KIPRAH K.H. ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955.

(1)

Norris Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955 Universitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TAHUN 1912-1955

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh:

NORRIS NOER HERWANDY 0901053

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Norris Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955 Universitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KIPRAH K.H. ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK

TAHUN 1912-1955

Oleh

Norris Noer Herwandy

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

© Norris Noer Herwandy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Norris Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955 Universitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman Pengesahan Skripsi NORRIS NOER HERWANDY

KIPRAH K.H. ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002

Pembimbing II

Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 19760105 200501 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M. Pd. NIP. 195704081984031003


(4)

Norris Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955 Universitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahum 1912-1955”. Permasalahan pokok yang dikaji adalah bagaimana kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik pada kurun waktu tahun 1912 sampai dengan 1955?. Permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam tiga buah pertanyaan pokok, yaitu: (1) Bagaimana latar belakang kehidupan dari K.H. Abdul Halim?, (2) Bagaimana pemikiran-pemikiran politik K.H. Abdul Halim?, (3) Bagaimana peran politik K.H. Abdul Halim dari masa penjajahan hingga kemerdekaan?. Tujuan khusus penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik dari masa penjajahan Belanda sampai dengan masa Indonesia telah merdeka. Tujuan umum yaitu untuk memberikan perhatian agar pemerintah daerah dapat mendukung penulisan sejarah lokal di Jawa Barat, serta dapat dijadikan sumber bacaan dan sumber rujukan bagi para pelajar yang membacanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis. Metode ini meliputi pengumpulan sumber primer maupun sekunder, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis penelitian, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep dari ilmu politik. Selain itu juga dengan pengkajian terhadap penelitian terdahulu seperti tesis, disertasi, dan jurnal. K.H. Abdul Halim terlahir dengan nama Otong Syatori pada 26 Juni 1887. K.H. Abdul Halim tidak pernah mengenyam pendidikan formal, pendidikannya hanya dari pesantren ke pesantren. Pemikiran politik K.H. Abdul Halim lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan umat yang lebih menekankan pada aspek moral. Pemikiran politik K.H. Abdul Halim banyak terpengaruh oleh guru-gurunya ketika berada di Mekah dan tulisan-tulisan tokoh pembaharu Islam. Awal mula kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik adalah ketika menjadi ketua Syarekat Islam cabang Majalengka pada tahun 1912 ketika masa penjajahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, K.H. Abdul Halim masuk menjadi anggota MIAI, Chuo Sangi In, dan BPUPKI. Sesudah Indonesia merdeka, K.H. Abdul Halim menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Karesidenan Cirebon, Bupati Masyarakat Majalengka, penggagas berdirinya Partai Masyumi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara Provinsi Jawa Barat dan anggota konstituante. Selama berkiprah dalam bidang politik, K.H. Abdul Halim berusaha untuk menumbuhkan kesadaran berpolitik dan bernegara di kalangan umat Islam. Terungkapnya kiprah dan peranan K.H. Abdul Halim dalam bidang politik dari masa penjajahan Belanda sampai dengan masa Indonesia merdeka diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan potensi juang bagi generasi muda sekarang.


(6)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This thesis titled " The Gait K.H. Abdul Halim in politics years 1912-1955". The main problem studied is how gait KH Abdul Halim in politics during the period 1912 to 1955 ?. The problem is then poured in three main questions, namely: (1) What is the background of life of KH Abdul Halim ?, (2) How political thought KH Abdul Halim ?, (3) What political role K.H. Abdul Halim from the colonial period to independence ?. The specific objective of this paper is to determine the gait KH Abdul Halim in politics from the Netherlands colonial period until the time of Indonesia became independent. The general objective is to provide the attention that local governments can support the writing of local history in West Java, and can be used as a source of reading and reference source for students who read it. The method used is the historical method. This method involves the collection of primary and secondary sources, source criticism, interpretation and historiography. To deepen the analysis, the authors use an interdisciplinary approach through the concept of political science. In addition, the assessment of previous studies such as theses, dissertations, and journals. K.H. Abdul Halim was born with the name Otong Syatori on June 26, 1887. KH Abdul Halim never attended formal education, education only from the school to boarding school. Political thought K.H. Abdul Halim emphasizes the unity of the people who put more emphasis on the moral aspect. Political thought K.H. Abdul Halim much influenced by his teachers when he was in Mecca and writings of Muslim reformers. Beginning of gait K.H. Abdul Halim in politics is when the head of the Islamic Syarekat Majalengka branch in 1912 when the Netherlands colonial period. During the Japanese occupation, K.H. Abdul Halim become a member MIAI,

