PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Ilmu Kependidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

AHMAD RIFQY ASH SHIDDIQY

1101174

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK

ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf, L.N., M.Pd. NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd. NIP. 195901101984032001

Mengetahui Asisten Direktur I Sekolah Pascasarjana UPI

Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., MA. NIP. 196202081986011002


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Program Bimbingan dan Konseling dengan mengggunakan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)” beserta keseluruhan isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak-pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, April 2013


(4)

Ahmad Rifqy Ash Shiddiqy. (2013). “Program Bimbingan dan Konseling dengan Menggunakan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)”.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena rendahnya sikap kepedulian, sikap menghormati, menghargai diri sendiri, dan jiwa memimpin terhadap orang lain di lingkungan sekitar para generasi muda, khususnya para remaja. Penelitian bertujuan untuk memperoleh program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan pre eksperimen one-group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan: (1) profil karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 umumnya berada pada kategori tinggi; dan (2). program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing efektif dalam meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Penelitian direkomendasikan kepada (1) kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi keterlaksanaan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing; (2) guru Bimbingan dan Konseling untuk dapat memanfaatkan dan menerapkan program layanan bimbingan dan konseling melalui teknik role playing dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa; dan (3) peneliti selanjutnya menerapkan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing kepada subyek penelitian yang lebih luas seperti di SD, SMA, atau pun di SMK.

Kata Kunci: bimbingan dan konseling, role playing, karakter kepemimpinan siswa SMP.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. HipotesisPenelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Metodologi Penelitian ... 17

BAB II KONSEP PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING, KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA DAN TEKNIK ROLE PLAYING A. Konsep Dasar Program Bimbingan dan Konseling ... 19

B. Konsep Karakter ... 27


(6)

D. Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa ...

E. Penelitian Terdahulu ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 70

B. Definisi Operasional ... 72

C. Pengembangan Instrumen ... 73

D. Prosedur Penelitian... 90

E. Populasi dan Sampel ... 96

F. Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Profil Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 2. Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan

Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 3. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Untuk

Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

102

107

121

B. Pembahasan Penelitian

1. Profil Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Setelah Mengikuti Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa


(7)

2. Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing untuk Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

3. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing untuk Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

143

148

C. Keterbatasan Penelitian ... 159

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 160 B. Rekomendasi ... 161

DAFTAR PUSTAKA 165

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

Halaman

Tabel 3.1 Karakter Kepemimpinan ... 69

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum valid ... 71

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum valid ... 71

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item Skala Karakter Kepemimpinan ... 81

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Setelah Validasi ... 82

Tabel 3.5 Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas ... 88

Tabel 3.6 Penyusunan Skala Konversi Skala Lima ... 89

Tabel 4.1 Profil Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 94

Tabel 4.2 Profil Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 104

Tabel 4.3 Persentasi Aspek-aspek Karakter Kepemimpinan Per Indikator ... 107

Tabel 4.4 Rencana Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 118

Tabel 4.5 Tingkat Karakter Humanis Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Setelah Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 125

Tabel 4.6 Tingkat Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013

Per Aspek Setelah Mengikuti Program Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa


(9)

Tabel 4.7 Uji t Pada Sampel Berpasangan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Peningkatan Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung

... 131

Tabel 4.8 Uji t Per Aspek Hasil Pretest dan Posttest Kelompok

Eksperimen untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung ... 132

Tabel 4.9 Presentase Perkembangan Per Aspek Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013 Per Aspek Sesudah Mengikuti Program Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter

Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 134

Tabel 4.10 Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa KelasVIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 136

Tabel 4.11 Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Per Aspek


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar.3.1. Rancangan Eksperimen Uji Keefektifan Program ... 64 Gambar 3.2. Alur Riset Pengembangan Program ... 65 Gambar 4.1. Gambar Grafik Profil Karakter Humanis Siswa Kelas

VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013 ... 95 Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang penting untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Lebih jelas tentang makna pendidikan tercantum dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintahpun telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan yang diharapkan bangsa Indonesia dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(12)

Salah satu bagian dari pendidikan bangsa ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa SMP tergolong dalam kelompok remaja (adolescence) yang merupakan masa transisi. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2004:206). Usia remaja berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Pada usia ini terjadi perubahan pada diri remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Harold Alberty (Makmun, 2009:130) menyatakan bahwa periode masa remaja dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang dan terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datang awal masa dewasa.

Piaget (Hurlock, 2004:206) mengatakan:

“secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.”

Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan, kedewasaan, atau kemandirian yanga terkait dengan pemaknaan dirinya sebagai mahluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (Yusuf, 2002:118). Banyak perkembangan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan pada berbagai


(13)

dimensi kehidupan dalam diri mereka. Salah satunya adalah dimensi perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga dimaknai sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Dalam proses “menjadi” diri remaja kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasa disebut dengan kenakalan remaja, dan akhirnya remaja mengalami dekadensi moral.

Darajat (Yusuf & Nurihsan, 2008:122) mengemukakan bahwa masalah dekadensi moral (delinquency) disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: kurang tertatanya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat; keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik; pendidikan moral tidak terlaksana menurut semestinya, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat; dijualnya dengan bebas berbagai alat kontrasepsi; dan iklim keluarga yang tidak harmonis.

Selain faktor-faktor yang dijelaskan di atas, faktor utama lain yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Globalisasi yang terus menuntut manusia untuk bermetamorfosa


(14)

kadang memang membawa banyak dampak baik, tetapi dampak burukpun mengikuti di belakangnya. Selain memberi dampak positif dalam kehidupan manusia, globalisasi juga memberi dampak negatif ketika manusia tidak bisa mengendalikan diri.

Potret dekadensi moral melalui maraknya tawuran, seks bebas, kasus bullying dan fenomena kriminalitas di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi menimbulkan sebuah tanda tanya besar mengenai profil generasi bangsa. Kondisi ini tentunya menjadi sebuah ironi mengingat perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya timur yang melekat pada karakter orang Indonesia.

Berdasarkan permasalahan sosial yang dipaparkan di atas, dekadensi moral perlu mendapat penanganan segera. Fenomena remaja yang berperilaku tidak menghargai diri dan menghormati orang lain semakin meluas. Tidak hanya di kalangan remaja urban, perlahan tetapi pasti juga mulai menyerang remaja desa. Untuk itu, perlu ada suatu kepedulian nyata untuk membangun dan mengembangkan karakter kemanusiaan remaja. Karakter kemanusiaan ini membentuk para remaja menjadi pribadi yang bisa menghargai diri sendiri dan orang lain serta lingkungan sekitar. Dengan demikian, mereka mampu hidup berbagi dengan orang lain.

Gardner (1983:65) mengatakan bahwa kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan memahami orang lain adalah bagian tak terpisahkan dari kondisi manusia seperti kemampuan untuk mengetahui benda atau suara. Belajar hidup bersama merupakan salah satu isu utama pendidikan sekarang ini.


(15)

Salah satu isi laporan komisi internasional tentang pendidikan abad XXI yang diterbitkan oleh UNESCO (1998) memberikan pengertian baru yang mendalam tentang pendidikan abad XII. Ditekankan bahwa setiap orang haruslah dilengkapi untuk merebut kesempatan-kesempatan belajar sepanjang hayat, baik untuk memperluas pengetahuan, keterampilan dan sikap pada dunia yang sedang berubah, rumit dan interpendensi. Dalam laporan tersebut disebutkan tentang empat pilar pendidikan sebagai berikut:

(1) learning to know, that is acquiring the instruments of understanding; (2) learning to do, so as to be able to act creatively in one’s environment; (3) learning to live together so as to participate in and cooperate with other people in all human activities; and (4) learning to be, so as to better develop one’s personality (UNESCO, 1998:19).

