HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENGAJAR GURU DAN KOMUNIKASI INTERAKTIF DENGAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMA NEGERI 1 RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dalam keadaan sehat walaflat dan
dapat melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari serta dapat menyusun tesis ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setu1us-tulusnya
kepada Dosen Pembimbing Bapak Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd dan
Bapak Dr. Mukhtar, M.Pd, yang telah banyak memberi bimbingan dan araban
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
Pertama, Prof. Syawal Gultom, M.Pd, . selaku Rektor Unimed, Bapak

Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed,
Bapak Prof. Dr. M. Badiran., M.Pd dan Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan,
Kedua, Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd., Ibu Prof. Tina

Mariany K, M.A., Ph.D., dan Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. selaku
narasumber yang telah memberikan berbagai masukan pada tesis ini, serta Bapak
dan lbu Dosen serta Staf/Pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan yang telah banyak memberikan kesempatan dan fasilitas belajar selama

penulis mengikuti perkuliahan pada Program Pascasarjana di Universitas Negeri
Medan.
Ketiga, Kepala Sekolah

SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten

Labuhan Batu, beserta seluruh staf yang

t~lah

memberikan izin penelitian bagi

penulis untuk penyelesaian tesis ini.
Keempat, Siswa SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu

yang telah memberi bantuan dan informasi bagi penulis selama melakukan
penelitian.
Kelima, Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana Unimed yang telah

memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam rangka penyelesaian

tesis ini.
Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada suami tercinta beserta anak-anak terkasih yang dengan penuh pengertian,

iii

kesabaran dan kerelaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi dan tesis
ini sesuai dengan waktunya. ·
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu dalam tulisan ini, semoga bantuannya mendapat ridho dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga Tesis · ini bermanfaat bagi pembaca dalam pengembangan ilmu
pngetahuan dan segala sw:nbang saran yang konstruktif akan penulis terima
dengan tangan terbuka.

Medan, Maret 2009

Penulis

ANNIM HASIBUAN


NIM.065020398

iv

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia
(SDM) yang mempunyai tujuan menciptakan manusia kreatif, inovatif dan
bertanggungjawab. Hal ini diyakini mampu memberi manfaat bagi kemaslahatan
masyarakat dan diri sendiri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Melalui
pendidikan diharapkan seseorang akan dapat melakukan tindakan-tindakan yang
bermakna di dalam hidup. Namun kadang dapat terjadi dalam suatu proses
pendidikan, basil belajar yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pendidikan dalam arti proses pembelajaran membawa diri seseorang
sampai ke arab perubahan yang memampukan seseorang mempunyai ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian basil dari proses pembelajaran
adalah pemerolehan basil belajar yaitu bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Salah satu indikator keberhasilan dalam belajar adalah semakin
meningkatnya basil belajar baik dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
seseorang yang terlibat dalam proses pembelajaran terse but.
Untuk menghadapi era globalisasi dan liberarisasi seperti yang terjadi
sekarang ini, banyak hal yang harus dipersiapkan dan harus ada pada diri
seseorang, yaitu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang turut mempengaruhi
peningkatan dan pengembangan kualitas SDM. Persaingan yang makin ketat
berimplikasi pada kesiapan SDM yang menuntut pada kemampuan dan

keterampilan seseorang dalam menempatkan diri pada jajaran standar yang
berlaku secara global.
Pengembangan kemampuan manusia erat kaitannya dengan peluang
berpartisipasi karena mewakili perangkat masukan (.\·et of input) yang menumbuhkembangkan kemampuan manusia. Ini dapat diartikan sebagai keseluruhan
peluang keterlibatan yang dapat diraih oleh individu dan masyarakat, bahkan
dapat menciptakan peluang partisipasi baru yang bermakna bagi seseorang.
Keterlibatan itu, memberi makna bahwa dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat
melakukan apresiasi dengan konteks tertentu.

Kondisi masyarakat yang terus


menerus berubah, memerlukan bukan saja pemahaman, tetapi tindakan dan refleksi
(action and reflection) terhadap tuntutan kondisi ini. Ciri-ciri fleksibilitas,

keterbukaan, berfikir kreatif, berfikir kritis dan ketangkasan (skillful) yang bersifat
kompleks namun cermat terkait dengan media informasi yang makin canggih.
Kepekaan dan kemampuan mengidentifikasi dan mengatasi masalah, serta
kemampuan kerja sama antar manusia dan pasar kerja adalah tuntutan terhadap
kompetensi pembelajaran pada saat ini. Untuk semua itu diperlukan strategi
pembelajaran yang efektif, efisien dan berdaya ·tarik yang teraplikasikan terhadap
bagaimana proses menambah pengetahuan dan keterampilan harus dikembangkan,
sehingga suasana berfikir inovatifmenjadi kebiasaan.
Kemampuan dan keterampilan seseorang dibentuk melalui pendidikan.
Hal ini diperoleh dengan adanya pembelajaran yang berkualitas baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat. Syam (1977) menjelaskan bahwa
pendidikan

