Identifikasi Kandungan Pemutih Klorin Pada Beras Non Lokal di Pasar Badung.

60

Susunan Dewan Redaksi
Jurnal Chemistry Laboratory

Pelindung
Drs. I Dewa Agung K. Sudarsana, MM
Penasehat
M. Fairuz Abadi, M.Si
Agus Nurcholis, SH, M.Mkes
Adreng Pamungkas, SPd., MM
Ir. Made Sudiari, MM
Silvia Ni Nyoman Sintari, S.Kep., Ns
Ni Wayan Mulati
Penanggungjawab
Made Nursari, SKM., MARS
Ketua Penyunting
Drs. Didik Setiawan, M.Si
Sekretaris
Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, S.Si. M.Si
Penyunting Pelaksana

Shinta Devita Astiti, SKM., M.Epid
Nyoman Sudarma, S.Si | Ida Ayu Manik Parta Sutema S.Farm, Apt
Asisten Penyunting

Sri Idayani, SKM
Nur Vita Purwaningsih, S.S.T | Didik Prasetya, A.Md. AK
Sekretariat
Anak Agung Ayu Eka Cahyani, A.Md. AK | I Made Adi Surya Dananjaya, A.Md. AK
Desain
Shinta Devita Astiti, SKM., M.Epid

Alamat Redaksi :

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur Denpasar-Bali 80239
Tlp. /Fax. : (0361) 427-699
e-mail
: info@stikeswiramedika.ac.id
website : www.stikeswiramedika.ac.id


61

DAFTAR ISI

1. ANALISIS KADAR RHODAMIN B PADA LIPSTIK YANG DIJUAL DI WILAYAH KOTA DENPASAR DENGAN
METODE KLT – DENSITOMETRI
Ni Kadek Erni Hendrayanti, M. Fairuz Abadi, Ida Ayu Manik Partha Sutema ................................. 1-4
2. ANALISIS PESTISIDA ORGANOPHOSPHAT PADA AIR DANAU BERATAN DESA CANDIKUNING
KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI
MASSA
I.B Made Umbara Surya Dharma, Ida Ayu Manik Partha Sutema, I Made Oka Adi Parwata ........ 5-10
3. APLIKASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DALAM PENENTUAN KADAR KARBON
MONOKSIDA PADA SAMPEL DARAH TUKANG PARKIR DI PASAR KRENENG
Ni Kadek Dian Dwi Nova Yanti, Didik Setiawan, I.A Manik Partha Sutema .................................. 11-15
4. APLIKASI TEKNOLOGI MP-AES (MICROWAVE PLASMA ATOMIC EMISSION SPECTROSCOPY) PADA
ANALISIS KADAR MERKURI (HG) DALAM KRIM PEMUTIH WAJAH
Ni Kadek Suartini, M. Fairuz Abadi, Ida Ayu Manik Partha Sutema................................................ 16-19
5. APLIKASI MP-AES 400 UNTUK PEMERIKSAAN KADAR TIMBAL (PB) PADA POLISI LALU LINTAS
Ni Luh Putu Ekayani, M. Fairuz Abadi, Ida Ayu Manik Partha Sutema ........................................... 20-22
6. APLIKASI MOHR PADA PENENTUAN KLORIDA PADA AIR SUMUR BOR DAN AIR PDAM DI TABANAN

Ni Wayan Opiari Damayanthi, I Made Oka Adi Parwata, M. Fairuz Abadi ...................................... 23-26
7. IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAOS PEDAGANG BAKSO DENGAN METODE KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS (KLT)
Anak Agung Ari Pratiwi, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Made Sudiari............................................ 27-32
8. PENENTUAN KADAR SUKROSA PADA NIRA KELAPA DAN NIRA AREN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LUFF SCHOORL
I Komang Diatmika Ari Pradnyana, I Made Oka Adi Parwata, Nyoman Sudarma .......................... 33-37
9. PENERAPAN METODE TITRASI ASAM BASA DALAM PENENTUAN KADAR AMONIA
Ni Luh Yonik Yovirianti, Didik Setiawan, Nyoman Sudarma ........................................................... 38-40
10. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA MINUMAN
PERASAN JERUK SIAM
Desak Made Ermayanti, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Made Sudiari ........................................... 41-45
11. UJI JUMLAH FECAL COLIFORM PADA MINUMAN ES DALUMAN DI PASAR BADUNG
Ni Made Tami Astiti, M. Fairuz Abadi, Adreng Pamungkas ............................................................ 46-49
12. PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK WORTEL TERHADAP PENURUNAN BILANGAN PEROKSIDA
PADA MINYAK GORING JELANTAH
Ni Putu Apsari Wijayanti, I Made Oka Adi Parwata, Ni Luh Nova Dilisca D.P ................................ 50-53
62

