PENGGUNAAN TEKNIK BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

Siti Amiroh, 2012

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 11

F. Hipotesis Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Teori Belajar ... 13

1. Teori Piaget ... 14

2. Teori Vigotsky ... 16

B. Pembelajaran Kontekstual ... 19

C. Hakekat Teknik Bertanya dalam Mengajar ... 20

1. Teknik Bertanya ... 21


(2)

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Strategi Mengajukan Pertanyaan ... 26

1. Strategi Bertanya yang Efektif ... 29

2. Pertanyaan ... 30

E. Tipe-tipe Pertanyaan ... 40

F. Penalaran Matematis ... 41

G. Komunikasi Matematis ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Desain Penelitian ... 52

B. Populasai dan sampel ... 53

C. Pengembangan Instrumen ... 53

D. Pengembangan Bahan Ajar ... 61

E. Prosedur Penelitian ... 61

F. Analisis Data ... 64

1. Analisis Data Hasil Tes ... 64

2. Teknik Pengumpulan Data ... 65

3. Teknik Pengolahan Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Data Statistik Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 67

2. Uji Statistik Kemampuan Awal Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 72

1. Uji Normalitas Skor Pretes Penalaran dan Komunikasi ... 73

2. Uji Homogenitas skor Pretes Penalaran dan Komunikasi 74 3. Uji Perbrdaan Rerata Pretes Penalaran dan Komunikasi ... 75

3. Uji Statistik Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 76 1.Uji Statistik Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran


(3)

Siti Amiroh, 2012

Matematis ... 78

a. Uji Normalitas Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis ... 78

b.Uji Homogenitas Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis ... 79

c.Uji Perbedaan Rerata Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Matematis ... 80

2. Uji Statistik Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis .. 82

a. Uji Normalitas Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 82

b. Uji Homogenitas Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 83

c. Uji Perbedaan Rerata Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 84

4. Kualitas Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa ... 85

5. Analisis Korelasi Antara Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa ... 86

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

1. Penggunaan Teknik Bertanya dalam Pembelajaran Kontekstual ... 88

2. Kualitas Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 91

C. Keterbatasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(4)

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ... 102

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA INSTRUMEN ... 179

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 192


(5)

Siti Amiroh, 2012

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis-jenis Pertanyaan ... 32

Tabel 3.1Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran ... 54

Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Validitas ... 57

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 58

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 59

Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 59

Tabel 3.7 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Penalaran ... 60

Tabel 3.8 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Komunikasi ... 60

Tabel 3.9 Klasifikasi Gainstik Kemampuan Komunikasi ... 66

Tabel 4.1 Data Statistik Kemampuan Penalaran Matematis ... 68

Tabel4.2 Data Statistik Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68

Tabel4.3 Uji Normaliitas Skor Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi ... 73

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Skor Pretes ... 74

Tabel 4.5 Uji Kesamaan Rerata Skor Pretes ... 75

Tabel 4.6 Data Statistik Skor GainTernormalisasiKemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 77

Tabel 4.7 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Penalaran ... 79

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Penalaran ... 80

Tabel 4.9 Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Ternormalisasi Penalaran ... 81

Tabel 4.10 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Komunikasi ... 82

Tabel4.11 Uji Homogenitas Varians Skor Gain Ternormalisasi Komunikasi ... 83


(6)

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel4.12 Uji Perbedaan Dua Rerata SkorGain Ternormalisasi

Komunikasi ... 85

Tabel4.13 Uji Korelasi Kemampuan Penalarandan Komunikasi

Matematis Kelas Eksperimen ... 87 Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis ... 92


(7)

Siti Amiroh, 2012

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1Diagram Prosedur Penelitian ... 63 Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rerata Pretes dan Postes Kemampuan

Penalaran ... 71 Gambar 4.2Diagram Perbandingan Rerata Pretes dan Postes Kemampuan


(8)

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ... 103

A.1 Silabus ... 104

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 105

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 142

A.4 Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 175

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA ... 179

B.1 Pedoman Penskoran Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 180

B.2 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Penalaran dan Komunikasi Matematis ... 185

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 192

C.1 Data HasilPretesdanPostesKemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa ... 193

C.1.1 Data Pretes Kemampuan Penalaran MatematisKelasEksperimen ... 195

C.1.2 Data Pretes Kemampuan Penalaran MatematisKelas Kontrol ... 196

C.1.3 Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 197


(9)

Siti Amiroh, 2012

C.1.4 Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 198 C.1.5 Data Postes Kemampuan Penalaran Matematis

