Tinjauan Pustaka Tifus Abdominalis.

(1)

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella

typhi. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberi masukan tambahan kepada peminat

khususnya mahasiswa kedokteran.

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan R.I. dari tahun 1990 sampai 1994 dan laporan kejadian demam tifoid dari Rumah Sakit dan pusat kesehatan dari tahun

1994 sampai 1996 didapatkan adanya angka kejadian penderita demam tifoid.

Jenis-jenis komplikasi demam tifoid yang terjadi antara lain komplikasi intestinal komplikasi ekstra-intestinal dan relaps. Komplikasi intestinal misalnya perdarahan usus, perforasi usus dan ileus paralitik sedangkan komplikasi ekstra-intestinal misalnya komplikasi paru-paru, komplikasi hepar & kandung empedu, komplikasi neuropsikiatrik, komplikasi pankreas, komplikasi ginjal dan komplikasi tulang.

Penyebab komplikasi dan pencegahan komplikasi bisa terjadi antara lain yaitu faktor dari penderita sendiri dan faktor dari tenaga medis.

Dengan diagnosis dini maka dapat dilakukan penatalaksanaan yang benar dan adekuat sehingga komplikasi pada penderita demam tifoid dapat dihindarkan.


(2)

ABSTRACT

Typhoid fever is an acute systemic disease which cause by Salmonella typhi.

The aim of this writing aim is to give extra input to devotee its especially

medical’s students.

Based on the fact from Health Department of the Republic of Indonesia from

1990 to 1994 and typhoid fever case report from Hospital and Health Center from I994 to 1996 we find the prevalence rate of the typhoid patient.

The kinds of typhoid fever complication which are intestinal complication,

extra intestinal complication and relapse. Intestinal complication it examples ;

intestines bleeding, intestines perforation and paralytic ileus, than extra intestinal

complication it examples ; lung complication, neuropsichiatric complication,

pancreas complication, liver & gall bladder complication and bone complication.

The etiology of complication and prevention of complication can occor from patient’s factor and medical staff factor.

Early diagnosis give us the correct and adequate treatment procedur until

thphoid fever complication could be avoided.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

ABSTRACT ... KATA PENGANTAR

...

DAFTAR ISI

...

BAB I PENDAHULUAN

...

1.1 Latar Belakang

...

1.2 Identifikasi Masalah

...

1.3 Maksud dan Tujuan

...

1.4 Kegunaan Penulisan ...

1.5 Kerangka Pemikiran

...

1.6 Metodologi ... 1.7 Lokasi dan Waktu

...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8

Definisi

...

Etiologi ...

Epidemiologi

...

Patogenesis. Patofisiologi dan Patologi

...

Manifestasi Klinis ... Pemeriksaan Laboratorium ... Diagnosis

...

Diagnosis Banding

...

iv V

vi

...

V l l l

1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 5 6 7 9 9

...


(4)

2.9 Terapi/Penatalaksanaan ... 2.10 Prognosis

...

2.11 Pencegahan

...

2.12 Komplikasi

...

BAB III RINGKASAN

...

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

...

4.1 Kesimpulan

...

4.2 Saran

...

DAFTAR PUSTAKA

...

RIWAYAT HIDUP

...

10 12 13 14 18 19 19 19 20 21


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam tifoid yang merupakan penyakit endemik di Indonesia, umumnya menyerang kelompok umur dewasa muda. Selain memerlukan hari perawatan dan masa pemulihan yang relatif cukup lama, tidak jarang penyakit tersebut disertai komplikasi dan berakhir dengan kematian, juga menyebabkan kerugian sosial ekonomi.

Data yang ada menunjukkan bahwa penderita demam tifoid dari tahun ke tahun cenderung meningkat, terbukti dari Departemen Kesehatan R.I. yang melaporkan peningkatan insidence rate antara tahun 1990 sampai 1994 dari 9,2 menjadi 15,41 per 10.000 penduduk. Laporan kejadian demam tifoid dari Rumah Sakit dan pusat kesehatan juga meningkat, dari 92 kasus (1994) menjadi 125 kasus (1996) per 10.000 orang per tahun (Widodo, 1999).