Chuo Sangi In, and BPUPKI. After Indonesian independence, K.H. Abdul Halim

became a member of the Central Indonesian National Committee (KNIP), Indonesian National Committee of Regions (KNID) residency Cirebon, Regent Majalengka Society, the initiator of the establishment Masjumi Party, member of Legislative Council while the Province of West Java and the constituent members. During take part in politics, K.H. Abdul Halim trying to raise awareness and state politics among Muslims. Disclosure of gait and role K.H. Abdul Halim in politics from the Netherlands colonial period until the time of Indonesia's independence is expected to lead to the awareness and potential of young people fighting for now.


(7)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Tinjauan Teoritis... 14

2.1.1 Hubungan Islam dan Kekuasaan ... 14

2.1.2 Konsep Politik dalam Islam ...18

2.1.3 Konsep Negara ………26

2.2 Tinjauan Pustaka ... 32

2.2.1 Latar Belakang Kehidupan K.H. Abdul Halim ... 32

2.2.2 Perkembangan Politik Islam di Indonesia ... 36

2.3 Penelitian Terdahulu ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

3.1 Metode Penelitian ... 50

3.2 Persiapan Penelitian ... 56

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian... 56

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 57


(8)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.4 Proses Bimbingan ... 58

3.2.5 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian... 58

3.3 Pelaksanaan Penelitian... 59

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 59

3.3.1.1 Sumber Tertulis ... 59

3.3.1.2 Sumber Lisan ... 60

3.3.2 Kritik Sumber ... 63

3.3.2.1 Kritik Eksternal ... 63

3.3.2.2 Kritik Internal ... 65

3.3.3 Interpretasi ... 67

3.3.4 Historiografi... 67

BAB IV PERAN POLITIK K.H. ABDUL HALIM DALAM PERJUANGAN BANGSA INDONESIA (1912-1955)... 70

4.1 Latar Belakang Kehidupan K.H. Abdul Halim ... 70

4.1.1 Masa Kecil dan Kehidupan Keluarga ... 70

4.1.2 Pendidikan K.H. Abdul Halim... 75

4.2 Pemikiran Politik K.H. Abdul Halim ... 83

4.2.1 Golongan Nasionalis Sekuler dan Golongan Nasionalis Islam ... 83

4.2.2 Pemikiran K.H. Abdul Halim Tentang Politik ... 94

4.3 Peran K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955 ... 98

4.3.1 Masa Kolonialisme Belanda ... 98

4.3.2 Masa Pendudukan Jepang ... 107

4.3.2 Pasca Kemerdekaan Indonesia ... 120

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 131

5.1 Simpulan ... 131

5.2 Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejak dulu dalam kehidupan masyarakat seseorang tidak mungkin terhindar dari kehidupan bernegara. Negara merupakan agen masyarakat untuk mengatur hubungan-hubungan yang terjadi di dalam masyarakat dengan tujuan agar ketertiban dalam kehidupan bernegara dapat terpelihara. Semua itu dimaksudkan untuk meminimalisasi kekalutan yang mungkin terjadi di dalam masyarakat, sebab manusia cenderung untuk membutuhkan kerjasama, namun seringkali mereka terjebak dalam perbedaan kepentingan. Di samping mengendalikan kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain, Negara juga mengintegrasikan kegiatan warga masyarakat ke arah tercapainya tujuan-tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan nasional, maka dituntut adanya sebuah kekuatan politik (Sukarsa, 2007: 145).

