Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2004 Universitas "X" Bandung.
Universitas Kristen Maranatha i
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada mahasiswa angkatan 2004 fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada mahasiswa fakultas Psikologi. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda korelasional, variabel penelitiannya adalah kecerdasan emosional dan penyesuaian diri.
Pengolahan hasil try out alat ukur dilakukan dengan SPSS 11.0 Spearman diperoleh 45 item diterima untuk alat ukur kecerdasan emosional, dengan reliabilitas sebesar 0,601. Sedangkan alat ukur penyesuaian diri diperoleh 39 item diterima dengan reliabilitas sebesar 0,832.
Pengambilan data dilakukan pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas X Bandung. Jumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel adalah 147 orang. Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan teknik korelasi dari Spearman. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif erat antara kecerdasan emosional dan penyesuaian diri (rs = 0,745) pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatas 2004 Universitas X Bandung.
Dari hasil penelitian terdapat 54,4% mahasiswa yang memiliki penyesuaian diri tinggi dan dan sebesar 60,5% memiliki kecerdasan emosional tinggi. Selain itu dari tabel tabulasi silang antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri diketahui sebesar 43,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri yang tinggi dan sebesar 28,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri yang rendah. Mahasiswa dengan kecerdasan emosional tinggi namun penyesuaian diri nya rendah sebesar 10,8%, menyatakan memiliki interaksi otoriter, tidak mendapat dukungan orang tua dan memiliki teman dekat yang terbatas. Sedangakan mahasiswa dengan kecerdasan emosional tinggi dan penyesuaian diri rendah sebesar 17%, menunjukkan kekurangan dalam hal mengelola emosi dan empati.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti mengajukan saran bagi fakultas Psikologi Universitas X Bandung adalah agar dapat mengadakan pelatihan untuk menambah wawasan baru mahasiswa mengenai kecerdasan emosional. Bagi orang tua mahasiswa fakultas Psikologi Univeristas X Bandung adalah untuk dapat mengembangkan pola asuh demokratis dan memberikan dukungan kepada anak-anaknya supaya mereka dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi. Bagi mahasiswa fakultas Psikologi Univeristas X Bandung adalah dapat mengunakan hasil penelitian ini untuk mengenali kecerdasan emosionalnya dan mengatasi aspek yang dianggap kurang. Sedangkan saran utuk penelitian lanjutan adalah peneliti lain dapat meneliti faktor lain yang diduga memiliki hubungan dengan penyesuaian diri.
(2)
Universitas Kristen Maranatha ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……….i
KATA PENGANTAR………...iii
DAFTAR ISI……….vii
DAFTAR TABEL………..xi
DAFTAR BAGAN………...xii
DAFTAR LAMPIRAN………..xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….1
1.2 Identifikasi Masalah………....7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………7
1.3.1 Maksud Penelitian………...7
1.3.2 Tujuan Penelitian……….8
1.4 Kegunaan Penelitian………8
1.4.1 Kegunaan Ilmiah……….8
1.4.2 Kegunaan Praktis……….8
(3)
Universitas Kristen Maranatha iii
1.6 Asumsi………16
1.7 Hipotesa Penelitian……… ……….17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kecerdaasan Emosional………17
2.1.1 Sejarah Kecerdasan Emosional………...17
2.1.2 Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Daniel Goleman………..18
2.1.3 Kecakapan-kecakapan dalam Kecerdasan Emosional………20
2.1.3.1 Kecakapan Pribadi (bagaimana mengelola emosi diri sendiri)………...20
2.1.3.2 Kecakapan Sosial (bagaimana individu menangani suatu huhungan)………..23
2.1.4 Faktor-faktor Dalam Kecerdasan Emosional………..28
2.1.4.1 Faktor Internal ……….28
2.1.4.2 Faktor Eksternal………...30
2.2 Teori Penyesuaian Diri………....32
2.2.1 Definisi Penyesuaian Diri………32
2.2.2 Penyesuaian Diri yang Baik (Well Adjusted)………..34
2.2.3 Kriteria Penyesuaian Diri………....35
(4)
Universitas Kristen Maranatha iv
2.3 Masa Remaja Akhir………40
2.3.1 Perkembangan Kognitif………..41
2.3.2 Perkembangan Emosi……….42
2.3.3 Relasi dengan Keluarga dan Teman Sebaya………..42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….45
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel……….…….46
3.2.1 Kecerdasan Emosional………46
3.2.2 Penyesuaian Diri……….47
3.3 Alat Ukur………48
3.3.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional………..48
3.3.2 Alat Ukur Penyesuaian Diri………52
3.3.3 Validitas Alat Ukur………. 54
3.3.4 Reliabilitas Alat Ukur ………55
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel………56
3.5 Teknik Analisis………...57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel………...60
(5)
Universitas Kristen Maranatha v
4.1.2 Usia……….61
4.1.3 Indeks Prestasi Kumulatif……….. 61
4.2 Hasil Penelitian………...62
4.2.1 Gambaran Kecerdasan Emosional………..62
4.2.2 Gambaran Penyesuaian Diri……….. .63
4.2.3 Tabulasi silang antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri……… 63
4.2.4 Tabulasi silang antara aspek-aspek kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri………64
4.2.5 Hasil Ui Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri………65
4.3 Pembahasan………65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….69
5.2 Saran………70
5.2.1 Saran Praktis………70
5.2.2 Saran untuk penelitian lanjutan………...70
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