Dari empat sendi pendidikan yang disebutkan di atas, komisi pembuat laporan ini meletakkan tekanan yang lebih besar pada satu sendi pendidikan yang dinilai sebagai fondasi pendidikan, yaitu belajar hidup bersama. Pendidikan ini dapat dicapai dengan mengembangkan suatu pengertian tentang orang lain, sejarah, tradisi dan nilai-nilai tradisional. Pemahaman ini diharapkan dapat menciptakan suatu semangat baru yang dibimbing oleh pengakuan tentang interpendensi manusia yang bertumbuh dengan menganalisis bersama tentang resiko-resiko dan tantangan-tantangan di masa depan. Pemahaman ini akan dapat mendorong masyarakat termasuk siswa untuk secara bersama-sama membangun kepedulian kepada sesama dan lingkungan, serta peduli kepada kedamaian dan kesejahteraan bersama.


(16)

Beberapa ahli seperti Raven, Bell, dan Conant (Sasongko, 2004), menyebutkan salah satu tujuan pendidikan umum adalah mengembangkan nilai-nilai dan perilaku prososial. Artinya, nilai-nilai-nilai-nilai sosial termasuk di dalamnya karakter kepemimpinan sangat penting bagi remaja, karena berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap sesama sehingga dapat diterima di masyarakat.

Selain hal tersebut, terdapat data yang menyatakan terdapat hubungan antara perilaku prososial yang mengedepankan karakter kepemimpinan dengan pencapaian belajar di sekolah (Cartlede & Milburn, 1993). Perilaku prososial yang dimaksud berhubungan dengan aspek keterampilan di kelas seperti mendengarkan guru ketika berbicara atau menjelaskan pelajaran, keterampilan bertanya, dan menjawab pertanyaan guru.

Terinspirasi oleh beberapa fenomena dekadensi moral remaja dewasa ini, Sedanayasa (2010) melakukan penelitian tentang kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling pada SMP Negeri di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian menunjukkan secara umum sebagian besar siswa memerlukan layanan bimbingan sosial. Bimbingan yang mereka harapakan adalah bimbingan cara menjadi pemimpin yang bijak, cara berkomunikasi lisan atau tertulis secara efektif, cara mengemukakan pendapat, cara menghargai orang lain, cara menumbuhkan dan mengembangkan hubungan harmonis dengan orang lain, cara mengembangkan sikap positif di rumah, sekolah dan masyarakat serta cara mengatasi masalah hubungan dengan orang lain.


(17)

Pada tahun 2007 dilakukan penelitian dengan subyek siswa SMP Negeri di Kota Singaraja untuk mengetahui jenis bimbingan yang dibutuhkan siswa. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memerlukan bimbingan sosial. Bimbingan sosial yang mereka harapkan adalah cara mengembangkan sikap empati pada orang lain, cara mengembangkan tingkah laku positif terhadap orang lain, dan cara bersikap santun dengan guru dan orang lain (Sedanayasa, 2010). Hasil penelitian tersebut semakin menegaskan bahwa remaja tingkat SMP mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain. Masalah berhubungan dengan orang lain merupakan bagian dari karakter kepemimpinan.

Fenomena remaja yang kurang menghargai dan menghormati dirinya dan orang lain tampak dalam berbagai peristiwa di masyarakat. Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja terjadi dan diberitakan di media-media, baik media massa maupun media elektronik. Salah satu bentuk kenakalan remaja adalah tawuran. Data menunjukkan, di Jakarta tercatat 157 kasus perkelahian pelajar tahun 1992. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar. Tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota polisi, dan tahun berikutnya korban meningkat menjadi 37 korban tewas. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta tahun 2009, pelajar SD, SMP, dan SMA yang terlibat tawuran mencapai 0,08 persen atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta. (Tawuran-kelompokbsi.blogspot.com).


(18)

Fenomena lain yang melanda remaja tampak pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mega Pratiwi, dkk berpendapat bahwa aspek kepemimpinan merupakan inti dari organisasi yang memegang peranan sangat penting, karena pemimpin adalah orang utama yang menentukan hitam putihnya organisasi yang dibawahinya. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Kepemimpinan wajib dimiliki oleh siswa SMP N 3 Denpasar sebab untuk memiliki kedisiplinan, karakter pemimpin tersebut harus dimiliki. Kedisiplinan seorang siswa merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku di sekolah dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bahwa memang demikianlah seharusnya.Aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa sudah tertuang dalam buku saku siswa SMP N 3 Denpasar. (http://mademegapratiwi.blogspot.com)

Begitu pula dengan kondisi saat ini, karakter kepemimpinan menyiratkan adanya ketidakberesan mental di Indonesia. Misalnya, kasus korupsi pada anggota DPR dan para pejabat negara, suap, tawuran antarpelajar, mahasiswa, atupun kelompok-kelompok sosial tertentu. Inilah relevansi mempertanyakan “karakter

kepemimpinan” yang ada pada para pemimpin dalam mengayomi anggota

kelompoknya. Menurut Booker T. Washington (Kadir, 2001:32) yang harus dipelajari dalam pelajaran pertama adalah kepemimpinan berwawasan luas dibangun dari karakter yang hakiki. Infrastruktur karakter yang baik sangat


(19)

penting untuk mendukung tingkah laku (behavior) yang baik. Kepercayaan dan keterlibatan pengikut akan paralel dengan level karakter kita (pemimpin).

Lubis (2001:34) berpendapat bahwa ciri manusia Indonesia mempunyai watak yang lemah dan karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya ketika adanya paksaan. Kegoyahan watak serupa ini merupakan akibat dari ciri masyarakat dan manusia feodal yang merupakan segi lain dari sikap menyenangkan atasan dan menyelamatkan diri.

Karakter kepemimpinan tepat seharusnya mampu memberikan contoh yang baik dan benar serta menjadi panutan bagi anggota kelompoknya. Arahan-arahan yang diberikan pun akan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Bahkan, akan memberikan pemahaman yang benar pada perilaku anggota kelompoknya yang salah.

Hal tersebut sesuai dengan pendidikan karakter peserta didik untuk mampu beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan


(20)

sehari-hari dengan sepenuh hati. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

Sudrajat (2010:25) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter dimaknai sebagai bentuk pengajaran yang sesuai dan memperhatikan kondisi sosial pada setiap lokasi pembelajaran. Artinya, pembelajaran ilmu pengetahuan tidak bisa disamakan antara satu tempat atau negara dengan negara lain karena jelas mempunyai karakteristik pola tradisi dan budaya yang berbeda.

Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan, seperti yang diutarakan oleh Stephen R. Covey (Kadir, 2001) “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter. Taburlah karakter, tuailah nasib.” Nasib di sini adalah sisa dari

rancangan.” Selanjutnya, Branch Rickey (Kadir, 2001) menyatakan “Nasib baik

terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan”. Hal tersebut dikarenakan seseorang biasanya banyak membicarakan pilihan antara nasib bagus dan nasib jelek, jarang sekali keberhasilan ditentukan oleh peluang. Berkaitan dengan itu,


(21)

perilaku atau kebiasaan dari pemimpin kita saat ini melenceng dari norma yang berlaku, banyak para pemimpin yang menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya.