Pada awal abad ke 17, bangsa Indonesia mulai berada di bawah cengkraman dan kekuasaan kolonialisme asing. Diawali oleh Portugis, kemudian dilanjutkan oleh Belanda. Dengan berbagai arogansinya, bangsa penjajah dari wilayah Eropa itu menjajah dan menindas rakyat. Begitupun juga dengan penjajahan yang dilakukan oleh penjajah dari wilayah Asia, yaitu Jepang. Para penjajah tidak hanya menguras sumber daya alam bumi nusantara yang melimpah tetapi juga mengeksploitasi seluruh jiwa rakyat Indonesia.

Sebelum tahun 1900, reaksi dan perlawanan rakyat Indonesia bersifat lokal, negatif (mengundurkan diri ke tempat atau daerah yang tidak terjangkau oleh kekuasaan penjajah dan mencari perlindungan kepada ilmu gaib), irrasional, dan sporadis. Rakyat Indonesia percaya akan datangnya juru selamat yang akan membebaskan mereka dari penjajah. Pergerakan sosial yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya adalah gerakan-gerakan yang diilhami oleh agama. Sartono


(10)

Kartodirjo (1992) menjelaskan mengenai jenis-jenis gerakan sosial yang dilakukan oleh rakyat Indonesia diantaranya adalah gerakan juru selamat (mesianisme), gerakan Ratu Adil (millenarianisme), pribumi (nativisme), perang jihad (fisabilillah). Sartono Kartodirjo (1992) menyebutkan bahwa:

“Banyak gerakan sosial, termasuk kerusuhan, pemberontakan, sekterisme, dapat diklasifikasikan sebagai gerakan keagamaan, karena gejala-gejala tersebut pada umumnya cenderung untuk berhubungan dengan gerakan-gerakan yang diilhami oleh agama atau menggunakan cara-cara agama untuk mewujudkan tujuan-tujuan gaib mereka. Kebanyakan pergolakan tersebut cenderung mempunyai segi-segi yang bercorak keagamaan”(Kartodirjo, 1992: 10).

Sesudah tahun 1900 situasi politik di Indonesia mulai memasuki fase pergerakan nasional. Fase ini merupakan bentuk reaksi dan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang coraknya berbeda dengan reaksi dan perlawanan sebelum tahun 1900. Mengutip pendapat dari Moedjanto dari buku yang ditulis Miftahul Falah:

Moedjanto (Miftahul Falah, 2008 :38) mengemukakan bahwa “…setelah

tahun 1900 reaksi dan perlawanan terhadap penjajah memperlihatkan sifat nasional, positif, diorganisir secara teratur dan rasional, dan merencanakan

masa depan”

Kunci perkembangan pada masa ini adalah munculnya ide-ide baru mengenai organisasi. Ide baru tentang organisasi meliputi bentuk-bentuk kepemimpinan yang baru. Pada masa ini terbentuk suatu jenis kepemimpinan Indonesia yang baru dan suatu kesadaran diri yang baru, tetapi dengan pengorbanan yang sangat besar. Para pemimpin yang baru terlibat dalam pertentangan yang sengit satu sama lain, sedangkan kesadaran diri yang semakin besar telah memecah belah kepemimpinan ini lewat garis-garis agama dan ideologi.

Untuk mengakhiri perlakuan pihak kolonial Belanda yang sungguh menyakitkan itu, segenap rakyat melakukan pergerakan. Pada masa itu banyak tokoh-tokoh yang bermunculan pada masa itu untuk menentang dan menjadi pembangkit


(11)

gerakan-gerakan kesadaran untuk menentang pihak kolonial Belanda. Diantaranya adalah, Haji Samanhoedi, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, E.F.E Douwes Dekker Danudirdjo Setiabudi, Haji Agus Salim, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansur, K.H. Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbullah, dan lain-lain.