(6)
Universitas Kristen Maranatha vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 tabel gambaran sampel berdasarkan jenis kelamin………60 Tabel 4.1.2 tabel gambaran sampel berdasarkan usia………...61
Tabel 4.1.3 tabel gambaran sampel berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif ………61 Tabel 4.2.1 tabel gambaran sampel berdasarkan kecerdasan emosional…………...62 Tabel 4.2.2 tabel gambaran sampel berdasarkan penyesuaian diri………63 Tabel 4.2.3 tabulasi silang antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri..63 Tabel 4.2.4 tabulasi silang antara aspek-aspek kecerdasan emosional dengan
penyesuaian diri………..64
(7)
Universitas Kristen Maranatha vii
DAFTAR BAGAN
Bagan kerangka pikir………..16 Skema rancangan penelitian………45
(8)
Universitas Kristen Maranatha viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Uji validitas dan reliabilitas Lampiran 2 : Hasil korelasi
Lampiran 3 : Crosstab data penunjang
(9)
Lampiran 1
Uji validitas dan reliabilitas Hasil try out Penyesuaian diri
No Uji Validitas Keterangan
1 0.382 Diterima
2 0.362 Diterima
3 0.232 Ditolak
4 0.411 Diterima
5 0.317 Diterima
6 0.324 Diterima
7 0.271 Ditolak
8 0.366 Diterima
9 0.349 Diterima
10 0.361 Diterima
11 0.144 Ditolak
12 0.397 Diterima
13 0.165 Ditolak
14 0.418 Diterima
15 0.347 Diterima
16 0.525 Diterima
17 0.328 Diterima
18 0.481 Diterima
19 0.196 Ditolak
20 0.552 Diterima
21 0.383 Diterima
22 0.445 Diterima
23 0.308 Diterima
24 0.211 Ditolak
25 0.487 Diterima
26 0.361 Diterima
27 0.541 Diterima
28 0.449 Diterima
29 0.334 Diterima
30 0.364 Diterima
31 0.338 Diterima
32 0.412 Diterima
33 0.312 Diterima
34 0.308 Diterima
35 0.421 Diterima
36 0.309 Diterima
37 0.188 Ditolak
(10)
39 0.388 Diterima
40 0.241 Ditolak
41 0.319 Diterima
42 0.412 Diterima
43 0.322 Diterima
44 0.389 Diterima
45 0.366 Diterima
46 0.321 Diterima
47 0.174 Ditolak
48 0.355 Diterima
49 0.211 Ditolak
50 0.551 Diterima
Hasil try out kecerdasan emosional No Uji Validitas Keterangan
1 0.371 Diterima
2 0.555 Diterima
3 0.414 Diterima
4 0.421 Diterima
5 0.378 Diterima
6 0.377 Diterima
7 0.311 Diterima
8 0.199 Ditolak
9 0.325 Diterima
10 0.469 Diterima
11 0.223 Ditolak
12 0.201 Ditolak
13 0.419 Diterima
14 0.366 Diterima
15 0.381 Diterima
16 0.331 Diterima
17 0.419 Diterima
18 0.256 Ditolak
19 0.514 Diterima
20 0.345 Diterima
21 0.388 Diterima
22 0.417 Diterima
23 0.318 Diterima
24 0.361 Diterima
25 0.269 Ditolak
26 0.388 Diterima
27 0.245 Ditolak
28 0.378 Diterima
(11)
30 0.231 Ditolak
31 0.362 Diterima
32 0.366 Diterima
33 0.552 Diterima
34 0.347 Diterima
35 0.361 Diterima
36 0.489 Diterima
37 0.177 Ditolak
38 0.212 Ditolak
39 0.186 Ditolak
40 0.341 Diterima
41 0.415 Diterima
42 0.182 Ditolak
43 0.429 Diterima
44 0.361 Diterima
45 0.344 Diterima
46 0.349 Diterima
47 0.421 Diterima
48 0.567 Diterima
49 0.338 Diterima
50 0.373 Diterima
51 0.388 Diterima
52 0.514 Diterima
53 0.217 Ditolak
54 0.361 Diterima
55 0.412 Diterima
56 0.388 Diterima
Reliabilitas kecerdasan emosional : 0.601 Reliabilitas penyesuaian diri : 0.832
(12)
Hasil korelasi
Correlations
1.000 .745** . .000
147 147
.745** 1.000
.000 .
147 147
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N EI
PD Spearman's rho
EI PD
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
(13)
Lampiran 3
Crosstab data penunjang
Case Processing Summary
147 100.0% 0 .0% 147 100.0%
147 100.0% 0 .0% 147 100.0%
147 100.0% 0 .0% 147 100.0%
147 100.0% 0 .0% 147 100.0%
147 100.0% 0 .0% 147 100.0%
POLAASUH * KPD FISIK * KPD RELASI * KPD HAMBATAN * KPD DUKUNGAN * KPD
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
POLAASUH * KPD Crosstabulation
11 4 15
7.5% 2.7% 10.2%
44 77 121
29.9% 52.4% 85.7%
3 8 11
2.1% 5.4% 7.5%
58 89 147
39.5% 60.5% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total a
b c POLAASUH
Total
r t
KPD
(14)
FISIK * KPD Crosstabulation
17 32 49
11.6% 21.8% 33.3%
13 14 27
8.8% 9.5% 18.4%
13 14 27
8.8% 9.5% 18.4%
15 29 44
10.2% 19.7% 29.9%
58 89 147
39.5% 60.5% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total a b c d FISIK Total r t KPD Total
RELASI * KPD Crosstabulation
8 11 19
5.4% 7.5% 12.9%
10 10 20
6.8% 6.8% 13.6%
40 68 108
27.2% 46.3% 73.5%
58 89 147
39.5% 60.5% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total a b c RELASI Total r t KPD Total
HAMBATAN * KPD Crosstabulation
6 7 13
4.1% 4.8% 8.8%
52 78 130
35.4% 53.1% 88.4%
0 4 4
.0% 2.7% 2.7%
58 89 147
39.5% 60.5% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total a b c HAMBATAN Total r t KPD Total
(15)
Lampiran 4
Kuesioner kecerdasan emosional dan penyesuaian diri
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, salah satu syarat yang harus dilakukan adalah melakukan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan dan kerjasama Saudara/i untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner mengenai Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Diri yang dibagikan. Data yang Saudara/i berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini.
DUKUNGAN * KPD Crosstabulation
42 83 125
28.6% 56.5% 85.1%
16 6 22
10.9% 4.1% 14.9%
58 89 147
39.5% 60.5% 100.0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total a
b DUKUNGAN
Total
r t
KPD
(16)
Saya sangat mengharapkan Saudara/i bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner ini sesuai dengan kenyataan dan pandangan Saudara/i. Data yang Saudara/i berikan ini akan saya jaga kerahasiaannya.
Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
DATA PRIBADI Nama ( inisial ) :
Jenis Kelamin : Usia : Angkatan : IPK :
1. Interaksi dengan orang tua yang mengasuh anda adalah : a. Otoriter
b. Demokratis c. Permisif
2. Dalam satu tahun terakhir anda pergi ke dokter sebanyak a. Tidak sama sekali
(17)
c. 2 kali d. < 3 kali
3. Dalam lingkungan kampus, anda memiliki berapa teman dekat? a. 1 orang
b. 2 orang c. < 3 orang
4. Apabila menemui hambatan dalam upaya anda mencapai suatu goal, maka usaha yang anda lakukan adalah :
a. Memilih goal lain yang serupa
b. Mencoba segala usaha untuk mendapatkan goal tersebut c. Menyerah
5. Apakah anda mendapatkan dukungan moril dan materiil orang tua dalam menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi?
a. Ya b. Tidak
(18)
PETUNJUK PENGISIAN
Pada halaman berikut ini anda akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denga tingkah laku atau penghayatan anda. Anda diminta untuk membaca dan memahami tiap-tiap pernyataan. Kemudian anda diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu dari kelima pilihan yang tersedia :
SS : Sangat sering dirasakan SR : Sering dirasakan
KD : Kadang-kadang dirasakan JR : Jarang dirasakan
SJ : Sangat jarang dirasakan
Jika anda memilih “Sering dirasakan” maka berilah tanda X di kolom SR, demikian seterusnya. Dalam tiap pernyataan tidak ada jawaban yang benar atau salah. Setiap orang memiliki jawaban yang khas untuk dirinya, karena jawaban yang tepat adalah jawaban yang menggambarkan diri anda.
Jika anda memberikan tanda silang pada kolom yang salah dan anda berniat mengubahnya, maka anda cukup melingkari tanda silang tadi, kemudian berikan tanda silang baru pada kolom yang sesuai.
Saya sangat mengharapkan dan menghargai kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini. Saya ucapakan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasama anda. Selamat Mengerjakan
(19)
KUESIONER PENYESUAIAN DIRI
No Pernyataan SS SR KD JR SJ
1. Saya dapat meraih hal-hal yang saya inginkan 2. Saya mengakui kesalahan yang telah saya
lakukan
3. Saya tetap tenang saat menghadapi situasi baru
4. Saya malu dihadapan orang yang lebih pandai dari saya.
5. Saya mudah untuk melupakan kesalahan yang telah saya lakukan.
6. Saya gelisah seakan-akan saya menginginkan sesuatu tapi tidak tahu apa yang saya inginkan 7. Saya menyukai rekreasi bersama keluarga 8. Saya mudah bersahabat dengan orang yang
berjenis kelamin sama dengan diri saya. 9. Saya tertinggal dibandingkan saudara-saudara
saya.
10. Saya senang mengahabiskan waktu luang seorang diri.
11. Saya memiliki keyakinan dalam mengambil suatu keputusan.
(20)
kehendaki tetapi tetap dalam batasan norma yang ada
13. Saya dapat mengendalikan diri ketika suasana hati sedang tidak enak.
14. Saya memiliki sedikit hal yang dapat dibanggakan
15. Saya menyalahgunakan kebebasan yang diberikan oleh orang tua.
16. Saya mudah terpancing amarahnya apabila ada orang lain yang membuat saya tersinggung.
17. Saya menerima teguran dari orang tua apabila saya melakukan kesalahan.
18. Saya aktif terlibat kegiatan-kegiatan di kampus.
19. Saya berselisih paham dengan anggota keluarga.
20. Saya santai dan percaya diri di saat bersama orang lain.
21. Saya menganggap kepribadian saya menarik bagi lawan jenis saya.
22. Saya mengikuti aturan-aturan yang ada di lingkungan tempat saya tinggal.
23. Saya merasakan kesedihan orang yang terkena musibah.
24. Saya berharap bahwa saya adalah orang lain. 25. Saya menyalahkan orang lain jika terjadi
sesuatu yang buruk dalam hidup saya.
26. Saya khawatir berlebihan terhadap hal yang belum tentu terjadi.
(21)
27. Saya senang bila orang tua mengetahui kegiatan yang saya lakukan.
28. Saya memiliki keterlibatan sosal dengan dosen di kampus.
29. Saya menghindari kegiatan bersama keluarga apabila memungkinkan.
30. Saya tidak nyaman berada di dekat teman sekampus .
31. Saya puas dengan penampilan saya.
32. Saya dapat memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan besar pada diri saya. 33 Saya dapat mengungkapkan rasa kesal
terhadap teman saya maupun orang lain. 34. Saya marah jika seseorang mengkritik diri
saya.
35. Saya menyukai berada di rumah daripada pergi bersosialisasi
36. Saya tersisih dalam keluarga.
37. Saya senang berbicara dan berbagi dengan anggota keluarga.
38. Saya senang bergurau pada teman-teman saya.
39. Saya terpaksa menaati aturan orang tua.
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL
(22)
1. Saya menikmati kegiatan perkuliahan yang saya jalani.
2. Rasa marah dapat mempengaruhi aktivitas belajar saya.
3. Saya bangkit kembali walau pernah menghadapi kegagalan.
4. Saya membalas apabila dimarahi orang lain. 5. Saya putus asa dan tidak dapat menyelesaikan
tugas kuliah bila sedang menghadapi masalah. 6. Beratnya tugas tidak membuat saya
melalaikannya.
