Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Melalui Penelitian Desain.

(1)

PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI PENELITIAN DESAIN (Suatu Penelitian Desain (Design Research) terhadap Siswa kelas VII SMPN 1 Cisarua Kab. Bandung Barat

Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan departemen pendidikan matematika

Oleh:

Rianti Aprilia Irawan

1100383

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel

melalui Penelitian Desain

Oleh

Rianti Aprilia Irawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Rianti Aprilia Irawan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan harus dilaksanakan sebaik – baiknya agar memperoleh hasil yang maksimal. Hasil tersebut ditunjang dari berbagai bidang pendidikan. Bidang pendidikan yang berkembang saat ini cukup banyak, salah satunya adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk menjadi cakap dan antusias dalam memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Fauziah, 2010) bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah belajar memecahkan masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik jika tujuan tersebut tercapai.

Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan bermatematika sekaligus sebagai kemampuan dasar dalam pelajaran matematika. Sehingga kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa. Hal itu diperkuat oleh pendapat dari Sumarmo (dalam Fauziah, 2010, hlm. 1) bahwa “pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika.” Pemecahan masalah pun berperan untuk memotivasi siswa belajar matematika dan meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia sangat memprihatinkan karena kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya siswa SMP masih rendah sehingga belum mampu untuk berkompetensi secara global. Berdasarkan hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (dalam Nuranisa, 2014, hlm.2) “sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika.” Selain itu, hasil survey IMSTEP – JICA


(5)

(dalam Fauziah, 2010, hlm.2) di kota Bandung menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman matematika siswa di SMP karena dalam proses pembelajaran matematika umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistik daripada pengertian.

Penyebab lain rendahnya kualitas pemahaman matematika menurut Wahyudin (dalam Fauziah, 2010) menyatakan bahwa

Guru matematika pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori. Pada kondisi seperti itu, kesempatan siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri tidak ada. Sebagian besar siswa tampak mengerti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru aktif sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya. Siswa hanya menerima saja apa yang telah disiapkan oleh guru. (hlm. 2)

Kesulitan dalam pemecahan masalah terjadi pada sebagian besar siswa baik siswa SMP maupun SMA. Suryadi (2008, hlm.3) menyebutkan bahwa salah satu kesulitan siswa adalah menemukan koneksi antara data-data atau fakta yang diberikan. Salah satu materi pembelajaran matematika adalah aljabar. Menurut Hidayati (2011, hlm.1) “pengenalan konsep aljabar perlu diberikan kepada siswa, karena konsep tersebut akan berguna di berbagai bidang matematika yang akan siswa pelajari dan pemahaman konsep aljabar merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika untuk tingkat SMP.” Materi matematika SMP yang berkaitan dengan salah satunya adalah persamaan linear satu variabel. Dalam kenyataannya, persamaan linear satu variabel tergolong materi yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di SMPN 1 Cisarua, kesulitan siswa dalam mengerjakan materi persamaan linear satu variabel adalah :

1. Kesulitan memahami soal karena keliru dalam mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui;

2. Kesulitan menemukan hubungan antara data yang diketahui dengan data yang belum diketahui;


(6)

3. Keliru dalam memilih strategi pemecahan masalah yang tepat sehingga tidak dapat menginterpretasikan solusi sesuai dengan permasalahan asal;

4. Kesulitan memahami konsep persamaan linear satu variabel;

5. Kesulitan dalam mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk persamaan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang disusun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut menyebutkan bahwa siswa tidak terbiasa dengan soal–soal tidak rutin seperti soal cerita berbasis pemecahan masalah. Selain itu, guru tersebut mengajarkan materi persamaan linear satu variabel dengan penjelasan dan pemberian latihan soal tanpa pemberian LKS kepada siswa. Hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa kesulitan yang dialami siswa di suatu sekolah disebabkan oleh faktor yang sama seperti ketersedian bahan ajar yang terbatas dan rata – rata kemampuan matematika siswa yang rendah. Bahan ajar yang cocok untuk diimplementasikan di suatu sekolah pun mungkin berbeda– beda, disesuaikan dengan kondisi siswa di sekolah tersebut. Masalah tersebut dapat diatasi dengan diberikan pembelajaran yang inovatif sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pemecahan masalah. Selain itu, siswa pun memerlukan bahan ajar yang dapat memfasilitasi pemahaman konsep dalam matematika yang berguna untuk memecahkan masalah.

Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar yang disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah akan menjadi jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan yang sudah diungkapkan diatas. Selain itu, hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII SMPN 1 Cisarua dapat menjadi bahan untuk menyusun desain bahan ajar yang diimplementasikan untuk siswa pada tingkat kelas yang lebih rendah yaitu kelas VII.

Penyusunan dan pengembangan bahan ajar tidak cukup hanya berdasarkan pada asumsi bahwa siswa akan belajar melalui lintasan belajar tertentu. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan cara mengembangkan Hypothetical Learning Trajectory (HLT). Menurut Mulyana (2012, hlm.127) “HLT dibuat berdasarkan antisipasi – antipasi tentang


(7)

apa – apa yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa yang akan mendapat pembelajaran maupun hal–hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran.” Oleh karena itu, HLT pada masalah yang telah dibahas diatas disusun berdasarkan hasil analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berbasis pemecahan masalah. Masalah ini disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah.

Pengembangan bahan ajar tersebut akan diujikan melalui suatu penelitian desain. Karena penelitian desain menghasilkan produk rancangan bahan ajar dan intervensi yang diberikan selama pembelajaran berlangsung. Penelitian desain bukan penelitian yang membandingkan dua teori karena penelitian desain termasuk penelitian kualitatif. Sesuai dengan pendapat Gravemeijer dan Cobb (2006, hlm. 29) mengungkapkan bahwa perbedaan tujuan antara penelitian eksperimen dan penelitian desain. Perubahan tujuan penelitian yang asalnya membuktikan bahwa teori A lebih baik daripada teori B menjadi penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa teori yang didukung data empiris mengenai bagaimana suatu intervensi berjalan sesuai dengan tujuannya dilakukan melalui penelitian desain. Pendapat lain menyatakan bahwa penelitian desain adalah jenis penelitian yang memberlakukan desain sebagai strategi mengembangkan teori (dalam Bakker, 2004, hlm. 37).

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penulis tertatik melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel melalui Penelitian Desain ” .

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu bagaimana bentuk tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun : 1. definisi persamaan linear satu variabel dan himpunan penyelesaian persamaan

linear satu variabel ?;


(8)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan penelitian yang diajukan makan tujuan pengkajian materi ini yaitu untuk mengetahui bentuk tugas yang disajikan dalambahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun :

1. definisi persamaan linear satu variabel dan himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel.

2. definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Menghasilkan pengetahuan tentang cara mengembangkan bahan ajar melalui pengembangan teori-teori yang diperoleh dari pengalaman empiris.

2. Manfaat Praktis

a. Menghasilkan bahan ajar dan rancangan pembelajaran yang tepat sasaran sehingga dapat diimplementasikan di sekolah yang menjadi tempat penelitian.

b. Diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah.

E. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi perluasan makna dalam pengkajian materi, maka definisi dari istilah yang terkait dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Pemecahan Masalah Matematis

Kegiatan pemecahan masalah matematis adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan langkah–langkah pemecahan masalah Polya yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana penyelesaian dan pemeriksaan kembali.


(9)

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah atau menyusun model matematika, menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal dan memeriksa kebenaran jawaban dari penyelesaian masalah yang dikaitkan dengan kondisi masalah asal.

3. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah suatu perangkat atau alat yang dibuat oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa untuk mencapai indikator-indikator tertentu.

4. Penelitian Desain

Penelitian Desain adalah sebuah penelitian yang menempatkan proses desain (perancangan) sebagai strategi untuk mengembangkan suatu bahan ajar. Penelitian desain terdiri dari tiga fase yaitu desain permulaan, eksperimen, dan analisis tinjauan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini tersusun dari lima bab yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, temuan dan pembahasan, serta simpulan,implikasi dan rekomendasi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang berisi tentang hal–hal yang menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang masalah–masalah yang akan diteliti berdasarkan paparan dalam latar belakang. Tujuan penelitian berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan pada rumusan masalah. Kemudian manfaat penelitian berisi tentang kegunaan atau kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian. Sedangkan, struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan, gambaran dari isi setiap bab dan urutan penulisannya.


(10)

Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori tersebut merupakan teori pendukung yang diperoleh melalui berbagai sumber literatur. Teori-teori yang digunakan adalah teori mengenai bahan ajar, pemecahan masalah, kemampuan pemecahan masalah, teori pembelajaran yang digunakan, hambatan belajar, Hypothetical learning trajectory, penelitian desain, persamaan linear satu variabel pada kurikulum di Indonesia, kajian tentang penelitian yang relevan dan kerangka berpikir penelitian.

