PENGARUH KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN JASMANI :Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran.

(1)

PENGARUH KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN JASMANI

(Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran)

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh :

Anggi Setia Lengkana 1004791

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031000

Pembimbing II

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Prof. Dr. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031000


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGARUH KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN JASMANI” (Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran) ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2013

Yang membuat pernyataan


(4)

Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran). (Anggi Setia Lengkana, 2013)

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data empirik mengenai pengaruh Kids’ Athletics Terhadap Self-Esteem Dan Kebugaran Jasmani pada siswa Sekolah Atletik Pajajaran. Metodologi penelitian menggunakan Ex Post Facto yakni metode penelitian yang di dalamnya variable bebas telah terjadi atau telah dilaksanakan (tanpa ada perlakuan).

Instrumen yang digunakan ialah Hare Self-esteem Scale ( HSS ) yang dikembangkan oleh Bruce R. Hare (Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552) dan Tes kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang dikembangkan Depdiknas (2003). Sampel yang diambil adalah siswa SD kelas V usia antara 11-12 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability Sampling, dengan menggunakan sampling jenuh (Total Sampling). Terbagi dalam dua kelompok yaitu : kelompok Kids’ Athletics dan kelompok Multilateral Activity sebagai kontrol, masing-masing kelompok terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilakukan di Club Atletik Pajajaran Bandung dan SDN Pameulah Kab. Sumedang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS serie 17 dengan alat uji yang digunakan: Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov), Uji Homogenitas (Lavene stastistic), Uji-t (Independent samples test).

Hasil penelitian diperoleh 1) Program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran. 2) Program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kebugaran Jasmani Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran.

Dari hasil penelitian di atas diharapkan guru pendidikan jasmani mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dalam pendidikan jasmani untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara menyeluruh.


(5)

Facto Study on Student School Athletic Pajajaran). (Anggi Setia Lengkana, 2013)

The purpose of this study to obtain empirical data on the effect of Kids' Athletics Against Self-Esteem And Fitness Physical Education Athletics Pajajaran students. The research methodology uses the Ex Post Facto research method in which the independent variable has occurred or has been implemented (without any treatment).

The instrument used is the Hare Self-esteem Scale (HSS) developed by Bruce R. Hare (Kevin Corcoran and Joel Fischer, 2000: 550-552) and the Indonesian Physical Fitness Test (TKJI) developed by Ministry of Education (2003). Samples taken are fifth grade elementary school students aged between 11-12 years. Sampling using nonprobability sampling, using a sampling saturation (Total Sampling). Divided into two groups: the Kids' Athletics and Multilateral Activity as a control group, each group consisting of 30 students. The study was conducted at the Athletic Club and SDN Pameulah Pajajaran Bandung regency. Sumedang. Data analysis in this study using SPSS serie 17 with test equipment used: Test Normality (Kolmogorov-Smirnov), Homogeneity Test (Lavene stastistic), t-test (Independent samples test).

The results obtained by 1) Program Kids' Athletics have a significant influence on Self-Esteem Students in School Athletics Pajajaran. 2) Program Kids' Athletics have a significant influence on students in the School of Physical Fitness Athletic Pajajaran.

From the results of research on the physical education teachers are expected to be able to think of creative and innovative in presenting a fun learning in physical education to assist the growth and development of students as a whole.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ……... i

KATA PENGANTAR ... ……... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... …….. iii

DAFTAR ISI ... …….. vi

DAFTAR TABEL ... …….. ix

DAFTAR GAMBAR ... ……... x

DAFTAR LAMPIRAN ... …….. xi

B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ……… ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Pembatasan Penelitian ... 17

F. Definisi Operasional ... 17

B A B I I T I N J A U A N T E O R E T I S , K E R A N G K A B E R P I K I R A. Tinjauan Teoretis dan Hipotesis ... 19

1. Perkembangan Multilateral... 19

2. Kid’s Athletics ... 25

a. Isi Tujuan dari Kid’s Athletics ... 26

b. Usia Grup Program Event Kid’s Athletics ... 27


(7)

3. Self Esteem ... 35

a. Definisi Self Esteem ... 35

b. Komponen Self Esteem ... 42

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Esteem ... 45

d. Perkembangan Self Esteem di Masa Kanak-Kanak ... 50

e. Hirarki Struktur Self Esteem ... 52

f. Karakteristik Anak yang Memiliki Self Esteem Tinggi / Rendah 53 4. Kebugaran Jasmani ... 56

a. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 56

b. Komponen Kebugaran Jasmani ... 60

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 63

5. Beberapa Penelitian Terkait ...67

B. Kerangka Berpikir ... 71

C. Hipotesis ... 80

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N A. Metode Penelitian ... 81

B. Desain Penelitian ... 83

1. Program latihan Kids’ Athletics ………... 86

C. Populasi dan Sampel ... ... 87

D. Variabel Penelitian ... 89


(8)

1. Hare Self-Esteem Scale (HSS) ... 91

2. Konsep Self-Esteem ... 92

3. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... 98

F. Uji Coba Instrumen ………... 103

G. Analisis Instrumen ... 105

H. Teknik Analisis Data ... 107

B A B I V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 110

1. Deskripsi Data ... 110

2. Uji Normalitas ……….…... 115

3. Uji Homogenitas ………... 117

4. Pengujian Hipotesis………... 120

a.

Hasil Uji Independent Samples t-test ..………….……….. 121

b. Uji Kesamaan Varians ... ... 121

c. Uji Kesamaan Rata-rata …………... 123

B. Pembahasan ………... 125

B A B V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….... 131

B. Rekomendasi ………. 131

DAFTAR PUSTAKA ... 134


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tabel Usia Grup Program Event Kid’s Athletics ... 28

2.2 Components of Health and Motor-Performance Fitness ... 62

2.3 Tahapan Klasifikasi Bermain ……….. 74

3.1 Kisi-kisi Angket Self-Esteem ... 95

3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 97

3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Self-Esteem ... 105

3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Self-Esteem ... 107

4.1 Deskripsi data Self-Esteem ... 111

4.2 Deskripsi data Kebugaran Jasmani ... 113

4.3 Hasil Uji Normalitas Self-Esteem dan Kebugaran Jasmani .………. 115

4.4 Hasil Uji Homogenitas Self-Esteem antara Kid’s Athletics dan Multilateral Activity ……… 117 4.5 Hasil Uji Homogenitas Kebugaran Jasmani antara Kid’s Athletics dan Multilateral Activity ……… 119

4.6 Hasil Uji-t (Independent Samples test) ….……… 121

4.7 Independent Samples t-test Self-Esteem ...……… 123


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Phases Of Long-Term Athletic Training ...21

2.2 Pengembangan Latihan Pada Athletics ... 24

2.3 Lari Sprint / Gawang (Kanga’s Escape) ... 29

2.4 Lari Sprint / Lari Belak Belok (Slalom) ... 31

2.5 Sprint, Gawang dan Lari Slalom (Formula One) ... 32

2.6 Lari Enduro / Daya tahan ... 33

2.7 Lempar Lembing Anak-anak ( Turbo) ... 34

2.8 Lompat Jauh dan Berdiri (Loncat Katak) ... 35

2.9 Struktur Self-Esteem... 52

2.10 Komponen Kebugaran ... 62

3.1 Desain Penelitian Causal-Comparative ... 84

3.2 Desain Penelitian Causal-Comparative modifikasi ... 84

3.3 Langkah-langkah Penelitian ... 85

3.4 Tes Lari Sprint 30 m ... 99

3.5 Tes Angkat badan (Pull-up) ... 100

3.6 Tes Baring Duduk (Sit-Up) ... 101

3.7 Tes Loncat Tegak (Vertical Jump) ... 103


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Data dan Analisis Uji Coba Instrumen Lampiran 2. Data Angket HSS

Lampiran 3. Data Kebugaran Jasmani

Lampiran 4. Uji Normalitas dan Homogenitas Lampiran 5. Uji-t (Independent Samples test)

Lampiran 6. Angket Hare Self-esteem Scale (HSS) Lampiran 7. Program Latihan Kid’s Athletics Lampiran 8. Surat Keputusan Pembimbing Tesis Lampiran 9. Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 10. Surat Bukti Penelitian Lampiran 11. Photo Penelitian Lampiran 12. Riwayat hidup


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan bagian intergral dari pendidikan secara keseluruhan. Sesuai dengan Bucher (1972:31) menyatakan bahwa: “Physical education, an integral part of the total education process, is a field of endeavor that has as its aim the development of physically, mentally, emotionally, and socially fit citizens that have been selected with a view to realizing these outcome”.

