PENGARUH STANDAR SARANA PRASARANA DAN PROSES TERHADAP MUTU HASIL BELAJAR DI SD KOTA BENGKULU.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRACT……… i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR... viii LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ….……….

B.Identifikasi Masalah ………

C.Batasan Masalah ………..

D.Perumusan Masalah……….………...

E. Tujuan Penelitian………..

F. Kegunaan Penelitian ………

G.Paradigma Penelitian………..

1 10 11 12 13 13 14 BAB II KAJIAN TEORI

A.Konsep Mutu ………..

1. Mutu ………..

2. Mutu Pendidikan………..

3. Mutu Hasil Belajar………..

4. Penjaminan Mutu Pendidikan ………. B.Standar Nasional Pendidikan ……….

1. Standar Proses ……….

1.1Pembelajaran ……….

1.2Sumber Belajar ……….

1.3Evaluasi Pembelajaran ………. 2. Sarana Prasarana ……….

2.1Standar Sekolah Dasar ………..

C.Kerangka Pemikiran ………

D.Hipotesa ………

E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu………...

16 16 18 20 25 27 30 30 51 60 68 71 79 82 83


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian ….………..

B.Desain Penelitian………..

C.operasional Variabel.………..………

D.Populasi dan Sampel ……….

1. Populasi ……….

2. Sampel ………

E. Teknik Pengumpulan Data ………..……… F. Teknik Pengolahan Data ………...

85 86 86 89 89 90 91 95 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Karakteristik Responden ………..

B.Deskripsi Variabel……….

C.Pengujian Hipotesis………..

D.Regresi Ganda …..………

E. Pembahasan ……….

102 105 113 128 135 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ……….

B.Saran ………...

143 144

DAFTAR PUSTAKA……….. 146

LAMPIRAN

1.Uji Reliabilitas dan Validitas 2.Kuisioner


(3)

Daftar Tabel No

Tabel

Judul Tabel Hal

2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6

Rasio Minimum Luas Lahan Luas Minimum Lahan Rasio Luas Bangunan

Luas Minimum Lantai Bangunan Operasional Variabel

Sampel Penelitian Koefisien Korelasi Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Linieritas Jenis Kelamin Kualifikasi Pendidikan Status Sekolah Penafsiran Data Kriteria Penilaian Rata-rata UASBN 72 72 74 75 87 91 97 99 100 102 103 104 106 110 111


(4)

DAFTAR GRAFIK

4.1. Jenis Kelamin Responden……….……….. 103

4.2. Kualifikasi Pendidikan Responden……….. 104 4.3.

4.4 4.5 4.6

Status Sekolah………... Rata-rata Standar Sarana Prasarana ………. Rata-rata Standar Proses …….………. Rata-rata UASBN ………

105 106 108 111


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Paradigma…....………. 15

2.1. Peran Guru dalam PBM……..……….. 35

2.2 2.3.

Piramida Pembelajaran ………. Kegiatan Evaluasi …..…..……..………...

49 63 2.4.

3.1

Kerangka Pemikiran………. Desain penelitian ……….

82 86


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar kita mengatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan dasar yang bebas merupakan perwujudan dari deklarasi hak asasi manusia PBB tahun 1948. Hak asasi manusia ini kemudian diperkuat oleh Keputusan Konferensi UNESCO di Thailand pada tahun 1990 dan Konferensi Dakkar. Selanjutnya didalam perumusan PBB mengenai tujuan pembangunan milenium (MDGs) dirumuskan delapan tujuan pembangunan milenium yaitu : 1) memberantas kemiskinan dan kelaparan, 2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) mengurangi penyebaran HIV/Aids, malaria dan penyakit menular lainnya, 7) melestarikan lingkungan hidup, 8) membangun kemitraan global dan pembangunan (Tilaar 2009).

Kewajiban negara untuk melaksanakan wajib belajar diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1) tersedianya sarana seperti gedung dan tempat pelaksanaan wajib belajar lainnya,2) keterjangkauan (acceptability) yaitu diterima-tidaknya bentuk kelembagaan oleh masyarakat, 3) kesesuaian (adaptability) yaitu kesesuaian lembaga pendidikan dengan lingkungannya.


(7)

Pemerintah berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Banyak kegiatan reformasi yang telah dilaksanakan seperti program inovatif dalam reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pembelajaran.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 mengatakan pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut dalam pasal 3 diamanatkan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Reformasi pendidikan bukan hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam


(8)

maupun di luar kelas. Indikator pembaruan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan, penentuan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan.

Ahmad Juntika (2005) mengatakan bahwa pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu. Pendidikan bermutu tidak hanya melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalismesasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-cita. Faktor SDM memberikan sumbangan yang besar dalam pembangunan. SDM suatu negara mencerminkan keadaaan suatu negara tersebut, apakah termasuk negara maju, berkembang, atau negara terbelakang.

