS. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

 

Corin, S. (2005). A risk analysis model with an ecological perspective on DDT and malaria control in South Africa . Australia: the School of Public Health and Tropical Medicine .

Crans, W. J. (2010, 5 10). Culex pipiens Linnaeus. Retrieved 2 6, 2013, from Center for Vector Biology: http://www-rci.rutgers.edu/~insects/pip2.htm Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Direktoran Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Diseases, N. C. (2007, 10 1). Mosquito-Borne Diseases. Retrieved 1 25, 2013, from http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/list_mosquitoborne.htm

EPA. (2012, 05 09). Temephos. Retrieved 10 07, 2013, from Enviromental Protective Agency: http://www.epa.gov/oppsrrd1/REDs/temephos_red.htm#III B2

Faust, E. C., Russell, P. F., & Jung, R. C. (1976). Clinical Parasitology.

Philadelphia: Lea & Febiger.  

Feras  Q.  Alali,  X.  X.  (1998).  Anonnaceous  Acetogenins:  Recent  progress. Journal  of 

Natural Products , 504‐540.   

Gandahusada, d., Ilahude, d. D., & Pribadi, d. (1992). Parasitologi Kedokteran.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.  

Gerlicgin. (2012, 4 7). Savor a Variety of Soursop Leaf. Retrieved 1 25, 2013, from http://healthmad.com/conditions-and-diseases/savor-a-variety-of-soursop-leaf/

Ipteknet. (2005). Tanaman Obat Indonesia: Sirsak. Retrieved December 09, 2012, from http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=263

Joe, W. (2006). Dahsyatnya khasiat Sirsak untuk banyak penyakit yang

mematikan. Jakarta: Andipublisher.


(15)

  28 

Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya.

Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan,

Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Kurniawan, A. (2010). Infeksi Parasit: Dulu dan Masa Kini. Jakarta: Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .

McCafferty, W. P. (1983). Biological Notes on Mosquitoes. Retrieved from mosquitoes.org: http://www.mosquitoes.org/LifeCycle.html

McLaughlin, J. L. (2008). aw Paw and Cancer: Annonaceous Acetogenins from Discovery to Commercial Products . Journal of Natural Products .

Novitasari, S. (2009, Januari 07). Perbedaan Kecepatan Kematian Larva Aedes Aegepty Strain Surabaya dengan Pemberian Abate 1 SG. Surabaya.

Nutman, T. B., & Weller, P. F. (2005). Filarial and Related Infections. In D. L. Kasper, E. Braunwald, A. S. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, & J. L. Jameson, Harrison's Principles of Internal Medicine (p. 1260). New York: McGraw Hill.

PT. Trubus Swadaya. (2010). Herbal Indonesia Berkhasiat. Bukti Ilmiah & Cara

Meracik. PT. Trubus Swadaya.

Rahmat, M. (2008, November 6). home download. Retrieved Januari 11, 2013, from ditsayur.hltikultura.deptan.go.id: http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/ index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=73

Rehm, S. (1994). Multilingual dictionary of agronomic plants.

Russell, R. C. (1999). Mosquitos. Retrieved 2013, from Public Health Flight or Element:

http://www.phsource.us/PH/ME/PH_Entomology/X_AFB_Mosquitoes.htm Safar, R. (2010). Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya.

Siswanto, Y. W. (2004). Penanganan Hasil Panen. Jakarta: Penebar Swadaya. Smith, R. (2007). Science and Kids. Retrieved from http://www.sciencekids.co.nz:

http://www.sciencekids.co.nz/pictures/animals/mosquitoanatomydiagram.html Sudarmo, S. (2005). Pestisida Nabati. Yogyakarta: Kanisius.

Suranto, A. (2011). Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Jakarta: Puspa Swara. Suwahyono, U. (2008). Biopestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.


(16)

  29 

Taxonomicon, T. (2006). Taxonimy Culex. Retrieved from http://taxonomicon.taxonomy.nl/TaxonTree.aspx?id=338846.

US Enviromental Protection Agency. (2002). Temephos Facts. US Enviromental

Protection Agency .

VectorBase. (2012, 12). culex quenquefasciatus info. Retrieved 2 6, 2013, from VectorBase: https://www.vectorbase.org/Culex_quinquefasciatus/Info/Index/ Villo, P. (2008). Synthesis of Acetogenin Analouges. Universities of Tartu . Ward , D. a. (1981). Mosquito Biology. Retrieved from Northwest Mosquito


(1)

1.3Maksud dan Tujuan

• Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan nabati yang berefek larvasida.

• Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek dan potensi infusa daun sirsak sebagai larvasida terhadap Culex sp.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis: Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang bahan alami yang berefek larvasida khususnya daun sirsak.

Manfaat praktis: Menurunkan populasi nyamuk Culex sp dengan menggunakan larvasida alami yang ramah lingkungan.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka pemikiran

Temefos merupakan salah satu larvasida sintetik yang banyak digunakan, untuk menghambat perkembangan larva. Temefos merupakan inhibitor kolinesterase yang dapat menimbulkan gangguan saraf pusat sehingga menyebabkan kontraksi otot terus-menerus hingga berakhir pada kematian (Novitasari, 2009).

Daun sirsak mengandung senyawa alkaloid antara lain annonaine, acetogenin dan senyawa flavonoid. Annonaine berfungsi sebagai racun yang menyerang sistem saraf pernapasan, menyebabkan larva tidak bisa bernapas, akibatnya mati (Rahmat, 2008). Acetogenin pada sirsak mengakibatkan transpor elektron dalam mitokondria larva menjadi terganggu, sehingga larva menjadi letargi dan menurunkan mobilitas yang mengarah pada kematian (McLaughlin, 2008). Flavonoid dapat menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva, sehingga larva tidak mengenali makanan dan akhirnya mati kelaparan (Gerlicgin, 2012).