Berdasarkan pernyataan di atas, penjas merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, karena pembelajaran penjas di sekolah memiliki dampak terhadap perkembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan sosial, stabilitas emosi, dan perkembangan mental. Dalam perkembangan yang diperoleh anak dari dampak pembelajaran penjas di sekolah, dapat dipengaruhi oleh aktivitas anak ketika mengikuti pembelajaran secara aktif.

Lutan (2001:15) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Melalui aktivitas jasmani yang dilaksanakan dalam lingkup proses belajar mengajar, maka dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Frost (1975:32) menyatakan bahwa: “Physical education is that integral part of total education which contributes to the development of the individual through the natural medium of physical activity (human movement). It is a carefully planned


(13)

sequence of learning experiences designed to fulfill the growth, development, and behavior needs of each student”.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara total yang berkontribusi terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas fisik (Pergerakan Manusia). Pendidikan jasmani merupakan sebuah urutan pengalaman-pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap anak.

Pada dasarnya dalam pembelajaran aktivitas jasmani ada dua hal khusus yang perlu diperhatikan: yang pertama adalah proses pembelajaran itu sendiri yang meliputi pelaksanaan materi dan metode pembelajaran yang tepat dan yang kedua adalah ketercapaian tujuan kegiatan jasmani kepada anak sehingga anak mendapatkan manfaat yang nyata dari proses pembelajaran.

Berkaitan dengan perkembangan jasmani pada anak dalam mengikuti pembelajaran, maka pembelajaran harus mampu memberikan pengaruh yang berkaitan dengan fisik sebagai upaya meningkatkan kesehatan anak, memperkuat perkembangan atau perubahan fisiologis yang dapat menguntungkan untuk perkembangan dimasa dewasa, menentukan kebiasaan latihan pada kanak-kanak dan berkesinambungan pada aktifitas fisik di masa dewasa. Chan (Lumintuarso, 2011:33). Dauer, etc. (1989:1) mengatakan bahwa hakikat dari pendidikan jasmani sebagai bagian yang memberikan sumbangan dalam pendidikan secara umum. Melalui pemberian pengalaman tugas gerak dalam rangka membantu pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat total atau menyeluruh. “The


(14)

nature of physical education as part contribute to education in general. Through the experience of motion tasks in order to assist the growth and development of children who are total or overall”.

Program pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada upaya pengembangan pribadi anak yang menyeluruh, sungguh tidak bijaksana jika program pendidikan jasmani dipersempit pada beberapa cabang olahraga tertentu. Karena pembatasan aktivitas gerak anak akan merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, sebab anak akan kurang memiliki kekayaan dan keluwesan gerak yang kompleks lebih lanjut. Gerakan melengkapi seseorang dengan kemampuan untuk berinteraksi dan belajar dari lingkungannya. Kemampuan gerak seseorang yang khas merupakan hasil interaksi yang kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan.

Aktivitas jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu diprogramkan dengan pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan

perkembangan anak. “Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil”

Thompson (Lumintuarso, 2011:33). untuk itu setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas yang harus diberikan perlakuan yang khas pula.

Dauer, etc. (Mahendra, 2008:20) dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani bisa memberikan sumbangan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan. Fox (1987:6) menyatakan bahwa Physical fitness is seen as a physiological aspect, namely the functional capacity to improve the quality of life”. Jadi, kebugaran jasmani dipandang sebagai aspek fisiologis, yakni kapasitas fungsional untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengertian kebugaran menurut


(15)

Fox di atas dapat dipahami sebagai kebugaran menyeluruh (Total Fitness), sedang kebugaran jasmani (Physical Fitness) merupakan bagian dari kebugaran menyeluruh tersebut. Oleh karena itu aktivitas jasmani seharusnya dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

Melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan peningkatan prestasi olahraga, pendidikan jasmani berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstra-kurikuler.

Vannier (Gallahue, 1978) menyatakan bahwa pendidikan di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Usia bermain pada kelompok kelas bawah (kelas 1 - 2 – 3) dan (2) usia pengembangan keterampilan motorik pada kelompok kelas atas (kelas 4 - 5 - 6). Pada masa-masa ini aktivitas jasmani dalam bentuk permainan merupakan aktivitas yang paling diminati oleh anak sekolah dasar.

Primary education is divided into two parts: (1) age play in the lower classes (grades 1-2 - 3) and (2) the age of the development of motor skills in the upper classes (grades 4 - 5 - 6). In this period of physical activity in the form of a game is the most popular activity by elementary school students.

Aktivitas jasmani memiliki banyak keuntungan bagi anak-anak, seperti pada penelitian di New Zealand Ministry of Health (2010:1) menyebutkan bahwa aktivitas jasmani memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan dan kesejahteraan. Bila kita aktif secara fisik, kita cenderung memiliki :


(16)

 Kesehatan menyeluruh yang lebih baik  Energy yang lebih banyak

 Tingkat stress yang lebih rendah  Self-esteem yang meningkat

 Postur dan keseimbangan yang lebih baik

 Manajemen dan kontrol berat badan yang lebih baik  Kebugaran yang meningkat

 Otot dan tulang yang lebih kuat

 Tidur yang lebih baik dan merasa lebih santai

Physical activity has a number of benefits for health and well being. If you are physically active you tend to have:

 better overall health  more energy

 lower stress levels  increased self-esteem  better posture and balance

 better weight management and weight control  improved fitness

 stronger muscles and bones  better sleep and feel more relaxed

Perbandingan dengan hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa anak yang berpartisipasi dalam aktivitas jasmani memiliki tingkatan Self-esteem yang lebih tinggi daripada anak yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas jasmani. Dengan demikian, partisipasi dalam melaksanakan setiap tuntutan tugas gerak membantu pengembangan Self-esteem pelakunya.

Harga diri (self esteem) adalah suatu istilah psikologi yang merefleksikan evaluasi menyeluruh seseorang terhadap nilai dirinya. Harga diri (self esteem) meliputi kepercayaan diri dan emosi seperti kemenangan, putus asa, kebanggaan, dan rasa malu. Harga diri (self esteem) dapat diaplikasikan secara spesifik terhadap dimensi tertentu atau meliputi hal yang lebih luas.


(17)

Self-esteem is a term used in psychology to reflect a person's overall evaluation or appraisal of his or her own worth. Self-esteem encompasses beliefs (for example, "I am competent") and emotions such as triumph, despair, pride and shame. Self-esteem can apply specifically to a particular dimension (for example, "I believe I am a good writer, and feel proud of that in particular") or have global extent (for example, "I believe I am a bad person, and feel bad of myself in general"). (Wikipedia, 2011)

Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang terjadi dianggap anak sebagai sebuah tantangan, sehingga memicu motivasi anak untuk meraih keberhasilan. Manakala anak meraih keberhasilan pada saat yang bersamaan menumbuhkan Self-esteem anak. Cheatumn dan Hammond (2000:46) menegaskan bahwa keberhasilan dalam tugas gerak menumbuhkembangkan self-esteem. Keberhasilan dalam tugas gerak juga akan menumbuhkan perasaan dan emosi

“senang” dan perubahan kondisi “mood” yang lebih baik. “Success in the task to

develop the self-esteem movement. Success in this task will also foster a feeling of motion and emotion "happy" and changing conditions "mood" better”.

Oleh karena itu pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang bagaimana yang sesuai untuk anak sekolah dasar dalam mengembangkan self-esteem mereka. Untuk itu perlu dicoba dan diteliti, pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai dengan perkembangan usia anak sekolah dasar.

Pembelajaran aktivitas jasmani sebaiknya dilakukan dengan suasana yang menyenangkan dan dikemas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar, yakni melalui metode bermain. Bermain adalah suatu hal yang menyenangkan, karakteristik anak yang suka bermain akan selalu mendukung jalannya proses belajar mengajar.


(18)

Seifert, Hoffnung (1987:322) menyatakan bahwa bermain adalah dunia anak-anak yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pada usia enam tahun, kemampuan motoriknya sudah mulai berkembang lebih kompleks, yaitu dapat berjalan dengan berbagai variasi kecepatan, loncat, menggeser, memanjat, memindahkan sesuatu dengan tepat, berdiri satu kaki, menangkap bola, dan menggambar sesuatu, maka latihan yang sesuai dengan ketrampilan tersebut dapat dilakukan.