mampu

memberikan


pelayanan

(service),

pemberdayaan

2

(empowerment), dan pengembangan (development) pada diri seseorang yang
memampukannya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan. Dapat
diyakini, seharusnya proses pembelajaran di sekolah dapat menciptakan seseorang
menjadi orang yang terpelajar, yang membedakannya dengan pribadi lainnya yang
tidak memperoleh pembelajaran di sekolah. Akan tetapi ada kalanya hasil belajar
tersebut kurang memuaskan diri si belajar secara khusus dan masyarakat
pengguna pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari lulusan sekolah yang masih
kurang mampu melakukan bentuk keterampilan sesuai dengan tuntutan pekerjaan
di lapangan.
Pada dasamya pembelajaran merupakan proses komunikasi untuk
menyampaikan bahan ajar kepada pebelajar. Pembelajaran dikatakan efektif
apabila terdapat kesesuaian antara kondisi dan metode pembelajaran sehingga

diperoleh hasil sebagai bentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diterima
pebelajar sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pendidik. Selain kondisi
yang telah dijabarkan di atas faktor-faktor . yang juga berkaitan dengan hasil
belajar anak didik terutama terletak pada kemampuan pendidik menjabarkan
materi pelajaran kepada siswa dan juga komunikasi yang dilakukan oleh masingI

·,f

masing siswa untuk berinteraksi dengan guru maupun siswa lainnya. Hal ini
disebabkan karena keterampilan-keterampilan yang dipelajari anak didik selalu
membutuhkan suatu bentuk pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan kondisi
baik anak didik maupun lingkungan yang ada agar dapat memperoleh
pembelajaran yang efektif, efisien dan berdaya tarik.

3

Menurut Key (2000) kegiatan belajar mengajar akan efektif jika terdapat
keseimbangan antara content (gagasan, konsep dan prinsip), dengan pengalaman
(peluang menerapkan konsep pada lingkungan) dan feedback (umpan balik atas
keputusan atau tindakan yang diambil pada saat melakukan penerapan pada tahap

pengalaman). Dengan demikian dapat dijelaskan kekurangmampuan seseorang
melakukan tindakan sebagai hasil proses pembelajaran berkaitan dengan
bagaimana kegiatan pembelajaran dilakukan, hendaknya menitikberatkan pada
pengalaman dan latihan agar konsep yang di~lajr

dapat benar-benar dikuasai

oleh pebelajar.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti di lingkungan pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Rantau Selatan, khususnya pada kelas
XI, hampir sebahagian besar siswa belum mampu menguasai kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa SMA secara optimal. Dalam proses pembelajaran
yang dipraktikkan oleh pendidik masih kurang sesuai dengan standar proses
pembelajaran. Mulai dari persiapan sebagai kegiatan awal, kegiatan ini maupun
kegiatan akhir (penutup). Anak didik belum mampu memanfaatkan pendidik
sebagai tempat dan penunjang pembelajaran yang efektif dan optimal.
Bila dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Rantau Selatan selama ini, keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai siswa
disajikan secara monoton yang lebih mengandalkan kemampuan mengajar guru
dengan lebih sedikit memotivasi dan memberikan kesempatan bagi anak didik

untuk berinteraksi aktif sebagai cerminan pengetahuan dan kemampuan anak
didik dalam memperoleh ilmu penegetahuan di kelas. Kurangnya pembelajaran

4

yang mampu membawa anak didik ke arah pembelajaran yang aktif dan kreatif
dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga keterampilan yang telah dipelajari
bel urn 100% dikuasai oleh siswa.
Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan di atas tersebut maka
perlu dilakukan penelitian tentang hubungan. antara kemampuan mengajar guru
dan komunikasi interaktif dengan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas XI
SMA Negeri I Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.

B. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan Jatar belakang masalah di atas dapat. diidentifikasi masalah
yang ada sebagai berikut : Apakah strategi pembelajaran bahasa Indonesia selama
ini telah telah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa? Faktor-faktor apa
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan komunikasi siswa yang
dilakukan siswa secara interaktif di kelas? Strategi pembelajaran apa yang efektif

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di
kelas? Bagaimana kemampuan mengajar guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa? Untuk mencapai tujuan pembelajaran apakah proses pembelajaran
telah dikelola guru dengan. baik? Sejauhmana kontibusi kemampuan mengajar
guru

terbadap pemeroleban basil belajar siswa? Apakah komunikasi yang

dilakukan siswa selama ini telab efektif dalam keterlibatannya dalam proses
pembelajaran? Sejauhmana daya tarik sajian-sajian pembalajaran yang dilakukan
guru agar siswa memberi perhatian dan termotivasi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran? Apakah komunikasi interaktif memberi kontribusi terhadap basil

5

belajar siswa? Apakah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru telah
memberi rasa nyaman dan menyenangkan ?

C. Pembatasan Masalah
Bertitik tolak dari Jatar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yang
berkaitan dengan hubungan antara kemampuan mengajar guru dan komunikasi
interaktif dengan basil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 1
Rantau Selatan. Masing-masing variabel penelitian ini dibatasi pada:
1.

Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa merupakan kemampuan siswa dalam
menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil belajar ini diperoleh
dari tes hasil belajar Bahasa Indonesia yang diujikan kepada siswa dengan
merujuk pada indikator-indikator yang telah ditetapkan sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMA kelas XI berdasarkan
ranah kognitif menurut taksonomi Bloom yang dibatasi pada aspek
pengetahuan (Cl), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

2.

Kemampuari mengajar guru dibatasai pada kom~ensi

yang dimiliki guru

dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Kemampuan mengajar guru
diukur melalui angket yang diberikan pada siswa dengan yang dibatasi pada
kemampuan guru dalam memahmi karakteristik peserta didik, kemampuan
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, menegadakan evaluasi,
pengembangan peserta didik, dan penguasaan materi pelajaran.

6

3.

Komunikasi interaktif adalah bagaimana cara siswa berkomunikasi secara
aktif dengan orang-orang yang ada di · sekitar lingkungannya. Komunikasi
interaktif siswa ini diukur melalui angket yang diberikan pada siswa yang
dibatasi pada cara siswa bergaul dengan guru, cara siswa berinteraksi
dengan siswa lain, berglml dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat
di sekitarnya, komunikasi dalam berdiskusi, dialog dan tanya jawab, serta
saling tukar menukar iriformasi.

D. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan kemampuan mengajar guru dengan basil belajar
Bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten
Labuhan Batu?
2. Apakah terdapat hubungan komunikasi interaktif dengan dengan basil belajar
Bahasa Indonesia siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten
Labuhan Batu?
3. Apakah terdapat hubungan kemampuan mengajar guru dan komunikasi
interaktif dengan dengan basil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu?

7

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara :
1. kemampuan mengajar guru dengan hasil bela:jar Bahasa Indonesia siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu?
2. komunikasi interaktif dengan dengan hasil belajar Bahasa Indonesia
siswakelas XI SMA Negeri I Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu?
3. kemampuan mengajar guru dan komunikasi interaktif dengan dengan basil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan
Kabupaten Labuhan Batu?

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini dihai'apkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang berkaitan dengan pengembangan pengelolaan pembelajaran di kelas. Selain
itu penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya sumber
kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian
lebih lanjut pada masa yang akan datang.
Secara praktis basil penelitian juga. diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam mengoptimalkan pengelolaan kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Selanjutnya diharapkan dapat
memberi umpan balik dan bahan evaluasi bagi guru-guru Bahasa Indonesia dalam
mengelola kegiatan pembelajaran.

8

BABY
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari basil pengujian hipotesis penelitian yang diajukan terbukti bahwa
variabel kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif, baik secara sendiri maupun
secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu dari jabaran hasil perhitungan dan pengujian hipotesis seperti
dikemukakan pada bab terdahulu dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Pertama, kemampuan mengajar mempunyai hubungan positif dan signifikan
terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMA Negeri I Rantau Selatan
Kabupaten Labuhan Batu. Dari hasil perhitungan dapat diketahui besamya kekuatan
hubungan tersebut yang diperlihatkan oleh besamya koefisien korelasi, koefisien
determinasi dan persamaan regresi hubungan antara kedua variabel. Hal ini
menunjukkan bahwa makin baik kemampuan mengajar, maka akan makin
meningkatkan basil belajar Bahasa Indonesia siswa ..
Kedua, komunikasi interaktif mempunyai hubungan yang positif terhadap
hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SMA Negeri I Rantau Selatan Kabupaten
Labuhan Batu. Dari basil perhitungan dapat diketahui besamya kekuatan hubungan
tersebut yang diperlihatkan oleh besarnya koefisien korelasi, koefisien determinasi
dan persamaan regresi hubungan antara kedua variabel. Hal ini menunjukkan bahwa

64

makin tinggi komunikasi interaktif pada diri siswa, maka akan makin meningkatkan
hasil belajar Bal1asa Indonesia siswa .
Ketiga, kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif secara bersama-sama
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Bahasa
Indonesia. Dari hasil perhitungan dapat diketahui besarnya kekuatan hubungan
tersebut yang diperlihatkan oleh besamya koefisien korelasi, koefisien determinasi
dan persamaan regresi ketiga variabel. Hal ini menunjukkan bahwa makin
positif/tinggi kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif secara bersama-sama,
maka akan makin meningkatkan basil belajar Bahasa Indonesia siswa .
Keempat, menurut basil analisis korelasi parsial diketahui jika salah satu
variabel bebas dikeluarkan atau diabaikan (dianggap) konstan, maka akan
menurunkan besaran koefisien korelasi dan makin tidak signifikan hubungan antar
variabel yang terlibat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua variabel yakni
kemampuan mengajar dan keterbukan terhadap saluran komunikasi tidak boleh saling
diabaikan. Keduanya berkontribusi secara sa11la untuk meningkatkan basil belajar
Bahasa Indonesia.
Dari hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan
mengajar, komunikasi interaktif dan basil belajar Bahasa Indonesia SMA Negeri I
Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu, yang menjadi objek penelitian ini tergolong
dalam kategori sedang. Ini terbukti dengan skor ideal sebagian besar para siswa yang
berada pada kategori sedang. Dalam hal ini kemampuan mengajar, komunikasi
interaktif dan basil belajar Bahasa Indonesia berada pada kategori cukup.

