FUNGSI KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEBIASAAN SARAPAN : Studi Ex Post Facto pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 7

F. Disain Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Fungsi Kognitif ... 12

1. Atensi ... 13

2. Memori ... 15

B. Sarapan ... 18

C. Tingkat Melewatkan Sarapan ... 22

D. Alasan Melewatkan Sarapan ... 23

E. Efek Melewatkan Sarapan ... 24

1. Efek Jangka Pendek terhadap Fungsi Kognitif ... 26

2. Efek Jangka Panjang terhadap Fungsi Kognitif ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 29

G. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37

E. Analisis Data ... 40


(2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Kebiasaan Sarapan ... 43

2. Fungsi Kognitif Siswa ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 52

B. Pembahasan ... 56

1. Kebiasaan Sarapan ... 56

2. Fungsi Kognitif ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Persepsi Siswa Mengenai Sarapan 44

4.2 Frekuensi Sarapan Siswa 45

4.3 Alasan Siswa Melewatkan Sarapan 46

4.4 Alternatif Sarapan yang Disiapkan Ibu 46

4.5 Waktu Makan Pertama Kali jika Melewatkan Sarapan 47 4.6 Dampak Melewatkan Sarapan yang Dirasakan Siswa 48

4.7 Menu Sarapan 49

4.8 Minuman saat Sarapan 50

4.9 Teman saat Sarapan 51

4.10 Pekerjaan Ibu 51

4.11 Hasil Uji Tukey untuk Variabel Atensi 54 4.12 Hasil Uji Tukey untuk Variabel Memori 56


(4)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rata-rata Skor Atensi Siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan

53 4.2 Rata-rata Skor Memori Jangka Pendek Siswa berdasarkan

Kebiasaan Sarapan


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Memori Atkinson-Shiffrin 17


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling

35


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner Kebiasaan Sarapan 75

2 Instrumen Tes Atensi Visual 77

3 4

Instrumen Tes Memori Jangka Pendek Tabulasi Data Hasil Penelitian

80 84


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar pada anak usia sekolah dasar merupakan kondisi yang sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan dan menimbulkan masalah belajar. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid yang dapat menghambat kelancaran proses belajarnya.

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memberikan layanan kepada peserta didik berdasarkan kebutuhan masing-masing peserta didik sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma dalam memandang anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam paradigma ini seorang anak dipandang dari hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dimilikinya dan bukan semata-mata dari kecacatan yang dimiliki anak tersebut.

Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat); serta anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer, akibat lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen (Alimin, 2010).


(9)

Timbulnya hambatan belajar dan hambatan perkembangan baik yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen dapat terjadi karena faktor internal anak itu sendiri atau dapat juga karena faktor eksternal. Fungsi pendidikan kebutuhan khusus adalah mencegah munculnya hambatan-hambatan belajar dan hambatan perkembangan, atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan hambatan itu, sehingga anak dapat berkembang optimal (Alimin, 2010).

Lynch (Supriadi, 2004) dalam laporan untuk Bank Dunia yang berjudul “Provision for Children with Special Educational Needs in the Asia Region“ mengungkapkan pendekatan baru dalam memahami anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Terdapat tiga anak yang masuk ke dalam kategori ini, salah satunya adalah anak-anak yang telah berada di sekolah namun karena berbagai alasan mereka tidak mencapai kemajuan sebagaimana layaknya. Mereka itulah yang kemudian mudah putus sekolah atau tinggal kelas. Yang masuk ke dalam kategori ini kebanyakan adalah anak-anak yang datang dari keluarga atau masyarakat miskin serta anak-anak yang kondisi fisik dan kesehatannya kurang.

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Beberapa faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kesehatan dan status gizi. Kedua faktor ini penting karena seseorang tidak mungkin dapat mengembangkan kapasitas dirinya secara optimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki kesehatan dan status gizi yang optimal.


(10)

Menurut Suharjo (1996), anak sekolah termasuk ke dalam kelompok yang rentan gizi. Pada usia ini asupan gizi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak memerlukan zat gizi dan energi untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas akademik di sekolah dan juga aktivitas fisik mereka yang tinggi. Sarapan berkontribusi terhadap sepertiga asupan gizi yang dibutuhkan. Namun banyak anak yang memiliki kebiasaan melewatkan sarapan pagi sebelum mereka berangkat sekolah dengan berbagai alasan.

Beberapa penelitian untuk melihat kebiasaan sarapan pada anak sekolah memberikan hasil yang beragam. Menurut Badan Pusat Statistik (2006) hanya 15,2% anak sekolah dasar di Majalengka yang memiliki kebiasaan sarapan, dengan kata lain 84,8% anak sekolah dasar di Majalengka tidak terbiasa sarapan. Sibuea (2002) menemukan terdapat 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah sarapan pagi, sementara penelitian Kurniasari (2005) menemukan 25% anak sekolah dasar di Yogyakarta jarang melakukan sarapan. Di Amerika Serikat, prevalensi melewatkan sarapan pada anak-anak dan orang dewasa berkisar antara 10 sampai 30% tergantung dari kelompok umur, gender, ras, etnis dan bagaimana mendefinisikan melewatkan sarapan (Rampersaud, 2008).

