PENGEMBANGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglan.

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman JUDUL TESIS ……….

LEMBAR PENGESAHAN ……… LEMBAR PERNYATAAN ……… MOTTO ……… ABSTRAK ………... KATA PENGANTAR ………,… DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Rumusan dan Batasan Masalah ………... C. Pertanyaan Penelitian ……….. D, Definisi Operasional ……… E. Tujuan Penelitian ………. F, Manfaat Penelitian ………...

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif………. 1. Landasan Filosofi Pembelajaran Kooperatif ………... 2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif ………. 3. Karakteristik Model Cooperative Learning ………... 4. Prinsip Prinsip Pembelajaran Kooperatif ……… 5. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ……… 6. Variasi Model Cooperative Learning ……….

i ii iii iv v vi viii xi xiii xiv 1 12 14 14 15 16 18 18 22 28 30 31 37


(2)

ii

B. Prestasi Belajar ……… 1. Konsep Prestasi Belajar ……….… 2. Indikator Prestasi Belajar ……….. C. Mata Pelajaran Matematika………..…

1. Karakteristik dari Matematika……… 2. Tujuan Pembelajaran Matematika ………

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Langkah-langkah Penelitian ………... B. Lokasi dan Subyek Penelitian ……….

1. Lokasi Penelitian ……….… 2. Subyek Penelitian ……… C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ……… D. Analisa Data ……… E. Langkah-langkah Penelitian ……… F. Pengembangan Instrumen ……… G. Jadwal Penelitian ……….

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………... 1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ………. 2. Deskripsi Pengembangan Draft Model ……… 3. Hasil Uji Coba Terbatas……… 4. Hasil Uji Coba Luas….. ……….…. B. Pembahasan Hasil Penelitian ………...……

1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di SMP saat ini……..…… 2. Desain Model Pembelajaran Kooperatif ……….……. 3. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif……… 4. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif ………

56 56 60 61 61 62 67 71 71 76 77 78 79 93 93 95 95 111 116 122 135 135 138 143 146


(3)

iii BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan………...……… B. Rekomendasi ………...………

DAFTAR PUSTAKA ………..………… LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..………

148 152

155 158


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif………. Penghitungan Skor Perkembangan……… Tingkat Penghargaan Kelompok……… Perbandingan Empat Pendekatan dalam Cooperative learning………. Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan……….. Jadwal Kegiatan Penelitian Pengembangan Model

Kooperatif-STAD Di SMP Kabupaten Pandeglang ………. Data Guru Mata Pelajaran Matematika yang Diobservasi……… Latar belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Guru………… Pandangan guru terhadap tugas, profesi, minat, penguasaan

materi, penguasaan kelas serta latar belakang pendidikan

dan lamanya pengalaman mengajar……….. Pandangan guru terhadap pembelajaran matematika di SMP……….. Keadaan Sarana Prasarana di SMP Negeri 1 Bojong

Kabupaten Pandeglang………. Persepsi Siswa Mengenai Bersekolah di SMP di Kabupaten

Pandeglang……… Pandangan Siswa Mengenai Pelajaran Matematika……….. Hasil Pretes Dan Postes Pada Uji Coba Terbatas Kelas 8-D

SMP Negeri 1 Bojong……….. Hasil Analisa Statistik pada Uji Coba Terbatas di SMP

Negeri 1 Bojong……….. Hasil Pretes Dan Postes Pada Uji Coba Luas Kelas 8-F

SMP Negeri 1 Picung……… Hasil Analisa Statistik pada Uji Coba Luas di SMP

Negeri 1 Picung……….

38 43 44 55 71 95 97 98 99 102 104 108 110 113 114 119 120


(5)

v 4.12

4.13

4.14

4.15

Hasil Pretes Dan Postes Pada Uji Coba Luas Kelas 8-B

SMP Negeri 1 Saketi………. Hasil Analisa Statistik pada Uji Coba Luas di SMP

Negeri 1 Saketi……….. Hasil Pretes Dan Postes Pada Uji Coba Luas Kelas 8-B

SMP Negeri 2 Bojong……… Hasil Analisa Statistik pada Uji Coba Luas di SMP

Negeri 2 Bojong……….

123

124

126


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1

3.1

Faktor-faktor yang terlibat dalam Kegiatan Pembelajaran ………….

Peta Lokasi Kegiatan Penelitian di SMP di Tiga Wilayah Kecamatan Bojong; Kecamatan Picung dan Kecamatan

Saketi Kabupaten Pandeglang ………. 14


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Pra Survey

Lampiran 3 Kisi-kisi Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Surat Permohonan Penyebaran Angket Lampiran 6 Angket Untuk Guru

Lampiran 7 Angket Untuk Siswa

Lampiran 8 Pedoman Observasi Kegiatan Kelas Lampiran 9 Observasi Kelas (Kegiatan Guru) Lampiran 10 Observasi Kelas (Kegiatan Siswa) Lampiran 11 Pemetaan Kompetensi Dasar Lampiran 12 Silabus

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 14 Instrumen Tes

Lampiran 15 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Nomor : 3040/H40.7/PL/2009

Lampiran 16 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Nomor : 407/H40.7/PL/2010

Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian/ Observasi Nomor : 722/H40.7/PL/2010

Lampiran 18 Surat Keterangan Nomor : 421/869/SMP 026/2010 Lampiran 19 Surat Keterangan Nomor : 421/95/SMP.1/2010 Lampiran 20 Surat Keterangan Nomor : 421/140/SMP.16/2010 Lampiran 21 Surat Keterangan Nomor : 421/082/SMP 02/2010


(8)

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berpikir mengenai pendidikan berarti berpikir soal kebudayaan dan peradaban, bahkan gagasan tentang pendidikan akan merambah pada wilayah pembentukan peradaban manusia di masa depan. Pendidikan adalah merupakan suatu upaya mengkonstruksi pengalaman-pengalaman dari peradaban manusia secara berkelanjutan, untuk dapat memenuhi tugas hidupnya sebagai kholifah di muka bumi. Dalam kontek ini, sekolah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang dalam rentang waktu cukup panjang telah dapat melaksanakan perannya yaitu sebuah proses pembentukan peradaban bangsa. Proses rekonstruksi pengalaman-pengalaman peradaban generasi anak bangsa secara kuantitas maupun kualitas tidak dapat diabaikan.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Dalam Undang-Undang ini telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai suatu cita-cita bagi segenap bangsa Indonesia, yamg intisarinya adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan jasmani dan rohani.

Pendidikan merupakan suatu wahana yang sangat penting dan strategis dalam upaya membekali dan mempersiapkan generasi muda, bukan saja untuk sekedar mengembangkan potensi dirinya dan untuk menjalani kehidupan secara


(10)

baik di lingkungan masyarakat, akan tetapi pendidikan diharapkan dapat menerapkan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dirinya terhadap kondisi yang baik di lingkungan masyarakat dan negaranya.

Pendidikan sebagai suatu sistem dan selalu berorientasi pada pencapaian tujuan, dimana apa bila telah ditetapkan tujuan pendidikan maka seorang guru harus menetapkan sebuah strategi belajar mengajar yang diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan dengan sebaik-baiknya.

Seperti dicontohkan mengenai titik berat pemberian materi pelajaran pada pendidikan tingkat bawah (tingkat dasar), pada masa dulu sering disebutkan “ca-lis-tung” yang mengandung pengertian : Membaca, Menulis dan Berhitung”. Tiga komponen mata pelajaran ini dipandang dan diakui sebagai landasan dasar untuk pananaman berbagai kajian terhadap bidang studi atau disiplin ilmu. Pada perkembangannya pelajaran mengenai berhitung kemudian lebih dikenal dengan istilah pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang amat penting untuk dikuasai, karena matematika merupakan salah satu ilmu dasar (pare science) yang keberadaan maupun kontribusinya demikian vital bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dengan perkembangan tersebut, secara tidak langsung matematika telah merambah kepada kehidupan manusia sehari-hari. Matematika telah mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia baik ekonomi, sosial, kultural, maupun politik, baik formal, non formal maupun informal. Begitu signifikannya peran matematika sehingga dilingkungan formal pelajaran matematika disekolah menengah pertama diajarkan dengan tujuan untuk


(11)

mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika untuk sampai kepada hal tersebut, tentunya diperlukan berbagai cara atau metode pengajaran efektif sehingga para siswa bisa memahami materi-materi yang disampaikan, serta dapat memiliki konpetensi yang unggul dan berprestasi.

Berbagai kegagalan pengajaran matematika yang selama ini terjadi, disebabkan penerapan metode pengajaran yang kurang tepat, pengajaran yang tanpa kreativitas guru, bersifat monoton dan cenderung konvensional. Sehingga berakibat pada psikologis siswa yang terjadi kejenuhan terhadap matematika, dan mendorong mereka untuk tidak lagi belajar matematika dengan anggapan bahwa matematika itu mambosankan, tidak menarik, dan sulit. Ciri-ciri kemonotonan dalam pembelajaran matematika yang selama ini terjadi antara lain : pembelajaran klasikal yang masih didominasi peran guru yakni dengan mengandalkan komunikasi satu arah, masih menekankan pada hafalan, tidak menggunakan metode pelajaran yang menarik, dan hampir tidak pernah ada pengembangan kreativitas mengajar guru. Akibatnya yang tampak antara lain: siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, siswa tidak kreatif dan berpengetahuan dangkal, aktifitas belajar siswa sangat rendah dan prestasi belajarpun tidak memuaskan.