Kelas Eksperimen ... 199 C.1.6 Data Postes Kemamppuan Penalaran Matematis

Kelas Kontrol ... 200

C.1.7 Data Postes Kemampuan Komunikasi

MatematisKelasEksperimen ... 201

C.1.8 Data Postes Kemampuan Komunikasi

MatematisKelasKontrol ... 203 C.2 Data Gain Ternormalisasi ... 205

C.2.1 Data Gain Ternormalisasi Tes

KemampuanPenalaran Matematis Siswa

KelasEksperimen ... 205

C.2.2 Data Gain Ternormalisasi Tes

KemampuanPenalaran Matematis Siswa

KelasKontrol ... 207

C.2.3Data Gain Ternormalisasi Tes

KemampuanKomunikasi Matematis Siswa

KelasEksperimen ... 208

C.2.4Data Gain Ternormalisasi Tes

KemampuanKomunikasi Matematis Siswa

KelasKontrol ... 210 C.3 Perhitungan Data Uji Statistik Pretes, Postes dan Gain

Ternormalisasi ... 212

C.4 Tabel Korelasi Kemampuan Penalarandan

KomunikasiMatematis Kelas Eksperimen ... 215

LAMPIRAN D: UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN ... 216 D.1 Jadwal Penelitian ... 217


(10)

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D.2 Foto-foto Penelitian ... 219 D.3 Surat Keterangan ... 226


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya bidang teknologi informasi, industri, asuransi, keuangan, pertanian, sosial, teknik dan masih banyak yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa mathematics is a tool, yaitu sebuah alat yang siap digunakan dalam upaya mencari solusi terhadap suatu permasalahan dalam kehidupan keseharian, ataupun dalam bidang ilmu lain (Gravemeijer, 1994). Artinya, matematika yang dipelajari di sekolah pada gilirannya dapat dan bahkan harus diaplikasikan dalam kehidupan keseharian, misalnya dalam membuat kesimpulan untuk menghasilkan keputusan penyelesaian masalah pada bidang bisnis maupun ilmu-ilmu sosial.

Matematika yang sekarang dipelajari di setiap jenjang pendidikan pun berkembang dikarenakan manusia memerlukan suatu alat atau strategi untuk menjawab atau mencari solusi yang terkait dengan permasalahan yang erat hubungannya dengan kebutuhan atau tuntutan dalam kehidupannya.Karena keterkaitan matematika dengan kehidupan manusia dalam kesehariannya, Freudenthal berpendapat bahwa matematika dipandang juga sebagai suatu human activity (Gravemeijer, 1994).Aktivitas disini bukan hanya merupakan aktivitas memecahkan masalah atau memunculkan masalah, tetapi juga sekaligus merupakan aktivitas untuk mengorganisasikan pemikiran dan gagasan tentang suatu subjek sehingga


(12)

2

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terbangunlah suatu konsep matematika yang pada gilirannya berguna bagi keperluan manusia.

Menurut pandangan tersebut, maka siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep yang dipelajari dalam pembelajaran matematika. Baroody (Depdiknas, 2002) mengatakan bahwa, pembelajaran matematika secara esensial adalah suatu metode penemuan (inquiry): suatu cara berpikir tentang dunia, pengorganisasian pengalaman, dan pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah diperlukan kemampuan untuk bernalar dan berkomunikasi.Karena itu, kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi adalah alat-alat yang merupakan dasar untuk melakukan penemuan matematis, sehingga kemampuan-kemampuan ini mendapat penekanan dalam pengimplementasian kurikulum berbasis kompetensi (Puskur-Balitbang Depdiknas,2001).

Penalaran merupakan aktivitas mental untuk meningkatkan pemikiran dengan melihat beberapa fakta atau prinsip sehingga menghasilkan kesimpulan sebagai bagian dari proses mental untuk terbentuknya pengetahuan baru. Menurut Keraf (Shadiq, 2000) penalaran adalah proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Karena itu dapat dikatakan bahwa penalaran merupakan unsur yang penting dalam pembelajaran matematika.

Soedjadi (2003) menyatakan bahwa matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Didukung pula oleh pendapat Baroody (Dahlan, 2004) yang mengungkapkan bahwa penalaran dapat secara langsung


(13)

meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan bernalarnya dalam melakukan pendugaan-pendugaan berdasarkan pengalamannya sendiri, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep matematika.