Kiprah para tokoh tersebut dalam membangitkan kesadaran nasional untuk menentang pihak kolonial Belanda adalah dengan cara mendirikan organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dan politik. Diantaranya adalah Haji Samanhoedi yang mendirikan Syarikat Dagang Islam (SDI) yang bergerak dalam bidang ekonomi. SDI didirikan dalam rangka untuk membela kepentingan para pedagang Indonesia dari saingan pedagang Cina yang mendapat prioritas dari pemerintah kolonial Belanda. Hal ini diperkuat oleh pendapat Suryanegara (2009) yang menyebutkan bahwa:

“Pembangkit gerakan kesadaran nasional melalui Pasar dengan membangun Sjarikat Dagang Islam-SDI di Surakarta, 16 Oktober 1905, Senin Legi, 16 Sya`ban 1323 sebagai jawaban terhadap upaya imperialisme modern yang menjadikan Indonesia sebagai market-pasar dan raw material resources-sumber bahan mentah industri penjajah Barat”(Suryanegara, 2009:352). Kemudian, pada tahun 1911 suatu partai politik yang bernama Indische Partij (Partai Hindia) didirikan oleh seorang Indo-Eropa yang radikal bernama E.F.E Douwes Dekker (Setiabudhi, 1850-1879), seorang keluarga jauh E. Douwes Dekker (Multatuli). Partai ini mempermaklumkan suatu nasionalisme `Hindia` dan menuntut kemerdekaan. Dua orang Jawa terkemuka, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Surjaningrat (kemudian disebut Ki Hajar Dewantara, 1889-1959), bergabung dengan Douwes Dekker (Ricklefs, 1999: 260).

Dalam bidang politik, terutama politik Islam ada HOS Tjokroaminoto yang mendirikan Organisasi Syarekat Islam. Syarekat Islam adalah organisasi yang bercorakan Islam dan bergerak dalam bidang politik. Organisasi Syarekat Islam didirikan pada tanggal 11 November 1911 di Solo oleh Haji Oemar Said (HOS)


(12)

Tjokroaminoto. Hal ini diperkuat oleh pendapat Noer (1982) yang menyatakan bahwa:

“Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik di kalangan umat Islam di

Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal-usul dan pertumbuhan Sarekat Islam” (Noer,1982:114).

Berasal dari Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, HOS Tjokroaminoto meleburnya menjadi Syarekat Islam (SI) sekaligus sebagai wadah dan ciri umum bangsa Indonesia dalam menggerakan rakyat. Tampilnya SI sebagai organisasi pergerakan benar-benar dilandasi oleh semangat nasionalisme. Berlaku untuk semua komponen bangsa tanpa terbatas pada ikatan sosial, budaya, adat dan latar belakang sejarah. SI juga tidak terjebak pada pembatasan golongan sosial (Santosa, 2010: 9).

Semenjak berdiri, organisasi ini begitu gigih mengusahakan tercapainya tujuan kenegaraan, kebenaran, dan keadilan. Perkembangan SI begitu pesat. Pada waktu itu SI menjadi kekuatan politik yang amat terasa pengaruhnya. Pada tahun 1916, SI mengadakan kongres nasional dan dirumuskan sifat politik SI yang disahkan pada kongres II. Isi pokok organisasi SI antara lain mengharapkan hancurnya kapitalisme dan memperjuangkan agar rakyat nantinya akan dapat melaksanakan pemerintahan sendiri. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kahin (2013) yang menyebutkan bahwa:

“Organisasi nasionalis Indonesia pertama yang berorientasi politik-Sarekat Islam tiba-tiba saja muncul ditengah-tengah suasana penjajahan yang tenang dengan kekuatan yang mencengangkan, tidak hanya bagi orang Belanda tetapi juga orang Indonesia. Dalam empat tahun sejak didirikan pada 1912, anggota Sarekat Islam mencapai 360.000 orang. Organisasi tersebut memiliki program politik yang bertujuan untuk menggapai pemerintahan sendiri. Menjelang 1919, anggotanya mencapai hampir dua setengah juta orang”(Kahin, 2013:93).