7. Aktivitas sosial saya terganggu saat saya sedang bermasalah dengan teman.
8. Saya memaksakan pendapat saya pada teman-teman di kampus.
9. Saya ditunjuk oleh teman-teman untuk memimpin suatu acara.
10. Saya marah apabila pendapat yang saya kemukakan ditentang.
11. Saya tidak sabar jika mendengarkan teman yang sedang bicara.
12. Saya berusaha memikirkan cara yang terbaik untuk menyelesaikan pertengkaran dengan teman.
13. Saya sulit menerima pandangan yang berbeda dengan pandangan saya.
14. Saya sedih tanpa mengetahui apa yang menjadi penyebabnya.
15. Saya memaki teman yang menyepelekan hasil kerja saya.
(23)
16. Saya dapat meredakan ketegangan menjelang ujian.
17. Saya tidak dapat menepati jadwal penyelesaian tugas kuliah.
18. Saya membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan saya.
19. Saya memarahi teman-teman yang tidak mau bekerja sama dalam satu kelompok.
20. Saya menenangkan diri sebelum berbicara dengan teman yang telah membuat saya marah.
22. Saya tidak berminat untuk mengikuti kegiatan amal atau organisasi.
23. Saya cemas apabila rencana yang telah saya buat menemui rintangan.
24. Saya bangga dengan hasil IPK yang sesuai dengan target pribadi.
25. Saya mendengarkan terlebih dahulu pembicaraan teman saya samapai selesai sebelum saya menanggapinya.
26. Saya menjalankan tanggung jawab yang diberikan walaupun saya sedang kesal.
27. Saya menentukan target IPK untuk setiap semester.
28. Saya berdiskusi dengan teman-teman untuk mencari jawaban suatu permasalahan.
29. Saya memarahi teman kelompok apabila hasil kerjanya tidak sesuai dengan tugas yang telah diberikan.
(24)
berprestasi.
31. Saya berusaha tenang meskipun nilai ujian saya turun.
32. Saya dapat mengikuti kegiatan perkuliahan sekalipun sedang gelisaha atau kesal.
33. Saya menghormati keputusan yang merupakan hasil diskusi teman-teman.
34. Saya menghindari teman-teman yang mengkritik saya.
35. Saya tidak peduli dengan perasaan teman saya yang sedang sedih.
36. Saya gugup apabila berbicara denagn orang yang saya sukai.
37. Saya berusaha menghibur teman saya yang menghadapi masalah.
38. Saya memilih menonton TV atau membaca majalah daripada menyelesaikan tugas kuliah. 39. Saya tidak menemui kesulitan dalam menetukan tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
40. Saya cemas apabila tidak mampu mengerjakan tugas laporan yang diberikan. 41. Saya menegur teman yang melakukan
kesalahan dengan kata-kata yang sopan. 42. Saya tetap berbicara sopan kepada teman
yang membuat saya kesal.
43. Saya dihindari teman-teman karena saya pendiam dan sulit diajak bicara.
44. Saya berbicara dengan nada suara yang keras ketika marah.
(25)
45. Saya diminta teman-teman untuk membantu mengerjakan tugas.
(26)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, dan pendidikan sebagai imbas dari globalisasi. Menghadapi arus perubahan yang pesat itu, suka atau tidak suka masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Salah satu bentuk penyesuaian yang harus dilakukan adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, yang mampu menjawab arus globalisasi menjadi tantangan sehingga tetap eksis dan mampu menunjukkan martabatnya di mata dunia internasional.
Potensi kecerdasan telah lama dipandang sebagai pintu menuju keberhasilan. Artinya, diperlukan kecerdasan dalam derajat tertentu agar individu mampu mengatasi pelbagai persoalan dalam kehidupan mulai dari persoalan sederhana hingga persoalan kompleks. Secara substansial, manusia memiliki potensi kecerdasan yang beragam. Kecerdasan intelektual saja tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan menjadi tantangan. Mahasiswa yang cerdas secara intelektual, misalnya, belum tentu akan menjadi jaminan dirinya berhasil dalam menjalani kehidupannya. Sebab, sebagai mahluk sosial, manusia senantisa dituntut untuk menyesuaikan diri
(27)
Universitas Kristen Maranatha
2
agar tetap survive. Untuk itulah, kecerdasan emosional dipandang sebagai konsep kecerdasan yang perlu diperhitungkan dan diposisikan sama pentingnya dengan potensi kecerdasan lainnya termasuk kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah sumber-sumber daya yang sinergis. Menurut (Daniel Goleman (1997), kecerdasan intelektual hanya mempengaruhi 20% dari kesuksesan seseorang dalam pekerjaan atau kehidupannya, sedangkan sisanya ditentukan oleh kemampuan emosi atau disebut kecerdasan emosional.
Seorang mahasiswa memiliki berbagai tuntutan dalam menjalankan perannya di lingkungan kampus. Tuntutan terkait dengan ketentuan akademik yang telah ditetapkan seperti mengikuti jadwal perkuliahan teori ataupun praktikum, mengikuti ujian, mengumpulkan tugas yang diberikan dosen dan hadir pada saat perwalian. Selain tuntutan tersebut terdapat pula tuntutan yang lain yaitu tuntutan sosial dan tuntutan emosi. Tuntutan sosial berkaitan dengan hubungan mahasiswa dengan individu lain dalam lingkup kampus. Individu lain yang berkaitan dengan mahasiswa adalah dosen, asisten dosen, mahasiswa satu angkatan yang belajar bersama-sama, mahasiswa lain baik yang senior maupun junior, dan pengawai tata usaha. Tuntutan emosi terkait dengan bagaimana mahasiswa mengolah emosinya sehingga dapat selaras dengan lingkungannya. Untuk dapat mengikuti perkuliahan dengan baik selain mematuhi peraturan akademis yang ada, maka mahasiswa juga memerlukan bantuan dari individu lain dalam lingkup kampus baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya, mahasiswa diharapkan dapat membina hubungan yang baik dengan civitas academis di lingkup kampus. Untuk dapat membina hubungan
(28)
Universitas Kristen Maranatha
3
yang baik terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki dan bahkan dikembangkan oleh mahasiswa. Kemampuan tersebut antara lain adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi yang dirasakan oleh orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Seluruh kemampuan tersebut merupakan aspek-aspek yang terangkum dalam kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional berperan terhadap kesadaran diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi seseorang, bahkan dalam lingkungan kerja, keluarga, maupun masyarakat. Kecerdasan emosional juga menentukan potensi seorang mahasiswa untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang terdiri atas lima aspek, yaitu kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan membina hubungan dengan orang lain.