13. PENENTUAN KADAR KLORIDA AIR SUMUR GALI DI BANJAR CELUK DESA CELUK GIANYAR SECARA

ARGENTOMETRI
Kadek Pande Novi Astrini, Didik Setiawan, Nyoman Sudarma ....................................................... 54-59
14. IDENTIFIKASI KANDUNGAN PEMULIH KLORIN PADA BERAS NON LOKAL DI PASAR BADUNG
Ni Made Mirariani , I Made Oka Adi P, I.A.Manik Partha Sutema ................................................... 60-64
15. UJI KADAR ZAT ORGANIC DENGAN METODE PERMANGANOMETRI PADA AIR PELINDUNG DAN
TIDAK TERLINDUNG DI KECAMATAN ABIANSEMAL BADUNG BALI
I Putu Aditya Setiawan, M. Fairuz Abadi, Fathol Hadi .................................................................. 65-68

63

IDENTIFIKASI KANDUNGAN PEMUTIH KLORIN PADA BERAS NON LOKAL DI PASAR
BADUNG
Ni Made Mirariani 1, I Made Oka Adi P2, I.A.Manik Partha Sutema1
1STIKES Wira Medika PPNI Bali
2Jurusan Kimia FMIPA Udayana

ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian identifikasi kandungan pemutih klorin pada beras non-lokal di Pasar Badung. Klorin
merupakan zat pemutih yang dilarang penggunaannya pada makanan, sesuai dengan Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan dan memiliki efek toksik yang tinggi terhadap kesehatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif deskriptif dengan reaksi pembentukan warna biru yang
disebut uji Kalium Iodida-Amilum. Sampel diambil secara acak 5 (lima) sampel dari 10 (sepuluh) populasi. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Kimia STIKES Wira Medika Bali. Hasil penelitian menunjukkan 5 (lima) sampel yang diuji negatif
mengandung pemutih klorin. Hal tersebut menunjukkan bahwa produsen telah memperhatikan himbauan pemerintah
dengan tidak menggunakan klorin sebagai pemutih beras.
Kata Kunci : Identifikasi Klorin, Beras, Uji Reaksi Warna Kalium Iodida-Amilum
ABSTRACT
Research has been conducted identifying the content of chlorine bleach on non-local rice at Badung Market. Chlorine bleach
is a substance that was banned for use in foods, according to the Minister Regulation. 722/Menkes/Per/IX/88 on Food
Additives and have a high toxic effects on health. The method used in research is descriptive qualitative method with blue
color-forming reaction is called Kalium Iodida-Amilum test. Samples were taken at random 5 (five) samples of 10 (ten)
populations. The research was conducted at the Laboratory of Medical Chemistry STIKES Wira Medika Bali. The results
showed 5 (five) of samples tested negative containing chlorine bleach. This shows that the producers have noticed the
government's call to not use chlorine as a bleaching of rice.
Keywords: Identification of Chlorine, Rice, Potassium Iodide Test Color Reaction-starch
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Alamat korespondensi

: Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika PPNI Bali
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar-Bali 80239


dan tidak

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan dambaan seluruh
masyarakat di dunia untuk dapat hidup lebih lama.
Usaha-usaha peningkatkan kesehatan terus
menerus diupayakan secara komperhensif. Salah
satunya terjadi kepedulian masyarakat terhadap
makanan ataupun bahan makanan yang
dikonsumsi. Hal ini menjadi motivasi bagi tenaga
kesehatan dan institusi kesehatan untuk peduli
terhadap faktor-faktor penentu kesehatan salah
satunya dibidang makanan (Laksmi, dalam Novita
2009).
Makanan adalah sumber energi satusatunya bagi manusia. Dimana peningkatan
penduduk sebanding dengan jumlah produksi
makanan harus terus bertambah melebihi jumlah
penduduk, agar kecukupan pangan tercapai.
Mengkonsumsi makanan sebagian besar bertujuan
mendapatkan energi untuk dapat bertahan hidup

64

menjadi sakit.