National Council Teachers of Mathematics(NCTM, 2000) juga telah menggariskan secara rinci keterampilan-keterampilan kunci penalaran matematis yang dapat dilakukanpada saat pembelajaran dan harus dipandang sebagai bagian integral dari kurikulum matematika. Keterampilan-keterampilan kunci penalaran matematis tersebut adalah mengenal dan mengaplikasikan penalaran deduktif dan induktif; memahami dan menerapkan proses penalaran dengan perhatian yang khusus terhadap penalaran dengan proporsi-proporsi dan grafik-grafik; membuat dan mengevaluasi konjektur-konjektur dan argumen-argumen secara logis; menilai daya serap dan kekuatan penalaran sebagai bagian dari matematika.Berkaitan dengan pentingnya penalaran, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara tegas menyebutkan salah satu tujuan diberikan matematika di SMP/MTs yaitu agar siswa memiliki kemampuan menggunakan pola-pola dan sifat untuk bernalar, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (Depdiknas, 2006).

Pada kenyataannya, keadaan di lapangan belumlah sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku.Misalnya, survey IMSTEP-JICA (2000) melaporkan bahwa kemampuan penalaran siswa dalam matematika tidak berkembang sebagaimana mestinya.Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran matematika guru


(14)

4

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terlalu berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik, pembelajaran terpusat pada guru, konsep matematika disampaikan secara informatif dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Dengan kata lain, kegiatan belajar masih bersifat rutin serta konvensional, tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

Sebelum temuan dari survey IMSTEP JICA,Wahyudin (1999) sudah mengemukakan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu siswa kurang menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal atau persoalan matematika yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut jelaslah bahwa kemampuan penalaran matematis sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Selain penalaran, kemampuan matematis lain yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan yang diperlukan siswa agar dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang matematika untuk memecahkan masalah dengan baik. Beberapa keterampilan kunci dalam komunikasi matematis adalah membuat ilustrasi, berbicara/berdiskusi, menyimak/mendengar, menulis dan membaca.Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterpretasikan berbagai masalah dalam bahasa dan pertanyaan-pertanyaan matematika serta dapat menyelesaikan masalah menurut aturan/kaidah matematika, merupakan karakteristik dari siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis (NCTM, 2000).


(15)

Dari hasil penelitian Rohaeti (2003) terungkap bahwa rata-rata kemampuan komunikasi siswa SMP berada pada kualifikasi kurang dan kurang sekali dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika. Padahal dalam kegiatan pembelajaran matematika, siswa perlu melakukan kegiatan berkomunikasi secara matematis, misalnya pada saat berinteraksi dengan teman, mereka akan saling bertanya atau menjawab pertanyaan dengan mengemukakan penjelasan tentang ide atau relasi matematis secara lisan maupun tulisan,menyatakan suatu situasi secara lisan atau tulisan, dan menggunakan gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa simbol, ide, atau model matematika.

Dari uraian yang menunjukkan kurangnya kemampuan penalaran dan komunikasi matematis di atas, jelas bahwa kemampuan siswa dalam penalaran dan komunikasi matematis perlu mendapat perhatian untuk lebih ditingkatkan untuk memampukan siswa agar berhasil dalam pembelajaran matematika di sekolah ataupun memampukan siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka.

Untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat yang menyediakan lingkungan belajar yang kondusif agar siswa terlibat aktifdalam bernalar dan berkomunikasi.Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa guru matematika gunakan dalam upaya menumbuhkembangkan kedua kemampuan tersebut.Salah satu pendekatan yang diduga sejalan dengan karakteristik matematika serta untuk mewujudkan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pendekatan kontekstual.Pendekatan inimemiliki tujuh komponen utama, yaitu; (1) konstruktivisme, (2) menemukan, (3)


(16)

6

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2003). Selanjutnya Johnson (Rauf, 2004) juga mengemukakan bahwa, Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran bermakna yang menghadirkan konteks ke dalam proses pembelajaran di kelas yang lebih menekankan pada proses penemuan bukan pada hasil akhir, maka diharapkan siswa dituntun untuk memberi makna terhadap situasi yang berhubungan dengan permasalahan yang terkait dalam situasi itu yang ditinjau dari aspek matematika, dan juga sesuai dengan pemahaman atau pengetahuan matematika yang siswa miliki.

Penggunaan pendekatan pembelajaran tersebut diharapkan akan dapat membantu guru untuk mendorong siswa bernalar serta berkomunikasi yang diawali dengan mengaitkan suatu topik pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang kontekstual bagi siswa. Kemudian guru dapat memotivasi para siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya dengan caramembuat hubungan-hubungan diantara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan keseharian mereka, misalnya sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, dan pekerja yang dapat membuat mereka terlibat kerja secara sungguh-sungguh.