Bab III merupakan metode penelitian yang berisi tentang metode penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Metode penelitian berisi tentang desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan merujuk pada teori-teori yang diperoleh dari berbagai sumber literatur. Subyek penelitian berisi tentang subyek yang akan diteliti dan lokasi dilaksanakannya penelitian. Instrumen penelitian berisi tentang instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh data dan kemudian diolah dengan teknik pengolahan dan analisis data. Prosedur penelitian berisi tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dari mulai tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir. Teknik pengumpulan data berisi tentang studi pendahuluan dan eksperimen. Teknik analisis data berisi tentang aktivitas mengenai data reduction, data display dan kesimpulan.

Bab IV merupakan temuan dan pembahasan berisi tentang preliminary design dan retrospective analysis. Preliminary design berisi tentang deskripsi hasil wawancara terhadap siswa, guru, analisis kesulitan siswa dalam tes kemampuan pemecahan masalah, dan HLT. Retrospective analysis berisi tentang hasil analisis tinjaun terhadap pembelajaran pada bahan ajar atau HLT yang sudah dirancang.

Bab V merupakan simpulan, implikasi dan rekomendasi, berisi tentang penjelasan singkat mengenai hasil penelitian serta saran/rekomendasi yang bermanfaat dari hasil penelitian. Simpulan menjawab rumusan masalah yang telah dibuat pada bab I. Adapun saran/rekomendasi diberikan atas pertimbangan kurang dan lebihnya penelitian yang telah dilakukan dengan harapan penelitian-penelitian berikutnya yang terkait dengan penelitian ini tidak melakukan kesalahan yang sama.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu penelitian desain (design research) . Metode penelitian desain meliputi langkah-langkah seperti halnya proses perancangan pendidikan (educational design), yaitu analisis, perancangan, evaluasi dan revisi yang merupakan proses siklikal yang berakhir pada keseimbangan antara yang ideal dengan prakteknya. Penelitian desain adalah suatu jenis penelitian yang berpusat pada pengembangan tahap instruksional pembelajaran dan teori pembelajaran pada siswa. Dalam hal ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui dan mengembangkan bahan ajar.

Ada beberapa model langkah-langkah pelaksanaan penelitian desain (design research), diantaranya yaitu :

Design research terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary design, experiment, dan retrospective analysis” (Mulyana, 2012, hlm. 127-128). Penjelasan dari ketiga fase tersebut yaitu:

1. Preliminary Design (Desain Permulaan)

Pada fase ini dibuat Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang berarti lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. HLT disusun berdasarkan Learning Obstacles atau hambatan belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Cornu (dalam Setiawati, 2011, hlm. 793) terdapat empat jenis hambatan (obstacles) dalam proses pembelajaran, yaitu : hambatan kognitif, hambatan genetis dan psikologis, hambatan didaktis, dan hambatan epistemologi.

HLT memuat antisipasi tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa sebelum menerima pembelajaran maupun selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membuat HLT ini dapat berupa telaah literatur yang relevan, diskusi dengan guru-guru yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran, dan dengan peneliti yang ahli dalam bidang yang terkait.

HLT terdiri dari tiga bagian yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis proses pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fase


(12)

pertama ini, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam mendesain panduan pembelajaran. Maksud dari petunjuk dalam hal ini yaitu agar terfokus dalam hal bagaimana menyampaikan materi ajar, petunjuk bagaimana mengamati proses pembelajaran yang akan terjadi di kelas, dan petunjuk melakukan wawancara baik dengan guru, siswa, ataupun pihak-pihak yang terkait.

2. Experiment (Eksperimen)

Dalam fase ini, desain yang sudah dirancang, diuji cobakan kepada siswa. Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam fase preliminary design sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau tidak. Pengalaman-pengalaman baik berupa data hasil pengerjaan bahan ajar atau proses yang terjadi saat pengerjaan bahan ajar akan dikumpulkan sebagai dasar acuan dalam perbaikan atau modifikasi HLT untuk proses pembelajaran selanjutnya. Fungsi HLT dalam fase ini untuk memfokuskan pada aktivitas, proses pembelajaran, dan observasi.

3. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)

Pada fase ini, semua data yang diperoleh pada fase eksperimen dianalisis. Proses analisanya yaitu HLT yang diantisipasi sebelum pembelajaran dan aktivitas yang benar-benar terjadi, dilanjutkan dengan analisis kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT yang akan digunakan pada siklus selanjutnya.

Gambar 3.1

Tahapan Penelitian Desain

Desain Penelitian Eksperimen Analisiis Tinjauan

Desain Permulaan Eksperimen Analisis Tinjauan Bahan Ajar 1

Desain Penelitian Eksperimen Analisis Tinjauan dst

Materi 1 Siklus 1

Siklus 2


(13)

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VII di salah satu SMP di kota Bandung Barat pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas VII.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan maka disusunlah instrumen yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)

Bahan ajar yang disusun ini terdiri dari tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa sehingga dapat memahami dan menerapkan konsep dalam materi persamaan linear satu variabel. Bahan ajar ini disusun dengan mempertimbangkan aspek kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga tugas-tugas pada bahan ajar ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah sekumpulan pertanyaan terurut yang akan diajukan kepada responden secara langsung melalui lisan. Wawancara akan dilakukan terhadap siswa setelah pengujian bahan ajar selesai. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesan siswa terhadap bahan ajar yang telah dibuat sehingga diketahui kesulitan-kesulitan siswa yang selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat revisi bahan ajar.

3. Soal Uji Learning Obstacles

Soal tes pemecahan masalah ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan memperhatikan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, selanjutnya diujikan kepada beberapa siswa yang telah mempelajari materi persamaan linear satu variabel untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.


(14)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun rincian mengenai ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan permasalahan yang akan diteliti; b. Menyusun proposal penelitian;

c. Melakukan seminar proposal penelitian;

d. Melakukan perbaikan proposal penelitian pada bagian yang harus diperbaiki;

e. Melakukan telaah literatur;

f. Menyusun instrumen tes uji Learning Obstacles; g. Mengujikan instrumen tes uji Learning Obstacles; h. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa;

i. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan dan dosen; j. Menyusun bahan ajar dan desain HLT;

k. Diskusi dan revisi terhadap desain awal dengan guru dan dosen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan desain awal (bahan ajar);

b. Melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung; c. Mewawancarai siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran; d. Mengumpulkan data hasil uji coba;

e. Menganalisis data hasil uji coba dan faktor penyebab suatu tindakan berhasil atau gagal;

f. Melakukan perbaikan desain;

g. Mengolah dan menarik kesimpulan hasil uji coba.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan ujian sidang skripsi; b. Melakukan perbaikan (revisi) skripsi.


(15)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pendahuluan dan eksperimen. Pada tahap studi pendahuluan dilakukan wawancara dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. “Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara” (Arikunto, 2010, hlm. 198). Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai tugas yang mana yang dirasa sulit oleh siswa selain dari jawaban tugas-tugas pada bahan ajar yang dikerjakan siswa.

Pada tahap eksperimen dilakukan observasi dan pemberian bahan ajar berbasis pemecahan masalah pada siswa SMP. Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto, 2010, hlm.199). Pada penelitian ini, observasi dilakukan kepada siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tugas-tugas dalam bahan ajar yang sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan intervensi (bantuan) dari guru dalam penyelesaiannya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah transkrip wawancara siswa, wawancara guru, hasil pekerjaan siswa pada tes kemampuan awal dan jawaban siswa pada bahan ajar. Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data melalui beberapa fase. Pada fase pertama diperoleh data mengenai hasil tes kemampuan awal siswa pada materi persamaan linear satu variabel. Hasil pekerjaan siswa pada tes ini dianlisis dengan memaparkan kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan permasalahan. Fase berikutnya yaitu dengan membuat antisipasi untuk mengatasi kesulitan tersebut berupa Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang terdiri dari perencanaan pembelajaran dan tugas – tugas. Tugas tugas tersebut disusun dalam suatu bahan ajar berupa LKS.

Setelah bahan ajar berupa LKS yang sudah dibuat oleh peneliti diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan analisis terhadap jawaban-jawaban dari siswa sebagai suatu data. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data tersebut berdasarkan


(16)

Model Miles and Huberman (dalam Irwan, 2014, hlm.34) menyatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).

Data reduction berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan data display. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami. Untuk menyajikan data pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Kemudian penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penentuan teknik ini mempertimbangkan kesesuaiannya dengan desain penelitian yang telah dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara sistematis.