Sementara itu, kepemimpinan bukanlah hanya sekedar masalah prestise pada jabatan yang dimiliki, bukan hanya sekedar posisi atau seberapa besar gaji yang diperoleh dan bukan pula sekedar memiliki pengetahuan intelektual yang tinggi. Kepemimpinan menurut Elhasy (2008) adalah sebuah tindakan nyata dan lebih serta merupakan hasil dari proses panjang perubahan dan pengembangan (developmental process) karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.

Hasil survei yang telah dilakukan oleh Vibiz Management Research di Indonesia pada Juni 2011 kepada 200 orang (vibiznews, 2011). Survei tersebut menggambarkan bahwa dari 20 ciri khas kepemimpinan, terpilih 5 ciri khas yang paling dikagumi yakni: memiliki rencana ke depan (unsur kemampuan), jujur (unsur karakter), peduli (unsur karakter), integritas (unsur karakter) dan bijaksana (unsur karakter dan kemampuan). Terlihat bahwa responden lebih memilih dan mendahulukan ciri khas karakter melebihi ciri khas yang berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan pemimpin. Penelitian tersebut mengatakan bahwa karakter memainkan peranan yang sangat penting dan dominan. Sekalipun zaman semakin berkembang, dan kemauan unsur sangat penting di dalam diri pemimpin, tetapi karakter memegang peranan yang lebih penting. Kepemimpinan tidak akan bertahan lama apabila tidak ada karakter yang kuat dalam diri pemimpin.

Guna memenuhi hal tersebut dilakukan pendidikan karakter di sekolah. Akan tetapi, untuk menyukseskannya semua komponen (stakeholders) harus


(22)

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Sementara, kepemimpinan (leadership) menurut Seligman dan Peterson (2004) adalah salah satu unsur dari salah satu kekuatan karakter yakni keadilan (justice).

Dengan adanya fenomena, dan dampak mengenai karakter kepemimpinan siswa, maka disusunlah suatu penelitian dengan desain quasi eksperiment dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Role playing dalam penelitian ini adalah mendramatisasi tingkah laku untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa dengan cara memainkan peran tokoh-tokoh khayalan yang dirajut dalam sebuah cerita, sehingga siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan, dan memerankan suatu peranan, serta pemecahan masalahnya.

Dalam pelaksanaannya, peneliti berperan sebagai fasilitator. Peneliti juga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan meningkatkan empati, sikap tanggung jawab, pengendalian diri, dan pengendalian emosi. Hal ini dilakukan untuk mengalami permasalahan yang dihadapi siswa sehubungan dengan tingkat karakter kepemimpinannya Adapun strategi layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan adalah bimbingan kelompok yang menggunakan teknik role playing. Role playing dalam tatanan sekolah dapat


(23)

digambarkan sebagai rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain yang diarahkan.

Penelitian melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa dengan memerankan peran atau dikenal dengan bermain peran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan atau keunggulan dirinya untuk dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa.

Berkaitan dengan hal di atas, salah satu fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah adalah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki siswa. Kemampuan yang dikembangkan secara optimal melalui layanan bimbingan dan konseling meliputi ranah Pribadi-Sosial, Akademis, Religi dan Karir. Selain itu, layanan bimbingan dan konseling berperan untuk mengembangkan kemampuan siswa agar terlaksana pendidikan yang berimbang dan bermutu.

Upaya untuk membangun karakter kepemimpinan yang telah dipaparkan dapat dikemas dalam suatu bentuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Berkaitan dengan itu, salah satu bentuk layanan yang dapat diberikan pada siswa SMP untuk mengembangkan karakter kepemimpinan adalah dengan meningkatkan kesehatan mental siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa SMP termasuk ke dalam masa perkembangan remaja dengan salah satu tugas perkembangannya adalah “Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.” dan sangat mungkin diberikan pada siswa


(24)

SMP karena sesuai dengan karakteristik perkembangan yang berada pada taraf operasional formal (Yusuf, 2009:9). Metode bimbingan dan konseling digunakan agar seluruh siswa dapat mengembangkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, dan menerima orang lain dengan cara yang menyenangkan sehingga siswa juga dapat mengembangkan karakter kepemimpinannya dengan tetap tidak merasa bosan dalam melakukan aktivitas yang melibatkan dirinya dan teman-teman kelompoknya.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan segala potensi dan kemampuan siswa agar mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan dan konseling harus mampu memberikan layanan bantuan yang bersifat psikoedukatif yang tidak diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Pada bimbingan sosial, bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengembangkan hubungan sosial serta membantu siswa dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan individu dalam meniti masa depan lebih lanjut.

Mencermati pentingnya karakter kepemimpinan bagi siswa SMP, maka penelitian ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP. Oleh sebab itu, penelitian ini diberi judul “Program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa”.


(25)

B. Rumusan Masalah

Siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja. Karakter kepemimpinan yang dimiliki oleh siswa SMP di sekolah terkadang tidak terpantau secara optimal. Para guru di sekolah terkadang memandang bahwa karakter kepemimpinan siswa yang baik hanya pada siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan menjadi pengurus di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini merumuskan berbagai macam pertanyaan penelitian.

Secara terperinci rumusan masalah penelitian ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Seperti apakah profil karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013?

2. Seperti apakah program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing efektif untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013? 3. Apakah program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role

playing efektif untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI. Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berikut ini.

1. Mengetahui dan menganalisis profil karakter kepemimpinan siswa SMP

Laboratorium Percontohan UPI.

2. Menyusun program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP

Laboratorium Percontohan UPI.

3. Menemukan Efektivitas program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI.

D. Hipotesis Penelitian

”Program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing

dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI”.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritik. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah konseptual tentang layanan bimbingan dan konseling yang dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa.


(27)

Manfaat empirik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi (1) peserta didik, yaitu membantu mengembangkan karakter kepemimpinan yang berkorelasi positif dengan prestasi belajar, (2) guru bimbingan dan konseling/konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam menyusun program yang bertujuan meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP, (3) guru bidang studi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang karakter kepemimpinan siswa yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, (4) kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP sehingga akhirnya dapat meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, dan (5) para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan mendapatkan profil karakter kepemimpinan terhadap siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013, dan mengetahui efektivitas program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan mendapatkan profil karakter kepemimpinan terhadap siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013, dan mengetahui efektivitas program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen kuasi dengan desain penelitian nonequivalent pretest-posttest control group design (pretest-posttest dua kelompok). Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu, dan merupakan penelitian yang dilakukan melalui uji coba untuk mengontrol atau memanipulasi variabel yang relevan. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain yang subjeknya manusia. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi karena dalam metode tersebut memungkinkan untuk tidak mengontrol keseluruhan variabel penelitian, dan perilaku manusia ditentukan oleh banyak variabel, maka metode penelitian eksperimen kuasi sangat mendukung penelitian terhadap perilaku manusia karena peneliti dapat mengabaikan variabel-variabel penelitian yang kurang relevan (Sugiono, 2010:107). Dalam penelitian ini,


(29)

anggota kelompok eksperimen (treatment) dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random assignment tetapi dengan menggunakan kelas yang telah tersedia.