Perjuangan gigih yang dilakukan organisasi Syarekat Islam telah membangkitkan rakyat di berbagai daerah untuk bergabung. Syarekat Islam yang


(13)

dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto telah menggerakan jiwa dan menggelorakan semangat serta cita-cita rakyat Indonesia sampai ke pelosok desa-desa. Salah satu motor penggerak organisasi Syarekat Islam adalah K.H. Abdul Halim. K.H. Abdul Halim membentuk cabang organisasi Syarekat Islam di Majalengka dan mulai memimpin Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912. Menurut Falah (2009) menyebutkan bahwa:

“Sarekat Islam inilah organisasi pergerakan nasional yang memiliki

hubungan erat dengan K. H. Abdul Halim” (Falah, 2008:29).

Melalui organisasi Syarekat Islam (SI), K.H. Abdul Halim bergelut dengan dunia politik yaitu politik Islam. Pergerakan Pergerakan yang dilakukan oleh Syarekat Islam (SI) dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto itu mendorong juga kepada gerakan Jam`iyah I`anatul Muta`limin yang dipimpin K.H. Abdul Halim untuk masuk dan bergabung menjadi aktivis Syarekat Islam (SI) (Sukarsa,2007:66).

K.H. Abdul Halim merupakan sosok ulama yang berasal dari Majalengka. K.H. Abdul Halim adalah salah seorang figur ulama yang telah memelopori gerakan pembaharuan Islam. K.H. Abdul Halim memiliki jasa yang besar di dalam mendorong kesadaran di kalangan masyarakat Muslim pada masa itu untuk bangkit mengejar ketertinggalannnya dalam berbagai bidang melalui serangkaian usaha-usaha pembaharuan yang dilakukannya.

Otong Syatori merupakan nama asli dari K.H. Abdul Halim. Ia berasal dari keluarga ulama yang religius dan taat dalam beragama. Ia lahir di Desa Ciborelang Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka pada hari Sabtu Pon menurut perhitungan Jawa, 4 Syawal 1304 Hijriyah atau tanggal 26 Juni 1887. Ia merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah K.H. Muhammad Iskandar yang merupakan seorang penghulu kewedanaan di Jatiwangi. Ibunya adalah Hj. Siti Mutmainah binti Imam Safari (Sukarsa, 2007:1).

Sejak masa kanak-kanak, Otong Syatori tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Pendidikannya hanya dari pesantren ke pesantren. Dalam perjalanannya


(14)

menuntut ilmu, Otong Syatori memang tidak pernah duduk di sekolah, baik sekolah pribumi apalagi sekolah kolonial. Bukan karena di Majalengka pada waktu itu tidak ada sekolah, tetapi karena memang pilihannya ke pesantren (Falah, 2008:8).

Pada tahun 1908, ketika menginjak usia 21 tahun, ia berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Selanjutnya ia pun bermukim Mekah selama tiga tahun. Ketika berada di Mekah, K.H. Abdul Halim bertemu dengan Ahmad Sanusi, Mas Mansur, Abdul Wahab Hasbullah. Pertemuan keempat pemuda asal Indonesia tersebut berlanjut dengan persahabatan. Mereka seringkali terlibat diskusi dalam bidang pendalaman ilmu agama dan juga perkembangan kondisi tanah air yang sedang dijajah oleh Belanda. Sepulang dari Mekah, Otong Syatori merubah namanya menjadi Abdul Halim.

