PERANAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN EKSTRAUNIVERSITER SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK MAHASISWA DALAM MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK WARGA NEGARA INDONESIA : Studi Deskriptif terhadap Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat Universitas

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku

Budiardjo, M. 1982. Partisipasi dan Partai Politik (Sebuah Bunga Rampai). Jakarta: PT Gramedia

Budiardjo, M. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmawan, C. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Etzioni, A. 1985. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).

Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Erea Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Harrison, L. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta : Kencana.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kartono, K. 2009. Pendidikan Politik sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung : Mandar Maju.

Kencana, I. 2005. Filasafat Politik. Bandung: Mandar Maju. Nasution, S. 2009. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, M. 2007. Landasan Kependidikanan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rinek Cipta.

Prasetyantoko, dkk. 2001. Gerakan Mahasiswa Demokrasi di Indonesia. Bandung: PT Alumni.

Rohman, A. Dkk. 2009. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan. Malang : Program Sekolah Demokrasi bekerjasama dengan Averroes Press.

Rush, M dan Phillip Althoff. 2011. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


(2)

Sadeli, Elly H, dkk. 2009. Bedah Buku Political Education dari Robert Brownhill dan Patricia Smart. Bandung: Kencana Utama.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: CV ANDI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta CV.

Suhelmi, A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukardjo, M. Dan Ukim Komarudin. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Surbakti, R. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suwarno, W. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Syaripudin, T. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Wibowo. 2011. Budaya Organisasi Sebuah Kebutuhan untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Winardi. 2011. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wuryan, S. dan Syaifulloh. 2008. Ilmu Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Sumber internet

Alfatih, F.N. (2009). Organisasi EkstraKampus Menuju Pendewasaan Politik.[Online].

Tersedia:http://fajaralayyubi.wordpress.com/2009/08/23/organisasi-ekstra-kampus-menuju-pendewasaan-politik/

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi [Online]. Tersedia: http://dikti.go.id/Archive2007/OrgMhs.html

Nasution, M. A. 2011. Peranan Mahasiswa dalam Peradaban Indonesia. [Online].

Tersedia:http://www.detiknews.com/read/2011/06/20/120017/1663821/47 1/peranan-mahasiswa-dalam-peradaban-indonesia


(3)

Purnama, G. Y.(2008). Peran Fungsi dan Posisi Mahasiswa.[Online]. Tersedia:http://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-mahasiswa/

Ressay.(2009). Berpoligami dengan Organisasi Intra dan Ekstrakampus [Online]. Tersedia:http://ressay.wordpress.com/2009/11/23/berpoligami-dengan-organisasi-intra-dan-ekstra-kampus/ (Berpoligami dengan Organisasi Intra dan Ekstra Kampus

Setiawan, A. (2011). Organisasi Kemahasiswaan Intrakampus. [Online]. Tersedia:http://cerkul.blogspot.com/2011/09/organisasi-kemahasiswaan-intra-kampus.html Organisasi kemahasiswaan intra kampus

Sumarno, A. (2011) Organisasi Kemahasiswaan sebagai Wahana untuk Membangun Karakter Pemimpin. [online].

Tersedia: http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/organisasi-kemahasiswaan-sebagai-wahana-untuk-membangun-karakter-pemimpin Wikipedia. (2011). Organisasi Mahasiswa di Indonesia. [Online].

Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_mahasiswa_di_Indonesia (Organisasi mahasiswa di Indonesia)

Wikipedia. (2012). Perguruan Tinggi. [Online].

Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi

Sumber dokumen

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sumber skripsi

Kosasih. 2011. Peran Organisasi Kemahasiswaan sebagai Laboratorium Pendidikan Politik Mahasiswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mubarok, A. I. 2008. Pengaruh Pendidikan Politik di Organisasi Kemahasiswaan terhadap Tingkat Partisipasi Politik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa GMNI dan HMI di UPI Bandung). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konstitusi negara Indonesia yaitu Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) dan (3) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sudah sangat jelas bahwa pemerintah Indonesia harus memprioritaskan jalannya pendidikan di negara Indonesia ini, karena pendidikan adalah suatu tuntutan untuk menciptakan warga negara yang baik dan paham akan segala hal yang harus dilakukan untuk menciptakan negara yang sejahtera. Untuk itu, perlu adanya pemahaman tentang pendidikan itu sendiri. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan ini sebagai usaha untuk menciptakan manusia yang utuh dalam artian memiliki pemahaman penuh terhadap apa yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi. Pendidikanlah yang menentukan kualitas warga negara yang menentukan jalannya hidup suatu negara. Berlangsungnya pendidikan dapat terjadi pada lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah, baik secara disengaja ataupun tidak. Terjadinya proses pendidikan dalam


(5)

persekolahan diklasifikasikan dalam tingkatan-tingkatan dari mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula tingkat pemahaman warga negara.

Sangatlah jelas bahwa pendidikan adalah suatu keharusan bagi setiap warga negara. Pendidikan ini menunjang terhadap pemahaman warga negara akan hak dan kewajibannya, khususnya terhadap negara. Satu diantaranya pendidikan yang harus diberikan bagi warga negara dalam kaitannya dengan kehidupan kenegaraan adalah adanya pendidikan politik bagi warga negara. Kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan politik ini, bisa secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi, dalam mewujudkan program pendidikan politik ini pemerintah menghadapi kendala terutama kondisi warga negara dan kondisi geografis negara ini. Oleh karena itu, pemerintah berupaya melibatkan elemen-elemen masyarakat untuk membantu melaksanakan pendidikan politik bagi warga Negara, diantaranya lembaga swadaya masyarakat, partai politik, dan mahasiswa.

Mahasiswa merupakan bagian elemen penting yang membantu pemerintah dalam melaksanakan pendidikan politik bagi warga negara. Hal tersebut karena mahasiswa sendiri memiliki beberapa peran seperti yang diungkapkan purnama (2008: 1) yaitu antara lain “sebagai iron stock, sebagai guardian of value, dan sebagai agent of change”. Peran mahasiswa sebagai “iron stock” yaitu mahasiswa diharapkan sebagai manusia tangguh untuk masa depan. Sebagai “guardian of value”, mahasiswa berperan sebagai penjaga keutuhan nilai-nilai


(6)

yang hidup di masyarakat. Peran lainnya yaitu sebagai “agent of change”, mahasiswa mendapat tugas sebagai agen pembawa perubahan bagi masyarakat.

Peran mahasiswa sangat diperlukan bagi negara Indonesia yang sampai kini terus diselimuti berbagai permasalahan, seperti masalah partisipasi politik masyarakat. Sebagai cerminan, dapat dilihat dari sejarah perjuangan para pemuda yang dimotori oleh para mahasiswa dalam upaya merebut kemerdekaan dan pascakemerdekaan, seperti perjuangan Ir. Soekarno dan Moch. Hatta yang kemudian menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama negeri ini. Perjuangan mereka sangatlah besar sampai bisa memberikan motivasi pada masyarakat untuk berpatisipasi dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Perjuangan mahasiswa lainnya seperti, tragedi Malari yang ketika itu mahasiswa memperjuangkan kepentingan rakyat yang semakin menderita dan kemudian mengeluarkan tiga tuntutan yang dikenal dengan tritura (tiga tuntutan rakyat). Selain itu, ada perjuangan lainnya dari mahasiswa ini adalah gerakan reformasi ketika meruntuhkan rezim Soeharto, yang tidak lain mahasiswalah yang merupakan motornya.