Oleh karena

itu

pengawasan makanan dari segi kualitas dan
kuantitas menjadi sangat penting (Soemirat,2007).
Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
dimana disebutkan bahwa pangan harus bebas dari
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
Di zaman sekarang ini, makanan yang
beredar di pasaran banyak yang tercemar, seperti
beras yang mengandung klorin (pemutih
kain/pembasmi hama) ditemukan di Sumatera

Utara, kerupuk yang menggunakan zat pewarna
tekstil ditemukan di Jawa Tengah, serta masih
banyak produk makanan dan minuman yang
tercemar oleh zat-zat kimia lain yang ditemukan di
masyarakat. Selain karena pertumbuhan penduduk
yang begitu pesat, kebutuhan serta keadaan
ekonomi juga dapat mendorong masyarakat untuk
melakukan
kecurangan-kecurangan
dalam
mengolah makanan (Novita, 2009).

65

Ni Made Mirariani, dkk : Identifikasi Kandungan Pemutih Klorin ...
beras
yang
mengandung
klorin
akan

mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal
(Novita,2009).
Uji organoleptis beras yang mengandung
klorin secara sederhana dapat dilakukan dengan
melihat ciri-ciri beras yang mengandung klorin
seperti, warnanya putih sekali, licin dan tercium bau
kimia. Apabila beras memiliki cirri-ciri yang sama
seperti diatas maka beras perlu diuji secara
kualitatif untuk mengetahui ada atau tidaknya klorin
dalam beras tersebut. Uji kualitatif pada penelitian
ini yaitu dengan menambahkan pereaksi kalium
iodide-amilum, perubahan warna menjadi biru
memperlihatkan adanya klorin pada sampel yang
diuji.
Berdasarkan latar belakang tersebut
peneliti merasa perlu kiranya dilakukan penelitian
sebab melihat tingginya angka impor beras ke
Indonesia dan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dimana beras yang mengandung
pemutih klorin tertinggi pada beras impor serta

melihat efek toksik yang ditimbulkan jika
menggunakan klorin sebagai pemutih beras. Hal
tersebut yang mendasari dilakukan penelitian ini
untuk identifikasi kandungan klorin pada beras non
lokal yang beredar di Pasar Badung.

Sesuai dengan kemajuan teknologi
pangan, penggunaan bahan tambahan pangan
semakin lama semakin meningkat. Untuk
melindungi konsumen terhadap penggunaan bahan
membahayakan
kesehatan,
yang
dapat
penggunaan bahan tambahan perlu diatur, baik
jenis maupun jumlahnya yang digunakan pada
pengolahan pangan. Hanya bahan yang telah diuji
keamanannya yang diizinkan untuk digunakan, dan
mutunya harus memenuhi standar yang ditetapkan.
Selanjutnya pengolahannya harus sesuai dengan

cara produksi yang baik (CPMB: Cara Pengolahan
Makanan yang Baik) atau sesuai dengan maksud
penggunaannya (Cahyadi, 2006).
Dalam memilih beras, tentunya kita
menginginkan beras yang putih, mengkilap, jernih
dan licin. Padahal beras yang alami warnanya putih
kelabu, tidak mengkilap, kesat dan tidak berbau
(Novita, 2009). Untuk meningkatkan penjualan
serta meraup untung yang banyak tidak jarang
ditemukan penggunaan klorin sebagai pemutih
beras, agar beras yang standar medium terlihat
seperti beras berkualitas super. Hal ini dibuktikan
dengan berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) yang dikutip pada Minggu, (05/02/2012),
sepanjang 2011 beras impor sebanyak 2,75 juta
ton. Beras impor terbanyak datang dari Vietnam
yaitu 1,78 juta ton. Sementara beras dari Thailand
sebanyak 938,7 ribu ton.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Rajagukguk pada tahun 2008 baik
secara kualitatif maupun kuantitatif, terdapat kadar
klorin yang relatif tinggi dan berada diatas ambang
batas yang dapat ditolerir oleh tubuh pada empat
merek beras yang dijual di Pasar Sukaramai, kota
medan. Adapun keempat merk beras yang
mengandung klorin tersebut adalah beras Vietnam,
beras Boneka Cantik, beras Kita dan beras Kuku
Balam AA. Dari keempat merk beras tersebut,
kadar klorin tertinggi terdapat pada beras Vietnam
yaitu sebesar 46,098 ppm dan kadar klorin
terendah terdapat pada beras Kuku Balam AA yaitu
sebesar 7,092 ppm (Rajagukguk, 2007).
Zat klorin biasanya digunakan sebagai
pembunuh kuman/desinfektan pada pengolahan
air, tetapi sekarang telah digunakan sebagai bahan
pemutih/pengilat beras, agar beras yang standar
medium seperti beras berkualitas super.
Bahayanya untuk kesehatan baru akan muncul 15
hingga 20 tahun mendatang, khususnya apabila
kita mengonsumsi beras tersebut secara terus
menerus. Zat klorin yang ada didalam beras akan
menggerus usus pada lambung (korosit).
Akibatnya, lambung rawan terhadap penyakit
maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi

BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat
deskriptif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
klorin pada beras dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium secara kualitatif. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Kimia Stikes Wira Medika Bali pada
tanggal 4 Juni sampai dengan 7 Juni 2012.
Populasi adalah beras yang dipasarkan di
Pasar Badung. Populasi adalah seluruh beras yang
dipasarkan di Pasar Badung, baik beras produk
dalam negeri ataupun beras import.
Sampel adalah beras non lokal yang diambil
secara acak dari Pasar Badung. Beras tersebut
dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan klorin yang terdapat dalam
beras tersebut. Analisis kualitatif dilakukan dengan
menggunakan air rendaman beras yang
ditambahkan dengan pereaksi tertentu.
Alat yang digunakan Beaker glass,
Erlenmeyer, Pipet ukur, Pipet tetes, Corong, Kertas
saring, Gelas ukur, Rak tabung, Tabung reaksi,
Batang pengaduk dan Timbangan
Bahan yang digunakan : Amilum 1 %,
Aquadest, Beras, Kalium iodide 10% dan Kontrol
positif (kaporit).

66

Chemistry Laboratory Juli Vol.1 No.1 2014
Analisis klorin secara kualitatif
1. Sampel (beras) ditimbang sebanyak 10 gr.
2. Sampel ditambahkan 50 ml aquadest lalu
dikocok, kemudian ditutup pakai plastik dan
sampel diaduk.
3. Setelah disaring diambil filtratnya 10ml.
4. 2 ml filtratnya ditambahkan asam phospat lalu
dihomogenkan
5. Kemudian menambahkan larutan kalium iodida
10%, tabung dikocok perlahan
6. Tambahkan larutan amilum 1% bila klorin
positif akan terjadi warna biru.

dilakukan secara deskriptif yang disertai tabel dan
pembahasan serta diambil kesimpulan apakah
pemeriksaan klorin pada sampel beras yang
beredar dipasaran memenuhi persyaratan untuk
dikonsumsi disesuaikan dengan Permenkes RI
No.722/Menkes/PER/IX/1988
tentang
Bahan
Tambahan Makanan.
HASIL
Analisis kualitatif pemutih klorin pada
beras dilakukan pada 5 (lima) sampel beras yang
diduga mengandung pemutih klorin. Adapun hasil
pemeriksaan kualitatif pada 5 (lima) sampel beras
dapat dilihat dalam table dibawah ini:

Sesuai dengan jenis penelitian, maka
analisa terhadap data yang terkumpul akan

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Pemutih Klorin pada 5 (Lima) Sampel Beras yang Diperiksa

Nomor

Sampel

Hasil +/- (perubahan warna)

1

Sampel Beras A

Ungu muda (negatif)

2

Sampel Beras B

Ungu muda (negatif)

3

Sampel Beras C

Ungu muda (negatif)

4

Sampel Beras D

Ungu muda (negatif)

5

Sampel Beras E

Ungu muda (negatif)

6

Kontrol Positif

Biru (positif)

Berdasarkan tabel 1. di atas dapat
diketahui bahwa 5 (lima) sampel yang diperiksa
negatif atau tidak mengandung pemutih klorin
(negatif), ditunjukkan dengan tidak terbentuknya
warna biru yang spesifik dari hasil pengamatan
yang terjadi. Hal ini menunjukkan kalau sampel
beras yang diperiksa secara kualitatif negatif atau
tidak mengandung pemutih klorin. Berdasarkan
Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/XI/88,
menyatakan bahwa klorin tidak boleh ada di dalam
makanan.