(2)

  4 

1.5.2 Hipotesis Penelitian

• Infusa daun sirsak berefek larvasida terhadap Culex sp.

• Potensi larvasida infusa daun sirsak terhadap Culex sp setara dengan temefos.

1.6Metodologi penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Efek larvasida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) diuji terhadap larva Culex sp.


(3)

  26 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

• Infusa daun sirsak dengan kadar 0,2%, 0,4%, 0,8%, dan 1,6% berefek larvasida terhadap Culex sp

• Infusa daun sirsak 0,8% dan 1,6% memiliki potensi yang setara dengan temefos 1 ppm

5.2 Saran

Penelitian tentang efek larvasida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) terhadap larva nyamuk Culex sp perlu dilanjutkan dengan:

• Bentuk sediaan selain infusa

• Subjek penelitian selain larva Culex sp


(4)

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). RISKERDAS. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

 

Corin, S. (2005). A risk analysis model with an ecological perspective on DDT and malaria control in South Africa . Australia: the School of Public Health and Tropical Medicine .

Crans, W. J. (2010, 5 10). Culex pipiens Linnaeus. Retrieved 2 6, 2013, from Center for Vector Biology: http://www-rci.rutgers.edu/~insects/pip2.htm Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Direktoran Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Diseases, N. C. (2007, 10 1). Mosquito-Borne Diseases. Retrieved 1 25, 2013, from http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/list_mosquitoborne.htm

EPA. (2012, 05 09). Temephos. Retrieved 10 07, 2013, from Enviromental Protective Agency: http://www.epa.gov/oppsrrd1/REDs/temephos_red.htm#III B2

Faust, E. C., Russell, P. F., & Jung, R. C. (1976). Clinical Parasitology. Philadelphia: Lea & Febiger.

 

Feras  Q.  Alali,  X.  X.  (1998).  Anonnaceous  Acetogenins:  Recent  progress. Journal  of  Natural Products , 504‐540. 

 

Gandahusada, d., Ilahude, d. D., & Pribadi, d. (1992). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

 

Gerlicgin. (2012, 4 7). Savor a Variety of Soursop Leaf. Retrieved 1 25, 2013, from http://healthmad.com/conditions-and-diseases/savor-a-variety-of-soursop-leaf/

Ipteknet. (2005). Tanaman Obat Indonesia: Sirsak. Retrieved December 09, 2012, from http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=263

Joe, W. (2006). Dahsyatnya khasiat Sirsak untuk banyak penyakit yang mematikan. Jakarta: Andipublisher.


(5)

 

Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniawan, A. (2010). Infeksi Parasit: Dulu dan Masa Kini. Jakarta: Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .

McCafferty, W. P. (1983). Biological Notes on Mosquitoes. Retrieved from mosquitoes.org: http://www.mosquitoes.org/LifeCycle.html

McLaughlin, J. L. (2008). aw Paw and Cancer: Annonaceous Acetogenins from Discovery to Commercial Products . Journal of Natural Products .

Novitasari, S. (2009, Januari 07). Perbedaan Kecepatan Kematian Larva Aedes Aegepty Strain Surabaya dengan Pemberian Abate 1 SG. Surabaya.

Nutman, T. B., & Weller, P. F. (2005). Filarial and Related Infections. In D. L. Kasper, E. Braunwald, A. S. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, & J. L. Jameson, Harrison's Principles of Internal Medicine (p. 1260). New York: McGraw Hill.

PT. Trubus Swadaya. (2010). Herbal Indonesia Berkhasiat. Bukti Ilmiah & Cara Meracik. PT. Trubus Swadaya.

Rahmat, M. (2008, November 6). home download. Retrieved Januari 11, 2013, from ditsayur.hltikultura.deptan.go.id: http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/ index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=73

Rehm, S. (1994). Multilingual dictionary of agronomic plants.

Russell, R. C. (1999). Mosquitos. Retrieved 2013, from Public Health Flight or Element:

http://www.phsource.us/PH/ME/PH_Entomology/X_AFB_Mosquitoes.htm Safar, R. (2010). Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya.

Siswanto, Y. W. (2004). Penanganan Hasil Panen. Jakarta: Penebar Swadaya. Smith, R. (2007). Science and Kids. Retrieved from http://www.sciencekids.co.nz:

http://www.sciencekids.co.nz/pictures/animals/mosquitoanatomydiagram.html Sudarmo, S. (2005). Pestisida Nabati. Yogyakarta: Kanisius.

Suranto, A. (2011). Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Jakarta: Puspa Swara. Suwahyono, U. (2008). Biopestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.


(6)

  29 

Taxonomicon, T. (2006). Taxonimy Culex. Retrieved from http://taxonomicon.taxonomy.nl/TaxonTree.aspx?id=338846.

US Enviromental Protection Agency. (2002). Temephos Facts. US Enviromental Protection Agency .

VectorBase. (2012, 12). culex quenquefasciatus info. Retrieved 2 6, 2013, from VectorBase: https://www.vectorbase.org/Culex_quinquefasciatus/Info/Index/ Villo, P. (2008). Synthesis of Acetogenin Analouges. Universities of Tartu . Ward , D. a. (1981). Mosquito Biology. Retrieved from Northwest Mosquito