Generasi muda sekarang banyak mengalami tekanan yang berkaitan erat dengan masalah emosional. Di tengah kehidupan perkotaan yang sarat dengan persaingan, mereka mudah mengalami stress dari berbagai sumber, diantaranya dalam menghadapi studi mereka, dalam hubungan sosialnya dan lebih mudah terpicu melakukan tindak kekerasan. Bahkan tidak jarang mahasiswa selaku kaum intelektual terlibat tawuran dengan mahasiswa lainnya. Ternyata setelah dikaji lebih dalam, hal yang memicu permasalahan disebabkan adanya kesalahpahaman antar mahasiswa itu sendiri. Mereka tidak mampu mengontrol dan mengatasi emosi yang timbul (Kompas, April 2005).
(29)
Universitas Kristen Maranatha
4
Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah menunjukkan ketidakmampuan dalam membina hubungan yang baik dengan lingkungannya, dan pada akhirnya dapat menghambat penyesuaian diri mahasiswa bersangkutan. Mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya rendah, akan mengalami kesulitan untuk memahami dan mengelola emosinya dengan baik sehingga akan lebih mudah terpancing amarahnya (//www.mail-archive.com). Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia berada. Ketika seseorang berada di suatu wilayah baru ia akan berusaha untuk memahami lingkungan barunya itu dan kemungkinan akan mengalami kebingungan dan keresahan emosional. Hal ini yang sebagian mendasari kemampuan mengatasi emosi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Individu yang mampu mengenali dan mengolah emosinya dapat menyesuaikan diri dengan baik. Sedangkan individu yang tidak mampu mengenali dan mengolah emosinya akan mengalami kecemasan yang terus-menerus yang akhirnya menimbulkan dampak negatif bagi penyesuaian diri seseorang, seperti menutup diri (Jeanne Segal) Juni 2001.
Dalam kehidupannya manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya. Tetapi tidak semua individu dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan tempatnya berada. Lazarus (1976), mengatakan penyesuaian diri merupakan kemampuan bereaksi atau bertingkah laku yang bertanggung jawab baik dalam sikap atau dalam mengikuti kegiatan saat menghadapi berbagai tuntutan
(30)
Universitas Kristen Maranatha
5
lingkungan. Kesulitan melakukan penyesuaian diri lebih terasa pada saat individu baru memasuki masa remaja akhir. Masa remaja akhir merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Penyesuaian diri tersebut menjadi suatu periode yang sulit dalam rentang hidup seseorang. Individu diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri sehingga dapat diterima oleh lingkungan dimana ia berada.
Dalam lingkungan Perguruan Tinggi terdapat berbagai fakultas. Salah satu fakultas yang memerlukan mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah fakultas Psikologi, mengingat intensitasnya yang tinggi untuk berhubungan dengan manusia. Mereka dituntut untuk dapat melakukan pendekatan tahap mula dengan baik, wawancara yang terstruktur, observasi yang objektif dan konseling yang efektif. Keseluruhan kegiatan tersebut membutuhkan pengenalan emosi diri, kepercayaan bahwa dirinya mampu membantu orang lain, mampu berempati untuk memahami orang lain dengan baik melalui kepekaan terhadap isyarat emosi, memiliki keterampilan sosial yang berkaitan erat dengan persuasi yang baik serta komunikasi yang seimbang antara mendengarkan informasi dan menyampaian informasi kepada orang lain. Sedangkan kesadaran emosi diri, kepercayaan diri, empati, keterampilan sosial dan komunikasi merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Mahasiswa fakultas Psikologi mendapat tuntutan tambahan yaitu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap 20 orang mahasiswa fakultas Psikologi Perguruan Tinggi “X” di Bandung, delapan orang atau 40% mengatakan
(31)
Universitas Kristen Maranatha
6
bahwa mereka tidak menemui kesulitan berarti dalam beradaptasi pada lingkungan kampus, merasa nyaman dengan suasana belajar dan lingkungan belajar, namun mereka kurang memiliki rasa percaya akan kemampuan mereka untuk dapat memenuhi semua tuntutan akademik nya. Sedangkan lima orang atau 25% mengatakan mereka tidak menemui hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu lingkungan kampus dan merasa nyaman dengan suasana belajar. Mereka juga merasa yakin akan kemampuan yang mereka miliki dapat membantu mereka dalam memenuhi tuntutan akademik yang ada. Mereka tetap dapat mengikuti perkuliahan dengan konsentrasi walaupun memiliki masalah atau sedang mengalami suasana hati yang buruk. Tugas-tugas yang diberikan dosen juga tidak tertunda pengerjaannya karena adanya masalah yang mereka alami dengan lingkungannya. Selain itu terdapat dua orang atau 10% yang mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman berada di lingkungan kampus, merindukan masa-masa SMU, tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kampus, baik dengan teman-teman maupun dengan tuntutan akademik yang ada. Oleh karena itu, saat menghadapi masalah maka perhatian mereka ke kuliah dan pengerjaan tugas menjadi terbagi dan berakibat tidak dapat berkonsentrasi dengan baik saat kuliah dan terbengkalainya tugas.
Sedangkan lima orang atau 25% lainnya mengatakan bahwa pada awalnya mereka sangat kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan kampus yang sangat berbeda dengan lingkungan SMU namun mereka berusaha untuk dapat merasa nyaman pada lingkungan baru tersebut. Mereka percaya dapat menyesuaikan diri dengan baik, mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tugas dengan baik dengan
(32)
Universitas Kristen Maranatha
7
kemampuan yang ada pada diri mereka. Dalam usahanya mereka berusaha tetap fokus pada kuliah walaupun sedang ada masalah dan mau memulai untuk mendekatkan diri pada teman seangkatannya. Saat ini mereka telah merasa nyaman dan dapat mengontrol emosinya untuk berhubungan dengan lingkungan barunya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian diri pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas “X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :
♣ Apakah terdapat hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian diri
pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas ‘X’ Bandung.
(33)
Universitas Kristen Maranatha
8 1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas ‘X’ Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah
• Untuk bahan masukan bagi pengembangan penelitian lebih lanjut terhadap
permasalahan yang sama, sehingga ahkirnya dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi mahasiswa ataupun masyarakat pada umumnya.