Pendidikan harus mampu menghasilkan SDM dengan tiga kemampuan sekaligus. Pertama, kemampuan melahirkan manusia yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan nasional. Kedua, kemampuan untuk menghasilkan manusia yang dapat mengapresiasi, menikmati, dan memelihara hasil pembangunan itu. Ketiga kemampuan melahirkan proses pemanusiaan dan kemanusiaan secara terus menerus menuju bangsa yang bijak dan adil, dalam makna pertumbuhan dan perkembangan,pembangunan mensyaratkan kemampuan SDM untuk membangun, memelihara, dan menyikapi secara positif hasil-hasil


(9)

pembangunan. Termasuk didalamnya adalah rasa memiliki intervensi publik dan privat serta dalam sumber-sumber lingkungan hidup, lingkungan fisik dan non fisik (Sudarwan Danim, 2003 : 78)

Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat menggakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah.

Deborah Court (dalam Sudarwan Danim, 2003 : 147) mengatakan bahwa dimasa depan anak didik dan generasi muda kontemporer, mereka akan marasakan seperti halnya orang dewasa, akan menghadapi presi atau tekanan, dimana ia menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan. Menurut Deborah, hal ini menuntut kemampuan pendidik untuk membantu siswa mengembangkan visi dan kapasitas dalam memecahkan masalah dan menghadapi masalah tersebut. Dimana para pendidik perlu keberanian dan memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran agar tercipta wacana belajar siswa yang kreatif, efektif, misalnya, kemampuan mengajukan pertanyaan, menganalisis, membangun solusi kreatif, dan bekerja secara kooperatif.


(10)

Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjamin kualitas pendidikan serta peran serta masyarakat dalam sistem pendidikan nasional.

Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan Pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor jenjang pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan, maka untuk itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 (delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggraaan pendidikan.

Adapun standar-standar yang menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tersebut yaitu: 1) Standar Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan dan, 8) Standar Penilaian Pendidikan. Namun dalam penelitian ini yang menjadi bahasan penulis hanya standar proses (PBM), sarana dan prasarana pada Sekolah Dasar di Bengkulu.


(11)

Salah satu indikator hasil pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya, terlihat pada perubahan perilaku peserta didik dibandingkan antara sebelum dan sesudah proses pendidikan atau proses pembelajaran terjadi. Perilaku yang dimaksud adalah dapat berkaitan dengan ranah pengetahuan/kognitif, ketrampilan/psikomotorik dan sikap/afektif. Keberhasilan mengubah perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik peserta didik, sarana dan prasarana pendidikan, pendidik, kurikulum, lingkungan serta proses pembelajaran.

Faktor yang juga menentukan kualitas hasil belajar adalah sarana dan prasarana. Sarana pendidikan adalah peralatan yang secara langsung menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar seperti gedung dan fasilitas lainnya. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidkan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar komponen tersebut merupakan sarana ( E. Mulyasa, 2002 : 49)

Sarana prasarana menyangkut ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar siswa agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Fasilitas seperti laboratorium, perpustakaan dan fasilitas fisik lainnya secara langsung dapat mempengaruhi kenyamanan dalam belajar. Jika hal tersebut dapat


(12)

dipenuhi, siswa dapat mengimplementasikan teori yang telah didapatnya kedalam praktek langsung dan siswa diharapkan dapat segera menguasai ketrampilan yang rumit yang tidak dapat dijelaskan hanya melaui verbalisme.

Proses pembelajaran adalah merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran yaitu guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa. Interaksi ketiganya melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode pembelajaran, media dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Proses pembelajaran (classroom Teaching) berada pada empat variable interaksi yaitu (1) variable pertanda berupa ppeserta didik, (2) variable konteks berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat, (3) variable proses berupa interaksi pendidik dengan peserta didik, dan terakhir (4) variable produk berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek dan jangka penjang (Syaiful Sagala, 63).

Aktivitas dalam proses pembelajaran dalam bentuk interaksi belajar mengajar yang penuh dengan sifat edukatif, yaitu intekasi yang sadar antara pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan oleh guru merupakan kegiatan yang menyeluruh antara siswa dengan pendidik.


(13)

Knirk dan Gustafon menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran selalu melibatkan tiga komponen utama yang saling berkaitan yaitu pendidik, siswa dan kurikulum. Kesemuanya itu melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini dapat menjelaskan bahwa inti dari proses belajar mengajar adalah interaksi peserta didik dengan guru (Syaiful Sagala, 2010 : 64)

Mutu belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Mutu belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, mutu belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti manajemen, kurikulum, pendidik, sarana prasarana, media, lingkungan. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah proses belajar mengajar.

Hasil belajar sekolah dasar di Kota Bengkulu (UASBN) tahun 2011 berada pada kategori baik. Ini bisa dilihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh peserta didik yaitu untuk pelajaran Bahasa Indonesia dengan rata-rata 7,86, pelajaran Matematika dengan rata 7,08 dan untuk pelajaran IPA dengan rata-rata 8,06 (sumber diknas kota Bengkulu). Lebih jelas dapat dilihat pada lampiran. Hasil belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku yang dicapai siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.


(14)

Pembelajaran yang dilakukan menunjuk pada prestasi belajar atau mutu belajar yang merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku pada diri siswa. Gagne dalam Sudjana (2009:45) mengklasifikasi hasil belajar menjadi lima tipe yaitu : (1) verbal information, (2) intelektual skill, (3) cognitive strategy, (4) attitude dan (5) motor skill.