Selain menganalisis jawaban – jawaban siswa, peneliti juga melakukan wawancara terhadap siswa setelah selesai mengerjakan bahan ajar berupa LKS dan mewawancarai guru mengenai materi persamaan linear satu variabel. Hasil wawancara tersebut disusun dalam bentuk narasi.


(17)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun definisi persamaan dan definisi himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Pada lembar kerja disajikan beberapa masalah dalam bentuk soal cerita. Kegiatan siswa dalam menyusun definisi persamaan linear satu variabel dimulai dengan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan menentukan hubungan antara data yang diketahui dan ditanyakan sesuai dengan soal tersebut. Setelah itu, siswa mengubah soal cerita tersebut ke dalam model matematika sehingga ruas kanannya nol sebagai salah satu strategi penyelesaiannya. Kegiatan ini dilakukan pada beberapa soal cerita berbasis masalah sehingga siswa dapat mengamati model – model matematika yang sudah diubahnya. Berdasarkan model – model matematika tersebut, siswa dapat menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal yaitu menyusun definisi dan merumuskan bentuk persamaan linear satu variabel.

b. Pada lembar kerja disajikan beberapa soal cerita berbasis masalah. Kegiatan siswa dalam menyusun definisi himpunan penyelesaian dimulai dengan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan menentukan hubungan antara data yang diketahui dan ditanyakan sesuai dengan soal tersebut. Setelah itu, siswa mengubah soal tersebut menjadi model matematika dalam bentuk persamaan sebagai strategi penyelesaiannya. Kemudian siswa menambahkan, mengurangi atau mengalikan bilangan yang sama pada kedua ruas sehingga diperoleh nilai penyelesaian dari persamaan yang sudah dibuat. Melalui tugas – tugas


(18)

pada lembar kerja tersebut, siswa dapat menyusun definisi himpunan penyelesaian.

2. Tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen akan dijabarkan sebagai berikut.

Pada lembar kerja disajikan beberapa soal cerita berbasis masalah. Tugas-tugas berbentuk soal cerita tersebut diubah menjadi model matematika dalam bentuk persamaan linear satu variabel sebagai strategi penyelesaiannya. Setelah itu, siswa menyelesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan sifat–sifat persamaan sehingga diperoleh himpunan penyelesaian. Tugas–tugas tersebut memuat beberapa pertanyaan seperti apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dapat membimbing siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah. Melalui tugas – tugas tersebut, siswa dapat menyusun definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dibuat suatu implikasi yaitu : bentuk tugas–tugas yang disajikan dalam bahan ajar untuk memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah matematis adalah tugas – tugas berbentuk masalah yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan berbagai strategi penyelesaian masalah, diantaranya adalah mengubah soal cerita menjadi model matematika dalam bentuk persamaan dan menambahkan, mengalikan atau mengurangi bilangan yang sama pada kedua ruas. Tugas – tugas pada materi persamaan linear satu variabel tersebut diawali dengan tugas – tugas berupa soal cerita berbentuk masalah sehari-hari yang memberikan pemahaman mendalam bagi siswa terhadap konsep persamaan linear satu variabel. Selanjutnya diberikan tugas – tugas berupa permasalahan yang melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan mengukur sejauh mana


(19)

pemahaman siswa dalam mengaplikasikan konsep persamaan linear satu variabel dan persamaan linear satu variabel yang ekuivalen.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah pada materi persamaan linear satu variabel. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan bahan ajar tersebut pada materi persamaan linear satu variabel.

2. Bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah pada materi persamaan linear satu variabel pada jenjang SMP. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dalam materi dan jenjang yang berbeda.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J.V.D. dkk., t.t. Introducing Educational Design Research. Diakses dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf Andriatna,R.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT.Rineka Cipta.

Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education: On symbolizing and

computertools. Diakses dari

http://www.fi.uu.nl/publicaties/literatuur/6274.pdf

Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. Diakses dari http://bandono.web.Id /2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php

Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Diakses dari http//www.forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA20%FAUZIAH.pdf Gravemeijer and Cobb. (2006). Educational Design Research: Design Reseacrh

From The Learning Design Perpective. Diakses dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf Hidayati, F. (2011). Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16

Yogyakarta Dalam Mempelajari Aljabar. Diakses dari eprints.uny.ac.id/1745/1/Fajar_Hidayati.pdf

Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. Diakses dari http://nuril-hudaspd.blogspot.com/2011/11/pemecahan-masalah-matematika-dengan.html

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Diakses dari

http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013.pdf

Mahmudi, A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Diakses dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.P d,%2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%252 02008%2520_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520K reatif.pdf


(21)

Mokhamad, I. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyana, T. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain.

