PENGARUH MIGRASI ETNIS JAWA TERHADAP BUDAYA ETNIS SIMALUNGUN DI DESA BAH JAMBI II KEC. TANAH JAWA KAB. SIMALUNGUN.

(1)

PENGARUH MIGRASI ETNIS JAWA TERHADAP BUDAYA ETNIS

SIMALUNGUN DI DESA BAH JAMBI II KECAMATAN

TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

DEVI WINDU SARAGIH NIM. 309122014

JURUSAN PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalm menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Dalam memenuhi persyaratan maka penulis telah menyusunya dengan judul “pengaruh migrasi etnis Jawa terhadap budaya etnis Simalungun di desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Penulis berharap tulisan in bisa bermafaat kepada semua pihak yang membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian, penulis juga berharap untuk diberikan saran masukan yang baik dan berguna agar menjadi lebih.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya serta dukungan yaitu kepada :

1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S

3. Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra. Puspitawati, M.Si yang telah membimbing di dalam mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S, yang menjadi dosen pembimbing akademik saya terimkasih buat semuanya.


(8)

ii

5. Dra.Trisni Andayani, M.Si sebagai dosen pembimbing Skripsi yan telah banyak memberikan pikiran kritis dan ilmu yang sangat berkualitas dan motivasi demi tercapainya karya ilmiah ini. Terima kasih bu, semoga Ibu selalu sukses dalam setiap aktivitas.

6. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si dan Ibu Supsiloani, M.Si sebagai dosen penguji. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin berkembang.

8. Kepada Bapak Sujarni selaku informan kunci saya, tanpa kenal lelah mengantar ke lapangan dan memberi data yang banyak, seluruh informan yang sudah dicantumkan namanya di lampiran, semoga sehat selalu dan dilimpahkn rejeki melalui tanaman padinya.

9. Bapak Tasimin dan Kak Murni, selaku Kepala Desa dan Sekretaris desa yang telah bersedia mengizinkan saya meneliti di daerahnya dan data-data kependudukan.

10. Bapak saya St.M.Saragih dan Ibu P.Simaringga, terima kasih atas dukungan doa dan materil yang disediakan. Kepada Abang dan kakak saya yang selalu memberi semangat yang luar biasa.

11. Teman Paduan Suara Eklesia, Decision Band dan KMPS yang selalu memberi semangat dan doanya.


(9)

iii

12. Teman-teman sebangsa dan setanah air yang seperjuangan di Prodi Pend.Antropologi 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. You Are So Special.

13. Abangda dan kakanda Pend. Antropologi 2008, adinda Pend. Antropologi 2010, 2011, 2012, terima kasih atas doanya .

14. Teman Paduan Suara Eklesia, Decision Band dan KMPS yang selalu memberi semangat dan doanya.

15. Teman-teman PPL-T SMA N.I Galang atas kerjasama dan semangat solidaritas.

16. Teman dekat penulis dalam penulisan skripsi ini (Muklis, Sisriyani, Happy, Zulfina ) yang selalu mendukung dalam suka dan duka penulisan skripsi ini. Sanina saya Mika yang selalu memberi semangat, terimakasih untuk selama ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut serta dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Devi Windu Saragih NIM. 309 122 014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Perumusan Masalah ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori ... 7

2.1.1. Pengertian Migrasi ... 7

2.1.2. Teori Adapatasi ... 11

2.1.3. Kebudayaan ... 13

2.1.4.Teori Perubahan ... 14

2.2. Kerangka Konsep ... 15

2.2.1 Etnis Jawa ... 15

2.2.2 Etnis Simalungun ... 16

2.3 Kerangka Berfikir ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 19

3.2. Metode Penelitian... 19

3.3. Subjek Penelitian ... 20


(11)

3.4.1. Observasi ... 21

3.4.2. Wawancara ... 21

3.4.3. Dokumentasi ... 22

3.5. Teknik Analisis Data ... 23

3.5.1. Reduksi Data... 23

3.5.2. Penyajian Data ... 23

3.5.3. Penearikan Kesimpulan ... 24

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

4.1.1. Keadaan Geografis Penelitian ... 24

4.1.1.1 Letak dan Luas Daerah ... 24

4.1.1.2 Peruntukan dan Manfaat Lahan ... 25

4.1.1.3 Status Kepemilikan Lahan ... 26

4.1.1.4 Keadaaan Tanah ... 26

4.1.2 Kondisi Demografis ... 27

4.2 Proses Migrasi Etnis Jawa ke Bah Jambi II Tanah Jawa 34

4.3 Proses Adaptasi Etnis Jawa Setelah Melakukan Migrasi ke Desa Bah Jambi ... 39

4.4. Pengaruh Migrasi Etnis Jawa Terhadap Budaya Etnis Simalungun di Desa Bah Jambi II ... 40

4.5 Perubahan yang Terjadi Terhadap Budaya Etnis Simalungun 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA DAFTAR INFORMAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Nagori Bah Jambi II .. 25

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 28

Tabel 4. Jumlah dan Jenis Pekerjaan ... 29

Tabel 5. Prasarana Perhubungan ... 33 Tabel 6. Perubahan Budaya yaitu Bahasa Dalam Sistem Kekerabatan 47


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya suku Batak Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara juga merupakan salah satu wilayah yang di dalamnya didiami oleh berbagai suku bangsa yang menyebar di seluruh daerah di Sumatera Utara mulai dari kota sampai ke pelosok desa atau dusun. Sebagian besar suku-suku itu adalah penduduk asli namun ada juga yang didatangkan dari luar Sumatera Utara pada saat pembukaan perkebunan di Sumatera salah satunya di Simalungun. Daerah ini membutuhkan jumlah tenaga kerja yang relative banyak dan membutuhkan pekerja-pekerja yang terampil dan berkemauan keras untuk maju di dalam bidangnya. Hal karakter pada masyarakat simalungun yang terkadang tidak suka diatur inilah yang membuat para penjajah mendatangkan para pekerja yang tekun, bisa diatur, dan tidak banyak berontak. Pada awal pembukaan perkebunan, ada kesulitan bagi Belanda mendapatkan tenaga kerja untuk menggarap perkebunan tersebut.

Karakter orang Simalungun bukan tipe buruh dan tidak bisa diandalkan menjadi seorang kuli dalam perkebunan tersebut. Orang Simalungun sudah terbiasa dengan kehidupan yang mengikuti aroma alamnya yang begitu subur untuk hidup. Untuk menggarap perkebunan tersebut Belanda mendatangkan orang Jawa dimana orangnya tekun, mudah diatur serta tidak banyak tuntutan.


(14)

Selanjutnya Belanda mendatangkan orang Jawa dari Pulau Jawa yang dikordinir dengan orang Belanda yang sudah lebih dulu menjajah disana. Pembukaan perkebunan ini melahirkan adanya pendatang (migrant) baru ke Simalungun. Semakin banyak perkebunan yang di buka di Simalungun, semakin banyak orang Jawa yang didatangkan. Para migranpun sadar akan harapan-harapan yang realistic yang dijanjikan di daerah ini. Salah satu di antaranya adalah etnis Jawa. Etnis ini sangat terkenal karena memiliki budaya merantau dan telah lama memiliki kehidupan yang lebih baik di daerah perantauan.

Etnis Jawa menyebar ke seluruh daerah Sumatera Utara dan satu di antara banyak daerah yang didiami adalah desa Bah Jambi II, kecamatan Tanah Jawa. Masyarakat Tanah Jawa khususnya desa Bah Jambi II merupakan gabungan dari beberapa suku yang melakukan migrasi dari kampung asalnya. Setelah bermigrasi biasanya seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, begitu juga dengan etnis Jawa. Menurut pengamatan penulis mereka sangat mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan suku lain. Karena bila kita pergi ke desa Bah Jambi II maka akan terlihat jelas etnis Jawa langsung mudah bergaul, bahkan etnis lain yaitu etnis Simalungun yang merupakan etnis mayoritas di desa tersebut sudah menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Perubahan dan hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti migrasi etnis Jawa terhadap perubahan budaya Simalungun.

Menurut Pelly (1994:8) “Gejala perpindahan atau migrasi sebenarnya bukanlah gejala yang aneh dalam masyarakat”. Telah banyak dilakukan kajian tentang berbagai corak migrasi dan adaptasi di zaman modern ini. Berbagai teoripun telah pula diajukan tentang sebab-sebab terjadinya proses tersebut. Kajian ini memperkenalkan konsep akademis mengenai dinamika “daya dorong” dan “daya tarik”. Dikatakan bahwa penduduk dari wilayah yang minus dalam pengertian ekonomis dan nonekonomis bisa terdorong untuk mendekati wilayah yang


(15)

mempunyai daya tarik yang kuat karena dapat menjanjikan kehidupan yang lumayan secara ekonomis maupun secara sosial politik. Berbagai ragam penderitaan, ekonomis dan kultural tak jarang harus dialami sebelum rasa ketenteraman didapatkan.

Studi ini memberikan sumbangan kepada satu bidang studi yang penting atas situasi di Simalungun khususnya di desa Bah Jambi II Tanah Jawa yang mana desa tersebut menjadi desa yang dominan penduduknya ditempati oleh suku Jawa bukan Simalungun lagi. Hal ini merupakan kenyataan atau berdasarkan fakta yang ada, di- mana etnis Jawa telah menyebar dan tinggal menetap di Simalungun di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa . Sebagian dari mereka ada yang bekerja menetap sebagai petani dan ada juga yang bekerja di luar sektor pertanian. Mereka tinggal di kota-kota kecil dan kecamatan serta menghuni pedesaan di berbagi sudut Tanah Jawa.

Dengan adanya migrasi etnis Jawa ke desa Bah Jambi II dimana masyarakat tuan rumah (suku Simalungun) pada dasarnya manusia makhluk sosial yang memerlukan orang lain juga untuk bertahan hidup. Apalagi etnis Jawa merupakan orang perantau yang datang ke daerah Bah Jambi II. Agar dapat diterima mereka harus dapat bersosialisasi dengan masyarakat setempat, kalau tidak merka bisa tersingkir dari masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya kurang etis jika orang Jawa yang datang ke desa Bah Jambi II hanya mementingkan kepentingan kultural semata dengan mengabaikan kebudayaan setempat. Pada kenyatannya bahwa dalam kehidupan manusia baik etnis pendatang maupun menetap terdapat kebutuhan yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Melalui adaptasi dan interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat Jawa dengan masyarakat setempat. Adaptasi dan interaksi sosial diwujudkan melakui kegiatan organisasi perkumpulan dan menghilangkan sifat – sifat yang tidak sepatutnya dilakukan dalam masyarakat setempat sehingga tidak ada jarak sosial dalam masyarakat, dengan demikian proses integrasi dapat berjalan dengan baik.


(16)

Tanpa mengabaikan hal di atas migrasi etnis Jawa adalah hal yang menarik bagi penulis, karena demi melangsungkan hidup mereka rela meninggalkan kampung halamannya untuk mencari tempat yang aman, menaklukkan alam untuk berkembang. Penulis ingin mendapat gambaran yang jelas tentang bagaimana pengaruh migrasi etnis Jawa ke Desa Bah Jambi II Tanah Jawa. Dari paparan diatas penulis memberanikan diri mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi yang berjudul: Pengaruh Migrasi Etnis Jawa Terhadap Budaya Etnis Simalungun di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

1.2.Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Latar belakang kedatangan (migrasi) etnis Jawa di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa 2. Proses adaptasi etnis Jawa setelah melakukan migrasi ke Desa Bah Jambi II Tanah Jawa. 3. Pengaruh migrasi etnis Jawa terhadap budaya etnis Simalungun di Desa Bah Jambi II Tanah

Jawa

4. Perubahan apa saja yang terjadi setelah beradaptasi di Desa Bah Jambi Tanah Jawa.

1.3.Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terjadinya migrasi pada etnis Jawa di Desa Bah Jambi II?

2. Bagaiman proses adaptasi etnis Jawa setelah bermigrasi pada etnis Simalungun di Bah Jambi II?


(17)

4. Perubahan apa saja yang terjadi setelah beradaptasi di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa 1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses terjadinya migrasi pada etnis Jawa di Desa Bah Jambi II

2. Untuk mengetahui proses adaptasi etnis Jawa setelah bermigrasi pada etnis Simalungun di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa.

3. Untuk mengetahui pengaruh migrasi etnis Jawa terhadap budaya etnis Simalungun di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa.

4. Untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi setelah beradaptasi di Desa Bah Jambi II Tanah Jawa

1.5.Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini oleh penulis maka diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam meluangkan buah pikiran dalam bentuk penelitian, memperkaya informasi bagi masyarakat, khususnya bagi etnis Jawa yang bermigrasi ke Desa Bah Jambi II Tanah Jawa.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat berguna untuk masukan dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi topic migrasi etnis Jawa ke daerah-daerah lain di kabupaten Simalungun.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kehadiran orang Jawa ke Simalungun dapat diketegorikan dalam 2 gelombang, yang pertama saat berlangsungnya invasi Singosari ke Kerajaan Nagur dan yang kedua adalah saat Belanda merekrut tenaga buruh kontrak pada perkebunan di Simalungun. Begitu juga dengan etnis Jawa yang melakukan migrasi ke daerah Simalungun yang melakukan perpindahan. Pada awal pembukaan perkebunan, ada kesulitan bagi Belanda mendapatkan tenaga kerja untuk menggarap perkebunan tersebut. Karakter orang Simalungun bukan tipe buruh dan tidak bisa diandalkan menjadi seorang kuli dalam perkebunan tersebut. Orang Simalungun sudah terbiasa dengan kehidupan yang mengikuti aroma alamnya yang begitu subur untuk hidup. Untuk menggarap perkebunan tersebut Belanda mendatangkan orang Jawa dimana orangnya tekun, mudah diatur serta tidak banyak tuntutan. Selanjutnya Belanda mendatangkan orang Jawa dari Pulau Jawa yang dikordinir dengan orang Belanda yang sudah lebih dulu menjajah disana. Pembukaan perkebunan ini melahirkan adanya pendatang (migrant) baru ke Simalungun. Semakin banyak perkebunan yang di buka di Simalungun, semakin banyak orang Jawa yang didatangkan.

2. Etnis Jawa berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat yang ada di nagori tersebut. Mereka harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan penduduk


(19)

asli dengan baik. Dimana di tempat umum seperti di pasar, warung di tempat pesta, merupakan salah satunya tempat untuk deradaptasi dengan penduduk lainnya dan etnis Jawa juga harus bisa menyesuaikan nilai-nilai dan norma yang ada di nagori tersebut karena mereka merupakan penduduk yang melakukan migrasi ke daerah Simalungun. Hal ini menunjukkan interaksi antara masyarakat di desa Bah Jambi II tercipta dengan baik.

3. Hasil dari adpatasi etnis Jawa tersebut memiliki dampak dan pengaruh terhadap budaya etnis Simalungun. Dimana dalam suatu masyarakat pastinya ada system organisasi sosial yang mengatur dan sebagai wadah interaksi sosial diantara anggota masyarakat tersebut. Melalui organisasi sosial/kemasyarakatan banyak manfaat yang diperoleh dan kerjasama antara kesatuan-kesatuan masyarakat yang terbina dengan baik. Kesatuan sosial yang terkecil dalam suatu masyarakat, keluarga inti dari seorang ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Begitu juga dengan etnis Jawa yang memiliki pengaruh terhadap budaya Simalungun seperti religi yang mana pada umumnya etnis Jawa beragama Islam sedangkan etnis Simalungun yang tinggal di desa itu beragama Kristen. Dengan adanya adaptasi antara kedua etnis tersebut adanya terjadi pernikahan, dimana etnis Jawa dengan etnis Simalungun ada yang saling menikah sehingga etnis Simalungun yang beragama Kristen tersebut menjadi beragam Islam karena adanya suatu pernikahan tadi.

4. Etnis Jawa yang melakukan adapatasi terhadap masyarakat Simalungun yang ada di Bah Jambi II , terpengaruh dengan menggunakan bahasa Jawa, sehingga masyarakat Simalungun juga menggunakan bahasa Jawa. Orang Simalungun sebagai penduduk asli


(20)

juga terpengaruh dalam perubahan struktur keluarga.perubahan itu terjadi pada etnis Simalungun yaitu system organisasi/kekerabatan. Dimana etnis Simalungun dalam hubungan keluarga sudah menggunakan panggilan seperti pada etnis Jawa. Dengan sebutan uwak, paman dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sistem religi yang dianut masing-masing, karena kedua etnis tersebut sudah saling menikah maka terjadi perubahan dalam sistem religi juga.

5. Hubungan mereka dengan masyarakat Simalungun yang ada di Bah Jambi tersebut terjalin dengan baik, saling tegur sapa dan bekerja sama. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana dapat mengembangkan usahanya dan bukan memikirkan bagaimana memperoleh lahan atau tanah yang luas di perantauan. Dalam bertegur sapa masyarakat Simalungun sudah tidak berbahasa Simalungun lagi bahkan sesama suku Simalungun juga sudah menggunakan bahasa Jawa, karena mereka lebih paham menggunakan bahasa Jawa lagi dan sama sekali tidak tahu bahasa Simalungun lagi. Etnis Jawa yang berada di daerah ini juga melakukan kegiatan keagamaan seperti melakukan perwiridan. Begitu juga masyarakat yang ada di desa Bah Jambi II yang beragama Kristen juga melakukan kegiatan keagamaan seperti melakukan kebaktian.


(21)

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini, yaitu:

1. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sebenarnya karakteristik etnis Jawa yang gigih, bekerja keras dan pantang menyerah patut kita teladani.

2. Bagi seluruh masyarakat simalungun yang ada di Bah Jambi II hendaknya terus menjaga dan memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta kebersamaan.

3. Diharapkan kepada masyarkat Simalungun yang berdomisili di Bah Jambi II agar tetap menjaga dan selalu menigkatkan komunikasi yang baik dangan masyarakat yang berbeda


(22)

etnis dimanapun berada. Serta penting juga untuk menciptakan keserasian sosial agar meningkatkan interaksi sosial dan selalu terjalin kebersamaan.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memberikan kesempurnaan terhadap hasil penelitian.

5. Bagi para generasi muda cintailah budaya peninggalan leluhurmu yang menjadi identitas mu.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dietrich Jansen, Arlin. 2003. Gonrang Simalungun : Struktur dan Fungsinya dalam Masyarakat Simalungun. Medan: Penerbit Bina Media

Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT.Djaya Pirusa

Ihromi.1996. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Obor Indonesia Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Koenjtaraningrat.1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

. .1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia

. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta .2005. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta

.2007. .Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Moleong,Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi – Peranan Misi Budaya Minangkabau dan

Mandailing. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Saragih, Sortaman. 2008. Orang Simalungun. Jakarta: Medio Maret

S.Lee, Everett. 1987. Suatu Teori Migrasi. Yogjakarta: Perpusatakaan PP Kependudukan UGM Soegiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet

Soekanto,Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Wali Pers Sztompka, Piotr.2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kehadiran orang Jawa ke Simalungun dapat diketegorikan dalam 2 gelombang, yang pertama saat berlangsungnya invasi Singosari ke Kerajaan Nagur dan yang kedua adalah saat Belanda merekrut tenaga buruh kontrak pada perkebunan di Simalungun. Begitu juga dengan etnis Jawa yang melakukan migrasi ke daerah Simalungun yang melakukan perpindahan. Pada awal pembukaan perkebunan, ada kesulitan bagi Belanda mendapatkan tenaga kerja untuk menggarap perkebunan tersebut. Karakter orang Simalungun bukan tipe buruh dan tidak bisa diandalkan menjadi seorang kuli dalam perkebunan tersebut. Orang Simalungun sudah terbiasa dengan kehidupan yang mengikuti aroma alamnya yang begitu subur untuk hidup. Untuk menggarap perkebunan tersebut Belanda mendatangkan orang Jawa dimana orangnya tekun, mudah diatur serta tidak banyak tuntutan. Selanjutnya Belanda mendatangkan orang Jawa dari Pulau Jawa yang dikordinir dengan orang Belanda yang sudah lebih dulu menjajah disana. Pembukaan perkebunan ini melahirkan adanya pendatang (migrant) baru ke Simalungun. Semakin banyak perkebunan yang di buka di Simalungun, semakin banyak orang Jawa yang didatangkan.

2. Etnis Jawa berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat yang ada di nagori tersebut. Mereka harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan penduduk


(2)

asli dengan baik. Dimana di tempat umum seperti di pasar, warung di tempat pesta, merupakan salah satunya tempat untuk deradaptasi dengan penduduk lainnya dan etnis Jawa juga harus bisa menyesuaikan nilai-nilai dan norma yang ada di nagori tersebut karena mereka merupakan penduduk yang melakukan migrasi ke daerah Simalungun. Hal ini menunjukkan interaksi antara masyarakat di desa Bah Jambi II tercipta dengan baik.

3. Hasil dari adpatasi etnis Jawa tersebut memiliki dampak dan pengaruh terhadap budaya etnis Simalungun. Dimana dalam suatu masyarakat pastinya ada system organisasi sosial yang mengatur dan sebagai wadah interaksi sosial diantara anggota masyarakat tersebut. Melalui organisasi sosial/kemasyarakatan banyak manfaat yang diperoleh dan kerjasama antara kesatuan-kesatuan masyarakat yang terbina dengan baik. Kesatuan sosial yang terkecil dalam suatu masyarakat, keluarga inti dari seorang ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Begitu juga dengan etnis Jawa yang memiliki pengaruh terhadap budaya Simalungun seperti religi yang mana pada umumnya etnis Jawa beragama Islam sedangkan etnis Simalungun yang tinggal di desa itu beragama Kristen. Dengan adanya adaptasi antara kedua etnis tersebut adanya terjadi pernikahan, dimana etnis Jawa dengan etnis Simalungun ada yang saling menikah sehingga etnis Simalungun yang beragama Kristen tersebut menjadi beragam Islam karena adanya suatu pernikahan tadi.

4. Etnis Jawa yang melakukan adapatasi terhadap masyarakat Simalungun yang ada di Bah Jambi II , terpengaruh dengan menggunakan bahasa Jawa, sehingga masyarakat Simalungun juga menggunakan bahasa Jawa. Orang Simalungun sebagai penduduk asli


(3)

juga terpengaruh dalam perubahan struktur keluarga.perubahan itu terjadi pada etnis Simalungun yaitu system organisasi/kekerabatan. Dimana etnis Simalungun dalam hubungan keluarga sudah menggunakan panggilan seperti pada etnis Jawa. Dengan sebutan uwak, paman dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sistem religi yang dianut masing-masing, karena kedua etnis tersebut sudah saling menikah maka terjadi perubahan dalam sistem religi juga.

5. Hubungan mereka dengan masyarakat Simalungun yang ada di Bah Jambi tersebut terjalin dengan baik, saling tegur sapa dan bekerja sama. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana dapat mengembangkan usahanya dan bukan memikirkan bagaimana memperoleh lahan atau tanah yang luas di perantauan. Dalam bertegur sapa masyarakat Simalungun sudah tidak berbahasa Simalungun lagi bahkan sesama suku Simalungun juga sudah menggunakan bahasa Jawa, karena mereka lebih paham menggunakan bahasa Jawa lagi dan sama sekali tidak tahu bahasa Simalungun lagi. Etnis Jawa yang berada di daerah ini juga melakukan kegiatan keagamaan seperti melakukan perwiridan. Begitu juga masyarakat yang ada di desa Bah Jambi II yang beragama Kristen juga melakukan kegiatan keagamaan seperti melakukan kebaktian.


(4)

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini, yaitu:

1. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sebenarnya karakteristik etnis Jawa yang gigih, bekerja keras dan pantang menyerah patut kita teladani.

2. Bagi seluruh masyarakat simalungun yang ada di Bah Jambi II hendaknya terus menjaga dan memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta kebersamaan.

3. Diharapkan kepada masyarkat Simalungun yang berdomisili di Bah Jambi II agar tetap menjaga dan selalu menigkatkan komunikasi yang baik dangan masyarakat yang berbeda


(5)

etnis dimanapun berada. Serta penting juga untuk menciptakan keserasian sosial agar meningkatkan interaksi sosial dan selalu terjalin kebersamaan.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memberikan kesempurnaan terhadap hasil penelitian.

5. Bagi para generasi muda cintailah budaya peninggalan leluhurmu yang menjadi identitas mu.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dietrich Jansen, Arlin. 2003. Gonrang Simalungun : Struktur dan Fungsinya dalam Masyarakat Simalungun. Medan: Penerbit Bina Media

Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT.Djaya Pirusa

Ihromi.1996. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Obor Indonesia Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Koenjtaraningrat.1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

. .1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia

. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta .2005. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta

.2007. .Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Moleong,Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi – Peranan Misi Budaya Minangkabau dan

Mandailing. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Saragih, Sortaman. 2008. Orang Simalungun. Jakarta: Medio Maret

S.Lee, Everett. 1987. Suatu Teori Migrasi. Yogjakarta: Perpusatakaan PP Kependudukan UGM Soegiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet

Soekanto,Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Wali Pers Sztompka, Piotr.2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media