Bukan saja yang suka melewatkan sarapan yang kehilangan kesempatan mendapatkan nutrisi penting dari sarapan tetapi juga anak-anak yang melakukan sarapan di rumah tetapi sarapan dengan makanan yang tidak seimbang gizinya (Worobey & Worobey, 1999). Banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa mengkonsumsi sarapan yang seimbang dapat memberikan manfaat bagi fungsi


(11)

kognitif dan prestasi akademik. Sarapan telah menjadi makan individual karena anggota keluarga memiliki jadwal di pagi hari yang berbeda-beda (Bro et al., 1996).

Pentingnya sarapan bagi prestasi akademik tercermin dari efek sarapan terhadap fungsi kognitif. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa melewatkan sarapan berpengaruh buruk terhadap kemampuan memecahkan masalah, memori jangka pendek dan pemusatan perhatian pada anak. Sebaliknya, ketika anak-anak mengkonsumsi sarapan maka kinerjanya meningkat dalam hal pemusatan perhatian, aritmatika, tugas-tugas memecahkan masalah dan penalaran logis (Pollitt, 1998). Sarapan juga penting dalam mempertahankan suplai glukosa ke otak. Penelitian yang dilakukan Benton (1998) menyebutkan bahwa suplai glukosa ke otak dapat meningkatkan fungsi kognitif serta memperbaiki memori dan suasana hati seseorang.

Melewatkan sarapan menciptakan keadaan kelaparan. Kelaparan adalah suatu kondisi yang kompleks karena menyangkut banyak faktor, tidak saja faktor metabolik dan psikologis namun juga menyangkut komponen emosional. Jika diasumsikan seorang anak makan terakhir pukul 19.00 dan keesokan harinya melewatkan sarapan, maka pada saat pelajaran dimulai –misal pada pukul 07.00- anak ini tidak memiliki asupan makanan dan atau minuman selama 12 jam. Menurut Worobey & Worobey (1999) kata sarapan (breakfast) itu sendiri memiliki konotasi menghentikan periode puasa (breaking the fasting period).

Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dari makanan yang tersedia di tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan digunakan untuk mempertahankan fungsi organ, selanjutnya untuk pertumbuhan,


(12)

dan terakhir untuk aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Akibatnya, anak tersebut akan mengurangi tingkat aktivitasnya serta menjadi letargi dan apatis. Perilaku ini akan berdampak terhadap interaksi sosial, kemampuan untuk berkonsentrasi, serta kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks. Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak terhadap fungsi kognitif secara keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan, 2010). Gangguan terhadap fungsi kognitif pada akhirnya dapat mengganggu prestasi siswa di sekolah.

Pollitt dan Matthew (1998) menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan mekanisme biologis di mana sarapan dapat mempengaruhi fungsi otak dan hasil tes kognitif. Yang pertama, melibatkan perubahan metabolik - akibat puasa semalaman yang diperpanjang – untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar dan nutrisi lain bagi sistem saraf pusat. Yang kedua, pengaruh jangka panjang sarapan terhadap status gizi seseorang yang akan mempengaruhi kognisi.

Meskipun kebanyakan penelitian menyatakan bahwa sarapan memiliki efek postitif terhadap kesehatan, perilaku, kewaspadaan dan prestasi akademik, ada juga yang menyatakan lain. Lopez (1993) menggambarkan bahwa tidak terdapat efek merusak dari melewatkan sarapan terhadap prestasi akademik, kewaspadaan dan kemampuan kognitif. Secara umum, temuan-temuan dari penelitian masih tidak konsisten dengan menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada efek merugikan dari melewatkan sarapan.

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Fungsi Kognitif Siswa Sekolah Dasar ditinjau dari Kebiasaan Sarapan”


(13)

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya. Dari rumusan masalah tersebut, diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar?

2. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar.

2. Fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya.

D. Kegunaan Penelititan 1. Kegunaan Teoritis

Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam memperkaya khasanah konsep dan teknis operasional dalam mengoptimalkan potensi anak dan mencegah munculnya hambatan belajar.

b. Sebagai bahan informasi ilmiah – empirik yang berguna untuk penelitian selanjutnya dalam mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan bidang pendidikan kebutuhan khusus.


(14)

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan di tingkat sekolah agar dapat mengoptimalkan fungsi kognitif melalui pembiasaan sarapan siswa.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dan orangtua siswa dalam membimbing kebiasaan sarapan anak.

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 1. Fungsi Kognitif

Kognisi mencakup proses mental yang diperlukan setiap kali kita mendapatkan informasi, menempatkan informasi di penyimpanan, memanggil informasi, atau menggunakan informasi tersebut. Kognisi meliputi berbagai proses mental, termasuk persepsi, memori, pencitraan, bahasa, pemecahan masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan (Matlin, 1994).

Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), fungsi kognitif adalah suatu proses intelektual yang membuat seseorang menyadari, menerima dan memahami gagasan-gagasan. Fungsi kognitif melibatkan seluruh aspek persepsi, berpikir, bernalar dan mengingat. Menurut McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern Medicine (2002), proses kognitif didefinisikan sebagai setiap proses mental yang melibatkan operasi simbolik – seperti persepsi, memori, penciptaan perumpamaan, dan berpikir; proses kognitif meliputi kesadaran dan kapasitas untuk belajar.


(15)

Dalam penelitian ini fungsi kognitif diartikan kemampuan yang diperlukan dalam proses belajar. Adapun aspek yang diteliti adalah aspek perhatian (attention) dan memori jangka pendek (short term memory).

a. Atensi

Atensi didefinisikan sebagai pemusatan aktivitas mental (Matlin, 1994). Menurut Sternberg (2006), atensi adalah cara-cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indera, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang lain.

Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal dan mengabaikan hal-hal lainnya.

b. Memori jangka pendek

Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan kembali jika diperlukan. Menurut The Atkinson-Shiffrin Model , memori ini terdiri dari memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang (Matlin, 1994). Yang diteliti dalam penelitian ini adalah memori jangka pendek.

Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory test yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam menahan informasi untuk waktu yang singkat.


(16)

2. Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yg dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama (KBBI, 2008). Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan).

Dalam penelitian ini kebiasaan sarapan yang dimaksud adalah aktivitas rutin sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikatergorikan menjadi tiga kelompok yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan per minggu), dan tidak pernah sarapan.

F. Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan disain Ex Post Facto. Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam variabel yang diamati telah terjadi secara alami. Metode ini disebut juga causal


(17)

comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam situasi yang melibatkan variabel terikat yang melekat (attribute independent variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).

Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Menurut Ary (2006), survai sampel adalah suatu survey yang meneliti hanya sebagian dari populasi. Kerlinger (Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel. Sementara menurut Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dan tes. Kuesioner digunakan untuk melihat kebiasaan sarapan sedangkan tes digunakan untuk melihat fungsi kognitif siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di sekolah dasar yang ada di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Sampel diambil secara multistage cluster sampling dan didapatkan sampel sejumlah 149 orang.


(18)

Analisis deksriptif dilakukan untuk menginterpretasikan hasil dari kuesioner mengenai kebiasaan sarapan anak. Data mengenai fungsi kognitif dianalis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software SPSS Statistical Package versi 11.0 untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan dalam fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi, dan analisis data. Berdasarkan tujuannya, penelitian terbagi menjadi penelitian dasar dan penelitian terapan. Suriasumantri (Sugiyono, 2004) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian terapan karena dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif-komparatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2004). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena salah satu tujuannya berupaya untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah kebiasaan sarapan siswa sekolah dasar. Di samping itu, penelitian ini juga berupaya untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya. Oleh karena itu penelitian ini dapat


(20)

digolongkan ke dalam penelitian komparatif dimana penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2004).

Secara garis besar terdapat dua macam rancangan penelitian, yaitu: rancangan ex post facto dan rancangan eksperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua rancangan ini ialah pada rancangan pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada rancangan yang kedua terdapat manipulasi variabel bebas. Tujuan utama penggunaan rancangan yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang rancangan kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat).

Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam variabel yang diamati telah terjadi secara alami. Metode ini disebut juga causal comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam situasi yang melibatkan variabel bebas yang melekat (attribute independent variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).

Ada dua model dasar dari penelitian ex post facto yaitu (1) mulai dengan subjek-subjek yang berbeda dalam variabel bebas (penyebab) dan berusaha menentukan konsekuensi (efek) dari perbedaan-perbedaan ini, dan (2) mulai dengan subjek-subjek yang berbeda dalam variabel terikat (efek) dan berusaha untuk menentukan penyebab dari perbedaan-perbedaan ini. (Ary, 2006). Penelitian ini


(21)

mengambil model pertama dimana peneliti mulai dengan subjek-subjek yang berbeda dalam kebiasaan makan (penyebab) dan berusaha untuk menentukan konsekuensi dari perbedaan kebiasaan makan tersebut pada area fungsi kognitif.

Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Kerlinger (Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel. Menurut Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau confirmatory), yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator -indikator sosial. Menurut Ary (2006), survey sampel adalah suatu survey yang meneliti hanya sebagian dari populasi.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang


(22)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Riduwan (2004), populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Sementara menurut Furqon (2009), populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Siswa kelas V diambil dengan pertimbangan anak-anak pada usia ini sudah dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik sehingga diharapkan dapat mempermudah pengisian kuesioner yang harus diisi dan melakukan semua tes yang diberikan peneliti. Pada usia ini juga diprediksikan kebiasaan sarapan sebagai salah satu variabel yang diteliti sudah mantap dan tidak berubah-ubah.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Sementara menurut Arikunto (1993) sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara untuk mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2004). Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh


(23)

sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik multistage cluster sampling. Cluster sampling sebagaimana dijelaskan Natsir (2005) adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit terkecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsur-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang homogen menyerupai populasi sendiri.