Diakses dari

http//download.portalgaruda.org/article.php?article=133713&val=5628 Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam

Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nuranisa, Ardiani. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Melalui Group Investigation Untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Diakses dari http:// http://digilib.uinsuka.ac.id/13266/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR %20PUSTAKA.pdf

Plomp, et al. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Diakses dari

http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20design _20research.pdf/

Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan. Rosmawati, W. (2012). Pengembanagan Bahan Ajar Matematika Berbentuk

Modul Pada Materi Lingkaran Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VIII Semester 2 Di SMPN 1 Patuk Gunung Kidul. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/8411/3/BAB%202%20-%2008301244012.pdf

Saparika, N. (2014).Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Penelaran Induktif Siswa SMP pada Pokok Bahasan Limas dan Prisma Tegak melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati. (2012). “Hambatan Epistemologi (Epistemological Obstacles) dalam

Persamaan Kuadrat Pada Siswa Madrasah Aliyah”. Jurnal Ilmiah

International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education, 787-800. Diakses dari http//eprints.uny.ac.id/1875/1/P%20-%2075.pdf


(22)

Simon,A,M. (1995). Reconstructing Mathematics Pedagogy from a Constructive Perspective, Vol 26(2), 31 halaman. Diakses dari http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Gainey/Article%20.pdf Suherman, E. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Suryadi, D. (2008). Model Bahan Ajar dan Kerangka Kerja Pedagogis Matematika Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Tinggi. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/195802 011984031-DIDI_SURYADI/DIDI-19.pdf

---.. (2011).Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Diakses dari http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf

Syaiful. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidika Matematika Realistik. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11841&val=870.pdf Taqwani, R.(2014).Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SMP pada materi Segiempat melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2009). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang. Diakses dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ariyadi%20Wijaya,%@0M. Sc/A%20Wijaya_SemNas%20Mat%20UNY%202009_HLT%20dan%20Peni ngktan%20Pemahaman%20Konsep%20Pengukuran.pdf


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun definisi persamaan dan definisi himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Pada lembar kerja disajikan beberapa masalah dalam bentuk soal cerita. Kegiatan siswa dalam menyusun definisi persamaan linear satu variabel dimulai dengan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan menentukan hubungan antara data yang diketahui dan ditanyakan sesuai dengan soal tersebut. Setelah itu, siswa mengubah soal cerita tersebut ke dalam model matematika sehingga ruas kanannya nol sebagai salah satu strategi penyelesaiannya. Kegiatan ini dilakukan pada beberapa soal cerita berbasis masalah sehingga siswa dapat mengamati model – model matematika yang sudah diubahnya. Berdasarkan model – model matematika tersebut, siswa dapat menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal yaitu menyusun definisi dan merumuskan bentuk persamaan linear satu variabel.

b. Pada lembar kerja disajikan beberapa soal cerita berbasis masalah. Kegiatan siswa dalam menyusun definisi himpunan penyelesaian dimulai dengan menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan menentukan hubungan antara data yang diketahui dan ditanyakan sesuai dengan soal tersebut. Setelah itu, siswa mengubah soal tersebut menjadi model matematika dalam bentuk persamaan sebagai strategi penyelesaiannya. Kemudian siswa menambahkan, mengurangi atau mengalikan bilangan yang sama pada kedua ruas sehingga diperoleh nilai penyelesaian dari persamaan yang sudah dibuat. Melalui tugas – tugas


(2)

pada lembar kerja tersebut, siswa dapat menyusun definisi himpunan penyelesaian.