Keterlambatan diagnosis merupakan salah satu penyebab kegagalan pencegahan terjadinya komplikasi dan pemutusan mata rantai penularan.

Pendekatan metodologi yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan. Tujuan penulis menulis “Tinjauan Pustaka Tifus Abdominalis” adalah memberi pengetahuan kepada para peminat khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran sehingga diharapkan dapat diketahui cara mendiagnosis dini penyakit ini untuk mencegah terj adinya Tifus Abdominalis serta komplikasi-komplikasinya.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada penderita Tifoid. 2. Apa penyebab dari komplikasi Tifoid.

3. Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi tersebut. 1


(6)

2

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

- Mengetahui jenis komplikasi yang bisa terjadi pada penderita

Tifus Abdominalis.

- Mengetahui penyebab komplikasi Tifus Abdominalis.

- Mengetahui cara mencegah terjadinya komplikasi. 1.3.2. Tujuan

Memberi pengetahuan kepada para peminat khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran sehingga diharapkan dapat diketahui cara mendiagnosis dini penyakit ini untuk mencegah terjadinya Tifus Abdominalis serta komplikasi-komplikasinya.

1.4. Kegunaan Penulisan 1.4.2. Kegunaan Praktis

Menyadarkan kita agar berperilaku hidup sehat terutama dalam hal mengkonsumsi makanan dan minuman sehingga diharapkan bisa menurunkan angka kejadian komplikasi Tifus Abdominalis.

1.4.3. Kegunaan Akademis

Memberi informasi kepada para pembaca tentang komplikasi Tifus Abdominalis.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penyakit demam tifoid merupakan penyakit endemik di negara berkembang dengan sanitasi yang kurang baik termasuk di 1ndonesia.Daerah endemik tifoid adalah daerah Indian, Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Tengah, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Mandal, 1996). Sedangkan daerah yang jarang tifoid adalah negara industri/maju yaitu Amerika, Kanada, Eropa Barat, Australia dan


(7)

3

Jepang (Typhoid Fever, National Center for Infectious Disease, 2001 ; Typhoid Fever, United Nations Publications, 2000).

Penyakit ini merupakan penyakit sistemik yang dapat melibatkan banyak organ sehingga dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang cukup luas pula. Komplikasi yang paling sering adalah komplikasi intestinal, yaitu perdarahan usus dan perforasi usus (Juwono, 1998).

Dengan pengobatan demam tifoid yang dini, tepat dan akurat serta mengenal kewaspadaan dalam menangani penderita demam tifoid terutama pada waktu atau periode perjalanan klinis yang paling besar resikonya untuk terjadi komplikasi, diharapkan dapat mencegah, menurunkan angka kejadian komplikasi Tifus Abdominalis.

Penyakit demam tifoid memerlukan diagnosis dini yang tepat, penatalaksanaan yang cepat dan tepat agar prognosis menjadi lebih baik.

1.6. Metodologi

Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan.

1.7. Lokasi dan Waktu


(8)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

- Komplikasi tifus abdominalis yang paling sering terjadi adalah komplikasi

intestinal yaitu perdarahan usus dan perforasi usus.

Relaps adalah kekambuhan yang biasanya terjadi akibat pengobatan tifoid dengan antibiotik kloramfenikol.

Komplikasi demam tifoid dapat dihindarkan dengan cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan perawatan yang sebaik- baiknya pada pasien demam tifoid.

-

-

4.2. Saran

-

Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam tifoid kepada masyarakat, terutama masyarakat dengan pendidikan yang kurang.

Sebaiknya semua penderita tifoid dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan yang sempurna.

Sebaiknya penderita tifoid mendapat pengobatan sesuai dengan dosis dan ketentuan pengobatan, untuk mencegah terjadinya komplikasi.