Pada multistage cluster sampling, proses pemilihan sampel penelitian dilaksanakan melalui dua tahap pengambilan sampel atau lebih. Pada cluster sampling tersebut, tahap pertama pemilihan cluster dapat menggunakan simple random sampling, systematic sampling atau stratified sampling. Setelah cluster sample diperoleh, elemen pada cluster tersebut tidak serta merta dijadikan sampel penelitian. Tahap kedua adalah pemilihan sampel dari elemen-elemen pada tiap cluster, yang dapat juga diperoleh melalui penggunaan salah satu dari ketiga jenis teknik random yang sudah disebutkan sebelumnya.

Adapun pemilihan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam bagan 3.1 berikut ini :


(24)

Bagan 3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling Kelurahan Pajajaran Kota Bandung Kelurahan Husein S. Kelurahan Pasirkaliki Kelurahan Pamoyanan Kelurahan Sukaraja SD K1 SD K2 SD K3 SD K4 SD K5 SD A1 SD A2 SD A3 SD A4 SD K3 SD S1 SD S2 SD S3 SD S4 Kelurahan Arjuna SD J1 SD J2 SD J3 SD Y1 SD Y2 SD Y3 SD Y4 SD Y5 SD H1 SD H2 SD H3 SD

H4 SD J4 SD J5

SD J5 SD K4 SD J2


(25)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Adapun yang termasuk dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan (X); sementara yang menjadi variabel terikatnya adalah fungsi kognitif (Y).

2. Definisi Operasional a. Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan sarapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas rutin sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan per minggu), dan tidak pernah sarapan yang diperoleh dari kuesioner kebiasaan sarapan.

b. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses pemikiran. Dalam penelitian ini fungsi kognitif dinilai dari aspek atensi dan memori jangka pendek.

1) Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal dan mengabaikan hal-hal lainnya.


(26)

2) Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory test yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam menahan informasi untuk waktu yang singkat.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner) dan tes.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2004). Menurut Riduwan (2004), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Selanjutnya instrumen dapat diwujudkan dalam bentuk kuesioner, daftar cocok (checklist), skala, pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal ujian atau tes, dan sebagainya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan tes. 1. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap


(27)

mengenai suatu masalah (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini semua responden diminta mengisi kuesioner untuk menggali kebiasaan sarapan siswa (kuesioner terlampir).

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1993). Dalam penelitian ini tes ditujukan untuk menilai fungsi kognitif siswa dalam aspek atensi dan memori jangka pendek.

a. Tes Atensi

Tes ini dilakukan secara klasikal. Siswa-siswa diberikan selembar kertas berisi suatu wacana. Mereka diinstruksikan untuk melingkari setiap huruf /a/ yang diikuti oleh huruf /n/. Tes ini diadaptasi dari Attention test yang dikembangkan oleh R. Brickenkamp and E. Zilmer yang berfungsi untuk mengases atensi dan konsentrasi. Adaptasi yang dilakukan adalah mengganti wacana yang diberikan menjadi wacana dalam Bahasa Indonesia. Adapun target yang harus dilingkari juga diganti dari huruf /d/ dengan dua titik menjadi huruf /a/ yang diikuti dengan huruf /n/. Terdapat 200 target yang harus dilingkari dalam tes ini. Nilai yang diperoleh adalah dengan menghitung jumlah target yang dilingkari dengan benar.

b. Tes Memori Jangka Pendek

Tes memori jangka pendek yang digunakan adalah digit memory test atau tes memori angka yang dikembangkan oleh Martin Turner dan Jacky


(28)

Ridsdale yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Tes ini dilakukan secara individual di dalam ruangan yang tenang. Tester dan testee duduk berhadapan. Tester membacakan deret angka dimulai dari 2 angka dan seterusnya. Testee diminta mendengarkan dengan cermat kemudian menyebutkan kembali angka yang dapat diingatnya. Tes ini dilanjutkan dengan deret angka lain tetapi testee diminta menyebutkannya secara mundur, dari angka yang terakhir dibacakan sampai angka yang pertama dibacakan. Nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan hasil tes memori angka maju dan mundur yang kemudian dibandingkan dengan tabel skor standar.

Uji coba instrumen dilakukan baik terhadap kuesioner kebiasaan sarapan maupun instrumen tes fungsi kognitif. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk mengetahui kelayakan instrumen sehingga bisa digunakan untuk penelitian. Instrumen yang telah dijustifikasi oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan pada siswa-siswa kelas V di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Cicendo yang tidak menjadi sasaran penelitian.