Sementara itu menurut Bloom 1976 ( dalam Harun Rasyid dan Mansur, 13) hasil belajar mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, berbuat berkaitan dengan ranah prikomotorik, dan perasan berkaitan dengan afektif. Ketiganya merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. Mutu pendidikan, mutu sekolah sering tertuju kepada mutu lulusan atau mutu hasil belajar, hal tersebut harus pula mengikuti proses yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan standar pendidikan yang sesuai dengan ketentuan pemerintah diharapkan akan menghasilkan Sumber Daya Manusia Indonesia berkualitas yang dapat bersaing dan dapat memajukan pendidikan khususnya pada pendidikan dasar, untuk itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Implementasi Standar Sarana Prasarana dan Standar Proses terhadap Mutu Hasil Belajar Sekolah Dasar di Bengkulu”.


(15)

B. Identifikasi Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pendidikan, dari mulai penerapan kurikulum, proses pembelajaran, lulusan, pendidik dan tenaga pendidik,sarana-prasarana, pengelola pendidikan, pembiayaan, sampai penilaian. Mulyasa (2008: 3) menyatakan paling

tidak ada tiga syarat utama yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM, yaitu: (1) sarana prasarana ; (2) buku yang berkualitas; dan (3) tenaga kependidikan/ guru yang profesional.

Sarana dan prasarana pendidikan dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Disamping itu juga diharapkan tersedianya fasilitas atau alat yang memadai untuk mendukung PBM secara kuantitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal. Inti dari pembelajaran adalah proses belajar mengajar, dengan didukung dengan sarana prasarana yang memadai diharapkan akan menghasilkan output yang sesuai dengan yang diharapkan.

Sehubungan dengan hal itu, maka permasalahan yang muncul adalah seberapa besar atau sejauhmana implementasi standar sarana prasarana dan standar proses pembelajaran berpengaruh terhadap mutu hasil belajar siswa sekolah dasar di Bengkulu.


(16)

C. Batasan Masalah

Pemerintah berusaha untuk menghasilkan Pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 (delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggraaan pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu: 1) Standar Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan dan, 8) Standar Penilaian Pendidikan. Namun dalam penelitian ini yang menjadi bahasan penulis hanya standar proses (PBM), sarana dan prasarana pada Sekolah Dasar di Bengkulu.

Ketersediaan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar sangat penting karena hal tersebut dapat mempengaruhi dan meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling penting dalam proses pendidikan, hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik. Proses pembelajaran adalah merupakan inti dari


(17)

proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran yaitu guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa.

Penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu “implementasi standar sarana prasarana dan standar proses berpengaruh terhadap mutu hasil belajar siswa Sekolah Dasar di Bengkulu”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan permasalahan diatas, dapat diajukan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran implementasi standar sarana dan prasarana pada SD di Kota Bengkulu ?

2. Bagaimanakah gambaran standar proses pada SD di Kota Bengkulu ? 3. Bagaimanakah mutu hasil belajar SD di kota Bengkulu ?

4. Bagaimanakah pengaruh implementasi standar sarana prasarana terhadap mutu hasil belajar pada SD di Kota Bengkulu ?

5. Bagaimanakah pengaruh standar proses terhadap mutu hasil belajar pada SD di Kota Bengkulu ?

6. Bagaimanakah pengaruh implementasi sarana prasarana dan standar proses terhadap mutu hasil belajar pada SD di Kota Bengkulu ?


(18)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana gambaran implementasi standar sarana dan prasarana pada SD di kota Bengkulu.

2. Mengetahui bagaimana gambaran standar proses pada SD di kota Bengkulu.

3. Mengetahui bagaimana gambaran mutu hasil belajar pada SD di kota Bengkulu.

4. Mengetahui pengaruh implementasi standar sarana prasarana terhadap mutu belajar.

5. Mengetahui pengaruh standar proses terhadap mutu belajar

6. Mengetahui bagaimana gambaran pengaruh implementasi standar sarana prasarana dan standar proses terhadap mutu hasil belajar.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Kegunaan teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk studi lanjutan yang relevan tentang upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya yang menyangkut hasil belajar, sarana dan prasarana dan pengelolaan pembelajaran, serta keterkaitan variabel-variabel tersebut dalam kerangka mutu hasil belajar.


(19)

b. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya yang mengkaji permasalahan-permasalahan berkaitan dengan hasil belajar.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi sekolah.

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sebagai refleksi gambaran kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dalam sekolah serta pengelolaan pembelajaran sehingga mutu hasil belajar pada sekolah dasar akan semakin baik. b. LPMP

Temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam merancang program-program peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada sehingga akan berpengaruh kepada peningkatan mutu hasil belajar.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang diambil dalam melihat objek yang akan diteliti. Variable-variable yang diteliti dapat digambarkan pola hubungan yaitu sarana prasarana dengan standar proses dapat berkontribusi


(20)

terhadap mutu hasil belajar siswa. Selanjutnya korelasi ketiga variable tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Implementasi Standar Sarpras

Mutu Hasil Belajar

Standar Proses


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh standar Sarana Prasarana dan Implementasi Proses terhadap Mutu hasil belajar merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Zechmester (2000) penelitian kuantitatif menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul secara alami. (dalam Emzir, 2009 : 37).

