IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN BERBASIS NILAI SATYA DAN DARMA PRAMUKA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUDA MANDIRI MELALUI KEGIATAN ALAM TERBUKA.

(1)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ……… ii

ABSTRAK ……… iii

ABSTRACT ……… iv

KATA PENGANTAR ……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ix

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR BAGAN ……… xx

DiAFTAR GAMBAR ……… . xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Definisi Operasional ... 17

E. Tujuan Penelitian ... 23

F. Kegunaan Penelitian ... 24


(2)

vi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kepramukaan sebagai Bagian dari Sistem Pendidikan Nasional … 33

B. Implementasi Model Pembelajaran berbasis Nilai sebagai Proses Pendidikan ……… 54

C. Nilai Kemandirian pada Kegiatan Alam Terbuka dalam Kepramukaan ………... 57

D. Satya dan Darma Pramuka sebagai Kode Kehormatan Anggota Pramuka ……….……… 71

E. Kemandirian Generasi Muda ……… 84

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 95

B. Lokasi Penelitian ... 100

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 101

D. Prosedur Pengumpulan Data ...105

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 106

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Empiris Generasi Muda serta Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka di Jawa Barat Saat Ini ... 110

2. Model Pembelajaran Kemandirian Berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ... 133


(3)

vii

Satya dan Darma Pramuka pada Kegiatan Alam Terbuka

dalam Membentuk Generasi Muda Mandiri ... 184

4. Efektifitas Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka dalam Membentuk Generasi Muda Mandiri Melalui Kegiatan Alam Terbuka ……… 203

B. Pembahasan 1 Model pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuk ……… 218

2 Implementasi Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka ……… 221

3 Efektivitas Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka ……… 225

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 230

B. Rekomendasi ……… 237

DAFTAR PUSTAKA ……… 241

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 250


(4)

viii

DAFTAR TABEL

4.1 Data Pembina berdasarkan Lamanya Menjadi Pembina di

Gugusdepan ……… 126 4.2 Pemahaman Pembina terhadap Ide Dasar Pendidikan Kepramukaan .. 127 4.3 Latar Belakang Pendidikan Kepramukaan Pembina Pramuka ……… 128 4.4 Perkembangan SKU Golongan Penggalang ……… 132 4.5 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Siaga terhadap

Kegiatan Berkemah ……… 135 4.6 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penggalang terhadap Kegiatan Berkemah ……… 137 4.7 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Perilaku Mampu

Berinisiatif Dalam Kegiatan Berkemah ……… 139 4.8 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu

Menyelesaikan Masalah Dalam Kegiatan Berkemah ……… 142 4.9 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Percaya Diri

dalam Kegiatan Berkemah ………. 144 4.10 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Berkemah ……….. 146 4.11 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penegak dan

Pandega terhadap Kegiatan Berkemah ……… 151 4.12 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Perilaku Mampu


(5)

ix

4.13 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu

Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Berkemah …………. … 155 4.14 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa

Rasa Percaya Diri dalam Kegiatan Berkemah ………... 158 4.15 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri tanpa

Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Berkemah ……… 159 4.16 Tingkat Ketertarikan Peserta Pramuka Siaga terhadap Kegiatan

Pengembaraan / Petualangan ………... 164 4.17 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penggalang terhadap Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……… 165 4 18 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Berinisiatif …… 166 4.19 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ………. 167 4.20 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa Percaya Diri dalam Kegiatan Pengembaraan /Petualangan ……….. 169 4.21 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

Tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Pengembaraan /

Petualangan ……….. 170 4.22 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Penegak Dan Pandega

terhadap Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……… 172 4.23 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Berinisiatif dalam


(6)

x

4.24 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Mampu Menyelesaikan Masalah dalam Kegiatan Pengembaraan /Petualangan ………. 176 4.25 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Memiliki Rasa

Percaya Diri dalam Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ……….. 178 4.26 Sikap Responden terhadap Penanaman Nilai Melakukan Sendiri

tanpa Bantuan Orang Lain dalam Kegiatan Pengembaraan /

Petualangan ………. 179 4.27 Tingkat Ketertarikan Responden Peserta Pramuka Penegak dan

Pandega terhadap Kegiatan Survival ……… 182 4.28 Sikap Responden Terhadap Penanaman Nilai Kemandiria Dalam

Kegiatan Survival ………... 183 4.29 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 185 4.30 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ……… 185 4.31 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Keikutsertaan dalam

Golongan Keanggotaan Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan

Pandega .. ………. 186 4.32 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

Kegiatan Berkemah……….. 186 4.33 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

Kegiatan Pengembaraan / Petualangan ………... 187 4.34 Data Responden Menurut Keikutsertaan dalam Melakukan

Survival ……… 188 4.35 Sikap Responden terhadap Efektifitas Model dalam Membentuk


(7)

xi

Perilaku Mampu Berinisiatif ……… 206 4.36 Sikap Responden terhadap Efektivitas Model dalam Membentuk

Perilaku Mampu Menyelesaikan Masalah ……….. 208 4.37 Sikap Responden terhadap Efektifitas Model dalam Membentuk

Perilaku Mampu Memiliki Rasa Percaya Diri ………. 210 4.38 Sikap Responden terhadap Efektifitas Model dalam Membentuk Perilaku


(8)

xii

DAFTAR BAGAN


(9)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Konsep Penelitian .……… 32

2.1 Hubungan Model Pendekatan Pendidikan Nonformal terhadap Pendidikan Formal ……… 38

2.2 Sistem Pendidikan Nasional ………... 42

2,3 Tiga Komponen Proses Pendidikan ……...………. 49

2.4 Metode Kepramukaan ………. 82

2.5 Model Proaktif……….………. 85

2.6 Ketergantungan Menuju Kemandirian ………..………… 87

2.7 Mementingkan Diri Menuju Kepedulian kepada Orang Lain ……….. 88

4 1 Model Pembelajaran Kemandirian ………..………… 221

4 2 Implementasi Model Pembelajaran Kemandirian ……… 225


(10)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrument Penelitian ……… 250 Lampiran 2 : Angket I ……… 273 Angket II ……….. 283 Lampiran 3 : 1. Sebaran Uji Kegiatan di Alam terbuka …………. 286 2. Sebaran Uji Kemandirian ………. 294 Lampiran 4 : Output SPSS ………. 302 Lampiran 5 : Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UPI …… 308 Lampiran 6 : Permohonan Izin Melakukan Observasi/Penelitian 310 Lampiran 7 : Foto Kegiatan ……… 311


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menegaskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Selanjutnya pasal 13 ayat (1) undang-undang tersebut menegaskan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” Pendidikan nonformal lebih diarahkan untuk membina, membimbing generasi muda dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan untuk menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan pendidikan informal lebih diarahkan kepada penanaman nilai-niali kebiasaan dalam keluarga, tata karma dalam keluarga, kerukunan, persaudaraan yang membentuk kekuatan diri baik secara individu, dalam komunitas keluarga serta dalam kehidupan bermasyarakat. Gerakan Pramuka memadukan dan mengembangkan kedua jalur pendidikan tersebut melalui metode kepramukaan yang dapat menjadikan generasi muda yang memiliki keterampilan serta nilai yang universal sebagai generasi muda yang tangguh dan mandiri. Gerakan Pramuka menghantar generasi muda


(12)

meraih kedewasaannya yang memiliki nilai serta kualitas diri sesuai dengan tujuan nasional yang mengandung aspek intelektual, moral, dan estetik. Pendidikan Luar Sekolah baik itu jalur pendidikan nonformal maupun pendidikan informal saat ini telah mendapat perhatian dari pemerintah terbukti dengan meningkatnya peranan PLS yang berkembang dari tingkat pusat sampai daerah. Namun demikian secara kualitas baik kelembagaan maupun proses pendidikannya sendiri masih banyak sekali kekurangan dan kelemahannya, sehingga berpengaruh besar terhadap proses pembentukan kemampuan serta pengembangan watak, karakkter generasi muda bangsa saat ini. Kaitannya dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Kepres no. 24 tahun 2009 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka menegaskan bahwa kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam kegiatan yang menarik dan menyenangkan, dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, karakter kepribadian mandiri. Kegiatan kepramukaan dilakukan di alam terbuka akan memiliki dua nilai yaitu pertama adalah nilai formal atau pembentukan watak (character building), nilai materiil yaitu nilai kegunaan praktisnya. Dengan demikian kepramukaan merupakan proses nilai yang diimplementasikan dalam turut mengembangkan karakter generasi muda yang tangguh, cerdas serta mandiri melalui model pembelajaran yang kooperatif dan akomodatif.