Setelah melakukan uji coba instrumen ternyata ada beberapa pertanyaan dalam kuesioner yang harus direvisi dan ditukar urutannya karena ada beberapa anak yang bingung terhadap pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan ujicoba tidak ditemukan kendala dalam pelaksanaan tes atensi dan memori.


(29)

Kuesioner yang telah direvisi kemudian diujicobakan kembali kepada lima orang siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen yang kedua kalinya tidak ada pertanyaan yang direvisi, karena sudah dapat dipahami oleh siswa.

E. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah statistik inferensial. Pada statistik inferensial, dengan data hasil pengukuran terhadap sampel kita dapat menentukan (menghitung) ukuran-ukuran sampel (statistik). Berdasarkan ukuran-ukuran sampel itu, kita menggunakan statistik inferensial untuk membuat kesimpulan-kesimpulan (to infer) tentang parameter populasinya.

Secara umum, ada dua kegiatan yang dapat dilakukan oleh statistika inferensial, yaitu (1) menaksir (to estimate) parameter populasi berdasarkan ukuran-ukuran sampel, dan (2) menguji (to test) hipotesis. (Furqon, 2009).

Selanjutnya, untuk menguji hipotesis tentang perbedaan rata-rata populasi dari tiga kelompok data digunakan analisis variansi atau dikenal dengan Oneway Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 11.0 for Windows.

Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah sebagai berikut: a) Populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal

b) Varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama c) Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain.

Pada kasus ini, dari hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil distribusi ketiga sampel adalah normal


(30)

Demikian pula dengan uji homogenitas varians dengan uji Levene, didapatkan hasil bahwa varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama. Dan yang terakhir, sampel pada penelitian ini memang tidak berhubungan satu dengan yang lain karena sampel dari masing-masing kelompok menggunakan subjek yang berbeda. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk pengujian dengan ANOVA. Hasil lengkap uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran.


(31)

F. Alur Penelitian

Bagan 3.2 Alur Penelitian

Tes Fungsi Kognitif

 Atensi  Memori Jk.

Pendek

Profil

Analisis dengan ANOVA

Hasil Kesimpulan

Implikasi Variabel Terikat

Selalu Sarapan Kadang-kadang Tidak Pernah Kuesioner

Kebiasan Sarapan

Asumsi Hipotesis

Sampel Penelitian

Variabel Bebas


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Persepsi siswa mengenai sarapan sudah baik hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana seluruhnya menyatakan bahwa sarapan itu bermanfaat. Sebanyak 27,5% siswa selalu sarapan, 62,4% kadang-kadang sarapan, dan 10,1% tidak pernah sarapan. Alasan utama melewatkan sarapan adalah tidak sempat karena takut kesiangan dan tidak lapar. Uang jajan menjadi alternatif paling banyak yang disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Sebagian besar anak makan pertama kali pada waktu istirahat jika mereka tidak sarapan. Menu makanan yang paling banyak dikonsumsi saat sarapan terdiri dari nasi dan lauk sementara minuman yang terbanyak dikonsumsi adalah susu. Sulit berkonsentrasi atau menangkap pelajaran menjadi efek yang paling banyak dirasakan anak jika mereka melewatkan sarapan. Sebagian anak melakukan sarapan sendiri tanpa anggota keluarga yang menemani. Tidak ditemukan hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan sarapan anak. Dengan demikian kebiasaan sarapan anak lebih banyak dipengaruhi oleh preferensi anak dan bukan karena ketersediaan makanan.

Anak-anak yang selalu sarapan memiliki atensi yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Anak-anak yang selalu sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Dengan demikian, fungsi kognitif anak-anak yang selalu sarapan lebih baik dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan.


(33)

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya:

Pada penelitian ini pengaruh sarapan baru ditinjau pada aspek atensi dan memori. Oleh karena itu disarankan untuk meneliti pengaruh sarapan pada aspek kognitif lainnya misalnya pada aspek pencitraan, bahasa, pemecahan masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan.

2. Bagi sekolah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali makan jika tidak sarapan di rumah adalah saat istirahat. Mengingat hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sarapan berpengaruh terhadap fungsi kognitif, maka disarankan agar sekolah dapat mengubah jadwal istirahat pertama menjadi lebih awal untuk memberikan kesempatan anak-anak mendapat asupan makanan lebih cepat terutama bagi yang belum sarapan.

Berdasarkan hasil penelitian, uang jajan merupakan alternatif terbanyak yang disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bergizi diperlukan upaya sekolah untuk mengelola kantin agar menyediakan makanan yang sehat dan bergizi. Pihak sekolah juga perlu mengawasi pedagang-pedagang makanan dan minuman yang ada di sekitar sekolah.

3. Bagi guru:

Mengingat hasil penelitian menemukan adanya pengaruh antara kebiasaan sarapan dengan fungsi kognitif siswa maka guru perlu menekankan pentingnya sarapan sebelum berangkat sekolah kepada siswa untuk mencegah


(34)

timbulnya hambatan belajar. Dalam melakukan asesmen terhadap siswa yang mengalami hambatan belajar perlu ditanyakan mengenai kebiasaan sarapannya. Guru juga harus memastikan bahwa anak tidak dalam keadaan lapar saat melakukan tes, baik dalam rangka asesmen maupun dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.