Play is a child's world that took place in the period that is long enough. At the age of six, her motor skills begin to develop more complex, which can be run with a variety of speeds, diving, sliding, climbing, moving the right thing, standing on one leg, catching the ball, and draw something, then exercise the appropriate with skills it can be done. (Seifert, Hoffnung, 1987:322)

Apabila sarana dan prasarana dalam pembelajaran kurang lengkap, maka seorang guru dituntut untuk selalu berkembang sesuai dengan pertumbuhan anak didik di masa sekarang. Sehingga guru harus mampu mengatasi masalah kurangnya sarana dan prasarana yaitu dengan metode pendekatan bermain. Dengan metode bermain, anak akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran, dan gerak dasar yang dimiliki anak dapat ditingkatkan. Belajar akan lebih efektif apabila dilakukan dalam suasana menyenangkan, hal ini senada dengan pendapat Peter Kline (Gordon Dryden dan Jeannette Vos, 2002: 22), belajar akan lebih efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang di atas bahwa aktivitas olahraga yang baik untuk anak usia dini, disesuaikan dengan pertumbuhan dan pekembangan anak dan harusnya diberikan bermacam-macam pengalaman gerak secara menyeluruh


(19)

(Multilateral Training) , hal ini sesuai dengan pendapat (Enung, 2006), yang menyatakan bahwa:

Sesuai dengan fase perkembangan maka aktivitas olahraga yang baik untuk anak usia pelajar adalah aktivitas yang mempunyai karakteristik; (1) memberi bermacam-macam pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk permainan dan perlombaan; (2) merangsang perkembangan seluruh panca indra; (3) mengembangkan imajinasi/fantasi; dan (4) bergerak mengikuti irama/lagu dan cerita.

Melalui bentuk permainan dan perlombaan dengan suasana yang menyenangkan, maka pada penelitian ini penulis mencoba menerapkan beberapa bentuk Pembinaan Multilateral bagi anak usia sekolah dasar, yakni Kids’Athletics. Pembinaan dengan Kids’Athletics merupakan kegiatan Multilateral yaitu proses dimana dalam satu sesi pertemuan berisi berbagai keterampilan dasar seperti lari, lempar, lompat, keterampilan dasar olahraga dengan bola besar, bola kecil dan olahraga dengan alat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat disajikan materi kurikulum dengan lebih menarik dan memiliki keleluasaan waktu untuk menyajikan seluruh aspek dalam gerak dasar dan dasar gerak olahraga. Untuk mencapai aspek-aspek yang menjadi tujuan dan fungsi pembinaan, kegiatan multilateral dirancang dengan berbagai bentuk penyajian yaitu: permainan dan perlombaan, kerja individu dan kelompok, penerapan disiplin dan peraturan yang sederhana, peralatan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (Modifikasi), dan berbagai tugas gerak untuk dilaksanakan dalam kelompok anak. Pembelajaran pendekatan permainan merupakan pembelajaran permainan yang mengadaptasi dan dimodifikasi agar sesuai dengan perkembangan siswa, hal


(20)

ini diungkapkan Webb, et.al (2002:1) “Modifying and adapting games is an important part of using this approach.”

Program ini terdiri dari atletik disesuaikan dengan anak-anak antara 6 - 13 tahun yang menyenangkan, menarik dan dapat diakses untuk semua tanpa diskriminasi. Selain itu, Kids’Athletics telah dirancang untuk menjadi layak di mana-mana, menggunakan peralatan yang disesuaikan, dibuat dari material lokal, produk limbah dan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan langsung.

Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik yang memadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal dan sulit dijangkau oleh anggaran sekolahnya.

Masalah lainnya adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih banyak menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi siswa pada setiap nomor atletik. Dengan demikian unsur bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Untuk itu barangkali kreatifitas guru penjas perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan dengan mencoba memodifikasi peralatan atletik. Oleh karena itu, diharapkan melalui program Kids' Athletics dapat membawa sebuah perubahan bagi pembelajaran atletik disekolah dan pembinaan atletik di kegiatan ekstrakurikuler serta club-club atletik yang membina anak usia sekolah dasar.


(21)

Kids' Athletics suatu program pembinaan atletik bagi atlet usia pelajar sekolah dasar sesuai dengan kebijakan IAAF (International Athletics Amateur Federation). Nomor-nomor perlombaannya adalah Kanga's Escape (Sprint/Gawang), Frog Jump (Loncat Katak), Turbo Throwing (Lempar Turbo) dan Formula 1 (Lari, Rintangan, Slalom). Dalam Kids' Athletics, olahraga atletik dibuat lebih mudah dilakukan karena banyak mengandung permainan dan dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan. (http://www.iaaf.org/mm/Document/imported/37262.pdf).

Dilihat dari jenisnya, program untuk anak Sekolah Dasar ini, memang lebih sederhana di bandingkan dengan cabang atletik untuk anak usia sekolah menengah. Selain lebih simpel jenis pembelajaran ini memang lebih menyenangkan bagi anak. Penggunaan alat yang relatif murah serta mudah dalam membuatnya.

Maksud dan tujuan dari Kids' Athletics itu sendiri ialah memberi motivasi kepada anak-anak supaya terlibat dalam aktivitas fisik dan untuk mengetahui sendiri keuntungan serta manfaat dari latihan yang teratur, mendorong anak-anak untuk bermain dalam rangka meningkatkan kesehatan jangka panjang, memberikan rangsangan kepada anak-anak untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Kids' Athletics.

Masalah yang dihadapi penulis saat ini adalah, masih belum adanya data empirik tentang penelitian Kids’ Athletics baik di luar negeri maupun di dalam negeri agar supaya dijadikan bahan rujukan dan merevieuw penelitian yang sudah ada. Jadi bisa saja Kids’ Athletics ini tidak berdampak apapun bagi anak-anak.


(22)

Sedangkan program Kids’ Athletics saat ini sedang diperkenalkan di seluruh dunia dan diimplementasikan, termasuk di Indonesia sudah terlanjur dilakukan sosialisasi melalui pelatihan yang di peruntukan bagi setiap pelatih klub atletik dan guru pendidikan jasmani yang ada di setiap Provinsi, Kota maupun Kabupaten.

Di Indonesia sendiri telah dilakukan sosialisasi salah satunya di Banyuwangi, yang di prakarsai oleh sebuah organisasi wanita atau PERWOSI (Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) Banyuwangi yang menjadi anggota KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) serta mitra bagi induk organisasi olahraga pada umumnya, mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Kid’s Athletics bagi Guru–guru Olahraga Putri Tingkat SD Se-Kabupaten Banyuwangi. Di Provinsi Jawa Barat sendiri sering dilakukan sosialisasi mengenai Kids’ Athletics Guru–guru Olahraga Tingkat SD Se-Kabupaten Bandung Barat. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan Kids’ Athletics tersebut diharapkan dapat dikembangkan oleh peserta di sekolah masing-masing sebagai upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, utamanya mencetak atlet berprestasi sejak dini. Pada penelitian ini penulis mencoba mengkaji mengenai program Kids’ Athletics . Program Kids’ Athletics dikemas dalam program bermain atletik yang menyenangkan yang disesuaikan dengan kemampuan anak terhadap peningkatan self-esteem dan kebugaran jasmani.


(23)

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari hubungan antara aktivitas fisik dan self-esteem (harga diri) namun saat ini masih sedikit dilakukan penelitian mengenai pembinaan multilateral terhadap self-esteem dan kebugaran jasmani di Indonesia.

Berikut adalah beberapa penelitian terkait:

1) Davis (2004:26) dalam penelitiannya yang berjudul “Athletic Participation and Self-Esteem in Eighth Grade Students” melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara self-esteem anak kelas delapan yang merupakan atlet olahraga kompetitif dan anak kelas delapan yang tidak mengikuti berpartisipasi dalam olahraga kompetitif. Davis menemukan bahwa anak-anak yang berpartisipasi dalam olahraga memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak berpartisipasi. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa anak yang merasa sukses dalam olahraga yang diikutinya memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada anak yang tidak sukses dalam olahraga yang diikutinya.

2) Penelitian Gruber (1985), dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa aktivitas jasmani menunjukan adanya hasil psikologis yang positif, dan meningkatkan self-esteem bagi anak-anak muda.