berkualitas super (Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia,2007).
Pada analisis kualitatif pengambilan 5 (lima)
sampel dilakukan secara acak dimana beras yang
digunakan sebagai sampel bukan merupakan beras
lokal melainkan beras yang berasal dari luar Pulau
Bali. Pemeriksaan diawali dengan persiapan
sampel beras yang digerus dan direndam dengan
aquadest selama 1 malam. Hasil menunjukkan
dapat diketahui bahwa 5 (lima) sampel beras yang
diperiksa negatif atau tidak mengandung klorin. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak terjadi perubahan
warna yang spesifik (biru) saat pemeriksaan
kualitatif dilakukan.
Analisis kualitatif yang telah dilakukan
menyertakan kaporit yang diperlakukan sama
seperti sampel, dimana diharapkan sebagai kontrol
positif mengandung klorin. Hasil pengamatan yang
dilakukan pada kaporit ditemukan hasil positif

PEMBAHASAN
Penggunaan klorin pada beras bertujuan
untuk membuat beras menjadi lebih putih dan
mengkilap agar beras yang
berstandar
medium/rendah terlihat seperti beras yang

67

Ni Made Mirariani, dkk : Identifikasi Kandungan Pemutih Klorin ...
peroksida dan mekanisme lain untuk meregulasi
hidrogen peroksida. Selain itu hidrogen peroksida
juga mudah terurai menjadi air dan oksigen, serta
sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak
meninggalkan residu (Alma dkk, 2012). Hal ini
memungkinkan produsen nakal mulai beralih
menggunakan hidrogen peroksida sebagai pemutih
beras. Penelitian yang dilakukan pada 5 (lima)
sampel beras non local yang diambil di Pasar
Badung memberikan hasil negative. Hal ini berarti
nears yang beredar di Pasar Badung tidak
mengandung pemutih klorin.

mengandung klorin. Hal tersebut ditandai dengan
perubahan warna biru yang terjadi.
Melihat fakta yang tercantum pada latar
belakang penggunaan pemutih klorin pada beras
marak ditemukan pada tahun 2009, kini
penggunaan pemutih klorin pada beras sudah mulai
ditinggalkan. Hal ini menunjukkan bahwa produsen
telah mengikuti himbauan dari pemerintah dimana
klorin tidak boleh ada dalam makanan, sebab klorin
tidak termasuk dalam kelompok pemutih dan
pematang tepung yang diijinkan oleh pemerintah
yang
diatur
dalam
Permenkes
No.
722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan
Makanan, Selain itu jika dilihat dari toksisitasnya
klorin sangat berbahaya jika ada dalam makanan.
Bahayanya untuk kesehatan baru akan muncul 15
hingga 20 tahun mendatang, khususnya apabila
kita mengonsumsi beras tersebut secara terus
menerus. Zat klorin yang ada didalam beras akan
menggerus usus pada lambung (korosit).
Akibatnya, lambung rawan terhadap penyakit
maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi
beras
yang
mengandung
klorin
akan
mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal
(Novita,2009).
Produsen-produsen
yang
tadinya
menggunakan pemutih klorin pada beras, kini
mungkin mencari alternatif pemutih beras yang lain
untuk memperbaiki standart beras dari beras
berstandar medium terlihat seperti beras
berkualitas super. Hal tersebut ditelusuri oleh tim
Reportase
Investigasi
yang
kemudian
dipublikasikan ke masyarakat melalui media
penyiaran pada bulan November 2011. Hasilnya
dari beberapa sampel positif mengandung hidrogen
peroksida. Seperti halnya pemutih klorin, hidrogen
peroksida juga dapat digunakan sebagai pemutih
industri kestas, pulp, dan tekstil selain itu juga
dapat digunakan sebagai desinfektan. Ciri-ciri beras
yang mengandung senyawa ini berupa, beras
berwarna bersih putih dan mengkilap. Ketika beras
telah diolah menjadi nasi, nasi tidak tahan lama dan
cepat basi dibandingkan dengan beras alami tanpa
hidrogen peroksida (Khrisnamurti,2011).
Jika dibandingkan dengan pemutih klorin,
penambahan hydrogen peroksida tidak terlalu
kentara karena tidak berbau zat kimia pada beras.
Pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakteriostatik
dan pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat
bersifat mutagenik dan memungkinkan untuk
menyebabkan kerusakan pada ikatan DNA.
Bagaimanapun, tubuh memiliki mekanisme untuk
perbaikan secara langsung terhadap kerusakan,
sedangkang kemampuan hidrogen peroksida untuk
menimbulkan efek karsinogenik lebih derivat