Suatu metode perlu didukung oleh seperangkat strategi dan teknik tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik.Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah Teknik Bertanya (Siswono, dkk. 2000).Teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang dalam hal ini untuk memicu dan meningkatkan aktivitas bernalar dan berkomunikasi siswa di


(17)

kelas.Menurut Crowford (2001) salah satu strategi dalam pembelajaran kontekstual adalah pengalaman untuk melakukan pengaitan antara informasi baru dengan pengalaman hidup serta terkait dengan pengetahuan awal siswa yang terkadang tidak dapat dilakukan atau tidak diberdayakan sama sekali. Karena itu situasi yang disajikan dalam pembelajaran kontekstual ini selalu harus terkait dengan pengalaman siswa sebelumnya.Situasi kontekstual ini dapat dimunculkan apabila guru menyadari latar belakang kehidupan keseharian siswa.Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyangkut permasalahan yang terkait dengan situasi-situasi dalam kehidupan keseharian siswa.

Pengajuan pertanyaan dalam pembelajaran matematika menempati posisi yang strategis, karena pertanyaan dianggap sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika.Kurikulum pendidikan matematika di Amerika yaituCurriculum Evaluation Standards for School Mathematics(NCTM, 1989) menganjurkan agar siswa-siswa diberi kesempatan yang banyak untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal dari berbagai situasi masalah yang dilanjutkan dengan kegiatan investigasi terhadap situasi dan masalah yang dirumuskan itu.

Melalui kegiatan bertanya siswa akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin diketahuinya. Dikaitkan dengan proses pembelajaran, maka kegiatan bertanya dan menjawab baik antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, menunjukkan hadirnya interaksi di kelas yang dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot,


(18)

8

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa (Soegito, dkk. 2000).

Pengajuan pertanyaan diharapkan dapat membantu siswa dalam

mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah.Pengajuan pertanyaan juga sebagai sarana komunikasi matematika siswa(Silver, et.al. 1996).Hal ini dapat dipahami, karena suatu pertanyaan tentu memerlukan jawaban atau respon.Respon ini dapat memperoleh respon lanjutan, misalnya tanggapan berupa penguatan atau bantahan,ataupun pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Strategi pengajuan pertanyaan selaras dengan tujuan khusus pembelajaran, yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial (Sugandi, 2010).Sebagaiupaya mengaktifkan hendaknya guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban divergen (terbuka, lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan (Depdiknas, 2006).Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan penalaran dan


(19)

komunikasi, pertanyaan tersebut seyogianya bernuansa penyimpulan berdasarkan data dan dilengkapi atau didukung dengan memberikan alasan yang tepat.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual dianggap perlu untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa, karena dalam bernalar diperlukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali informasi dan untuk berkomunikasi diperlukan teknik bertanya yang efektif agar pertanyaan menjadi sistematis (Siswono, dkk. 2000).

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa dalam memahami konsepsegitiga, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa SMP.

B.Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstuallebih baik daripada kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual lebih baik daripada kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?


(20)

10

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Adakah hubungan antara kemampuan penalaran dengan kemampuan komunikasi matematissiswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual?

4.Bagaimana kualifikasi peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual.

3. Melihat hubungan antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan:

1. Peneliti dapat mengetahui kontribusi penggunaan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa.


(21)

2. Guru memperoleh pengalaman dalam memanfaatkan pertanyaan untuk mengaktifkan siswa serta memberdayakan pengetahuan awal matematika siswa. 3. Peneliti dapat mendalami bagaimana merumuskan suatu pertanyaan yang

mempunyai dampak berganda dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. 1. Penalaran matematis adalah suatu kemampuan yang muncul dalam

bentuk:memberikan penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal-soal;menyusun dan menguji konjektur; serta menarik kesimpulan secara logis.

2. Komunikasi matematis adalah kemampuan berkomunikasi yang meliputi: menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar yang diberikan dalam bentuk tulisan (Menulis); menyatakan suatu situasi dengan gambar (Menggambar); serta menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk bahasa dan simbol matematika (Ekspresi Matematis).

3. Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang bersifat informatif, guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan.


(22)

12

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.Pendekatan Pembelajaran Kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya, dengan melalui proses pembelajaran yang memuat tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya.

5. Teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang intinya meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan.

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yangmenggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstuallebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat hubungan antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi “Kuasi Eksperimen”. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya, (Russeffendi, 1994: 47). Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan untuk mengefektifkan waktu penelitian supaya tidak membentuk kelas baru yang akan menyebabkan perubahan jadwal yang telah ada.