Karena merasa berasal dari satu daerah (Pasundan) dengan Ahmad Sanusi maka pertemuan tersebut berkembang menjadi sebuah persahabatan. Hubungan khusus dengan K. H. Ahmad Sanusi terus berlanjut ketika mereka sudah kembali ke tanah air. Dari hubungan itulah, kelak di kemudian hari lahir sebuah organisasi yang bernama Persatuan Umat Islam (PUI) yang merupakan organisasi massa hasil fusi antara PUI dan PUII (Falah, 2008: 19).

Sebelum berkiprah dalam bidang politik, K.H Abdul Halim mendirikan beberapa organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Diantaranya adalah pada tahun 1911 K.H. Abdul Halim mendirikan

Majlisul Ilmi yang bergerak di bidang pendidikan dan ekonomi. Melalui organisasi

tersebut, ia akan berupaya bekerja keras untuk mengembangkan pendidikan dan ekonomi masyarakat sehingga dapat meningkatkan martabat dan taraf hidup rakyat. Melalui pendidikan, K.H. Abdul Halim percaya bahwa kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang menimpa bangsa Indonesia akan bisa diperbaiki (Sukarsa, 2007: 27).

Seiring dengan berkembangnnya Majlisul Ilmi dan bertambahnya para santri, maka pada tahun 1912 K.H. Abdul Halim membentuk sebuah organisasi yang diberi


(15)

nama Hayatul Qulub (Kehidupan Hati). Organisasi Hayatul Qulub tidak saja hanya bergerak di bidang pendidikan, tetapi juga bergerak di bidang sosial dan ekonomi. (Wanta, 1986: 6). Pada saat itu, kehidupan ekonomi rakyat sedang berada dalam persaingan dengan para pedagang Cina yang sedang menguasai pasar.

Pada tanggal 16 Mei 1916 K.H. Abdul Halim mendirikan perhimpunan yang diberi nama Jam`iyah I`anatul Muta`limin yang artinya Pertolongan Kepada Para Pelajar. Pendirian perhimpunan ini setelah mendapat saran dari Sayid Hasyim Asy-syimi yang datang berkunjung dari Jakarta untuk melihat madrasah yang baru didirikan oleh K.H. Abdul Halim (Wanta, 1986: 7).

Para pengurus Jam`iyah I`anatul Muta`limin sebagian besar masuk dan bergabung menjadi anggota Syarekat Islam setelah K.H. Abdul Halim memimpin Syarekat Islam cabang Majalengka. Kemudian atas anjuran dari HOS Tjokroaminoto pula bulan November 1916 terjadilah perubahan nama Jam`iyah I`anatul Muta`limin menjadi Persyarikatan Oelama (PO). Kemudian, pada 21 Desember 1917, PO mendapat pengakuan sebagai organisasi yang berbadan hukum (Wanta, 1986: 11).

K.H. Abdul Halim merupakan seorang sosok ulama pejuang yang menginginkan adanya perubahan di kalangan umat Islam. Sebagai seorang ulama, K.H. Abdul Halim berjuang dengan menggunakan kekuatan pemikirannya. Pendidikan merupakan aspek yang diperjuangkan oleh dirinya, karena melalui pendidikan perbaikan umat Islam dapat diwujudkan. Untuk melaksanakan gagasan tersebut maka pada bulan April 1932 K.H. Abdul Halim mendirikan tempat pendidikan yang terpisah dan khusus yang diberi nama Santi Asromo (Sukarsa, 2007:103).

Ketika Jepang datang dan menjajah Indonesia, K.H. Abdul Halim tetap terus berjuang untuk membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan. Terhadap Jepang, sikap K.H. Abdul Halim berbeda dengan sikapnya kepada Pemerintah Hindia Belanda. K. H. Abdul Halim memilih bersikap kooperatif dan mau bekerja sama dengan penguasa militer Jepang. Hal ini dibuktikan dengan bersedianya K.H. Abdul


(16)

Halim menjadi anggota Chuo Sangi In dan Pemerintah Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dinamakan Dokuritsu Zyunbi Choosakai.