Desain nonequivalent pretest-posttest control group design (pretes-postes dua kelompok) merupakan desain penelitian yang dilaksanakan pada dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol merupakan kelompok pembanding. Kedua kelompok dikenakan pengukuran sebanyak dua kali, yakni sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.

Skema model penelitian dengan desain nonequivalent pretest-posttest control group design (pretes-postes dua kelompok) adalah sebagai berikut:

(Sugiono, 2010:110)

Skema Desain Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design Data yang diambil adalah data tentang karakter kepemimpinan siswa. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data faktual berdasarkan informasi statistik. Kemudian, dianalisis untuk memahami tingkat karakter kepemimpinan siswa dan mengetahui efektivitas program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.


(30)

B. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel yang ada pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Program Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan kepada individu peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan sebagai bagian dari program pendidikan agar individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga individu tersebut sanggup mengarahkan diri dan bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan, keadaan keluarga dan masyarakat. Bentuk aktivitas program ini adalah peserta didik mengikuti aktivitas dalam berorganisasi selama beberapa waktu. Selama beraktivitas dalam organisasi, peserta didik mengambil nilai-nilai yang berharga bagi dirinya dan merefleksikannya untuk dijadikan miliknya.

2. Role Playing adalah usaha membantu siswa untuk memecahkan masalah melalui peragaan yang tentunya dilakukan oleh siswa yang menjadi fokus intervensi dengan panduan dari peneliti dan guru BK. Role Playing dalam penelitian ini berfokus pada usaha untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Adapun langkah-langkah pelaksanaan role playing yaitu identifikasi masalah, pembagian peran, analisis, diskusi, dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah-masalah karakter kepemimpinan siswa.


(31)

3. Karakter Kepemimpinan Siswa SMP adalah kebiasaan, cara berpikir dan perilaku yang dilakukan siswa untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan bersama dan harus diakui secara timbal balik, sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang karakter kepemimpinan siswa SMP yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner karakter kepemimpinan siswa SMP ini mengacu pada teori tentang karakter kepemimpinan yang dikemukakan oleh Seligman (2004:54). Kuesioner penelitian ini terdiri dari sejumlah pernyataan. Konstruk yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah sikap, yaitu seberapa sesuai sikap para siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 dengan konsep karakter kepemimpinan sesuai dengan yang diungkap pada setiap pernyataan.

Konstruk ini menjadi acuan untuk melihat tingkat karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Kuesioner penelitian ini bersifat langsung tertutup. Artinya, responden merespon pernyataan-pernyataan dengan memilih alternatif respon yang telah


(32)

2. Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pengantar dan bagian pernyataan-pernyataan untuk mengukur karakter kepemimpinan siswa SMP yang terdiri dari 96 item/pernyataan (sebelum uji coba). Kuesioner ini terdiri dari 6 (enam) aspek karakter kepemimpinan.

Berikut ini penjabaran Dimensi Karakter Kepemimpinan siswa (Peterson & Seligman, 2004):

Tabel 3.1

Dimensi Karakter Kepemimpinan

Aspek Penjabaran

Wisdom and

Knowledge keutamaan kognitif mengenai pemerolehan dan penggunaan pengetahuan.

1. Creativity (originality, ingenuity): berpikir dengan cara baru dan produktif untuk konsep dan melakukan hal-hal termasuk prestasi artistik tetapi tidak terbatas

untuk itu.

2. Curiosity (interest, novelty-seeking, openness to experience): mengambil minat dari pengalaman yang sedang berlangsung mengenai diri sendiri; menemukan subjek dan topik yang menarik; mengeksplorasi dan penemuan sesuatu.

3. Open – mindedness (judgement, critical thinking): memikirkan dan memeriksa semua hal dari berbagai sisi, tidak langsung ke kesimpulan; mampu merubah pikiran seseorang dengan bukti yang jelas; mempertimbangkan semua bukti secara cukup.

4. Love of learning: pendorong untuk mengembangkan keterampilan dan memperkaya pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.


(33)

Kekuatan ini mendorong untuk mempelajari suatu yang baru.

5. Perspective (wisdom): mampu memberikan nasihat yang bijaksana kepada orang lain; memiliki pandangan terhadap dunia dengan masuk akal baik untuk dirinya dan untuk orang lain.

Keberanian (Courage)

melibatkan motivasi intrinsik untuk mencapai tujuan, meskipun terdapat berbagai halangan

Bravery (valor): tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau sakit; selalu berbicara tentang kebenaran, bahkan jika ada oposisi; selalu bertindak benar, walaupun tidak popular; lebih tertuju kepada keberanian fisik.

Persistence (perseverance, industriousness): menyelesaikan segala hal yang telah dimulainya;

bertahan dalam suatu tindakan meskipun ada hambatan; mendapatkan kesenangan dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Integrity (authencity, honesty): senantiasa mengatakan kebenaran dan menampilkan diri apa adanya dan bertindak dalam cara yang tulus; tanpa kepura-puraan, mengambil tanggung jawab atas perasaan dan tindakan yang dilakukan.


(34)

mengacu pada perasaan bergairah dan antusias dalam menjalani segala aktivitas, tidak melakukan hal-hal setengah atau setengah hati, menganggap hidup sebagai petualangan; memiliki perasaan hidup dan aktif.

Kepedulian (caring) berarti tulus dan jujur kepada orang lain;

Love: menilai hubungan dekat dengan orang lain, khususnya mereka yang berbagi dan peduli akan membalasnya, dekat dengan orang lain.

Kindness (generousity, nurturance, care, compassion, althruistic love, “niceness”): melakukan kesenangan dan perbuatan baik bagi orang lain, membantu mereka, merawat mereka.

Social intelligence (emotional intelligence, personal intelligence): menyadari motivasi serta perasaan orang lain dan diri sendiri, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk masuk dalam situasi sosial yang berbeda, mengetahui apa yang membuat orang lain nyaman.

Optimis (optimism),

leaders are dealers in hope

1. Citizenship (social responsibility, loyality, teamwork): bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok atau tim yang setia pada kelompok.

2. Fairness: memberikan kesempatan kepada semua orang secara sama sesuai dengan pengertian keadilan, tidak membiarkan keputusan berdasarkan perasaan pribadi, memberi semua orang kesempatan yang adil. 3. Leadership: mendorong anggota kelompok untuk

menyelesaikan sesuatu dan pada saat yang sama menjaga hubungan baik di dalam kelompok;


(35)

mengorganisir kegiatan kelompok dan memastikan semua berjalan dengan baik.

Kontrol diri (self control)

Forgiveness and mercy: memberikan maaf kepada mereka yang telah melakukan kesalahan, menerima kekurangan orang lain, memberikan orang kesempatan kedua, tidak menjadi pendendam.

Humility/modesty: membiarkan prestasi seseorang berbicara sendiri, tidak mencari perhatian, tidak menganggap diri sendiri lebih istimewa dari yang lain.

Prudence: berhati-hati tentang pilihan seseorang, tidak mengambil risiko yang tidak semestinya, tidak mengatakan atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali.

Self regulation (self control): dapat mengatur apa yang dirasakan dan dilakukannya agar sesuai dengan situasi dan pandangan masyarakat, menjadi disiplin, satu pengendali yang selera dan emosi.