Penelitian kuantitatif juga kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, karena mendeskripsikan kondisi yang telah ada. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono , 2008 : 206).


(22)

(23)

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini variabel sarana prasarana (X1) dan implementasi standar proses (X2) sebagai variabel bebas yang akan dikaji hubungannya dengan mutu hasil belajar (variabel terikat/Y). Hubungan tersebut secara lebih jelas adalah hubungan implementasi standar proses dengan mutu hasil belajar, dan hubungan secara bersama-sama sarana prasarana dan implementasi standar proses dengan mutu hasil belajar.

Adapun desain penelitiannya adalah : X1 rx1y

R x1 x2 y

Y

X 2 r x2y

X1 : Variabel Implementasi Standar Sarana Prasarana X2 : Variabel Implementasi Standar Proses

Y : Variabel Mutu Hasil Belajar

Gambar 3.1. Desain Penelitian

C. Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat dengan penetapan sebagai berikut :


(24)

1.1 Implementasi standar Sarana Prasarana (X1) 1.2 Implemetasi Standar Proses (X2)

1.3 Mutu Hasil Belajar (Y)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Empiris Aspek Indikator Item

Sarana Prasarana

sarana pendidikan adalah

peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat dan media pengajaran. prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar (E. Mulyasa 2009 : 49)

1. Gedung

2. Ruang Kelas

3.Media Pembelajaran

1.1 memiliki minimum 6 rombel dan maksimal 24 rombel

1.2 bangunan kokoh dan stabil 1.3 dilengkapi dengan sarana untuk mencegah bahaya 1.4 memiliki sanitasi yang baik 1.5 bahan bangunan aman bagi

lingkungan

1.6 adanya system keamanan dan jalan untuk keselamatan 2.1 ventilasi dan cahaya yang

mencukupi

2.2 ruangan mampu meredam kebisingan

2.3 ruangan memiliki

kelembaban tidak melebihi kondisi lular ruangan

2.4 adanya lampu penerangan 2.5 rasio luas 2 m 2 per peserta didik

3.1 ada media untuk pembelajaran 3.2 ada laboratorium 3.3. ada perpustakaan

3.4ada fasilitas untuk olahraga 4 1 5 7 9 5,6,11 2,14 15 17 13 17 23-26 18-19 20-23 28-29


(25)

Standar Proses

Standar proses adalah

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Permen No 41 Tahun 2007)

1. Penyusunan rencana Pembelajaran 2. Pelaksanaan pembelajaran 3.Melaksanakan Evaluasi

1.1 mampu mendeskripsikan tujuan pembelajaran 1.2 mampu menentukan materi 1.3 mampu menggorganisir

materi

1.4 mampu menetukan metode/strategi

1.5 mampu menentukan sumber/media belajar 1.6 mampu menyusun perangkat

penilaian

1.7 mampu menentukan teknik penilaian

1.8 mampu mengalokasikan waku

2.1 mampu membuka pelajaran 2.2 mampu menyajikan materi 2.3 mampu menggunakan media 2.4 mampu menggunakan alat

peraga

2.5 mampu menggunakan bahasa komunikatif

2.6 mampu memotivasi siswa 2.7 mampu menggorganisir

kegiatan

2.8 mampu berinteraksi dengan siswa

2.9 mampu menyimpulkan pembelajaran

2.10 mampu memberikan umpan balik

2.11mampu melaksanakan penilaian

2.12mampu menggunakan waktu

3.1 mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran

3.2mampu memilih soal berdasarkan tingkat 1-3 4 5,9 6,8 7 10,11 12,13 14 15,16 17-20 21 22,23,24 25,26 27,29,33, 28 30,31 37 38 39 43 44 45


(26)

Pembeda

3.3 mampu memperbaiki soal yang tidak valid

3.4 Mampu memeriksa jawaban 3.5 mampu mengolah dan mengklasifikasi hasil penilaian

46

42,48

Mutu Hasil Belajar

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan non akademik para peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang atau program pembelajaran

tertentu (Sudarwan Danim , 2007 : 53).

Hasil UASBN Tahun 2011

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sugiono (2011: 61) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Suharsimi (2006 : 130) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Atas dasar kedua pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek/ subyek dengan


(27)

hasil penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Sekolah Dasar yang berada di Kota Bengkulu berjumlah 95 sekolah. 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak sanggup untuk mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili (Sugiono,

62). Dalam menentukan sampel yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Taro Yamare atau Slovin (Riduwan, 2007 : 254), yaitu :

n =

1 ) (d2 + N

N

Keterangan :

n : Ukuran sampel minimal

N : Ukuran populasi (dalam hal ini N = 100)

d2 : Presisi (ditetapkan 1 % dengan tingkat kepercayaan 90 %)

n =

1 ) 01 , 0 ( 100

100


(28)

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Nama Sekolah No Nama Sekolah

