PERANAN YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK JEPANG TAHUN 1952-1980.

(1)

PERANAN YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK

JEPANG TAHUN 1952-1980

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

OLEH

ANISA ULFATIANI

0800250

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERANAN YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK JEPANG TAHUN 1952-1980

Oleh

ANISA ULFATIANI 0800250

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana. M. Hum NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II

Dra. Lely Yulifar, M. Pd NIP. 19641204 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(3)

PERANAN YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK JEPANG TAHUN 1952-1980

Oleh Anisa Ulfatiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial

© Anisa Ulfatiani 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRACT

Based on these results, the researcher has obtained some conclusions. First, members of yakuza originally came from the gambler and street vendors gurentai (criminals). Almost all members of the Yakuza have the same background is poor, criminals, and reluctant to socialize with people. Second, the post-World War II Yakuza began trying to taste the political world with close to several politicians and the government. They work closely with the government to get official support or at least gain a little freedom to do what they want. From now on it's Yakuza are involved in all aspects of business and politics in Japan and developing business on the black market and assisted by people who sit in the government of Japan. Besides that, Yakuza also have a firm and establish a long-term political alliance with a group of right-wing nationalists. Their influence spread to other Asian countries. Third, the entry into politics of Japan's yakuza can not be separated from the influence of a godfather, godfather has the ability to stabilize the relationship between right-wing political groups and criminal gangs. In 1980, it start designed of Abuse and Prevention Law by the Member of Boryokudan (yakuza or criminal gangs). For members of the yakuza that is a threat to their existence, while for Japan it is an initial cleanup of Japan from cases and corruption scandals that have occurred during the beginning of the Japan government.


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Peranan Yakuza Dalam Kehidupan Politik Jepang Tahun 1952-1980”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kejanggalan yang terjadi dalam politik Jepang tahun 1950-an yaitu deng1950-an masuknya Yakuza kedalam k1950-ancah pepolitik1950-an Jep1950-ang. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “mengapa yakuza bisa masuk kedalam perpolitikan Jepang?”. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi lima pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana lahirnya yakuza Jepang? (2) Bagaiamana keadaaan politik Jepang pasca Perang Dunia II? (3) Bagaimana keteerkaitan yakuza dengan federasi politik Jepang tahun? (4) Mengapa Federasi Sayap Kanan memilih yakuza sebagai koalisi politiknya? (5) Bagaimana dampak bagi kehidupan politik di Jepang setelah yakuza masuk dalam politik Jepang?

Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep dari ilmu politik dan konsep pendukung lainnya. Konsep dari ilmu politik yang digunakan adalah politik, partai politik, dan kehidupan politik. Sedangkan konsep lainnya yang digunakan adalah Yakuza Jepang. Konsep-konsep tersebut digunakan untuk mempertajam analisis penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, Anggota yakuza awalnya berasal dari para pejudi dan pedagang jalanan gurentai (penjahat). Hampir semua anggota Yakuza memiliki latar belakang yang sama yaitu miskin, kriminal, dan enggan bersosialisasi dengan masyarakat. Kedua, Pasca Perang Dunia II Yakuza mulai mencoba mencicipi dunia politik dengan mendekati beberapa politisi dan orang pemerintahan. Mereka bekerja sama dengan pemerintah untuk mendapatkan dukungan resmi atau setidaknya memperolah sedikit kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Mulai saat itulah Yakuza terlibat di dalam seluruh aspek bisnis dan politik di Jepang dan mengembangkan bisnis-bisnisnya di pasar gelap serta dibantu oleh orang-orang yang duduk di pemerintahan Jepang. Selain itu Yakuza juga memiliki sebuah firma dan menjalin aliansi politik jangka panjang dengan sekelompok nasionalis sayap kanan. Pengaruh mereka meluas hingga ke negara-negara Asia lainnya. Ketiga, Masuknya yakuza kedalam perpolitikan Jepang tidak terlepas dari pengaruh seorang godfather, godfather memiliki kemampuan menstabilkan hubungan antar kelompok politik sayap kanan dan geng kriminal. Keempat Pada tahun 1980 an mulai dirancang Undang-Undang Pencegahan Pelanggaran Hukum oleh Anggota Boryokudan (Yakuza atau geng kriminal). Bagi para anggota yakuza hal tersebut adalah sebuah ancaman bagi keberadaan mereka, sedangkan bagi Jepang hal ini merupakan suatu awal pembersihan negara Jepang dari kasus-kasus skandal dan korupsi yang telah terjadi selama awal pemerintahan Jepang.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Akademis ... ... 7

1.3.2. Praktis ... ... 7

1.5. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Yakuza Jepang ... ... Error! Bookmark not defined. 2.2. Partai Politik Jepang ... . 17

2.3.Kehidupan Politik Jepang ... . 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.1.1 Metode Penelitian... . 29

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... ... Error! Bookmark not defined. 3.2. Persiapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 37


(7)

vi

BAB IV YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK JEPANG TAHUN 1952-1980 ... 49

4.1. Zaman Feodal Jepang ... 49 4.1.1 Zaman Kamakura ...

... Error! Bookmark not defined. 4.1.2. Zaman Muromachi ...

... Error! Bookmark not defined. 4.1.3. Zaman Azuchi-Momoyama ...

... Error! Bookmark not defined. 4.1.4. Zaman Edo (1603-1868). ...

... Error! Bookmark not defined. 4.2. Asal Usul Perkembangan Yakuza Jepang .. Error! Bookmark not defined.

4.2.1. Bandit Samurai Yang Bersifat Ksatria ... ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2. Cikal Bakal Yakuza ...

... Error! Bookmark not defined. 4.2.3. Yakuza Modern ...

... Error! Bookmark not defined. 4.3. Keterlibatan Yakuza dalam Politik Jepang . Error! Bookmark not defined.

4.3.1. Keadaan Politik Jepang Pasca Perang Dunia II ... ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2. Jaringan Awal Politik Yakuza ...


(8)

4.3.3. Awal Yakuza Terlibat dalam Politik ... ... Error! Bookmark not defined. 4.3.4. Alasan Federasi Kanan Berkoalisi Dengan Yakuza ...

... Error! Bookmark not defined. 4.4. Dampak Keterlibatan Yakuza Terhadap Politik Jepang . Error! Bookmark

not defined.