Meskipun dari peristiwa-peristiwa tersebut banyak memakan korban nyawa, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat perjuangan mahasiswa demi terciptanya kehidupan negara yang sejahatera. Oleh karena itu, peran mahasiswa terlebih sebagai agen perubahan (agent of change) sangat dibutuhkan bagi Indonesia saat ini. Dalam hal ini, peran mahasiswa yang masih murni hanya untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan golongan. Peran-peran


(7)

mahasiswa ini yang menjadi tonggak harapan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.

Peran mahasiswa ini didasari atas perlunya kesadaran masyarakat bagi dinamisme kehidupan Indonesia yang merupakan negara demokrasi. Menurut Darmawan (2008:123) :

Demokrasi itu sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” atau “kratien” yang berarti kekuasaan. Dalam bahasa yang popular, Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah “the government from the people, by the people, and for the people” yang artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Kehidupan demokrasi di Indonesia ini tercermin dalam dasar negara yaitu Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Apabila dibandingkan antara bentuk pemerintahan negara ini dengan kondisi warga negaranya ternyata ada kontradiksi di dalamnya. Negara yang menganut demokrasi berpandangan bahwa kekuasaan terbesar ada di tangan rakyat, sedangkan kondisi partisipasi politik masyarakat bisa dikatakan kurang.

Dalam sebuah negara demokrasi, rakyat diikutsertakan dalam pengambilan keputusan sebuah kebijakan. Namun sekilas bisa dilihat, rakyat dan pemerintah seakan-akan ada jurang pemisah. Rakyat hanya berserah pada pemerintah tentang kebijakan yang mengaturnya tanpa ikut andil dalam pengambilan keputusan kebijakan tersebut. Hal ini berdampak pada perasaan tidak puas rakyat terhadap kebijakan pemerintah.

Bentuk pemerintahan demokrasi ini, rakyat atau warga negara sangatlah vital peranannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Artinya, suara rakyat


(8)

menentukan kelangsungan hidup suatu negara. Menurut Macridis dalam Suhelmi (2007:30) :

Negara demokrasi ini dalam pandangan Pericles memiliki beberapa kriteria yaitu 1) pemerintahan oleh rakyat dengan partisipasi rakyat secara penuh dan langsung; 2) kesamaan dalam hukum, pluralism; 3) penghargaan atas semua bakat, minat, keinginan, pandangan; dan 4) penghargaan terhadap suatu pemisahan dan wilayah pribadi untuk memenuhi dan mengekspresikan kepribadian individual.

Selain sebagai negara demokrasi, Indonesia termasuk dalam kategori negara yang berkembang. Dalam sebuah negara berkembang, diperlukan partisipasi langsung dari warga negara untuk dapat mencapai tujuan negara ke arah yang lebih maju. Menurut Huntington dan Nelson (Budiardjo, 1982:2):

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dalam negara demokrasi dan sebagai negara berkembang, seperti Indonesia, diperlukan partisipasi penuh dari masyarakat dalam menjalankan, mempengaruhi, dan terlibat langsung dalam roda pemerintahan. Namun realita saat ini, tingkat partisipasi politik warga negara Indonesia semakin menurun saja. Hal ini bisa dilihat dari beberapa survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei dalam sebuah pemilihan umum yang menyatakan tingkat golongan putih (golput) semakin bertambah dalam setiap pemilihan umum.

Melihat kasus seperti ini, sebagai upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik masyarakat yaitu dengan memberikan pemahaman poltik bagi masyarakat melalui pendidikan politik. Dalam buku


(9)

political education dari Robert Brownhill dan Patricia Smart dalam Sadeli (2009: 19), “Hajer menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik, sehingga masyarakat mengerti tentang hak politiknya”. Senada dengan pendapat Hajer, Kartono (2009: 64) menyebutkan bahwa:

Pendidikan politik adalah upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk membentuk individu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis/moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik sangatlah penting bagi warga negara agar dalam kehidupan bernegara bisa menjadi partisipan yang bertanggung jawab, sehingga warga negara bisa memahami proses penggunaan kekuasaan dalam menegakan aturan di lingkungan masyarakat secara umum saat menggunakan hak politiknya.

Satu diantara sarana terjadinya proses pendidikan poltik khususnya bagi kalangan mahasiswa yaitu melalui organisasi kemahasiswaan. Sangat penting sekali peran dari organisasi kemahasiswaan ini bukan hanya sebagai ladang ilmu politik yang sifatnya teoretis, namun organisasi semacam ini merupakan sarana pendidikan poltik yang sifatnya praksis. Kaitannya dengan pendidikan politik pada mahasiswa, Suparman seperti yang dikutip dalam Mubarok (2008: 63) menyebutkan:

Pendidikan politik berperan mensosialisasikan nilai-nilai politik yang dikandung sistem politik yang ideal. Melalui ini mahasiswa akan mempunyai standar penilaian terhadap sebuah sistem politik, dimana secara formal di tingkat tinggi yang memiliki bobot paling besar tentang materi pendidikan politik; pendidikan Pancasila. Untuk itu, pendidikan politik senantiasa bermuatan nilai-nilai yang diharapkan oleh sebuah sistem politik yang ideal, sehingga mereka dapat menginternalisasikannya


(10)

dan kepribadiannya. Dengan demikian, hasil dari penginternalisasiannya itu akan mendorong dan melahirkan tingkah laku politik yang mendukung sistem politik yang dicita-citakan.

Pendidikan politik dalam organisasi kemahasiswaan ini sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa sehingga mahasiswa dapat menjadi pelaku politik yang diharapkan dapat menciptakan sistem politik yang baik. Selain itu, dapat membawa masyarakat secara umum untuk menciptakan sistem politik seperti itu.

Apabila diklasifikasikan, organisasi kemahasiswaan terbagi menjadi dua yaitu organisasi kemahasiswaan intrakampus dan organisasi kemahasiswaan ekstrakampus. Organisasi kemahasiswaan intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan kampus dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari kampus. Dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi dinyatakan bahwa:

Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi

Organisasi intrakampus ini berkecimpung dalam pergulatan politik dan melakukan kegiatan hanya sebatas lingkup kampus, seperti organisasi kerohanian, organisasi olahraga, organisasi pecinta alam, himpunan-himpunan mahasiswa, dan lainnya. Organisasi-organisasi memiliki pendanaan dari pihak perguruan tinggi yang secara teratur mengalir. Sedangkan organisasi kemahasiswaan ekstrakampus menurut Mubarok (2008: 45) adalah “wahana dan sarana meningkatkan kerja sama pengembangan ilmu dan profesi bidang studi serta menjalin persatuan dan kesatuan”.


(11)

Berbeda halnya dengan organisasi intrakampus, ruang lingkup kegiatan organisasi ini lebih luas mencakup regional dan nasional,serta pendanaannya pun bisa dikatakan tidak teratur seperti organisasi kemahasiswaan intrakampus. Artinya pendanaan organisasi ini tidak disokong oleh pihak-pihak tertentu. Hal yang menjadi keunggulan organisasi ekstrakampus ini beberapa di antaranya yaitu cakupan kegiatan sangat luas, koneksi dengan pemerintahan sangat mudah, dan menjadi kelompok penekan dan pengontrol yang cukup diperhitungkan bagi pemerintah. Satu diantaranya hal yang menjadi keunggulannya yaitu beberapa di antaranya menjadi underbow salah satu partai politik. Adapun organisasi ini adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Forum Mahasiswa Nasional (FMN), dan lain sebagainya.