Kemandirian mengandung nilai-nilai pengembangan kecerdasan, prilaku diri yang lekat kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia, dalam hal ini generasi muda. Dia membentuk dirinya sendiri sebagai manusia yang berkualitas


(13)

dan tangguh melalui self education. Sepanjang perjalanan hidupnya melalui komitmen diri berusaha membentuk dirinya sendiri dengan bimbingan orang dewasa memecahkan masalah sendiri dan berusaha sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungan dalam setiap menghadapi masalah, rintangan dan tantangan. Masalah kemandirian sangat lekat dengan sifat kepribadian yang melekat pada setiap individu yang merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta pengalaman dalam proses kehidupannya. Manusia akan terus belajar untuk mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dan lingkungannya yang pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Oleh karena itu kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara komulatif dari beberapa aspek antara lain aspek emosi, ekonomi, sosial, dan intelektual. Kecerdasan genersi muda kita perlu ditopang oleh pendidikan watak, karakter, serta penanaman rasa tanggung jawab moral yang tinggi. Hal ini sangat diperlukan dalam proses pembentukan manusia mandiri sebagai sumber daya manusia yang handal sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional kita.pada

Kondisi lingkungan saat ini sangat kritis sebagai dampak dari globalisasi dan industrialisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya baik secara fisik maupun nonfisik. Secara nonfisik dalam kehidupan sosial, dapat kita amati dari sikap dan perilaku manusia itu sendiri yang tidak rukun, dan demi kepentingan sendirinya dengan keserakahannya merusak, mengorbankan alam tempat hidup dan kehidupan mereka sendiri. Dewasa ini sebagai dampak globalisasi adanya akses informasi


(14)

telah membawa terjadinya penetrasi global kedalam keluarga, berupa model gaya hidup yang tidak cocok dengan realita sosial. Demikian juga pendidikan watak, karakter, tenggang rasa dalam keluarga kurang diperhatikan, karena waktu lebih banyak disibukkan oleh suasana persaingan pola hidup materialistic swebagai akibat globalisasi tersebut. Dengan demikian menghadapi era globalisasi secara sadar dan secara konseptual keluarga dapat membawa anggotanya menjadi generasi yang tangguh menghadapi berbagai perubahan dan tantangan. Hal ini bisa terwujud bila sistem pendidikan dalam keluarga dibenahi melalui keterpaduan dengan sistem pendidikan yang berbasis nilai dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan mandiri baik sebagai individu, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Secara fisik, kondisi lingkungan yang sangat memprihatinkan dengan ditandai kian banyaknya flora dan fauna yang terancam punah, sebagaimana terungkap dalam Simposium Internasional “Konservasi Flora dan Fauna yang Terancam Punah” di Auditorium IPB Bogor tanggal 4 Juli 2011. Salah seorang peneliti burung dari Fakultas Kehutanan IPB Bogor mengungkapkan bahwa 121 spesies burung endemic Indonesia kondisinya terancam kritis, sedangkan 32 spesies burung di Indonesia terancam punah. Padahal Indonesia memiliki 372 spesies burung endemik di dunia yang artinya 372 jenis tersebut tak ditemukan di negara selain Indonesia. Pengrusakan hutan, polusi udara, pencemaran sungai, hilangnya sumber mata air, sebagai akibat ulah manusia itu sendiri yang merangsang terjadinya petaka yang datang dari alam sendiri seperti pergeseran tanah dan air, longsor, banjir bandang, puting beliung, gempa bumi di darat maupun dilaut, cuaca yang tidak menentu, gunung meletus


(15)

serta malapetaka lainnya. Semuanya menelan korban yang tidak sedikit. Kejadian tsunami saja di Indonesia sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 2007 tercatat 213.254 tewas, belum yang tidak terdata, belum yang luka. Bencana tersebut telah memporak porandakan sarana prasarana sumber pokok hidup dan kehidupan manusia yang berpengaruh besar terhadap kondisi social, ekonomi serta kultur setempat. Bangunan tempat tinggal, jalur transfortasi, sarana dan prasarana pendidikan serta kegiatan sosial ekonomi lainnya turut memperparah pengaruh negatip terhadap perilaku masyarakat terutama terhadap generasi muda kita. Kondisi keluarga yang memerlukan rehabilitasi untuk kembali menjadi keluarga yang berfungsi sebagai pusat pendidikan pertama untuk individu-individu didalamnya.

Manusia sebagai anggota keluarga memiliki fungsi dan peranan yang sangat menentukan hidup dan kehidupan dalam keluarga. Semua anggota keluarga sebagai kumpulan individu-individu yang berintegrasi dalam tingkah laku pribadi yang dalam komunitas keluarga terikat oleh hubungan darah dan atau hubungan ikatan batin kekeluargaan. Pendidikan pertama terjadi terutama pada saat manusia berada dalam pengaruh orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik, memupuk membina anaknya menjadi manusia yang memiliki watak, karakter serta pribadi yang baik, taat pada tatakrama keluarga dan norma sosial budaya yang berlaku. Nampak di sini bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dalam menumbuhkembangkan generasi muda, salah satu dari fungsi tersebut adalah fungsi pendidikan, Ini berarti bahwa keluarga berfungsi menanam, memupuk dan


(16)

mengembangkan nilai-nilai kehidupan pada lingkungannya terutama pada generasi muda.

Masyarakat terdiri dari kesatuan orang, kelompok, keluarga, yang merupakan komunitas tertentu. Hal tersebut terbentuk karena kepentingan yang sama, ikatan adat istiadat atau budaya, kewilayahan, serta hal lain yang mendorong terbentuknya komuninas tersebut. Perkembangan masyarakat nampak dari bergesernya pola hidup dari masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang kompleks, atau dari masyarakat yang bersifat homogin ke masyarakat yang heterogin. Kesemuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan generasi muda yang sedang mencari bentuk.

Kondisi generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, antara lain timbulnya kenakalan remaja, narkoba, tawuran, geng-gengan, serta kasus-kasus lainnya. Keadaan yang serba mudah dan serba ada mengakibatkan kemalasan untuk menghadapi tantangan sehingga membunuh kreatifitas dan lunturnya nilai kemandirian. Rendahnya kemandirian merupakan kualitas diri yang berakibat lemahnya potensi bangsa yang harus segera diatasi melalui pendidikan nilai yang diimplementasikan melalui model pembelajaran kemandirian dibawah binaan, bimbingan orang dewasa yang ada di sekelilingnya. Contoh kecil dari kenakalan remaja antara lain :

1. Hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006 didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan seks pada umur 13 sampai dengan 18 tahun, 60 % tidak menggunakan alkon dan 85 % dilakukan di rumah sendiri.


(17)

2. Hasil survai Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak di 33 propinsi Januari sampai dengan Juni 2006 menyimpulkan :

a. 97 % remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno.

b. 93,7 % remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genetial stimulation dan oral seks.

c. 62,7 % remaja SMP tidak perawan. d. 21,2 % remaja mengakui aborsi.

3. Data Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP Jawa Barat) tahun 2001-2008 tercatat penyalahgunaan Narkoba dari 3817 kasus pada tahun 2001 meningkat rata-rata sebesar 42,48 % pertahun. Tersangka kasus Narkoba dari 4924 orang menjadi 31635 orang atau meningkat 49,5 % pertahun (BNP Jawa Barat). Data dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat pengguna NAFZA tahun 2007 tercatat usia 6-18 tahun sebanyak 1324 orang dan usia 19-59 tahun sebanyak 9648 orang.

4. Data dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, tercatat siswa melihat guru merokok 91 %, 4 % tidak melihat, dan 5% tidak tahu. Malah berdasarkan hasil penelitian Fakultas Kesehatan Muhammadiyah diperoleh data bahwa sebanyak 31 % remaja SMP dan SMA di Jakarta sudah merokok sejak usia 15 tahun. !,9 % mengaku sudah merokok sejak usia 4 tahun (Hamka).

5. Data dari Departemen Kesehatan R.I, Desember 2008 secara komulatif jumlah peserta infeksi HIV dan kasus AIDS yang tercatat 13424 kasus dengan rincian: kasus AIDS 8194 orang (61,1 %) dan kasus infeksi HIV 5230 orang (38,9 %), sebagian besar generasi muda dan dewasa muda.


(18)

Upaya telah banyak dilakukan antara lain melalui kegiatan pembelajaran serta proses pendidikan baik pendidikan formal, nonformal maupun informal. Namun upaya tersebut belum efektif, terutama dalam proses implementasi ketiga jalur pendidikan tersebut yang belum utuh, belum terpadu, dan belum sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Dengan demikian dituntut adanya peningkatan, intensitas dan kualitas pelaksanaan nilai yang dapat membentuk dan menumbuhkan komitmen diri menjadi generasi muda yang mandiri untuk menghadapi fenomena sosial yang telah berkembang menjadi masalah sosial. Disamping masalah sosial sebagai mana disinggung diatas juga terjadinya masalah kebangsaan yang sangat mengancam keutuhan negera kita yang kita cintai. Masalah tersebut menurut Azrul Azwar ( 2011) antara lain : “Solidaritas sosial rendah, semangat kebangsaan rendah, semangat bela Negara rendah serta semangat persatuan dan kesatuan rendah”. Ini semua memerlukan perhatian serius dari semua potensi bangsa, terutama para pemegang kebijakan serta para pendidik, dan para tokoh masyarakat terutama para orang tua yang bersangkutan. Diperlukan ketekunan dan kesungguhan dalam meningkatkan prestasi dalam pendidikan nasional kita sehingga tercipta generasi muda masa depan bangsa yang mandiri, unggul dan proposional. Itu semua adalah merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebangsaan yang akan mampu mengatasi, menyelesaikan masalah serta tantangan pembangunan yang makin kompleks.