• Memberikan informasi bagi ilmu Psikologi terutama mengenai kecerdasan
emosional dan penyesuaian diri.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Bagi Fakultas Psikologi Perguruan Tinggi ‘X’ Bandung, penelitian ini
diharapkan memberikan gambaran tentang kecerdasan emosional dan penyesuaian diri pada mahasiswa yang dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan program pendidikan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan mengembangkan kecerdasan emosional mahasiswanya.
• Bagi orang tua mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2004 Universitas
(34)
Universitas Kristen Maranatha
9
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan penyesuaian diri anak-anak nya.
• Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang
pentingnya kecerdasan emosional dan penyesuaian diri sehingga dapat mengembangkan keduanya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Ketika menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, mahasiswa menemui berbagai tuntutan dari lingkungan. Tuntutan tersebut antara lain tuntutan akademis, tuntutan emosi dan tuntutan sosial. Dalam usaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan, mahasiswa harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Kemampuan mahasiswa untuk mengubah tuntutan-tuntutan menjadi tantangan adalah dengan cara beradaptasi terhadap tuntutan yang bersumber dari lingkungan eksternalnya. Penyesuaian diri mahasiswa terhadap lingkungan Perguruan Tinggi lebih berat, hal ini disebabkan karena Perguruan Tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang membutuhkan kemandirian dan tanggung jawab yang lebih tinggi dibanding jenjang pendidikan sebelumnya. Khusus bagi mahasiswa fakultas Psikologi memiliki, tuntutan untuk dapat menjalin relasi dengan orang lain secara baik lebih diutamakan, karena objek sekaligus subjek kajian Psikologi adalah manusia.
(35)
Universitas Kristen Maranatha
10
Mahasiswa tingkat awal berada dalam tahap perkembangan remaja akhir, yang memiliki tuntutan perkembangan antara lain otonomi, membina hubungan yang baik dengan teman sebaya, dan memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya. Tuntutan perkembangan tersebut disesuaikan dengan perkembangan dan kematangan mahasiswa, khususnya perkembangan dan kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi. Perkembangan dan kematangan tiap bagian tersebut membantu mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Santrock) 2003.
Kemampuan penyesuaian diri dibutuhkan oleh mahasiswa untuk dapat memenuhi tuntutan dalam kehidupan. Menurut Schneiders (1994), penyesuaian diri merupakan suatu proses yang meliputi respon mental dan tingkah laku dalam upaya seseorang untuk menguasai atau menanggulangi segala kebutuhan-kebutuhan diri, ketegangan, frustrasi, konflik dan untuk menyeimbangkan tuntutan-tuntutan dalam diri dan tuntutan yang dibebankan kepadanya oleh dunia obyektif dari lingkungan dimana individu berada. Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah mahasiswa yang dalam batas-batas kapasitasnya sendiri dan sesuai dengan kepribadiannya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannya secara matang, efisien, memuaskan dan dapat menyelesaikan konflik mental, frustrasi dan bereaksi terhadap permasalahan pribadi dan sosial tanpa memunculkan tingkah laku simptomatik. Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri juga mampu membina hubungan yang baik dengan lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara fleksibel tanpa diwarnai oleh konflik-konflik berarti dalam dirinya.
(36)
Universitas Kristen Maranatha
11
Dilihat dari bentuknya, maka penyesuaian diri terdiri atas penyesuaian diri terhadap pribadi dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial. Penyesuaian diri terhadap pribadi mencakup penyusunan kembali sikap dan tingkah laku mahasiswa untuk berespon secara adekuat terhadap keadaan dirinya yang didalamnya meliputi penerimaan diri, moral dan perasaan. Penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial merujuk kepada kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungan termasuk lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah, sehingga mampu memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya. Apabila derajat kemampuan penyesuaian diri terhadap pribadi seorang mahasiswa adalah baik, maka akan membantunya untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial.
Penyesuaian diri ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : kondisi fisik dan determinannya (termasuk hereditas, konstitusi tubuh, sistem syaraf, kelenjar dan sistem otot, kesehatan dan keadaan sakit), perkembangan dan kematangan (khususnya kedewasaan intelektual, sosial, moral dan emosi), determinan psikologis (termasuk pengalaman belajar, pengkondisian, frustrasi dan konflik; kondisi lingkungan (khususnya kondisi rumah, keluarga dan sekolah), kondisi lingkungan (khususnya kondisi rumah, keluarga dan sekolah), dan determinan kebudayaan dan agama.
Sebagaimana disebutkan pada alinea sebelumnya, perkembangan dan kematangan emosi dirujuk sebagai sub faktor yang turut menentukan penyesuaian diri mahasiswa ke lingkungan. Penelitian ini secara spesifik akan tertuju pada faktor perkembangan dan kematangan emosi. Perubahan biologis, kognitif, dan
(37)
Universitas Kristen Maranatha
12
emosional yang terjadi pada mahasiswa akan berdampak kepada perkembangan dan kematangan fungsi seksual, peningkatan kemampuan berfikir, kemampuan mengelola emosi dan berkembangnya kemandirian. Kemampuan mengelola emosi, menjadi bagian esensial dari kecerdasan emosional (EQ). Oleh karenanya, sejauh mana perkembangan dan kematangan emosi mahasiswa akan tercermin melalui seberapa jauh kecerdasan emosional mahasiswa bersangkutan telah berkembang.
Kecerdasan emosional merupakan suatu komponen mendasar yang dimiliki oleh mahasiswa yang berangsur-angsur terbentuk ketika mahasiswa menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk membina interaksi dengan orang lain dalam pelbagai setting. Dengan berbagai persoalan atau kejadian sehari-hari yang dialami, membuat seseorang terus menerus belajar sehingga keterampilan emosional ini akan terus berkembang.