Beberapa kegiatan yang sangat penting dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah terjadinya proses pendidikan politik dan bahkan organisasi-organisasi seperti ini bisa memberi pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan pemerintahan. Contohnya dalam proses pengambilan keputusan sebuah kebijakan yang sering diikutsertakan. Tidak bisa dilupakan pula sejarah negara kita sehingga mengalami perubahan tidak lepas dari organisasi-organisasi seperti ini.

Satu contoh kecil terjadinya proses pendidikan politik dalam organisasi-organisasi ini yaitu ketika pemilihan ketua organisasi-organisasi. Dalam peristiwa ini, terjadi sebuah miniatur kehidupan politik suatu negara seperti dalam sebuah pemilihan umum suatu negara demokrasi. Selain itu adanya kajian-kajian politik intensif yang juga merupakan proses pendidikan politik dalam organisasi-organisasi


(12)

seperti ini. Bisa kita lihat juga, beberapa politisi yang manggung dalam pemerintahan di negeri ini banyak di antaranya yang merupakan kader dari organisasi-organisasi seperti ini.

Melihat hal-hal demikian, organisasi-organisasi kemahasiswaan seperti ini bisa kita sebut sangatlah penting keberadaannya. Bukan hanya bagi anggota organisasi saja, pendidikan politik dalam organisasi seperti ini juga berdampak pada mahasiswa lain yang bukan anggota organisasi, bahkan dalam masyarakat secara umum. Telah disebutkan sebelumnya, mahasiswa adalah pelopor bagi perubahan dan satu dianataranya bisa mengubah masyarakat yang tadinya rendah dalam hal partisipasi politiknya menjadi partisipan yang bertanggung jawab.

Sebelum menjadi pelopor bagi masyarakat secara umum, ternyata para anggota organisasi yang biasa disebut aktivis, juga dihadapkan pada permasalahan rendahnya partisipasi politik di kalangan mahasiswa. Banyak di antaranya mahasiswa yang cenderung apatis dan hedonis. Hanya memikirkan kehidupan pribadinya seakan-akan melupakan tugasnya sebagai agen perubahan. Prasetyantoko (2001:50) menyebutkan:

Puncak kejayaan gerakan mahasiswa adalah pada era 98 yang dikenal dengan era reformasi. Namun pada titik ini, gerakan mahasiswa berada pada kekosongan eksistensi, setelah mengalami masa-masa ekhalasi yang luas, secara drastis ada kecenderungan terus menurun.

Meski kecenderungan terus mengalami penurunan, namun organisasi-organisasi kemahasiswaan tetap terus hidup dengan keadaan anggota yang terus mengalami penurunan. Hal ini berdampak terjadinya penurunan partisipasi politik mahasiswa dalam mempengaruhi roda pemerintahan.


(13)

Terlepas dari hal tersebut, pendidikan politik tidak lepas kaitannya dengan partisipasi politik dan sosiologi politik. Di antara tujuan pendidikan politik adalah menciptakan warga negara yang partisipan dalam kehidupan kenegaraannya dan mampu berinterakasi dengan warga negara lain dalam konteks politik. Partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson (Budiardjo, 2009:368) adalah “kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah”. Sedangkan sosiologi politik menurut Rush dan Althoff (2011: 25) merupakan “suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana seseorang tersebut menentukan tanggapan dan reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik”.

Hal yang diharapkan dengan adanya pendidikan politik dalam organisasi-organisasi di atas dapat menumbuhkan partisipasi dan sosiologi politik bagi mahasiswa. Selain itu, dengan julukan yang diberikan kepada mahasiswa sebagai agent of change, mahasiswa bisa memberikan perubahan bagi perilaku politik masyarakat agar memiliki kesadaran politik dan mampu menggunakan hak dan kewajiban politiknya dalam kehidupan bernegara.

Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk meneliti proses pendidikan politik dalam dunia organisasi kemahasiswaan, terlebih pada organisasi kemahasiswaan ekstrakampus atau perguruan tinggi yang dianggap sangat berpengaruh besar bagi dunia perpolitikan di Indonesia.


(14)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Program apa saja yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia?

2) Bagaimana kurikulum pengaderan HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia?

3) Bagaimana tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni)?

4) Bagaimana hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia? 5) Bagaimana solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI

Komisariat UPI terhadap hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pokok dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui program-program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai


(15)

upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia.

2) Untuk mengetahui kurikulum penkaderan HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia?

3) Untuk mengetahui tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni).

4) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia.

5) Untuk mengetahui solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan bidang ilmu politik, khususnya mengenai pendidikan politik warga negara dalam menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara menuju kehidupan warga negara yang lebih baik.


(16)

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Praktis penelitian ini bagi mahasiswa yaitu sebagai berikut.

1) Mahasiswa dapat mengetahui tentang manfaat pendidikan politik dalam sebuah organisasi.

2) Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya partisipasi politik dalam sebuah Negara demokrasi.

b. Manfaat praktis penelitian ini bagi lembaga yaitu sebagai berikut.

1) Penelitian ini dijadikan sebagai bahan kajian bagaimana pentingnya pendidikan politik bagi mahasiswa.

2) Penelitian ini dijadikan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan yang menyangkut kegiatan mahasiswa.

c. Manfaat praktis penelitian bagi masyarakat.

Masyarakat dapat memahami pentingnya patisipasi politik masyarakat dalam kehidupan di negara demokrasi seperti Indonesia ini.

E. Definisi Operasional

Penelitian ini menyangkut berbagai aspek yang cukup banyak dan kompleks. Sebagai langkah untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian ini dan untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah, maka perlu adanya batasan istilah seperti berikut.

1. Demokrasi

Menurut Darmawan (2008: 123), “demokrasi itu sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” atau “kratien” yang berarti kekuasaan. Dalam bahasa yang popular, Abraham Lincoln


(17)

mengatakan bahwa demokrasi adalah “the government from the people, by the people, and for the people” yang artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

2. Partisipasi politik

Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam Budiardjo (1982: 2) mengatakan :

“partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif”.

3. Pendidikan politik

Hajer menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik, sehingga masyarakat mengerti tentang hak politiknya. (Robert Brownhill dan Patricia Smart dalam Elly Hasan Sadeli, dkk, 2009:19). Pendidikan politik sangat penting dalam membentuk warga negara yang melek politik sehingga dapat menjadi seorang yang bertanggung jawab dalam sebuah pemerintahan baik langsung atau tidak langsung. Kartini Kartono (2009:64) menyebutkan bahwa: pendidikan politik adalah upaya edukatif yang intensional, disengaja, dan sistematis untuk membentuk individu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis/moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik.


(18)

4. Organisasi mahasiswa

Organisasi mahasiswa adalah suatu wadah kegiatan mahasiswa dalam menyalurkan bakat dan minatnya. Organisasi ini merupakan sarana pendidikan non formal bagi mahasiswa. Dalam pandangan politik, organisasi ini merupakan miniatur sebuah negara, sehingga mahasiswa mendapat pendidikan politik dan mempraktikan pendidikan politik tersebut dalam sebuah miniatur negara tersebut.

Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi (kepmendikbud No. 155/U/1998). Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus atau perguruan tinggi menurut mubarok (2008) adalah “wahana dan saran meningkatkan kerja sama pengembangan ilmu dan profesi bidang studi serta menjalin persatuan dan kesatuan”.

F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti mengambil pendekatan ini berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, yaitu peneliti ingin mengetahui bagaimana proses pendidikan terjadi dalam organisasi untuk menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik. Sehingga peneliti memerlukan pengkajian dan memperoleh gambaran yang mendalam.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Hal ini untuk menggambarkan proses pendidikan politik dalam organisasi dalam menumbuhkan


(19)

dan meningkatkan partisipasi politik warga Negara Indonesia khususnya di kalangan mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti menekankan untuk mengetahui gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam, tidak dituangkan dalam bentuk bilangan dan angka statistik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan peneliti meliputi wawancara, observasi, studi dokumen, dan studi literatur.

a. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2010: 231) mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti melakukan wawancara ini dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden (informan) secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tanya jawab dengan responden, yaitu ketua dan perwakilan pengurus organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI, serta perwakilan dari mahasiswa UPI yang bukan merupakan anggota dari organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara semiberstruktur. Hal ini dilakukan agar responden lebih terbuka terhadap permasalahan, karena responden lebih banyak dimintai informasi yang sifatnya pendapat.


(20)

b. Observasi

Observasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan peneliti terjun langsung di lapangan dalam melakukan penelitian. Observasi ini dilakukan untuk mengamati atau meneliti bagaimana terjadinya proses pendidikan politik dalam organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut bagaimana terjadinya proses pendidikan politik dalam organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI, baik itu dalam bentuk kajian ataupun bentuk kegiatan lainnya dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana berlangsungnya proses pendidikan politik dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik anggota organisasi.

c. Studi dokumen

Sugiyono (2010: 240) mengatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. Dalam penelitian ini, studi dokumen dapat memberi dukungan terhadap data dari hasil wawancara dan observasi, sehingga data akan lebih terpercaya.

d. Studi literatur

Studi literatur ini yaitu mempelajari buku-buku atau bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membaca dan mempelajari buku-buku atau sumber-sumber yang berhubungan dengan pendidikan politik dan partisipasi politik. Studi literatur ini dimaksudkan


(21)

untuk memperoleh data teoretis sehingga memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mengadakan wawancara, observasi, studi dokumen, dan studi literatur, langkah lain yang juga penting dalam penelitian ini adalah pengolahan dan analisis data. Menurut Sugiyono (2010:244), “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010:246), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

a. Data Reduction (reduksi data)

Data yang ditemukan di lapangan akan semakin banyak, rumit dan kompleks. Untuk itu, data tersebut perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sebagai langkah selanjutnya yaitu analisis data melalui reduksi data. Reduksi data ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.


(22)

b. Data Display (penyajian data)

Setelah reduksi data, langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, piktogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data ini, maka data menjadi terorganisasi dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dengan penyajian data ini akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion drawing / verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini mungkin akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah disebutkan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Demikian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini. Melalui tahapan-tahapan ini, diharapkan penelitian ini dapat diperoleh data yang memenuhi kriteria penelitian yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Bumi Siliwangi. Alasan pengambilan lokasi karena di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Bumi Siliwangi ini pendidikan politik mahasiswa dilihat sepintas sangatlah kurang, yang berdampak pada kurangnya partisipasi politik mahasiswa. Contoh kecil yaitu dalam pemilihan ketua BEM REMA UPI. Peneliti


(23)

beranggapan hal ini berdampak pada partisipasi mahasiswa dalam pemilihan umum. Selain itu, semakin menurunnya pula partisipasi politik mahasiswa UPI dalam mempengaruhi keputusan pemerintah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini meliputi beberapa pihak diantaranya sebagai berikut. a. Ketua organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI.

b. Pengurus dari masing-masing organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode dan pendekatan adalah satu diantara unsur yang harus ada dalam suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode dan pendekatan ini adalah untuk mempermudah jalannya penelitian. Metode dan pendekatan ini yang menjadi acuan bagi seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Metode dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Dimaksudkan untuk menggambarkan proses pendidikan politik dalam organisasi dalam menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia khususnya di kalangan mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti menekankan untuk mengetahui gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam, tidak dituangkan dalam bentuk bilangan dan angka statistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2009: 24) yang mengatakan bahwa penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubugan antar variabel. Mengingat masalah yang diambil peneliti lebih kompleks dan memiliki beberapa variabel maka pengambilan metode deskriptif ini dirasa sangat tepat.

Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 8) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif disebut penelitian


(25)

naturalistik karena peneletiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah”. Hal ini menjadi alasan peneliti yang akan meneliti kehidupan suatu sistem organisasi.

Sugiyono (2010: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif yaitu:

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang sifatnya terbuka dan mendalam untuk memperoleh data baik secara lisan dan atau tulisan untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga sesuai dengan tujuan penlitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen kunci dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini diartikan bahwa peneliti memiliki peran yang sangat vital dalam penelitian yang dilakukannya, baik dalam pengumpulan data, analisis, sampai pada penentuan kesimpulan temuannya. Dengan penelitian kualitatif ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang mendalam tentang masalah yang diteliti oleh peneliti.

Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang terjadi pada situasi sosial. Tepatnya dalam penelitian yang dilakukan peneliti yaitu penelitian terhadap peranan organisasi kemahasiswaan ekstrauniversiter sebagai sarana pendidikan politik mahasiswa dalam menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara, peneliti bertujuan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pendidikan politik dalam organisasi kemahasiswaan ekstrakampus. Melihat pengertian dan tujuan dari penelitian kualitatif, peneliti rasa pengambilan pendekatan atau penelitian


(26)

kualitatif ini sangat cocok dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dilatarbalakangi dari peranan organisasi ekstra ini, yang memberikan andil besar pada peningkatan partisipasi politik khususnya bagi kalangan mahasiswa, peneliti sangat tertarik dengan fenomena tersebut mengingat partisipasi warga negara secara umum bisa dikatakan kurang. Diharapkan dengan penelitian kualitatif yang sifatnya mendalami suatu fenomena, dapat diperoleh data yang mendalam tentang pendidikan politik yang bertujuan untuk menciptakan warga negara yang partisipan, sehingga dari fenomena yang cakupannya kecil tersebut dapat ditularkan pada ruang lingkup yang lebih besar yaitu warga negara Indonesia. 2. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari suatu penelitian adalah untuk memperoleh data agar dapat menjawab semua pertanyaan dari suatu permasalahan. Data-data tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi peneliti. Pada pelaksanaan penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian yaitu sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan peneliti terjun langsung di lapangan dalam melakukan penelitian. Mengutif dari Nasution (2009: 106) yang mengatakan bahwa “obervasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti dalam kenyataan”. Hal ini menunjukan bahwa peneliti terlibat langsung dalam kehidupan subjek yang diteliti.


