Perancangan Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja dan Perbaikan Lingkungan Fisik serta K3 di Bengkel Pioneer Motor.

(1)

ABSTRAK

Bengkel Pioneer Motor merupakan bengkel umum di Bandung yang menawarkan jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin mobil. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bagian perbaikan mesin memiliki permasalahan seperti belum adanya tempat penyimpanan alat bantu kerja yang teratur dan aman sehingga montir sulit mencari alat dan terdapat kehilangan alat, bengkel juga belum memiliki prosedur penyimpanan alat bantu kerja yang teratur sehingga seringkali alat-alat berserakan dan menyebabkan kecelakaan kerja, selain itu lingkungan fisik bengkel pun gelap dan panas dan pihak pengelola bengkel belum memerhatikan aspek K3 untuk para pekerjanya.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan pengumpulan data yaitu sejarah, visi dan misi, jam operasional bengkel, jenis-jenis proses perbaikan mobil, jenis, jumlah dan karakteristik alat, jenis dan ukuran tempat penyimpanan alat bantu kerja, prosedur penyimpanan alat bantu kerja aktual, layout area perbaikan mesin dan kantor bengkel, data lingkungan fisik dan data K3.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan melakukan inventarisasi untuk alat bantu kerja yang ada, juga dilakukan analisis kondisi penyimpanannya dari segi prinsip 5S dan anthropometri, dilanjutkan dengan analisis prosedur penyimpanan alat bantu aktual, analisis layout peletakkan tempat penyimpanan alat bantu aktual menggunakan diagram aliran, analisis lingkungan fisik kantor bengkel dan area perbaikan mesin, serta analisis terhadap kecelakaan yang pernah dan berpotensi terjadi menggunakan analisis 5 Why untuk mengetahui akar permasalahan dari kecelakaan kerja tersebut. Hasil analisis memperlihatkan kondisi tempat penyimpanan yang ada tidak tertata rapi, banyak sampah, dan ukurannya belum memenuhi data anthropometri, selain itu belum ada prosedur penyimpanan alat yang tertulis, lingkungan fisik bengkel panas, gelap dan kurang sirkulasi udara, dan pada aspek K3 belum tersedia alat pelindung diri yang menyebabkan beberapa kecelakaan kerja.

Berdasarkan analisis, penulis memberikan usulan untuk penyimpanan alat dengan menggunakan rak alat alternatif 1 yang dapat menampung seluruh alat yang ditata secara teratur dengan alat kontrol visual berupa warna cat merah berbentuk cetakan alat sebagai indikasi dimana alat harus disimpan, sehingga mempermudah proses pengawasan dan lebih aman dari risiko kehilangan alat. Penulis juga memberikan usulan mengenai Standard Operation Procedure untuk montir yang mencakup prosedur penyimpanan alat dan kewajiban penggunaan alat pelindung diri sebagai upaya peningkatan K3, juga penggunaan check sheet inventaris untuk mengecek kelengkapan alat dan usulan tas pinggang montir alternatif 2 untuk mendukung usulan SOP tersebut. Selain itu diusulkan penambahan 18 lampu dan 3 buah kipas angin untuk mengatasi permasalahan lingkungan fisik yang ada. Berdasarkan usulan-usulan tersebut penulis menggambarkan layout area perbaikan mesin usulan yang kemudian dianalisis menggunakan diagram aliran yang memperlihatkan aliran yang lebih baik yaitu dengan jumlah elemen transportasi yang lebih sedikit dari kondisi aktual. Setelah selesai penulis menutupnya dengan kesimpulan dan saran bagi perusahaan dan bagi penelitian selanjutnya.


(2)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1-1 1.2 Identifikasi Masalah ... 1-2 1.3 Batasandan Asumsi ... 1-3 1.4 Perumusan Masalah ... 1-4 1.5 Tujuan Penelitian ... 1-4 1.6 Sistematika Penulisan ... 1-5 BAB 2 STUDI LITERATUR

2.1 Pengertian Ergonomi ... 2-1 2.2 Bidang Keilmuan Ergonomi ... 2-3 2.3 Prinsip 5S ... 2-4 2.4 Inventarisasi ... 2-14 2.5 Anthropometri ... 2-17 2.6 Persentil ... 2-20 2.7 Lingkungan Fisik ... 2-20 2.8 Analisis 5 Why ... 2-27 2.9 Perancangan ... 2-29 2.9.1 Konsep Dasar Perancangan ... 2-29 2.9.2 Concept Scoring ... 2-30


(3)

2.11 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ... 2-34 2.12 Standard Operation Procedures ... 2-36 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart Penelitian... 3-1 3.2 Keterangan Flowchart...3-4 BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Sejarah Perusahaan ... 4-1 4.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 4-1 4.3 Struktur Organisasi ... 4-2 4.4 Jam Kerja Bengkel Pioneer Motor ... 4-4 4.5 Jenis-jenis Proses Perbaikan Mesin ... 4-4 4.6 Jenis-jenis Alat Bantu Kerja yang Digunakan ... 4-12

4.6.1 Daftar Alat Bantu Kerja yang Digunakan ... 4-13 4.6.2 Ukuran Alat Bantu Kerja yang Digunakan ... 4-15 4.7 Jenis dan Ukuran Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja ... 4-22 4.7.1 Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja 1 ... 4-23 4.7.2 Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja 2 ... 4-23 4.7.3 Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja 3 ... 4-24 4.8 Prosedur Penyimpanan Alat Bantu Aktual ... 4-25 4.9 Layout Kantor Bengkel dan Area Perbaikan Mesin ... 4-25 4.10 Lingkungan Fisik ... 4-27 4.10.1 Pencahayaan ... 4-27

4.10.1.1 Pencahayaan Kantor Bengkel ... 4-27 4.10.1.2 Pencahayaan Area Perbaikan Mesin ... 4-29 4.10.2 Temperatur dan Kelembaban ... 4-30 4.10.2.1 Temperatur dan Kelembaban Kantor Bengkel ... 4-30 4.10.2.2 Temperatur dan Kelembaban Area Perbaikan Mesin .... 4-31 4.10.3 Kebisingan ... 4-32