Proses pembelajaran yang menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan masih banyak kita jumpai. Dengan cara ini seolah olah siswa sebagai botol kosong pasif yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh sang guru apapun atau bagaimanapun kondisinya. Hasil yang dicapai melalui proses ini menjadlikan siswa kurang kreatif dan kurang bisa mengembangkan diri serta


(12)

sukar untuk mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari hari. Belajar juga menjadi kurang bermakna karena jauh dari apa yang dihadapi siswa setiap hari.

Belajar bagi siswa adalah merupakan kegiatan dalam proses berjenjang, dinamis dan komprehensif. Artinya secara periodik siswa menempuh proses pembelajaran dari tingkatan paling bawah kemudian setiap pergantian tahun pelajaran akan naik menuju kelas-kelas/ tingkat-tingkat di atasnya secara berkelanjutan, sesuai pula meningkatnya bahan ajar yang harus diterima. Hal itu bersifat menyeluruh pada semua jenis mata pelajaran sesuai yang sudah diatur di dalam kurikulum. Di sisi lain proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran merupakan kegiatan ritmik-periodik, statis dan homogen, artinya realitas di lapangan pada umumnya dari tahun ke tahun guru mata pelajaran mengajar pada kelas/ tingkat yang sama, dan setiap periode satu tahun pelajaran guru mata pelajaran akan kembali mengajarkan materi yang sama, serta hanya berfokus pada mata pelajaran tertentu sebagai kompetensi bidang ajarnya.

Tersirat terjadinya kompleksitas beban belajar yang di tanggung pihak siswa, yang implikasinya siswa setiap pulang sekolah selalu membawa sejumlah beban Pekerjaan Rumah (PR) dari hampir setiap mata pelajaran yang ada setiap harinya. Memang tidak ada yang keliru dari tugas-tugas itu, karena pasti setiap guru mata pelajaran akan mengatakan bahwa mata pelajarannya itu penting, dan untuk mencapai target pemahamannya/ penguasaan materinya jalan PR-lah menjadi solusi bagi guru yang relatif praktis dan efisien.


(13)

Bagi guru mata pelajaran, melaksanakan proses pembelajaran di kelas lebih sering dianggap sebagai sebuah rutinitas kegiatan yang “mengulang-ulang (ritmik)”, apa lagi bagi guru yang telah menjalani profesinya cukup lama/ puluhan tahun. Sehingga seiring dengan bertambahnya usia bertambah pula orientasi kepentingannya serta mulai terjadi penurunan energi/ vitalitas, konsentrasi maupun responsibility atas berbagai dinamika dalam dunia pendidikan.

Suasana kelas yang terjadi sebagai terpadunya dua kondisi yang berbeda antara kondisi spiritual siswa dan guru seperti tersebut di atas, jika tidak dikembangkan didaktik-metodik yang tepat bukan mustahil proses pembelajaran tersebut hanya akan membuahkan kehampaan (hasil belajar yang statis, tidak berkesan/ tidak bermakna), ataupun menimbulkan kebosanan baik pada siswa maupun pada guru, bahkan sama sekali tidak menumbuhkan apresiasi siswa terhadap esensi dari materi pelajaran itu sendiri.

Matematika, salah satu mata pelajaran yang dilingkungan siswa SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang masih menduduki sebagai mata pelajaran tersulit diantara Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai tiga mata pelajaran yang berkategori sulit. Hal ini diperkuat dengan hasil Uji Coba Ujian Nasional (Try Out) siswa kelas 9 SMP se Kabupaten Pandeglang dua tahun terakhir berturut-turut : tahun pelajaran 2007/2008 rata-rata untuk nilai matamatika 4,87 dan untuk tahun pelajaran 2008/2009 nilai rata-rata matematika 5,26. Nilai rata-rata Try Out ke-dua periode tersebut ada dibawah standar kelulusan yang menjadi keputusan pemerintah, sehingga hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi kebanyakan siswa maupun para guru, dan juga


(14)

para orang tua siswa bahwa ada banyak siswa peserta ujian yang “dikhawatirkan” tidak lulus. Rendahnya rata-rata nilai matematika tersebut merupakan suatu indikasi dari lemahnya prestasi belajar siswa, khususnya didalam belajar matematika.

Berdasarkan sisi pandang geografis, SMP Negeri 1 Bojong yang beralamatkan di Jalan Saketi-Malingping Kilometer 7, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pandeglang. Dalam pandangan kultur maupun tatanan sosial-ekonomi kemasyarakatannya maka SMP Negeri 1 Bojong ini ada di wilayah Kabupaten Pandeglang bagian tengah, yang bertumpu pada sumber daya dukung masyarakat yang “relatif” tertinggal diberbagai aspek, implementasinya sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Bagaimana tidak, wilayah Kabupaten Pandeglang tengah sebagian besar adalah merupakan wilayah tradisionil, perkampungan tertinggal yang belum banyak tersentuh oleh pembangunan secara memadahi, dengan mata pencaharian penduduknya berkisar 65 % adalah petani yang mengandalkan penghasilan musiman, 20 % buruh, serta 10 % wiraswasta dan berdagang. Sesuai dengan geografisnya yang merupakan daerah Banten selatan, dengan mayoritas masyarakat barpendidikan SD/SMP, bahkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak berpendidikan/ SD tidak tamat masih cukup banyak.

Ditinjau secara sepintas latar belakang masyarakatnya, sebagai masyarakat peserta didik dan masyarakat wali siswa maka apabila dikaitkan dengan perkembangan dunia pendidikan serta program-program pemerintah mengenai kependidikan, memang masih jauh memprihatinkan. Jalan pikiran masyarakat


(15)

seolah terpola, apapun dalam memikirkan kehidupannya dilihat dengan cakrawala yang pendek, sempit dan dangkal. Menyekolahkan anak adalah masih merupakan investasi yang terlampau mahal, sementara anak usia tamat SD dipandang sudah berkemampuan untuk membantu orang tuanya mencari nafkah, ataupun dianggap sudah cukup untuk membekali hidupnya dikemudian hari (fakta di lapangan cukup banyak dari masyarakat sekitar tempat tinggal penulis).

Memetik salah satu pernyataan Kepala UPT Kecamatan Bojong dalam acara “halal bil halal” bersama keluarga besar PGRI Kecamatan Bojong beberapa bulan yang lalu, dengan nada mempertanyakan : “Tahun pelajaran 2009/2010 siswa-siswi tamatan SD/MI se Kecamatan Bojong dari data yang dapat diakses hanya tidak lebih dari 70 % yang melanjudkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs, selebihnya berkisar 30 % yang lain kemana ?”. Ini sebuah pernyataan penuh keprihatinan dari seorang tokoh pendidikan di Kecamatan Bojong, karena segala dorongan dan motivasi dari para pendidik yang dipastikan sudah semaksimal mungkin, tetapi belum juga berdampak secara signivikan didalam kesadaran masyarakat.

Maka jangankan orang tua siswa memberi motivasi kepada anaknya, bahkan program pemerintah seperti adanya sekolah gratis (bantuan BOS), SMP Terbuka/ gratis, itu semua masih dipandang sebagai beban yang tidak ringan dari masyarakat, terutama menyangkut fasilitas belajar yang dipersiapkan dari rumah : baju seragam, buku/ alat tulis, transportasi, uang jajan dan sebagainya. Sehingga walaupun peserta didik yang lebih berkesempatan baik bisa masuk lembaga pendidikan, rata-rata berangkat dari rumahnya dengan mental yang krisis


(16)

motivasi, krisis semangat dan tidak punya gambaran cita-cita untuk masa depannya.

Panorama masyarakat peserta didik seperti yang terulas di atas bagi guru dan elemen pendidikan sungguh merupakan kenyataan yang sangat menyulitkan. Di satu sisi memandang tugas dan tuntutan berbagai peraturan serta tuntutan kemajuan dalam pendidikan, di sisi lain kondisi di lapangan tentang kultur sosial, budaya, serta ekonomi masyarakat, seperti terdapat jurang pemisah yang sangat jauh.

Jika hal ini tidak segera difikirkan upaya-upaya meningkatkan metode pembelajaran, khususnya untuk pelajaran matematika di kelas 8, apa lagi dengan kemungkinan ditingkatkannya standard kelulusan (Passing Grade), maka dikhawatirkan pada ujian kelas 9 di tahun-tahun mendatang presentasi ketidaklulusannya (kegagalannya) bertambah besar. Metode/ strategi pembelajaran apa yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?

Secara analogis aktivitas belajar siswa akan berlangsung secara optimal jika ia mampu berkonsentrasi dengan baik, konsentrasi akan merespon dan mengarah ke suatu fokus jika diberikan suatu stimulus sebagai tantangan. Tetapi mengingat kapasitas psikologis siswa SMP yang pada umumnya belum cukup memiliki rasa percaya diri, serta belum dapat sepenuhnya berfikir sendiri, maka perlu adanya kerja-sama antar sesama teman dalam berdiskusi/ bertukar-pikiran.

Sering dijumpai siswa yang penuh perhatian terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi ketika diberi kesempatan untuk bertanya seolah tidak


(17)

ada satu hal-pun yang dirasa perlu ditanyakan, sedangkan jika ia diberi pertanyaan oleh guru tidak terpikirkan olehnya untuk menjawab benar. Contoh seperti ini biasanya terjadi dalam pola pembelajaran satu arah, dimana guru sebagai penyaji materi pelajaran mendominasi proses pembelajaran di kelas, sedangkan siswa cenderung sebagai konsumen yang hanya menampung semua sajian materi dari guru dengan melihat dan atau mendengar. Disamping itu pada umumnya siswa yang punya sifat “pemalu” atau “penakut” ia akan memlih diam dan menunggu kesempatan unjuk muka (usul, bertanya atau menjawab) tersebut diambil oleh teman yang lain, sementara ia hanya ikut setuju saja tanpa adanya proses pemahaman materi itu sendiri.

Nampak sekali bahwa kondisi pembelajaran seperti itu menunjukkan kurang berkembangnya metode pembelajaran, sehingga masih banyak potensi-potensi siswa yang belum terakomodasi oleh strategi pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinisiatif, berkelompok untuk membangun hubungan interaktif dan bekerja-sama, serta kurang adanya pembiasaan melatih keberanian mengungkapkan masalah dengan teman, maupun berlatih menyampaikan pendapat/ buah-fikiran/ gagasan atau menawarkan solusi dalam pemecahan masalah (problem solving).

Proses pembelajaran yang baik hendaknva menempatkan siswa sebagai pencari ilmu sehingga perlu dibiasakan memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya. Intervensi dari orang lain diberikan dalam rangka memotivasi mereka. Perumusan atau konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri. Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informator dan penyuap akan tetapi


(18)

sebagai organisator program pembelajaran, sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator keberhasilan pembelajaran mereka. Hubungan guru dengan siswa tidak lagi vertikal tetapi cenderung ke arah horizontal.

Kooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar (Muhammad Nur, 1998 : 16). Tiap tiap kelompok terdiri dari anak yang berbeda beda kemampuan berfikirnya. Dalam kelompok mereka dapat melatih, dan mengembangkan keterampilan keterampilan yang spesifik yang diperlukan dalam pembelajaran. Ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dicapai yaitu : (1) hasil belajar akademik; (2) penerimaan terhadap keberagaman; dan (3) pengembangan keterampilan sosial (Muslimin Ibrahim, dkk 2001 : 7 ).

Seperti pendapat peneliti sebelumnya, Ahmad Rofiq (2008: 172) dalam tesisnya yang berjudul : “Pengembangan Model Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Madrasah Aliah” yang menegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki bannyak pendekatan atau tipe, telah terbukti dari berbagai penelitian telah mampu meningkatkan kemampuan akademis dan keterampilan sosial siswa. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada fokus, jenjang pendidikan, mata pelajaran, atau pendekatan yang berbeda, dari model pembelajaran kooperatif.

Hasil belajar akademik yang dimaksudkan dalam pembelajaran kooperatif meliputi pemahaman konsep konsep yang sulit serta peningkatan kinerja ilmiah dalam tugas-tugas akademik. Heterogenitas kelas yang menyebabkan adanya


(19)

kelompok atas dan kelompok bawah dimanfaatkan sehingga mereka saling menguntungkan dalam belajar. Kerja sama dan kolaborasi ditumbuhkan sehingga dapat terhindar dari rasa permusuhan ataupun pertikaian kecil yang mengakibatkan kekerasan. Situasi belajar semacam ini memberi dampak nyata kepada siswa ketika berada dalam masyarakat.

Sebagai alternatif, pembelajaran matematika di tingkat SMP yang dapat memenuhi kajian analogis di atas adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran Kooperatif. Karena metode ini menempatkan guru lebih sebagai fasilitator, yang didalam mengemas materi setelah mengkondisikan kelass, dan menyampaikan informasi secukupnya tentang materi pelajaran, guru kemudian membentuk kelompok-kelompok diskusi, dimana setiap kelompoknya terdiri dari empat atau lima orang siswa secara heterogen. Dengan bahan kerja kelompok yang sudah disiapkan oleh guru (dapat berupa LKS) maka siswa bersama dalam kelompoknya melakukan aktivitas nyatadalam pembelajaran yaitu berdiskusi, memadukan pemikiran, beradu argumentasi, bertanya-jawab, saling membantu dalam menyelesaikan masalah, menjalin kekompakan, melatih sportifitas dan memacu semangat berkompetisi antar kelompok.

Diharapkan suasana kelas akan lebih hidup, dinamis, kondusif, bergairah, karena dari berbagai tingkat kemampuan siswa yang berbeda dapat saling berdialog dan berdiskusi untuk dapat menyelesaikan tugas kelompok secara bersama, berkompetisi antar kelompok yang diharapkan dapat meningkatkan semangat untuk lebih berprestasi, tidak membosankan baik dagi siswa maupun


(20)

bagi guru, efektif serta lebih bermakna, sesuai konsep PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangankan).

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Rendahnya nilai hasil belajar matematika kelas 8 di SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pandeglang dikarenakan rendahnya pemahaman konsep dasar matematika yang terakumulasi, sehingga membuahkan image negatif dalam diri siswa terhadap pelajaran matematika, yaitu bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit, rumit, membosankan dan tidak menarik simpatik siswa. Hal ini harus segera diatasi sejak sedini mungkin, mengingat pelajaran matematika merupakan salah satu dan 4 mata pelajaran yang termasuk dalam Ujian Akhir Nasional (UAN), serta menjadi landasan dasar yang sangat penting bagi banyak disiplin ilmu pada sekolah-sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sekurangnya antisipasi ini sangat penting untuk diterapkan pada siswa kelas 8, mengingat kondisi kesiapan siswa lebih memungkinkan, serta untuk melakukan berbagai terobosan dalam mengembangkan pembelajaran, agar dinamika pembelajaran menjadi penuh variasi dan hal itu menantang kreatifitas, semangat perubahan dan profesionalisme dalam tugas mengajar bagi guru.

Oleh karena itu didalam penelitian upaya untuk meningkatkan hal-hal tersebut yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif, mengacu basil studi Mevarech dan Kramarski (2003) yang menyebutkan bahwa setting kooperatif sedikit lehih efisien daripada implementasi dengan setting individual.


(21)

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Model cooperative-learning yang bagaimanakah yang cocok untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?”

2. Batasan Masalah

Agar pelaksanaan penelitian dapat berlangsung dengan lebih spesifik dan terarah, maka perlu adanya pembatasan masalah di dalam penelitian ini, yaitu : 1). Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pelajaran

matematika SMP di Kabupaten Pandeglang ini adalah pengembangan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

2). Pembelajaran matematika akan dilaksanakan di kelas 8, meliputi 2 kelas untuk uji terbatas dan 4 kelas lainnya untuk uji luas.

3). Materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menyesuaikan dengan kondisi kelas yang ada, serta alokasi waktu yang ada pada kajian kurikulum satuan pendidikan setempat di semester genap.

4). Prestasi belajar siswa yang menyangkut aspek kognitif yaitu penguasaan konsep-konsep materi pelajaran, serta aspek afektif yaitu sikap dan perilaku siswa, dan aspek psikomotorik yaitu keterampilan siswa yang mengikuti pelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif STAD selama pelaksanaan pengembangan model.


(22)

C. Pertanyaan Penelitian

Agar di dalam penelitian ini permasalahannya lebih terperinci, maka dibentuk dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang saat ini?

2. Bagaimanakah desain model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?

3. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran kooperatif yang dapat meningklatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?

4. Bagaimanakah evaluasi model pembelajaran kooperatif yang dapat meningklatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?

D. Definisi Operasioinal

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, ada dua variable utama yang menjadi inti kajian dalam penelitian yang akan dilaksanakan, adalah model

Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) dan prestasi belajar. Agar

variable yang akan diteliti dapat diukur, dapat diobservasi dan diuji, maka variable tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Model Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok


(23)

kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

2. Prestasi belajar adalah merupakan taraf keberhasilan siswa atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pekajaran tertentu. Hamalik (1989: 4) mengatakan, bahwa: Prestasi belajar adalah hal-hal yang telah dicapai seseorang.

E. Tujuan Penelitian

Sebagai tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang, melalui mata pelajaran matematika. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang saat ini?


(24)

2. Mengetahui bagaimanakah desain model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang. 3. Mengetahui bagaimakah implementasi model pembelajaran kooperatif yang

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang.

4. Mengetahui bagaimanakah evaluasi model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan presatsi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang dapat dipergunakan oleh guru, khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian R&D (Research and Developmen) ini diharapkan dapat memberikan manfaat didalam peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah, khususnya pihak-pihak sehagai herikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya : Merubah image negatif terhadap matematika maupun elemen-elemen yang berkaitan dengan pembelajaran matematika, meningkatkan motivasi belajar serta mengembangkan sikap dan strategi belajar untuk meningkatkan kualitas pemahaman konsep yang lebih balk.

2. Bagi Guru : Memberikan wawasan baru didalam mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, kreatif dan inovatif.


(25)

Membangkitkan kesadaran sebagal tenaga profesi untuk mengaktualisasikan kompetensinya sebagai tenaga guru yang profesional.

3. Bagi Sekolah : Menambah cakrawala baru tentang pengkajian di berbagal aspek di lingkungan sekolah, untuk layak menjadi obyek pengamatan/ penelitian secara detail, akurat, obyektif serta akuntabel, sedemikian sehingga berimplikasi pada terkemasnya setiap produk kebijakan yang lebih akurat, maslahat, bijaksana dan komprehensif.


(26)

67 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian.

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Sukmadinata, 2008 : 5). Lebih jauh dikatakan bahwa pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif.

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model pembelajaran kooperatif yang menyatu dengan lingkungan belajar sistem diskusi kelompok yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pengembangan model ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan atau “Educational Research and Development” (R&D) yang merujuk pada teori Borg dan Gall dalam buklunya “Educational

Research”. Borg and Gall (1979; 624) mendefinisikan pendekatan penelitian

dan pengembangan dalam pendidikan adalah : “a process used to develop and

validate educational products”.

Menurut Borg and Gall, ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam research and development, adalah sebagai berikut :

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data), ini


(27)

observasi kelas khususnya berkaitan dengan ketersediaan sarana, alat, media serta sumber belajar, telaah terhadap kinerja guru, lingkungan sekolah dan manajerial sekolah, serta persiapan pelaporan.

2. Planning (perencanaan), merupakan kegiatan perancangan berbagai

kegiatan dan prosedur yang akan dilakukan, termasuk didalamnya menetapkan tujuan, urutan pembelajaran, dan uji kelayakan skala kecil yaitu uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran.

3. Develop preliminary from of product (pengembangan draft produk),

termasuk didalamnya mempersiapkan materi ajar, buku-buku yang digunakan, media dan alat evaluasi.

4. Preliminary field testing (uji coba lapangan awal), uji coba ini melibatkan

sekolah dan subyek dalam jumlah terbatas, yaitu dilakukan analisa data hasil wawancara dan observasi.

5. Main product revision (merevisi hasil uji coba), yaitu perbaikan terhadap

model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan. 6. Main field testing (uji coba lapangan), yaitu uji coba model yang lebih luas

dengan melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah yang lebih banyak. Data yang dikumpulkan adalah kuantitatif pre-test dan post-test, dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan uji coba luas.

7. Operasional product revision (penyempurnaan produk hasil uji lapangan),

ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas.


(28)

8. Operasional field testing (uji pelaksanaan lapangan), yaitu uji coba model

yang melibatkan sekolah dan subyek yang lebih banyak. Data yang dikumpulkan dari angket, observasi, dan hasil wawancara yang kemudian dianalisis.

9. Final product revision (penyempurnaan produk akhir), revisi ini didasarkan

pada model operasional dan uji coba model yang lebih luas.

10. Dissemination and dirtribution (diseminasi dan implementasi), kegiatan

yang dilakukan adalah monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model. Langkah tersebut peneliti ambil sekurangnya tujuh langkah dari awal , hal ini kami adaptasikan dengan keperluan penelitian, tanpa mengurangi esensi dari penelitian dan pengembangan. Adapun langkah tersebut kami kelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : (1) Studi pendahuluan, (2). Perencanaan dan penyusunan model, (3) Uji coba model (pengembangan model). (Sukmadinata, 2007 : 184).


(29)

Tabel 3.1

Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan (dimodifikasi dari tulisan W.R. Borg dkk, 1991)

Studi Pendahuluan Pengembangan Model Uji Coba Model

Kajian Literatur: • Teori tentang model

pembelajaran kooperatif-STAD • Hasil penelitian yang

relevan

Pra-survei Lapangan • Kondisi guru

• Proses pembelajaran • Kondisi siswa

• Sarana dan prasarana

Desain Model: • Tujuan

• Bahan ajar/ Materi • Media/sumber

• Prosedur Pembelajaran • Evaluasi

Ujicoba terbatas: • Desain model awal • Implementasi • Evaluasi

Ujicoba lebih luas • Desain model yang

sudah direvisi • Implementasi • Evaluasi

1) Studi Pendahuluan

Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah:

a. Mengkaji teori-teori mengenai pembelajaran Kooperatif dan pendidikan matematika serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

b. Melakukan pra-survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi pembelajaran matematika dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti desain pembelajaran, pokok bahasan, guru, siswa, proses belajar-mengajar, dan sarana yang tersedia.

Model siap diuji cobakan (model Akhir) Hasil Kajian Literatur

dan Pra-survei

Evaluasi draft model


(30)

2) Pengembangan Model

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan model adalah:

a. Need Assessment dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap

strategi merancang materi pembelajaran, mengelola kelas, menyajikan materi serta evaluasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Menyusun desain model pembelajaran Kooperatif-STAD yang meliputi;

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi, Tujuan pembelajaran, Metode, Strategi, Media, dan alat Evaluasi.

c. Merencanakan ujicoba lapangan yang meliputi; bentuk kegiatan, tempat kegiatan dan waktu.

d. Validasi model, melalui mendiskusikan dengan para ahli kurikulum (dosen pembimbing) untuk memperbaiki draf awal model yang siap diujicobakan. 3) Uji coba Model

Kegiatan ujicoba dilakukan pada kelas terbatas dan kelas yang lebih luas. Kegiatan yang dilakukan dalam uji coba terbatas adalah implementasi desain model pembelajaran yang ditetapkan pada satu kelas, kemudian dilakukan evaluasi proses, revisi untuk penyempurnaan.

B.Lokasi dan Subyek penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP yang berada di wilayah Kabupaten Pandeglang, yaitu di 4 SMP yang berada di 3 Kecamatan, meliputi : SMP Negeri 1 Bojong, SMP Negeri 2 Bojong, SMP Negeri 1 Picung dan SMP Negeri 1 Saketi.


(31)

SMP Negeri 1 Bojong beralamatkan di Jalan Raya Saketi-Malingping, Kilometer 7 Kecamatan Bojong. Lokasi sekolah ini adalah termasuk wilayah Kabupaten Pandeglang bagian selatan. Adapun SMP Negeri 1 Bojong ini merupakan sekolah yang jika ditinjau dari keberadaannya adalah merupakan sekolah yang sudah cukup usia dalam masa pertumbuhan maupun perkembangannya, mengingat sekolah ini berdiri sejak tahun 1980, dan sekolah ini telah mengalami beberapa kali (8 kali) pergantian kepemimpinan sekolah. Adapun masa perintisan sekolah ini sebelum dinegrikan tahun 1980 adalah dikenal dengan sebutan SMP YPP, yaitu rintisan sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Pembinaan Pendidikan yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang pada waktu itu.

SMP Negeri 1 Bojong dalam perjalanan waktu mengalami pasang surut, sedangkan selama pengamatan penulis, sejak tahun 1990 sampai sekarang secara kuantitatif jumlah peserta didik setiap tahunnya relatif ada peningkatan, walaupun peningkatan tersebut tidak konsisten. Di awal tahun 1990 jumlah siswa keseluruhan berkisar 350 siswa, kemudian di akhir tahun 1999 atau di awal 2000 jumlah siswa ada disekitar 450 siswa, dan di periode terakhir ini kurang lebih sekitar 526 siswa, dengan julah peserta didik kelas VII 148 siswa terbagi dalam 4 rombongan belajar, kelas VIII 199 siswa terbagi dalam 6 rombongan belajar, dan kelas IX 179 siswa terbagi dalam 6 rombongan belajar. Perhitungan ini tentunya hanya untuk siswa yang tercatat sebagai siswa regular. Sedangkan sesungguhnya SMP Negeri 1 Bojong ini sejak Tahun pelajaran 1997/1998 di samping mengelola


(32)

siswa yang sistem belajarnya regular, juga mengelola siswa yang sistem belajarnya mandiri atau yang layim disebut “SMP Terbuka”.

SMP Negeri 2 Bojong terletak di Jalan PTP-8 Bojongdatar, Desa Cahaya Mekar, Kecamatan Bojong. SMP Negeri 2 Bojong yang terletak satu Kecamatan dengan SMP Negeri 1 Bojong ini berlokasi kurang lebih 7 Kilometer ke arah timur SMP Negeri 1 Bojong. Lingkungan dari SMP Negeri 2 Bojong adalah areal perkebunan kelapa sawit, sehingga masyarakatnyapun mayoritas masyarakat petani atau karyawan di perkebunan tersebut.

SMP Negeri 2 Bojong yang berdiri pada tahun 2002 ini pada tahun pelajaran 2009/2010 memiliki peserta didsik sebanyak 186 siswa yang terbagi dalam 6 rombongan belajar, dengan panyebaran : Kelas VII sebanyak 63 siswa, Kelas VIII sebanyak 84 Siswa dan Kelas IX sebanyak 39. Di samping itu SMP Negeri 2 Bojong yang jika dilihat dari jumlah peserta didiknya mungkin masuk kategori sekolah yang cukup kecil ini, didukung oleh sumber tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang cukup sesuai, karena sekolah ini memiliki seorang kepala sekolah, 15 orang guru, 5 staf tata usaha, serta fasilitas gedung, laboratorium, perpustakaan dan sarana prasarana penunjang lainnya yang cukup memadahi.

SMP Negeri 1 Picung yang beralamat di Jalan Sanghiangdamar No, 1 Kecamatan Picung ini, kurang lebih berjarak 13 Kilometer ke arah selatan dari SMP Negeri 1 Bojong. SMP Negeri 1 Picung adalah sekolah yang sudah cukup lama berdiri, yaitu pada tahun 1986, serta pertumbuhan dan perkembangan sekolahnya terlihat cukup pesat, sehingga sampai sekarang sekolah ini dapat


(33)

mengakses peserta didik sebanyak 220 siswa kelas VII, 204 siswa kelas VIII dan 186 siswa kelas IX, atau keseluruhannya sebanyak siswa 610 siswa reguler, yang terbagi menjadi 18 rombongan belajar, 300 siswa terbuka di 3 Tempat Kelompok Belajar (TKB), memiliki 36 guru dan 7 tenaga administrasi, serta kelengkapan sarana-prasarana perpustakaan, laboratorium dan fasilitas komputer yang memadahi.

SMP Negeri 1 Saketi beralamat di Jalan Labuan Kilometer 19 Kecamatan Saketi, lokasi sekolah ini dari SMP Negeri 1 Bojong adalah ke arah utara dan berjarak kurang lebih 9 Kilometer. SMP Negeri 1 Saketi adalah merupakan sekolah paling tua dan paling besar di antara ke empat sekolah yang di sebutkan di atas. SMP Negeri 1 Saketi berada di lingkungan yang relatif lebih maju dari ke tiga sekolah yang lain, karena ia berada di lingkungan perkantoran, antara lain : Kantor Kecamatan, Kantor Puskesmas, Kantor Desa, Kantor UPT, Sekolah SD dan TK, Kantor BRI, Kantor Pos, Kantor Telkom serta lingkungan perbelanjaan Pasar Saketi. Mengenai kondisi internal SMP Negeri 1 Saketi yang berdiri di Tahun 1979 ini adalah bahwa di tahun pelajaran 2009/2010 memiliki siswa sebanyak 725 siswa regular yang terbagi menjadi 20 rombongan belajar dengan penyebaran di kelas VII sebanyak 257 siswa, kelas VIII sebanyak 258 siswa dan kelas IX 210 siswa, serta 400 siswa terbuka (SMP Terbuka) yang terbagi menjadi 4 Tempat Kelompok Belajar (TKB). SMP Negeri 1 Saketi didukung oleh seorang kepala sekolah, 28 Guru dan 12 Pegawai Administrasi, sarana-prasarana Perpustakaan dan Laboratorium IPA, Biologi serta Laboratorium Komputer yang cukup memadahi.


(34)

Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian ini, dapat dilihat pada peta lokasi di bawah ini :

Arah Utara

KEC. SAKETI SMPN 1 SAKETI

KEC. BANJAR KEC. CISATA KEC CIPECANG

SMPN 1 BOJONG

KEC. BOJONG SMPN 2 BOJONG

KEC. PICUNG

WILAYAH

SMPN 1 PICUNG KABUPATEN LEBAK

Gambar 3.1

Peta Lokasi Kegiatan Penelitian di SMP di Tiga Wilayah Kecamatan Bojong; Kecamatan Picung dan Kecamatan Saketi


(35)

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP di 4 sekolahan : SMP Negeri 1 Bojong, SMP Negeri 2 Bojong, SMP Negeri 1 Picung dan SMP Negeri 1 Saketi, serta proses interaktif selama ada dalam pembelajaran matematika.

Adapun sekolah yang menjadi uji coba terbatas penelitian kami atas pertimbangan kami dan elemen sekolah, termasuk pertimbangan Guru bidang studi Matematika beserta pihak Kepala Sekolah mempertimbangkan situasi dan kondisi yang paling tepat adalah di SMP Negeri 1 Bojong, kelas VIII D sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol.

Untuk pembahasan dalam penelitian ini, berbicara tentang siswa SMP Negeri 1 Bojong kami maksudkan adalah siswa SMP Negeri 1 Bojong yang belajar secara regular. Sementara keberadaan siswa SMP Terbuka 1 Bojong tidak kami libatkan dengan alasan bentuk maupun pola pembelajarannya terjadi perbedaan desain yang sangat signifikan.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa pada tahun pelajaran 2009/2010 ini jumlah seluruh siswa SMP Negeri 1 Bojong adalah 526 Siswa, yang terdiri dari Kelas VII: 148 Siswa; Kelas VIII: 199 Siswa; dan Kelas IX : 179 Siswa. Adapun jumlah seluruh rombongan belajarnya adalah : 16 Rombongan belajar yang terdiri dari : Kelas VII : 4 Rombongan belajar; Kelas VIII : 6 Rombongan Belajar; dan Kelas IX : 6 Rombongan Belajar.


(36)

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, kuesioner dan evaluasi setiap siklus.

1. Observasi/ pengamatan :

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap seluruh aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif. Aktivitas siswa diobservasi setiap 10 menit sekali, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah anggota peneliti yang tidak tidak ditugaskan mengajar.

2. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006: 186).

Teknik wawancara dilakukan oleh penulis kepada guru mata pelajaran matematika untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan pembelajaran matematika di SMP dan berkenaan dengan prestasi belajar siswa.

3. Angket

Angket digunakan untuk menjaring data tentang informasi yang berkenaan dengan kondisi guru, tugas serta peranannya; pandangannya terhadap pembelajaran matematika yang menjadi tanggung jawabnya; model pembelajaran yang selama ini dilakukan; data tentang sarana dan prasarana


(37)

penunjang pembelajaran yang tersedia di SMP, seperti buku-buku sumber dan buku-buku penunjang, media belajar serta perpustakaan sekolah. Data yang dikumpulkan dari penyebaran angket kepada siswa adalah berkenaan dengan persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika serta cara pembelajaran yang selama ini telah dilakukan oleh guru.

4. Evaluasi.

Evaluasi dilakukan setelah proses pembelajaran dilakukan. Evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah berbentuk tes, yaitu untuk melihat perkembangan prestasi siswa dalam pembelajaran.

D. Analisa Data.

Data yang telah diluikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data rasional induktif dan deduktif dengan menggunakan :

1. Analisis data kualitatif, dilakukan untuk menganalisis data hasil pra-survey, juga data dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

2. Analisis data Kuantitatif, yang digunakan untuk menganalisis data tentang skor hasil belajar siswa dan perbedaan hasil belajar (dengan uji t) sebelum menggunakan model kooperatif dan sesudah menggunakan model kooperatif, dengan bantuan SPSS.

Pengumpulan dan analisis data dilakukan selama proses penelitian berlangsung (tahap perencanaan, tahap pelaksanaan). Prosedur yang dilaksanakan dalam analisis data ini meliputi analisis data, refleksi dan tindakan. Selanjutnya


(38)

berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dilakukan penarikan kesimpulan dengan menjawab pertanyaan penelitian, dan mensintesakan jawaban-jawaban tersebut dalam suatu kesimpulan penelitian secara menyeluruh.

E.Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan model pembelajaran kooperatif di sini adalah meliputi beberapa tahap seperti yang telah disebutkan dalam skema dan pembahasan di atas, yaitu :

1. Tahap Studi Pendahuluan

Langkah ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk lebih mendalami permasalahan, serta mengetahui model pembelajaran yang tepat di SMP Negeri 1 Bojong-Kabuppaten Pandeglang, yang berkenaan dengan desain dan implementasi kurikulum yang ada sekarang, keadaan guru matematika, model pembelajaran matematika, serta mengenai sarana dan prasarana.

2. Tahap Desain dan Pengembangan Model

Desain model dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada SMP Negeri 1 Bojong-Kabupaen Pandeglang, dan kajian literatur yang mendukung terhadap pengembangan model ini. Mengenai tahap menyusun desain model, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Mengkaji kurikulum mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Bojong-Kabupaten Pandeglang semester II sebagai acuan program pengajaran meliputi setandar kopetensi, kopetensi dasar, indikator, materi, media dan metode pembelajaran matematika dengan melihat pada silabus yang


(39)

dikeluarkan oleh badan setandar nasional pendidikan Indonesia yang dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

b. Merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai ini dilakukan dengan melihat pada indikator yang terdapat disilabus dan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

c. Merumuskan materi dan kegiatan belajar mengajar hal ini dilakukan dengan melihat kepada silabus dan ditambah dengan buku-buku yang berhubungan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

d. Merumuskan media dan metode pembelajaran matematika, pada kegiatan ini adalah termasuk mengenai penggunaan media yang akan dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yang bertujuan untuk membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang akan diberikan oleh guru, seperti alat peraga yang diciptakan oleh guru sendiri. Untuk metode pembelajaran kegiatan yang dilakukan adalah memilih dan menetapkan model pelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam hal ini model pelajaran yang digunakan oleh guru adalah model pelajaran kooperatif, siswa mengejarkan tugas-tugas yang diberikan oleh guru yang bersumber dari buku atau dari guru sendiri.

e. Merumuskan mekanisme pembelajaran dengan suatu pendekatan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh guru yaitu pendekatan guru dan pendekatan siswa, tetapi pada pelaksanaan pembelajaran siswalah yang berperan lebih banyak.


(40)

f. Merumuskan alat evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah membuat kriteria keberhasilan proses pembelajaran, yaitu siswa terlihat aktif dan kolaboratif dalam menyelsaikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru. Siswa baik secara individu maupun kelompok aktif merespon pelajaran, terutama mencermati pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru mengkondisikan supaya siswa termotivasi untuk menyelesaikan materi pembelajarannya dengan giat dalam kelompoknya. Guru menyiapkan soal sesuai dengan materi yang diajarkan untuk diujikan kepada siswa, hal ini bertujuan untuk melihat out-put dari model pembelajaran kooperatif.

g. Menetapkan partisipan dalam pengembangan model. Kegiatan ini adalah menentukan guru matematika yang diajak untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif di atas, dalam hal ini terdapat satu partisipan guru matematika yang mengajar secara paralel di enam kelas di kelas VIII. h. Menentukan prosedur penelitian, kegiatan ini adalah menentukan

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari mendesain model pembelajaran kooperatif, mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif, mengevaluasi desain dan implementasi model pembelajaran kooperatif, dan melihat efektifitas model pembelajaran kooperatif.

i. Melakukan uji desain pembelajaran, pada kegiatan ini ialah melaksanakan uji coba desain pembelajaran di kelas.


(41)

Adapun model pembelajaran yang dikembangkan ini adalah terdiri dari kegiatan desain, implementasi, evaluasi serta penyempurnaan. Secara rinci kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

2.1.Desain Model

Dalam model pembelajaran yang dikembangkan ini, desain tetap merupakan hal yang sangat penting. Desain yang dipersiapkan adalah berupa program tahunan, program semester, program mingguan dan program harian, yang sering dikenal dengan Rencana Pembelajaran. Desain yang dipersiapkan tentu saja berpedoman kepada kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2006, atau disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Analisis terhadap kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan. Perencanaan model selalu berkaitan dengan tujuan, materi, metode, media atau sumber serta evaluasi. Karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti karakteristik siswa, perkembangan mental-spiritual siswa, kedewasaan siswa, kepribadian dan interaksi sosial siswa, karena siswa sebagai subyek belajar yang harus menjadi pusat perhatian guru.

Berbeda dengan pembelajaran pada umumnya, dari sisi tujuan pembelajaran model kooperatif ini tidak hanya memperhatikan aspek kognitif dan psikomotoik, tetapi juga aspek afektif. Yang dikembangkan melalui pengembangan model kooperatif ini adalah hasil belajar siswa. Guru sebagai


(42)

desainer pembelajaran sedapat mungkin harus memperhatikan ketiga aspek tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk membekali siswa dengan sejumlah konsep matematika, mengetahui dan memahami hubungan satu konsep dan konsep lainnya, serta dapat mengkonstruksikan konsep-konsep tersebut ke dalam kerangka pikirnya, untuk kemudian dapat menggunakan konsep-konsep tersebut di dalam mengatasi masalah-masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Membekali siswa sejumlah konsep matematika yang diperlukan untuk mendalami ilmu matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya. Membekali siswa karakteristik dari matematika yaitu seperti : nilai obyektif, sportif, jujur, rasional, sistematis, akurat, akuntabel. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran yang dikembangkandipandang sangat tepat, yakni membiasakan siswa dengan konsep dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa setelah tujuan, materi merupakan aspek yang harus juga menjadi perhatian guru. Materi matematika adalah sarat dengan konsep-konsep/ rumus-rumus/ teorema-teorema yang implementasinya bukan saja dekat dengan masalah sehari-hari, akan tetapi matematika diakui banyak ilmuwan bahwa ia juga berperan penting dalam kaitannya dengan perkembangan disiplin ilmu yang lain, misalnya berkaitan dengan ilmu-ilmu : ekonomi, perbankan, teknologi, astronomi, geologi, geografi, kimia, farmasi, fisika, mekanika, dan lain sebagainya.


(43)

Dalam model pembelajaran kooperatif dapat digunakan beberapa metode pembelajaran sekaligus secara bervariasi, seperti : ceramah, diskusi, kerja kelompok, tanya-jawab, dan lain-lain. Dari studi pendahuluan yang dilakukan umumnya siswa menginginkan agar guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak hanya menggunakan salah satu metode saja, tetapi menggunakan variasi dari beberapa metode secara kreatif di setiap pertemuan. Ini dapat dipahami, karena penggunaan salah satu metode tertentu saja oleh guru di setiap pertemuan di kegiatan proses belajar mengajar pasti akan sangat monoton, dan tentu saja bagi siswa keadaan seperti ini menjadikan terjadinya situasi yang membosankan. Dalam hal ini guru dituntut untuk benar-benar kreatif dan tanggap terhadap situasi berlangsungnya proses pembelajaran. Peran guru adalah bagaimana membuat siswa belajar, guru adalah motivator, fasilitator yang juga sebagai manajer sekaligus sebagai perencana/ desainer pembelajaran.

Pada pembelajaran konfensional sering terlihat dominasi guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Maka dalam era pendidikan modern sekarang ini harus menjadi perhatian guru mengenai pengembangan model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.

Moel pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkanhasil belajar ini adalah model pembelajaran kooperatif. Sukmadinata (2004:204-207), ada tiga tehnik dari mode kooperatif yang bersifat umum dan dapat digunakan untuk mengajarkan mengajarkan ilmu-ilmu eksak termasuk mata peajaran matematika. Yaitu tipe STAD, TGT dan jigsaw. Lie (2008:60-69), juga


(44)

merekomendasikan beberapa tehnik pekerjaan kooperatif seperti jigsaw, bercerita berpasangan, lingkaran kecil, lingkaran besar, kepala bernomor dan lain-lain. Ibrahim dkk(2000:29), ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, STAD, jigsau, kelopok penyelidikan dan pendekatan setruktur. Dari berbagai jenis model pembelajaran kooperatif ini dapat dignakan untuk semua mata pelajaran termasuk untuk mata pelajaran matematika dan cocok utuk semua kelas. Dipilihnya dengan mata pelajaran kooperatif tipe STAD karena model ini dianggap sederhana dan dapat dilaksanakan. Juga model pembelajaran dengan pendekatan siswa dan pendekatan guru, tetapi dalam pelaksanaannya siswalah yang berperan banyak. Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran, pada pembelajaran model yang dikembangkan ini guru dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia di SMP baik yang menyangkut media maupun sumber pelajaran. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan umumnya setiap SMP mempunyai ruang kelas dengan fasilitas standard dan didukung perpustakaan yang menyediakan buku-buku utama sumber pelajaran. Dibeberapa sekolah bahkan siswa memiliki beberapa buku pegangan dan didukung oleh kegiatan siswa yang sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan ini.

Berkaitan dengan evaluasi, peneliti fokus utamanya adalah dengan melihat dari sisi hasil belajar siswa, yang didapakan dari pelaksanaan model pelajaran kooperatif berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran dengan kerja sama dalam kelompok heterogen, akan membiasakan siswa untuk meningkatkan


(45)

keterampilan berkomunikasi dengan saling mengharai dan berbagi peran serta keterampilan-keterampilan lainnya yang sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan masyarakat. Selama proses pembelajaran, selain menjadi fasilitator dan motifator yang selalu siap memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa terutama siswa yang mengalami kesulitan, guru melakukan penilaian terhadap kamanpuan siswa dengan mengadakan kegiatan preses dan postes dengan soal bntuk objektif yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya. Penilaian juga dilakukan melalui lembar observasi atau pengamatan oleh guru saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif berlangsng.

Draft desain pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini adalah: a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar

sesuai dengan apa yang terdapat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran matematika kelas VIII semester genap.

b) Merumuskan Tujuan Pembelajaran. Dengan informasi dan membaca buku siswa dapat mendiskripsikan, mengidentifikasi, menjelaskan dan mengolah informasi.

c) Merumuskan Materi Pelajaran. Materi pelajaran ditentukan berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

d) Media Pembelajaran. Media pembelajaran merupakan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian materi dan juga untuk memperjelas pembelajaran.

e) Metode Pembelajaran. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini akan lebih dominan dengan kerja kelompok, di mana siswa


(46)

secara berkelompok menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dan mencermati solusi setiap permasalahan yang muncul. Selain itu juga menggunakan metode ceramah, variasi tanya-jawab serta metode demonstrasi.

f) Evaluasi Pembelajaran. Sebelum guru meyampaikan materi pelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif, terlebih dahulu diadakan pre-tes. Saat pembelajaran berlangsung ada penilaian proses, baik terhadap kelompok maupun individu. Selanjutnya diadakan lagi pos-tes dalam bentuk butir soal setelah pembelajaran dilakukan.

2.2.Implementasi Model

Sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran seperti model pembelajaran pada umumnya, model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan juga memerlukan persiapan yang baiksebelum diimplementasikan ke dalam kegiatan pembelajaran. Dengan persiapan yang baik diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Beberapa persiapkan yang harus dilakukan oleh seorang guru tersebut antara lain : Perangkat pembelajaran, pembentukan kelompok kooperatif, pengaturan tempat duduk dan kerja kelompok.

Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau ada yang menyebutnya Rencana pembelajaran (Renpel), buku pegangan siswa dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta


(47)

lembar jawabannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan penjabaran dari silabus, di mana dalam silabus tersebut telah terdapat rumusan tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, indikator dan media serta evaluasi.

Persiapan berikutnya adalah pembentukan klompok. Pembentukan keompok harus memperhatikan heterogenitas siswa bahkan bila memungkinkan pebagian kelompok memperhatikan kemampuan akademis, ras, agama, jenis kelamin, latar belakanga ekonomi serta sosial budayanya. Apabila ternyata didalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan kelompok didasarkan pada kemampuan akademis siswa dan perbedaan jenis kelamin. Hal ini menjadi perhatian guru dan peneliti sebelum pelaksanaan pembelajaran supaya pada pelaksanaan pembelajaran sesumgguhnya waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembelajaran.

Hal lain yang juga penting dipersiapkan adalah pengaturan tempat duduk. Dalam pelajaran kooperatif tempat duduk harus diatur sedemikian rupa, pengaturan tempat duduk yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengaturan tempat duduk hendaknya dilakukan seefektif mungkin dan guru harus mempersiapkan sebelumnya bagaimana posisi tempat duduk siswa tersebut sehingga pada saat pelaksanaan terutama pada tahap awal pengenalan model, waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik dan tepat.


(48)

Guna menghindari terjadinya kendala atau hambatan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan ini, perlu terlebih dahulu diadakan latihan bekerja sama dalam kelompok.latihan ini dilakukan dengan tujuan agar masing-masing anggota kelompok lebih mengenal antara individu yang satu dengan yang lainnya dan labih akrab dengan model pembelajaran yang dikembangkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sebagai mestinya.

Setelah beberapa hal diatas disiapkan dengan baik, pelaksanaan pembelajaran yang sesungguhnya dapat dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, sekalipun peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator tetapi sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Guru harus selalu fokus kepada pengamatan terhadap proses kerja sama siswa dalam kelompok dan selalu siap memberikan bantuan dan bimbingan baik kepada individu ataupun kelompok yang membutuhkan. Selain memberikan bantuan dan bimbingan, guru juga melakukan evaluasi proses melalui obserfasiterutama terhadap keterampilan siswa.

Sebagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya, model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan ini terdiri atas tiga kegiatan umum pokok yaitu: a) Kegiatan pembukaan, b) Kegiatan inti dan c) Kegiatan penutup. Kegiatan pembukaan merupakan tahap pengenalan, menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar. Dalam langkah inti berisi kegiatan : penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran, materi pelajaran, evaluasi dalam pembelajaran kooperatif.


(49)

Kegiatan pembukaan merupakan tahap pengenalan, menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar. Dalam langkah ini berisi kegiatan: penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran, materi pelajaran, evaluasi dalam pembelajaran kooperatif. Kegiatan berikutnya guru memberikan pretes kepada siswa. Kegiatan pretes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, mengetahui materi yang akan disampaika sebelum guru melakukan pembelajaran dengan model kooperatif. Pada pertemuan pertama ini guru memberikan materi pengatur dengan menggunakan metode ceramah akan tetapi secara garis besar saja, hal ini untuk memudahkan guru memberikan penjelasan terhadap materi yang akan dipelajaari oleh siswa. Setelah pemberian pretes dan materi pengantar guru memberi tugas kepada siswa untuk melaksanakan diskusi. Dengan menyampaikan tujuan, langkah-langkah pembelajaran kooperatif dan pemberian motivasi tahap pembukaan ini siswa akan lebih siap dan terkondisi untuk belajar.

Kegiatan inti yaitu proses pembelajaran kooperatif dengan menggunakan berbagai metode yang dipandang dapat mengaktifkan indifidu dan kelompok. Metode yang digunakan antara lain; ceramah, kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, pemecahan masalah, tanya jawab, demonstrasi, dan lain-lain. Dengan di gunakannya beberapa metode dalam satu kali proses pembelajaran maka kegiatan pembelajaran siswapun bisa berupa menyimak pelajaran guru, membaca bahan pelajaran, tanya jawab, prestasi, mengerjakan tugas yang bersumber LKS dan bersumber dari buku pegangan siswa ataw tugas dari guru, mempertahankan pendapat, membuat


(50)

kesimpulan/ membuat laporan dan lain-lain. Selama kegiatan ini berlangsung guru menjalankanperannya sebagai fasilitator pembelajaran oleh karena itu kreatifitas guru sangat penting agar protes pembelajaran tetap dinamis.Misalnya ketika proses diskusi mengalami kebutuhan, guru harus cepat mengambil inisiatif untuk menjaga agar tidak terjadi kefakuman selama pembelajaran berlangsung.

Kegiatan akhir atau penutup merupakan kegiatan guru melakukan postes, guru memberikan umpan balik pada tugas kelompok yang diberikan untuk diperbaiki. Pada akhir pembelajaran membuat kesimpulan materi pelajaran yang telah dipelajari secara kooperatif. Implementasi pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini adalah :

a. Kegiatan awal. Kegiatan awal merupakan orientasi pembelajaran berupa pembukaan kegiatan pembelajaran sengan mengucap salam,penyampaian tujuan pembelajaran ,pemberian motivasi kepada siswa,dan pengkondisian kelas

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan eksplorasi pembelajaran berupa pejelasan singkat tentang materi pelajaran dari guru, kerja kelompok, dan mengerjakan tugas yang telah disiapkan oleh guru. Selama pelaksaan pembelajaran, guru harus memberikan motivasi agar siswa belajar lebih aktif. Guru berkeliling membantu kelompok-kelompok belajar saat siswa mengerjakan pekerjaan mereka. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.


(51)

c. Kegiatan akhir

Guru melakukan postes. Guru memberikan penghargaan atas tugas siswa yang telah berhasil dikerjakan dengan baik, serta memberikan umpan balik dari evaluasi kinerja kelompoknya.

2.3.Evaluasi dan Penyempurnaan Model

Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dari pengembangan model. Evaluasi dilakukan di setiap kali uji coba melalui observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran oleh peneliti selaku observer, untuk selanjutnya didiskusikan kepada guru atas temuan-temuan di lapangan. Melalui diskusi secara intensif dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran tentang temuan-temuan selama kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pada konsap-konsep serta teori-teori tentang model pembelajaran kooperatif. Dalam setiap uji coba dilakukan perbaikan terhadap rancangan model pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada implementasi pembelajarannya saja, akan tetapi juga pada rencana desain pembelajaran. Rencana desain pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dipersiapkan untuk diimplementasikan pada pertemuan berikutnya. Dari uji coba ke uji coba berikutnya selalu diadakan evaluasi dan revisi model, sehingga diperoleh model akhir yang lebih sempuna sebagaimana yang diharapkan.


(52)

F. Pengembangan Instrumen

Dalam pengembangan instrumen ini diawali dengan pembuatan kisi-kisi penyusunan instrumen yang memetakan semua aspek, sub-aspek dan sumber data serta teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Berpegang pada kisi-kisi tersebut, kemudian dirumuskan butir-butir soal atau pertanyaan. Pada umumnya butir soal mengungkap data yang bersifat nominal, seperti butir soal untuk mengukur prestasi belajar siswa, kecuali butir-butir soal yang dipergunakan untuk mengukur keterampiln sosial siswa bersifat interval. Sebelum instrumen-instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu diadakan penilaian. Penilaian akan dimintakan kepada para ahli, terutama dosen pembimbing. Sedangkan uji coba instrumen akan dilakukan kepada guru (untuk angket) dan kepada siswa (untuk tes prestasi belajar). Setelah dilakukan penyempurnan, barulah digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian pengembangan model kooperatif-STAD pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Bojong, secara tentatif dilaksanakan tahun pelajaran 2009/2010 dari bulan Pebruari sampai dengan Juni 2010, dengan jadwal penelitian seperti tertera pada tabel 3.2 sebagai berikut :


(53)

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Penelitian Pengembangan Model Kooperatif-STAD Di SMP Kabupaten Pandeglang

No. Kegiatan

Waktu

Ket.

2009 2010

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. 1 Menyusun

Proposal 2 Diskusi

Proposal 3 Studi Hasil

Penelitian terdahulu dan studi pendahuluan 4 Penyusunan

Draft Awal Model 5 Uji Coba

Terbatas 6 Uji Coba

Luas 7 Membuat

Draft Laporan 8 Diskusi

Draft Laporan 9 Penyusunan

Laporan Penelitian


(54)

148 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dilapangan, penelitian tentang pengembangan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada SMP di Kabupaten Pandeglang, maka peneliti menarik simpulan. Simpulan pada dasarnya adalah jawaban terhadap pernyataan-pernyataan penelitian. Beberapa simpulan yang ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di SMP yang berlangsung saat ini, adalah lebih bersifat konvensional saja, karena guru pada umumnya melaksanakan tugas profesinya tidak dengan mempersiapkan kelengkapan administrasi pembelajarannya, dan administrasi yang dimiliki biasanya hanya sebatas untuk memenuhi tuntutan administratif sekolah saja, dan bukan untuk panduan dalam mengajar. Disamping itu guru pada umumnya belum menemukan metode atau model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotor. Mencermati beberapa permasalahan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika yang berlangsung saat ini, maka pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestrasi belajar siswa sebagai bagian dari meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, saat ini sangat dibutuhkan.


(55)

2. Desain model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Penyusunan desain pembelajaran kooperatif ini dikembangkan melalui pengkajian standar kopetensi, kopetensi dasar dan indicator, merumuskan tujuan pembelajaran yang dilakukan. Buku sumber yang dijadikan pegangan oleh siswa yang disesuaikan dengan kondisi sesuai dengan bahan pelajaran dan kebutuhan siswa.

Kegiatan belajar dan mengajar yang dikembangkan dan direncanakan dalam setiap langkah pembelajaran selalu diorientasikan kepada peningkatan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, adapun uraian desain pengembangan model pembelajaran kooperatif diawali dengan kajian teoritis dan hasil observasi dilapangan, menyusun perencanaan dan implementasi model pembelajaran kooperatif.

Pengembangan materi yang merupakan sumber pelajaran, tidak terbatas kepada pengembangan siswa saja, melainkan dikembangkan dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan topic pembahasan dengan cara menyuruh siswa untuk membaca buku yang ada kaitannya dngan materi tersebut. Desain akhir model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan melalui beberapa tahapan yaitu uji coba terbatas sebanyak lima kali dan uji coba luas sebanyak tiga kali dilakukan di SMP. Model akhir desain pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut:

a. Mengkaji standar kompetensi dan kopetensi dasar


(56)

b. Menentukan tujuan pembelajaran

Berisi rumusan kecepatan akademik dasar yang berkenan dengan topik materi yang akan diajarkan. Berisi rumusan indiktor-indikator dari topik yang akan diajarkan.

c. Materi / bahan ajar

Yaitu cakupan materi yang akan disampaikan / bahan ajar / topik-topik yang akan disampaikan.

d. Model pembelajaran

Adalah model pembelajaran kooperatif, kegiatan pembelajaran ini yang dominan adalah kerja kelompok, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, baik dalam bentuk penyelesaian tugas kelompok yang bersumber dari buku, tugas dari guru dan mencermati solusi setiap permasalahan yang muncul. Selain itu juga menggunakan metode ceramah, bervariasi Tanya jawab, dan demonstrasi.

e. Media pembelajaran,

Media atau alat bantu yang mendukung topik yang diajarkan, yang ada disekolah atau dapat diadakan oleh guru dan siswa.

f. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi proses kerja individual, kelompok, klasikal, diskusi kelompok, kelas; evaluasi hasil: hasil pretes dan poster yang dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan model kooperatif.


(57)

3. Implementasi model Pembelajaran Kooperatif. Setelah desain pembelajaran kooperatif disusun, maka perencanaan tersebut diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas. Mulai dari uji coba terbatas yang dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan pada satu SMP sampai uji coba luas yang dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan di tiga SMP, akhirnya menemukan implementasi model kooperatif yang tepat.

Dari hasil penerapan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan siswa dari uji coba ke-1 sampai uji coba ke-5 menunjukan aktifitas yang meningkat serta dari hasil pretes dan postes memperoleh hasil belajar (nilai) yang meyakinkan

Sesuai dengan pertanyaan penelitian , yaitu : Bagaimanakah hasil dari model cooperative learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglang?, ialah dihasilkannya sebuah model rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif (RPP) seperti yang telah diujicobakan baik pada uji coba terbatas maupun pada uji coba luas, yang menurut hasil analisa statistika menunjukkan penggunaan model RPP tersebut dapat meningkatkan prestasi siswa secara signifikan

.

4. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif. Evaluasi yang dikembangkan dalam model ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan oleh guru untuk menilai sikap dan motivasi belajar siswa melalui angket maupun observasi terhadap aktivitas, penampilan dan kinerja siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Penilaian hasil dilakukan untuk menilai hasil belajar atau prestasi belajar siswa yang dilakukan melalui pretes maupun postes.


(58)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP dalam pembelajaran matematika, maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihakterkait, sebagai berikut :

1. Untuk Guru Matematika.

Secara empiris model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP, oleh karena itu disarankan agar model yang telah dihasilkan ini menjadi salah satu alternatif bagi para guru di dalam mengembangkan model pada proses pembelajaran matematika. Di samping itu, hendaklah guru mata pelajaran matematika mau mempelajari dan mau mengembangkan berbagai model pembelajaran inovatif lainnya seperti : variasi model kooperatif (jigsaw; team game tournament; investigasi kelompok; dsb.) ; kontektual; tematik; terpadu; dan lain-lain, sehingga dengan variasi model tersebut diharapkan tidak terjadi kejenuhan baik bagi guru maupun bagi siswa khususnya.

2. Untuk Kepala Sekolah.

Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan bagian dari peningkatan mutu pendidikan, dan itu merupakan hal yang esensiil bagi lembaga pendidikan. Maka penting bagi Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan terhadap sekolah agar memberikan dukungan bagi guru untuk


(1)

155

Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational Research : An Introduction. Fourth Edition. New York & London : Longman.

Dahlan, M.D. (1984). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung : CV. Diponegoro.

Dalyono, M. (2005). Metodologi Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta DepDikBud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati, M. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, dkk.(1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dzaki, M. F. (2009). Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/ aktivitas-belajar-pada-model.html. Diakses 17/10/2009.

Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jaklarta : Proyek Pendidikan Ilmu Akademik, Dirjen Dikti Depdikbud.

Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Hipkin. (2007). Inovasi Kurikulum Jurnal Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Ibrahim, M. H. dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University Press Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direkturat Tenaga Kependidikan.

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. (1975). Learning Together and Alone : Cooperation, Competition and Individualization. Englewood Cliffs : Prentice Hall, Inc.

Kagan, S. (1994). Cooperative Learning. San Climente : Resources for Teacher, Inc.

Kessler, C. (1992). Cooperative Language Learning, A Teacher’s Resource Book. New Jersey : Prentice Hall Regents, Englewood Cliffs, N.J. 07632.


(2)

Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Muhaimin, (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali Pers.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung : Rosdakarya.

Nasution, N. (2008). Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nindiasari, H. (2006). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Metode Improve Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI SMAN 1 Balaraja. PTK. FKIP Untirta.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta : Diknas.

Permendiknas 2006. (2006). Tentang SI dan SKL. Jakarta : Sinar Grafika.

Rusman, (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pers, Difisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman A.M, (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, W. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Sharan, S. (2009). Handbook of Cooperative Learning. Yogyakarta : Imperium. Slavin, R.E. (1885). Cooperative Learning : Theory and Practice, second Edition.

Massachusett : Allyn and Bacon Publisher.

Slavin, R.E. (2007). Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung : Nusamedia.

Sudjana, (2005). Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito Bandung.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya-Bandung.


(3)

157

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfa Beta. Sugiyono, (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV.Alfa Beta.

Suherman, A. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Wibawa, Basuki. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan ______, (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas


(4)

155

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R,I. (2008). Learning to Teach, Belajar UntukMengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Borg, W.R. and Gall, M.D. (1979). Educational Research : An Introduction. Fourth Edition. New York & London : Longman.

Dahlan, M.D. (1984). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung : CV. Diponegoro.

Dalyono, M. (2005). Metodologi Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati, M. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, dkk.(1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dzaki, M. F. (2009). Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/ aktivitas-belajar-pada-model.html. Diakses 17/10/2009.

Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, M. H. dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University Press Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direkturat Tenaga Kependidikan.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung : Rosdakarya.

Nasution, N. (2008). Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nindiasari, H. (2006). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Metode Improve Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI SMAN 1 Balaraja. PTK. FKIP Untirta.


(5)

156

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta : Diknas.

Rusman, (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pers, Difisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman A.M, (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, W. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Sharan, S. (2009). Handbook of Cooperative Learning. Yogyakarta : Imperium. Slavin, R.E. (2007). Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung :

Nusamedia.

Sudjana, (2005). Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito Bandung.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya-Bandung.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfa Beta. Sugiyono, (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV.Alfa Beta.

Suherman, A. (2009). Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(6)

______, (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN BIOTA LAUT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG BIOLOGI KELAS VII-B DI SMP NEGERI 1 SAPEKEN

0 4 1

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN (PTK pada Kelas VII A SMP N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

0 3 49

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN (PTK pada Kelas VII A SMP N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

1 10 84

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA SMP

0 0 13

View of UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING STRUCTURES (CLS ) PADA SISWA KELAS VII.A SMPN 8 PADANG

0 0 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TAI DI MA

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 1 BINANGUN CILACAP

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL TEAM ACCELERATED INSTRUCTION PADA SISWA KELAS VIIB SMP MUHAMMADIYAH SALAM

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL TEAMS ACCELERATED INSTRUCTION SISWA KELAS VIII SMP N 2 SEDAYU

0 0 8