Selain tantangan melawan penjajah Jepang, para pejuang juga berjuang melawan tantangan dari dalam. Seperti yang dilakukan dalam menghadapi tokoh Pasundan (Jawa Barat) bernama Soeria Kartalegawa yang menggagas terbentuknya Negara Pasundan. K.H. Abdul Halim menentang gagasan tersebut dan menghendaki untuk tetap bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. K.H. Abdul Halim tampil sebagai ketua delegasi penyampai resolusi kepada Komisaris Republik Indonesia Serikat (RIS) agar Negara Pasundan dilebur masuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sukarsa, 2007: 152).

Ketika Indonesia sudah merdeka, K.H. Abdul Halim masih tetap aktif dalam dunia politik. Partai politik yang diikuti oleh K.H. Abdul Halim adalah partai Masyumi yang merupakan wadah aspirasi politik sesuai dengan hati nurani, karena berazaskan syariat Islam. Pada saat Masyumi berjaya, K.H. Abdul Halim menjabat sebagai jajaran pengurus besar Masyumi (Sukarsa, 2007:147). Kemudian pada tahun 1955 K.H. Abdul Halim menjadi anggota Konstituante berdasarkan hasil Pemilihan Umum pada tahun 1955.

K.H. Abdul Halim merupakan salah seorang figur ulama dari Majalengka yang memiliki jasa yang besar di dalam mendorong kesadaran di kalangan masyarakat Muslim, bahkan bangsa Indonesia untuk bangkit mengejar ketertinggalannya dalam berbagai bidang melalui serangkaian usaha-usaha pembaruannnya. Perjuangan K.H. Abdul tidak hanya dalam bidang agama, pendidikan dan sosial. Ia juga berjuang dalam bidang politik. Selama berkiprah dalam dunia politik, ia telah berjuang secara maksimum dalam usahanya dengan kegiatan pengembangan politik Islam. K.H. Abdul Halim telah menumbuhkan kesadaran berpolitik dan bernegara di kalangan umat Islam. Kiprah K.H. Abdul Halim dalam


(17)

bidang politik praktis senantiasa mencoba menampilkan Islam secara modern dalam rangka mengantisipasi perkembangan zaman.

Namun, ketokohan K. H. Abdul Halim sepertinya kalah populer dibandingkan dengan ulama pejuang seangkatannya, seperti K. H. Hasyim Asy’ari (NU) dan K. H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah). Generasi muda, khususnya di luar lingkungan PUI kurang begitu mengenal ulama pejuang dari Majalengka. Sekalipun jika ada yang mengenal, umumnya hanya mengetahui bahwa K.H. Abdul Halim adalah tokoh dalam bidang pendidikan. Padahal selain berjuang dalam bidang pendidikan, K.H. Abdul Halim juga ikut berjuang dalam bidang politik. Bahkan bisa dikatakan K.H. Abdul Halim sebagai the founding fathers karena ikut terlibat secara langsung dalam penyusunan dasar negara ini.

Namun demikian, dalam konteks sekarang ada kecenderungan bahwa di kalangan masyarakat Majalengka sudah banyak yang melupakan jasa dan perjuangan K.H. Abdul Halim. Secara lebih khusus, bisa jadi di kalangan generasi muda dewasa ini mereka mengenal K.H. Abdul Halim mungkin hanya dari nama besarnya yang diabadikan dalam nama sebuah jalan raya di kota Majalengka. Sebaliknya, banyak diantara mereka banyak yang tidak tahu jejak dan berbagai bentuk perjuangan yang pernah dilakukan oleh K.H. Abdul Halim di dalam bidang politik dari semenjak masa pergerakan nasional sampai dengan masa kemerdekaan Indonesia.