3) Cung (2003:41) melakukan penelitian yang berjudul : “Physical self concept between PE major and non-PE major student in Hong Kong”. Penelitian ini dilakukan terhadap 92 orang mahasiswa jurusan pendidikan jasmani dan 92 orang mahasiswa bukan pendidikan jasmani dengan


(24)

perbandingan jumlah wanita dan pria yang seimbang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa jurusan pendidikan jasmani yang biasanya mengalokasikan waktu yang lebih banyak dalam aktivitas fisik memiliki kebugaran dan skill oriented self concept yang lebih baik daripada mahasiswa wanita dan mahasiswa bukan jurusan pendidikan jasmani.

Dari beberapa penelitian di atas maka penulis bermaksud mencoba meneliti program pembinaan Multilateral melalui Kids’ Athletics terhadap self-esteem dan kebugaran jasmani.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya pengembangan self-esteem pada diri anak perlu menjadi perhatian para pendidik, terutama dalam upaya mengangkat kepercayaan diri anak sehingga bisa berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan self-esteem pada diri anak melalui pembelajaran aktivitas jasmani bisa dilakukan dengan merancang dan mengorganisasikan keberhasilan tugas yang dilakukan oleh anak. Keberhasilan pelaksanaan tugas gerak ini sangat bergantung pada pemilihan tugas ajar dengan memperhatikan tingkat kesulitan gerak, kompetensi anak, dan cara-cara didaktik serta metodik pengajaran guru pendidikan jasmani. Kejelasan tugas gerak, tahapan tugas gerak, dan cakrawala gerak yang perlu dibelajarkan kepada anak perlu diperhatikan oleh guru pendidikan jasmani (Crum, 2006).


(25)

Oleh karena itu, masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian dan harus dicari pemecahannya adalah pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang bagaimana yang sesuai untuk anak sekolah dasar dalam mengembangkan self-esteem mereka. Untuk itu pembelajaran pada pendidikan dasar harus memperhatikan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak pada tingkat tersebut. Pembelajaran pada pendidikan dasar jangan terlalu menuntut untuk menguasai suatu kompetensi tertentu yang mangakibatkan anak tidak merasa nyaman belajar di sekolah. Pada Anak tingkat pendidikan dasar, pengalaman belajar yang menyenangkan dibutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus mengadopsi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Griffin et al, (1995);. Lawton, (1989) dalam Kirk, D., and MacPhail, A. (2002) „Pendekatan permainan lebih menyenangkan dibandingkan dengan pendekatan teknik, sehingga mereka mungkin lebih sangat termotivasi untuk berpartisipasi.‟ Penelitian Alison & Thorpe, (1997), Rink, (1996), Turner & Martinek, (1992) dalam Hopper (2002:2)„Pendekatan permainan mempunyai pengaruh yang sama yaitu peningkatan kesenangan ketika belajar.‟

Pembelajaran yang diarahkan pada suatu kondisi yang menyenangkan merupakan dambaan setiap anak, sehingga guru harus kreatif dan inovatif dalam meramu kegiatan pembelajarannya. Salah satu pengalaman belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan.


(26)

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran bermain, dengan bermain akan merasakan senang, namun rasa senang itu akan makin terpenuhi bila yang bermain atau semua yang bermain akan bermain sungguh-sungguh, tetapi bermain itu sendiri bukan merupakan suatu kesungguhan. Pendapat ahli lainnya bahwa siswa lebih termotivasi dan tertarik pada pelajaran permainan yang menekankan memainkan permainan, salah satunya dijelaskan Sukintaka (1992:11) yaitu “Kalau anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pelajaran penjas, maka anak akan melakukan permainan itu dengan senang, pada umumnya anak merasa lebih

senang melakukan permainan, dari pada melakukan cabang olahraga yang lain.”

Program pembinaan dengan Kids’ Athletics merupakan program multilateral dan merupakan program dengan karakteristik bermain yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar. Dengan program tersebut diharapkan dapat lebih menarik dan memiliki keleluasaan waktu untuk menyajikan seluruh aspek dalam gerak dasar dan dasar gerak olahraga.

Berdasarkan masalah penelitian yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran ?

2. Apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kebugaran Jasmani Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran ?


(27)

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meneliti apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran.

2. Meneliti apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kebugaran Jasmani Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang maupun semua kalangan terutama yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca. Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.

Manfaat secara teoritis diharapkan dapat menambah pemahaman dan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah

1. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani untuk memasukan Kids’ Athletics menjadi materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(28)

E. Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari penyebaran permasalahan penulis melakukan pembatasan yang bertujuan agar tidak menyimpang atau terjadi salah penafsiran, sehingga permasalahan akan lebih terarah. Adapun pembatasan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian ini untuk mencari dan menemukan pengaruh Kids’ Athletics terhadap self-esteem dan kebugaran jasmani.

b. Populasi yang digunakan dalam penelian ini adalah anak yang tergabung ke dalam Sekolah Atletik Pajajaran Bandung sebanyak 60 orang, akan tetapi dari 60 orang tersebut, anak yang mengikuti latihan dengan intensif adalah sebanyak 30 orang, Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang anak yang diambil melalui (total sampling), dari seluruh populasi anak yang intensif mengikuti latihan.

c. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket self-esteem HSS, tes kebugaran jasmani indonesia (lari cepat 40 m, Pull-up 30 detik, Sit-up 30 detik, Vertical jump, lari 600 m). (Depdiknas, 2003)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang keliru dan memberikan penjelasan istilah-istilah dalam penelitian ini, penulis menganggap perlu untuk memberikan penjelasan tentang istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:


(29)

1. Kids’ Athletics

Program pembinaan atletik bagi anak usia 8 – 13 tahun yang sesuai dengan kebijakan IAAF (International Athletics Amateur Federation). Nomor-nomor perlombaannya adalah Kanga's Escape (Sprint/Gawang), Frog Jump (Loncat Katak), Turbo Throwing (Lempar Turbo) dan Formula 1(Lari, Rintangan, Slalom).

(http://www.iaaf.org/mm/Document/imported/37262.pdf).

2. Self-Esteem

Slavin. E Robert (1994:91) mengatakan self esteem adalah nilai-nilai yang ada pada diri, kemampuan dan perilaku. Self esteem dapat dikatakan sebagai penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri karena apa yang ada pada diri seseorang itu adalah kekuatan yang mesti dihargai dan dikembangkan.

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view &id=69&Itemid=97

3. Kebugaran Jasmani

(Giriwijoyo, 2007:23). Kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-hari.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Saat melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan suatu metode sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan penelitian dan membantu mengungkapkan suatu permasalahan. Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode yang digunakan dalam penelitian. Masalah yang diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian.

Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektifitas, efisiensi, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.


(31)

Sehubungan dengan masalah yang diutarakan dalam penelitian ini, penulis mengunakan metode ex post facto. Dalam hal ini Kerlinger (1964:360) mendefinisikan metode penelitian ex post facto sebagai:

The research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researchers starts with the observations of a dependent variable or variables in retrospect for their possible relations to, and effects on, the dependent variable or variables.

Pendapat Kerlinger dapat disimpulkan bahwa ex post facto adalah suatu metode penelitian yang di dalamnya variable bebas telah terjadi atau telah dilaksanakan (tanpa ada perlakuan), dan peneliti memulai dengan mengobservasi hubungan yang terlihat antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Lebih lanjut Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan keudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut.”

Ciri utama dalam penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa ada control dari peneliti. Hal ini seperti dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai

berikut: “sifat penelitian ex post facto yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.” Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.

Metode penelitian ex post facto disebut juga dengan istilah metode Causal Comparative atau metode yang mengamati suatu masalah secara mendalam


(32)

dan Metrota (1966) yang dikutip oleh Luky (2011:) menjelaskan bahwa: This method is based on mill’s canon of agreement and disagreement which states that causes of a given observed effects may be ascertained by noting elements which are invariable present when the result is present and which is invariably absent when the result is absent.

Pernyataan Sukhia dkk tersebut dapat disimpulkan bahwa metode causal comparative berdasarkan pada aturan dan suatu perjanjian dan perbedaan paham dalam suatu keadaan, yang menyebabkan efek yang diamati. Diberikan mungkin melalui penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika hasilnya tidak berubah-rubah serta tanpa alternative meskipun hasil yang diraih kosong atau tidak tampak.