1 SDN 02 26 SDN 32

2 SDN 03 27 SDN 35

3 SDN 05 28 SDN 37

4 SDN 08 29 SDN 40

5 SDN 11 30 SDN 42

6 SDN 52 31 SDN 44

7 SDN 20 32 SDN 45

8 SDN 69 33 SDN 51

9 SDN 79 34 SDN 53

10 SDN 99 35 SDN 55

11 SDN 07 36 SDN 56

12 SDN 09 37 SDN 59

13 SDN 68 38 SDN 60

14 SDN 82 39 SDN 61

15 Min 2 40 SDN 62

16 SDN 04 41 SDN 65

17 SDN 13 42 SDN 73

18 SDN 15 43 MI Nurul Huda

19 SDN 16 44 MIN 1

20 SDN 18 45 MI Darussalam

21 SDN 19 46 SDN 17

22 SDN 24 47 SD Al Manar

23 SDN 25 48 MI Al Muhajirin

24 SDN 27 49 SDIT Iqro'

25 SD 85 50 SDIT Al Hasanah


(29)

1. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari obyek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian melalui kuisioner/angket yang diberikan kepada responden/guru dan kepala sekolah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan telah tersedia pada saat penelitian dilakukan.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Studi pustaka, dimaksudkan untuk mendapatkan kajian dasar teoritik yang relevan dengan masalah yang diteliti.

b.Angket, pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap beberapa variabel yang dipertimbangkan dalam penelitian.

c. Wawancara, pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara

d.langsung dengan nara sumber agar mendapatkan informasi yang tidak terakomodasi dari kuisioner.

e.Teknik dokumentasi dari dokumen yang ada, berkaitan dan diperlukan dalam penelitian ini.


(30)

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas berkaitan dengan dengan permasalahan apakah instrument yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut (Burhan Nurgiantoro, 2004: 338). Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan persamaan korelasi r product moment (Burhan Nurgiantoro, 2004 : 133). Adapun rumusnya yaitu:

rxy =

( )( )

(

) ( )

{

. ² ²

}(

{

. ²

) ( )

²

}

. Y Y N X X N Y X XY N Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ Keterangan :

rxy : korelasi antara setiap nomor item dengan jumlah skor total. X : jumlah skor tiap item

Y : jumlah skor total

X2 : jumlah kuadrat skor tiap item Y2 : jumlah kuadrat skor total n : jumlah sampel

Nilai rxy akan dibandingkan dengan tabel r product moment. Berdasarkan hasil analisis, kemungkinan yang terjadi yaitu :

• Jika rxy > r tabel, maka soal tersebut dikatakan valid. • Jika rxy < r tabel, maka butir tersebut dikatakan tidak valid.


(31)

Setelah validitas diketahui, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument. Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu.

Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua dan dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Butir instrument dibelah menjadi dua, yaitu kelompok skor ganjil dan genap. Kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Setelah dihitung, diperoleh koefisien korelasi. Koefisien korelasi kemudian dimasukkan dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :

=

.

Keterangan :

ri : Reliabilitas insttrumen seluruh instrument

rb : Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Disamping menggunakan rumus korelasi product moment uji validitas dan reliabilitas instrumen untuk variabel X1, X2 dilakukan juga dengan menggunakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 19.0, menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation. Adapun kaidah keputusannya untuk uji validitas adalah jika nilai Corrected Item-Total Correlation (r) > r tabel berarti dinyatakan valid dan sebaliknya.


(32)

a. Variabel Standar Sarana prasarana (X1) terdiri 29 butir soal.

Dari 29 butir soal semuanya dinyatakan valid. Keputusan validitas

instrumen ini didasarkan dari hasil analisis data diperoleh pada nilai

Corrected Item-Total Correlation (r), hitungt > t tabel. Apabila (r),

hitungt > t tabel (2,017) maka item dinyatakan valid.

Sementara itu berdasarkan perhitungan korelasi product moment antara

skor ganjil dan genap untuk Variabel Standar Sarana prasarana (X1)

adalah sebesar 0,903 berarti kuisioner yang diuji terbukti reliabel. Hasil

Uji Validitas dan reliabilitas dapat dilihat dalam Lampiran 1.

b. Variabel Standar proses (X2) terdiri 52 butir soal. Dari 52 butir

soal 48 soal dinyatakan valid sedangkan 4 soal dinyatakan tidak valid.

Keputusan validitas instrumen ini didasarkan dari hasil analisis data

diperoleh pada nilai Corrected Item-Total Correlation (r), hitungt > t

tabel. Apabila (r), hitungt > t tabel (2,017) maka item dinyatakan valid.

Sementara itu berdasarkan perhitungan korelasi product moment antara

skor ganjil dan genap untuk Variabel Standar Proses (X2) adalah

sebesar 0,969 berarti kuisioner yang diuji terbukti reliabel. Hasil Uji

Validitas dan reliabilitas dapat dilihat dalam Lampiran 2.


(33)

Suatu data yang disajikan dalam bentuk data mentah dalam suatu penelitian tidak akan memberikan banyak arti. Oleh karena itu data yang terkumpul harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu agar menghasilkan kesimpulan dari penelitian tersebut.