65

Selanjutnya basil penskoran dari perolehan data kemampuan mengajar,
responden yang memiliki skor tertinggi sebanyak 5 orang atau 12,5 % dari responden
yang diteliti dan terendah 2 orang atau 5,00% dari responden yang diteliti. Hubungan
parsial kemampuan mengajar dengan hasil belajar Bahasa Indonesia adalah positif
dengan

fyJ2 =

0,44 ·. Hal ini juga terungkap dari uji keberartian antara keduanya,

dimana

ft.itung

> tabel· Sedangkan kontribusi yang dilihat dari koefisien detenninasi

variabel kemampuan

mengaj~

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia sebesar

19,36%.
Berdasarkan hasil perolehan data komunikasi interaktif, responden yang
memiliki skor tertinggi sebanyak 2 orang atau 5% dari seluruh responden yang diteliti
dan memiliki skor terendah 3 orang atau 7,5% dari responden yang diteliti. Hubungan
komunikasi interaktif dengan basil belajar Bahasa Indonesia adalah positif dengan
fy2J

= 0,41. Hal ini juga terungkap dari uji keberartian antara keduanya, dimana trumng

> ftabeL Sedangkan kontribusi parsial yang dilihat dari koefisien determinasi variabel

komunikasi interaktif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia sebesar I 6,21 %.
Dari hasil penskoran dari perolehan data hasil belajar Bahasa Indonesia,
responden yang memiliki skor tinggi tidak ada atau 0 % responden yang diteliti dan
skor terendah sebanyak 10 orang atau 25% dari responden yang diteliti. Hasil belajar
Bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang positif dengan kemampuan mengajar
dan komunikasi interaktif secara bersama-sama adalah positif dengan Ry = 0, 94. Hal
ini juga terungkap dari uji keberartian persamaan regresi ganda dimana Fhitung > FtabeL
Sedangkan kontribusi yang dilihat dari koefisien detenninasi variabel kemampuan

66

mengajar dan komunikasi interaktif

secara bersama-sama dengan hasil belajar

Bahasa Indonesia sebesar 92 %.
Dari hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan terdapat
hubungan parsial yang positif antara kemampuan mengajar dengan hasil belajar
Bahasa Indonesia. Kadar hubungan antara keduanya ditunjukkan oleh koefisien
korelasinya sebesar ry 1 = 0, 43 sumbangannya sebesar 18,49%. Hal ini berarti bahwa
18,49% variasi kecenderungan kemampuan mengajar dapat meramalkan atau
menjelaskan hasil belajar Bahasa Indonesia.
Hasil analisis korelasi

dan regresi sederhana juga menunjukkan terdapat

hubungan positif antara komunikasi interaktif dengan hasil belajar Bahasa Indonesia.
Kadar hubungan antara keduanya ditunjukkan oleh koefisien korelasinya sebesar ry.2
= 0, 41 dan sumbangannya sebesar 16,81%.

Hal itu berarti 16,41% variasi yang ·

terjadi dalam kecenderungan basil belajar Bahasa Indonesia dapat diramalkan atau
dijelaskan oleh komunikasi interaktif siswa melalui persamaan regresinya.
Paparan yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa ketiga hipotesis
penelitian yang diajukan diterima, yaitu kemampuan mengajar dan komunikasi
interaktif secara parsial maupun secara bersama-sama mempunyai hubungan yang
positif dengan hasil belajar Bahasa Indonesia.

67

B. Implikasi Hasil Penelitian
Usaha meneliti sebenarnya ingin membuat keputusan dari apa yang seharusnya
(das sein) terjadi sebagai kajian teoritik dengan membandingkan kenyataan dari apa
adanya (das sollen). Implikasi basil penelitian ini sebenarnya ingin mengungkapkan
bahwa dalam rangka mewujudkan hasil belajar Bahasa Indonesia dikalangan para
siswa didukung oleh dua variabel bebas, yakni kemampuan mengajar dan komunikasi
interaktif siswa.
Upaya untuk mengungkapkan seberapa besar korelasi serta determinansi
(kontribusi) dalam penelitian ini akan memberikan nuansa kajian teoritik sejalan
dengan fakta dalam kenyataan empiris. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode ilmiah seperti yang

mengikuti alur berpikir yang

berintikan proses logika hipotetika. Gambaran inilah yang menjadi dasar dalam
menganalisis implikasi dari penelitian ini.
Selain basil penelitian yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini masih
mempunyai sejumlah implikasi yang penting terbadap upaya meningkatkan basil
belajar Bahasa Indonesia. Seorang akan dapat melaksanakan hasil belajar dengan
baik, memerlukan berbagai peningkatan dalam belajar agar basil yang didapat
optimal dan agar pemeroleban basil belajar relatif baik. Hal ini menjadikan seorang
siswa akan terampil, terampil dalam sesuatu hal itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi memerlukan peningkatan dan usaha menjadi mahir dalam menghadapi masalah
yang berhubungan dengan permasalahan belajar yang dihadapi.