4.10.3.1 Kebisingan Kantor Bengkel ... 4-32 4.10.3.2 Kebisingan Area Perbaikan Mesin ... 4-33


(4)

4.10.4 Sirkulasi Udara ... 4-34 4.10.4.1 Sirkulasi Udara Kantor Bengkel ... 4-34 4.10.4.2 Sirkulasi Area Perbaikan Mesin ... 4-34 4.10.5 Warna Cat Dinding ... 4-34 4.10.5.1 Warna Cat Dinding Kantor Bengkel ... 4-34 4.10.5.2 Warna Cat Dinding Area Perbaikan Mesin ... 4-35 4.10.6 Bau-bauan ... 4-36

4.10.6.1 Bau-bauan di Kantor Bengkel ... 4-36 4.10.6.2 Bau-bauan di Area Perbaikan Mesin ... 4-36 4.11 Data Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 4-37 BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Pembuatan Tabel Inventaris Alat Bantu Kerja... 5-1 5.1.1 Pemberian Kode Nama pada Alat Bantu Kerja ... 5-1 5.1.2 Perancangan Tabel Inventaris Alat Bantu Kerja ... 5-1 5.1.2.1 Penentuan Isi Tabel Inventaris Alat Bantu Kerja ... 5-3 5.1.2.2 Penentuan Format Tabel Inventaris Alat Bantu Kerja .... 5-4 5.2 Analisis Kondisi Penyimpanan Alat Bantu Kerja Aktual berdasarkan

Prinsip 5S ... 5-7 5.2.1 Analisis Azas Seiri (Pemilahan) ... 5-7 5.2.2 Analisis Azas Seiton (Penataan) ... 5-9 5.2.3 Analisis Azas Seiso (Pembersihan) ... 5-9 5.2.4 Analisis Azas Seiketsu (Pemantapan) ... 5-10 5.2.5 Analisis Azas Shitsuke (Pembiasaan) ... 5-11 5.3 Analisis Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja Aktual ... 5-12 5.3.1 Analisis Rak Alat 1 Aktual ... 5-13 5.3.2 Analisis Rak Alat 2 Aktual ... 5-15 5.3.3 Analisis Rak Alat 3 Aktual ... 5-17 5.4 Analisis Prosedur Penyimpanan Alat Bantu Kerja Aktual ... 5-20 5.5 Analisis Layout Peletakkan Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja


(5)

5.6.1 Pencahayaan ... 5-24 5.6.1.1 Pencahayaan Kantor Bengkel ... 5-24 4.6.1.2 Pencahayaan Area Perbaikan Mesin ... 5-25 5.6.2 Temperatur dan Kelembaban ... 5-28 5.6.2.1 Temperatur dan Kelembaban Kantor Bengkel ... 5-28 5.6.2.2 Temperatur dan Kelembaban Area Perbaikan Mesin ... 5-30 5.6.3 Kebisingan ... 5-33

5.6.3.1 Kebisingan Kantor Bengkel ... 5-33 5.6.3.2 Kebisingan Area Perbaikan Mesin ... 5-34 5.6.4 Sirkulasi Udara ... 5-36 5.6.5 Warna Cat Dinding ... 5-38 5.6.5.1 Warna Cat Dinding Kantor Bengkel ... 5-38 5.6.5.2 Warna Cat Dinding Area Perbaikan Mesin ... 5-38 5.6.6 Bau-bauan ... 5-39

5.6.6.1 Bau-bauan di Kantor Bengkel ... 5-39 5.6.6.2 Bau-bauan di Area Perbaikan Mesin ... 5-40 5.7 Analisis Kesehatan dan Keselematan Kerja ... 5-41 5.7.1 Analisis 5 Why terhadap Kecelahaan yang Pernah Terjadi ... 5-42 5.7.2 Analisis 5 Why terhadap Kecelahaan yang Berpotensi Terjadi ... 5-48 BAB 6 USULAN

6.1 Usulan Tempat Penyimpanan Alat Bantu Kerja ... 6-1 6.2 Usulan Tas Pinggang Montir ... 6-25 6.3 Usulan Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 6-40 6.3.1 Usulan Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 6-40 6.3.1.1 Usulan Alat Pelindung Diri untuk Montir ... 6-40 6.3.1.2 Usulan Safety Sign dan Himbauan untuk Montir ... 6-43 6.3.2 Usulan Penanggulangan Kecelakaan Kerja ... 6-44 6.3.2 Usulan Tempat Penyimpanan Alat-alat K3 ... 6-46 6.4 Usulan Standard Operation Procedure untuk Montir ... 6-49 6.5 Usulan Layout Area Perbaikan Mesin ... 6-51 6.6 Usulan Lingkungan Fisik ... 6-53


(6)

6.6.1 Usulan Pencahayaan Kantor dan Area Perbaikan Mesin ... 6-53 6.6.2 Usulan Sirkulasi Udara, Suhu dan Kelembaban ... 6-58 BAB 7 KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan ... 7-1 7.2 Saran ... 7-4 7.2.1 Saran Bagi Perusahaan ... 7-4 7.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 7-4 Daftar Pustaka


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Azas Pemilahan 2-4

2.2 Cara Menyimpan Barang yang Diperlukan 2-5

2.3 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes

No 1405 Tahun 2002 2-21

2.4 Standar IES (Illuminating Engineering Society) 2-22 2.5 Intensitas Kebisingan dan Contoh-contoh

Keberadaanya 2-25

2.6 Ambang Batas Beban Bunyi Bagi Pendengaran 2-26 2.7 Kebutuhan Kotak P3K Berdasarkan Jumlah Pekerja Dan

Risiko Kerja 2-34

2.8 Daftar Isi Kotak P3K Tipe I 2-35

2.9 Kebutuhan Petugas P3K Berdasarkan Jumlah Pekerja Dan

Risiko Kerja 2-36

4.1 Daftar Job Description Pekerja Bengkel 4-3

4.2 Daftar Alat Bantu Kerja 4-13

4.3 Daftar Ukuran Kunci Pas 4-16

4.4 Daftar Ukuran Kunci Ring 4-16

4.5 Daftar Ukuran Kunci Kombinasi 4-17

4.6 Daftar Ukuran Kunci Socket 4-18

4.7 Daftar Ukuran Kunci L 4-18

4.8 Daftar Ukuran Kunci Inggris 4-19

4.9 Daftar Ukuran Kunci Pipa 4-19

4.10 Daftar Ukuran Kunci Roda 4-20

4.11 Daftar Ukuran Kunci Busi 4-20

4.12 Daftar Ukuran Obeng 4-20

4.13 Daftar Ukuran Tang 4-21


(8)

Tabel Judul Halaman

4.15 Daftar Ukuran Palu 4-21

4.16 Daftar Ukuran Kikir Plat 4-22

4.17 Daftar Ukuran Kikir Segitiga 4-22

4.18 Intensitas Cahaya Kantor Bengkel 4-28

4.19 Intensitas Cahaya Area Perbaikan Mesin 4-30 4.20 Temperatur dan Kelembaban Kantor Bengkel 4-31 4.21 Temperatur dan Kelembaban Area Perbaikan Mesin 4-32

4.22 Tingkat Kebisingan Kantor Bengkel 4-33

4.23 Tingkat Kebisingan Area Perbaikan Mesin 4-34 5.1 Daftar Kode Nama Alat-alat Bantu Kerja 5-2 5.2 Laporan Pembukuan Daftar Inventaris Alat

Bantu Kerja 5-5

5.3 Format Check Sheet Inventaris Alat Bantu Kerja 5-6 5.4 Analisis Seiri (Pemilahan) Alat Bantu Kerja 5-8 5.5 Analisis Seiton (Penataan) Alat Bantu Kerja 5-9 5.6 Analisis Seiso (Pembersihan) Alat Bantu Kerja 5-10 5.7 Analisis Seiketsu (Pemantapan) Alat Bantu Kerja 5-11 5.8 Analisis Shitsuke (Pembiasaan) Alat Bantu Kerja 5-12 5.9 Rangkuman Data Anthropometri Rak Alat 1Aktual 5-13 5.10 Rangkuman Data Anthropometri Rak Alat 2 Aktual 5-15 5.11 Rangkuman Data Anthropometri Rak Alat 3 Aktual 5-17 5.12 Rangkuman Intensitas Cahaya Kantor Bengkel 5-24 5.13 Rangkuman Intensitas Cahaya Area Perbaikan Mesin 5-26 5.14 Rangkuman Temperatur dan Kelembaban Kantor Bengkel 5-29 5.15 Rangkuman Temperatur dan Kelembaban Area Perbaikan

Mesin 5-30

5.16 Rangkuman Tingkat Kebisingan Kantor Bengkel 5-34 5.17 Rangkuman Tingkat Kebisingan Area Perbaikan Mesin 5-35


(9)

Tabel Judul Halaman

6.1 Data Anthropometri Rak Alat Usulan Alternatif 1 6-4 6.2 Spesifikasi Rak Alat Usulan Alternatif 1 6-5 6.3 Perincian Harga Rak Alat Usulan Alternatif 1 6-6 6.4 Data Anthropometri Rak Alat Usulan Alternatif 2 6-9 6.5 Spesifikasi Rak Alat Usulan Alternatif 2 6-12 6.6 Perincian Harga Rak Alat Usulan Alternatif 2 6-13 6.7 Data Anthropometri Rak Alat Usulan Alternatif 3 6-16 6.8 Spesifikasi Rak Alat Usulan Alternatif 3 6-17 6.9 Perincian Harga Rak Alat Usulan Alternatif 3 6-18

6.10 Pembobotan Kriteria Rak Alat 6-19

6.11 Concept Scoring Rak Alat 6-19

6.12 Data Anthropometri Tas Pinggang Montir Usulan

Alternatif 1 6-28

6.13 Spesifikasi Tas Pinggang Montir Usulan Alternatif 1 6-31 6.14 Data Anthropometri Tas Pinggang Montir Usulan

Alternatif 2 6-34

6.15 Spesifikasi Tas Pinggang Montir UsulanAlternatif 2 6-37 6.16 Pembobotan Kriteria Tas Pinggang Montir 6-38

6.17 Concept Scoring Tas Pinggang Montir 6-39

6.18 Daftar Safety Sign 6-43

6.19 Daftar Kalimat Himbauan 6-44


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan Antara Temperatur dan Kelembaban Udara 2-25

2.2 Contoh Analisis 5 Why 2-29

2.3 Contoh SOP Format Graphic 2-41

3.1 Flowchart Penelitian 3-1

4.1 Struktur Organisasi 4-2

4.2 Kegiatan Tune Up Mesin 4-4

4.3 Kegiatan Perbaikan Kaki-kaki Mobil 4-8

4.4 Kegiatan Perbaikan Rem Mobil 4-10

4.5 Dimensi Kunci Pas 4-15

4.6 Dimensi Kunci Ring 4-16

4.7 Dimensi Kunci Kombinasi 4-17

4.8 Dimensi Kunci Socket 4-17

4.9 Dimensi Kunci L 4-18

4.10 Dimensi Kunci Inggris 4-19

4.11 Dimensi Kunci Pipa 4-19

4.12 Dimensi Kunci Roda 4-19

4.13 Dimensi Kunci Busi 4-20

4.14 Dimensi Obeng 4-20

4.15 Dimensi Tang 4-20

4.16 Dimensi Gergaji 4-21

4.17 Dimensi Palu 4-21

4.18 Dimensi Kikir Plat 4-22

4.19 Dimensi Kikir Segitiga 4-22

4.20 Rak Alat 1 4-23

4.21 Rak Alat 2 4-24

4.22 Rak Alat 3 4-24

4.23 Layout Kantor Bengkel dan Area Perbaikan Mesin 4-25 4.24 Lokasi Pengambilan Data Lingkungan Fisik Kantor Bengkel 4-28


(11)

Gambar Judul Halaman 4.25 Lokasi Pengambilan Data Lingkungan Fisik Area Perbaikan

Mesin 4-29

4.26 Warna Cat Dinding Kantor Bengkel Bagian Depan 4-35 4.27 Warna Cat Dinding Kantor Bengkel Bagian Belakang 4-35

4.28 Warna Cat Dinding Area Perbaikan Mesin 4-36

5.1 Letak Rak Alat 1,2 dan 3 5-21

5.2 Diagram Aliran Proses Perbaikan Mesin 5-21

5.3 Hubungan Temperatur dan Kelembaban Area Kantor

Bengkel 5-29

5.4 Hubungan Temperatur dan Kelembaban Area Tunggu

Konsumen 5-31

5.5 Hubungan Temperatur dan Kelembaban Area Tempat

Penyimpanan Alat 5-32

5.6 Hubungan Temperatur dan Kelembaban Area Perbaikan

Mesin 5-33

5.7 Skema Sirkulasi Udara Kantor Bengkel dan Area Perbaikan

Mesin 5-37

5.8 Diagram Analisis 5 Why Tersandung Alat Kerja sampai jatuh 5-43 5.9 Diagram Analisis 5 Why Terbentur Benda Keras 5-44 5.10 Diagram Analisis 5 Why Terjepit Kap Mobil 5-45 5.11 Diagram Analisis 5 Why Gagal Mendongkrak 5-46

5.12 Diagram Analisis 5 Why Terpeleset Oli 5-47

5.13 Diagram Analisis 5 Why Menyentuh Benda Panas 5-48 5.14 Diagram Analisis 5 Why Tertusuk Benda Tajam 5-49

5.15 Diagram Analisis 5 Why Infeksi Mata 5-50

5.16 Diagram Analisis 5 Why Gangguan Pernapasan 5-51

6.1 Rak Alat Usulan Alternatif 1 (3D) 6-2

6.2 Rak Alat Usulan Alternatif 1 (2D) 6-3

6.3 Rak Alat Usulan Alternatif 2 (3D) 6-7


(12)

Gambar Judul Halaman

6.5 Rak Alat Usulan Alternatif 3 (3D) 6-14

6.6 Rak Alat Usulan Alternatif 3 (2D) 6-15

6.7 Besi Penyangga Bentuk Silinder Tunggal 6-22

6.8 Besi Penyangga Bentuk Silinder Kembar 6-23

6.9 Besi Penyangga Bentuk Silinder Segitiga 6-23

6.10 Besi Penyangga Bentuk Pengait Siku-siku Kembar 6-24

6.11 Besi Penyangga Bentuk Magnetic Slot 6-24

6.12 Tas Pinggang Montir usulan alternatif 1 (3D) 6-26 6.13 Tas Pinggang Montir usulan alternatif 1 (2D) 6-27 6.14 Tas Pinggang Montir usulan alternatif 2 (3D) 6-32 6.15 Tas Pinggang Montir usulan alternatif 2 (2D) 6-33

6.16 Sarung Tangan Tahan Panas 6-41

6.17 Masker 6-41

6.18 Baju Kerja Montir 6-42

6.19 Kotak P3K A 6-44

6.20 APAR Jenis ABC 6-46

6.21 Rak Alat K3 (3D) 6-47

6.22 Rak Alat K3 (2D) 6-48

6.23 Standard Operation Procedure Montir Usulan 6-50

6.24 Layout Area Perbaikan Mesin Usulan 6-51

6.25 Diagram Aliran Proses Perbaikan Mesin Usulan 6-52

6.26 Lampu Phillips 75 Watt 6-54

6.27 Lampu Phillips 36 Watt 6-56

6.28 Professional Repair Lighting 6-57

6.29 Spesifikasi Professional Repair Lighting 6-58

6.30 Layout Peletakkan Lampu Usulan 6-58

6.31 Layout dengan Lingkungan Fisik Usulan 6-59

6.32 Kipas Angin Usulan 6-60


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Data anthropometri


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini seiring dengan perkembangan ekonomi, manusia dituntut unuk memiliki mobilitas yang tinggi. Salah satu mode transportasi yang dipilih kebanyakan orang adalah mobil pribadi karena lebih fleksibel dan menambah nilai prestige pada orang tersebut. Mobil tentunya harus mengalami perawatan dan pemeliharaan rutin untuk menjaga performa mesin dan kebersihan eksterior maupun interiornya, oleh karena itu muncul jasa bengkel mobil. Bengkel mobil teridiri dari beberapa jenis, diantaranya bengkel resmi yang biasanya hanya melayani merk mobil tertentu ataupun bengkel umum yang melayani semua merk mobil.

Salah satu bengkel umum yang terdapat di Bandung adalah bengkel mobil Pioneer Motor. Bengkel Pioneer Motor terletak di Kompleks Perumahan Taman Kopo Indah II, Kabupaten Bandung. Bengkel ini melayani jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin.

Diantara semua jasa yang disediakan oleh Pioneer Motor, jasa perbaikan mesin adalah jasa yang pengerjaannya paling kompleks dan seringkali membutuhkan alat-alat bantu kerja seperti obeng, tang, kunci, dan lain sebagainya. Montir, sebagai operator perbaikan mesin, seringkali mengeluhkan kesulitan menemukan alat-alat bantu kerja dan terkadang terjadi pula kehilangan alat-alat tersebut, hal ini tentunya menghambat kinerja montir dan merugikan pengelola bengkel karena harus membeli lagi alat yang baru. Selain itu, kondisi lingkungan kerja di area perbaikan mesin yang tidak nyaman seperti suhu udara yang panas, pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang, serta bau-bauan dari asap buangan mobil menyebabkan kesehatan montir terganggu dan montir menjadi cepat lelah. Kondisi lingkungan kerja area perbaikan mesin ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan fisik kantor bengkel yang berada tepat di


(15)

Bab 1 Pendahuluan 1-2  

kantor bengkel dan konsumen yang sedang menunggu mobilnya diperbaiki. Pengelola bengkel juga belum memerhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dapat ditunjukkan dengan belum adanya alat pelindung diri yang dipakai oleh pekerja dan kebersihan lingkungan bengkel yang kurang terjaga sehingga menyebabkan kecelakaan kerja yang sering terjadi seperti tertimpa alat-alat, terkena benda panas dan terpeleset oli.

Oleh sebab itu, peneliti ingin membantu pengelola bengkel untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan cara menganalisis apakah kondisi lingkungan kerja montir dan alat bantu pekerjaan yang ada sudah baik atau belum baik. Jika belum baik, maka peneliti akan membantu pengelola bengkel untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja montir dan alat bantu pekerjaan yang ada.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah di bengkel mobil Pioneer Motor adalah :

1. Bengkel belum mempunyai tempat penyimpanan alat bantu kerja yang teratur dan aman sehingga montir sulit mencari alat dan menimbulkan kehilangan alat.

2. Bengkel belum memiliki prosedur penyimpanan alat bantu kerja yang teratur sehingga alat-alat sering berserakan di lantai setelah digunakan. 3. Kondisi lingkungan fisik yang panas, gelap dan berasap sehingga

montir tidak nyaman pada saat bekerja.

4. Pengelola bengkel belum menerapkan sistem pencegahan dan penanggulangan untuk kesehatan dan keselamatan kerja bagi montir.


(16)

Bab 1 Pendahuluan 1-3  

1.3 Batasan dan Asumsi

Diperlukan beberapa batasan, dikarenakan keterbatasan sumber daya yang ada, serta agar penelitian yang dilakukan juga dapat terfokus pada permasalahan :

1. Operator yang diteliti adalah para pekerja di bagian perbaikan mesin dan kantor bengkel.

2. Lingkungan fisik yang diamati terdiri dari pencahayaan, temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, kebisingan, warna cat dinding, dan bau-bauan.

3. Pengamatan lingkungan fisik dilakukan selama 3 hari, masing-masing pada pukul 09.00 WIB, pukul 13.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB.

4. Persentil yang digunakan adalah persentil 5% untuk minimum, 50% untuk rata-rata dan 95% untuk maksimum.

5. Alat-alat bantu kerja yang diteliti adalah alat bantu kerja tangan (hand tools) yang bersifat nonpowered.

6. Batas penentuan derajat frekuensi pemakaian alat diambil dari buku “Sikap Kerja 5S”, karangan Osada Takashi (1995).

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Operator dalam kondisi baik dan siap pada saat bekerja.

2. Data anthropometri yang digunakan diambil dari buku “Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya”, karangan Eko Nurmianto Ir, M. Eng (1998) dan mewakili data anthropometri yang dipakai.

3. Panjang adalah jarak yang diukur secara horizontal sejajar dengan dada dilihat dari depan benda.

4. Lebar adalah jarak yang diukur secara horizontal tegak lurus dengan dada dilihat dari depan benda.

5. Tinggi adalah jarak yang diukur secara vertikal dengan bidang yang diamati dilihat dari depan benda.


(17)

Bab 1 Pendahuluan 1-4  

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah serta asumsi yang ada maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana jumlah, jenis, dan karakteristik alat-alat bantu kerja yang ada pada area perbaikan mesin saat ini?

2. Bagaimana tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja pada area perbaikan mesin yang ada?

3. Bagaimana prosedur untuk penyimpanan alat-alat bantu kerja pada area perbaikan mesin sekarang?

4. Bagaimana rancangan tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja usulan agar alat-alat mudah dicari dan tidak hilang?

5. Bagaimana prosedur penyimpanan alat-alat usulan agar keteraturan penyimpanan alat dapat berlangsung terus-menerus dan tidak terdapat kehilangan alat ?

6. Bagaimana kondisi lingkungan fisik kerja saat ini dan bagaimana usulan kondisi lingkungan fisik kerja yang lebih baik?

7. Bagaimana kondisi kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di bengkel saat ini dan bagaimana usulan sistem pencegahan dan penanggulangan untuk kesehatan dan keselamatan kerja yang baik?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis jumlah, jenis dan karakteristik alat-alat bantu kerja yang ada pada area perbaikan mesin saat ini.

2. Menganalisis tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja yang ada pada area perbaikan mesin saat ini

3. Menganalisis prosedur untuk penyimpanan alat-alat bantu kerja pada area perbaikan mesin saat ini.

4. Mengusulkan rancangan tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja yang teratur dan aman.


(18)

Bab 1 Pendahuluan 1-5  

5. Mengusulkan prosedur untuk penyimpanan alat-alat bantu kerja agar keteraturan penyimpanan alat dapat berlangsung terus-menerus dan tidak terdapat kehilangan alat.

6. Menganalisis kondisi lingkungan fisik kerja saat ini dan mengusulkan kondisi lingkungan fisik yang lebih baik.

7. Menganalisis kondisi kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di bengkel saat ini dan mengusulkan sistem pencegahan dan penanggulangan untuk kesehatan dan keselamatan kerja yang baik.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara keseluruhan untuk penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 Studi Literatur

Berisi tentang landasan teori-teori yang diperlukan dan digunakan untuk penelitian.

BAB 3 Metodologi Penelitian

Berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penelitian selama penyusunan laporan. Dilengkapi dengan keterangan masing-masing langkah.

BAB 4 Pengumpulan Data

Berisi tentang data-data yang digunakan dalam penelitian yaitu data umum perusahaan, dan data-data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dan hasil pengambilan data di perusahaan.

BAB 5 Pengolahan Data dan Analisis

Berisi tentang hasil pengolahan data yang disertai dengan analisis dari hasil pengolahan data tersebut.


(19)

Bab 1 Pendahuluan 1-6  

BAB 6 Usulan

Berisi tentang usulan dari penulis untuk perusahaan yang bertujuan untuk membantu masalah yang ada di perusahaan tersebut.

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan.


(20)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti:

1. Alat-alat bantu kerja yang ada pada area perbaikan mesin saat ini terdiri dari 23 jenis alat bantu kerja yaitu : kunci pas; kunci ring; kunci kombinasi; kunci socket; kunci L; kunci Inggris; kunci pipa; kunci roda; kunci busi; 6 jenis tang; gergaji; dongkrak buaya; dongkrak botol; jackstand; kikir plat; dan kikir segitiga. Masing-masing jenis alat tersebut memiliki jumlah dan karakteristik yang beragam. Sebelumnya alat-alat ini belum pernah dicatat dalam daftar inventaris, sehingga pihak pengelola bengkel tidak mengetahui masing-masing nama alat bantu kerja dan jumlahnya, namun dengan adanya daftar inventaris alat-alat bantu kerja yang dilengkapi dengan check sheet inventaris, pengelola bengkel dapat mengetahui secara pasti nama, jumlah, dan kondisi alat bantu kerja yang ada sehingga kegiatan pengawasan terhadapnya lebih mudah dilakukan. 2. Tempat penyimpanan alat bantu kerja aktual yang ada di Bengkel Pioneer

Motor terdiri dari 3 buah rak alat yang masing-masing memiliki perbedaan dari segi bentuk, ukuran, jenis alat apa saja yang disimpan, juga tempat peletakkannya. Rak alat 1 menyimpan alat-alat yang tidak terpakai seperti kabel bekas dan dus bekas, pada rak alat 2 disimpan alat-alat bantu kerja yang dapat digantung seperti kunci-kunci, tang dan obeng, sedangkan pada rak alat 3 disimpan alat-alat seperti kunci socket dan kunci L. Dari ketiga rak alat yang ada, semuanya belum ada pemilahan alat dan alat-alat yang ada belum tertata dengan rapi dan bersih. Ketiga rak alat ini juga belum sesuai dengan data anthropometri pekerja bengkel sehingga membuat para montir tidak nyaman dalam mengambil dan menyimpan alat-alat bantu


(21)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2  

3. Prosedur penyimpanan alat bantu kerja aktual yang ada saat ini belum ada prosedur yang tertulis tentang penyimpanan alat-alat bantu kerja yang ada, prosedur yang ada hanya disampaikan secara lisan oleh kepala montir bengkel dan hanya berisi untuk membereskan alat-alat kembali ke rak alat pada jam menjelang tutup bengkel. Hal ini yang menyebabkan alat-alat berantakan di lantai pada waktu montir bekerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tidak adanya prosedur tertulis juga menyebabkan penyimpanan dan pengambilan alat menjadi tidak teratur dan lebih lanjut menyebabkan kondisi rak alat yang berantakan dan kotor.

4. Berdasarkan analisis prinsip 5S dan anthropometri pada tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja, peneliti memberikan usulan suatu tempat penyimpanan alat bantu kerja yang disebut juga rak alat. Rak alat terpilih yaitu rak alat alternatif 1 ini berbentuk papan dengan gantungan penyangga untuk alat yang akan digantung disana. Papan ini dilengkapi dengan cat merah yang berbentuk cetakan alat pada setiap alat yang digantung untuk mengindikasikan dimana alat disimpan, sehingga apabila alat tersebut diambil dari rak, akan terlihat warna cat merah tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah pengecekan dan pengawasan terhadap alat-alat bantu kerja yang ada sebagai suatu alat kontrol visual. Rak alat ini juga ditata secara rapi dengan mengelompokkan masing-masing jenis alat bantu yang disimpan dan besi penyangga pada rak dibuat dengan bahan magnet supaya alat-alat yang disimpan tidak rentan terhadap guncangan, sehingga terhindar dari risiko alat jatuh. Dengan adanya rak alat ini diharapkan dapat tercipta keteraturan dan keamanan pada penyimpanan alat sehingga alat mudah ditemukan dan tidak hilang.

5. Peneliti memberikan usulan sebuah Standard Operation Procedure untuk montir yang didalamnya terdapat prosedur pengambilan dan penyimpanan alat-alat bantu kerja juga kewajiban untuk para montir dalam menggunakan alat pelindung diri. SOP ini memiliki format graphic yang dapat dilihat pada gambar 6.23 di halaman 50. Untuk membuat SOP ini dibutuhkan suatu usulan tambahan yaitu usulan tas pinggang montir


(22)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-3  

terpilih yaitu tas pinggang montir alternatif 2 yang digunakan untuk penyimpanan alat bantu kerja yang bersifat sementara, ketika montir melakukan kegiatan perbaikan, dengan adanya tas pinggang montir ini alat-alat yang tidak sedang dipakai oleh montir dapat diselipkan pada tas pinggang sehingga alat-alat tidak berserakan di lantai. Berkaitan dengan usulan ini pula terdapat tambahan tugas untuk kepala montir untuk mengecek kelengkapan alat menggunakan check sheet inventaris setiap hari menjelang jam tutup bengkel.

6. Kondisi lingkungan fisik saat ini di kantor bengkel maupun area perbaikan mesin belum memenuhi standar pencahayaan yang seharusnya, temperatur dan kelembabannya pun masih masuk dalam klasifikasi panas, kebisingan yang ada intensitasnya cukup kuat, dan sirkulasi udara yang ada belum baik, sedangkan untuk warna cat dinding sudah baik namun diperlukan pembersihan. Terdapat bau-bauan di lingkungan bengkel yang disebabkan oleh asap knalpot mobil, bau oli, dan bau dari baju montir yang jarang dibersihkan. Oleh karena permasalahan tersebut peneliti mengusulkan beberapa perbaikan yaitu dengan menambah 18 buah lampu dan mengusulkan penggunaan professional repair lighting untuk pekerjaan di bawah mobil, mengubah arah hadap mobil pada stasiun kerja montir, dan memasang kipas angin pada kantor bengkel dan area perbaikan mesin. 7. Pengelola bengkel saat ini belum memperhatikan aspek kesehatan dan

keselamatan kerja bagi para pekerjanya, khususnya montir. Beberapa kecelakaan kerja sudah terjadi seperti tersandung alat-alat bantu kerja, terkena benda panas, dan lainnya, juga terdapat beberapa kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi seperti gangguan pernapasan, infeksi mata dan lainnya. Melalui analisis 5 Why terhadap akar permasalahan kecelakaan kerja tersebut penulis memberikan beberapa usulan pencegahan dan penanggulangan untuk K3 yaitu, usulan alat pelindung diri untuk montir, pemasangan safety sign dan kalimat himbauan, pemasangan kotak P3K dan APAR serta usulan tempat penyimpanan untuk alat-alat K3 tersebut.


(23)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4  

7.2 Saran

7.2.1 Saran Bagi Perusahaan

Peneliti memberikan saran agar usulan yang diberikan dapat diterapkan di Bengkel Pioneer Motor sehingga dapat menciptakan kondisi kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien bagi para montir dan juga konsumen bengkel.

7.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti memberikan saran bagi penelitian selanjutnya untuk mempertimbangkan apabila jumlah semua peralatan bantu kerja adalah lebih dari satu set, bagaimana cara penyimpanannya agar dapat menghemat ruang tetapi tetap memiliki alat kontrol visual untuk pengecekkan alat.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Pedoman Reparasi Toyota

2. Kepmenkes No. 1405. (2002). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta : KementrianKesehatan RI

3. Mike, Sondalini. (2008). Understanding How to Use 5 Why for Root Causes Analysis. Rossmoyne, Australia : Lifetime-Reliability Solutions

4. Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Penerbit Guna Wijaya

5. Osada, Takashi.(1995). Sikap Kerja 5S. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo 6. Permenpan 35 .(2012). Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur

Administrasi Pemerintahan. Jakarta : Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI

7. Sucipto, CD. (2014).Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Cetakan pertama, Yogyakarta : Gosyen Publishing

8. Sugiama, A. Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata, Edisi 1. Bandung :

Guardaya Intimarta

9. Sunaryo, Wowo K. (2014). Ergonomi dan K3. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

10. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja. (2006).Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung :Institut Teknologi Bandung

11. Standard Illuminating Egineering Society. (2002).

12. Ulrich, Karl. T dan Steven D. Eppinger,. (1995). Product Design and Development.USA : Irwin Megraw-Hill

13. Weimer, Jon.(1993).Handbook of Ergonomic and Human Factor Table. Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : PTR Prentice Hall

14. https://qtussama.wordpress.com/materi-ajar-x-tkr/perlengkapan-peralatan-di-tempat-kerja/ diakses tanggal 21 September 2015

15. http://syahrulamarriyadi.blogspot.co.id/p/blog-page.html diakses tanggal 21 September 2015


(25)

16. http://superpolishpremium.com/cara-memeriksa-kondisi-rem/ diakses tanggal 21 September 2015

17. http://www.berkahmotor.com/kaki2repair.html diakses tanggal 21 September 2015

18. http://tutor26.blogspot.com/2012/11/Form-Laporan-Mingguan-Unit-Inventarisasi.html diakses tanggal 3 November 2015

19. http://www.wellindo-kobe.com/?cat=13Tekiro Hands Tool Catalogue diakses tanggal 8 November 2015

20. http://interior-hanasasti.blogspot.co.id/2012/04/cara-menghitung-kebutuhan-lampu.html diakses tanggal 2 Desember 2015


(1)

7.1 Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti:

1. Alat-alat bantu kerja yang ada pada area perbaikan mesin saat ini terdiri dari 23 jenis alat bantu kerja yaitu : kunci pas; kunci ring; kunci kombinasi; kunci socket; kunci L; kunci Inggris; kunci pipa; kunci roda; kunci busi; 6 jenis tang; gergaji; dongkrak buaya; dongkrak botol;

jackstand; kikir plat; dan kikir segitiga. Masing-masing jenis alat tersebut

memiliki jumlah dan karakteristik yang beragam. Sebelumnya alat-alat ini belum pernah dicatat dalam daftar inventaris, sehingga pihak pengelola bengkel tidak mengetahui masing-masing nama alat bantu kerja dan jumlahnya, namun dengan adanya daftar inventaris alat-alat bantu kerja yang dilengkapi dengan check sheet inventaris, pengelola bengkel dapat mengetahui secara pasti nama, jumlah, dan kondisi alat bantu kerja yang ada sehingga kegiatan pengawasan terhadapnya lebih mudah dilakukan. 2. Tempat penyimpanan alat bantu kerja aktual yang ada di Bengkel Pioneer

Motor terdiri dari 3 buah rak alat yang masing-masing memiliki perbedaan dari segi bentuk, ukuran, jenis alat apa saja yang disimpan, juga tempat peletakkannya. Rak alat 1 menyimpan alat-alat yang tidak terpakai seperti kabel bekas dan dus bekas, pada rak alat 2 disimpan alat-alat bantu kerja yang dapat digantung seperti kunci-kunci, tang dan obeng, sedangkan pada rak alat 3 disimpan alat-alat seperti kunci socket dan kunci L. Dari ketiga rak alat yang ada, semuanya belum ada pemilahan alat dan alat-alat yang ada belum tertata dengan rapi dan bersih. Ketiga rak alat ini juga belum sesuai dengan data anthropometri pekerja bengkel sehingga membuat para montir tidak nyaman dalam mengambil dan menyimpan alat-alat bantu kerja tersebut.


(2)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2  

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 3. Prosedur penyimpanan alat bantu kerja aktual yang ada saat ini belum ada prosedur yang tertulis tentang penyimpanan alat-alat bantu kerja yang ada, prosedur yang ada hanya disampaikan secara lisan oleh kepala montir bengkel dan hanya berisi untuk membereskan alat-alat kembali ke rak alat pada jam menjelang tutup bengkel. Hal ini yang menyebabkan alat-alat berantakan di lantai pada waktu montir bekerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tidak adanya prosedur tertulis juga menyebabkan penyimpanan dan pengambilan alat menjadi tidak teratur dan lebih lanjut menyebabkan kondisi rak alat yang berantakan dan kotor.

4. Berdasarkan analisis prinsip 5S dan anthropometri pada tempat penyimpanan alat-alat bantu kerja, peneliti memberikan usulan suatu tempat penyimpanan alat bantu kerja yang disebut juga rak alat. Rak alat terpilih yaitu rak alat alternatif 1 ini berbentuk papan dengan gantungan penyangga untuk alat yang akan digantung disana. Papan ini dilengkapi dengan cat merah yang berbentuk cetakan alat pada setiap alat yang digantung untuk mengindikasikan dimana alat disimpan, sehingga apabila alat tersebut diambil dari rak, akan terlihat warna cat merah tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah pengecekan dan pengawasan terhadap alat-alat bantu kerja yang ada sebagai suatu alat kontrol visual. Rak alat ini juga ditata secara rapi dengan mengelompokkan masing-masing jenis alat bantu yang disimpan dan besi penyangga pada rak dibuat dengan bahan magnet supaya alat-alat yang disimpan tidak rentan terhadap guncangan, sehingga terhindar dari risiko alat jatuh. Dengan adanya rak alat ini diharapkan dapat tercipta keteraturan dan keamanan pada penyimpanan alat sehingga alat mudah ditemukan dan tidak hilang.

5. Peneliti memberikan usulan sebuah Standard Operation Procedure untuk montir yang didalamnya terdapat prosedur pengambilan dan penyimpanan alat-alat bantu kerja juga kewajiban untuk para montir dalam menggunakan alat pelindung diri. SOP ini memiliki format graphic yang dapat dilihat pada gambar 6.23 di halaman 50. Untuk membuat SOP ini dibutuhkan suatu usulan tambahan yaitu usulan tas pinggang montir


(3)

terpilih yaitu tas pinggang montir alternatif 2 yang digunakan untuk penyimpanan alat bantu kerja yang bersifat sementara, ketika montir melakukan kegiatan perbaikan, dengan adanya tas pinggang montir ini alat-alat yang tidak sedang dipakai oleh montir dapat diselipkan pada tas pinggang sehingga alat-alat tidak berserakan di lantai. Berkaitan dengan usulan ini pula terdapat tambahan tugas untuk kepala montir untuk mengecek kelengkapan alat menggunakan check sheet inventaris setiap hari menjelang jam tutup bengkel.

6. Kondisi lingkungan fisik saat ini di kantor bengkel maupun area perbaikan mesin belum memenuhi standar pencahayaan yang seharusnya, temperatur dan kelembabannya pun masih masuk dalam klasifikasi panas, kebisingan yang ada intensitasnya cukup kuat, dan sirkulasi udara yang ada belum baik, sedangkan untuk warna cat dinding sudah baik namun diperlukan pembersihan. Terdapat bau-bauan di lingkungan bengkel yang disebabkan oleh asap knalpot mobil, bau oli, dan bau dari baju montir yang jarang dibersihkan. Oleh karena permasalahan tersebut peneliti mengusulkan beberapa perbaikan yaitu dengan menambah 18 buah lampu dan mengusulkan penggunaan professional repair lighting untuk pekerjaan di bawah mobil, mengubah arah hadap mobil pada stasiun kerja montir, dan memasang kipas angin pada kantor bengkel dan area perbaikan mesin. 7. Pengelola bengkel saat ini belum memperhatikan aspek kesehatan dan

keselamatan kerja bagi para pekerjanya, khususnya montir. Beberapa kecelakaan kerja sudah terjadi seperti tersandung alat-alat bantu kerja, terkena benda panas, dan lainnya, juga terdapat beberapa kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi seperti gangguan pernapasan, infeksi mata dan lainnya. Melalui analisis 5 Why terhadap akar permasalahan kecelakaan kerja tersebut penulis memberikan beberapa usulan pencegahan dan penanggulangan untuk K3 yaitu, usulan alat pelindung diri untuk montir, pemasangan safety sign dan kalimat himbauan, pemasangan kotak P3K dan APAR serta usulan tempat penyimpanan untuk alat-alat K3 tersebut.


(4)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4  

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7.2 Saran

7.2.1 Saran Bagi Perusahaan

Peneliti memberikan saran agar usulan yang diberikan dapat diterapkan di Bengkel Pioneer Motor sehingga dapat menciptakan kondisi kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien bagi para montir dan juga konsumen bengkel.

7.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti memberikan saran bagi penelitian selanjutnya untuk mempertimbangkan apabila jumlah semua peralatan bantu kerja adalah lebih dari satu set, bagaimana cara penyimpanannya agar dapat menghemat ruang tetapi tetap memiliki alat kontrol visual untuk pengecekkan alat.


(5)

1. Anonim. Pedoman Reparasi Toyota

2. Kepmenkes No. 1405. (2002). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta : KementrianKesehatan RI

3. Mike, Sondalini. (2008). Understanding How to Use 5 Why for Root Causes

Analysis. Rossmoyne, Australia : Lifetime-Reliability Solutions

4. Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Penerbit Guna Wijaya

5. Osada, Takashi.(1995). Sikap Kerja 5S. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo 6. Permenpan 35 .(2012). Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur

Administrasi Pemerintahan. Jakarta : Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI

7. Sucipto, CD. (2014).Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Cetakan pertama, Yogyakarta : Gosyen Publishing

8. Sugiama, A. Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata, Edisi 1. Bandung : Guardaya Intimarta

9. Sunaryo, Wowo K. (2014). Ergonomi dan K3. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

10. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja. (2006).Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung :Institut Teknologi Bandung

11. Standard Illuminating Egineering Society. (2002).

12. Ulrich, Karl. T dan Steven D. Eppinger,. (1995). Product Design and

Development.USA : Irwin Megraw-Hill

13. Weimer, Jon.(1993).Handbook of Ergonomic and Human Factor Table. Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : PTR Prentice Hall

14. https://qtussama.wordpress.com/materi-ajar-x-tkr/perlengkapan-peralatan-di-tempat-kerja/ diakses tanggal 21 September 2015

15. http://syahrulamarriyadi.blogspot.co.id/p/blog-page.html diakses tanggal 21 September 2015


(6)

16. http://superpolishpremium.com/cara-memeriksa-kondisi-rem/ diakses tanggal 21 September 2015

17. http://www.berkahmotor.com/kaki2repair.html diakses tanggal 21 September 2015

18. http://tutor26.blogspot.com/2012/11/Form-Laporan-Mingguan-Unit-Inventarisasi.html diakses tanggal 3 November 2015

19. http://www.wellindo-kobe.com/?cat=13Tekiro Hands Tool Catalogue diakses tanggal 8 November 2015

20. http://interior-hanasasti.blogspot.co.id/2012/04/cara-menghitung-kebutuhan-lampu.html diakses tanggal 2 Desember 2015