Penelitian ini melibatkan dua kelas (kelompok), kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual dan kelas kontrol yaitu kelas yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran (disinipendekatan kontekstual dan pembelajaran konvensional) adalah sebagai variabel bebas, sedangkan kemampuan penalaran dan komunikasimatematis sebagai varibel terikat. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

O X O

- - - - - -

O O

Keterangan:

O= pretessama dengan postes berupa kemampuanpenalaran dan komunikasi matematis.


(24)

53

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri se-KabupatenPurwakarta. Pertimbangan memilih kelas VII merupakan kelas pertama pada jenjangnya yang masih berada dalam tahap transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah yang masih memerlukan bimbingan dalam bernalar dan berkomunikasi. Karena berdasarkan tahap perkembangan kognitif (Piaget), anak pada usia ini telah mencapai tahap operasi formal, dengan karakteristik mampu berpikir secara abstrak, menalar secara logis, menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Namun kenyataannya hal tersebut tidak dapat disimpulkan untuk kelas di Indonesia, pada umumnya siswa di Indonesia pada tingkat SMP masih ada pada tahap berpikir konkret, sehingga di sini melalui penggunaan teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual diharapkan membantu siswa agar dapat berpikir ke tahap abstrak, untuk dapat bernalar dan berkomunikasi.

C. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan siswa mengenai teknik bertanya dalam pembelajaran kontekstual adalah soal tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa. Tes berupa uraian untuk mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan.


(25)

Instrumen tes berupa soal esai oleh karena itu diperlukan adanya rubrik penskoran seperti yang ditampilkan dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.1

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran Matematis

Skor Indikator

0 Tidak menjawab pertanyaan/menjawab tidak sesuai

dengan pertanyaan/tidak ada yang benar.

1 Hanya sebagian dari penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan benar.

2 Hampir semua dari penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan benar.

3 Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis, dijawab dengan lengkap dan benar.


(26)

55

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.2

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis Menggambar Ekspresi

Matematis

0 Tidak ada jawaban Gambar yang diberikan

menunjukkan bahwa tidak memahami konsep

Gambar tersebut

tidak berarti apa-apa

1 Hanya sedikit dari

penjelasan konsep, ide atau situasi dari suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan

kalimat secara

matematik, yang benar

Hanya sedikit dari

gambar, diagram, atau tabel yang benar

Hanya sedikit dari model matematika yang benar

2 Penjelasan konsep, ide

atau situasi dari suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal namun hanya sebagian yang benar

Melukiskan diagram,

gambar, atau tabel namun kurang lengkap dan benar

Membuat model

matematika dengan benar, namun salah mendapatkan solusi

3 Penjelasan konsep, ide

atau situasi dari suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat matematik masuk akal dan benar, meskipun

tidak tersusun secara

logis atau terdapat

kesalahan bahasa

Melukiskan diagram,

gambar, atau tabel secara lengkap dan benar

Membuat model matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara benar dan lengkap

4 Penjelasan konsep, ide

atau situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal dan jelas, serta tersusun secara logis

Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 3


(27)

Untuk memperoleh soal yang baik, maka soal-soal tersebut diujicobakan agar diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba soal dilakukan di SMP yang sama dengan tempat penelitian tetapi pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari kelas yang akan dilakukan penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan uji coba soal adalah sebagai berikut:

a. Soal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, rekan guru dan juga beberapa rekan mahasiswa SPS Program Studi Pendidikan Matematika UPI untuk melihat validitas isi dan validitas konstruk berkenaan dengan ketepatan alat ukur dengan materi yang akan diuji, kesesuaian antara indikator dan butir soal, kejelasan bahasa atau gambar dalam soal.

b. Kemudian untuk melihat validitas empirik, dalam hal ini validitas banding tiap butir soal menggunakan korelasi produk momen (Arikunto, 2002: 72) yaitu:

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n r Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = Banyaknya sampel

x = Skor tiap item


(28)

57

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Interpretasi mengenai besarnya korelasi validitas menurut Arikunto (2002: 75) tersaji pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 <� 1,00 Sangat tinggi

0,60 <� 0,80 Tinggi

0,40 <� 0,60 Cukup

0,20 <� 0,40 Rendah

0,00 � 0,20 Kurang

c. Reliabilitas instrumen adalah tingkat keajegan (konsistensi) yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan suatu skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Untuk menghitung reliabilitas soal uraian digunakan rumus alpha (Arikunto, 2002) sebagai berikut:

11 r =               

2

2 1 1 t i S S k k Keterangan : 11

r = Reliabilitas tes

2

i

S = Jumlah varians skor tiap butir soal

2

t

S = Varians dari skor total


(29)

Interpretasi mengenai besarnya korelasi validitas menurut Arikunto (2002: 77) tersaji pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 - 1,000 0,600 – 0,799 0,400 – 0,599 0,200 – 0,399 0,000 – 0,199

sangat tinggi tinggi

cukup tinggi rendah

sangat rendah

d. Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal tes, langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur perolehan skor seluruh siswa dari skor tertinggi sampai skor terendah, langkah kedua mengambil 27% siswa yang skornya tinggi dan 27% siswa yang skor rendah selanjutnya disebut kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk menentukan daya pembeda menggunakan rumus:

��= � −�

Ketarangan:

DP= daya pembeda

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah


(30)

59

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suherman (2003:161) menggunakan kriteria yang tersaji pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal

DP < 0,00 Terlalu rendah

0,00 < DP < 0,20 Rendah

0,20 < DP < 0,40 Cukup/Sedang

0,40 < DP <0,70 Baik

0,70 < DP < 1,00 Sangat baik

e. Untuk menganalisis tingkat kesukaran soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, digunakan rumus sebagai berikut:

IK

T T

I S

Keterangan:

IK = Tingkat kesukaran

ST = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir yang diolah

IT= jumlah skor ideal/maksimum yang diperoleh pada satu soal itu.

Kemudian menurut Suherman (2003: 70) mengklasifikasi indeks kesukaran tersaji pada Tabel 3.6 berikut.


(31)

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

�� = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 <�� 0,30 Soal sukar

0,30 <�� 0,70 Soal sedang 0,70 <��< 1,00 Soal mudah

�� = 1,00 Soal terlalu mudah

f. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Matematika

Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis disajikan secara lengkap dalam Tabel 3.7dan Tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Penalaran Matematis Nomor

Soal

Interpretasi Validitas

Interpretasi Tingkat Kesukaran

InterpretasiDaya Pembeda

Interpretasi Reliabilitas

1 Sedang (cukup) Sedang Sangat baik Sedang

2a Sedang (cukup) Sedang Sangat baik

3a Sedang (cukup) Sedang Sangat baik

5a Sedang (cukup) Sedang Baik


(32)

61

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.8

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Komunikasi Matematis

Nomor Soal

Interpretasi Validitas

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Interpretasi Daya Pembeda

Interpretasi Reliabilitas

2b Sedang (cukup) Sedang Sangat baik

Sedang

3b Tinggi (baik) Mudah Baik

4 Sedang (cukup) Sedang Sangat baik

5b Sedang (cukup) Sedang Baik

6a Sedang (cukup) Sedang Baik

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil ujicoba tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang dilaksanakan di suatu SMP Negeri di Purwakarta pada kelas VIII D, serta dilihat dari hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa SMP kelas VII yang merupakan responden dalam penelitian ini.


(33)

Bahan ajar yang dirancang disesuaikan dengan Kurikulum Matematika yangberlaku saat ini yaitu KTSP pada materi Segitiga. Bahan ajar diberikan kepada kelompok eksperimen yang disajikan dalam bentuk tugas menyelesaikan masalah-masalah kontekstual berupa pemilihan strategi/cara dengan pengajuan pertanyaan. Sebelum digunakan dalam penelitian, bahan ajar akan diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan sekaligus memperoleh gambaran apakah bahan ajar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi masalah dan tujuan penelitian.

b. Penyusunan instrumen dan bahan ajar. c. Melakukan ujicoba instrumen.

d. Menganalisis hasil ujicoba instrumen. e. Melakukan perbaikan instrumen.

g. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. h. Melakukan tes awal pada kedua kelas.

i. Melaksanakan pembelajaran.

j. Melakukan tes akhir pada kedua kelas. k. Menganalisa data dan membuat kesimpulan.