B. Desain Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai alur pikir dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian casual-comparative dari Fraenkel, etc. (1993). Desain yang dipilih oleh penulis dimaksudkan untuk membandingkan dengan kelompok peneliti yang berbeda terhadap satu variabel yang akan diteliti. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh frankel etc. (1993:321) bahwa “The basic causal-comparative design involves selection two or more groups that differ on a particular variable of interest and comparing them on another variable or variables.”


(33)

X1 Y1

X2 Y2

Gambar 3.1 Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber: Frankel etc, 1993:321)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian causal comparative, atau dengan kata lain menitikberatkan pada penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (2005:11) menjelaskan penelitian komparatif sebagai berikut:

“suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam kurun waktu tertentu.” Pada desain ex post facto komparatif, sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang seolah-olah diberikan perlakuan dan kelompok yang tidak diberikan perlakuan yang berfungsi sebagai kelompok pembanding.

Maka untuk lebih memudahkan penelitian, desain penelitiannya yang sudah dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 3.2. Berikut ini:

Gambar 3.2 Desain Penelitian Causal-Comparative modifikasi Fraenkel dkk, (1993)

Group Independent Variable Dependent variable

I C1 0

(Kids’ Athletics) (Self-Esteem dan Kebugaran Jasmani)

II C2 0


(34)

Keterangan gambar :

X1 = Kelompok Kids’ Athletics X2 = Kelompok Kontrol

Y = Tes self-esteem dan tes kebugaran jasmani

Mengenai langkah-langkah penelitian, pendapat Sutresna (2002:125) yang diadaptasi dari Gay (1996:91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan model penelitian, analisis dan interpretasi data,

penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam gambar berikut:

Gambar. 3.3 Langkah-langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber: LR. Gay, Educational Research; Competencies for Analysis and Application;

New Jersey, Prentice Hall Inc. (1996,pp. 91-98).

Mencari Permasalahan yang terjadi di Lapangan sehingga memunculkan beragam masalah penelitian (Selection And Definition Of A Problem)

Perumusan Hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian empirik serta teoritik

Penentuan Metode Penelitian berkenaan dengan: Sampel, Instrumen, desain dan prosedur penelitian (method,

subject, instruments, design & procedure)

Analisis dan Interpretasi Data (data analysis)

Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil penelitian

Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai landasan berpikir berkaitan dengan masalah penelitian


(35)

1. Program latihan Kid’s Athletics

Pertemuan 1 s/d pertemuan ke 8

Fokus : Fisik: Mengembangkan komponen biomotorik dasar, yaitu kelentukan, kekuatan, dan daya tahan

Teknik: Memperbaiki kesalahan teknik-teknik dasar dengan Running ABC, permainan POA, Kids’ Athletics.

Mental: Mengembangkan unsur disiplin, motivasi, kerjasama dalam maupun luar latihan dan menanamkan kebiasaan serta komitmen berlatih, team building

Frekuensi 3 Kali per Minggu. (8 sesi) Lamanya 20-60 menit

Intensitas Rendah

Interval istirahat

Sedikit atau tidak ada istirahat antara set.

Pertemuan ke 9 s/d pertemuan ke 12

Fokus  Fisik: Pengembangan unsur fisik dasar (kelincahan, daya tahan otot, power, dan stamina), dan pemeliharaan

 Teknik: Memperbaiki kesalahan teknik-teknik dasar dengan Running ABC, permainan POA, Kids’ Athletics.

 Mental: Disiplin, team building, motivasi, kerjasama dalam maupun luar latihan dan menanamkan kebiasaan serta komitmen berlatih.

Frekuensi 3 Kali per Minggu (4 sesi) Intensitas Rendah hingga menengah

Lamanya Ditentukan oleh intensitas, jumlah set, interval istirahat (contoh : semakin tinggi intensitas dan lamanya, semakin panjang interval istirahat (jedah):jumlah set bervariasi. Pertemuan ke 13 s/d pertemuan ke 16

Fokus Teknik: Running ABC, Kombinasi permainan POA, Kids’

Athletics.

Mental: Team building (pembentukan tim): penetapan tujuan (goal vision), Kerjasama tim (team work): (communication), team spirit: (motivation, achievement, character).

Fisik : pemeliharaan Frekuensi 3 kali perminggu. (4 sesi)

Lamanya Singkat, unik, tiap set tidak boleh dari 3 menit. Intensitas Menengah hingga tinggi

Lamanya istirahat


(36)

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka penelitian populasi. Sampel menurut Arikunto (2002 : 109) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Setiap penelitian selalu berhubungan dengan sejumlah objek yang akan diteliti baik berupa benda maupun manusia. Objek yang akan diteliti itu disebut populasi. Menurut Sudjana (1989: 84), bahwa: “Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tersebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.” Populasi anak yang tergabung ke dalam Sekolah Atletik Pajajaran Bandung sebanyak 60 orang.

2. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi”, Sugiyono (2009: 62). Mengenai berapa besarnya sampel tidak ada ketentuan yang jelas berapa jumlahnya yang akan diteliti yang diambil dari populasi, maka syarat utama dari sampel tersebut adalah mewakili dari populasi yang ada.

Tentang pengambilan sampel menurut Sugiyono (2012:122), menjelaskan tentang nonprobability sampling bahwa “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi sampel”. Dari teknik nonprobability


(37)

sampling ini terdapat beberapa teknik pengambilan sampel, Sugiyono (2012: 123)

menjelaskan bahwa :”Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota aksidental, purposive, jenuh, snowball”. Dari pernyataan diatas peneliti menggunakan teknik sampling jenuh.

Populasi anak terdapat 60 orang, akan tetapi dari 60 orang tersebut, anak yang mengikuti latihan dengan intensif adalah sebanyak 30 orang. Masih adanya anak yang tidak mengikuti latihan dengan intensif, dalam hal ini peneliti tidak dapat memaksa anak yang akan diteliti untuk mengikuti latihan. Maka peneliti menggunakan Sampel seluruh anak yang masih intensif mengikuti latihan sebanyak 30 orang anak. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012:124), bahwa bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil menggunakan sampling jenuh (Total Sampling). Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Dalam penentuan sampel, kemampuan anak yang mengikuti latihan di Sekolah Atletik Pajajaran Bandung bersifat heterogen, sehingga, anak tidak memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel maka teknik penentuan sampel yang tepat adalah menggunakan teknik nonprobability sampling.

Arikunto (2006:130) dalam pembahasannya mengenai sampel menyatakan bahwa:

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Untuk sekedar ancer- ancer apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besarnya telah melebihi 100 maka diambil antara 10% - 25% atau 20% - 25% atau lebih.


(38)

D. Variabel Penelitian

Sebelum mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis, seorang peneliti harus mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti agar penelitian yang akan dilakukan tidak menyimpang dari variabel-variabel yang telah ditentukan oleh penulis.

Menurut Rosmalawati (2000: 29) yang mengatakan:

Berdasarkan terdapatnya, variabel secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu variabel pada masalah dan variabel pada tujuan. Variabel yang terdapat pada masalah penelitian disebut variabel bebas yakni yang sifatnya mempengaruhi, sedangkan variabel yang terdapat pada tujuan penelitian disebut variabel terikat yakni yang sifatnya dipengaruhi.

Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Varabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan (mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kids’ Athletics . Untuk variabel terikatnya adalah self-esteem dan kebugaran jasmani.


(39)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:128).

Dari pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Instrumen tersebut berbentuk angket Self-esteem dan tes kebugaran jasmani. Melalui angket ini dapat diperoleh informasi atau gambaran secara mendalam mengenai pengaruh siswa yang mengikuti program Kids’ Athletics terhadap Self-esteem, serta dapat diperoleh informasi secara mendalam mengenai pengaruh siswa yang mengikuti program Kids’ Athletics terhadap kebugaran jasmani.

Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990:184) sebagai berikut:

a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.

d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

e. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.


(40)

Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:

1.