-

-


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Guerrant, R.L. Salmonella infections. Dalam Braunwald et al (eds.): Harrison 's

principles of internal medicine. 1 ed. New York : Mc.Graw-Hill Book.

Co. 1991 : hal. 242-25 1.

Juwono, R. Demam tifoid. Dalam Buku ajar (eds.): Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1998 : hal.435-441.

Keusch, G.T. Salmonella infections. In Isselbacher, K.J. dkk. (eds.): Harrison 's

principles of internal medicine. New York : Mc. Graw-Hill Book Co. 1998 : hal.

95 1-954.

Mandal, B.K. Salmonella infections. Dalam Gordon C. Cook (eds.): Manson 's

tropical diseases. ed. London,Philadelphia, Toronto, Sydney, Tokyo :

Saunders Co. 1996 : hal. 847-856.

Setiabudy, R. Antimikroba lain. Dalam Setiabudy R. (eds.) : Farmakologi dan

Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1995 : hal. 682-685.

Sjarif H.D.,R. Tifus perut. Kuliah infeksipenyakit tropik. Bandung. 2001 : hal.1-7 Typhoid Fever, National Center for Infectious Diseases. Division of Bacterial and

Mycotic Diseases. 2001 : hal. 1-4.

Typhoid Fever, United Nations Publications.2000 : hal. 1

Widodo, D.,Hasan, I. Perkembangan diagnosis laboratorium demam tifoid. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. 1999 : hal. 256-26 1.


(1)

2.10 Prognosis

...

2.11 Pencegahan ... 2.12 Komplikasi

...

BAB III RINGKASAN

...

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

...

4.1 Kesimpulan

...

4.2 Saran

...

DAFTAR PUSTAKA

...

RIWAYAT HIDUP

...

12 13 14 18 19 19 19 20 21


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam tifoid yang merupakan penyakit endemik di Indonesia, umumnya menyerang kelompok umur dewasa muda. Selain memerlukan hari perawatan dan masa pemulihan yang relatif cukup lama, tidak jarang penyakit tersebut disertai komplikasi dan berakhir dengan kematian, juga menyebabkan kerugian sosial ekonomi.

Data yang ada menunjukkan bahwa penderita demam tifoid dari tahun ke tahun cenderung meningkat, terbukti dari Departemen Kesehatan R.I. yang melaporkan peningkatan insidence rate antara tahun 1990 sampai 1994 dari 9,2 menjadi 15,41 per 10.000 penduduk. Laporan kejadian demam tifoid dari Rumah Sakit dan pusat kesehatan juga meningkat, dari 92 kasus (1994) menjadi 125 kasus (1996) per 10.000 orang per tahun (Widodo, 1999).

Keterlambatan diagnosis merupakan salah satu penyebab kegagalan pencegahan terjadinya komplikasi dan pemutusan mata rantai penularan.

Pendekatan metodologi yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan. Tujuan penulis menulis “Tinjauan Pustaka Tifus Abdominalis” adalah memberi pengetahuan kepada para peminat khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran sehingga diharapkan dapat diketahui cara mendiagnosis dini penyakit ini untuk mencegah terj adinya Tifus Abdominalis serta komplikasi-komplikasinya.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada penderita Tifoid. 2. Apa penyebab dari komplikasi Tifoid.

3. Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi tersebut. 1


(3)

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

- Mengetahui jenis komplikasi yang bisa terjadi pada penderita Tifus Abdominalis.

- Mengetahui penyebab komplikasi Tifus Abdominalis.

- Mengetahui cara mencegah terjadinya komplikasi. 1.3.2. Tujuan

Memberi pengetahuan kepada para peminat khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran sehingga diharapkan dapat diketahui cara mendiagnosis dini penyakit ini untuk mencegah terjadinya Tifus Abdominalis serta komplikasi-komplikasinya.