(27)

Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui langsung proses pendidikan politik dan kegiatan-kegatan lainnya dalam organisasi-organisasi yang diteliti oleh peneliti. Dengan observasi ini, peneliti dapat mengamati langsung kehidupan organisasi tersebut secara objektif. Hal inilah yang akan memberikan data yang lebih baik dan peneliti akan lebih mampu memahami data, karena peneliti merasakan langsung kegiatan-kegiatan organisasi yang diteliti tersebut.

b. Wawancara

Mengutip perkataan Esterberg dalam Sugiyono (2010: 231) yang mengatakan bahwa “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Peneliti melakukan wawancara ini dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Pada dasarnya wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden (informan) secara langsung. Harrison (2009: 108) mengatakan “wawancara juga membantu dalam proses pengidentifikasian dokumen yang penting, perlu dibaca, dan ditindaklanjuti. Hal inilah yang diharapkan oleh penulis, karena dalam penelitian ini juga akan menggunakan studi dokumen berdasarkan dari dokumen atau arsip yang tersedia dari informan. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tanya jawab dengan responden, yaitu ketua dan perwakilan pengurus organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti mempersiapkan instrumen


(28)

penelitian berupa pedoman wawancara. Sugiyono (2010: 233) menyebutkan “wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh”. Sejalan dengan pendapat tersebut, alasan peneliti menggunakan teknik wawancara jenis terstruktur ini, karena peneliti mengharapkan jawaban dari pertanyaan yang telah peneliti sediakan.

c. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2010: 240) menyebutkan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental”. Dalam penelitian ini, studi dokumen dapat memberi dukungan terhadap data dari hasil wawancara dan observasi sehingga data akan lebih terpercaya.

Dengan melakukan studi dokumen ini, akan memperkuat dan melegkapai data-data yang telah didapat melalui observasi dan wawancara. Mengingat dalam observasi dan wawancara akan banyak sekali data yang tidak didapatkan oleh peneliti, maka studi dokumen ini sangatlah penting untuk menemukan data-data yang belum didapat dalam wawancara dan observasi.

d. Studi Literatur

Studi literatur ini yaitu dengan mempelajari buku-buku atau bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membaca dan mempelajari buku-buku atau sumber-sumber yang berhubungan dengan pendidikan politik dan partisipasi politik. Studi literatur ini dimaksudkan


(29)

untuk memperoleh data teoretis sehingga dapat memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian ini.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Sugiyono (2010: 222) mengatakan “instrumen atau alat utama penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri”. Atas dasar tersebut, dalam penelitian ini peneliti adalah sebagai instrumen utama dalam melakukan penelitian. Melanjutkan ungkapan tersebut, Sugiyono (2010: 222) mengatakan:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temunnya.

Mengingat ungkapan tersebut, peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian harus melakukan tahap-tahap penelitian dari mulai persiapan sampai pada pembuatan kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan tahapan-tahapan tersebut sampai pada pelaporan dan validitas atas data yang diperoleh.

C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data yang ingin diperoleh oleh peneliti agar bisa menjawab permasalahan yang dihadapi oleh peneliti. Oleh karena itu, penentuan lokasi dan subjek yang akan dijadikan penelitian. Penentuan lokasi dan subjek ini didasari atas ketepatan untuk mendapatkan informasi untuk penelitian tersebut. Adapun lokasi dan subjek penelitiannya sebagai berikut.


(30)

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Bumi Siliwangi.

2. Subjek Penelitian

Spradley dalam Sugiyono (2010: 215) mengatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif dikenal dengan adanya social situation yang terdiri dari tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis”. Atas dasar tersebut, penelitian yang dilakukan peneliti sangat berkaitan erat dengan ketiga elemen yang dikatakan Spradly tersebut organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI, organisator, dan aktivitas dalam organisasi tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik purposes sampling. Menurut Sugiyono (2010: 218-219) Purposes sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam tekinik ini, peneliti melakukan penentuan atas informan yang dirasa memiliki informasi dan dapat memberikan data sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti. Mengingat hal tersebut, peneliti menentukan sampel sebagai subjek penelitian sebagai berikut.

a. Ketua organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI. b. Pengurus harian HMI, KAMMI, dan GMNI komiariat UPI. c. Salah satu anggota HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI.

Penentuan pemilihan subjek tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang lebih banyak dan valid, karena subjek penelitian tersebut dianggap oleh peneliti sebagai sumber informasi yang sangat tepat. Hal ini dikarenakan, subjek


(31)

tersebut adalah orang-orang yang kesehariannya bergelut dengan organisasi yang akan diteliti.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Peneliti dalam melaksanakan penelitiannya melewati beberapa tahapan dari mulai tahap persiapan sampai pada analisis data. Perlu adanya persiapan yang matang untuk melaksanakan penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan persiapan yang matang ini akan mempengaruhi keseluruhan tahapan penelitian ke depannya. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui peneliti yaitu sebagai berikut.

1. Pra Penelitian

Pada tahapan ini penulis menyusun rancangan penelitian berupa proposal penelitian yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian, metode, lokasi, dan subjek penelitian. Selain itu, peneliti melakukan diskusi-diskusi singkat mengenai masalah yang akan diteliti. Satu hal yang penting juga adalah membuat perizinan baik secara lisan kepada organisasi-organisasi yang akan diteliti dan tertulis berupa surat perizinan untuk mengadakan penelitian. Adapun prosedur dalam membuat surat peizinan mengadakan penelitian meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut.

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian yang ditandatangani ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk melakukan penelitian ke organisasi yang dituju dengan pengesahan surat penelitian oleh pembantu dekan FPIPS UPI untuk mendapat rekomendasi dari kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administrasi dan akademis,


(32)

b. Pembantu rektor I atas nama rektor mengeluarkan surat permohonan izin penelitian,

c. Permohonan izin kepada organisasi yang dijadikan subjek penelitian, dan selanjutnya peneliti melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan dan perizinan selesai, peneliti mulai melakukan penelitian terhadap organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI. Peneliti melakukan observasi langsung dan sekaligus melakukan wawancara kepada sampel yang telah ditentukan. Kegiatan observasi dan wawancara ini dilakukan di sekre HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI. Dalam tahapan ini, peneliti mengajukan berbagai pertanyaan dan pengamatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

3. Tahap Pengumpulan dan Pencatatan Data

Pada tahapan ini, peneliti melakukan pengumpulan dan pencatatan data yang diperoleh peneliti melalui observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi literatur. Instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara ditujukan pada ketua, pengurus, dan anggota organisasi. Hasil dari penelitian ini kemudian disusun dan dideskripsikan dalam bentuk catatan lapangan.

4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mengadakan wawancara, observasi, studi dokumen, dan studi literatur, langkah lain yang juga penting dalam penelitian ini adalah pengolahan dan analisis data. Sugiyono (2010: 244) mengatakan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dengan


(33)

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010:246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

a. Data Reduction (reduksi data)

Data yang ditemukan di lapangan akan semakin banyak, rumit dan kompleks. Untuk itu, data tersebut perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sebagai langkah selanjutnya, yaitu analisis data melalui reduksi data. Reduksi data ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan akan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah reduksi data, langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, piktogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data ini, maka data terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dengan penyajian data ini akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berasarkan apa yang telah dipahami tersebut.


(34)

c. Conclusion drawing / verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini mungkin akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah disebutkan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Demikian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini. Dengan melalui tahapan-tahapan ini, diharapkan penelitian ini dapat diperoleh data yang memenuhi kriteria penelitian dan data yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.