4. Bagi orangtua:

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar siswa memiliki kebiasaan melewatkan sarapan dengan alasan tidak sempat sarapan karena takut kesiangan. Oleh karena itu, disarankan kepada orangtua siswa agar membantu anaknya untuk mengelola waktu dengan baik. Misalnya membiasakan anak menyiapkan semua keperluan untuk sekolah sebelum tidur dan bangun tidur lebih awal sehingga ada waktu untuk sarapan. Mengingat hasil penelitian menyebutkan sebagian siswa sarapan sendiri maka disarankan agar keluarga membiasakan diri untuk sarapan bersama sehingga seluruh anggota keluarga dapat melihat contoh dan termotivasi untuk selalu sarapan. Orangtua disarankan untuk tidak memberikan uang jajan sebagai pengganti sarapan jika anak tidak sarapan di rumah, melainkan menyiapkan bekal makan yang bergizi.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal. (2010). Kesulitan Belajar dalam Perspektif Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/kesulitan-belajar-dalam-perspektif.html [2 Oktober 2010]

Alimin, Zaenal. (2010). Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB (Special Education) Ke pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education) Usaha Mencapai Pendidikan Untuk Semua. [Online]. Tersedia:

http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/reorientasi-pendidikan-khususplb.html [2

Oktober 2010]

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald et al. (2006). Introduction to Research in Education. 7th ed. Canada: Thomson Wadsworth.

Badan Pusat Statistik. (2006). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka. Jakarta: BPS

Bagwel, E Susan. (2008) The Relationship Between Breakfast and School Performance. [Online]. Tersedia: http://clearinghouse.missouriwestern.edu/

manuscripts/202.asp. [2 Oktober 2010].

Benton D., & Parker P. (1998): Breakfast blood glucose and cognition. American Journal of Clinical Nutrition 67, S772–S778.

Bro, R., McLaughlin, T., Shank, L., & Williams, R. (1996). Effects of a breakfast program on on-task behaviors of vocational high school students. The Journal of Educational Research, 90(2), 111-115.

Chao, ESM., & Vanderkooy, PS. (1989). An Overview of Breakfast Nutrition. Journal of Canadian Dietetic Association, 50(4), 225-228.

CLF. (1997). Directory of Child Nutrition Program. Canadian Living Foundation, Breakfast for Learning. North York, Ontario.

Cromer BA, Tarnowski KJ, Stein AM, et al. (1990). The School Breakfast Program and Cognition in Adolescent. Dev. Behav, Pediatric. 1990: 11: 295 – 300.

Dickie, NH., & Bender, AE. (1982). Breakfast and Performance in School Children. British Journal of Nutrition, 48, 483-496.


(36)

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Judarwanto, Widodo. (2008). Perilaku Makan Anak Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sek olah.pdf [2 Oktober 2010].

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). [Online]. Tersedia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [2 Oktober 2010].

Khan, Abdullah. (2010). The Relationship Between Breakfast, Academic Performance and Vigilance in School Aged Children. Tesis Magister Pendidikan pada Division of Art, School of Education, Murdoch University: tidak diterbitkan.

Khomsan, A. (2002). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Kurniasari, R. (2005). Hubungan frekuensi dan asupan gizi makan pagi dengan kadar hemoglobin (Hb) darah dan konsentrasi di sekolah pada murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta. Tesis Magister pada FIKM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Lopez, I. (1993). Breakfast Omission and Cognitive Performance of Normal, Wasted and Stunted School Children. European Journal of Clinical Nutrition, 47, 533-542.

Matlin, Margaret W. (1994). Cognition. 3rd ed. USA: Harcourt Brace Jovanovich Publisher.

Meyers, AF., Sampson, AE., Weitzman, M., Rogers, BL., & Kayne, II. (1989). School breakfast program and school performance. American Journal 0f Disease of Children, 143, 1234-1239.

Mosby’s Medical Dictionary, 8th edition. (2009). Elsevier. [Online]. Tersedia:

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2

Oktober 2010]

Muhilal & Damayanti, D. (2006). Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar. Dalam : Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. Hidup sehat: Gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka. Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pollitt, E. (1995). Does Breakfast Make a Difference in School? Journal of American Dietetic Association, 95, 1134-1139.


(37)

Function in Children. Journal of Psychiatric Research, 17, 169-174.

Pollitt, E. & Matthews, R. (1998). Breakfast and Cognition: An integrative summary. American Journal of Clinical Nutrition, 67, 804S-813S.

Powell, CA., Walker, SP., Chang, SM., & Grantham Mc-Gregor, SM. (1998). Nutrition and Education: A randomized trial of the effects of breakfast in rural primary school children. American Journal of Clinical Nutrition, 68, 873-879.