Hare Self-esteem Scale ( HSS )

esteem (harga diri) diukur dengan menggunakan instrumen Hare Self-esteem Scale ( HSS ) yang dikembangkan oleh Bruce R. Hare (Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552), menyatakan bahwa HSS adalah instrumen yang didesain untuk menyediakan pengukuran self-esteem bagi siswa di sekolah dasar yang berisikan 30 instrumen yang mengukur harga diri yang digunakan di sekolah dasar. HSS berisi 10 item sub skala yang lebih spesifik (sebaya, sekolah dan rumah), dan di sajikan secara jelas. Kesimpulan dari ke 30 item nantinya merupakan pengukuran self-esteem secara umum. item-item tersebut terdiri dari item untuk mengevaluasi diri dan item evaluasi lainnya. Item-item terseut juga harus bisa membujuk si responden untuk melaporkan perasaan dirinya di setiap area yang diukur. Ketiga area yang diukur untuk melihat self-esteem siswa adalah teman sebaya, sekolah dan rumah, yang berupa area umum interaksi anak yang nantinya self-esteem mereka tersebut akan berkembang menjadi perasaan berharga mereka. Nanti hal tersebut akan mencerminkan sesuatu tentang anak secara umum untuk evaluasi diri. HSS dapat diteliti baik secara individu atau kelompok, baik secara lisan maupun tulisan. Korelasi HSS secara umum dengan. 83 baik untuk Coopermith self esteem inventory ataupun Rosenberg Self esteem scale, yang mengidikasikan validitas. Sub skala HSS juga berkorelasi secara signifikan


(41)

(misalnya pencapaian skor membaca di sekolah). Hal ini menyatakan bahwa perubahan di area spesifik self esteem tidak serta merta mengakibatkan perubahan level self-esteem secara umum.

The HSS is a 30-item instrument that measures self-esteem of school age children. The HSS consists of three 10-item subscales that are area-specific (peer, school, and home) and presented as distinct units. The sum of all 30 items is viewed as a general self-esteem measure. Items were chosen to include both self-evaluative and other-evaluative items. The items are also intended to induce respondents to report a general sense of the self-feeling within each area. The rationale for concluding that the sum of the three subscales produces an overall measure of self-esteem is that peer, home, and school are the major areas of interaction for the child in which he or she develops a sense of self-worth. Thus, they represent something close to the child's universe for self-evaluation. The HSS can be administered individually or in groups, orally or in writing. The HSS general scale correlated .83 with both the Coopersmith Self-esteem Inventory and the Rosenberg Self-esteem Scale, indicating excellent concurrent validity. The HSS subscales also correlate significantly with changes in life status and with predicted area-specific activities (e.g., reading achievement scores with school subscale). This suggests that changes in area-specific sources of self-esteem do not result in changes in the level of general self-esteem.

2. Konsep Self-esteem

Self-esteem merupakan kebutuhan individu yang berhubungan dengan motif berprestasi dan kepercayaan diri sendiri. Self-esteem berkaitan erat dengan status, pengakuan, dan reputasi yang menimbulkan perasaan untuk menghargai diri sendiri. Maslow (Sudibyo Setyobroto, 2001:72)

 Motif berprestasi adalah sebagai usaha mencapai sukses dengan tujuan untuk berhasil dalam kompetisi berdasarkan ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat dilihat berdasarkan pelaksanaan tugas, keberhasilan diri sendiri dan keberhasilan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Heckhausen yang dikutip oleh


(42)

mempertahankan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktifitas dengan menggunakan suatu ukuran tertentu sebagai pembanding. Beberapa indikator dari orang yang memiliki motif berprestasi yang baik dan kurang baik adalah:

Percaya diri dengan kemampuannya untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Memahami kemampuan dan potensi diri.

Sulit berprestasi.

 Kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Beberapa indikator dari orang yang memiliki Percaya diri yang baik dan kurang baik adalah:

Percaya diri atas kemampuan dan potensi diri. Mampu memlihara hubungan dengan orang lain. Pesimis.

Tidak menerima keadaan diri sendiri.

Percaya diri bahwa kemampuan dan potensinya tidak kalah dengan orang lain.


(43)

 Perasaan diri adalah suatu fakta yang tak dapat disangkal. Perasaan itu semestinya dialami. Perasaan secara umum dapat memberikan dampak menyeluruh dalam dimensi kehidupan kita. Perasaan positif akan memberikan motivasi positif, sedangkan perasaan yang dinilai negatif memberikan motivasi negatif pula. Perasaan itu unik, bahwa setiap reaksi terhadap segala sesuatu selalu melalui perasaan.

Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Merasa pantas. Merasa tidak pantas.

Merasa tidak berguna bagi orang lain.

 Penghargaan diri: Maslow membagi penghargaan menjadi dua, yaitu pengahargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan terhadap orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri atau harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, kemandirian dan kebebasan. Sedangkan penghargaan terhadap orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau keberhasilan dalam masyarakat. Beberapa indikator dari orang yang memiliki

penghargaan diri yang baik dan kurang baik adalah:

Tidak aktif dalam hidup berkelompok. Aktif dalam hidup berkelompok.


(44)

Berikut adalah kisi-kisi angket yang memuat variabel penelitian, sub variabel, indikator, nomor item. Indikator pada angket merupakan penjelasan atau rincian dari setiap sub variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi angket Self-Esteem yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket Self-Esteem

Komponen Sub Komponen Indikator No. Item

Self-esteem merupakan kebutuhan individu yang berhubungan dengan motif berprestasi dan kepercayaan diri sendiri.

Self-esteem berkaitan erat

dengan status, pengakuan, dan reputasi yang menimbulkan perasaan untuk menghargai diri sendiri. Maslow (Sudibyo Setyobroto, 2001:72)

Motif berprestasi Percaya diri dengan kemampuannya untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan

26, 21, 16, 29 Memahami kemampuan dan potensi diri

Sulit berprestasi

Kepercayaan diri Percaya diri atas kemampuan dan potensi diri

3, 7, 11, 13, 17, 19, 24, 28, 5, 9, 12, 14, 25, 8, 20,

22, 6, 23 Pesimis

Tidak menerima keadaan diri sendiri Percaya diri bahwa kemampuan dan potensinya tidak kalah dengan orang lain Percaya dirinya rendah

Perasaan diri Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

15, 30, 18, 27, 10

Merasa pantas Merasa tidak pantas

Merasa tidak berguna bagi orang lain

Penghargaan diri Aktif dalam hidup berkelompok 1, 4, 2

Tidak mampu memelihara hubungan dengan orang lain


(45)

Pertanyaan dalam angket HSS adalah sebagai berikut :

a) Skala Pengukuran Self-esteem antar Teman Sebaya

1. Saya mempunyai teman sejumlah yang dimiliki teman saya pada umumnya 2. Saya tidak sepopuler teman saya pada umumnya

3. Seperti halnya yang suka dilakukan teman saya, saya melakukan segala sesuatunya sebagus mereka

4. Dibandingkan teman saya pada umumnya, Saya paling percaya diri dengan kemampuan saya menghadapi situasi-situasi yang sulit.

5. Orang lain berfikir saya orang yang menyenangkan

6. Saya seringkali pendiam karena saya tidak seperti teman saya pada umumnya 7. Orang lain seringkali berharap mereka seperti saya

8. Saya seringkali berharap saya menjadi orang yang berbeda agar mendapatkan banyak teman

9. Jika teman sekelompok saya menentukan pemimpin kelompok kami, tentunya sayalah yang dipilih untuk posisi tinggi tersebut

10. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, saya bukanlah orang yang akan dimintai pertolongan.

b) Skala Pengukuran Self-esteem Di Rumah

11.Orang tua saya bangga terhadap orang seperti saya 12.Tidak ada orang yang memperhatikan saya di rumah 13.Orang tua saya berfikir saya dapat berdiri sendiri

14.Saya seringkali merasa jika mereka bisa, mereka akan menukar saya dengan anak lain

15.Orang tua saya berusaha memahami saya 16.Orang tua terlalu berharap dari saya

17.Saya orang yang penting bagi orang tua saya 18.Saya seringkali merasa tidak diinginkan di rumah

19.Orang tua saya percaya saya akan menjadi orang yang sukses di kemudian hari

20.Saya seringkali berharap saya dilahirkan di tengah-tengah keluarga lain.

c) Skala Pengukuran Self-esteem Di Sekolah

21.Guru saya terlalu berharap dari saya

22.Tentang hal-hal biasa teman saya lakukan di sekolah, setidaknya saya sebaik mereka


(46)

24.Saya selalu bangga dengan rapor saya

25.Sekolah agak sulit buat saya dari pada sebagian besar orang lain 26.Guru saya seringkali terlihat senang dengan pekerjaan saya

27.Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk belajar hal-hal baru. 28.Saya orang penting di kelas saya

29.Tampaknya tidak peduli seberapa kuat saya mencoba, saya tidak pernah mampu mendapatkan peringkat yang seharusnya saya raih

30.Saya merasa sangat beruntung memiliki guru-guru yang saya miliki sekarang ini.