4.4.1. Dominasi Partai Demokrasi Liberal di Jepang ... ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2. Kebijakan Politik Yang Berdamapak Terhadap Kehidupan Politik Jepang ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... 110


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang merupakan panglima tertiggi Sekutu di Jepang mulai merombak segala tatanan hukum di negara Jepang. Awal pemberlakuan hukumnya di antaranya adalah dengan pelucutan senjata, liberalisasi, unifikasi wilayah dan desentralisasi ekonomi. Sekutu yang dimotori oleh Amerika Serikat, mereka menginginkan kemakmuran dan kekuatan ekonomi di Jepang yang saat itu belum terkonsentrasi, tetapi harus lebih desentralisasi dan dijadikan perusahaan publik dalam kerangka demokrasi. Alat yang dipakai MacArthur untuk membuat ulang Jepang adalah serangkaian perintah yang disebut SCAPINS. ( Whiting, 2010 : 15)

SCAP (Supreme Commander for Allied Powers) adalah birokrasi Amerika yang memiliki pembagian politik dan kelompok sebagaimanaa susunan birokrasi pada umumnya. Di atas mereka semua, MacArthur bertakhta seperti layaknya Soghun Amerika Modern. Kependudukan Amerika Serikat di Jepang berjalan relatif lancar, walaupun Amerika Serikat merombak sistem pemerintahan mulai dari mengurangi kekuasaan birokrasi pusat, kementrian dalam negeri serta status kaisar dihapuskan,


(10)

tetapi hal tersebut bertujuan untuk membentuk Jepang sebagai pemerintahan yang harus memenangkan kehendak rakyat. Secara umum, SCAP cukup efektif dalam mengatur negara Jepang yang kalah dan miskin akibat perang. Namun ada yang kurang, apakah pendudukan berhasil mencapai tujuannya yang lain, yaitu membersihkan politik Jepang. Institusi-institusi Jepang, termasuk yang korupsi, terbukti menjadi lebih tahan banting dari perkiraan banyak orang. Sejumlah elemen yang tidak di inginkan seperti yakuza, tampaknya tidak hanya bertahan melainkan lebih berkembang, bahkan di kota-kota yang telah hancur oleh bom.

Lambat laun kritik mulai tumbuh ketika Amerika Serikat bertindak semakin sewenang-wenang sesuai dengan kepentingan dirinya serta tidak bisa menyelesaikan keadaan politik di Jepang, selain itu ada pula penganiayaan yang dilakukan Amerika terhadap komunis. Hal tersebut menyebabkan warga Jepang mulai gerah dan mulai memberikan protes-protes serta tekanan-tekanan terhadap Amerika Serikat agar kependudukan segera di akhiri. Pada bulan september 1952 terjadi sebuah perjanjian yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Jepang, perjanjian ini membebaskan Amerika Serikat dari tanggung jawab atas pemerintahan Jepang, tetapi tetap meninggalkan masalah yang belum teratasi mengenai kepentingan strategis Amerika Serikat di Jepang. Untuk menjaga kepentingan ini sebuah fakta perjanjian Amerika-Jepang juga ditandatangani. Amerika menjanjikan perlindungan bagi Amerika-Jepang dari serangan nuklir dengan imbalan Jepang mengijinkan Amerika Serikat menyewakan lokasi-lokasi di pulau Jepang untuk pangkalan militer ( Whiting, 2010 :13).


(11)

Kependudukan Amerika Serikat resmi berakhir tahun 1952 setelah adanya Perjanjian Sanfrancisco antara Jepang dengan Amerika Serikat, yang artinya bahwa Jepang akan lepas dari pendudukan Amerika Serikat. Ketika masa pendudukan akan berakhir, Jepang mulai mengawali kehidupan politiknya kembali. Banyak politikus Jepang baik orang-orang dalam golongan kanan yang berhaluan konserfatif, golongan konserfatif berpandangan pemerintah yang terbaik ialah yang memerintah sedikit mugkin, menganut sistem kekeluargaan, ekonomi dan pasar bebas akan dengan sendirinya menguntungkan semua individu, kurang memperhatikan hak-hak sipil golongan minoritas, mendukung pembangunan industri persenjataan besar-besaran (Surbakti, 1992: 36). Sedangkan golongan kiri berhaluan kepada sosialis yang mulai dipengaruhi oleh komunis, golongan ini berpandangan bahwa menciptakan masyarakat sosialis yang di cita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi dan paham ini juga menghapuskan hak milik pribadi dan menggantinya dengan hak kepemilikian bersama atas sarana produksi dan menentang kapitalisme. Dari dua federasi ini sudah jelas terlihat perbedaan ideologi sehingga mereka sama-sama memperkuat federasi mereka dengan dukungan masa yang sebesar-besarnya.

Politikus yang termasuk ke dalam federasi sayap kanan merasa khawatir dengan pergerakan kaum kiri yang ingin menuju kekuasaan dengan pendukung yang cukup besar. Para tokoh politik sayap kanan mulai khawatir dan memikirkan mengenai bagaimana masa depan negara mereka. Mereka menganggap bahwa komunis akan mengancam negara mereka, terbukti bahwa golongan kiri sudah mulai


(12)

terpengaruh oleh komunis. Ketakutan inilah yang menyebabkan para tokoh sayap kanan mulai bergerak dan memikirkan cara untuk menghambat menjalarnya komunis di negara mereka dengan mencari dukungan dari sekelompok gengster dan para bandit di Jepang dengan tujuan untuk mengimbangi kekuatan federasi sayap kiri. Hal tersebut bisa dilihat dari tulisan yang dimuat di Majalah Tempo 19 Oktober 1982 yang bersumber dari The New York Time Magazine yang ditulis oleh Donald Kirk yaitu seorang wartawan Freelance yang mengkhususkan diri pada masalah-masalah Asia. Dalam majalah ini diceritakan saat Donald Kirk mewawancarai seorang sindikat kriminal terbesar di Jepang yang bernama Hideomi Oda. Dalam wawancara tersebut Oda menceritakan mengenai perekrutan anggota Yakuza oleh Kodama yang merupakan seorang pendiri Federasi Patriotik Jepang, berikut adalah petikan wawancara Donald Kirk terhadap Hideomi Oda.

“Hideomi Oda: “ Dunia bawah tanah Jepang menampilkan perkawinan antara Politik dan kejahatan. Corak itu tampak nyata dalam serikat ultranasionalis Zen-Ai-Kaigi, alias Federasi Politik Jepang yang didirikan Kodama. Federasi sayap kanan ini muncul mengimbangi Sayap Kiri”.( Majalah Tempo: 19 Oktober 1982)”.

Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa hubungan antara kejahatan dan politikus telah dibangun secara baik, kejahataan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa politikus Jepang yang tergabung ke dalam Federasi politik sayap kanan telah bekerjasama dengan sekelompok Yakuza atau mafia Jepang yang pada saat itu merupakan orang-orang yang tergabung dalam kasus kejahatan dan kriminal di negara Jepang. Pada perkembangan selanjutnya para politikus sayap kanan pun mulai


(13)

mengadakan kerjasama yang lebih kuat sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Kepentingan-kepentingan itulah yang nanti akan melahirkan suatu koalisi politik yaitu dengan lahirnya suatu perkawinan kejahatan dan politik yang terbentuk dalam suatu federasi atau partai.

Melihat permasalahan tersebut, Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji hal tersebut dikarenakan sejauh yang peneliti ketahui bahwa, belum ada yang menulis skripsi mengenai keterlibatan yakuza dalam politik Jepang tahun 1952-1980. Maka dari itu peneliti mencoba menuangkannya dalam penulisan skripsi yang berjudul, “PERANAN YAKUZA DALAM KEHIDUPAN POLITIK JEPANG TAHUN 1952-1980 ”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti membatasi kajiannya dalam satu rumusan masalah besar yaitu “Bagaimanaa keterlibatan Yakuza dalam kehidupan Politik Jepang tahun 1952-1980?”. Mengingat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan mengarahkan dalam pembahasan, maka peneliti mengidentifikasi rumusan masalah tersebut kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanaa latar belakang lahirnya yakuza di Jepang? 2. Bagaimanaa keadaaan politik Jepang pasca Perang Dunia II ?

3. Bagaimanaa keterkaitan yakuza dengan federasi politik Jepang tahun 1952-1980?


(14)

4. Mengapa Federasi Sayap Kanan memilih yakuza sebagai koalisi politiknya?

5. Bagaimanaa dampak bagi kehidupan politik di Jepang setelah yakuza masuk dalam politik Jepang tahun 1952-1980?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah menjelaskan mengenai Peranan Yakuza dalam Kehidupan Politik Jepang Tahun 1952-1980. Adapun tujuan dan manfaat khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1.3.1. Akademis

1. Memperkaya penulisan di Jurusan sejarah, terutama sejarah organisasi, politik di Jepang maupun sejarah kawasan terutama sejarah Asia.

2. Untuk menambah pengetahuan peneliti dan juga para pembaca mengenai alur panjang sebuah peristiwa politik di Jepang, sehingga pengetahuan kita bertambah dan dapat mengambil pelajaran dari sebuah bangsa besar.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber atau media pembelajaran sejarah khususnya pembelajaran sejarah kawasan di sekolah. Sehingga dengan adanya penelitian ini siswa mampu memperluas wawasannya dalam mendalami sejarah bangsa lain.

1.3.2. Praktis


(15)

2. Memaparkan bagaimana kondisi dan keadaan politik Jepang pasca Perang Dunia II.

3. Mendeskripsikan keterlibatan yakuza dengan federasi politik di Jepang tahun 1952-1980.

4. Menganalisis mengapa Sayap Kanan memilih Yakuza masuk dalam perpolitikan Jepang

5. Menganalisis dampak kehidupan politik di Jepang setelah Yakuza masuk kedalam politik Jepang tahun 1952-1980.

1.4. Sistematika Penulisan

Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka, dikumpulkan dan dianalisis, kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti muncul dan penting diserta mengenai alasan atau ketertarikan peneliti memilih permasalahan itu diangkat ataupun yang selama ini menjadi keresahan bagi peneliti. Pada bab ini juga berisi rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Adapun yang menjadi uraian dari bab 1 ini yakni: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknik Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(16)

Bab II Tinjauan Pustaka Mengenai Tinjauan Pustaka memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji. di dukung dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan yang ada dengan buku-buku atau secara teoritis, agar keduanya bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan permasalahan yang diteliti bisa berkaitan. sedangkan fungsi dari kajian pustaka adalah sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan.

Bab III Metodologi Penelitian mengenai Metodologi Penelitian, bab ini berisi mengenai tahap-tahap, langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada bab ini. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melakukan penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan penelitian.

Bab IV Pembahasan pembahasan merupakan isi utama dari tulisan karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan batasan masalah. Selain itu terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan rinci


(17)

ini. Selain itu pada dasarnya Bab IV ini merupakan hasil pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama penelitian berlangsung. Dan pada bab IV ini peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya dengan bahasanya sendiri.

Bab V Kesimpulan sebagai bab terakhir yakni menjelaskan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan pandangan serta interpretasi peneliti mengenai inti dari bab IV yakni mengenai pembahasan. Selain itu dalam Bab V disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis dan temuan, hasilnya disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian.

Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Pada Bab V ini laporan yang dibuat dan dilampirkan bisa berbentuk uraian padat atau dengan cara butir demi butir, akan tetapi akan lebih baik jika bentuk yang disajikan adalah dengan uraian padat daripada dalam butir demi butir. Dalam bab ini pula biasanya peneliti mengharapakan saran dan kritik pembaca atas penelitian yang telah dilakuakannya sebagai bahan masukan agar penelitian yang akan datang bisa lebih baik lagi.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti, mulai dari persiapan dan pelaksanaan penelitian hingga laporan penelitian. Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan metode historis dengan teknik studi literatur untuk pengumpulan data. Sedangkan untuk pendekatannya peneliti menggunakan pendekatan multidisipliner. Metode historis digunakan dalam penulisan skripsi ini karena terdapat keterkaitan dengan objek kajian yang diteliti yakni mengenai Yakuza dalam kehidupan politik Jepang 1952-1980.

3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Metode Penelitian

Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti. Gottschalk (1975:32) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi.

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh peneliti dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.


(19)

1. Heuristik

Menurut Renier dalam Abdurahman (2007:64) menjelaskan Heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Namun, heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.

Dalam Kegiatan pencarian serta pengumpulan sumber-sumber mengenai Yakuza dan bagaimana kondisi politik Jepang, peneliti mencari di toko-toko buku seperti di toko buku Palasari Bandung, Gramedia Bandung, Jalan Dewi Sartika Bandung, perpustakaan Batoe Api serta perpustakaan di universitas lainnya. Pencarian sumber ini juga peneliti lakukan diberbagai perpustakaan, seperti perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan daerah dan perpustakaan Dinas Militer Angkatan Darat Bandung.

Melalui proses pencarian sumber-sumber diberbagai tempat tersebut, peneliti mendapatkan bermacam-macam sumber yang memberikan banyak informasi seperti buku yang berjudulSejarah Dunia Hitam Jepang “YAKUZA”, A Hitory of Japan 1615-1687, Sejarah Besar Sayap Kanan, The Japanise Experience. A short History of Japan, Tokyo Underworld, Jepang Dewasa Ini dan buku-buku lainnya.

2. Kritik sumber

Setelah peneliti mendapatkan berbagai sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji, tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan


(20)

penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan tersebut baik dari buku, browsing internet, Majalah, sumber tertulis, dan hasil dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang digunakan oleh peneliti, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.

Ismaun (2005: 48) menambahkan bahwa dalam tahap ini timbul kesulitan yang sangat besar dalam penelitian sejarah, karena kebenaran sejarah itu sendiri tidak dapat didekati secara langsung dan karena sifat sumber sejarah juga tidak lengkap serta kesulitan menemukan sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya. Sehingga agar peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dapat dipercaya, relevan dan otentik, maka peneliti harus melakukan kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber-sumber tersebut.

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau cara pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? dan


(21)

menurut Ismaun (2005: 50) adalah kritik yang bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian diambilah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

3. Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007: 73) “ interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh”. Gottschalk dalam Ismaun (2005: 56) menambahkan bahwa: interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, yaitu : pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.


(22)

4. Historiografi

Historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Sjamsuddin, 2007: 156). Sama halnya menurut Ismaun (2005: 28) “Historiografi ialah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan”. Tahap historiografi yang penulis lakukan adalah dalam bentuk tulisan setelah melewati tahap pengumpulan dan penafsiran sumber-sumber sejarah. Fakta-fakta yang penulis peroleh disajikan menjadi satu kesatuan tulisan dalam skripsi yang berjudul ”Peranan Yakuza dalam kehidupan Politik Jepang tahun 1952-1980 “

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi literatur, yakni teknik mengumpulkan sumber-sumber yang relevan serta mendukung terhadap penelitian yang dikaji oleh peneliti, baik itu berasal dari sumber buku, majalah, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan fokus kajian yang diteliti. Setelah sumber-sumber tersebut ditemukan maka sumber tersebut akan dikritisi secara eksternal maupun internal, dan peneliti kemudian melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan acuan peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penulisan skripsi ini menggunakan


(23)

sistem penulisan Harvard sesuai dengan aturan dalam penulisan karya ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

3.2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.

1. Pengajuan tema penelitian

Skripsi yang berjudul Peranan Yakuza dalam kehidupan Politik Jepang tahun 1952-1980” ini merupakan suatu kajian politik di negara Jepang. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan peneliti terhadap mata kuliah Sejarah Asia Timur yang merupakan salah satu mata kuliah yang peneliti senangi. Sehingga dari ketertarikan tersebut penulis berniat untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang negara Jepang.

Terlepas dari ketertarikan pada mata kuliah tersebut, saat peneliti sedang mempelajari mengenai Sejarah Asia Timur yang pada saat itu sedang menerangkan keterlibatan Yakuza dalam pembukaan politik isolasi Jepang, peneliti merasa tertarik terhadap orang-orang yang tergabung kedalam anggota Yakuza. Setelah itu peneliti mencoba mencari buku-buku, filem yang berhubungan dengan Yakuza ataupun mafia Jepang. Saat peneliti membaca buku tersebut dan menonton film Yakuza, muncul rasa tertarik peneliti untuk


(24)

membahas Yakuza pada periode yang berbeda yaitu setelah Perang Dunia II, yang ternyata pasca Perang Dunia II itu Yakuza mulai masuk kedalam perpolitikan Jepang.

Setelah melakukan konsultasi dengan sekretaris TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) ternyata penelitian tentang Yakuza dalam politik Jepang di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia belum pernah ada yang menulis, sehingga tidak ada salahnya jika proposal ini diseminarkan untuk penelitian skripsi. Setelah peneliti memperbaiki proposal tersebut dan mengajukannya ke TPPS, maka pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2012 peneliti mempresentasikannya dalam Seminar Proposal Skripsi.

2. Penyusunan rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar dalam suatu penelitian. Rancangan penelitian ini disusun sejak peneliti mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada semester 7. Pada saat itu, rancangan ini masih berbentuk tugas namun mengenai proposal penelitian sejarah. Adapun rancangan penelitian ini mencakup judul penelitian, latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penelitian dan daftar pustaka. Dalam seminar skripsi yang berlangsung pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2012, peneliti memperoleh banyak masukan baik dari calon dosen pembimbing maupun dosen lainnya yang hadir pada saat itu.


(25)

Sedangkan calon dosen pembimbing II yaitu Ibu Dra. Lely Yulifar, M. Pd memberikan masukan agar peneliti melihat pedoman penulisan karya ilmiah sebagai panduannya agar penulisan menjadi baik dan benar . Dengan beberapa perbaikan yang disarankan tersebut, maka proposal ini diterima TPPS dan lolos untuk dijadikan penelitian skripsi.

Beberapa hari setelah Seminar Skripsi dilakukan, peneliti mengajukan kembali proposal yang telah direvisi kepada TPPS untuk mendapatkan SK (Surat Keputusan). Kemudian panitia TPPS memberikan SK penunjukkan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II pada tanggal 12 Juli 2012.

3. Bimbingan

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Proses bimbingan dilakukan setelah peneliti memperoleh SK penunjukkan pembimbing pada tanggal 12 Juli 2012. Berdasarkan SK tersebut, dosen pembimbing terdiri dari dua orang yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana M. Hum. sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M. Pd sebagai pembimbing II.

Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi peneliti untuk berdiskusi dengan pembimbing I dan pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan. Manfaat yang penulis peroleh


(26)

selama proses bimbingan adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini serta diarahkan untuk konsisten terhadap fokus kajian. 3.1. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah peneliti merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan (Abdurahman, 2007: 64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah “suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti”.

Dalam pencarian sumber-sumber ini, peneliti mendatangi berbagai toko buku yang ada di Bandung seperti toko buku Palasari, toko buku di Jalan Dewi Sartika, toko buku Gramedia, Toko Buku Toga Mas dan lain-lain. Selain itu peneliti mengunjungi berbagai perpustakaan seperti perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika Bandung, perpustakaan Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat Bandung, Perpustakaan Batoe Api Bndung, Perpustakaan Daerah Bandung.


(27)

Dari berbagai toko buku, perpustakaan tersebut, peneliti mendapatkan bermacam-macam sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji yaitu mengenai Pertempuran Guadalcanal. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Toko Buku Garmedia Bandung, dari toko buku ini peneliti mendapatkan sumber yang mengkaji mengenai sepak terjang Yakuza pasca Perang Dunia II serta bagaimana asala muasal yakuza.

2. Toko Buku Toga Mas, peneliti mendapatkan sumber yang mengkaji mengenai keterkaitan yakuza dengan federasi politik di Jepang serta alasan sayap kanan memilih yakuza sebagai koalisinya.

3. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, dari perpustakaan ini peneliti mendapatkan berbagai sumber, sumber-sumber tersebut membantu peneliti dalam membahas mengenai keadaan politik Jepang pasca Perang Dunia II. 4. Perpustakaan daerah Jawa Barat, dari perpustakaan ini peneliti mendapatkan

sumber yang mengkaji mengenai partai LDP di negara Jepang yang merupakan federasi sayap kanan yang terlibat dalam beberapa kasus dan skandal, serta buku mengenai teori-teori politik yang akan peneliti gunakan dalam bab II mengenai pemikiran politik dari beberapa ahli.

5. Perpustakaan Batoe Api, di perpustakaan yang hampir semua bukunya mengenai sejarah-sejarah indonesia maupun dunia, peneliti mendaptakan beberapa sumber yang pertama sumber majalah yang diterbitkan pada tahun 1982 dalam majalah tersebut beberapa halaman membahas mengenai fakta


(28)

Yakuza, majalah yang peneliti temukan adalah Majalah Tempo, 9 Oktober 1982, yang bersumber dari The New York Time Magazine yang ditulis oleh Donald Kirk yaitu seoranng wartawan Freelance yang mengkhususkan diri pada masalah-masalah Asia, selain itu peneliti juga mendapatkan buku yang membantu peneliti dalam membahas mengenai dampak yakuza masuk kedalam politik Jepang, buku kedua yang peneliti dapatkan dari peprustakaan ini membahas mengenai keadaan Jepang pada setelah melakukan Perjanjian Sanfrancisco pada tahun 1952. Selain itu peneliti mendapatkan buku yang berkontribusi dalam mengkaji mengenai asal muasal kata yakuza.

6. Buku-buku yang peneliti peroleh dari perpustakaan CSIS yaitu buku yang mengkaji mengenai keadaan politik Jepang setelah Perang Dunia II hingga perkembangan politik Jepang selanjutnya.

Semua sumber literatur yang diperoleh, sebagian menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Sumber literatur yang diperoleh dari bahasa Inggris, terlebih dahulu penulis menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dalam memahami isinya. Setelah sumber tersebut diterjemahkan, penulis mengkaji banding antara satu sumber dengan sumber lainnya sehingga diperoleh pemahaman yang sudah teruji. Pemahaman terhadap sumber-sumber yang sekunder akan membantu penulis dalam menguji permasalahan dalam skripsi ini sehingga diperoleh perubahan yang optimal melalui penelitian dan hasilnya dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga diperoleh hasil yang baik.


(29)

2. Kritik Sumber

Tahap kedua setelah peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dianggapnya relevan dengan penelitian yang dikaji, tahap selanjutnya adalah tahap kritik sumber. Kritik sumber atau yang biasa disebut verifikasi sumber merupakan tahap kedua yang dilakukan oleh peneliti setelah peneliti mendapatkan sumber-sumber pada tahap heuristik. Menurut Abdurahman (2007:68), bahwa “verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern”.

Sama halnya dengan pendapat di atas, Sjamsuddin (1996: 105) menambahkan bahwa “Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran”. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah. Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Kapan sumber itu dibuat? Dimana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? (Abdurahman, 2007: 68-69).


(30)

Dalam melakukan kritik ekternal terhadap sumber-sumber tertulis yang berupa buku-buku itu, penulis tidak menelitinya secara ketat, hanya mengklasifikasikannya dari aspek latar belakang penulis buku tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk melihat otentisitas yang berhubungan dengan tema penulisan skripsi ini. Selain itu, kepopuleran dari penerbit juga diperhitungkan sehingga tingkat kepercayaan kepada isi buku tersebut semakin tinggi.

Sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber ini, peneliti dalam penelitian ini berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Kritik internal dilakukan oleh peneliti terhadap majalah yang ditulis oleh Donald Kirk yang diterbitkan dalam The New York Time Magazine, isi dari artikel yang dibuat oleh Donald Kirk tersebut menurut peneliti tidak bersifat objektif, bukan karena penulisnya melainkan sumber yang diwawancara oleh Donal Kirk itu sendiri yaitu bernama


(31)

oleh Donal Kirk, Oda mengatakan bahwa yakuza merupakan pahlawan, dan sebenarnya mereka merupakan penjahat yang budiman, karena para yakuza sudah mulai berkontribusi dalam membantu negaranya mulai dari perang Rusia-Jepang tahun 1905, selain itu mereka juga dikirim ke Cina pada saat Cina sedang dijajah Jepang, dan pasca Perang Dunia II yakuza pun terjun dalam politik Jepang. Oda menganggap bhwa yakuza tidak perlu dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas.

Sebagai pembanding digunakan buku lain seperti dalam bukunya Kempei Tai “ The Japanese Secret Service Then and Now”, karya Richar Deacon , dalam buku ini menceritakan mengenai kepolisian Jepang, dimata polisi Jepang, yakuza merupakan musuh utama bagi mereka. Apapun yang mereka lakukan, polisi Jepang menganggap itu bukan untuk kebaikan negara Jepang melainkan hanya untuk kepentingan mereka senidri, jika mereka berbuat kebaikan pun, itu dilakukan dengan cara-cara yang kriminal, perdagangan gelap, dan masih banyak kasus yang lainnya. Di mata hukum, hal tersebut jelas tidak dibenarkan dan tetap di anggap salah.

Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal, penulis mendapatkan perbedaan pendapat dari berbagai penulis. Hal itu dikarenakan latar belakang setiap penulis atau sumber dari penulis itu berbeda. Perbedaan pendapat dari satu sumber dengan sumber lainnya adalah kemungkinan yang bisa diperoleh dari tindakan kritik internal. Kemungkinan lainnya adalah sumber-sumber yang


(32)

berbeda dan sumber-sumber yang tidak menyebutkan apa-apa (Sjamsuddin, 1996: 116).

Menurut peneliti, yakuza memang sangat mencintai negaranya, terbukti atas pengorbanan mereka kepada negaranya, seperti apa yang telah dikatakan dalam majalah The New York Time Magazine dan dalam buku yang ditulis oleh David E. Kaplan dan Alec Dubro yang berjudul Sejarah Dunia Hitam Jepang Yakuza. Tetapi menurut peneliti, keberadaan yakuza ini tidak terlalu memiliki andil besar dalam kemajuan negara Jepang, mereka lebih mementingkan kepentingan kelompok mereka dan kesejahteraan kelompok mereka sendri, tanpa melihat orang lain mendapat kerugian atau tidak. Mereka selalu menghalalkan berbagai macam cara untuk keberlangsungan anggota mereka, mulai dari mengadakan pasar gelap, tempat-tempat bejudi, membuka tempat-tempat untuk wanita malam, serta terlibat dalam kasus skandal korupsi di pemerintahan. Jika dilihat dari kontribusinya untuk negara Jepang, yakuza tidak memiliki andil yang besar untuk kemajuan negaranya. 3. Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo (2005:101) “interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai biang subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah”. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.


(33)

diperoleh peneliti melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung kajian peneliti.

Menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007:73), interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama didalam interpretasi.

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “ Peranan Yakuza Dalam Kehidupan Politik Jepang tahun 1952-1980” , interpretasi yang peneliti lakukan adalah terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh kemudian ditafsirkan, berdasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan. Sehingga penafsiran tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Peneliti menafsirkan bahwa dalam politik di negara Jepang ternyata terdapat fakta-fakta baru mengenai kehidupan politik di Jepang yang ternyata pernah berkoalisi dengan sekelompok bandit-bandit Jepang yang sebenarnya secara tidak langsung merugikan masyarakat Jepang.

4. Historiografi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap


(34)

interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya fikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi. Menurut Abdurahman (2007:76), “historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan)”.

Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007:156) “historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil”. Hubungannya dengan penelitian ini, bahwa tahap historiografi yang dilakukan oleh peneliti merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi.

Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun tujuan dari laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan studi akademis


(35)

Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah dilingkungan UPI tersebut, maka sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti muncul dan penting diserta mengenai alasan atau ketertarikan peneliti memilih permasalahan itu diangkat ataupun yang selama ini menjadi keresahan bagi peneliti. Pada bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Adapun yang menjadi uraian dari bab 1 ini yakni: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknik Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Mengenai Tinjauan Pustaka memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji. didukung dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan di lapangan dengan buku-buku atau


(36)

secara teoritis, agar keduanya bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan permasalahan yang diteliti bisa berkaitan. sedangkan fungsi dari kajian pustaka adalah sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Mengenai Metodologi Penelitian, bab ini berisi mengenai tahap-tahap, langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada bab ini. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melakukan penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan penelitian.

4. Bab IV Pembahasan

Pembahasan merupakan isi utama dari tulisan karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan batasan masalah. Selain itu terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan rinci mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkannya dalam bab ini. Selain itu pada dasarnya Bab IV ini merupakan hasil pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama penelitian berlangsung.


(37)

Dan pada bab IV ini peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya dengan bahasanya sendiri.

5. Bab V Kesimpulan

Sebagai Bab terakhir yakni menjelaskan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan pandangan serta interpretasi peneliti mengenai inti dari bab IV yakni mengenai pembahasan. Selain itu dalam Bab V disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis dan temuan, hasilnya disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian.

Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Pada Bab V ini laporan yang dibuat dan dilampirkan bisa berbentuk uraian padat atau dengan cara butir demi butir, akan tetapi akan lebih baik jika bentuk yang disajikan adalah dengan uraian padat daripada dalam butir demi butir. Dalam bab ini pula biasanya peneliti mengharapakan saran dan kritik pembaca atas penelitian yang telah dilakuakannya sebagai bahan masukan agar penelitian yang akan datang bisa lebih baik lagi.


(38)

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini akan dirumuskan hal-hal penting yang menjadi kesimpulan penulisan skripsi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian. Rumusan tersebut didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis yang telah dikaji dan dipaparkan oleh peneliti pada bab-bab sebeluumnya. Beberapa hal pokok berikut merupakan kesimpulan dalam skripsi ini.

Pertama,Yakuza muncul setelah pertengahan abad ke-17. Anggotanya adalah bakuto (pejudi) dan tekiya (pedagang jalanan). Setelah Perang Dunia II ditambahkan lagi grup ketiga, yaitu gurentai (penjahat). Hampir semua anggota Yakuza memiliki latar belakang yang sama yaitu miskin, kriminal, dan enggan bersosialisasi dengan masyarakat. Bagi mereka, Yakuza akan menjadi keluarga, tempat mendapat pertolongan atas persoalan yang mereka hadapi, mendapatkan perhatian dan merasakan aman. Kemudian, Yakuza menjadi kelompok yang benar-benar teroganisir seperti sebuah keluarga, mereka mengadaptasi sebuah hubungan yang disebut oyabun-kobun (peran ayah-peran anak).

Kedua, Pasca Perang Dunia II Yakuza mulai masuk ke dalam dunia politik dengan mendekati beberapa politisi dan orang pemerintahan. Mereka bekerja sama dengan pemerintah untuk mendapatkan dukungan resmi atau setidaknya memperolah sedikit kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Mulai saat itulah Yakuza terlibat di dalam seluruh aspek bisnis dan politik di Jepang. Seusai Perang Dunia II tentara Amerika Serikat yang menduduki Jepang


(39)

mengadakan investigasi terhadap semua kegiatan Yakuza karena dianggap sebagai ancaman. Tahun 1948, investigasi dihentikan karena militer Amerika menganggap ancaman tersebut telah lenyap. Padahal saat itu, Yakuza sedang mengembangkan bisnis-bisnisnyanya di pasar gelap serta dibantu oleh orang-orang yang duduk di pemerintahan Jepang. Tentara kependudukan pun akhirnya mengetahui bahwa Yakuza adalah kelompok yang terorganisir rapi dan didukung oleh pejabat pemerintahan.

Ketiga, Pengaruh Yakuza lebih bisa diterima dalam masyarakat Jepang. Yakuza juga memiliki sebuah firma dan menjalin aliansi politik jangka panjang dengan sekelompok nasionalis sayap kanan. Pengaruh mereka meluas hingga ke negara-negara Asia lainnya, bahkan hingga ke Amerika. FBI yang bertugas untuk melacak jalur uang dalam tubuh Yakuza mengalami kesulitan, mengingat di Jepang money laundry bukan termasuk tindak kriminal. Tidak seperti organisasi kriminal lainnya di dunia, Yakuza tidak mau menunjukkan sikap low profile. Mereka sengaja menunjukkan diri pada masyarakat hampir di setiap kota Jepang, klub-klub Yakuza diberi tanda dan logo yang benar-benar mencolok mata.

Keempat, masuknya yakuza kedalam perpolitikan Jepang tidak terlepas dari pengaruh seorang godfather, godfather memiliki kemampuan menstabilkan hubungan antar kelompok politik sayap kanan dan geng kriminal. Godfather merupakan legislator politik handal yang melayani pemerintah dalam usaha korupsi, mata-mata, dan bisnis kotor lainnya. Aliansi pertama yang berhasil dibuat oleh anggota yakuza di Jepang adalah aliansi antara Yamaguchi gumi. Yakuza juga identik dengan tato atau irezumi, ereka hampir menggambar seluruh


(40)

badan dari pergelangan tangan, dada, punggung, hingga separuh betis dengan desain-desain yang rumit. Jika mereka telanjang, tato-tato itu menutupi tubuh mereka dengan sempurna, seperti mengenakan sebuah pakaian. Dibutuhkan waktu ratusan jam untuk mendapat tato lengkap seperti itu, dan tentu saja prosesnya akan sangat menyakitkan. Bagi Yakuza proses mantato dianggap sebagai sebuah tes mental dan mereka harus kuat bertahan.

Kelima, Pada tahun 1980 an Pemerintah Jepang mulai merancang Undang-Undang Pencegahan Pelanggaran Hukum oleh Anggota Boryokudan (Yakuza atau geng kriminal). Yakuza mengelak disebut sebagai boryokudan dengan cara bersembunyi dibalik bisnis yang mereka gunakan sebagai kedok. Mereka juga menerbitkan buku berjudul How to Evade the Law yang didistribusikan di antara anggota Yamaguchi gumi (family yakuza yang paling besar dan berpengaruh). Dengan adanya undang-undang anti Yakuza ini, masa depan Yakuza nampak semakin suram dan masa depan Yakuza pada saat itu mulai tidak menentu. Tetapi bagi Jepang hal ini merupakan suatu awal penyelamatan dan pembersihan negara Jepang dari kasus-kasus skandal dan korupsi yang telah terjadi selama awal pemerintahan Jepang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka beberapa puluh tahun ke depan. Apapun kemungkinannya, yang jelas Yakuza masih ada hingga saat ini.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Ames, Walter L. (1981). Police In Community in Japan. Berkeley: University of California Press

Arahara Bukusui. (1966). Dai Uyokoshi (Sejarah Besar Sayap Kanan). Tokyo: Dai Nippon Kokumin-to.

Budiardjo, Miriam. (2010). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dunn, C.J. (1969). Everyday Life in Traditional Japan. Newyork: Jarrold and sons LTD Londen and Norwich.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press, Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung.

Kaplan David. E, Dubro Alec. (2003). Yakuza: Japans Criminal Underworld (Yakuza: Sejarah Dunia Hitam Jepang). Jakarta: Komunitas Bambu.

Kirk, Donald. 1982. Fakta Yakuza di Jepang (The New York Time Magazine). Jakarta: Majalah Tempo.

Koichi. (1988). Politics in Modern Japan Development and Organization. Third Edition. Tokyo : Japan Echo Inc.

Kozo Yamamura and Yasukichi Yasuba. (1987). The Political of Japan. Volume 1 The Domestic Transformation. California : Stanford University Press.


(42)

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Mikes, George. (1979). THE LAND OF THE RISING YEN. London: Andre Deutsch Morris, I. I. (1960). Nationalism and the Right Wing In Japan. London. Oxford

University Press.

Nakane Chie. (1973). Japanese Society. Berkeley: University of California Press. Ojong, P.K. (2001). Perang Pasifik. Jakarta: Buku Kompas.

Pyle. Kenneth B. (2007). Japan Rising Power and Purpose : The Century Foudatio. Rosidi, Ajip. (1981). Mengenal Jepang. Jakarta: Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta

(The Japan Foudation).

Samsom, George. (1963). A History Of Japan. Tokyo: Charles E. Tuttle. Statler, Oliver. (1961). Japanese Inn. New York: Harcourt Brace Jovanovich. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soltao, Roger F. (1961). An Introduction to Politics. London: Longmans

Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indinesia.

Sumanto (1995). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta. Andi Offset

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Syam, Firdaus. (2007). Pemikiran Politik Barat. Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.


(43)

Takie Sugiyama Lebra. (1992). Japanese Social Organization: University of Hawaii Press

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI.

Whiting, Robert. (2010). Tokyo Underworld ” Kisah hidup seorang gengster

Amerika di Jepang”. Jakarta: Kantera

Yamamura, Kozo dan Yasuba, Yasukichi . (1987). The Political of Japan. Volume 1 The Domestic Transformation. California : Stanford University Press.

Sumber Majalah :

______. (1992). ”Melawan Yakuza Dengan Undang-Undang”. Tempo ( 9 Mei 1992). ______. (1982). ” Berubahnya Bandit Budiman”. Tempo ( 3 Jnuari 1987).

Kirk, Donald. (1975). ” Fakta Yakuza Jepang”. The New York Time Magazine. Sumber Internet :

_____. (2010) . All Abaout Yakuza, [online]. Tersedia: http://www.unikaja.com/2010/06/all-about-yakuza.html" [09 September 2011].

Wikipedia. (2010). Politik Ekstrim di Jepang . Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Political_extremism_in_Japan. [13 Oktober 2011].


(1)

BAB V

KESIMPULAN

Pada bab ini akan dirumuskan hal-hal penting yang menjadi kesimpulan penulisan skripsi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian. Rumusan tersebut didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis yang telah dikaji dan dipaparkan oleh peneliti pada bab-bab sebeluumnya. Beberapa hal pokok berikut merupakan kesimpulan dalam skripsi ini.

Pertama,Yakuza muncul setelah pertengahan abad ke-17. Anggotanya adalah bakuto (pejudi) dan tekiya (pedagang jalanan). Setelah Perang Dunia II ditambahkan lagi grup ketiga, yaitu gurentai (penjahat). Hampir semua anggota Yakuza memiliki latar belakang yang sama yaitu miskin, kriminal, dan enggan

bersosialisasi dengan masyarakat. Bagi mereka, Yakuza akan menjadi keluarga, tempat mendapat pertolongan atas persoalan yang mereka hadapi, mendapatkan perhatian dan merasakan aman. Kemudian, Yakuza menjadi kelompok yang benar-benar teroganisir seperti sebuah keluarga, mereka mengadaptasi sebuah hubungan yang disebut oyabun-kobun (peran ayah-peran anak).

Kedua, Pasca Perang Dunia II Yakuza mulai masuk ke dalam dunia politik dengan mendekati beberapa politisi dan orang pemerintahan. Mereka bekerja sama dengan pemerintah untuk mendapatkan dukungan resmi atau setidaknya memperolah sedikit kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Mulai saat itulah Yakuza terlibat di dalam seluruh aspek bisnis dan politik di Jepang. Seusai Perang Dunia II tentara Amerika Serikat yang menduduki Jepang


(2)

mengadakan investigasi terhadap semua kegiatan Yakuza karena dianggap sebagai ancaman. Tahun 1948, investigasi dihentikan karena militer Amerika menganggap ancaman tersebut telah lenyap. Padahal saat itu, Yakuza sedang mengembangkan bisnis-bisnisnyanya di pasar gelap serta dibantu oleh orang-orang yang duduk di pemerintahan Jepang. Tentara kependudukan pun akhirnya mengetahui bahwa Yakuza adalah kelompok yang terorganisir rapi dan didukung oleh pejabat

pemerintahan.

Ketiga, Pengaruh Yakuza lebih bisa diterima dalam masyarakat Jepang. Yakuza juga memiliki sebuah firma dan menjalin aliansi politik jangka panjang

dengan sekelompok nasionalis sayap kanan. Pengaruh mereka meluas hingga ke negara-negara Asia lainnya, bahkan hingga ke Amerika. FBI yang bertugas untuk melacak jalur uang dalam tubuh Yakuza mengalami kesulitan, mengingat di Jepang money laundry bukan termasuk tindak kriminal. Tidak seperti organisasi kriminal lainnya di dunia, Yakuza tidak mau menunjukkan sikap low profile. Mereka sengaja menunjukkan diri pada masyarakat hampir di setiap kota Jepang, klub-klub Yakuza diberi tanda dan logo yang benar-benar mencolok mata.

Keempat, masuknya yakuza kedalam perpolitikan Jepang tidak terlepas dari pengaruh seorang godfather, godfather memiliki kemampuan menstabilkan hubungan antar kelompok politik sayap kanan dan geng kriminal. Godfather merupakan legislator politik handal yang melayani pemerintah dalam usaha korupsi, mata-mata, dan bisnis kotor lainnya. Aliansi pertama yang berhasil dibuat oleh anggota yakuza di Jepang adalah aliansi antara Yamaguchi gumi. Yakuza juga identik dengan tato atau irezumi, ereka hampir menggambar seluruh


(3)

100

badan dari pergelangan tangan, dada, punggung, hingga separuh betis dengan desain-desain yang rumit. Jika mereka telanjang, tato-tato itu menutupi tubuh mereka dengan sempurna, seperti mengenakan sebuah pakaian. Dibutuhkan waktu ratusan jam untuk mendapat tato lengkap seperti itu, dan tentu saja prosesnya akan sangat menyakitkan. Bagi Yakuza proses mantato dianggap sebagai sebuah tes mental dan mereka harus kuat bertahan.

Kelima, Pada tahun 1980 an Pemerintah Jepang mulai merancang Undang-Undang Pencegahan Pelanggaran Hukum oleh Anggota Boryokudan (Yakuza atau geng kriminal). Yakuza mengelak disebut sebagai boryokudan dengan cara bersembunyi dibalik bisnis yang mereka gunakan sebagai kedok. Mereka juga menerbitkan buku berjudul How to Evade the Law yang didistribusikan di antara anggota Yamaguchi gumi (family yakuza yang paling besar dan berpengaruh). Dengan adanya undang-undang anti Yakuza ini, masa depan Yakuza nampak semakin suram dan masa depan Yakuza pada saat itu mulai tidak menentu. Tetapi bagi Jepang hal ini merupakan suatu awal penyelamatan dan pembersihan negara Jepang dari kasus-kasus skandal dan korupsi yang telah terjadi selama awal pemerintahan Jepang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka beberapa puluh tahun ke depan. Apapun kemungkinannya, yang jelas Yakuza masih ada hingga saat ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Ames, Walter L. (1981). Police In Community in Japan. Berkeley: University of California Press

Arahara Bukusui. (1966). Dai Uyokoshi (Sejarah Besar Sayap Kanan). Tokyo: Dai Nippon Kokumin-to.

Budiardjo, Miriam. (2010). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dunn, C.J. (1969). Everyday Life in Traditional Japan. Newyork: Jarrold and sons LTD Londen and Norwich.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press, Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung.

Kaplan David. E, Dubro Alec. (2003). Yakuza: Japans Criminal Underworld (Yakuza: Sejarah Dunia Hitam Jepang). Jakarta: Komunitas Bambu.

Kirk, Donald. 1982. Fakta Yakuza di Jepang (The New York Time Magazine). Jakarta: Majalah Tempo.

Koichi. (1988). Politics in Modern Japan Development and Organization. Third Edition. Tokyo : Japan Echo Inc.

Kozo Yamamura and Yasukichi Yasuba. (1987). The Political of Japan. Volume 1 The Domestic Transformation. California : Stanford University Press.


(5)

102

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Mikes, George. (1979). THE LAND OF THE RISING YEN. London: Andre Deutsch Morris, I. I. (1960). Nationalism and the Right Wing In Japan. London. Oxford

University Press.

Nakane Chie. (1973). Japanese Society. Berkeley: University of California Press. Ojong, P.K. (2001). Perang Pasifik. Jakarta: Buku Kompas.

Pyle. Kenneth B. (2007). Japan Rising Power and Purpose : The Century Foudatio. Rosidi, Ajip. (1981). Mengenal Jepang. Jakarta: Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta

(The Japan Foudation).

Samsom, George. (1963). A History Of Japan. Tokyo: Charles E. Tuttle. Statler, Oliver. (1961). Japanese Inn. New York: Harcourt Brace Jovanovich. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soltao, Roger F. (1961). An Introduction to Politics. London: Longmans

Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indinesia.

Sumanto (1995). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta. Andi Offset

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Syam, Firdaus. (2007). Pemikiran Politik Barat. Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Takie Sugiyama Lebra. (1992). Japanese Social Organization: University of Hawaii Press

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI.

Whiting, Robert. (2010). Tokyo Underworld ” Kisah hidup seorang gengster

Amerika di Jepang”. Jakarta: Kantera

Yamamura, Kozo dan Yasuba, Yasukichi . (1987). The Political of Japan. Volume 1 The Domestic Transformation. California : Stanford University Press.

Sumber Majalah :

______. (1992). ”Melawan Yakuza Dengan Undang-Undang”. Tempo ( 9 Mei 1992).

______. (1982). ” Berubahnya Bandit Budiman”. Tempo ( 3 Jnuari 1987).

Kirk, Donald. (1975). ” Fakta Yakuza Jepang”. The New York Time Magazine.

Sumber Internet :

_____. (2010) . All Abaout Yakuza, [online]. Tersedia: http://www.unikaja.com/2010/06/all-about-yakuza.html" [09 September 2011].

Wikipedia. (2010). Politik Ekstrim di Jepang . Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Political_extremism_in_Japan. [13 Oktober 2011].