Satu fenomena universal yang diamati sekarang adalah kesenjangan dalam pendidikan yang terjadi hampir di seluruh dunia, yang oleh WOSM ( World Organitation Scout movement ) dinamakan “ defisit pendidikan “ ( educational


(19)

deficit ). Defisit pendidikan yang terdapat dalam pendidikan di sekolah (formal) defisit pendidikan di lingkungan keluarga (informal) serta defisit pendidikan di luar sekolah (nonformal) Defisit pendidikan di sekolah berdampak banyak orang berkata bahwa sekarang sekolah-sekolah banyak materi yang harus diajarkan. banyak mengajar tetapi makin kurang mendidik ( More and more teaching less and less educating ). Defisit pendidikan di lingkungan keluarga terjadi karena sibuknya orang tua, anak mendapatkan kebebasan pada usia makin muda, sehingga anak dapat terjerumus dalam pergaulan yang kurang baik. Hal ini terjadi karena kebebasan anak tidak dibarengi dengan pembekalan bagaimana mereka harus membawa diri dalam kebebasan itu. Terjadilah defisit pendidikan di lingkungan keluarga. ( Given more freedom, but without the needed autonomy ). Demikian pula terjadi defisit pendidikan dalam bidang pendidikan luar sekolah, terfokus hanya kepada keterampilan bukan kepada nilai, sehingga mereka terpengaruh oleh konsumerisme, terkesan seolah-olah kebahagiaan hidup adalah pemilikan barang-barang dan bukan dari pemilikan akan nilai-nilai yang lebih tinggi. Mereka dengan cepat belajar bahwa semua itu ada harga dan ongkosnya, tetapi tidak tahu apa-apa mengenai nilai-nilai. ( Know the costs of everything, but the value of nothing ). Dengan demikian permasalah pendidikan generasi muda kita makin kompleks, perlu adanya sistem pendidikan yang mudah, menarik untuk mereka yang terkonsetrasi terhadap pendidikan karakter melalui metode pendidikan yang akomodatif, kooperatif dan akrab dengan lingkungan mereka yaitu melalui kegiatan di alam terbuka.


(20)

Kegiatan alam terbuka termasuk pendidikan nonformal yang berfungsi membentuk watak, kepribadian, cinta alam dan kasih sayang kepada sesama hidup. Manusia pada dasarnya dapat memahami makna kehidupan ini dari alam terbuka. Permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana. Dengan kesederhanaan akan memudahkan untuk memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk ciptaan Tuhan yang penuh rahasia beserta permasalahannya. Kegiatan di alam terbuka memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya. Kegiatan alam terbuka tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan perkemahan, kegiatan pengembaraan / petualangan dan kegiatan / pelatihan survival yang merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan kepramukaan.

Kepramukaan merupakan bagian dari Pendidikan Luar Sekolah yang turut menumbuhkan, mengembangkan serta memupuk nilai-nilai kehidupan yang akan mereka jadikan bekal dalam mengarungi kehidupan di alam semesta ini. Pendidikan kepramukaan diproses melalui penanaman, pemberian materi yang terdiri keterampilan serta nilai hidup yang berbasis nilai Satya dan Darma pramuka. Proses tersebut menggunakan model pembelajaran kemandirian yaitu metode kepramukaan yang secara universal diterapkan pada generasi muda kita melalui sistem among. Metode Kepramukaan merupakan Model Pembelajaran Kemandirian berbasis Satya dan Darma Pramuka yang diterapkan melalui penggolongan usia, disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan pisik serta psikis peserta didik. Golongan Siaga adalah usia 7 sampai dengan 10 tahun,


(21)

golongan Penggalang usia 11 sampai 15 tahun, golongan Penegak usia 16 sampai dengan 20 tahun, dan golongan Pandega usia 21 sampai dengan 25 tahun. Setiap golongan memiliki Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK) dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) sebagai kurikulum yang harus ditempuh.

Kepramukaan berfungsi sebagai lembaga pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga, sebagai wadah pembinaan dan pengembangan sumber daya generasi muda, berlandaskan sistem among dengan menerapkan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. Kepramukaan merupakan sistem pendidikan nilai yang misi utamanya adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak karakter generasi muda mandiri. Proses tersebut merupakan model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang diimplementasikan melalui penerapan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. Kegiatan dan permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana, dan dengan kesederhanaan itu akan memudahkan memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk Tuhan. Dengan kegiatan alam terbuka yang berupa kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan serta kegiatan survival akan dibentuk manusia tangguh, memiliki kemandirian, dan paham terhadap alam sekelilingnya sehingga mampu menghadapi tantangan, hambatan, masalah yang muncul dari alam semesta yang penuh rahasia.


(22)

Dilihat dari perspektif sosial budaya kepramukaan merupakan produk budaya manusia dan atau masyarakat untuk memenuhi kepentingan pewarisan nilai pada pengembangan kecerdasan dalam kaitan dengan peningkatan kualitas hidup manusia. Dari perspektif sosial budaya tersebut kepramukaan merupakan gerakan transformasi sistem sosial budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sasaran akhir dari kepramukaan adalah pembentukan watak/ karakter kepribadian yang mandiri. Kegiatan kepramukaan dilakukan melalui alam terbuka dengan harapan kegiatan kepramukaan memiliki dua nilai, yaitu nilai formal atau nilai pendidikan watak (character building), serta nilai materil yaitu nilai kegunaan praktisnya. Gerakan Pramuka telah memiliki Model Pembelajaran Kemandirian yang berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yaitu Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang telah baku. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan tersebut merupakan proses penerapan nilai yang ditanamkan untuk turut mengembangkan karakter generasi muda yang tangguh, cerdas dan mandiri melalui model pembelajaran yang kooperatif dan akomodatif di alam terbuka. Prinsip Dasar serta Metode Kepramukaan yang sudah baku tersebut dalam perkembangannya terutama dalam implementasi di lapangan dirasakan banyak yang tidak sesuai dengan makna dan arah pendidikan kepramukaan. Hal tersebut mengakibatkan mudahnya pengaruh negatif masuk dalam sistem pendidikan kepramukaan, implementasi kepramukaan di Jawa Barat masih belum efektif, masih banyak kelemahan, kekurangan, serta banyak pemanfaatan yang membawa kepramukaan tidak sesuai dengan prinsip dasar serta metode kepramukaan tersebut. Dengan demikian peneliti sangat berkepentingan untuk menemukan


(23)

penyimpangan, kelemahan, dan kekurangan efektifitas tersebut untuk bahan perbaikan, pelurusan, serta peningkatan peran Gerakan Pramuka dalam proses pembangunan sumber daya manusia yang utuh dan serasi dengan alam lingkungannya.

Dihubungkan dengan kondisi generasi muda saat ini, peneliti memfokuskan penelitian pada implementasi model pembelajaran kemandirian yang berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dengan harapan metode kepramukaan yang berintikan nilai tersebut secara efektif dapat menjadi solusi handal menghadapi permasalahan generasi muda saat ini sesuai deengan visi dan misi Gerakan Pramuka.

Dalam proses implementasi tersebut peneliti memilih kegiatan di alam terbuka yaitu 1) kegiatan perkemahan, 2) kegiatan pengembaraan/petualangan, serta 3) kegiatan survival. Kegiatan -kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan metode kepramukaan.yang sangat efektif dilaksanakan untuk membentuk generasi muda mandiri serta untuk mewujudkan visi dan misi Gerakan Pramuka saat ini. Ketiga kegiatan tersebut memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk karakter individu dan atau kelompok serta merupakan metode pendidikan alam terbuka yang cocok diterapkan dalam usaha membentuk generasi muda mandiri melalui penanaman nilai Satya dan Darma Pramuka. Perkemahan adalah cara yang lebih baik untuk mengajarkan tentang karakter yang diinginkan kepada peserta didik melalui metode kepramukaan. Kegiatan pengembaraan/petualangan yang secara terencana muncul dari dirinya sendiri untuk mengetahui sesuatu nyang baru, mendalami, memahami kehidupan di alam


(24)

semesta yang penuh rahasia sebagai nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedangkan kegiatan survival merupakan kegiatan yang penuh kesadaran untuk membentuk diri menjadi manusia yang memilki kemampuan untuk berhasil dalam mengatasi setiap permasalahan, tantangan dan hambatan melalui tindakan yang konstruktif. Ketiga kegiatan tersebut saling mengisi, diformulasikan melalui kegiatan kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka dengan metode kepramukaan yang berbasiskan nilaik Satya dan Darma Pramuka berupa untuk membentuk generasi muda yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa masalah yang akan menjadi bahan penelitian pada desertasi ini, antara lain :

1. Kondisi generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, antara lain timbulnya kenakalan remaja, narkoba, tawuran, geng-gengan, serta kasus-kasus demoralisasi lainnya yang sangat mengkhawatirkan perkembangan generasi muda, sebagai dampak dari globalisasi.

2. Pelaksanaan ketiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, serta pendidikan informal belum secara utuh terpadu dilaksanakan, sehingga kemitraan antara ketiga unsur tersebut tidak terwujud, yang berdampak pembentukan kemampuan serta pengembangan watak peserta didik kurang dapat dirasakan.