(P/+) 1, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 30 (N/-) 2, 6, 8, 10, 12, 14, 18, 20, 23, 25, 29

(Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552)

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana

responden tinggal memilih atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif

jawaban sesuai dengan keadaan yang dirasakan pribadinya. Mengenai alternatif jawaban dalam angket digunakan skala sikap yakni skala Likert dengan kategori penyekoran dimana terlihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban No Alternatif

jawaban

Skor alternatif jawaban Positif Negatif

1 Sangat Setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3


(47)

3. Tes kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Alat yang akan dipakai yaitu kebugaran jasmani untuk anak SD, tes ini telah direvisi oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi 1999. Tes ini memiliki validitas sebesar 0,92 dan reliabilitas sebesar 0,89, tes ini terdiri dari lima item tes, yaitu : (1) Lari cepat 30 m, (2) Angkat tubuh (Pull Up), (3) Baring duduk (Sit Up), (4) Loncat tegak (Vertical Jump), (5) Lari 600 m. (Depdiknas, 2003)

Adapun pelaksanaan tesnya sebagai berikut :

a) Lari 30 meter.

Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

Alat dan Fasilitas : Lintasan lurus lebih 30 meter, bendera start, peluit, stop watch, dan tester.

Pelaksanaan :

 Sikap permulaan, peserta berdiri di belakang garis start, sikap start berdiri.

 Pada aba-aba “YA” teste berlari secepat mungkin menuju garis finish menempuh jarak 30 meter.

 Lari diulang apabila mencuri start, tidak melewati garis finish, diganggu oleh teste lain.

Penilaian :

 Waktu diambil dari saat bendera diangkat sampai testee melewati garis finish.


(48)

Gambar 3.4 Tes Lari Sprint 30 m

b) Tes Angkat Badan (Pull Up)

Tujuan : tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu

Alat dan Fasilitas : Palang tunggal, stop watch, serbuk magnesium karbonat, tester.

Pelaksanaan :

 Testee melompat dan menggantung

 Kemudian mengangkat badannya sampai dagu berada di atas palang tunggal

 Pertahankan sikap tersebut selama mungkin Penilaian :

 Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh testee untuk mempertahankan sikap tersebut di atas selama mungkin.


(49)

Gambar 3.5 Tes Angkat Badan (Pull-Up)

c) Tes Baring Duduk (Sit-Up)

Tujuan : tes ini bertujuan untuk kekuatan dan kekuatan otot perut Alat dan Fasilitas : Matras, stop watch, tester

Pelaksanaan :

 Berbaring terlentang dimatras, kedua lutut ditekuk 90°, kedua jari tangan bersilang di belakang kepala.

 Pada aba-aba “YA” testee bergerak mengambil sikap duduk dan menyentuhkan kedua siku ke lutut dan kembali ke posisi semula.

Penilaian :

 Hitung jumlah baring duduk secara sempurna yang bisa dilakukan selama 30 detik.


(50)

Gambar 3.6 Tes Baring Duduk (Sit-Up)

d) Tes Loncat Tegak (Vertical Jump)

Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur power tungkai.

Alat dan fasilitas: Papan berskala cm yang dipasang di dinding, serbuk kapur, tester.

Pelaksanaan :

 Testee berdiri tegak di samping papan skala, kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas dan sentuhkan ujung jari supaya meninggalkan bekas pada papan skala.

 Lakukan loncatan, dan sambil meloncat sentuhkan kembali jari tangan ke papan skala.

Penilaian :

 Dihitung jarak antara jangkauan sambil berdiri dan jangkauan sambil meloncat dalam cm.


(51)

Gambar 3.7 Tes Loncat Tegak (Vertical Jump)

e) Tes lari 600 meter

Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah, dan kapasitas aerobik.

Alat dan fasilitas : Lintasan, stop watch, tester.

Pelaksanaan : Dihitung waktu tempuh dari mulai garis start sampai garis finish dalam catatan waktu menit dan detik.


(52)

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu diujicobakan. Tujuannya adalah mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket HSS, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Validitas maksudnya adalah alat ukur yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas maksudnya untuk mengetahui keajegan alat ukur yang digunakan.

Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur”. Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat dipercaya dan diakui oleh

banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk mengukur.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan, ada langkah yang ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang dibuat selanjutnya diujicobakan dengan diberikan kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian, tetapi bukan sampel yang sebenarnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 17 Juli 2012 kepada siswa SDN 2 Tanjungsari kelas IV dengan rata-rata usia 12 tahun yang tidak termasuk kedalam sampel dari populasi sebanyak 40 responden.

Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui


(53)

professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.

Sugiyono (1999:114) mengatakan bahwa :

Setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrument. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument.

Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien korelasi yang diperoleh > 0,312. Sebaliknya jika < 0,312 maka dinyatakan gugur (Riduwan, 2010:110). Setelah dianalisis, dari 30 item pernyataan yang diujicobakan terdapat 8 item yang dinyatakan gugur dan sisanya sebanyak 22 butir dinyatakan valid, ini merupakan uji coba instrumen yang pertama.


(54)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Self-Esteem

No. Soal Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

r

tabel

1 87.7250 68.153 .504 .856 0,312

2 88.6750 68.943 .343 .861 0,312

3 87.9500 71.382 .365 .862 0,312

4 87.7250 68.153 .504 .856 0,312

5 88.1500 69.156 .256 .855 0,312

6 87.5000 71.026 .313 .861 0,312

7 88.3750 72.138 .386 .864 0,312

8 88.2750 73.025 .124 .865 0,312

9 87.3500 73.054 .493 .867 0,312

10 87.7250 68.153 .504 .856 0,312

11 87.6500 68.746 .462 .857 0,312

12 87.5000 71.026 .313 .861 0,312

13 88.2500 71.628 .231 .863 0,312

14 87.6500 68.746 .462 .857 0,312

15 87.5500 73.279 .189 .866 0,312

16 88.4000 70.503 .340 .860 0,312

17 87.8250 70.199 .379 .859 0,312

18 87.4250 72.507 .135 .864 0,312

19 87.6500 68.746 .462 .857 0,312

20 87.3250 71.097 .231 .861 0,312

21 88.4750 70.974 .288 .859 0,312

22 88.1250 68.933 .548 .855 0,312

23 87.6750 69.302 .481 .857 0,312

24 87.6500 68.746 .462 .857 0,312

25 88.4500 67.741 .306 .853 0,312

26 87.9000 70.144 .424 .858 0,312

27 88.1250 68.933 .548 .855 0,312

28 88.4500 67.741 .606 .853 0,312

29 88.3000 69.497 .394 .859 0,312

30 88.4500 67.741 .606 .853 0,312

G. Analisis instrumen

Setelah instrumen diujicobakan pada siswa SDN 2 Tanjungsari dengan rata-rata usia 12 tahun sebanyak 40 responden, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis instrument. Sistematika analisis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :.


(55)

 Menentukan Tingkat Reliabilitas

Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Menurut Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa:

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut:

= [ ] [ ∑ ]

(Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Penjelasan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pemyataan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir

σt2 = Varians total

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah : 1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)

2. Jumlahkan varians semua item (∑ ) 3. Masukkan nilai Alpha (r11)


(1)

41.Howley, E.T dan Franks, B..D (1992). Health Fitness, Instructor’s Handbook. South Australia : Kinetics Publisher. Inc.

42.Hurlock, Elisabeth. (2004). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Se panjang Rentang Kehidupan). Erlangga.

43.

Janssen P.GJM. (1989). Training Lactate Pulse – Rate. New York : Polar Electro of Publishing.

44.Kerlinger, F.M. (1964). Fondation of Behavioral Research. NewYork: Holt, Rinehart, & Winston.

45.Kirkendall, Don R., Gruber Joseph J., & Johnson Robert E., Measurement And Evaluation For Physical Educators, Wm C Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa, 1980.

46.LR. Gay. (1996,pp. 91-98). Educational Research; Competencies for Analysis and Application;New Jersey, Prentice Hall Inc.

47.Lutan, Rusli. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas: Dirjen Dikdasmen bekerja sama dengan Dirjen Olahraga.

48.__________. (2003a). Self esteem; landasan kepribadian, Jakarta; Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.