Komunikasi (communication)

Appreciation of beauty and excellence (awe, wonder, elevation): mampu mengapresiasi keindahan dalam segala aspek kehidupan.

Gratitude: menyadari dan bersyukur untuk hal-hal baik yang terjadi, meluangkan waktu untuk mengungkapkan rasa terima kasih.

Hope (optimism, future-mindedness, future orientation): mengharapkan yang terbaik di masa depan dan berusaha untuk mencapainya, percaya bahwa masa depan yang baik dapat diraih.


(36)

Humor (playfulness): senang tertawa dan menggoda, membuat orang lain tersenyum, melihat sisi terang, membuat (tidak harus menceritakan) lelucon.

Spirituality (religiousness, faith, purpose): memiliki keyakinan yang koheren tentang tujuan dan makna yang lebih tinggi dari alam semesta, mengetahui di mana satu cocok dalam skema yang lebih besar, memiliki keyakinan tentang arti hidup dan melakukan sesuatu yang memberikan kenyamanan

Berikut ini Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum Valid: Tabel 3.32

Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum Valid

DIMENSI KARAKTER

INDIKAT OR

DESKRIPTOR NOMOR ITEM JUML

AH POSI

TIF

NEGAT IF 1. Kearifan dan

Pengetahuan (Wisdom and Knowledge) Siswa memiliki kreativitas

(orisinal, banyak ide/gagasan)

1.1.1. Berpikir dengan cara-cara baru 1.1.2. Produktif dalam

mengkonseptuali sasi dan melakukan sesuatu. 1, 2

3,4 4

Siswa

memiliki rasa ingin tahu (curiosity)

1.2.1.Minat mencari kebaruan,

1.2.2. Terbuka terhadap pengalaman baru, 1.2.3. Menemukan

subjek-subjek dan topik-topik yang

5, 6


(37)

menarik,

1.2.4. Mengeksplorasi dan menemukan sesuatu.

Siswa mampu berpikiran terbuka (open-mindedness)

1.3.1. Berpikir kritis,

1.3.2. Mengkaji sesuatu dari berbagai sudut pandang,

1.3.3.Mempertimbangk an secara matang sebelum

mengambil kesimpulan, 1.3.4. Bersedia

mengubah pendapat sendiri atas dasar bukti-bukti nyata.

9, 10

11,12 4

Siswa

memiliki cinta (semangat) belajar (love of learning)

1..1. Bersemangat untuk menguasai keterampilan, topik, dan pengetahuan baru.

13,14 15,16 4

Siswa

memiliki wawasan nilai-nilai kebaikan (perspective) 1..2. Memiliki kemampuan untuk memberikan nasihat yang bijak kepada orang lain, 1..3. Mampu melihat

suatu hal dengan cara yang masuk akal, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.


(38)

2. Keberanian (Courage)

Siswa memiliki keberanian

menghadapi dan membela

kebenaran.

2.1.1. Tidak takut menghadapi ancaman, tantangan, kesulitan, atau kesakitan; berbicara secara terbuka untuk membela yang benar , walaupun akan ada yang menentangnya; berani bertindak untuk hal-hal yang diyakininya benar walaupun tidak populer; termasuk disini keberanian fisik.

21,22 23,24 4

Siswa

memiliki kegigihan dalam kegiatan. 2.1.2. Menyelesaikan hal-hal yang sudah dimulai; pantang menyerah dalam melakukan sesuatu walaupun banyak rintangan; bekerja sampai tuntas; bergembira karena sudah menyelesaikan tugas.

25,26 27,28 4

Siswa mampu bertindak jujur dan bertanggungjawab (Integritas)

2.1.3. Berbicara dan bertindak jujur, tidak berpura pura, dan tulus; bertanggung jawab atas perbuatan sendiri.

29,30 31,32 4

Siswa

memiliki semangat hidup (Vitalitas) 2.1.4. Menjalani kehidupan dengan bergembira dan penuh semangat; tidak bekerja dengan setengah


(39)

kehidupan sebagai “petualangan”. 3. Kepedulian (caring) berarti tulus dan jujur kepada orang lain;

Siswa mampu menyayangi orang lain (love)

3.1.1. Menghargai hubungan yang akrab dengan orang lain, khususnya yang bercirikan saling peduli dan saling berbagi ; dekat dengan orang lain.

37,39 38,40 4

Siswa memiliki

kepedulian kepada orang lain. 3.1.2. Melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain; menolong orang lain; memedulikan dan merawat orang lain.

41,42 43,44 4

Siswa mampu memahami

perasaan orang lain.

3.1.3. Sadar akan motif dan perasaan orang lain dan diri sendiri; tahu apa yang patut dilakukan di tengah-tengah situasi sosial yang berbeda; tahu apa yang membuat seseorang bertingkah laku tertentu.

45,46 47,48 4

4. Optimis (optimism),

leaders are dealers in hope

Siswa memiliki tanggungjawab sosial di masyarakat.

4.1.1. Bekerja dengan baik sebagai anggota sebuah tim; setia pada suatu kelompok; berkontribusi dan melakukan kewajiban sebagai anggota masyarakat.

49,50 51,52 4


(40)

bertindak adil kepada orang lain. (fairness)

secara wajar dan adil; tidak bisa atau dipengaruhi oleh emosi pribadi saat mengambil keputusan terhadap orang lain; memberi setiap orang peluang yang wajar (a fair chance). Siswa

memiliki jiwa kepemimpinan.

4.1.3. Menggugah suatu kelompok untuk mencapai tujuan dan pada saat yang sama menjaga kualitas hubungan yang baik di antara sesama anggota kelompok; mengorganisask an aktivitas kelompok.

57,58 59,60 4

5. Kontrol diri (self

control)

Siswa mampu memaafkan orang lain. (forgivness and mercy) 5.1.1. Memaafkan mereka yang sudah berbuat salah; menerima kekurangan orang lain; memberi seseorang kesempatan kedua; tidak dendam.

61,62 63,64 4

Siswa

memiliki sifat rendah hati dan sederhana 5.1.2. Tidak membicarakan keberhasilan diri sendiri; tidak menonjolkan atau berusaha menjadi pusat perhatian; tidak


(41)

sendiri. Siswa mampu

berhati-hati dalam bertindak.

5.1.3. Berhati-hati dalam melakukan pilihan ; tidak mengambil resiko yang berlebihan; tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang kemungkinan akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

69,70 71,72 4

Siswa mampu mengendalikan perasaan dan perbuatannya. 5.1.4. Mengendalikan perasaan dan perbuatan; mendisiplinkan diri; mengendalikan selera atau keinginan.

73,74 75,76 4

6. Komunikasi (communica tion)

Siswa mampu menghargai karya orang lain. (preciation of

beauty and

excellence)

6.1.1. Melihat dan mengapresiasik an keindahan, keistimewaan, dan/atau kinerja yang sangat baik pada berbagai bidang kehidupan, dari keindahan alam, kesenian, matematika, pengetahuan sampai pengalaman pada kehidupans sehari-hari.

77,78 79,80 4

Siswa mampu bersyukur terhadap kehidupannya.

6.1.2. Sadar dan berterima kasih atas hal-hal baik yang terjadi; menyediakan waktu untuk berterima kasih.


(42)

Siswa

memiliki harapan dan keyakinan akan masa depannya.