E. VALIDITAS DATA

Validitas data adalah satu diantara bagian yang penting dalam penelitian. Validitas ini bertujuan untuk memperlihatkan ketepatan antara informasi yang terjadi pada subjek penelitian dengan apa yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, untuk menguji validitas ini, harus melalui tahapan-tahapan berikut ini. 1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara kembali terhadap informan, baik yang lama maupun yang baru. Perpanjangan pengamatan ini ditujukan untuk mencari kembali data yang kurang lengkap dan menguji data yang telah diperoleh dengan keadaan di lapangan. Apabila data yang diperoleh sesuai dengan keadaan di lapangan, maka pengamatan dapat diakhiri. Namun, apabila tidak ada kesesuaian maka dapat dilakukan kembali pengamatan sampai data yang diperoleh sesuai


(35)

dengan kebutuhan. Secara psikologis, apabila melakukan perpanjangan pengamatan seperti ini, akan menghasilkan keakraban yang lebih antara peneliti dengan informan sehingga informan akan lebih terbuka lagi kepada peneliti. 2. Peningkatan ketekunan

Sugiyono (2010: 272) mengatakan bahwa “peningkatan ketekunan berarti melaksanakan pengamatan secara lebih cermat dan bekesinambungan”. Dengan melakukan pengamatan yang lebih cermat dan bekesinambungan ini, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali data yang telah diperoleh dan akan memperoleh data yang dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian data menurut Sugiyono (2010: 273) diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Pengujian data dengan cara ini dilakukan dengan cara mengecek dan membandingkan data yang diberikan informan dengan sumber-sumber lain, infoman lain, baik dengan cara yang sama maupun beda dan waktu yang sama atau beda. Sugiyono (2010: 273) mengatakan “validisi data dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu”. Sesuai dengan pendapat dan bagan yang digambarkan Sugiyono (2010: 273), peneliti menggambarkan proses triangulasi dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut.

Triangulasi sumber data

ketua pengurus


(36)

Gambar 3.1

Sumber: diolah oleh penulis, 2012

Triangulasi teknik pengumpulan data

Gambar 3.2

Sumber: diolah oleh penulis, 2012

Triangulasi waktu pengumpulan data

Gambar 3.3

Sumber: diolah oleh penulis, 2012

4. Menggunakan bahan referensi

Peneliti dalam penelitiannya perlu menggunakan media-media yang bisa membantu memperkuat data, seperti catatan wawancara, rekaman, foto, dan dokumentasi lainnya. Referensi seperti ini diperlukan untuk membandingkan antara data yang ditulis sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian.

wawancara

dokumentasi

observasi

Minggu ke-2 Minggu ke-3


(37)

5. Mengadakan memberchek

Sugiyono (2010: 276) mengatakan bahwa “memberchek adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan data yang diberikan informan”. Proses memberchek ini dengan cara menyampaikan garis-garis besar data yang diperoleh dan dilakukan setelah selesai proses pengumpulan data. Memberchek ini ditujukan agar data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh informan.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Pendidikan politik merupakan satu diantara elemen pendidikan yang penting bagi warga negara. Pendidikan politik dapat berlangsung pada pendidikan nonformal seperti organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI. Penyelenggaraan pendidikan politik dalam organisasi ini meliputi diskusi, kajian isu-isu sosial, dan pembiasaan berpartisipasi terhadap organisasi, seperti dalam kegiatan musyawarah anggota organisasi. Pendidikan politik ini sangat ditunjang oleh pola pengkaderan yang dilakukan organisasi secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Adapun pendidikan politik ini hanya ditujukan kepada kader-kader organisasi yang masih aktif dan mahasiswa UPI secara umum, maka tidak ada program pendidikan politik yang diselenggarakan oleh organisasi bagi para alumni. Dalam hal ini, alumi lebih cenderung pada aplikasi dari pendidikan politik yang didapatkan dari organisasi. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan politik ini sering dihadapkan pada hambatan-hambatan seperti kesibukan kader dengan kegiatan akademik, keterbatasan dana organisasi, dan kurangnya dukungan lembaga terhadap kegiatan organisasi ekstrakampus ini. Namun, agar pendidikan politik ini dapat terselenggara perlu adanya langkah-langkah yang dilakukan sebagai solusi atas hambatan tersebut, seperti di antaranya penentuan jadwal kegiatan yang disesuaikan dengan kegiatan akademik kader, berwirausaha dalam


(39)

pemenuhan kebutuhan dana organisasi, dan memperbaiki hubungan dengan pihak lembaga. Dari kesimpulan tersebut dapat ditarik sebuah inti sari bahwa organisasi kemahasiswaan ekstrakampus seperti HMI, KAMMI, dan GMNI dapat dikatakan sebagai sebuah miniatur dari suatu negara, maka organisasi tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran politik mahasiswa sehingga mampu menjadi pelaku politik dan partisipan yang bertanggung jawab terhadap negaranya.

2. Kesimpulan Khusus

a. Program-program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam menyelenggarakan pendidikan politik ini meliputi kegiatan-kegiatan pembiasaan seperti musyawarah anggota organisasi dan partisipasi kader dalam semua kegiatan organisasi. Program berikutnya yang dilakukan adalah melalui diskusi, kajian, dan seminar yang dilakukan untuk menganalisis isu-isu sosial dan mencari solusi atas permasalah-permasalahan tersebut yang kemudian menyikapinya dengan bentuk aksi.

b. Kurikulum atau pola pengaderan yang dilakukan HMI meliputi LK1, LK2, dan LK3 dengan program TRK sebagai tindak lanjut pengaderan tersebut. Adapun pengaderan yang dilakukan KAMMI meliputi DM1, DM2, dan DM3 yang ditindaklanjuti dengan program MK. Sedangkan pengaderan yang dilakukan GMNI meliputi PPAB, KTD, KTM, dan KTP. Pola pengaderan tersebut sifatnya berkelanjutan dan berkesinambungan selama kader aktif dalam organisasi.


(40)

c. Penyelenggaraan pendidikan politik yang dilakukan HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI tidak ditujukan kepada para alumni namun hanya sebatas keterkaitan antara alumni dengan komisariat dalam bentuk koordinasi, undangan dan pemateri.

d. Hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam penyelenggaraan pendidikan politik terletak pada keterbatasan waktu dan kesibukan kader, pendanaan kegiatan organisasi dan dukungan pihak lembaga.

e. Solusi yang diambil organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI komisariat UPI sebagai langkah untuk meminimalisir hambatan tersebut meliputi pemberian pemahaman pada kader untuk berpartisipasi dalam organisasi, penentuan jadwal penyelenggaraan pendidikan politik yang disesuaikan dengan jadwal akademik kader, wirausaha untuk mendapatkan kebutuhan dana dan memperbaiki hubungan organisasi dengan pihak lembaga.

B. Saran

1. Bagi Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI

Organisasi kemahasiswaan khususnya ektrakampus merupakan wahana yang tepat untuk menciptakan mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki tingkat partisipasi yang lebih terhadap negaranya. Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan atas semua kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan politik untuk menciptakan warga negara yang melek politik sehingga mampu berbuat lebih baik lagi bagi negara Indonesia ini.


(41)

2. Bagi Kader Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI Kader organisasi merupakan segelintir mahasiswa yang memiliki kesempatan lebih dibandingkan mahasiswa secara umum perlu meningkatkan kembali keaktifannya dalam berorganisasi, khususnya dalam pemahaman tentang pendidikan politik agar melanjutkan keberlangsungan hidup organisasi dan mampu membawa mahasiswa lain dan masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik sehingga dapat tercapainya tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang makmur dan sejahtera.

3. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan lebih memahami secara mendalam tentang pendidikan politik. Hal ini dikarenakan pentingnya pendidikan politik bagi kehidupan masyarakat dan negara. Terlebih peneliti yang juga terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan politik di organisasi dapat dijadikan bekal untuk menciptakan perubahan yang lebih baik pada masyarakat dan negara.

4. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai agen perubahan sangat memerlukan bekal yang lebih agar mampu berperan dalam perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Bukan hanya kebutuhan dalam bidang akademik, namun kebutuhan keterampilan dalam berorganisasi akan sangat menunjang kebutuhan akademik dan diperlukan dalam masyarakat. Kehidupan dalam suatu organisasi merupakan bentuk kecil komunikasi dan interaksi dalam masyarakat. Pembiasaan dalam berorganisasi merupakan bekal yang sangat berharga sebelum terjun di kehidupan masyarakat. Terlebih Indonesia negara yang populasi penduduk yang banyak dan beraneka


(42)

ragam sehingga sering dirundung masalah konflik antar golongan. Hal tersebut yang melatarbelakangi perlunya pembelajaran komunikasi dan interaksi dalam organisasi, sehingga selain mahasiswa terampil dalam berinteraksi dan komunikasi dalam masyarakat juga mampu memberikan problem solving atas konflik-konflik yang terjadi di masyarakat. Masalah berikutnya terletak pada tingkat partisipasi warga negara terhadap negaranya yang dirasa kurang. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, sangat diperlukan partisipasi warga negara terhadap negaranya untuk mencapai kebaikan negaranya. Oleh karena itu, kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan kesiapan mahasiswa sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik. Langkah pembelajaran awal untuk bekal tersebut selain dalam bidang akademik, maka perlunya organisasi kemahasiswaan terlebih ekstrakampus sebagai wahana pemebelajaran interaksi dan komunikasi serta pembelajaran berpartisipasi dalam sistem demokrasi.

5. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai kalangan yang dianggap memiliki pengetahuan politik lebih dari mahasiswa lainnya sangat memerlukan pemahaman tentang pendidikan politik. Oleh karena itu, mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ini harus lebih menelaah dan mendalami pendidikan politik tersebut, baik dalam bidang akademik maupun dalam organisasi sehingga dapat menjadikan mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ini sebagai pionir ke arah perubahan yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(43)

6. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pemilik otoritas tertinggi terhadap mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan sebagai laboratorium demokrasi sudah seharusnya mendukung dan mengarahkan mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk belajar berorganisasi sebagai sarana pendidikan politik mahasiswa, baik organisasi kemahasiswaan intra terlebih organisasi kemahasiswaan ekstrakampus. Hal tersebut bukan hanya mendukung bidang akademik mahasiswa jurusan PKn namun yang paling sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat baik sebagai lulusan Pendidikan Kewarganegaraan yang berkualitas sebagai guru PKn dan juga sebagai warga negara yang peduli terhadap negaranya (to be good citizenship).

7. Bagi Universitas

Kegiatan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstrakampus merupakan wahana untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas selain dalam bidang akademik. Terlebih organisasi kemahasiswaan ektrakampus yang secara hukum tidak memiliki legalitas di kampus, maka pihak universitas perlu mendukung secara moril segala aktifitas organisasi tersebut terlebih dalam penyelenggaraan pendidikan politik yang tidak lain bertujuan untuk mencerdaskan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia sehingga lulusan UPI ini dapat berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.


(44)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Operasional... 13

F. Metode dan Teknik Penelitian ... 15

G.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A.Teori Politik dan Pendidikan Politik ... 21

1. Pengertian Politik dan Pendidikan Politik ... 21

2. Inti dan Tujuan Pendidikan Politik ... 31

3. Kurikulum Pendidikan Politik ... 35

4. Bentuk-Bentuk Pendidikan Politik ... 38

5. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pendidikan Politik ... 41

B. Teori Partisipasi Politik ... 43

1. Pengertian Parstisipasi Politik ... 43

2. Tipologi Partisipasi Politik ... 47

3. Model Partisipasi Politik ... 51

C.Perguruan Tinggi dan Organisasi Kemahasiswaan ... 52

1. Perguruan Tinggi ... 52

2. Organisasi Kemahasiswaan ... 57

3. Fungsi Organisasi Kemahasiswaan ... 64

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

A.Metode dan Teknik Penelitian ... 67

1. Metode Penelitian ... 67

2. Teknik Pengumpulan Data ... 69

B. Instrumen Penelitian... 72

C.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 72

1. Lokasi Penelitian ... 73

2. Subjek Penelitian ... 73

D.Prosedur Penelitian... 74

1. Pra Penelitian ... 74

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 75

3. Tahap Pengumpulan dan Pencatatan Data... 75


(45)

1. Perpanjangan pengamatan ... 76

2. Peningkatan ketekunan ... 77

3. Triangulasi ... 77

4. Menggunakan bahan referensi ... 78

5. Mengadakan memberchek ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A.Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 81

1. Gambaran Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ... 81

2. Gambaran Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ... 83

3. Gambaran Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ... 85

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 86

1. Program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 89

2. Kurikulum pengkaderan HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 94

3. Tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni) ... 100

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 102

5. Solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 104

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 107

1. Program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 107

2. Kurikulum pengkaderan HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 119

3. Tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni) ... 125 4. Hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI,


(46)

dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan

meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 132

5. Solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 137

D.Temuan Hasil Penelitian ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

A.Kesimpulan ... 143

1. Kesimpulan Umum ... 143

2. Kesimpulan Khusus ... 144

B.Saran ... 145

1. Bagi Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI ... 145

2. Bagi Kader Organisasi ... 146

3. Bagi Peneliti ... 146

4. Bagi Mahasiswa ... 146

5. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 147

6. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan... 148

7. Bagi Universitas ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 46

Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 130

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Piramida Partisipasi Politik ... 49

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tipe Partisipasi Politik ... 50

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data ... 78

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 79


(1)

146

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagi Kader Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI

Kader organisasi merupakan segelintir mahasiswa yang memiliki kesempatan lebih dibandingkan mahasiswa secara umum perlu meningkatkan kembali keaktifannya dalam berorganisasi, khususnya dalam pemahaman tentang pendidikan politik agar melanjutkan keberlangsungan hidup organisasi dan mampu membawa mahasiswa lain dan masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik sehingga dapat tercapainya tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang makmur dan sejahtera.

3. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan lebih memahami secara mendalam tentang pendidikan politik. Hal ini dikarenakan pentingnya pendidikan politik bagi kehidupan masyarakat dan negara. Terlebih peneliti yang juga terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan politik di organisasi dapat dijadikan bekal untuk menciptakan perubahan yang lebih baik pada masyarakat dan negara.

4. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai agen perubahan sangat memerlukan bekal yang lebih agar mampu berperan dalam perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Bukan hanya kebutuhan dalam bidang akademik, namun kebutuhan keterampilan dalam berorganisasi akan sangat menunjang kebutuhan akademik dan diperlukan dalam masyarakat. Kehidupan dalam suatu organisasi merupakan bentuk kecil komunikasi dan interaksi dalam masyarakat. Pembiasaan dalam berorganisasi merupakan bekal yang sangat berharga sebelum terjun di kehidupan masyarakat. Terlebih Indonesia negara yang populasi penduduk yang banyak dan beraneka


(2)

147

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ragam sehingga sering dirundung masalah konflik antar golongan. Hal tersebut yang melatarbelakangi perlunya pembelajaran komunikasi dan interaksi dalam organisasi, sehingga selain mahasiswa terampil dalam berinteraksi dan komunikasi dalam masyarakat juga mampu memberikan problem solving atas konflik-konflik yang terjadi di masyarakat. Masalah berikutnya terletak pada tingkat partisipasi warga negara terhadap negaranya yang dirasa kurang. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, sangat diperlukan partisipasi warga negara terhadap negaranya untuk mencapai kebaikan negaranya. Oleh karena itu, kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan kesiapan mahasiswa sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik. Langkah pembelajaran awal untuk bekal tersebut selain dalam bidang akademik, maka perlunya organisasi kemahasiswaan terlebih ekstrakampus sebagai wahana pemebelajaran interaksi dan komunikasi serta pembelajaran berpartisipasi dalam sistem demokrasi.

5. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai kalangan yang dianggap memiliki pengetahuan politik lebih dari mahasiswa lainnya sangat memerlukan pemahaman tentang pendidikan politik. Oleh karena itu, mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ini harus lebih menelaah dan mendalami pendidikan politik tersebut, baik dalam bidang akademik maupun dalam organisasi sehingga dapat menjadikan mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ini sebagai pionir ke arah perubahan yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(3)

148

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pemilik otoritas tertinggi terhadap mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan sebagai laboratorium demokrasi sudah seharusnya mendukung dan mengarahkan mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk belajar berorganisasi sebagai sarana pendidikan politik mahasiswa, baik organisasi kemahasiswaan intra terlebih organisasi kemahasiswaan ekstrakampus. Hal tersebut bukan hanya mendukung bidang akademik mahasiswa jurusan PKn namun yang paling sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat baik sebagai lulusan Pendidikan Kewarganegaraan yang berkualitas sebagai guru PKn dan juga sebagai warga negara yang peduli terhadap negaranya (to be good citizenship).

7. Bagi Universitas

Kegiatan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstrakampus merupakan wahana untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas selain dalam bidang akademik. Terlebih organisasi kemahasiswaan ektrakampus yang secara hukum tidak memiliki legalitas di kampus, maka pihak universitas perlu mendukung secara moril segala aktifitas organisasi tersebut terlebih dalam penyelenggaraan pendidikan politik yang tidak lain bertujuan untuk mencerdaskan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia sehingga lulusan UPI ini dapat berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.


(4)

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Operasional... 13

F. Metode dan Teknik Penelitian ... 15

G.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A.Teori Politik dan Pendidikan Politik ... 21

1. Pengertian Politik dan Pendidikan Politik ... 21

2. Inti dan Tujuan Pendidikan Politik ... 31

3. Kurikulum Pendidikan Politik ... 35

4. Bentuk-Bentuk Pendidikan Politik ... 38

5. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pendidikan Politik ... 41

B. Teori Partisipasi Politik ... 43

1. Pengertian Parstisipasi Politik ... 43

2. Tipologi Partisipasi Politik ... 47

3. Model Partisipasi Politik ... 51

C.Perguruan Tinggi dan Organisasi Kemahasiswaan ... 52

1. Perguruan Tinggi ... 52

2. Organisasi Kemahasiswaan ... 57

3. Fungsi Organisasi Kemahasiswaan ... 64

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

A.Metode dan Teknik Penelitian ... 67

1. Metode Penelitian ... 67

2. Teknik Pengumpulan Data ... 69

B. Instrumen Penelitian... 72

C.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 72

1. Lokasi Penelitian ... 73

2. Subjek Penelitian ... 73

D.Prosedur Penelitian... 74

1. Pra Penelitian ... 74

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 75

3. Tahap Pengumpulan dan Pencatatan Data... 75

4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 75


(5)

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

1. Perpanjangan pengamatan ... 76

2. Peningkatan ketekunan ... 77

3. Triangulasi ... 77

4. Menggunakan bahan referensi ... 78

5. Mengadakan memberchek ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A.Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 81

1. Gambaran Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ... 81

2. Gambaran Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ... 83

3. Gambaran Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ... 85

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 86

1. Program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 89

2. Kurikulum pengkaderan HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 94

3. Tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni) ... 100

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 102

5. Solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 104

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 107

1. Program yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 107

2. Kurikulum pengkaderan HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI dalam proses pendidikan politik sebagai upaya Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 119

3. Tindak lanjut (follow up) dari proses pendidikan politik organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap anggota yang telah lulus dalam bidang akademik (alumni) ... 125 4. Hambatan-hambatan yang dihadapi organisasi HMI, KAMMI,


(6)

Aris Rismawandi Sanusi, 2012

Peranan Organisasi Kemahasiswaan Ekstrauniversiter Sebagai Sarana Pendidikan Politik Mahasiswa Dalam Menumbuhkan Dan Meningkatkan Partisipasi Politik Warga Negara Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

dan GMNI Komisariat UPI dalam melaksanakan proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhkan dan

meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 132

5. Solusi yang dilakukan organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pendidikan politik sebagai upaya menumbuhhkan dan meningkatkan partisipasi politik warga negara Indonesia ... 137

D.Temuan Hasil Penelitian ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

A.Kesimpulan ... 143

1. Kesimpulan Umum ... 143

2. Kesimpulan Khusus ... 144

B.Saran ... 145

1. Bagi Organisasi HMI, KAMMI, dan GMNI Komisariat UPI ... 145

2. Bagi Kader Organisasi ... 146

3. Bagi Peneliti ... 146

4. Bagi Mahasiswa ... 146

5. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 147

6. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan... 148

7. Bagi Universitas ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 46

Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 130

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Piramida Partisipasi Politik ... 49

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tipe Partisipasi Politik ... 50

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data ... 78

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 79


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Komunikasi organisasi kemahasiswaan di Indonesia : studi komparatif antara pengurus besar himpunan mahasiswa Islam dengan presidium gerakan mahasiswa nasional Indonesia periode 2013-2015

0 11 0

PERANAN KOMUNIKASI ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN KADER (Studi Analisis pada Anggota Biasa HMI Komisariat Sosial Politik Universitas Lampung, Kedaton, Bandar Lampung).

0 7 4

PERANAN KOMUNIKASI ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN KADER (Studi Analisis pada Anggota Biasa HMI Komisariat Sosial Politik Universitas Lampung, Kedaton, Bandar Lampung).

1 8 4

KAJIAN TENTANG KAMMI (KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA) SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK MAHASISWA

0 15 124

PERAN GMNI DALAM MELAKUKAN PENDIDIKAN POLITIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN POLITIK MAHASISWA.

0 5 22

Peranan Komite Nasional Pemuda Indonesia Sebagai Sarana Pendidikan Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Pemuda.

0 1 6

PERAN SOSIALISASI POLITIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLIITK MAHASISWA : Studi Deskriptif Terhadap Organisasi Kemahasiswaan BEM REMA UPI.

2 25 29

PERANAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN EKSTRAUNIVERSITER DALAM PENGUATAN KARAKTER KEPEMIMPINAN MAHASISWA.

0 3 42

STRATEGI ORGANISASI di hmi komisariat

0 0 20