49.Lumintuarso, Ria. (2011). Peralatan Olahraga Anak Untuk Pengembangan Multilateral. Yogyakarta: Sinar Offset Jogjakarta.

50.Mahendra, Agus. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Penjas dengan Tema:

“Pengembangan Model Pembelajaran Penjas Reflektif di Sekolah

Menengah.” FPOK UPI Bandung.

51.Mikdar (2006:4). Hidup Sehat : Nilai Inti Berolahraga. Dirjen Dikti. Direktorat Ketenagaan. Depdiknas.

52.Mooren F.C & Volker K. (2005). Molecular and Cellular Exercise

Physiology. Human Kinetics. United States Of America. ISBN: p-730 4518.

53.Mruk, C. (2006:3rd ed.). Self-esteem: Research, theory and practice. New York: Single Publishing Company.


(2)

54.Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. & Huston, A.C. (1990). Child

Development and Personality. Seventh edition, New York: Harper & Row.

55. Nasution, Y. (2000). Aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga. Dalam Garuda Emas;

56.Oktavianti, Ridha. et al (2008). “Self Esteem”. Makalah untuk UPI Bandung. 57.Page, R., & Page, T. (1992). Fostering emotional well-being in the

classroom. Boston: Jones and Bartlett.

58.Papalia, D.E & Wendkos, S. (1995), Human Development, New York; McGraw Hill.

59.___________. (2008). Human Development Tenth Edition. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

60.___________. (2002). Adult Development and Aging (2nd ed). New York: McGraw-Hill.

61.Purwasetiawatik, T. F. (2011). Rancangan Program Pelatihan untuk

Meningkatkan Pengetahuan Ibu Mengenai Cara Mengembangkan Self Esteem (Harga Diri) Anak Usia 6 – 8 Tahun. Tesis. Universitas Padjadjaran.

62.Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.

63.Robson, Stuart, 1988. Principles of Indonesian Philology. Netherlands: Foris Publications Holand.

64.Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton: Princeton University Press.

65.Rosmalawati. (2000). Falsafah dan Metodologi Penelitian. Bandung. Diktat Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

66.Santrock, John W. 2007. Children Ninth Edition. Mc Graw Hill. New York. 67.Saputra,Yudha. M. (2005) Filsafat Olahraga. FPOK. UPI.


(3)

69.Seifert, K.L., & Hoffnung, R. J. 1987. Child and Adolescent Development. . Boston: Houghton Mifflin Company.

70.Setyobroto, Sudibyo (2001) , Mental Training, Jakarta; Solo.

71.Siedentop; Daryl. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. Mountain View, California: Mayfiled Publishing Company.

72.Smelser, N. J. (1989). “Self-esteem and social problems: An introduction”. In A. M. Mecca, N. J. Smelser & J. Vasconcellos (Eds.), The social Importance of selfesteem (pp. 1–23). Berkeley: University of California Press.

73.Soemitro. (1992). Permainan Kecil, Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

74.Soerakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. 75.Stipek, D., Recchia, S., & McClintic, S. (1992). Self-evaluation in young

children. Monographs of the Society for Research in Child Development, 57 (1, Serial No. 226).

76.Sudjana. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algensindo.

77.Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabetha.

78.________. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

79.________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

80._______. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

81.

Suharjana. (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY.

82.Suherman, Adang. 1999/2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III.


(4)

83.Sukintaka. (1990). Teori Bermain. Yogyakarta. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Institut Keguruan IImu Pendidikan Yogyakarta. 84.________ ( 1992 ) Teori Bermain Untuk D.2 PGSD Penjaskes. Depdikbud

Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

85.Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Renika Cipta. 86.Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam

Pembelajaran Sepak Bola. Konsep dan Metode. Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

87._____________. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

88.Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Untuk Anak Umur 10-12 Tahun.

Depdiknas. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta. 89.Uhamisastra. M.S. (2010). Pengaruh Pendekatan Belajar Kooperatif dan

Belajar Kompetitif Serta Kemampuan Motorik Terhadap

Pengembangan Self-Esteem Melalui Kegiatan Olahraga Permainan Pada Siswa Sekolah Dasar. Disertasi kepada Universitas Pendidikan Indonesia.

90.Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher

Psychological Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press. 91.___________. (1979). Conceiving the self. New York: Basic Books.

92.Wells, E.L., and G. Marwell. (1976). Self-esteem: Its conceptualization and measurement. Beverly Hills: Sage.

93.White, R. (1959). Motivation reconsidered: The concept of competence. Psychological Review, 66, 297–333.

94.Yudiana (2008) Aktivitas Permainan. Bahan Ajar PLPG Penjas SMA/SMK. Tim Penyusun Naskah Penjas FPOK UPI. 56


(5)

Sumber Internet :

95.Hopper (2002) Teaching games for understanding: The importance of student

emphasis over content emphasis. Tersedia :

http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/215763091/135B89E4

1414DCFAA8C/2?accountid=13771. [4 Desember 2012]

96. IAAF KID’S ATHLETICS© A Team Event For Children (2006). [Online]. Tersedia: (http://www.iaaf.org/mm/Document/imported/37262.pdf). [20 Febuari 2012]

97.Kepribadian. Arti Percaya Diri” (2011). [Online]. Tersedia: http://sosseres.blogspot.com/2011/02/arti-percaya-diri.html. [30 Juli 2012] 98.New Zealand Ministry of Health. (2010). Physical Activity. [Online].

Tersedia : http://www.moh.govt.nz/moh.nsf/indexmh/activity-benefits. [12 juni 2012].

99.Paul Webb, et.al (2002). Teaching Games for Understanding (TGfU) in Primary and Secondary Physical Education. Fakultas of Education. University of Wollongong, NSW.2522 Australia. Tersedia: http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1075&context=edupapers&s ei-redir=1&referer= . [ 21 Januari 2013]

100. Pembinaan mental atlet usia dini. 2011). [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/46902845/2-Pembinaan-Mental-Atlet-Usia-Dini-Oleh-Dra-Yuanita-Nasution-m-App-Sc-Psi-1. [12 Nopember 2012]

101. Pendidikan jasmani sebagai pondasi prestasi olahraga. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/cukup-pahalawidi-mor/1-

materi-ppm-pendidikan-jasmani-sebagai-pondasi-prestasi-olahraga-dispora-jateng-2011.pdf [12 Nopember 2012]

102. Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia) “Kids’ Athletics Cabang Olahraga Resmi APSSO”. (12 November 2008).[Online].Tersedia:http://indonesiaathletics.org/isi_berita.php?id_berit a=41 [12 Febuari 2012].

103. Rahmawati, A, S. (2006). Harga Diri pada Remaja Obesitas. Tesis, [Online]. http://www.psikologi-unas.com [23 mei 2012].

104. Resume Buku “Iman dan Perasaan” oleh F. Hamma, SJ. (2012) . [Online]. Tersedia : http://lukasyohan.wordpress.com/2012/05/24/resume-buku-iman-dan-perasaan-oleh-f-hamma-sj/ [30 Juli 2012].


(6)

105. Sajjadian, Mohammad (2012). “Relation between Physical Fitness and Self-Esteem of Male Students at Islamic Azad University, Shoushtar Branch”. [Online]. Tersedia: http://rspublication.com/ijphc/ijphc%20feb%2012/10.pdf [30Agustus 2012].

106. Schmalz, Dorothy L. et al., (2007). “A Longitudinal Assessment of the Links Between Physical Activity and Self-Esteem in Early Adolescent Non-Hispanic

Females”.[Online].Tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2

562306/ [30Agustus 2012].

107. Science Daily, "UF Researcher: Participating in Sports Gives Girls Strong

Self-Images" available online:

http://www.sciencedaily.com/releases/1998/11/981117150259.htm Accessed

March 2012.

108. Sibuea, A.M. (2001). Perilaku kewiraswastaan lulusan STM di Kota Medan. Penelitian Dasar. Fakultas Tehnik Universitas Negeri Medan Sibuea. [Online]. Tersedia

: http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/39241 [12

Juli 2012].

109. Tremblay, Mark S. et al. (2000). “The Relationship between Physical Activity, Self-Esteem, and Academic Achievement in 12-Year-Old Children”. Pediatric Exercise Science, Human Kinetics Publishers. Halaman 312-323. [Online]. Tersedia: http://www.unb.ca/crisp/pdf/0003.pdf [30Agustus 2012]. 110. Wikipedia The Free Encyclopedia. (2002, 24 November). Self Esteem. [Online]. Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Self-esteem [10 Juli 2012].