6.1.3. Mengharapkan yang terbaik di masa depan dan berusaha mencapainya; keyakinan bahwa masa depan yang baik bisa dicapai.

85,86 87,88 4

Siswa

memiliki rasa humor

6.1.4. Senang tertawa dan bersenda gurau; membuat orang lain tersenyum; melihat sesuatu dengan ringan hati; membuat lelucon.

89,90 91,92 4

Siswa memiliki

keyakinan akan makna hidupnya.

6.1.5. Memiliki keyakinan tentang tujuan yang lebih tinggi dan makna dari keberadaan alam semesta; memiliki keyakinan tentang makna hidup.

93,94 95,96 4

Jumlah 96

Item-item pernyataan Kuesioner Karakter Kepemimpinan dirumuskan berdasarkan kriteria pernyataan yang baik seperti yang diuraikan Azwar (2010:35-40), sebagai berikut.

a. Item berupa rumusan pendek dan singkat;

b. Item berisi satu gagasan saja (tidak menimbulkan penafsiran ganda); c. Mengacu pada topik atau aspek yang dituju;


(43)

e. Item tidak mengandung social desirability, yaitu isi item sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial.

3. Pedoman Skoring

Skala yang digunakan dalam kuesioner karakter kepemimpinan ini mengacu pada prinsip-prinsip skala likert yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini merupakan alat untuk mengukur karakter kepemimpinan. Stimulus dari item-item instrumen ini adalah perilaku yang menggambarkan karakter kepemimpinan responden. Respon dari stimulus ini adalah memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban-jawaban tersebut akan menggambarkan karakter kepemimpinan diri responden (Azwar, 2005:32).

Instrumen karakter kepemimpinan yang disusun peneliti memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Tidak Sesuai (TS) Alasan peneliti membuat empat alternatif jawaban adalah agar pilihan subjek menjadi lebih tegas dan pasti, dan jawaban tidak ada yang berada di wilayah abu-abu.

Menurut Hadi (1990:37) modifikasi alternatif jawaban seperti skala likert menjadi empat alternatif jawaban, dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat. Dalam skala lima, kategori netral mempunyai arti ganda. Arti netral itu bisa berarti belum dapat memutuskan, juga netral atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan jawaban netral (central tendency effect) terutama bagi mereka yang


(44)

Item-item terbagi dua, yaitu item positif (favorable) dan item (unfavorable). Pernyataan positif artinya pernyataan yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan pernyataan negatif artinya pernyataan yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2005:47). Jumlah pernyataan positif dan jumlah pernyataan negatif dibuat seimbang. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada skala likert yang mensyaratkan pernyataan positif dan pernyataan negatif harus seimbang. Adapun penentuan skor untuk jawaban terhadap pernyataan positif adalah sangat sesuai = 4, sesuai = 3, kurang sesuai = 2, tidak sesuai = 1. Sementara, untuk skor jawaban item pernyataan negatif adalah: sangat sesuai = 1, sesuai = 2, kurang sesuai = 3, tidak sesuai = 4.

4. Uji Validitas Instrumen Karakter Kepemimpinan

Untuk melihat validitas isi instrumen penelitian yang disusun, maka dilakukan judgement dengan meminta pendapat (1) Amin Budiamin; (2) Ipah Saripah; dan (3) Mubiar Agustin. Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Para ahli diminta untuk memvalidasi materi (content), konstruk (constuct), dan redaksi instrumen penelitian. Hasil penelitian dari uji validitas ini berupa penilaian pada setiap item instrumen yang dikelompokkan dalam kualifikasi memadai atau tidak memadai.


(45)

Setelah instrumen direvisi berdasarkan saran dari para ahli, maka instrumen diuji keterbacaan kepada lima orang siswa SMP dan kemudian direvisi kembali, baik dalam penggunaan kata-kata ataupun struktur kalimat sehingga seluruh pernyataan dalam intrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat dimengerti oleh responden. Instrumen kemudian diujicobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian, yaitu siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012-2013, yang berjumlah 62 siswa.

Setelah melakukan uji coba, peneliti melakukan pengolahan data uji validitas untuk mendapatkan daya beda secara empiris. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0 (Statistical Programme For Social Windows). Dalam penelitian, item berdaya beda tinggi adalah item yang mampu membedakan antara subjek yang memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi dengan subjek yang memiliki karakter kepemimpinan yang rendah

Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix) yang dikenal dengan parameter daya

beda item. Untuk komputasi koefisien korelasi item-total digunakan korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2005:59), dengan rumus sebagai berikut:

ΣiX- (Σi)(ΣX)/n rix =


(46)

Keterangan:

rix = Koefisien korelasi antara i dan Y

i = Skor item X = Skor total

n = Banyaknya subjek

Penentuan kesahihan item didasarkan pada korelasi item-total dengan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan, sedangkan item yang koefisien korelasinya kurang dari 0,30 daya pembedanya rendah (Azwar 2005:65). Setelah menganalisi hasil uji coba alat, dari 96 item pernyataan yang diujicobakan, diperoleh 88 item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 atau dianggap valid, dan 8 item memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 atau dianggap tidak valid/gugur. Hasil uji coba instrumen ini menunjukkan struktur instrumen kurang seimbang. Artinya, aspek cinta lebih sedikit dari aspek kebaikkan dan kecerdasan sosial. Untuk membangun keseimbangan struktur instrumen delapan buah item yang memiliki indeks daya beda antara 0,237-0,300.


(47)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Item Skala Karakter Kepemimpinan

No item pernyataan yang valid No item pernyataan yang tidak

valid

Favorab le (+)

1,2,5,6,9,10,13,14,17,18,21,22,26,30,33,34, 38,40,41,42,45,46,49,50,53,57,58,61,62,65,66, 69,70,73,74,77,78,81,82,85,86,89,90,93,94

25,29,68

Unfavor able (-)

3,4,7,8,11,12,15,16,19,20,23,27,28,31,32,35,36,37, 39,

43,44,47,48,51,52,54,55,59,60,63,64,67,71,75,76,7 9,80

84,87,88,91,92,95,96

24,56,69 ,72, ,89

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas skala karakter kepemimpinan menggunakan teknik analisis Alpha Chornbach. Penggunaan teknik analisis Alpha Conbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan reliabilitas kuesioner karakter kepemimpinan yang diperoleh lewat penyajian satu bentuk kuesioner yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (single trial administration) (Azwar, 2005:63).

Proses penghitungan tingkat reliabilitas skala karakter kepemimpinan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme For Social


(48)

Windows). Dari perhitungan reabilitas dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach diperoleh reabilitas instrumen karakter kepemimpinan sebesar 0,975. Taraf reliabilitas dinyatakan dalam suatu koefisien yaitu koefisien reliabilitas. Gulford dalam Furqon (2002:75) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.4

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,00-0,19

0,20-0,39 0,40-0,59 0,60-0,79 0,80-1,00

sangat rendah rendah

cukup tinggi sangat tinggi

Dengan demikian, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualifikasi reabilitas sangat tinggi. Artinya, kuesioner karakter kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian dinyatakan reliabel (handal).