Kecerdasan emosional seseorang tergambar dalam lima aspek, Goleman (1997). Aspek-aspek tersebut antara lain mengenali emosi yang merupakan kemampuan mengenali dan merasakan emosi dirinya, termasuk mengenali gejala-gejala fisik dan psikis yang terjadi pada diri serta derajat dari gejala-gejala tersebut. Melalui pengenalan ini mahasiswa mampu mengenali dan menghayati jenis emosi yang sedang dirasakan. Mahasiswa yang mampu mengenali emosi tidak tengelam dalam emosi negatif yang merugikan, namun mereka dapat dengan cepat mengenali dan menghayati emosi apa yang sedang dirasakan kemudian memegang kendali atas keadaan emosi mereka. Aspek kedua adalah mengelola emosi. Dorongan emosional baik yang positif maupun yang negatif dapat diolah dengan baik sehingga
(38)
Universitas Kristen Maranatha
13
pengekspresian keluar sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dengan pengolahan yang baik, mahasiswa juga dapat bertoleransi terhadap frustrasi dengan mengungkapkan amarah dengan tepat dan berkurangnya tindakan pelanggaran. Aspek ketiga adalah memotivasi diri sendiri merupakan kemauan dari dalam diri untuk bertanggung jawab, memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas, penguasaan diri yang lebih baik, tidak impulsif serta peningkatan prestasi.
Aspek keempat dari kecerdasan emosional adalah mengenali emosi orang lain. Mengenali emosi orang lain berarti mahasiswa mampu untuk mengenali gejala-gejala emosi yang muncul pada diri orang lain, kualitas emosi, derajat emosi dan bentuk emosi yang sedang dirasakan. Dengan dapat mengenali emosi orang lain maka mahasiswa juga dapat menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan adanya keinginan memahami perasaan orang lain. Aspek kelima adalah membina hubungan dengan orang lain. Hubungan yang baik dapat terbina dengan adanya kemampuan menganalisis dan memahami hubungan, menyelesaikan pertikaian dan menyelesaikan persoalan yang timbul dalam relasi, tegas dan terampil dalam berkomunikasi, populer dan mudah bergaul, menaruh perhatian dan tenggang rasa, memikirkan kepentingan sosial, suka berbagi, berkerja sama, dan demokratis dalam bergaul dengan orang lain.
Menurut Daniel Goleman (1997), orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi diharapkan mampu menjadi pilot yang baik dalam kehidupannya. Mahasiswa dikatakan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi bila pada saat ia mengalami emosi yang tidak menyenangkan ia mampu menyadari emosi yang dialaminya,
(39)
Universitas Kristen Maranatha
14
mampu mengolah emosi tersebut, kemudian memanfaatkan emosi yang dialaminya untuk tetap produktif. Kesadaran emosi, pengolahan dan pemanfaatan emosi merupakan keterampilan yang mendasari kemampuan seseorang dalam berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Ciri-ciri dari kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustrasi, mengendalikan dorongan hati, mengatur suasana hati dan menjaga agar masalah yang dihadapi tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berharap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Pengaruh faktor internal berpusat pada sistem syaraf otak manusia di bagian amygdala. Amygdala merupakan gudang emosional manusia yang membantu seseorang untuk dapat merasakan perasaannya dan perasaan orang lain. Berbagai perasaan yang dirasakan seseorang seperti senang, sedih, marah dan kecewa dapat disadari dengan bantuan dari amygdala. Amygdala juga berperan dalam mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain. Sedangkan pengaruh faktor eksternal adalah dari proses belajar, pendewasaan dan relasi sosial. Sepanjang hidupnya mahasiswa mengalami proses belajar secara berkesinambungan, baik proses belajar secara formal maupun informal yang memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosionalnya. Begitu pula dengan pendewasaan, semakin dewasa seseorang maka ia akan memiliki pandangan-pandangan yang lebih luas. Sedangkan relasi sosial juga memberikan pengaruh bagi kecerdasan emosional seseorang dengan membentuk sikapnya dan cara berelasi dengan orang lain.
(40)
Universitas Kristen Maranatha
15
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah kecerdasan emosional. Dengan memiliki kecerdasan emosional mahasiswa akan belajar untuk mengenali emosi dirinya, mengelola emosinya, memotivasi dirinya sendiri, berempati dan mampu membina hubungan dengan orang lain. Semua kemampuan yang tercakup dalam kecerdasan emosional akan membantu mahasiswa dalam menyesuaiakan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lingkungan. Penyesuaian diri pada mahasiswa diawali dengan penyesuaian terhadap pribadinya lalu selanjutnya penyesuaian diri terhadap lingkungan. Dengan demikian, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi maka akan mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang rendah kurang mampu menyesuaikan dirinya dengan baik terhadap lingkungan baru. Sedangkan mahasiswa dengan tingkat kecerdasan emosional sedang cukup mampu dalam menyesuaikan dirinya.
(41)
Universitas Kristen Maranatha
16 Bagan kerangka pemikiran
1.6 Asumsi
♣ Kecerdasan emosional yang terdiri atas kemampuan mengenali emosi,
mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan membina hubungan yang baik akan berkembang di sepanjang rentang kehidupan manusia.
♣ Kecerdasan emosional mencerminkan kematangan seseorang dalam hal
emosi. Tuntutan-Tuntutan Rendah Penyesuaian Diri Kecerdasan Emosional Mahasiswa Tinggi
Faktor yang mempengaruhi:
• Konstitusi fisik dan determinannya dalam
penyesuaian diri termasuk hereditas, konstitusi tubuh, sistem syaraf, kelenjar dan sistem otot, kesehatan dan keadaan sakit
• Perkembangan dan kematangan, khususnya
kedewasaan intelektual, sosial, moral dan emosi
• Determinan psikologis, termasuk
pengalaman, belajar, pengkondisian, frustrasi dan konflik.
• Kondisi lingkungan, khususnya kondisi
rumah, keluarga dan sekolah.
• Determinan kebudayaan dan agama dalam
(42)
Universitas Kristen Maranatha
17
♣ Semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, semakin mampu dirinya
menata perasaannya yang sekaligus mencerminkan kematangan emosinya.
♣ Kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang membantu
seseorang untuk menyesuaikan diri ke lingkungan.