(25)

3. Masyarakat, khususnya generasi muda saat ini kurang akrab dengan lingkungan sehingga alam yang menjadi tumpuan hidup kita, menjadi pemuas pola hidup yang mengorbankan keutuhan alam semesta, karena ketidak mengertian dan atau kurang tangguh menghadapi masalah serta kurang memiliki kemandirian serta hilangnya rasa tanggungjawab baik sebagai pribadi maupun sebagai warga nagara.

4. Kegiatan / pelatihan dalam kepramukaan lebih banyak diformalkan di sekolah, sehingga kepramukaan sebagai lembaga pendidikan luar sekolah tidak terasa. Keleluasaan untuk menjadikan alam terbuka sebagai sarana pendidikan kepramukaan kurang dimanfaatkan terutama kegiatan / pelatihan perkemahan, pengembaraan / petualangan serta kegiatan/pelatihan survival yang sangat efektif dalam membentuk kemandirian generasi muda.

5. Metode Kepramukaan yang merupakan model pembelajaran dalam pendidikan kepramukaan saat ini belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, dirasakan banyak kekurangan, kelemahan dan penyimpangan, sehingga perlu di revitalisasi agar pendidikan kepramukaan menjadi solusi handal mengahadap / mengatasi masalah generasi muda saat ini

6. Metode Kepramukaan yang merupakan model pembelajaran kemandirian yang berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan melalui kegiatan alam terbuka sangat dibutuhkan dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan mandiri.


(26)

7. Dengan kondisi tersebut diatas mengakibatkan lemahnya kualitas generasi muda kita dalam menghadapi kondisi tersebut diatas, sehingga mereka kurang mampu menghadapi pola hidup yang merugikan dirinya. Demikian pula kurang / tidak mampu menghadapi tantangan alam yang setiap waktu bisa terjadi pada dirinya.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan terdahulu, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sejauhmana metode kepramukaan yang diimplementasikan melalui kegiatan di alam terbuka efektif dapat membentuk generasi muda mandiri. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian dapat dijabarkan kedalam pertanyaan sebagai berikut :: 1. Bagaimana kondisi empiris generasi muda serta model pembelajaran

kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat? 2. Bagaimana model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka pada kegiatan alam terbuka dapat membentuk generasi muda mandiri ?

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka


(27)

D. Definisi Operasional.

1. Nilai dalam penelitian ini adalah nilai dalam sistem pendidikan nasional, identik dengan tujuan nasional yang mengandung aspek intelektual, moral dan estetik. Nilai adalah sesuatu yang dirasakan oleh seseorang sebagai pendorong dan prinsip hidup, karena nilai menduduki tempat yang penting dalam kehidupan seseorang yang bersentuhan dengan akhlak, norma hidup serta perilaku terpuji sebagai modal dasar dalam hidup dan kehidupannya. Ni Uyoh Saduloh (2003 : 38 s.d 40) mengemukakan ada beberapa karakteristik nilai, yaitu :

a. Nilai obyektif

Nilai obyektif memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia, memiliki nilai intristik. Semua mengakui bahwa pendidikan adalah baik dan benar

b. Nilai subyektif

Nilai subyektif memiliki preferensi pribadi, karena sebagai hasil penilaian seseorang. Baik atau berharga bukan karena nilai instrinsik yang ada pada dirinya, melainkan karena manusia telah menilainya. Pendidikan berharga sebagai hasil penelitian manusia atau karena manusia menilainya berharga.

c. Nilai absolut

Nilai absolut adalah nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras maupun kelas sosial.

Rahmat Mulyana (2004 : 17) mengemukakan bahwa: “nilai pada umumnya dapat mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk)”. Nilai adalah pendidikan moral yang mengajarkan berbagai kebenaran yang bersifat scientific, filosofis maupun religious.

2. Model menurut Marzuki dalam Bashiruddin A. (2008: 14) ada tiga pengertian model. Pertama, model sebagai suatu pola atau aturan tentang sesuatu yang


(28)

akan dihasilkan. Kedua, suatu contoh sebagai tiruan dari pada aslinya. Ketiga seperangkat faktor atau variable yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan unsur yang menggambarkan suatu kesamaan sistem. Sementara itu Ishaq dalam Suprayogi (2005:13) mengemukakan:

Model adalah refresemtasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu, Model tersebut dapat membantu membedakan hal-hal yang esensial dan tidak esensiali situasi masalah. Model juga merupakan alat artificial untuk menyusun secara imjinatif dan menginterpretasikan pengalaman seseorang tentang situasi masalah.

Dengan demikian model dalam penelitian ini adalah suatu pola atau metode tentang pendidikan kepramukaan dalam membentuk generasi mandiri melalui kegiatan alam terbuka.

3. Mandiri berarti keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Steinberg dalam Santrok.J.W (1995:289) mengemukakan bahwa kemandirian memiliki tiga type yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai. Menurut Imam Barnadib dalam Mu’tadim.Z (13-12-2009.8.06) mengemukakan bahwa kemandirian adalah meliputi perilaku yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian juga merupakan suatu keadaan sehingga seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

4. Generasi muda menurut pusat penelitian Kebijakan Publik Lembaga Penelitian Universitas Pajajaran adalah golongan manusia muda rentang usia 0 sampai dengan 30 tahun. PBB mengemukakan klasifikasi generasi muda berdasarkan usia 15 sampai dengan 24 tahun. Dalam Gerakan Pramuka yang


(29)

menjadi sasaran penelitian ini adalah generasi muda yang diklasifikasikan berdasarkan usia 7 sampai 25 tahun, dengan tingkat usia sebagai berikut : 7 sampai dengan 10 tahun dinamakan golongan siaga, 11 sampai 15 tahun disebut dengan golongan penggalang, 16 sampai 20 tahun golongan penegak, dan 21 sampai 25 tahun golongan pandega.

5. Gerakan Pramuka adalah Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan nonformal, di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda berlandaskan sistem among dengan menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan.

Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisiknya sehingga menjadi :

a. Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, emosinal, dan tinggi moral.

2) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya. 3) Kuat dan sehat jasmaninya.

b. Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan


(30)

Negara, melalui kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan baik lokal, nasional mupun internasioanal.

6. Satya dan Darma Pramuka adalah nilai yang merupakan kode kehormatan yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut Darma. Kode kehormatan pramuka tersebut merupakan nilai, kode etik anggota gerakan pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat yang diterimanya dengan sukarela serta demi kehormatan dirinya. Kode kehormatan pramuka tersebut disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya, yaitu untuk Siaga terdiri atas Dwisatya dan Dwidarma, golongan Penggalang terdiri atas Trisatya Penggalang dan Dasadarma, untuk golongan pramuka Penegak / Pandega terdiri atas Trisatya Penegak / Pandega dan Dasadarma, untuk golongan Pramuka Dewasa terdiri atas Trisatya anggota Dewasa dan Dasadarma.

7. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses, cara, yang dilakukan oleh orang dewasa dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik atau kaum muda untuk memiliki pengalaman belajar. Pembelajaran yang “menitik beratkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu / fasilitator “ (Djudju Sudjana,2005:37).

8. Pendidikan dalam penelitian ini adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan Pendidikan berusaha membantu hakekat manusia untuk meraih kedewasaannya yakni manusia yang memiliki


(31)

integritas emosi, intelek,dan perbuatan. Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan yang menekankan kesesuaian bathin antara anak dan alam semesta, lingkungan hidup mereka dengan bimbingan serta pembinaan orang dewasa.

9. Kegiatan alam terbuka dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan di alam bebas untuk mengenal ciri-ciri alam mencari pengalaman untuk hidup menghadapi makna hidup dan tantangan alam melalui latihan yang sungguh-sungguh di bawah binaan orang dewasa. Kegiatan tersebut berupa perkemahan, petualangan / pengembaraan dan kegiatan dan survival.

10. Perkemahan adalah kegiatan hidup di alam yang terbuka, di sekitar bukit-bukit dan pepohonan, burung dan binatang, lautan dan sungai; hidup di alam terbuka beratapkan tenda serta mengadakan penyelidikan, sungguh mendatangkan kesehatan. Kebahagiaan semacam itu tidak kamu jumpai di lingkungan tembok dan asap kota (Idik Sulaeman, 2007:12). Berkemah merupakan kegiatan terencana di luar kegiatan rutin baik di luar rumah maupun di luar sekolah yang diselenggarakan di alam terbuka dan merupakan alat pendidikan dimana Pembina mendapat kesempatan untuk membimbing para peserta muda agar belajar bermain yang baik, karena dalam masyarakat yang sebenarnyapun kelak mereka bila sudah dewasa harus menguasai aturan permainan yang baik. Baden Powel (Pustaka Tunas Media, 2008 : 48) mengemukanan bahwa “Dibandingkan dengan latihan yang ada di semua sekolah, maka perkemahan adalah cara yang jauh lebih baik untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang karakter yang diinginkan“.