D. Prosedur Penelitian

Secara konseptual Borg & Gall (2003) menyusun langkah-langkah pendekatan penelitian dan pengembangan yaitu : (1) studi pendahuluan (research and information collecting); (2) perencanaan (planning); (3) pengembangan


(49)

produk awal ( develop preliminary form of product); (4) revisi produk awal (main product revision); (5) uji coba terbatas (main field testing); (6) revisi produk ujicoba (operational product process); (7) ujicoba lebih luas (operasional field testing); (8) finalisasi produk (final product revision); (9) diseminasi dan implementasi produk (dissemination and implementation).

Secara lebih rinci tahapan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap I Studi Pendahuluan.

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal untuk merancang program hipotetik dan pengembangan program. Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data tentang : (1) pelayanan bimbingan dan konseling yang sudah diberikan di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung; (2) permasalahan yang dialami siswa; dan (3) gambaran karakter kepemimpinan siswa. Studi pendahuluan terdiri dari dua kegiatan, yaitu (1) studi pustaka; dan (2) kajian empiris karakter kepemimpinan siswa. Studi pustaka dilakukan untuk menelaah konsep karakter kepemimpinan siswa, konsep bimbingan dan konseling, konsep teknik role playing, hasil penelitian terdahulu tentang karakter kepemimpinan siswa dan kefektifan program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing. Sumber-sumber yang digunakan untuk mendapatkan data dan fakta tentang karakter kepemimpinan siswa, konsep bimbingan belajar, dan konsep teknik role


(50)

Telaah empiris dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang program bimbingan dan konseling yang telah diberikan di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, permasalahan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dan gambaran gambaran karakter kepemimpinan siswa yang diungkap melalui inventori gambaran karakter kepemimpinan yang disebar kepada siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang menjadi sampel penelitian. Semua data digunakan untuk menyusun program hipotetik bimbingn dan konseling. Melalui studi pendahuluan ini dihasilkan potret awal kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. 2. Tahap II Penyusunan Program Hipotetik

Penyusunan program hipotetik bimbingan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dilakukan berdasarkan kajian teoritik dan temuan studi pendahuluan. Penyusunan program dilakukan dengan merumuskan komponen-komponen program dan isi masing-masing program. Penyusunan program hipotetik diikuti dengan mempersiapkan materi-materi program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Pada tahap ini juga dirumuskan


(51)

3. Tahap III Uji Rasional

Uji rasional merupakan uji kelayakan program untuk mengetahui ketepatan program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Kegiatan yang dilakukan pada uji rasional adalah : a) Uji validasi isi program sehingga kelayakan dapat dipertanggungjawabkan. Validasi isi program dilakukan melalui teknik Delphi, yang dilakukan oleh pakar/ahli bimbingan dan konseling yang mengkaji kelayakan sebuah program dengan melakukan validasi teori, menilai kelaikan program, isi program dan keterkaitan antar komponen program. Dengan demikian diperoleh masukan-masukan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program. Dalam hal ini, dilakukan judgement kepada para ahli, yaitu: (1) Amin Budiamin; (2) Ipah Saripah; dan (3) Mubiar Agustin. Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung; dan b) Uji validasi empiris, yang merupakan uji keterbacaan dan uji kepraktisan yang dilakukan oleh praktisi bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam hal ini, dilakukan kepada: (1) M. Agus K; (2) Desy; (3) Ria Lestari dan oleh subjek sasaran program sepanjang implementasi program berlangsung.


(52)

4. Tahap IV Uji Efektivitas Program

Pada tahap ini dilakukan pengujian efektivitas progarm bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dengan metode quasi eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok. Metode quasi eksperimen desain pretest-posttest satu-kelompok melibatkan tiga langkah: (1) pemberian pretest yang mengukur variabel terikat; (2) implementasi perlakuan eksperimen (variabel bebas) untuk para partisipan; dan (3) pemberian posttest yang mengukur kembali variabel terikat. Efek-efek perlakuan eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor-skor pretest dan posttest. Metode quasi eksperimen desain pretest-posttest satu-kelompok yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Gambar.3.1.

Rancangan Pre-Eksperimental Uji Keefektifan Program

Pretest Posttest

Kelompok eksperiment

(KE)

Treatment

Treatment Kelompok

eksperiment (KE)


(53)

Keseluruhan rancangan penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut :

.

Gambar 3.2. Alur Riset Pengembangan Program

TAHAP

KEGIATAN

HASIL

Studi Pendahuluan

Pengembangan & Validasi program

-Penimbangan ahli -validasi empirik -Revisi program

Uji Lapangan

Revisi Program

-kajian literatur -Kondisi Objektif lapangan

-Rancangan

Uji Efektivitas

Draft program

Operasional program

Program Teruji


(54)

E. Populasi dan Sampel

Menurut Hadjar (1996:27), subjek penelitian adalah individu yang ikut serta dalam penelitan sebagai sumber data. Suatu penelitian bertujuan untuk mempelajari sesuatu berkenaan dengan sekelompok individu yang memiliki karakteristik umum yang sama. Kelompok individu tersebut dinamakan populasi penelitian. Gall (2003:129) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah pada kelompok yang dikaji. Menurut Nazir (2005:89), populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Angkatan 2011.

Sementara itu, Sugiono (2010:118) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel karena populasinya kecil dan bisa dijangkau.

Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 62 siswa. Sampel penelitian adalah semua populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013. Adapun data populasi penelitian tanpak pada Tabel 3.5 di bawah ini:


(55)

Tabel 3.5

Data Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Sub

Total Wanita Laki-laki

Kelas VIII A 11 10 21

Kelas VIII B 10 10 20

Kelas VIII C 10 11 21

TOTAL 31 31 62

F. Analisis Data

Data penelitian ini menggunakan analisis statistik. Pertanyaan penelitian pertama tentang tingkat karakter kepemimpinan siswa dijawab melalui konversi skor responden dengan skor ideal yang berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) untuk mendapatkan gambaran karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013.

Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula seperti pada Tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.6

Penyusunan Skala Konversi Skala Lima

Skala Sigma

Skala Angka Keterangan

+1,5 µ +1,5σ < X Kategori sangat tinggi +0,5 µ + 0,5σ < X ≤ µ + 1,5σ Kategori tinggi


(56)

-1,5 µ - 0,5σ < X ≤ µ -1,5σ Kategori rendah

X ≤ µ-1,5σ Kategori sangat rendah

Keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh dalam skala

X minimum teoritik : skor terendah yang mungkin diperoleh dalam skala

σ : standar deviasi, yaitu luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis dari

skor maksimum dan minimum

Adapun deskripsi masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tinggi

Kategori ini menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya, yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkannya


(57)

dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan sangat baik. Pada kategori ini, seseorang dengan sangat baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam bentuk perilaku nyata.

2. Tinggi

Kategori tinggi menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkannya dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Pada kategori ini, seseorang dengan baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari.

3. Sedang

Kategori sedang menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh


(58)

diwujudkannya dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini seseorang dengan baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari tetapi belum baik, dan jarang dipraktikkan.

4. Rendah

Kategori ini menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya, yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan yang membedakannya dengan orang lain. Namun, belum diwujudkannya secara baik dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini, pemahaman, perasaan, dan penginternalisasian akan nilai-nilai karakter kepemimpinan kurang. Nilai-nilai karakter kepemimpinan tersebut juga belum diwujudkan dalam perilaku sehari-hari secara baik.