1.7 Hipotesa Penelitian
♣ Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri
(43)
69 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian, diketahui korelasi antara kecerdasan emosional dan penyesuaian diri sebesar 0,745. Menurut kriteria Guilford
(Nirwana,1995), nilai koefisien korelasi yang diperoleh termasuk dalam kriteria korelasi yang erat.
• Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 54,4% mahasiswa memiliki penyesuaian diri tinggi dan sebesar 60,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
• Berdasarkan tabulasi silang antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri, sebesar 43,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri tinggi. Serta sebesar 28,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri rendah.
• Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi namun penyesuaian diri nya rendah, menyatakan memiliki interaksi otoriter dengan orang tua, tidak mendapat dukungan moril dan materiil dari orang tua dan memiliki teman dekat yang terbatas. Sedangkan mahasiswa dengan kecerdasan emosional rendah dan penyesuaian diri tinggi, menunjukkan kekurangan dalam hal mengelola emosi dan empati.
(44)
Universitas Kristen Maranatha 70
5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis
¬ Bagi fakultas Psikologi Universitas “ X” Bandung
• Dapat menambah wawasan baru bagi mahasiswa tentang kecerdasan emosional, misalnya mengadakan pelatihan mengenai bagaimana meningkatkan kemampuan mengelola emosi.
¬ Bagi orang tua mahasiwa fakultas Psikologi Universitas “ X “ Bandung
• Dapat mengembangkan interaksi demokratis dan memberikan dukungan kepada anak-anaknya, supaya mereka dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi.
¬ Bagi mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “ X “ Bandung
• Dengan mengetahui hasil penelitian ini, mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk dapat mengenali kecerdasan emosional nya dan mengatasi aspek yang dianggap kurang.
5.2.2 Saran untuk penelitian lanjutan
• Dapat diteliti faktor lain yang diduga memiliki pengaruh dengan penyesuaian diri, misalnya dukungan orang tua dan pola asuh yang dalam penelitian ini dijaring melalui data penunjang.
(45)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional); Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic In Psychology And Education. 3rd ed. Tokyo : Mc. Graw. Hill Kogakusha, Co.,Ltd.
Pedoman Penyusunan Skripsi. Juni 2000. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Program SPSS 4 Windows versi 11.0
Santrock, John W. 1986. Life – Span Development. Second Edition. Dubuqu, Iowa : Wm. C. Brown Publisher.
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Schneiders, Alexander A. 1964. Personal Adjustment And Mental Health. Mew York, Holt, Rinehart and Winston.
Segal, Jeanne Ph.D. 2001. Raising Your Emotional Intelligence. Bandung : Kaifa.
Siegel, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistic Non-Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia.
Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Padjadjaran.
(46)
Universitas Kristen Maranatha Sudjana, Prof. DR. M.A., M.Sc. 1996. Metoda Statistik. Edisi keenam. Bandung :
(47)
Universitas Kristen Maranatha
(1)
Universitas Kristen Maranatha
17
♣ Semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, semakin mampu dirinya menata perasaannya yang sekaligus mencerminkan kematangan emosinya. ♣ Kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang membantu
seseorang untuk menyesuaikan diri ke lingkungan.
1.7 Hipotesa Penelitian
♣ Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri pada mahasiswa fakultas Psikologi Angkatan Universitas X Bandung.
(2)
69 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian, diketahui korelasi antara kecerdasan emosional
dan penyesuaian diri sebesar 0,745. Menurut kriteria Guilford (Nirwana,1995), nilai koefisien korelasi yang diperoleh termasuk dalam kriteria korelasi yang erat.
• Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 54,4% mahasiswa memiliki penyesuaian
diri tinggi dan sebesar 60,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
• Berdasarkan tabulasi silang antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian
diri, sebesar 43,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri tinggi. Serta sebesar 28,5% mahasiswa memiliki kecerdasan emosional dan penyesuaian diri rendah.
• Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi namun penyesuaian
diri nya rendah, menyatakan memiliki interaksi otoriter dengan orang tua, tidak mendapat dukungan moril dan materiil dari orang tua dan memiliki teman dekat yang terbatas. Sedangkan mahasiswa dengan kecerdasan emosional rendah dan penyesuaian diri tinggi, menunjukkan kekurangan dalam hal mengelola emosi dan empati.
(3)
Universitas Kristen Maranatha 70
5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis
¬ Bagi fakultas Psikologi Universitas “ X” Bandung
• Dapat menambah wawasan baru bagi mahasiswa tentang kecerdasan emosional, misalnya mengadakan pelatihan mengenai bagaimana meningkatkan kemampuan mengelola emosi.
¬ Bagi orang tua mahasiwa fakultas Psikologi Universitas “ X “ Bandung
• Dapat mengembangkan interaksi demokratis dan memberikan dukungan kepada anak-anaknya, supaya mereka dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi.
¬ Bagi mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “ X “ Bandung
• Dengan mengetahui hasil penelitian ini, mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk dapat mengenali kecerdasan emosional nya dan mengatasi aspek yang dianggap kurang.
5.2.2 Saran untuk penelitian lanjutan
• Dapat diteliti faktor lain yang diduga memiliki pengaruh dengan penyesuaian diri, misalnya dukungan orang tua dan pola asuh yang dalam penelitian ini dijaring melalui data penunjang.
(4)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional); Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic In Psychology And Education. 3rd ed. Tokyo : Mc. Graw. Hill Kogakusha, Co.,Ltd.
Pedoman Penyusunan Skripsi. Juni 2000. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Program SPSS 4 Windows versi 11.0
Santrock, John W. 1986. Life – Span Development. Second Edition. Dubuqu, Iowa : Wm. C. Brown Publisher.
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Schneiders, Alexander A. 1964. Personal Adjustment And Mental Health. Mew York, Holt, Rinehart and Winston.
Segal, Jeanne Ph.D. 2001. Raising Your Emotional Intelligence. Bandung : Kaifa.
Siegel, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistic Non-Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia.
Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Padjadjaran.
(5)
Universitas Kristen Maranatha Sudjana, Prof. DR. M.A., M.Sc. 1996. Metoda Statistik. Edisi keenam. Bandung :
(6)
Universitas Kristen Maranatha