Langkah-langkah dalam mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyeleksi data, yaitu dengan memeriksa jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Memberi bobot nilai untuk setiap alternaatif jawaban yang dipilih dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan dan menghitung jumlah skor. Instrumen penelitian ini dibuat berskala interval. Untuk skor sangat tinggi diberi skor 5, tinggi diberi skor 4, cukup tinggi diberi skor 3, rendah diberi skor 2, dan sangat rendah diberi skor 1.

3. Menghitung total skor dari alternative jawaban responden untuk setiap variabel dan sub variabel.

4. Menghitung nilai rata-rata umum skor responden dari masing-masing variabel dengan rumus Weighted Means Scored (WMS).

X = rata-rata nilai tanggapan responden xi =score tanggapan responden


(34)

fi = jumlah responden untuk setiap score ∑ fi= jumlah keseluruh responden

5. Mencocokkan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria masing-masing variabel yang telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan rentang skala sikap dalam alat ukur. kriteria variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(35)

Tabel 3.3

Makna koefisien korelasi

Angka Korelasi Makna

0.800 – 1.000 Sangat tinggi

0.600 – 0.800 Tinggi

0.400 – 0.600 Cukup

0.200 – 0.400 Rendah

0.000 – 0.200 Sangat Rendah

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya dengan mengunakan regresi linear ganda (multiple regression), adapun persamaan regresi ganda dengan dua variabel bebas adalah:

Ŷ = a0 + b1X1 + b2 X2

Keterangan:

Ŷ = Mutu Hasil Belajar a0 = Konstanta

b1 b2 = Koefisien regresi

X1 = Standar Sarana Prasarana


(36)

6. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan teknik analisa yang akan

digunakan selanjutnya.teknik statisik paramterik memungkinkan digunakan

dalam penelitian jika penyebaran datanya normal, sedangkan teknik

nonparametric memungkinkan digunakan dalam penelitian bila penyebaran

datanya tidak normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas data dilakukan menggunakan uji kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan komputer program SPSS 19.0. Untuk mengetahui asumsi kenormalan tercapai atau tidak, dapat dilihat dari besarnya nilai p hitung (2 tailed) ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai p hitung (2 tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Dengan melihat angka probabilitas , dengan aturan :

• Probabilitas Sig. > 0,05 , maka Ho diterima.

Berarti tidak terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal.

• Probabilitas Sig. < 0,05 , maka Ho ditolak.

Berarti terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal.


(37)

Tabel 3.4

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SARANA PRASARAN

A

PROSES

N 50 50

Normal Parametersa,b Mean 128.0196 233.3922

Std. Deviation 10.90044 19.45875 Most Extreme Differences

Absolute .101 .123

Positive .060 .103

Negative -.101 -.123

Kolmogorov-Smirnov Z .723 .880

Asymp. Sig. (2-tailed) .672 .421

Penjelasan Uji Normalitas dengan 1-Samples Kolmogorov Smirnov:

• Nilai Signifikansi dari Sarana prasarana diperoleh nilai .Sig = 0,672> 0,05, maka Ho diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan antara distribusi data sarana prasarana dengan distribusi normal. Dengan kata lain distribusi data Sarana prasarana berdistribusi normal.

• Nilai Signifikansi dari Proses diperoleh nilai .Sig = 0,421> 0,05, maka Ho diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan antara distribusi data proses dengan distribusi normal. Dengan kata lain distribusi data proses berdistribusi normal.


(38)

7. Uji Linieritas

Uji Linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan variabel bebas (X) untuk memprediksi variabel terikat (Y). Data variabel akan linier jika memiliki nilai probabilitas p>0,05 pada Deviation From Linearity.

H0: Model regresi linier H1: Model regresi tidak linier

- menetapkan taraf signifikansi (misalnya a=,05)

- membandingkan signifikansi yang ditetapkan dengan signifikansi yang diperoleh dari analisis (Sig.)

Tabel 3.5

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

SARANA PRASARANA

* PROSES 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

ANOVA Tabel

Sum of Squares df

SARANA PRASARANA * PROSES

Between Groups

(Combined) 4142.314 33

Linearity 105.401 1

Deviation from Linearity 4036.913 32

Within Groups 1798.667 17


(39)

ANOVA Tabel

Mean Square F Sig.

SARANA PRASARANA * PROSES

Between Groups

(Combined) 125.525 1.186 .363

Linearity 105.401 .996 .332

Deviation from Linearity 126.154 1.192 .358

Within Groups 105.804

Total

Hasil perhitungan di atas diperoleh nilai linierity ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa sig.(0,358) > (0,05), berarti model regresi linier. Sementara Variabel Mutu Hasil Belajar (Y), yang merupakan hasil UASBN siswa nilai rata – ratanya adalah 7,29 dengan kategori baik.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penelitian ini memandang secara umum standar yang ada di sekolah dasar di Bengkulu dalam kategori baik. Hal ini berarti sekolah dasar di kota Bengkulu sudah mengacu pada standar yang telah ditetapkan seperti gedung yang memadai, ruang kelas nyaman untuk belajar, adanya sarana keselamatan, sanitasi, ruang kelas mempunyai ventilasi, cahaya matahari dapat masuk kelas, ada jaringan listrik, ada perpustakaan, ada media untuk informasi berkategori baik. Sementara itu untuk sarana pendidikan juga dalam kategori baik, seperti pembelajaran menggunakan media, alat peraga hal ini baik dari segi jumlah maupun ketersediannya. Namun pada beberapa sekolah ketersediaan sarana pendidikan masih kurang dari segi jumlahnya.

2. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dimulai dengan sebuah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berlangsung dalam suasana yang edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum proses pembelajaran pada sekolah dasar di Bengkulu pada kategori baik


(41)

3. Mutu hasil belajar

Rata-rata nilai UASBN untuk pelajaran Matematika dengan kategori cukup, sementara untuk pelajaran Bahasa Indonesia dengan kategori baik dan pelajaran IPA dengan kategori baik.

4. Terdapat pengaruh implementasi standar sarana prasarana terhadap mutu hasil belajar dan mempunyai korelasi yang positif .

5. Terdapat pengaruh implementasi proses terhadap mutu hasil belajar dan mempunyai korelasi yang positif.

6. Terdapat pengaruh implementasi standar sarana prasarana dan implementasi proses terhadap mutu hasil belajar dan mempunyai korelasi yang positif .

B. Saran

1. Proses belajar mengajar hendaknya selalu melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan siswa seperti kemampuan mengamati, menginterpretasi, meramalkan, aplikasi konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil penemuannya. 2. Perlunya program pengayaan seperti melibatkan sumber belajar lain seperti

surat kabar, majalah, artikel dll. Sebagian responden menjawab guru tidak melibatkan siswa untuk belajar dari aneka sumber.


(42)

3. Perlunya evaluasi secara kontinu agar guru dapat menerima umpan balik dengan cepat sehingga dapat menemukan sebarapa jauh materi yang telah disampaikan dapat diterima oleh siswa (pre tes dan post tes) dalam setiap pertemuan.

4. Alokasi waktu perlu diperhatikan karena dari jawaban responden tidak semua guru dapat memanfaatkan waktu yang tersedia (untuk SD 1 jam = 30 menit).

5. Ketersediaan alat pengajaran yang memberi fasilitas individualized instuction untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan anak seperti perpustakaan yang memadai, laboratorium. Jawaban responden sebagian besar menjawab tidak ada laboratorium dan perpustakaan yang memadai. 6.Penggunaan alat peraga sangat membantu dalam menciptakan

pembelajaran yang efektif, sebaiknya guru dapat memberdayakan alat peraga dan media pembelajaran untuk menunjang PBM.

7. Guru harus dibiasakan untuk membuat media atau alat peraga sendiri, hal menghindari keterbatasan media dan untuk menciptakan kreativitas dan kemampuan guru dalam membuat media sendiri.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, PT Rosda Karya 2008 Brantas, Dasar-Dasar Manajemen, Alfabeta Bandung, 2009

Bejo sujanto, Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum, Sagung Seto, 2007 Burhan Bungin, Metodologi penelitian kualitatif, Rajawali Press, 2010

Burhan Nurgiantoro dkk, Statistik Terapan, Gadjah Mada University Press, 2004

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, rineka Cipta, 2009 Manajemen pendidikan Di Sekolah, Rineka Cipta, 2006 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara

2009

Danim Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar 2003

Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, 2007

, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara,2007 Dimyati dan Mudjiono, belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta 2009 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosda Karya 2009

, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, Rosda Karya 2008

, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, 2009 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rajawali Press, 2009

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, Andi Yogyakarta, 2001

HAR Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasiobal, Rineka Cipta 2006


(44)

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasi , Bumi Aksara, 2008

Jurnal pendidikan, vol I/No I/April 2010, LPMP DIY

Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, Volume 1 Nomor 2 Agustus 2008, LPMP DKI Jakarta

Jerome S Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, 2005 Kunandar, Guru Profesional, PT Rajawali Press, 2007

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, CV Wacana Cipta 2007 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profeional, PT Rosda Karya 2010

Ngalim purwanto, prinsip dan teknik Evaluasi pengajaran, PT Remaja Rosda Karya, 2006

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, 2009 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Bumi Aksara, 2003

Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu pendidikan, Rosda Karya, 2012 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media pembelajaran, CV Wacana Prima,

2007

Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, 2009

Rita Mariyana dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Kencana Prenada Media Group, 2010

Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, 2004

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar, PT Rajawali Press 2007

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima, 2007

Suryadi Ace dan Budimansyah Dasim, Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional, Widya Aksara Press, 2009

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran, Alfabeta 2005 S Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, 2003

Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, Bumi Aksara, 2008

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta 2009 , Prosedur Penelitian, Rineka Cipta 2010


(45)

Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, 2011

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes, Rosda Karya, 2005

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108568-pengertian-mutu-pendidikan/#ixzz1kwbBjFwD

http://www.hipnoteria.com/2012/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/faktor-eksternal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penelitian ini memandang secara umum standar yang ada di sekolah dasar

di Bengkulu dalam kategori baik. Hal ini berarti sekolah dasar di kota

Bengkulu sudah mengacu pada standar yang telah ditetapkan seperti gedung yang memadai, ruang kelas nyaman untuk belajar, adanya sarana keselamatan, sanitasi, ruang kelas mempunyai ventilasi, cahaya matahari dapat masuk kelas, ada jaringan listrik, ada perpustakaan, ada media untuk informasi berkategori baik. Sementara itu untuk sarana pendidikan juga dalam kategori baik, seperti pembelajaran menggunakan media, alat peraga hal ini baik dari segi jumlah maupun ketersediannya. Namun pada beberapa sekolah ketersediaan sarana pendidikan masih kurang dari segi jumlahnya.

2. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dimulai dengan sebuah

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berlangsung dalam suasana yang edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum proses pembelajaran pada sekolah dasar di Bengkulu pada kategori baik


(2)

3. Mutu hasil belajar

Rata-rata nilai UASBN untuk pelajaran Matematika dengan kategori cukup, sementara untuk pelajaran Bahasa Indonesia dengan kategori baik dan pelajaran IPA dengan kategori baik.

4. Terdapat pengaruh implementasi standar sarana prasarana terhadap mutu

hasil belajar dan mempunyai korelasi yang positif .

5. Terdapat pengaruh implementasi proses terhadap mutu hasil belajar dan

mempunyai korelasi yang positif.

6. Terdapat pengaruh implementasi standar sarana prasarana dan

implementasi proses terhadap mutu hasil belajar dan mempunyai korelasi yang positif .

B.Saran

1. Proses belajar mengajar hendaknya selalu melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan siswa seperti kemampuan mengamati, menginterpretasi, meramalkan, aplikasi konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil penemuannya. 2. Perlunya program pengayaan seperti melibatkan sumber belajar lain seperti

surat kabar, majalah, artikel dll. Sebagian responden menjawab guru tidak melibatkan siswa untuk belajar dari aneka sumber.


(3)

3. Perlunya evaluasi secara kontinu agar guru dapat menerima umpan balik dengan cepat sehingga dapat menemukan sebarapa jauh materi yang telah disampaikan dapat diterima oleh siswa (pre tes dan post tes) dalam setiap pertemuan.

4. Alokasi waktu perlu diperhatikan karena dari jawaban responden tidak semua guru dapat memanfaatkan waktu yang tersedia (untuk SD 1 jam = 30 menit).

5. Ketersediaan alat pengajaran yang memberi fasilitas individualized

instuction untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan anak seperti perpustakaan yang memadai, laboratorium. Jawaban responden sebagian besar menjawab tidak ada laboratorium dan perpustakaan yang memadai.

6.Penggunaan alat peraga sangat membantu dalam menciptakan

pembelajaran yang efektif, sebaiknya guru dapat memberdayakan alat peraga dan media pembelajaran untuk menunjang PBM.

7. Guru harus dibiasakan untuk membuat media atau alat peraga sendiri, hal menghindari keterbatasan media dan untuk menciptakan kreativitas dan kemampuan guru dalam membuat media sendiri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, PT Rosda Karya 2008 Brantas, Dasar-Dasar Manajemen, Alfabeta Bandung, 2009

Bejo sujanto, Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum, Sagung Seto, 2007 Burhan Bungin, Metodologi penelitian kualitatif, Rajawali Press, 2010

Burhan Nurgiantoro dkk, Statistik Terapan, Gadjah Mada University Press, 2004

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, rineka Cipta, 2009 Manajemen pendidikan Di Sekolah, Rineka Cipta, 2006 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara

2009

Danim Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar 2003

Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Bumi Aksara, 2007

, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara,2007 Dimyati dan Mudjiono, belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta 2009 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosda Karya 2009

, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, Rosda Karya 2008

, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, 2009 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rajawali Press, 2009

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, Andi Yogyakarta, 2001

HAR Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasiobal, Rineka Cipta 2006


(5)

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasi , Bumi Aksara, 2008

Jurnal pendidikan, vol I/No I/April 2010, LPMP DIY

Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, Volume 1 Nomor 2 Agustus 2008, LPMP DKI Jakarta

Jerome S Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, 2005 Kunandar, Guru Profesional, PT Rajawali Press, 2007

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, CV Wacana Cipta 2007 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profeional, PT Rosda Karya 2010

Ngalim purwanto, prinsip dan teknik Evaluasi pengajaran, PT Remaja Rosda Karya, 2006

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, 2009 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Bumi Aksara, 2003

Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu pendidikan, Rosda Karya, 2012 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media pembelajaran, CV Wacana Prima,

2007

Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, 2009

Rita Mariyana dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Kencana Prenada Media Group, 2010

Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, 2004

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar, PT Rajawali Press 2007

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, CV Wacana Prima, 2007

Suryadi Ace dan Budimansyah Dasim, Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional, Widya Aksara Press, 2009

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran, Alfabeta 2005 S Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, 2003

Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, Bumi Aksara, 2008

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta 2009 , Prosedur Penelitian, Rineka Cipta 2010


(6)

Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, 2011

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes, Rosda Karya, 2005

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108568-pengertian-mutu-pendidikan/#ixzz1kwbBjFwD

http://www.hipnoteria.com/2012/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/faktor-eksternal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa