Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Penelitian Desain Pada Materi Segitiga.

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian desain (design research). Menurut Gravemeijer and Cobb (2006) bependapat

bahwa “design research also called developmental research, is a type of research methods which the core is formed by classroom teaching experiments that center on the development of instructional sequences and the local instructional theories that underpin them”.

Penelitian desain adalah suatu jenis penelitian yang berpusat pada pengembangan tahap instruksional pembelajaran dan teori pembelajaran pada siswa. Dalam hal ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui dan mengembangkan bahan ajar.

Design research terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary design, experiment, dan retrospective analysis (dalam Mulyana, 2012, hlm. 127-128). Penjelasan dari ketiga fase tersebut yaitu :

1. Preliminary First Design (Desain Permulaan)

Pada fase ini dibuat Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang berarti lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. HLT disusun berdasarkan Learning Obstacles atau hambatan belajar yang dialami oleh siswa. HLT memuat antisipasi tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa sebelum menerima pembelajaran maupun selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membuat HLT ini dapat berupa telaah literatur yang relevan, diskusi dengan guru-guru yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran, dan dengan peneliti yang ahli dalam bidang yang terkait.

HLT terdiri dari tiga bagian yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis proses pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fase pertama ini, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam mendesain panduan pembelajaran. Maksud dari petunjuk dalam hal ini yaitu agar terfokus dalam hal bagaimana menyampaikan materi ajar, petunjuk bagaimana mengamati proses


(2)

pembelajaran yang akan terjadi di kelas, dan petunjuk melakukan wawancara baik dengan guru, siswa, ataupun pihak-pihak yang terkait.

2. Experiment (Eksperimen)

Dalam fase ini, desain yang sudah dirancang, diuji cobakan kepada siswa. Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam fase preliminary design sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau tidak. Pengalaman-pengalaman baik berupa data hasil pengerjaan bahan ajar atau proses yang terjadi saat pengerjaan bahan ajar akan dikumpulkan sebagai dasar acuan dalam perbaikan atau modifikasi HLT untuk proses pembelajaran selanjutnya. Fungsi HLT dalam fase ini untuk memfokuskan pada aktivitas, proses pembelajaran, dan observasi.

3. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)

Pada fase ini, semua data yang diperoleh pada fase eksperimen dianalisis. Proses analisanya berupa antar HLT yang diantisipasi sebelum pembelajaran dan aktivitas yang benar-benar terjadi, dilanjutkan dengan analisis kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesa kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus selanjutnya (preliminary design, experiment, dan retrospective analysis selanjutnya).

Gambar 3.1

Tahapan Penelitian Desain

Desain Penelitian Eksperimen Analisiis Tinjauan

Desain Permulaan Eksperimen Analisis Tinjauan Bahan Ajar 1

Desain Penelitian Eksperimen Analisis Tinjauan dst

Materi 1 Siklus 1

Siklus 2


(3)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah satu kelas VII di SMP Laboratorium Percontohan UPI pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan maka disusunlah instrumen yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Bahan ajar berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Bahan ajar yang disusun ini terdiri dari tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa sehingga dapat memahami dan menerapkan konsep dalam materi segitiga. Bahan ajar ini disusun dengan mempertimbangkan aspek kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga tugas-tugas pada bahan ajar ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Tes Pemecahan Masalah Awal

Tes pemecahan masalah ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan memperhatikan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, selanjutnya diujikan kepada beberapa siswa untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah sekumpulan pertanyaan terurut yang akan diajukan kepada responden secara langsung melalui lisan. Wawancara akan dilakukan terhadap siswa setelah pengujian bahan ajar selesai. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesan siswa terhadap bahan ajar yang telah dibuat sehingga diketahui kesulitan-kesulitan siswa yang selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat revisi bahan ajar.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun rincian mengenai ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.


(4)

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun proposal penelitian. b. Malakukan bimbingan dengan dosen. c. Melakukan seminar proposal penelitian.

d. Melakukan perbaikan proposal penelitian pada bagian yang harus diperbaiki.

e. Menyusun instrumen tes uji Learning Obstacles. f. Mengujikan instrumen tes uji Learning Obstacles. g. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa.

h. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan dan dosen. i. Menyusun bahan ajar.

j. Diskusi dan revisi terhadap desain awal dengan guru dan dosen. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan desain awal (bahan ajar).

b. Melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung. c. Mengumpulkan data hasil uji coba.

d. Menganalisis data hasil uji coba dan faktor penyebab suatu tindakan berhasil atau gagal.

e. Melakukan perbaikan desain.

f. Mengolah dan menarik kesimpulan hasil uji coba. 3. Tahap Akhir

a. Melakukan ujian sidang skripsi. b. Melakukan perbaikan (revisi) skripsi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (dalam Arikunto, 2010, hlm. 199). Pada penelitian ini, observasi dilakukan kepada siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui


(5)

tugas-tugas dalam bahan ajar yang sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan intervensi (bantuan) dari guru dalam penyelesaiannya.

Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (dalam Arikunto, 2010, hlm. 198). Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai tugas-tugas yang mana yang dirasa sulit oleh siswa selain dari jawaban tugas-tugas pada bahan ajar yang dikerjakan siswa.

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Bahan Ajar

Setelah bahan ajar diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan analisis terhadap jawaban-jawaban dari siswa sebagai suatu data. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data tersebut berdasarkan Model Miles and Huberman (dalam Hasanah, 2012), yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).

Data reduction berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan data display. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Untuk menyajikan data pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Kemudian penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penentuan teknik ini mempertimbangkan kesesuaiannya dengan desain penelitian yang telah dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara sistematis.


(6)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga adalah tugas berupa permasalahan yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi jenis segitiga, mengidentifikasi jumlah sisi segitiga, dan membuat gambar segitiga sebagai strategi penyelesaiannya. Tugas tersebut memuat dua bentuk segitiga yang berbeda, petunjuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing siswa untuk melakukan kegiatan

pemecahan masalah. Petunjuk “Coba kalian beri nama segitiga di samping!”

membimbing siswa untuk mengetahui jenis segitiga yang diberikan,

pertanyaan “Terdapat berapa sisi pada segitiga tersebut?” membimbing

siswa untuk mengidentifikasi jumlah sisi pada setiap segitiga, pertanyaan “Jika kalian ingin menghitung keliling pada segitiga tersebut apa yang harus kalian lakukan?” membimbing siswa untuk menentukan strategi penyelesaian

masalah, dan pertanyaan “Jadi, apa yang dapat kalian simpulkan untuk

menghitung keliling dari sebuah segitiga? Dapatkah kalian menuliskan rumus dari keliling segitiga tersebut?” membimbing siswa untuk menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal dan menyimpulkan cara untuk menemukan rumus keliling segitiga.

2. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus luas daerah segitiga adalah tugas berupa permasalahan yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan mengidentifikasi gambar segitiga sebagai salah satu strategi penyelesaiannya. Pada tugas ini siswa diberikan model persegi panjang yang terbuat dari kertas origami, kemudian siswa harus membuat bentuk segitiga dari model persegi panjang tersebut. Bentuk segitiga yang dihasilkan siswa berbeda-beda. Sebelum menentukan strategi yang digunakan dalam


(7)

menyelesaikan permasalahan siswa terlebih dahulu mengidentifikasi unsur alas dan tinggi serta hubungan luas daerah persegi panjang dengan luas daerah segitiga. Kemudian dengan menggunakan pendekatan luas daerah persegi panjang, siswa dapat menemukan rumus luas daerah segitiga.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat suatu implikasi yaitu: bentuk tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga dan luas daerah segitiga adalah tugas-tugas berbentuk masalah yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan berbagai strategi penyelesaian masalah, diantaranya yaitu membuat gambar dan mengidentifikasi bentuk model yang diberikan. Tugas-tugas pada materi segitiga ini diawali dengan pemberian tugas yang berupa pemecahan masalah yang memberikan pemahaman pada siswa terhadap konsep keliling segitiga dan luas daerah segitiga. Setelah itu, siswa diberikan tugas-tugas berupa permasalahan yang dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dan dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran segitiga.

2. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa pada jenjang SMP dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dalam materi dan jenjang yang berbeda.

3. Terdapat beberapa masalah yang belum terselesaikan oleh siswa karena keterbatasan waktu saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu,


(8)

disarankan untuk menambahkan alokasi waktu jika akan melaksanakan eksperimen terhadap bahan ajar lain agar seluruh masalah dapat terselesaikan.


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J.V.D. dkk., t.t. Educational Design Research. Diakes dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf

Andriatna, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education: On symbolizing and

computertools. Diakes dari

http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/dissertations/04.Bakker. Dissertation.pdf

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta.

Fitriani, R. (2014). Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. SPM FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Gravemeijer and Cobb. (2006). Educational Design Research: Design Reseacrh From The Learning Design Perpective. Diakes dari http://www.slo/nl/downloads/2013/educational-design=-research-part-a.pdf Gunawan, B. (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar

Mengajar. Diakes dari

http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/

Hasanah, R.S. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa SMP pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hernawan, A. H dkk. (tanpa tahun). Pengembangan Bahan Ajar. Diakes dari file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1 94601291981012-PERMASIH/PENGEMBANGAN_BAHAN_AJAR.pdf Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. Diakes dari


(10)

Irwan, M. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Contextual Teahing and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Diakes dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013.pdf

Mahmudi,A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Diakes dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd, %2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%252020 08%2520_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif. pdf

Mulyana, T. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain. Diakes dari http//download.portalgaruda.org/article.php?article=133713&val=5628 Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam

Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nu’man, M. (2008). Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele.

Diakes dari http://mulin-unisma.blogspot.com/2008/2007/pembelajaran-geometri-berdasarkan -tahap.html

Nur’aeni, E. (2008). Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana). Diakses dari core.ac.uk/download/pdf/11064523.pdf

Plomp, et al. (2007). An Introduction to Educational design Research. Diakes dari http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20design_2 0research.pdf/

Prabawanto, Sufyani. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi

Matematika Siswa. Diakes dari

file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986 031SUFYANI_PRABAWANTO/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DEN GAN_PENDEKATAN_REALISTIK_UNTUK_MENINGKATKAN_KEMA MPUAN_PEMECAHAN_MASA.pdf

Risnarosanti. (2012). Hypothetical learning Trajectory untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA di Kota Bengkulu. Diakes dari eprints.uny.ac.id/10091/1/P%20-%2079.pdf


(11)

Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan.

Simon, A.M. (1995). Reconstructing Mathematics Pedagogy from a Contructive Perspective, Vol 26(2), 31 halaman. Diakses dari http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Gainey/Article%20.pdf

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand-out Perkuliahan. Bandung: tidak diterbitkan.

Suratno, Tatang. (2010). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. Diakes dari http://the2the.com/eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf

Suryadi, D. (2008). Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri Menuju Guru Matematika Profesional. Bandung: tidak diterbitkan.

---. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Diakes dari http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf

Taqwani, R. A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada materi Segiempat melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wadifah. (2010). Hambatan Epistimologis dalam Memahami Konsep Luas Daerah Segitiga. Karya Tulis. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyuni, T. T. (2013). Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2009). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman

Konsep Pengukuran Panjang. Diakes dari

http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ariyadi%20Wijaya,%@0M.Sc /A%20Wijaya_SemNas%20Mat%20UNY%202009_HLT%20dan%20Peningkt an%20Pemahaman%20Konsep%20Pengukuran.pdf

Yulanda, S. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Anchored Instruction terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga adalah tugas berupa permasalahan yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi jenis segitiga, mengidentifikasi jumlah sisi segitiga, dan membuat gambar segitiga sebagai strategi penyelesaiannya. Tugas tersebut memuat dua bentuk segitiga yang berbeda, petunjuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing siswa untuk melakukan kegiatan

pemecahan masalah. Petunjuk “Coba kalian beri nama segitiga di samping!” membimbing siswa untuk mengetahui jenis segitiga yang diberikan,

pertanyaan “Terdapat berapa sisi pada segitiga tersebut?” membimbing siswa untuk mengidentifikasi jumlah sisi pada setiap segitiga, pertanyaan

Jika kalian ingin menghitung keliling pada segitiga tersebut apa yang harus kalian lakukan?” membimbing siswa untuk menentukan strategi penyelesaian

masalah, dan pertanyaan “Jadi, apa yang dapat kalian simpulkan untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga? Dapatkah kalian menuliskan

rumus dari keliling segitiga tersebut?” membimbing siswa untuk

menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal dan menyimpulkan cara untuk menemukan rumus keliling segitiga.

2. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus luas daerah segitiga adalah tugas berupa permasalahan yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan mengidentifikasi gambar segitiga sebagai salah satu strategi penyelesaiannya. Pada tugas ini siswa diberikan model persegi panjang yang terbuat dari kertas origami, kemudian siswa harus membuat bentuk segitiga dari model persegi panjang tersebut. Bentuk segitiga yang dihasilkan siswa berbeda-beda. Sebelum menentukan strategi yang digunakan dalam


(2)

menyelesaikan permasalahan siswa terlebih dahulu mengidentifikasi unsur alas dan tinggi serta hubungan luas daerah persegi panjang dengan luas daerah segitiga. Kemudian dengan menggunakan pendekatan luas daerah persegi panjang, siswa dapat menemukan rumus luas daerah segitiga.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat suatu implikasi yaitu: bentuk tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar melalui pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan rumus keliling segitiga dan luas daerah segitiga adalah tugas-tugas berbentuk masalah yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan berbagai strategi penyelesaian masalah, diantaranya yaitu membuat gambar dan mengidentifikasi bentuk model yang diberikan. Tugas-tugas pada materi segitiga ini diawali dengan pemberian tugas yang berupa pemecahan masalah yang memberikan pemahaman pada siswa terhadap konsep keliling segitiga dan luas daerah segitiga. Setelah itu, siswa diberikan tugas-tugas berupa permasalahan yang dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dan dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran segitiga.

2. Bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa pada jenjang SMP dalam materi segitiga. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan ajar melalui pemecahan masalah matematis dalam materi dan jenjang yang berbeda.


(3)

disarankan untuk menambahkan alokasi waktu jika akan melaksanakan eksperimen terhadap bahan ajar lain agar seluruh masalah dapat terselesaikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J.V.D. dkk., t.t. Educational Design Research. Diakes dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf

Andriatna, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education: On symbolizing and

computertools. Diakes dari

http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/dissertations/04.Bakker. Dissertation.pdf

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta.

Fitriani, R. (2014). Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. SPM FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Gravemeijer and Cobb. (2006). Educational Design Research: Design Reseacrh

From The Learning Design Perpective. Diakes dari

http://www.slo/nl/downloads/2013/educational-design=-research-part-a.pdf Gunawan, B. (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar

Mengajar. Diakes dari

http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/

Hasanah, R.S. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa SMP pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hernawan, A. H dkk. (tanpa tahun). Pengembangan Bahan Ajar. Diakes dari file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1 94601291981012-PERMASIH/PENGEMBANGAN_BAHAN_AJAR.pdf Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. Diakes dari


(5)

Irwan, M. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Contextual Teahing and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Diakes dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013.pdf

Mahmudi,A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Diakes dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd, %2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%252020 08%2520_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif. pdf

Mulyana, T. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain. Diakes dari http//download.portalgaruda.org/article.php?article=133713&val=5628 Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam

Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nu’man, M. (2008). Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele.

Diakes dari http://mulin-unisma.blogspot.com/2008/2007/pembelajaran-geometri-berdasarkan -tahap.html

Nur’aeni, E. (2008). Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana). Diakses dari core.ac.uk/download/pdf/11064523.pdf

Plomp, et al. (2007). An Introduction to Educational design Research. Diakes dari http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20design_2 0research.pdf/

Prabawanto, Sufyani. (2009). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi

Matematika Siswa. Diakes dari

file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986 031SUFYANI_PRABAWANTO/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_DEN GAN_PENDEKATAN_REALISTIK_UNTUK_MENINGKATKAN_KEMA MPUAN_PEMECAHAN_MASA.pdf

Risnarosanti. (2012). Hypothetical learning Trajectory untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA di Kota Bengkulu. Diakes dari eprints.uny.ac.id/10091/1/P%20-%2079.pdf


(6)

Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan.

Simon, A.M. (1995). Reconstructing Mathematics Pedagogy from a Contructive

Perspective, Vol 26(2), 31 halaman. Diakses dari

http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Gainey/Article%20.pdf

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand-out Perkuliahan. Bandung: tidak diterbitkan.

Suratno, Tatang. (2010). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan

Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. Diakes dari

http://the2the.com/eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf

Suryadi, D. (2008). Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri Menuju Guru Matematika Profesional. Bandung: tidak diterbitkan.

---. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang

Teori Belajar dan Teori Didaktik. Diakes dari

http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf

Taqwani, R. A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada materi Segiempat melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wadifah. (2010). Hambatan Epistimologis dalam Memahami Konsep Luas Daerah Segitiga. Karya Tulis. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyuni, T. T. (2013). Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2009). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman

Konsep Pengukuran Panjang. Diakes dari

http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ariyadi%20Wijaya,%@0M.Sc /A%20Wijaya_SemNas%20Mat%20UNY%202009_HLT%20dan%20Peningkt an%20Pemahaman%20Konsep%20Pengukuran.pdf

Yulanda, S. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Anchored Instruction terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.