68

Dalam hal peningkatan basil belajar Bahasa Indonesia adalah sangat penting
bagi seorang siswa, agar mampu terampil sebagai dampak dari perolehan hasil belajar
sebagai bentuk dalam usaha .pengembangan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu perlu ditingkatkan kemampuan dalam mengantisipasi masalah yang
dihadapinya termasuk dalam hasil belajar Bahasa Indonesia. Konsekuensi logisnya
siswa harus banyak membaca, menambah . ilmu dalam rangka memperluas dan
memperdalam pengetahuannya khususnya dalam berbahasa ..
Berdasarkan analisis deskriptif terhadap masing-masing varia bel yang diteliti,
yaitu kemampuan mengajar, komunikasi interaktif

dan basil belajar Bahasa

Indonesia, diketahui bahwa rata-rat nilai dari ketiga bidang itu hanya digolongkan ke
dalam kategori sedang. Oleh karena itu, upaya peningkatan ketiga bidang tersebut
sangat diperlukan, khususnya tentang kemampuan dalam basil belajar Bahasa
Indonesia, hendaklah tidak menekankan pada segi basil (out come) siswa saja, tetapi
harus ditingkatkan pula segi proses dalam belajar. Karena siswa di sekolah pada
intinya Jebih ditekankan pada keterampilan proses.
Kuatnya hubungan antara kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif
yang tercermin dari besamya koefisien korelasi (Ryt2) sebesar 0,94 dan besarnya
kontribusi (angka sumbangan yaitu sebesar

92%) menunjukkan bahwa secara

bersama-sama kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif

dapat menjadi

prediktor yang baik bagi basil belajar Bahasa Indonesia. Dengan temuan basil
penelitian ini, maka dapat dikataka:n bahwa ·pengembangan hasil belajar Bahasa
Indonesia dapat dilakukan melalui peningkatan

kemampuan mengajar guru dan

69

besarnya

komunikasi

interaktif

pada

diri

seseorang.

Dengan

demikian

pengembangan kedua variabel bebas tersebut menjadi bagian penting dalam
pencapaian hasil belajar siswa, khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Terlebih pada kemampuan mengajar yang telah dikemukakan pada
kesimpulan, terbukti memberikan kontribusi (si.Jmbangan) yang lebih besar kepada
hasil belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut berbeda dengan praktik siswa di sekolah
yang sering kurang memberikan perhatian dan pelatihan yang memadai untuk
peningkatan kemampuan siswa dalam hal hasil belajar Bahasa Indonesia.
Persentase dari sumbangan sebesar 92 % menunjukkan bahwa sumbangan
kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif secara bersama-sama kepada hasil
belajar Bahasa Indonesia, sekaligus mengimplikasikan bahwa masih terdapat aspek
pendukung hasil belajar Bahasa Indonesia yang belum terjelaskan dalam penelitian
ini. Artinya agar dicapai hasil yang optimal dalam pemgembangan atau peningkatan
hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa sekolah kejuruan, tidak dapat dilakukan
hanya melalui pada kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif saja. Melainkan
masih terdapat komponen lain yang tumt membentuk mendukung itu bertalian
dengan faktor sikap senang mebac~

faktor memahami materi pelajaran, faktor jenis

kelamin, faktor sosial ekonomi, atau faktor siswa seperti tidak tepatnya memilih
metode megajar dan strategi siswa yang dipilih, faktor penilain yang kurang tepat dan
lain-lain.
Derajat pentingnya kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif siswa
tehadap basil belajar Bahasa Indonesia juga dapat dilihat dari nilai koefisien regresi

70

kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif

adalah berarti. Kemampuan

mengajar guru dapat mengantarkan anak didik ke pemerolehan hasil belajar yang
diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Namun pembelajaran
yang berlangsung selama ini di perguruan tinggi-perguruan tinggi diragukan dapat
menjawab tantangan kehidupan di masa yang akan datang.
Perubahan yang diakibatkan oleh belajar adalah perubahan perilaku atau
tingkah laku yang meliputi tiga kawasan yaitu; kawasan kognitif, kawasan
psikomotor, dan kawasan afektif. Jadi seseorang dikatakan belajar apabila terjadi
perubahan tingkah laku pada dirinya baik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Perubahan tingkah laku yang dimaksudkan adalah perubahan yang dapat diamati dan
diukur. Untuk itu perlu merencanakan kegiatan pembelajaran dan diperlukan pegajar
yang memiliki pengetalman kompetensi yang dalam untuk terampil dalam mengajar.
Kemampuan mengajar guru adalah merupakan suatu bentuk kemampuan
untuk mengelola kegiatan belajar mengajar sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran. Kondisi guru merupakan faktor yang mempengaruhi dampak metode,
dan karena itu penting untuk menentukan metode. Hasil pembelajaran merupakan
berbagai akibat yang dapat dipakai untuk mengukur kegunaan berbagai macam
metode dalam berbagai kondisi.
Di samping itu, komunikasi interaktif adalah merupakan kemampuan yang
baik dalam hubungan antar pribadi yang sungguh-sungguh dan terbuka, mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pandangan mereka, dan
bagaimana kepekaan siswa berhadapan dengan bahan atau penyajiannya, mendorong

71

siswa untuk kreatif dan bebas dalam mempertanyakan atau mendiskusikan bahan
pelajaran.
Dalam upaya mengembangkan maupun meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia, para guru hams lebih memperhatikan bimbingan terhadap kedua bidang
tersebut. Tidak dapat diabaikan salah satu bidang pendukung hasil belajar Bahasa
Indonesia saja, tetapi keduanya sama-sama mempunyai peran yang penting, saling
melengkapi satu sama lain terhadap peningkatan kemampuan belajar bagi setiap
siswa.
Untuk memeproleh hasil belajara yang tinggi siswa harus banyak membaca
buku Bahasa Indonesia maupun wacana-wacana lain dalam rangka memperluas dan
memperdalam pandangan serta wawasan keilmuannya. Buku-buku referensi untuk
keperluan di atas saat ini sudah banyak ditulis oleh pengarang dengan maksud agar
para siswa atau siswa akan makin menerapkan hasil belajar Bahasa Indonesia.
Dengan demikian dalam belajar tersebut siswa dapat menyesuaikan antara tujuan
yang ingin dicapai dengan strategi pembelajarannya. Strategi-strategi dalam hasil
belajar Bahasa Indonesia ini akan efektif diterapkan apabila siswa atau siswa memang
sudah terbiasa terlatih melalui bimbingan dalam kelompok belajar siswa secara
terprogram dan terarah.
Berkaitan dengan peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, bukanlah
semata-mata penekanannya pada siswa agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajarkan, cenderung lebih bersifat menguji daripada belajar. Hasil belajar
Bahasa Indonesia akan membawa siswa untuk berbuat terampil dalam setiap

72

memahami isi materi pelajaran, dalamhal ini baik proses dan memahami isi materi
pelajaran lebih diutamakan.
Dengan melihat begitu luasnya sistem yang mempengaruhi hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa, maka kiranya sangat tepat pentingnya upaya peningkatan
ketiga bidang dalam penelitian ini, berdasarkan analisis deskriptif nilai rata-ratanya
masih tegolong sedang atau cukup
Perbedaan rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam penelitian ini relatif kecil,
namun alangkah baiknya apabila diupayakan peningkatan ketiga variabel tersebut
lebih Ia. Oleh karena itu salah satu implikasi hasil penelitian ini adalah bahwa
peningkatan

atau

pengembangan

variabel

dalam

penelitian

ini

perlu

mempertimbangkan beberapa asumsi berikut ini.
Pertama dari analisis deskriptif terhadap ketiga variabel

penelitian yang

diteliti, kenyataan bahwa rata-rata nilai komunikasi interaktif rendah dibanding
dengan rata-rata nilai yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan cakupan materi
komunikasi interaktif lebih rnmit, atau kemungkinan lainnya ada beberapa diantara
cakupan materi bel urn pemah ditemui keran bersifat akasemis.
Kedua, kenyataan bahwa rata-rata nilai kemampuan mengajar pada urutan
kedua. Hal ini kemungkinan para siswa sudah terbiasa atau sering menjumpai topiktopik yang berkaitan dengan bidangnya. Karena apabila seseorang berminat tehadap
sesuatu hal, pasti akan mengorbankan yang lain untuk mencapai kepentingannya itu,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah itu walaupun berat tidak
menjadi beban, tetapi akan dilakukan dengan senang hati. Begitu pula seseorang yang

73

mempunyai minat yang tinggi untuk , maka segala sesuatunya yang berhubungan
dengan pekerjaannya akan dilakukan dengan rasa senang hati dan penuh rasa
tanggungjawab.
Ketiga, bahwa ratHata nilai basil belajar Bahasa Indonesia mendapatkan nilai
tertinggi. Oleh kerena itu

upaya untuk mengembangkan hasil belajar Bahasa

Indonesia perlu ditingkatkan, .khususnya pada siswa di skoalh dasar. Karena untuk
menjadikan seseorang dapat belajar dengan terampil dan mahir perlu adanya
dukungan beberapa faktor, misalnya masalah pengetahuan yang didapat secara umum
dan khusus terutama masalah tentang kemampuan mengajar, yang mana akan
menjadi gambaran atau pola bagaimana seharusnya seorang siswa itu belajar dengan
baik, efektif dan efesien. Disamping faktor tersebut masalah minatpun kiranya
memegang faktor yang sangat penting pula. Karena segala sesuatu yang kuat atau
minat, beegitu pula seseorang yang berminat menjadi jadi siswa, maka mereka akan
melaksanakan tugasnya dengan senang hati.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, upaya peningkatan kemampuan dalam
hal hasil belajar Bahasa Indonesia dapat ditempuh melalui peningkatan aspek tentang
kemampuan

mengajar

dan

komunikasi

interaktif

. Hal-hal

yang

perlu

dipertimbangkan untuk peningkatan aspek dalam bidang kemampuan mengajar ialah
peningkatan adanya buku-buku sumber bagi siswa, penataran tentang adanya
perbaikan kurikulum; seminar tentang peningkatan mutu pendidikan. Yang mana
setiap saat terjadi perubahan dalam dunia pendidikan tentang program dan kebijakan

74

pemerintah dalam menghadapi era globalisasi, yang mana sedikit banyak
berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Peningkatan pengetahuan siswa sangat diperlukan, karena siswa adalah
sebagai ujung tombak pembaharuan dalam dunia pendidikan. Makin hari tugas siswa
makin berat, bahkan siswa selalu ketinggalan ·dengan anak didiknya dalam
pengetahuan dunia sekitar. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi oleh sebab ·
itu untuk mengantisipasi dalam kemajuan dalan bidang teknologi tesebut, telah
banyak ditempuh oleh pemerintah dalam hal peningkatan pengetahuan siswa,
terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah kependidikan. Misalnya, melalui
siaran radio pendidikan, penataran tertulis, kelompok belajar, terutama pada siswa
yang berada pada daeral1 yang terpencil, hal ini sangat dirasakan karena adanya
hambatan yang ada dalam masalah komunikasi.
Di samping kemampuan mengajar yang perlu ditingkatkan oleh para siswa
yang berkaitan erat dengan masalah belajar. Maka masalah komunikasi interaktif,
juga memegang peranan yang sangat .penting dalam menciptakan SDM bagi kalangan
pendidik. Dengan adanya komunikasi interaktif seperti telah dikemukakan
sebelumnya seseorang aka berbuat atau bertindak dengan rasa senang, tidak merasa
tertekan pada sesuatu dikerj~an

dengan rasa senang hati, dan individu cenderung

akan mengasampingkan pekerjaan yang lain.
Faktor utama yang mendukung atau yang mempunyai kontribusi atau
sumbangan yang sangat erat dalam masalah hasil belajar Bahasa Indonesia, dalam
penelitian ini adalah kemampuan mengajar dan komunikasi interaktif.

75

C. Saran
Berdasarkan uraian yang termuat dalam implikasi basil penelitian di atas,
dapat diajukan beberapa saran seperti di bawah ini.
Pertama, bahwa kemampuan mengajar pada siswa perlu ditingkatkan melalui
pelatihan dan bimbingan, penataran ataupun lokakarya dan sebagainya. Sedangkan
komunikasi interaktif perlu ditingkatkan melalui potensi diri yang ada pada setiap
siswa, hal ini untuk menambah dan memupuk rasa percaya diri dalam hal pencapaian
tujuan pembelajaran. Sedangkan pada hasil belajar Bahasa Indonesia perlu
mendapatkan perhatian yang khusus agar siswa dapat belajar dengan terampil maka
perlu pelatihan yang intensif, karena setiap saat metode dan penemuan barn dalam
bidang teknologi pendidikan selalu berkembang dan berubah, sehingga kurikulum
juga berubah, sehingga pada gilirannya akan menjadikan seorang yang handal dan
mampu, serta terampil dan akhirnya akan berpengaruh yang baik terhadap mutu
keluaran atau lulusan sekolah kejuruan.
Kedua, pada umumnya sisiwa memiliki karekteristik ataupun kemampuan
yang beragam, oleh karena itu para guru, perlu menyesuaikan metode dan teknik
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran agar dapat dengan mudah
diterima oleh para siswa. Dengan demikian dalam diri para siswa. atau para siswa
timbul semangat dan gairah untuk meningkatkan basil belajar siswa dengan baik.
Ketiga, penelitian ini · telah mengungkapkan dua faktor yang berhubungan.
dengan basil belajar Bahasa Indonesia. Namun masih banyak faktor lain yang belum
terungkap dalam penelitian ini yang diduga memiliki kontribusi yang berarti terhadap

76

basil belajar Bahasa Indonesia. Hal ini memberikan peluang yang luas kepada peneliti
lain untuk melaksanakan pengembangan penelitian lebih lanjut. Untuk itu basil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan banding dari segi teknis
maupun temuannya bagi para peneliti selanjutnya.

77

. DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Arismanti, Y. (Maret, 2000). Penggunaan buku besar (big book) dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa anak (dengar-cakap-baca-tulis) di
TK. Jurnal Pendidikan. Volume 3. Nomor 1. Jakarta: Lembaga Penelitian
UT
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D.R (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arni,M. (2001). Koinunikasi organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ary, D., Jacobs, L.C., Razavieh, A (1982). Pengantar penelitian dalam pendidikan.
(Penerjemah: Furchan, A). Surabaya: Usal1a Nasional.
Blomm, S.B. (1979). Taxonomy of educational objectives, Book Cognitive Domain.
London: Longman Group Ltd.
Buzan, T. (2002). Sepuluh cara jadi orang yang jenius kreatif Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Cangara, H. (1998). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Depdiknas (2002). Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang
Depdiknas.
Depdiknas (2005). Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas
De vito, J.A (1997). Komunikasi Antar Manusia (terjemahan), Jakarta: Professional
Books
De Vito, Joseph H. The Interpersonal Communication Book. Person Education.
Inc.2004
Dick, W. dan Carey, L. (1996). The systematic design of instruction. (4 1h ed.). New
York: Harper Collins Publishers.

78

Driscoll, M.P. (1984). Psyho/ogy of Learning for instruction. Boston : Allyn And
Bacon
Dimyati, Mudjiono. (1999). Be/ajar dan pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta.
Effendy, O.U. (1997). Ilmu komunikasi: Teori dan praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O.U.(J 989). Kamus Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ferguson, A.G. (1981). Statistical analysis in psychology and education .. (Edisi V).
Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Fisher, B.A. (1986). Teori-teori komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gagne, M.R. (1977). The condition of learning. USA: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, R.M, dan Briggs, L.J (1979), Principle ofinstructiona/ design. New York :
Holt, Rinehart and Winston.
Gagne' R. M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New
York: Rinehart and Winston.
Gagne dan Berliner (1984). Educational Psychology. New York :Holt, Rinehart and
Winston.
Gagne' R. M. (1987). Instructional Technology: Foundations. Hillsdale, N. J.:
Erlbaum Associates, Publishers.
Gagne' R. M., Briggs, L. J., dan Wagner, W. W. (1988). Principles of Instructional
Design. New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc.
Gredler B, M . E. (1991). Be/ajar Membelajarkan. Munandir (Alih Bahasa). Seri
Pustaka Teknologi Pendidikan No. 11. Jakarta : Rajawali.
Gustafson, Kent L. (1981). Survey oflnstrucyional Development Models. Syracuse,
NY: Eric IR Document.

79

Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Be/ajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja
Rosda Karya.
Hawadi, R.A. (2001). Psikologi perkembangan anak. Mengenal stfat, bakat, dan
kemampuan anak. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Heinich, R., Molenda, M ., & Russell, J.D. (1989). Instructional media and the new
technologies of instruction. 3th ed. New York: Macmillan Publishing
Company.
Howell J.J dan Silvey. Interactive multimedia training systems dalam Craig R.L.
(1996). The ASTD Train~
and development handbook. A gudie to human
resources development. 4 ed. New York: McGraw-Hill. p.549
Joyce, B.R. (1991). Models of teaching. Fourth Edition. Boston-London- Toronto·
Sydney- Singapore: Allyn and Bacon Pulishers.
Laurillard, D. (1994). Multimedia and the changing experience of the learner. Asia
Pacific Information Technology in Training and Education Conference and
Exhibition, Brisbane: Juni 28- July 2.
Lowery, S. A. dan DeFieur, M. L. (1995). Milestones in mass communication
research: Media effects. (3rd edition). White Plains, NY: Longman.
Ludlow, R dan Panton, F. (1996). Komunikasi ejektif; YO!:,'Yakarta : Andi
Munandar, U.C.S. (1999). Mengembangkan hakat dan kreativitas anak sekolah.
Penuntun bagi guru dan orang tua. Jakarta: Grasindo.
- - - - - - - (2002). Kreativitas dan keberbakatan. Strategi mewujudkan
potensi kreatif dan bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
McBEath, R.J, Lassen, J. (1992). Performance testing. Instructing and evaluating in
higher education. A guidebook for planning learning outcomes. (Editor:
McBEath). New Jersey: Educational Technology Publication.
McLeod Jr, R. (2001). Si.~tem
informasi manajemen, Hendra Teguh (terjemahan). Ed.
7. Jilid I. Jakarta: PT. Prenhallindo.

80

Nurhadi (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nur, M. (I 998). Psiko/ogi pendidikan: fondasi. untuk pengajaran dan teori-teori
perkembangan. Surabaya. PPS Universitas Negeri Surabaya.
Pace, R. W. dan Faules, D. F. (1993). Organizations Communications. Published by
Allyn and Bacon
Reigeluth, M.C. (1983). Instroctional-design theories and models: an overview of
their current status: New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Romizowski, Aj. (1981). Design Instructional System. New Romizowski, Aj. 1981.
Design Instructional System. New York: Nichol Publishing Company.
Ruslan H. (2001). Model Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Balai
Pustaka. ·
Slameto (2003). Be/ajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan
keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
G. E. (1974). Learning Theory, Instroctional Theory
Psychoeducational Design. New York: Me, graww-Hill Inc.

Snellbecker,

and

Sudjana. (1994). Desain dan ana/isis eksperimen. (Edisi III). Bandung: Tarsito.
--'-- (1992). Metode statistika. (Edisi V). Bandung: Tarsito.
Sudjana, N., Rivai, A. (1989). Teknologi pengqjaran. Bandung: Sinar Bam.
Suparman, A. (1997). Desain instruksional. Jakarta: PAU UT dan Depdiknas.
Supriadi, D. (1994). Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan JPTEK. Bandung:
Alfabeta.
Suryobroto, B. (1983). Sistem pengajaran dengan modul. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Soekartawi. (1995). Meningkatkan e.fektivitas mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tung, K.Y. (2000). Pendidikan dan riser di internet. Jakarta: Dinastindo.

81

_ _ _ _ (2006). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guro dan Dosen. Jakarta: Eka Jaya
Wiryawan dan Norhadi. (1999). Strategi Be/ajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Zainul, A., Nasotion, N. (1997). Penilaian hasil be/ajar. PEKERTJ. Jakarta: PAUPPAI UT.

82