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Laboratorium Kimia STIKes Wira
Medika tanggal 6 Juni 2012, dapat disimpulkan
bahwa 5 (lima) sampel beras yang diambil di Pasar
Badung negatif atau tidak mengandung pemutih
klorin.
Saran

Setelah melakukan penelitian “Identifikasi
Kandungan Pemutih Klorin Pada Beras Non Lokal
Di Pasar Badung”, maka dalam kesempatan ini
penulis ingin menyarankan:
Bagi masyarakat, hendaknya memperhatikan
ciri-ciri fisik beras yang baik dan sehat.
Bagi produsen, kiranya mempertimbangkan
kembali jika menggunakan klorin sebagai pemutih
makanan khususnya beras, melihat efek toksik
yang tinggi dapat mengganggu kesehatan.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti zat
pemutih lain yang kemungkinan ditambahkan pada
makanan khususnya beras.
KEPUSTAKAAN
Adiwisastra, A . 1989. Sumber, Bahaya Serta
Penanggulangan Keracunan. Penerbit
Angkasa. Bandung.
Adnan, C.A. 2008. Peranan Unsur Klor Dan
Senyawanya Pada Tubuh Manusia. (jurnal
elektronik). Diakses 12 Desember 2011.
http://www.pssplab.com/journal/01.pdf.
Ahmad, A.K, 1990. Budidaya Tanaman Padi.
Penerbit Kanisus. Yogyakarta
Anonimous.2000. Nasi Cepat Tanak (Nasi Instan).
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi IPB.
Vol. 1 No 10 Agst.2000 : 142 : 147
68

Chemistry Laboratory Juli Vol.1 No.1 2014
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.

Stefi. 2007. Beras Putih Berpemutih. Diakses 17
April
2009.
http://www.suarapembaruan.com

Cahyadi , Wisnu, 2006. Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta

Suhardjo,dkk. 1986. Pangan Gizi Dam Pertanian.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Edward. 1990. Klorin (Majalah Semi Populer).
Diakses
23
Mei
2009.
http://www.coremap.or.id

Supardi. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Penerbit Alumni.
Bandung

Fitrah, dkk. 2008. Sejarah Unsur Halogen. Diakses
17
Maret
2010.
http://rumahkimia.wordpress.com

Undang-Undang RI NO.7 Tahun 1996. Tentang
Pangan. Jakarta
U.S, Department of Health and Human Service.
2007. Chlorine. Diakses 22 Juni
2009.http://wwwatsdr.cdc.gov

Hadrian. 1991. Budidaya Tanaman Padi Di
Indonesia. Penerbit sastra hudaya. Jakarta
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras.
Penerbit Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
Laksmi,S.B.2001.
Potensi
dan
Prospek
Bioteknologi dalam Rangka Penyediaan
Pangan Menyehatkan. Fakultas Teknologi
Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Mac Dougal, J.A. 1994. Ekspose Pencernaan Di
Sumut. Diakses 15
juni 2009.
http://www.library.ohiou.edu
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan
Institusi dan Jasa Boga. Penerbit
Bharatara. Jakarta
Novita Sinuhaji, Dian. 2009. Perbedaan Kandungan
Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum Dan
Sesudah Dimasak Tahun 2009. Skripsi
Mahasiswa FKM USU.
Parnomo, A. 2003. Pembuatan Cairan Pemutih.
Penerbit puspaswara. Jakarta
Permenkes
RI
NO.722/Menkes/Per/IX/1988.
Tentang Bahan Tambahan Makanan.
Jakarta
Rajagukguk, P.B. 2007. Analisa Kandungan Klorin
(Cl) Pada Beras Yang Dipasarkan Di Kota
Medan Tahun 2007. Skripsi Mahasiswa
FKM USU.
Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Penerbit
Gajah Mada University Press. Yogyakarta
69