(34)

63

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk memperjelas kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada diagram berikut:

Identifikasi Masalah

Penyusunan Instrumen

Ujicoba Instrumen

Analisis Hasil Ujicoba Instrumen

Perbaikan Instrumen


(35)

Diagram 3.1. Prosedur Penelitian F. Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan tes sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Rincian analisis data melalui instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

F.1. Analisis Data Hasil Tes

Pembelajaran Konvensional (Kelompok Kontrol)

Pembelajaran kontekstual dengan teknik bertanya (Kelompok Eksperimen)

Analisis Data

Hasil Penelitian

Kesimpulan Postes


(36)

65

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa dilakukan secara kuantitatif. Seluruh uji statistik yang dilakukan menggunakan program SPSS 16 dengan rincian sebagai berikut:

a. Menguji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov dengan kriteria jika nilai Sig (p)>� , maka sebaran berdistribusi normal. Kemudian jika data berdistribusi normal maka untuk menguji homegenitas varians menggunakan uji Levene dengan kriteria jika nilai (p)> �, sehingga disimpulkan data berasal dari populasi dengan varians sama.

b. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t.

c. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji statistik non-parametrik seperti uji Mann-Whitney.

Untuk tujuan menguji kebenaran hipotesis penelitian, maka analisis statistik yang digunakan adalah uji t, jika data berdistribusi normal dan homogen. Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji-t’. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji non-parametrik.

F.2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes dan foto. Data yang berkaitan dengan kemampuan penalaran dan komunikasi matemtis siswa dikumpulkan melalui tes (pretest dan postest).


(37)

Data yang akan dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa. Untuk menguji hipotesis akan dilakukan analisis statistik pengujian perbedaan rerata dua sampel.

Data yang diperoleh dari pretes dan postes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut:

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

2. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu: Gain ternormalisasi (g) =

pretes skor ideal skor

pretes skor postes skor

 Meltzer (1999).

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi seperti pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g 0,7 Tinggi

0,3 g < 0,7 Sedang


(38)

67

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS 16.

4. Menguji normalitas data skor tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z.

5. Menguji homogenitas varians tes penalaran matematis dan komunikasi matematis menggunakan uji statistik Levene’s Test.

6. Jika sebaran data normal dan homogen, uji signifikansi dengan statistik uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Sample Test.


(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanpada Bab IV

mengenaiperbedaanpeningkatanhasilbelajarterhadapkemampuanpemahamandanpe

nalaranmatematissiswa, antarasiswa yang

mendapatpembelajaranmatematikadenganpenggunaanteknikbertanyadalampembel

ajarankontekstualdansiswa yang

mendapatkanpembelajaranmatematikadenganpendekatankonvensional, diperolehkesimpulansebagaiberikut:

1. Peningkatankemampuanpenalaranmatematissiswa yang

menggunakanteknikbertanyadalampembelajarankontekstuallebihbaikdaripada siswa yang memperolehpembelajarankonvensional.

2. Peningkatankemampuankomunikasimatematissiswayang

menggunakanteknikbertanyadalam pembelajaran

kontekstuallebihbaikdaripadasiswa yang memperoleh

pembelajarankonvensional.

3. Terdapathubungan yang

positifantarakemampuanpenalarandankomunikasimatematissiswadalamkelasP

Ktb. Dengannilaikorelasi yang cukuptinggi,


(40)

95

Siti Amiroh, 2012

Penggunaan Teknik Bertanya Dalam Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Kualitaspeningkatankemampuanpenalarandankomunikasimatematissiswa

yang menggunakanteknikbertanyalebihbaikdaripadakelas yang

menggunakanpembelajarankonvensionaldanberadapadakategorisedang.

B. Saran

Berdasarkankesimpulan di atas, makapenulismengemukakanbeberapa saran sebagaiberikut:

1. Untukmendapatkanhasil yang

maksimaldalammenerapkanpembelajarandenganpenggunaanteknikbertanyadal

ampembelajarankontekstual, sebaiknya guru

memberikanpertanyaan-pertanyaanyang

terarahpadapemunculankegiatanbernalardanberkomunikasiyang bervariasi,

baik model, bentuk,

maupuntingkatkesukarannya,pemberianpertanyaandipersiapkansecaramatangse rtasesuaidengankeperluansiswa, tidakbersifatspontan, danrespon guru

terhadapjawabansiswaharusbijaksanadanproporsional agar

siswanyamandanmendapatkanmanfaatnya.

2. Guru

hendaknyamembiasakandengansoal-soaluntukmeningkatkanlimakemampuanmatematissiswa,

khususnyasoal-soalpenalarandankomunikasi, agar

siswaterbiasamengerjakansoal-soaltersebutsehinggadapatmeningkatkankemampuanmatematissiswa.

3. Perludilakukanpenelitianlanjutan, tetapipada level

sekolahtinggiataurendahatauterhadapjenjangpendidikan lain


(41)

itikemampuanawalsiswaberdasarkankategorirendah,

sedangmaupuntinggidanjugapadakemampuan yang lain misalnyapemahaman, pemecahanmasalahmaupunkoneksimatematis.