(32)

11. Pengembaraan/petualangan adalah kegiatan perjalanan ke daerah baru yang dapat dilakukan di hutan, rimba, gunung, pantai, sungai, untuk mendalami, memahami kehidupan di alam semesta, yang penuh rahasia. Alam semesta adalah sumber kearifan dan tempat belajar semua orang, Itu sebabnya Tuhan dalam berbagai kitab suci menyuruh manusia membaca makna yang ada di alam semesta (Djamaludin Ancok, 2002: 3). Dalam Gerakan Pramuka pengembaraan merupakan kegiatan yang secara langsung untuk mencapai tujuan kepramukaan. Pengembaraan / petualangan merupakan metode pembentukan watak melalui kagiatan alam terbuka dimulai sejak usia golongan siaga. Ditingkatkan pada usia golongan penggalang, penegak dan pandega sehingga mereka secara bertingkat mengenal kehidupan yang memiliki asas manfaat terhadap sesama manusia dan alam lingkungan dengan bobot yang berbeda.

12. Survival adalah teknik bertahan hidup di alam terbuka yaitu kemampuan individu untuk berhasil dalam mengatasi dalam setiap permasalahan, tantangan dan hambatan melalui tindakan yang konstruktif. Kecerdasan survive adalah kemampuan individu untuk berhasil dalam mengatasi setiap permasalahannya melalui tindakan yang konstruktif, juga merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri secara efektif ketika berada dalam keadaan tekanan hidup yang berat serta kemampuan individu untuk bertahan dan tetap optimis, tetap berusaha mencari solusi atas masalahnya sampai berhasil. (Triantoro, 2006: 17).


(33)

Adiyuwono ( 1993 : 1 ) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan survival disini adalah “ kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan di sekelilingnya “. Sebelumnya ia menegaskan bahwa kemauan dan kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup dalam lingkungan dan sekitarnya merupakan naluri manusiawi yang merupakan penjelmaan dari daya makhluk yang sempurna serta naluri ini tumbuh, berkembang dengan sendirinya.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran model pembelajaran kemandirian pada pendidikan kepramukaan serta efektifitasnya terhadap pembentukan generasi muda mandiri. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapatkan dan mengetahui kondisi empiris generasi muda serta model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat.

2. Mengetahui dan memahami penerapan model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dalam membentuk generasi muda mandiri

3. Mengetahui dan memahami implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan melalui kegiatan alam terbuka.


(34)

4. Mengetahui dan memahami efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun secara praktis terhadap pengetahuan dan pengalaman hidup serta dalam khasanah ilmu pengetahuan yang menunjang proses pendidikan nasional.

1. Kegunaan teoritis

a. Memberikan sumbangan dalam aspek teori (keilmuan), yaitu bagi pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang pendidikan terutama dalam pendidikan non formal melalui metode kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan.

b. Menggali pendekatan baru dalam kegiatan alam terbuka sebagai proses pendidikan yang berfungsi membentuk watak dan kemandirian.

2. Kegunaan praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil keputusan di bidang pendidikan bahwa kegiatan / pelatihan alam terbuka perlu mendapat perhatian tersendiri.

b. Menunjukkan kepada pemberi keputusan serta insan pendidik bahwa pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang sekaligus


(35)

memberikan kejelasan bahwa gerakan pramuka merupakan lembaga pendidikan di alam terbuka yang di dalamnya terdapat kegiatan kepemudaan.

c. Menjadi informasi untuk memberikan rangsangan kepada semua orang tua dan masyarakat bahwa kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka sangat penting turut membantu pendidikan anak-anak mereka menjadi anak yang tangguh dan mandiri.

G. Kerangka teori dan kerangka pikir penelitian

1. Kerangka teori penelitian

a. Filsafat dan konsep pendidikan yang mendasari penelitian ini adalah konsep pendidikan yang menopang “ pendidikan nonformal yang menitik beratkan upayanya untuk membantu peserta didik sehingga mereka mengoptimasikan perkembangan intelek, perasaan, keterampilan dan aspirasinya” (D.Sudjana, 2008:14). Filsafat yang menopang terhadap pendidikan nonoformal tersebut antara lain :

1) Filsafat pembangunan dan pendidikan nasional. Filsafat bangsa Indonesia adalah pancasila sebagai perekat bangsa dan merupakan filsafat yang menjadi dasar landasan pembangunan bangsa dalam usaha mengembangkan kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Filsafat ini menjiwai sistem pendidikan nasional


(36)

terutama terhadap pembentukan, perkembangan serta pertumbuhan generasi muda menuju kedewasaan yang tangguh dan mandiri.

2) Filsafat idealisme, yaitu dikembangkannya kemampuan rohaniah, pikiran, jiwa atau potensi peserta didik yang berupa kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan aspirasinya sesuai dengan pendidikan luar sekolah. Berdasarkan filsafat idealisme, pendidikan nonformal perlu mendinamisasi dua hal yaitu meningkatkan kesadaran dan keakraban peserta didik terhadap seluruh potensi rohaniah yang dimiliki dirinya serta mengembangkan hubungan yang selaras antara unsur rohaniah peserta didik dengan lingkungannya.

3) Filsafat realisme berpandangan bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan mutlak. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari kenyataan yang ada di lingkungannya. Dalam aliran realis alamiah dan realis ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan hendaknya memuat bahan belajar inti (core) yang memungkinkan peserta didik dapat memahami lingkungan atau alam sekitar secara cepat.

4) Filsafat naturalistis, yaitu filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mempunyai kemampuan bertindak bebas secara alami dan dapat menumbuhkan, menjadikan manusia aktif, kreatif, berkembang serta mampu mengadakan cita, rasa, dan karsa.

5) Filsafat pragmatisme, yaitu filsafat yang berpendirian bahwa manusia belajar dari pengalamannya yang bermakna. Pengalaman terjadi karena adanya aktifitas, dan aktifitas ada karena adanya problema yang dihadapi.


(37)

Menurut aliran ini, manusia sederajat dengan lingkungan, dan keduanya mempunyai tanggung jawab sama, karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan.

6) Filsafat eksistensialisme, yaitu yang mengatakan bahwa manusia mempunyai eksistensi yang harus direalisasikannya dalam suasana kebebasan yang bertanggung jawab. Pendidikan harus memberi bekal yang luas dan komprehensip dalam semua segi kehidupan serta peserta didik memiliki pilihan bebas yang dipertanggung jawabkannya.

Selanjutnya ada lima aksioma filosofis paradigma naturalistik (Mudyahardjo 2010 : 150 ) yaitu :

1) Hakikat kenyataan ( ontology ). Hakikat kenyataan adalah jamak, terstruktur dan holistik.

2) Hubungan subyek dengan obyek ( epistemology ). Memiliki hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat dipisahkan.

3) Kemungkinan generalisasi ( logika ). Mengembangkan sosok pengetahuan yang bersifat ideografis.dalam bentuk .

4) Kemungkinan hubungan sebab-akibat ( logika ). Merupakan sebuah keadaan yang terbentuk bersama-sama secara serempak, sehingga tidak mungkin mmbedakan sebab-sebab dari akibat-akibatnya.

5) Peranan nilai-nilai dalam penyelidikan ( aksiologi ). Penyelidikan naturalistic tidak bebas nilai, tapi siap menerima nilai.


(38)

b. Teori pembelajaran yang digunakan, terdiri dari :

1) Teori koneksionisme. Teori koneksionisme menjelaskan bahwa belajar, baik pada hewan maupun manusia berlangsung menurut prinsip yang sama, yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara kesan panca indera dengan tindakan.

2) Teori Conditioning. Menurut teori ini belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yang berupa rangsangan. Pengkondisian dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu menimbulkan proses belajar.

3) Teori Gestalt ( bentuk ). Menurut teori ini inti belajar adalah wawasan (insight). Dalam wawasan itu, kelima hukum tersebut yaitu pragmanz, kesamaan, keterdekatan, kuntinuasi, dan ketertutupan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

4) Teori Medan. Teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin dengan formula B = f ( P,E ). Artinya perilaku ( behavior) sebagai perolehan belajar adalah fungsi individu (person) dan lingkungan ( environment ). Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.(H.D.Sudjana, 2005:56) c. Konsep Pendidikan Luar Sekolah yang menampilkan pendapat para akhli di

bidang PLS antara lain tentang apa itu Pendidikan Luar Sekolah, pengembangannya, pengorganisasiannya, kurikulumnya, karakteristik, arah dan tujuannya, azas yang dipegang dalam penyelenggaraan serta hal-hal lainnya yang bervisi membentuk manusia mandiri.


(39)

d. Teori tentang pengaruh timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam semesta memiliki kontribusi sangat besar terhadap proses implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

e. Visi dan misi pendidikan kepramukaan melalui metode kepramukaan berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka akan merangsang terbentuknya kemandirian serta akan menjadi solusi handal mengatasi masalah kepemudaan saat ini.