5. Sangat Rendah

Kategori ini menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya, yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas


(59)

diwujudkannya secara baik dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini, pemahaman, perasaan, dan penginternalisasian akan nilai-nilai karakter kepemimpinan sangat kurang. Nilai-nilai karakter kepemimpinan tersebut juga tidak diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Pertanyaan kedua pada penelitian ini tentang kefektifan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 dilakukan dengan teknik statistik uji dua data sampel berpasangan. Uji t berpasangan digunakan untuk menganalisis perbedaan keefektifan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 antara pretest dan posttest pada siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 yang mengikuti program bimbingan dan konseling. Uji t berpasangan menggunakan SPSS versi 16.0.


(1)

Hill, T.A. (2005). Character First Kimray Inc. (online) Tersedia:http://www.charactercities.org/downloads/publications/Whatischar acter.[7 Juli 2012].

Hurlock, E. B. (2004). Alih Bahasa. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jacobs, EF. et al. (1987). Leadership. London. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Kadir, Abdul. (2001). Membangun Karakter Kepemimpinan. Yogyakarta: Andi Offset.

Kasman, Rusdi. (2010). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kecerdasan Moral Siswa. Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum. (2010) Bahan Pelatihan. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kartadinata, Sunaryo. (2000). Pendidikan Untuk Pengembangan Sumberdaya Manusia Bermutu Memasuki Abad XXI, Implikasi Bimbingannya. Bandung: FIP UPI.

Klann (2007). Education for Character. New York: Bantam Books.

Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Kohlberg, Lawrence. (1991). (Alih Bahasa: Istiwidayanti). Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Kolb. (1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. New Jersey: Prentice Hall.

Lickona, Thomas. (1991). Education for Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lubis, Mochtar. (2001). Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lwin, May dan kawan-kawan(Alih Bahasa: Soejarwo) (2007). How to Multiply


(2)

Magniz-Suseno. (1987). Hati Nurani. (Online) Tersedia: http://hatinurani.blogspot.com. [7 Oktober 2012].

Mahardayani, H.I & Latifah Nur Ahyani.(2010). Identifikasi Perilaku Bullying Pada Remaja Di Kabupaten Kudus. (Online) Tersedia: http://Jurnal.Umk.Ac.Id/Jurnal/2010/Sosbud juni 2010/Identifikasi perilaku bullying pada remaja.Pdf. [7 Juli 2012].

Makmun, Abin Syamsudin. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsudin.(2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:Rosda.

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter. Solusi yang Tepat Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Fondation.

Mulyasa. (2007). Definisi Bermain Peran. (Online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (1 April 2013).

NN, (2009). Tawuran Antara Pelajar DKI Jakarta. (Online) Tersedia: http://tawuran-kelompokbsi.blogspot.com. [7 Juli 2012].

NN. (2010). Penelitian Mengenai Kekerasan di Sekolah (2008). (Online) Tersedia: http://sejiwa.org/penelitian-mengenai-kekerasan-di-sekolah-2008/. [7 Juni 2012].

NN. (2010). 32 Persen Remaja Indonesia Pernah Berhubungan Seks. (Online)

Tersedia: http://

metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/05/17/105501/32-Persen-Remaja-Indonesia-Pernah-Berhubungan-Seks. [7 Juni 2012]

NN. (2010). BKKBN: 51 Persen Remaja Jabodetabek Tidak Perawan. (Online) Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/1290923462/bkkbn-51-persen-remaja-jabodetabek-tidak-perawan. [7 Juni 2012].

NN. (2011). 65 Persen Siswa di Ciawi, Bogor Pernah Berhubungan Seks.

(Online). Tersedia:

ttp://news.okezone.com/read/2011/11/03/338/524380/65-persen-siswa-di-ciawi-bogor-pernah-berhubungan-seks. [7 Juni 2012].

NN. (...). Experiential Leraning. (Online). Tersedia: http://www.Psychology.wiki.com/wiki/experiential learning. [10 Juli 2012].


(3)

Natawidjaia, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: Diponegoro.

Nazir, Moh., (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurgiantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhayati. (1998). Program Layanan Bimbingan dan Konseling Kesehatan Seksual Remaja. Skripsi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurihsan, A. Juntika. (2007). Bimbingan dan Konseling, Dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan, A, Juntika dan A. Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kurikulum 2004. Jakarta: PT. Gramedia.

Nurihsan, A. Juntika. (2002). Pengantara Bimbingan dan Konseling. Bandung: PPB FIB dan UPC LBK UPI.

Nugraha, B.D. (2004) Waspadai Seks Bebas Kalangan Remaja. (Online). Tersedia: http://www.solusisehat.net. [18 Mei 2012].

Oktavianti, Ridha. (2008). Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk mengembangkan konsep diri siswa. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oxford University Press. (2006). Concis Oxford English Dictonary. New York: Oxford University Press. Inc.

Park, Nansook.(2009). Bulding Strengths of Character: Keys to Positive Youth Development. Jurnal of Reclaiming Children and Youth.18 (2), 42-47. Peterson, C. & Seligman, M. E. P. (2004). Character Strengths and Virtues: A

Handbook and Classification. New York: Oxford University Press

Prayitno, dkk. (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

Prayitno. (1997). Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Puluhulawa, Meiske. (2012). Program Bimbingan untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa SD. Studi Pengembangan Program Bimbingan di


(4)

Kelas Tinggi (IV-V) SD Lab UNG.Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahman, Fathur. (tt). Pendidikan Profesi Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor (PPGBK). Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program BK. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Ridwan. (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: Rasda. Santrock, John W. (2007). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soejarwo.

Perkembangan Anak, edisi ke tujuh, jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2003). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soejarwo. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Sasongko. Luddy Bambang. 2004. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Relasi dan Grafik di Kelas 2 SMP. Tesis Magister SPS UNESA Surabaya: tidak diterbitkan.

Sedanayasa. (2010). “Model Bimbingan Sosial Kolaboratif Berbasis Multi-kultur untuk Peningembangan Kohesivitas Sosial SMP”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Edisi April 2010. Malang: Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang dan ABKIN, 96-103

Sinaga, Juster Donal. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Salman Al Farisi, Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012). Tesis di Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sinurat, R.H.Dj. (1996). Hand-out Bimbingan Kelompok. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak-Peran Moral, intelektual, emosional, dan sosial sebagai wujud integritas membangun diri. Jakarta: Bumi Aksara


(5)

Slamet. (2002). Management Kepemimpinan. Tersedia: http://ebookslamet.wordpress.com/author/slamet. Diakses pada: 30 Oktober 2012.

Sternberg, RJ. (Ed.) (2000), Intelligen Handbook, 2nd ed.

Sudrajat, Ahmad. (2010). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman AS, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani Production.

Suherman dan Dadang Sudrajat. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Porogram Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: PPB FIP IPI

Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Supraktiknya, A. (2011). Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Suparno,dkk.(2002).Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius. Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung:Pustaka Bani Qurasy.

Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

UNESCO Principal Regional Office for Asia and the Pacific. (1998). Learning to Live Together in Peace and Harmony, Values Education for Peace, Human Right, Democracy and Substainable Development for The Asia Fasific Education. Bangkok: UNESCO Principal Regional Office for Asia and the Pacific.

Yus, Anita.(2008).Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek. Tinjauan Beberapa Aspek Character Building.Yogyakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian Unversitas Negeri Yogyakarta dan Tiara Wacana.


(6)

Yusuf, Syamsu, & Juntika Nurihsan, (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Program Pascasarjana UPI dan Rosda.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.