(1)

Hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa dilakukan secara kuantitatif. Seluruh uji statistik yang dilakukan menggunakan program SPSS 16 dengan rincian sebagai berikut:

a. Menguji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov dengan kriteria jika nilai Sig (p)>� , maka sebaran berdistribusi normal. Kemudian jika data berdistribusi normal maka untuk menguji homegenitas varians menggunakan uji Levene dengan kriteria jika nilai (p)> �, sehingga disimpulkan data berasal dari populasi dengan varians sama.

b. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t.

c. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji statistik non-parametrik seperti uji Mann-Whitney.

Untuk tujuan menguji kebenaran hipotesis penelitian, maka analisis statistik yang digunakan adalah uji t, jika data berdistribusi normal dan homogen. Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji-t’. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji non-parametrik.

F.2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes dan foto. Data yang berkaitan dengan kemampuan penalaran dan komunikasi matemtis siswa dikumpulkan melalui tes (pretest dan postest).


(2)

Data yang akan dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa. Untuk menguji hipotesis akan dilakukan analisis statistik pengujian perbedaan rerata dua sampel.

Data yang diperoleh dari pretes dan postes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut:

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

2. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

Gain ternormalisasi (g) =

pretes skor ideal skor pretes skor postes skor

 Meltzer (1999).

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi seperti pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g 0,7 Tinggi

0,3 g < 0,7 Sedang


(3)

Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS 16.

4. Menguji normalitas data skor tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z.

5. Menguji homogenitas varians tes penalaran matematis dan komunikasi matematis menggunakan uji statistik Levene’s Test.

6. Jika sebaran data normal dan homogen, uji signifikansi dengan statistik uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Sample Test.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanpada Bab IV mengenaiperbedaanpeningkatanhasilbelajarterhadapkemampuanpemahamandanpe

nalaranmatematissiswa, antarasiswa yang

mendapatpembelajaranmatematikadenganpenggunaanteknikbertanyadalampembel

ajarankontekstualdansiswa yang

mendapatkanpembelajaranmatematikadenganpendekatankonvensional, diperolehkesimpulansebagaiberikut:

1. Peningkatankemampuanpenalaranmatematissiswa yang

menggunakanteknikbertanyadalampembelajarankontekstuallebihbaikdaripada siswa yang memperolehpembelajarankonvensional.

2. Peningkatankemampuankomunikasimatematissiswayang

menggunakanteknikbertanyadalam pembelajaran

kontekstuallebihbaikdaripadasiswa yang memperoleh pembelajarankonvensional.

3. Terdapathubungan yang

positifantarakemampuanpenalarandankomunikasimatematissiswadalamkelasP

Ktb. Dengannilaikorelasi yang cukuptinggi,


(5)

4. Kualitaspeningkatankemampuanpenalarandankomunikasimatematissiswa yang menggunakanteknikbertanyalebihbaikdaripadakelas yang menggunakanpembelajarankonvensionaldanberadapadakategorisedang.

B. Saran

Berdasarkankesimpulan di atas, makapenulismengemukakanbeberapa saran sebagaiberikut:

1. Untukmendapatkanhasil yang

maksimaldalammenerapkanpembelajarandenganpenggunaanteknikbertanyadal ampembelajarankontekstual, sebaiknya guru memberikanpertanyaan-pertanyaanyang

terarahpadapemunculankegiatanbernalardanberkomunikasiyang bervariasi,

baik model, bentuk,

maupuntingkatkesukarannya,pemberianpertanyaandipersiapkansecaramatangse rtasesuaidengankeperluansiswa, tidakbersifatspontan, danrespon guru terhadapjawabansiswaharusbijaksanadanproporsional agar siswanyamandanmendapatkanmanfaatnya.

2. Guru

hendaknyamembiasakandengansoal-soaluntukmeningkatkanlimakemampuanmatematissiswa, khususnyasoal-soalpenalarandankomunikasi, agar siswaterbiasamengerjakansoal-soaltersebutsehinggadapatmeningkatkankemampuanmatematissiswa.

3. Perludilakukanpenelitianlanjutan, tetapipada level sekolahtinggiataurendahatauterhadapjenjangpendidikan lain


(6)

itikemampuanawalsiswaberdasarkankategorirendah,

sedangmaupuntinggidanjugapadakemampuan yang lain misalnyapemahaman, pemecahanmasalahmaupunkoneksimatematis.