Rampersaud, G. (2008). Benefits of breakfast for children and adolescents: Update and recommendations for practitioners. American Journal of Lifestyle Medicine, 3(86), 86-103.

Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Segen, J.C. (2002). Concise Dictionary of Modern Medicine. New York : McGraw-Hill. [Online]. Tersedia: http://medical-dictionary. thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2 Oktober 2010]

Sibuea, Posman. (2002). Perbaikan gizi anak sekolah sebagai invesasi SDM.

[Online]. Tersedia:

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Perbaikan%20Gizi%20Anak%20Sek

olah%20sebagai%20Investasi%20SDM.htm [2 Oktober 2010]

Simeon, DT. (1989). School Feeding in Jamaica:a Review of its Evaluation. American Journal of Clinical Nutrition, 67(S), 790S-794S.

Singarimbun. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suharjo. (1996). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, Dedi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (1996). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiharyanti, Rooslain. (2006) Anak Yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik. [Online]. Tersedia: www.bernas.co.id/news/CyberNas/WACANA/3876.htm [2 Oktober 2010].


(38)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan). [2 Oktober 2010].

Worobey, J & Worobey, H. (1999). The impact of a two-year school breakfast program for preschool aged children on their nutrient intake and pre academic performance. Child Study Journal, 29(2).


(1)

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya:

Pada penelitian ini pengaruh sarapan baru ditinjau pada aspek atensi dan memori. Oleh karena itu disarankan untuk meneliti pengaruh sarapan pada aspek kognitif lainnya misalnya pada aspek pencitraan, bahasa, pemecahan masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan.

2. Bagi sekolah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali makan jika tidak sarapan di rumah adalah saat istirahat. Mengingat hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sarapan berpengaruh terhadap fungsi kognitif, maka disarankan agar sekolah dapat mengubah jadwal istirahat pertama menjadi lebih awal untuk memberikan kesempatan anak-anak mendapat asupan makanan lebih cepat terutama bagi yang belum sarapan.

Berdasarkan hasil penelitian, uang jajan merupakan alternatif terbanyak yang disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bergizi diperlukan upaya sekolah untuk mengelola kantin agar menyediakan makanan yang sehat dan bergizi. Pihak sekolah juga perlu mengawasi pedagang-pedagang makanan dan minuman yang ada di sekitar sekolah.

3. Bagi guru:

Mengingat hasil penelitian menemukan adanya pengaruh antara kebiasaan sarapan dengan fungsi kognitif siswa maka guru perlu menekankan pentingnya sarapan sebelum berangkat sekolah kepada siswa untuk mencegah


(2)

timbulnya hambatan belajar. Dalam melakukan asesmen terhadap siswa yang mengalami hambatan belajar perlu ditanyakan mengenai kebiasaan sarapannya. Guru juga harus memastikan bahwa anak tidak dalam keadaan lapar saat melakukan tes, baik dalam rangka asesmen maupun dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.

4. Bagi orangtua:

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar siswa memiliki kebiasaan melewatkan sarapan dengan alasan tidak sempat sarapan karena takut kesiangan. Oleh karena itu, disarankan kepada orangtua siswa agar membantu anaknya untuk mengelola waktu dengan baik. Misalnya membiasakan anak menyiapkan semua keperluan untuk sekolah sebelum tidur dan bangun tidur lebih awal sehingga ada waktu untuk sarapan. Mengingat hasil penelitian menyebutkan sebagian siswa sarapan sendiri maka disarankan agar keluarga membiasakan diri untuk sarapan bersama sehingga seluruh anggota keluarga dapat melihat contoh dan termotivasi untuk selalu sarapan. Orangtua disarankan untuk tidak memberikan uang jajan sebagai pengganti sarapan jika anak tidak sarapan di rumah, melainkan menyiapkan bekal makan yang bergizi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal. (2010). Kesulitan Belajar dalam Perspektif Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/kesulitan-belajar-dalam-perspektif.html [2 Oktober 2010]

Alimin, Zaenal. (2010). Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB (Special Education)

Ke pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education) Usaha Mencapai Pendidikan Untuk Semua. [Online]. Tersedia:

http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/reorientasi-pendidikan-khususplb.html [2

Oktober 2010]

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald et al. (2006). Introduction to Research in Education. 7th ed. Canada: Thomson Wadsworth.

Badan Pusat Statistik. (2006). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten

Majalengka. Jakarta: BPS

Bagwel, E Susan. (2008) The Relationship Between Breakfast and School Performance. [Online]. Tersedia: http://clearinghouse.missouriwestern.edu/ manuscripts/202.asp. [2 Oktober 2010].

Benton D., & Parker P. (1998): Breakfast blood glucose and cognition. American

Journal of Clinical Nutrition 67, S772–S778.

Bro, R., McLaughlin, T., Shank, L., & Williams, R. (1996). Effects of a breakfast program on on-task behaviors of vocational high school students. The Journal

of Educational Research, 90(2), 111-115.