2 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir konsep penelitian ini berangkat dari konsep dasar tentang pentingnya implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka Konsep dasar tersebut mengacu kepada permasalahan kondisi generasi muda saat ini yang rentang terhadap pengaruh negatif dari lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai dampak dari era globalisasi Menghadapi kondisi tersebut diperlukan kualitas manusia khususnya generasi muda yang memiliki kekuatan dan ketahanan spiritual, ketahanan emosional, ketahanan sosial, ketahanan intelektual dan ketahanan fisik Generasi muda generasi muda yang tangguh dan mandiri yanng mampu menangkal, mengatasi tantangan hidup serta ancaman yang datang dari manusia itu sendiri maupun yang datang dari alam Semua itu memerlukan proses pendidikan melalui konsep pembelajaran kemandirian


(40)

Gerakan Pramuka sejak dari kelahirannya telah memiliki model konseptual pembelajaran kemandirian yaitu penanaman Prinsip Dasar serta penerapan Metode Kepramukaan berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka melalui sistem among Penelitian ini untuk mengkaji dan mengetahui efektivitas model pembelajaran kemandirian tersebut dapat membentuk generasi muda yang diharapkan Penelitian ini difocuskan kepada terwujudnya pemahaman bahwa model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka bila dilaksanakan dengan benar, sangat efektif dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan mandiri, sehingga Gerakan Pramuka menjadi solusi handal menghadapi masalah kaum muda saat ini

Landasan teori pada penelitian ini mengacu kepada teori tentang kependidikan terutama pendidikan nonformal, teori pengembangan sumber daya manusia pada pembentukan karakter dirinya, teori pembelajaran, teori kemandirian serta teori yang menopang kerangka konsep penelitian ini Teori-teori tersebut sebagai hasil dari kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dibantu oleh pendekatan kuantitatif, dengan maksud untuk mengetahi, memahami serta membuktikan keefektivan kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan dapat membentuk generasi muda yang tangguh dan mandiri Model pembelajaran kemandirian tersebut dalam kepramukaan adalah penanaman dan pemahaman Prinsip Dasar serta penerapan Metode Kepramukaan pada setiap kegiatan terutama pada kegiatan perkemahan, pengembaraan / petualangan serta kegiatan


(41)

survival Model tersebut diperkuat oleh asumsi bahwa Gerakan Pramuka memperkuat dan melengkapi pendidikan karakter generasi muda yaitu :

1. Turut menyumbang pada pendidikan nonformal terhadap generasi muda melalui system nilai yang didasarkan kepada Satya dan Darma Pramuka 2. Pendidikan kepramukaan menerapkan Prinsip Dasar dan Metode

Kepramukaan yang membuat masing-masing individu menjadi penggerak utama dalam pengembangan dirinya sendiri untuk menjadi orang yang mandiri

3. Kegiatan perkemahan, pengembaraan / petualangan dan kegiatan survival mendekatkan, mengakrabkan diri dengan alam sehingga generasi muda kita mampu menghadapi fenomena alam yang menimpa dirinya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan dapat membentuk generasi muda yang memiliki ketahanan spiritual, ketahanan emosional, ketahanan sosial, ketahanan intelektual dan ketahanan fisik sehingga menjadi generasi muda yang tangguh dan mandiri yaitu generasi muda yang memiliki perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi / memecahkan masalah, memiliki rasa percaya diri, serta mampu malaksanakan sendiri tanpa bantuan orang lain

Kesimpulannya adalah bahwa kegiatan alam terbuka dalam kepramukaan sangat efektif dalam membentuk generasi muda mandiri serta dapat menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini


(42)

Kondisi generasi muda sebagai pengaruh lingkungan dalam era globalisasi

Rumusan masalah : Bagaimana model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dapat membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka

Tujuan : - Mengetahui dan

memahami bahwa model pembelajaran

kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka pada kegiatan alam terbuka dapat membentuk generasi muda mandiri - Pendidikan

kepramukaan menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini

Landasan teori : - Pendidikan

Nonformal - Teori

pengembang an diri pada pembentuka n karakter - Teori pembelajara n - Teori kemandirian

Metodologi : Pendekatan kualitatif dibantu pendekatan kuantitatif Model pembelajaran kemandirian : - Penerapan

Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaa n

- Kegiatan di alam terbuka berupa perkemahan, pengembaraa n/ petualangan dan survival

Hasil penelitian : - Ketahanan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik - Mampu berinisiatif, mampu memecahkan/m engatasi masalah, memiliki rasa percaya diri, mampu melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain

Kesimpulan : - Kegiatan di alam

terbuka melalui pendidikan kepramukaan sangat efektif dalam membentuk generasi muda mandiri - Pendidikan kepramukaan dapat menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat ini.

Asumsi

1. Turut menyumbang kepada pendidikan generasi muda melalui system nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.

2. Pendidikan kepramukaan yang menerapka Prinsip Dasar serta metode yang membuat masing masing individu menjadi penggerak utama dalam pengembangan dirinya sendiri untuk menjadi orang yang mandiri.

3. Kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan serta survival mengakrabkan diri dengan alam, sehingga mereka mampu menghadapi fenomena alam yang menimpa dirinya.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian


(43)

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bahwa model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka dalam pendidikan kepramukaan dapat membentuk generasi muda mandiri. Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan nilai yang sangat efektif bila dilaksanakan melalui prinsip dasar serta metode kepramukaan yang benar. Melalui penelitian ini diharapkan model pembelarajaran tersebut dapat diterapkan menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat.

Bab III ini menjelaskan metode dan prosedur penelitian, mulai dari persiapan sampai akhir penelitian, instrumen yang digunakan serta unsur- unsur lainnya yang terkait dan terlibat dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu pendekatan dan metode penelitian, lokasi penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpolan data, serta teknik pengolahan data dan analisa data

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian dikemukakan Creswell dalam Emzir (2008:9) menyebutkan ada tiga yaitu pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif dan pendekatan gabungan (mixed methods Approach). Dalam penjelasannya Emzir (2008:28-29) mengemukakan :


(45)

Pendekatan mixed method merupakan salah satu pendekatan yang cenderung didasarkan pada paradigma pengetahuan pragmatic (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah dan pluralistik). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian yang melibatkan pengumpulan data baik secara simultan maupun secara sequensial untuk memahami masalah penelitian sebaik-baiknya. Pengumpulan data juga melibatkan perolehan baik informasi nimerik (melalui instrument) maupun informasi teks (melalui interview) sehingga data base akhir mempresentasikan baik informasi kuantitatif maupun kualitatif.

Alam Bryman dalam Julia Branen (2005:84) mengemukakan bahwa:

Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif. Karena misalnya peneliti tidak bisa berada pada lebih dari satu tempat di saat bersamaan. Jika tidak, mungkin tidak seluruh masalah dapat diterima semata bagi penelitian kuantitatif atau semata bagi penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif membantu penelitian Kualitatif. Biasanya, ini berarti penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan obyek bagi penelitian kualitatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan, dalam arti bahwa pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dibantu dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karenanya aspek-aspek yang berkaitan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif tetap diperhatikan dalam penelitian ini.

Pendekatan kualitatif dilakukan terhadap situasi yang kompleks khususnya kondisi generasi muda yang saat ini menjadi fenomena sosial dan sudah menjadi masalah sosial. Fokus penelitian diarahkan kepada tiga unsur yang akan memunculkan persoalan tertentu, yaitu konsep, data empiris, dan pengalaman. Pertimbangannya adalah sebagai berikut:

1) Menyesuaikan pendekatan kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda, serasi dengan kondisi penelitian yang sangat kompleks.


(46)

2) Pendekatan ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden.

3) Pendekatan ini lebih mudah dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Selanjutnya dalam pendekatan kualitatif Sudarwan Danim (2002: 52) mengemukakan ada enam metode penelitian. Dari enam metode tersebut peneliti mengambil empat metode penelitian yaitu metode penelitian fenomenologi, penelitian etnografi, penelitian histotis, dan penelitian kasus.

Penelitian fenomenologi yaitu penelitian yang bersifat induktif melalui pendekatan deskriptif dari filsafat fenomenologi. Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang dengan kehidupan termasuk interaksinya dengan orang lain. Penelitian fenomenologi didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi. Penelitian ini sangat relevan digunakan dalam penelitian ini mengingat perkembangan jiwa, perilaku seseorang serta hidup dan kehidupan seseorang dibentuk serta ditumbuhkan oleh proses pendidikan lingkungannya dalam usaha menuju kedewasaannya yang mandiri. Pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya adalah sebagai wujud interaksi antara dirinya dengan lingkungan yang dialami sejak kecil sampai dewasa melalui pendidikan formal, nonformal dan informal.

Penelitian etnografi digunakan dalam penelitian ini, karena pendidikan kepramukaan adalah merupakan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi serta lingkungan proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Pola hidup, tatakrama


(47)

serta budaya setempat menjadi materi dasar yang ditanamkan terhadap peserta didik/ anggota muda pramuka. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan perkembangan perilaku generasi muda menuju terbentuknya generasi muda yang mandiri yang taat serta turut bertanggung jawab terhadap norma kehidupan, budaya hidup dan kehidupan dalam lingkungannya.

Penelitian historis digunakan dalam penelitian ini adalah untuk merekontruksi kondisi masa lampau secara obyektif, sistimatis dan akurat tentang perkembangan generasi muda kita. Peneliti berusaha untuk memperoleh data dari catatan-catatan atau laporan-laporan verbal yang berupa narasi deskriptif atau analisis terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul pada rentang waktu lama atau cukup lama di masa lampau yang dialami oleh seseorang atau komunitas. Keberhasilan setelah dewasa, didapat dari responden yang mengalami psoses latih diri dan berkembang dalam masa ke masa yang membentuk dirinya menjadi dewasa seperti sekarang ini. Masa yang untuk dirinya terutama generasi muda yang sedang berkembang atau mencari bentuk akan menemui masalah-masalah serta fenomena sosial.

Penelitian kasus digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan yang diperlukan dalam mengamati mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan social dan posisi saat ini serta interaksinya dengan lingkungan yang bersifat apa adanya. Dengan demikian dengan data mengenai fenomena sosial yang terjadi akan merupakan bahan dalam rangka usaha agar fenomena tersebut tidak menjadi masalah sosial, terutama yang terjadi pada generasi muda saat ini.


(48)

Sifat data yang akan dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bercorak naturalistik, karena situasi lapangan bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya.

Dengan demikian pendekatan kualitatif dilakukan, untuk menjelaskan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai yang tidak sekedar menyangkut pengetahuan yang dapat dibahasakan melainkan juga menyangkut pengetahuan yang tidak dapat dibahasakan yang hampir tidak mungkin diperoleh lewat pendekatan rasionalistis seperti halnya pengamalan kode kehormatan pramuka, yaitu Satya dan Darma Pramuka.

Selanjutnya untuk membantu menjelaskan efektivitas model pembelajaran kemandirian di alam terbuka, maka diperlukan usaha untuk mengetahui korelasi yang nyata antara pengaruh kegiatan alam terbuka terhadap tumbuh kembangnya kemandirian pada generasi muda, perlu di uji dengan metode kuantitatif.

Penelitian tahap awal melalui wawancara baik secara berkelompok maupun secara individual, pada tahap berikutnya penelitian melalui metode pertanyaan terstruktur terhadap delapan unsur responden. Tahap akhir penelitian, peneliti menggunakan metode atau pendekatan kuantitatif. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan gabungan.

Pendekatan penelitian berfocus pada teori kemandirian yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Dengan pendekatan penelitian tersebut proses pembentukan generasi muda mandiri dapat terwujud dengan implementasi model pembelajaran


(49)

kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka melalui kegiatan di alam terbuka..

Penelitian inipun bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori yang didasarkan atas data yang sebenarnya tentang proses pembentukan watak, karakter yang dapat membentuk generasi muda mandiri.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat terfokus terhadap kondisi generasi muda saat ini. Kemajemukan masyarakat Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap proses pendewasaan generasi muda itu sendiri.

Jawa Barat memiliki Kabupaten / Kota sebanyak 16 Kabupaten dan 9 Kota. Kabupaten dan Kota tersebut memiliki Kwartir-kwartir Cabang sebanyak jumlah Kabupaten dan Kota serta Kwartir Ranting dan Gugusdepan yang tersebar di wilayah pegunungan, pedataran dan pantai dengan karakteristik yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dua Kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, serta satu Kota yaitu Kota Bandung, masing-masing l terhadap 100 responden untuk orang dewasa yang pernah aktif mengikuti kegiatan pramuka di masa yang lalu sehingga jumlahnya 300 orang, 100 orang pembina, 100 orang anggota Siaga, 100 orang anggota Penggalang dan 100 orang anggota Penegak dan Pandega yang dipilih secara acak (random) di ketiga Kwarcab di atas.


(50)

Dengan demikian diperlukan penelitian yang dapat memunculkan metode pembelajaran yang tepat serta memberikan pemahaman terhadap alam semesta tempat mereka belajar dan membentuk dirinya sendiri menjadi generasi muda yang tangguh dan mandiri.

C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui empat macam cara, yaitu: observasi, wawancara, dokumen, dan gabungan / triangulasi.

a. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data dan fakta yang nyata dalam kehidupan sedetil mungkin sesuai dengan tujuan penelitian ini. Melalui observasi akan dicatat kejadian atau peristiwa serta segala sesuatu sebanyak-banyaknya tentang hal-hal yang diduga ada kaitannya dengan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

Diharapkan dari observasi ini didapatkan data deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, situasi sosial serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terjadi. Hal tersebut dilaksanakan melalui pengamatan langsung sehingga memperoleh pandangan yang holistik sebagaimana kultur dalam pendidikan kepramukaan.


(51)

Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal dan nonverbal. Data verbal ialah data yang didapat melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung maupun melalui alat komunikasi seperti tape recorder atau sarana komunikasi lainnya. Data nonverbal adalah data yang tidak dapat ditangkap oleh alat perekam seperti gerak tubuh, gerak tangan, perubahan wajah, pandangan mata, serta gerak lainnya yang punya makna terhadap persoalan yang dikomunikasikan. Data verbal maupun nonverbal merupakan data yang sangat penting sehingga dengan perpaduan kedua pesan data tersebut akan sangat membantu keterbukaan dan kebenaran informasi yang disampaikan responden.

Demikian pula proses wawancara pada tahap permulaan biasanya tak berstruktur dengan maksud untuk menampung keterangan yang rinci, luas dan mendalam mengenai pandangan orang lain. Setelah peneliti memperoleh semua keterangan atau informasi yang diperlukan, peneliti mengadakan wawancara yang berstruktur yang disusun berdasarkan apa-apa yang telah disampaikan oleh responden.

Wawancara dilakukan melalui tiga macam pendekatan ( Nasution, 2003: 74), yakni:

1) Dalam bentuk percakapan informal yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

2) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.

3) Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum.


(52)

Pada awal penelitian pendekatan dalam wawancara mengikuti pola 1), dan setelah penelitian berjalan selama waktu tertentu pendekatan akan beralih ke pola 2) dan pola 3).

c. Dokumen

Dalam penelitian kualitatif / naturalistik tidak hanya melakukan observasi dan wawancara, namun bahan dokumentasi serta data lainnya juga perlu mendapat perhatian dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan menopang hasil observasi dan wawancara tersebut. Tulisan pribadi, buku harian, surat-surat, termasuk dokumen resmi , dan foto-foto kegiatan terutama kegiatan di alam terbuka akan jadi dokumen penting dalam penelitian ini. Kesemuanya itu dapat dipandang sebagai nara sumber yang dapat menjawab permasalahan yang diperlukan .

d. Triangulasi

Dalam hal-hal tertentu penelitian dapat dilakukan melalui gabungan antara observasi, wawancara, dan penggunaan dokumen yang dikenal dengan triangulasi. Apa yang diamati sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam keadaan yang sebenarnya sehingga memenuhi validitas penelitian, baik validitas internal maupu validitas eksternal, realibilitas serta obyektivitasnya. Dengan triangulasi kebenaran data dapat dicek dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. Cara tersebut merupakan usaha untuk melihat dan mengamati lebih tajam hubungan berbagai data agar mencegah kesalahan dalam analisa data.


(53)

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama yang merupakan kunci dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Lincoln dan Guba (Suyono, 2008: 306) menyatakan bahwa :

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.

Selanjutnya Nasution (Sugiyono 2008: 306) menyatakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti”.

Sebagai instrumen penelitian disamping peneliti itu sendiri, juga instrumen lain yang merupakan bagian dari proses penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kualitas yang mampu beradaptasi dengan responden di lapangan. Peneliti sebagai instrumen divalidasi seberapa jauh kualitas siap melakukan penelitian, yang faham akan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dalam hal ini wawasan mengenai kultur kepramukaan serta karakter alam terbuka yang mempengaruhinya. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan / responden sebagai sumber data .

Pada penelitian ini yang menjadi informan dan atau responden adalah para orang dewasa yang saat ini telah berkiprah dalam kehidupan masyarakat, yang memiliki pengalaman ikut serta dalam pendidikan di Gerakan Pramuka baik yang pernah aktif di golongan Siaga, Penggalang, Penegak atau Pandega sejumlah 300


(54)

orang dilakukan secara random di 3(tiga) lokasi penelitian. Selanjutnya selain responden orang dewasa yang pernah aktif di atas, untuk pendalaman penulis melakukan wawancara tertulis terhadap 100 orang para pembina yang masih aktif, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Siaga, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penggalang, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penegak dan Pandega, secara random di kwarcab-kwarcab tersebut, serta wawancara lisan dengan beberapa tokoh pramuka, tokoh masyarakat, majelis pembimbing, dan pengurus kwartir/andalan yang ditemui peneliti.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidaklah mudah, karena peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti harus memahami cara atau teknik pengumpulan data serta kelengkapan lainnya untuk memperlancar pengumpulan data tersebut, seperti prosedur perijinan, cara bersikap dan bertindak di lapangan karena akan bersentuhan dengan tatanan lingkungan setempat.

Nasution ( 2003: 92 ) menyatakan bahwa proses tersebut mencatat dua bagian penting dalam penelitian ini, yakni:

a. Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya kita amati yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar, amati dengan alat dria kita. b. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran, atau pandangan kita terhadap apa

yang kita amati.

Selanjutnya menghimpun masukan dari responden serta informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.


(55)

Teknik pengolahan dan analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sekaligus dianalisa keabsahannya sehingga berfungsi untuk bahan penyusunan dan perkembangan selanjutnya.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2008;337 ) mengemukakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data tersebut yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification” Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data

Data reduction ( reduksi data ) merupakan tahapan awal menyeleksi, mengarahkan, menyederhanakan, dan mengabtraksi data yang diperoleh hasil wawancara dan observasi di lapangan. Data yang terkumpul langsung dicatat secara rinci. Setiap data direduksi dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan pokok permasalahan. Kemudian diamati sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang hasil pengamatan serta mempermudah peneliti mencari hal-hal yang diperlukan.

Data display merupakan langkah berikutnya setelah data direduksi yaitu penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan data yang telah ada dan telah dipahami. Penyajian data dengan teks yang bersifat naratif juga dilaksanakan berupa grafik, metrik, network, dan chart.


(1)

Napitupulu, WP. (2007). Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunasmedia.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung; Tarsito. Ridwan, P. (2009). Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Sadulloh, U. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ______________ (2004). Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production. Safaria, T. (2006). The Survival Intelligence. Jogyakarta: Ardana Media. Santrok J.W (1995), Life-Span Development, Jakarta: Erlangga

Sauri, S (2011), Filsafat dan Teosofat Akhlak, Bandung : Rizqi Press. Scouting An Education System. Switzerland: World Scout Bereau.

Setyawan. (2009). Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunasmedia.

Setyawan Palgunadi T (2009), Menapaki Jalan Mendaki, Jakarta: Gema Insani. Sihombing, U. (1999). Pendidikan Luar Sekolah Kini Dan Masa Depan. Jakarta:

PD Mahkota.

Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Soemardjo. (1952). Petunjuk Permainan Untuk Pandu Putera. Jakarta: Yayasan Pendidikan Masyarakat.

Sudjana S, D (1993). Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.

______________ (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

______________ (2005). Metode Dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

______________ (2005). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar sekolah. Bandung: Nusantara Press.


(2)

Sudjono, H. (2008). Globalisasi. Jakarta: Lembaga Humaniora. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpabeta. Sulaeman, I. (2007). Perkemahan Regu Dan Pasukan. Bandung: Aku Suka. Surya Moh. (1981), Psikologi Pendidikan, Bandung: IKIP

Suryabrata Sumadi (1983), Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Suryadi, A. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Bandung: Widya Aksara Press.

Sutanto Suwelo, I. (1986). Berkemah Yang Tidak Merusak Lingkungan. Jakarta: Saka Pramuka Wanbakti Nasional.

Suwarsono dan Alvin Y.So. (1990). Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka LP3S.

Suwignyo, J. (2008). Membangun Pribadi. Bandung: Aku Suka.

Syamsu & Juntika (2007), Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Takijoedin, M.H. (2007), Tertib Berkemah, Jakarta: Balai Penerbit Gerakan

Pramuka.

Too, L. (1997). Explore The Frontiers Of Your Mind. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Tobroni. (2009. The Spiritual Leadership. Malang: UMM Press.

Uno, H.B. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,

Usman Husaini & Setyadi Akbar Purnomo, (1996), Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Wolf, M. (2007). Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan. Jakarta: Yayasan Obor Ind.

World Scouth Bereau. (2008). Scouting in Practice. Jakarta: Pustaka Tunas Media.


(3)

______________ (2008). Scouting and The Environment. Jakarta: Pustaka Tunas Media.

Zuchdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Disertasi

Bashiruddin A,D (2008). Pelatihan Tutor Pendidikan Keaksaraan, Disertasi Doktor pada SPS PLS Universitas Pendidikan Indonesia,. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suprayogi. U (2005). Pengembangan Model Program Pendidikan Luar Sekolah Dalam Memberdayakan Kelompok Masyarakat Lanjut Usia Mencapai Kemandirian. Studi Di Karang Lansia Warga Saluyu Desa Ranjeng Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Disertasi Doktor Pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Dokumen

BAPPEDA Jawa Barat tahun 2009 tentang Implementasi Pendekatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat.

BPLHD Jawa Barat tahun 2009 tentang Kondisi Tujuh Sungai yang Memiliki Cemar Berat.

______________tahun 2009 tentang Sebaran Industri Tekstil di Jawa Barat Departemen Kesehatan RI Desember 2008 tentang Kasus AID dan HIV

Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat tahun 2009 tentang Data Siswa Melihat Guru Merokok

Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat tahun 2007 tentang Penggunaan NAPZA Hasil penelitian PKBI tahun 2006 tentang Penyalahgunaan Alat Kontrasepsi KB Hasil survai Komnas Perlindungan Anak di 33 Propinsi Januari sampai Juni 2006

tentang Kenakalan Remaja

Keppres no 24 tahun 2009 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka no 088 / KN / 74 tentang Petunjuk Penyelenggaran Syarat-syarat Kecakapan Umum


(4)

______________no 134 / KN / 76 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kecakapan Khusus

______________no 231 tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan Pramuka

______________no 037 tahun 2005 tentang Visi, Misi dan Strategi Gerakan Pramuka

Kwartir Daerah Jawa Barat tentang Data Monografi Pramuka Jawa Barat

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (2007) tentang Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang tentang Gerakan Pramuka

Pemda Propinsi Jawa Barat tentang Rencana Pembangunan Propinsi Jawa Barat tahun 2010 – 2015

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 73 tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah.

Rencana Strategi Region Asia Pasisik 2002-2011 tentang Misi Kepramukaan “Vision 2013”

Undang-Undang No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka

World Scout Bureau. 2008. Constitution and By-laws World Organization of the Scout Movement.

Makalah

Alfitra Salamm.(2011). “Reposisi dan Revitalisasi Gerakan Pramuka”.Makalah pada sosialisasi Undang-undang No 12 tahun 2009 tentang Gerakan Pramuka di Semarang

Azwar. A. (2011). “Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”. Makalah pada Sosialisasi Undang-undang no 12 tahun 2009 tentang Gerakan Pramuka.

Hardjasoemantri. K. (2000). “Masa Depan Gerakan Pramuka”. Makalah pada Saresehan Gerakan Pramuka di Ciater Subang.

Hasan Soewarman E. (2007). “Strategi Menciptakan Manusia Yang Bersumber Daya Unggul”. Bandung : PLS/SPS-UPI.


(5)

Jalal. F. (2008). “Peran Gerakan Pramuka Dalam Pendidikan Bangsa”. Makalah pada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Jakarta.

Mashudi (2000). “Pahlawan-Pahlawan dan Bapak-Bapak Pramuka. Bandung: Kwartir Daerah Jawa Barat.

Muchlas. M. (2000). “Gerakan Pendidikan Kepanduan dalam Era Reformasi”. Makalah pada Saresehan Gerakan Pramuka di Ciater Subang

Muchtar. U.M. (2009). “Peran Pramuka dan Generasi Muda Bagi Ketahanan Lingkungan Hidup di Jawa Barat”. Makalah pada Seminar Nasional tentang Lingkungan Hidup, kerja sama antara TNI AD dan UNJANI di Bandung Rajasa. H. (2008).”Membangun Karaktet dan Kemandirian Bangsa”. Makalah

pada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Jakarta.

Sudjana S D (2008), “ Filsafat Pendidikan Nonformal “, Bandung: PLS/SPS-UPI Santoso. S. (2000). “Gerakan Pendidikan Kepanduan dalam Era Reformasi”.

Makalah pada Saresehan Gerakan Pramuka di Ciater Subang

Trisnamansyah S. (2008). “Pengembangan Paradigma Baru Keilmuan dan Kelembagaan Pendidikan Nonformal”. Bandung: PLS/SPS UPI.

Wahyudi (1990). “Kenakalan Remaja Di Jawa Barat”.Disampaikan pada Seminar Sehari FKIP-UNPAS Bandung.

Wirutomo. P. (2008). “Pembangunan Berbasis Nilai”. Makalah pada Musyawarah nasional Gerakan Pramuka di Jakarta

Internet

Covey, S. (1989).The Seven Habits of Highly Effective People. www. Stephencovey.com /.. / 7habits.php.review alan chapman 1999-2010.

Muhammad. (2008). Kemandirian Adalah Kebutuhan Psikologi Remaja. Inspirasicerdas, multiplay.com / journal / item /8 Filipina. Sep. 26.’08.5.:22 AM.

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Para Remaja. http/daffo dilmuslimah.multiply.com/journal/item/162/kemandirian, 13-12-2009.8.06.


(6)

Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Remaja. www rumahcantikcitra.co,id / node / 24988 tanggal 8 mei 2010

Kegiatan Di Alam Terbuka. Diposting oleh Administrator Sabtu 10 April 2010. 22 : 51 : 14 WIB

Surat Kabar

Eryyanti. (2010). “Penggunaan Telpon Celuler Oleh Siswa di Salah satu SMA di Kota Bandung”. Pikiran Rakyat (20 Juni 2010)

Badan Narkotika Nasional (2010). “Penggunaan Obat Terlarang di Jawa Barat”. Pikiran Rakyat (17 Juni 2010).

Oong Komar. (2010). “Mencari Model Pendidikan Karakter”, Pikiran Rakyat (15 November 2010)

Yeni Aryati Mulyani (2011) “Kian Banyak Flora dan Fauna yang Terancam Punah”, Pikiran Rakyat (5 Juli 2011)