2. Tugas-tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen akan dijabarkan sebagai berikut.

Pada lembar kerja disajikan beberapa soal cerita berbasis masalah. Tugas-tugas berbentuk soal cerita tersebut diubah menjadi model matematika dalam bentuk persamaan linear satu variabel sebagai strategi penyelesaiannya. Setelah itu, siswa menyelesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan sifat–sifat persamaan sehingga diperoleh himpunan penyelesaian. Tugas–tugas tersebut memuat beberapa pertanyaan seperti apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dapat membimbing siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah. Melalui tugas – tugas tersebut, siswa dapat menyusun definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dibuat suatu implikasi yaitu : bentuk tugas–tugas yang disajikan dalam bahan ajar untuk memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah matematis adalah tugas – tugas berbentuk masalah yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan berbagai strategi penyelesaian masalah, diantaranya adalah mengubah soal cerita menjadi model matematika dalam bentuk persamaan dan menambahkan, mengalikan atau mengurangi bilangan yang sama pada kedua ruas. Tugas – tugas pada materi persamaan linear satu variabel tersebut diawali dengan tugas – tugas berupa soal cerita berbentuk masalah sehari-hari yang memberikan pemahaman mendalam bagi siswa terhadap konsep persamaan linear satu variabel. Selanjutnya diberikan tugas – tugas berupa permasalahan yang melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan mengukur sejauh mana


(3)

pemahaman siswa dalam mengaplikasikan konsep persamaan linear satu variabel dan persamaan linear satu variabel yang ekuivalen.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah pada materi persamaan linear satu variabel. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan bahan ajar tersebut pada materi persamaan linear satu variabel.

2. Bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dapat memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah pada materi persamaan linear satu variabel pada jenjang SMP. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan bahan ajar berbasis pemecahan masalah matematis dalam materi dan jenjang yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J.V.D. dkk., t.t. Introducing Educational Design Research. Diakses dari http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf Andriatna,R.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT.Rineka Cipta.

Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education: On symbolizing and

computertools. Diakses dari

http://www.fi.uu.nl/publicaties/literatuur/6274.pdf

Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. Diakses dari http://bandono.web.Id /2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php

Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Diakses dari http//www.forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA20%FAUZIAH.pdf Gravemeijer and Cobb. (2006). Educational Design Research: Design Reseacrh

From The Learning Design Perpective. Diakses dari

http://www.fi.uu.nl/publicities/literatur/EducationalDesignResearch.pdf Hidayati, F. (2011). Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16

Yogyakarta Dalam Mempelajari Aljabar. Diakses dari

eprints.uny.ac.id/1745/1/Fajar_Hidayati.pdf

Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. Diakses dari http://nuril-hudaspd.blogspot.com/2011/11/pemecahan-masalah-matematika-dengan.html

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Diakses dari

http://www.pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-smp-ver-3-3-2013.pdf

Mahmudi, A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Diakses dari http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.P d,%2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%252 02008%2520_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520K reatif.pdf


(5)

Mokhamad, I. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyana, T. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain.

Diakses dari

http//download.portalgaruda.org/article.php?article=133713&val=5628 Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam

Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nuranisa, Ardiani. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Melalui Group Investigation Untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Diakses dari http:// http://digilib.uinsuka.ac.id/13266/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR %20PUSTAKA.pdf

Plomp, et al. (2007). An Introduction to Educational Design Research. Diakses dari

http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20design _20research.pdf/

Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan. Rosmawati, W. (2012). Pengembanagan Bahan Ajar Matematika Berbentuk

Modul Pada Materi Lingkaran Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VIII

Semester 2 Di SMPN 1 Patuk Gunung Kidul. Diakses dari

http://eprints.uny.ac.id/8411/3/BAB%202%20-%2008301244012.pdf

Saparika, N. (2014).Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Penelaran Induktif Siswa SMP pada Pokok Bahasan Limas dan Prisma Tegak melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati. (2012). “Hambatan Epistemologi (Epistemological Obstacles) dalam

Persamaan Kuadrat Pada Siswa Madrasah Aliyah”. Jurnal Ilmiah

International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education, 787-800. Diakses dari http//eprints.uny.ac.id/1875/1/P%20-%2075.pdf


(6)

Simon,A,M. (1995). Reconstructing Mathematics Pedagogy from a Constructive

Perspective, Vol 26(2), 31 halaman. Diakses dari

http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Gainey/Article%20.pdf Suherman, E. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Suryadi, D. (2008). Model Bahan Ajar dan Kerangka Kerja Pedagogis Matematika Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Tinggi. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/195802 011984031-DIDI_SURYADI/DIDI-19.pdf

---.. (2011).Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Diakses dari http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf

Syaiful. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidika Matematika Realistik. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11841&val=870.pdf Taqwani, R.(2014).Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SMP pada materi Segiempat melalui Penelitian Desain. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2009). Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan

Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang. Diakses dari

http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ariyadi%20Wijaya,%@0M. Sc/A%20Wijaya_SemNas%20Mat%20UNY%202009_HLT%20dan%20Peni ngktan%20Pemahaman%20Konsep%20Pengukuran.pdf