Chao, ESM., & Vanderkooy, PS. (1989). An Overview of Breakfast Nutrition.

Journal of Canadian Dietetic Association, 50(4), 225-228.

CLF. (1997). Directory of Child Nutrition Program. Canadian Living Foundation, Breakfast for Learning. North York, Ontario.

Cromer BA, Tarnowski KJ, Stein AM, et al. (1990). The School Breakfast

Program and Cognition in Adolescent. Dev. Behav, Pediatric. 1990: 11: 295

– 300.

Dickie, NH., & Bender, AE. (1982). Breakfast and Performance in School Children. British Journal of Nutrition, 48, 483-496.


(4)

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Judarwanto, Widodo. (2008). Perilaku Makan Anak Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sek olah.pdf [2 Oktober 2010].

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). [Online]. Tersedia: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [2 Oktober 2010].

Khan, Abdullah. (2010). The Relationship Between Breakfast, Academic

Performance and Vigilance in School Aged Children. Tesis Magister

Pendidikan pada Division of Art, School of Education, Murdoch University: tidak diterbitkan.

Khomsan, A. (2002). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Kurniasari, R. (2005). Hubungan frekuensi dan asupan gizi makan pagi dengan

kadar hemoglobin (Hb) darah dan konsentrasi di sekolah pada murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta. Tesis Magister pada

FIKM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Lopez, I. (1993). Breakfast Omission and Cognitive Performance of Normal, Wasted and Stunted School Children. European Journal of Clinical

Nutrition, 47, 533-542.

Matlin, Margaret W. (1994). Cognition. 3rd ed. USA: Harcourt Brace Jovanovich Publisher.

Meyers, AF., Sampson, AE., Weitzman, M., Rogers, BL., & Kayne, II. (1989). School breakfast program and school performance. American Journal 0f

Disease of Children, 143, 1234-1239.

Mosby’s Medical Dictionary, 8th edition. (2009). Elsevier. [Online]. Tersedia:

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2

Oktober 2010]

Muhilal & Damayanti, D. (2006). Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar. Dalam : Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. Hidup sehat: Gizi

seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka.

Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pollitt, E. (1995). Does Breakfast Make a Difference in School? Journal of

American Dietetic Association, 95, 1134-1139.


(5)

Function in Children. Journal of Psychiatric Research, 17, 169-174.

Pollitt, E. & Matthews, R. (1998). Breakfast and Cognition: An integrative summary. American Journal of Clinical Nutrition, 67, 804S-813S.

Powell, CA., Walker, SP., Chang, SM., & Grantham Mc-Gregor, SM. (1998). Nutrition and Education: A randomized trial of the effects of breakfast in rural primary school children. American Journal of Clinical Nutrition, 68, 873-879.

Rampersaud, G. (2008). Benefits of breakfast for children and adolescents: Update and recommendations for practitioners. American Journal of Lifestyle

Medicine, 3(86), 86-103.

Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Segen, J.C. (2002). Concise Dictionary of Modern Medicine. New York : McGraw-Hill. [Online]. Tersedia: http://medical-dictionary. thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2 Oktober 2010]

Sibuea, Posman. (2002). Perbaikan gizi anak sekolah sebagai invesasi SDM.

[Online]. Tersedia:

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Perbaikan%20Gizi%20Anak%20Sek olah%20sebagai%20Investasi%20SDM.htm [2 Oktober 2010]

Simeon, DT. (1989). School Feeding in Jamaica:a Review of its Evaluation.

American Journal of Clinical Nutrition, 67(S), 790S-794S.

Singarimbun. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suharjo. (1996). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, Dedi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (1996). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiharyanti, Rooslain. (2006) Anak Yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik. [Online]. Tersedia: www.bernas.co.id/news/CyberNas/WACANA/3876.htm [2 Oktober 2010].


(6)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan). [2 Oktober 2010].

Worobey, J & Worobey, H. (1999). The impact of a two-year school breakfast program for preschool aged children on their nutrient intake and pre academic performance. Child Study Journal, 29(2).


Dokumen yang terkait

ANALISIS MATERI IPA PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI STANDAR ISI DAN Analisis Materi IPA Pada Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Standar Isi Dan Pendekatan Saintifik.

0 3 16

ANALISIS MATERI IPA PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI STANDAR ISI DAN Analisis Materi IPA Pada Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Standar Isi Dan Pendekatan Saintifik.

0 3 16

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR MENGENAI PENGELOLAAN SAMPAH DI SDN CIMUNCANG 5 KOTA BANDUNG.

0 2 24

ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya).

0 0 35

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR: Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

0 2 23

PENGARUH KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN JASMANI :Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran.

5 14 70

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Labortorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

2 3 52

ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM :Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-201

0 1 44

Kebiasaan Membaca Siswa Sekolah Dasar.

0 3 2

PERILAKU AGRESIF DITINJAU DARI KEBAHAGIAAN SAAT DI SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR - Unika Repository

0 0 42