1.4. Kegunaan Penulisan 1.4.2. Kegunaan Praktis

Menyadarkan kita agar berperilaku hidup sehat terutama dalam hal mengkonsumsi makanan dan minuman sehingga diharapkan bisa menurunkan angka kejadian komplikasi Tifus Abdominalis. 1.4.3. Kegunaan Akademis

Memberi informasi kepada para pembaca tentang komplikasi Tifus Abdominalis.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penyakit demam tifoid merupakan penyakit endemik di negara berkembang dengan sanitasi yang kurang baik termasuk di 1ndonesia.Daerah endemik tifoid adalah daerah Indian, Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Tengah, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Mandal, 1996). Sedangkan daerah yang jarang tifoid adalah negara industri/maju yaitu Amerika, Kanada, Eropa Barat, Australia dan


(4)

3

Jepang (Typhoid Fever, National Center for Infectious Disease, 2001 ;

Typhoid Fever, United Nations Publications, 2000).

Penyakit ini merupakan penyakit sistemik yang dapat melibatkan banyak organ sehingga dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang cukup luas pula. Komplikasi yang paling sering adalah komplikasi intestinal, yaitu perdarahan usus dan perforasi usus (Juwono, 1998).

Dengan pengobatan demam tifoid yang dini, tepat dan akurat serta mengenal kewaspadaan dalam menangani penderita demam tifoid terutama pada waktu atau periode perjalanan klinis yang paling besar resikonya untuk terjadi komplikasi, diharapkan dapat mencegah, menurunkan angka kejadian komplikasi Tifus Abdominalis.

Penyakit demam tifoid memerlukan diagnosis dini yang tepat, penatalaksanaan yang cepat dan tepat agar prognosis menjadi lebih baik.

1.6. Metodologi

Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan.

1.7. Lokasi dan Waktu


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

- Komplikasi tifus abdominalis yang paling sering terjadi adalah komplikasi

intestinal yaitu perdarahan usus dan perforasi usus.

Relaps adalah kekambuhan yang biasanya terjadi akibat pengobatan tifoid dengan antibiotik kloramfenikol.

Komplikasi demam tifoid dapat dihindarkan dengan cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan perawatan yang sebaik- baiknya pada pasien demam tifoid.

-

-

4.2. Saran

-

Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam tifoid kepada masyarakat, terutama masyarakat dengan pendidikan yang kurang.

Sebaiknya semua penderita tifoid dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan yang sempurna.

Sebaiknya penderita tifoid mendapat pengobatan sesuai dengan dosis dan ketentuan pengobatan, untuk mencegah terjadinya komplikasi.

-

-


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Guerrant, R.L. Salmonella infections. Dalam Braunwald et al (eds.): Harrison 's

principles of internal medicine. 1 ed. New York : Mc.Graw-Hill Book. Co. 1991 : hal. 242-25 1.

Juwono, R. Demam tifoid. Dalam Buku ajar (eds.): Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1998 : hal.435-441.

Keusch, G.T. Salmonella infections. In Isselbacher, K.J. dkk. (eds.): Harrison 's

principles of internal medicine. New York : Mc. Graw-Hill Book Co. 1998 : hal. 95 1-954.

Mandal, B.K. Salmonella infections. Dalam Gordon C. Cook (eds.): Manson 's tropical diseases. ed. London,Philadelphia, Toronto, Sydney, Tokyo :

Saunders Co. 1996 : hal. 847-856.

Setiabudy, R. Antimikroba lain. Dalam Setiabudy R. (eds.) : Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1995 : hal. 682-685.

Sjarif H.D.,R. Tifus perut. Kuliah infeksipenyakit tropik. Bandung. 2001 : hal.1-7 Typhoid Fever, National Center for Infectious Diseases. Division of Bacterial and

Mycotic Diseases. 2001 : hal. 1-4.

Typhoid Fever, United Nations Publications.2000 : hal. 1

Widodo, D.,Hasan, I. Perkembangan diagnosis laboratorium demam tifoid. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. 1999 : hal. 256-26 1.