Permasalahan ini tampaknya merupakan sebuah pemandangan yang sangat ironis dan tidak perlu muncul ke permukaan, karena betapa tidak bahwa seorang K.H. Abdul Halim juga berkiprah di dalam bidang politik dari semenjak zaman pergerakan nasional sampai dengan zaman Indonesia telah merdeka, namun demikian masih banyak di antara masyarakat Majalengka yang sudah tidak mengetahui jejak dan perjuangannya. Berangkat dari permasalahan tersebut dan realita diatas, akhirnya dalam benak penulis muncul pertanyaan mengenai bagaimana kiprah K.H. Abdul Halim di dalam bidang politik dari semenjak masa pergerakan nasional sampai dengan masa Indonesia telah merdeka.


(18)

Sedangkan untuk pemilihan kurun waktu yang dipilih oleh penulis dimulai dari tahun 1912 karena pada tahun itu K.H. Abdul Halim memulai kiprahnya dalam bidang politik dengan menjadi pemimpin Syarekat Islam cabang Majalengka. Kemudian kurun waktu penulisan skripsi ini diakhiri pada tahun 1955 karena pada tahun tersebut K.H. Abdul Halim terpilih menjadi anggota konstituante dan ketika menjadi anggota konstituante kondisi kesehatan K.H. Abdul Halim sudah mulai terganggu dan menyebabkan kiprahnya dalam bidang politik kurang begitu aktif.

Hal-hal yang telah disampaikan di atas, kemudian dijadikan dasar oleh penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai kiprah K.H Abdul Halim dalam bidang politik. Dengan demikian penulis memilih untuk mengangkat judul “Kiprah K.H

Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana Kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang Politik pada kurun waktu tahun 1912 sampai dengan 1955”.

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan dari K.H. Abdul Halim? 2. Bagaimana pemikiran-pemikiran politik K.H. Abdul Halim?

3. Bagaimana peran politik K.H. Abdul Halim dari masa penjajahan hingga kemerdekaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penelitan adalah untuk mengetahui kiprah K.H. Abdul Halim dalam dunia


(19)

politik dari kurun waktu tahun 1912 sampai dengan 1955. Adapun tujuan-tujuan khususnya antara lain :

1. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan dari K.H. Abdul Halim

2. Mengidentifikasi pemikiran-pemikiran seorang K.H. Abdul Halim tentang politik. 3. Mendeskripsikan kiprah dan sepak terjang K.H. Abdul Halim di bidang politik

dalam perjuangan bangsa Indonesia, yaitu dari masa penjajahan hingga kemerdekaan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat Penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam mengangkat sosok tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Majalengka yaitu K.H. Abdul Halim yang kurang begitu dikenal oleh masyarakat Majalengka. 2. Memperkaya tulisan-tulisan tentang perjuangan dan kiprah K.H. Abdul Halim

khususnya dalam bidang politik.

3. Hasil tulisan ini sebagai sumbangan informasi terhadap perjuangan dan pengaruh pemikiran K.H. Abdul Halim dalam bidang politik.

4. Menambah wawasan guna mendapat nilai tambah pengetahuan dalam mata pelajaran sejarah di sekolah sebagai perluasan materi mata pelajaran sejarah kelas XI yaitu Pertumbuhan dan Perkembangan Ideologi dan Organisasi Pergerakan Nasional

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah:

BAB I merupakan pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Bab ini


(20)

berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai gambaran umum tentang kondisi dan keadaan organisasi yang berazaskan Islam ketika memasuki fase pergerakan nasional dan juga sosok K.H. Abdul Halim. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan rumusan dan batasan masalah sehingga dapat dikaji secara khusus dalam penulisan ini. Pada akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan karya ilmiah ini.

BAB II Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber-sumber buku dan daftar literatur lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Disini akan dijabarkan mengenai daftar literatur yang dipergunakan untuk mendukung penulisan terhadap permasalahan yang dikaji. Bab ini juga menyajikan teori-teori yang dipakai untuk menunjang penulisan skripsi ini.

BAB III, Metodologi Penelitian. Bab ini mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber serta data-data, pengolahan data dan cara penulisan. Dalam bab ini juga, penulis berusaha memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian. Semua prosedur serta tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melakukan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir diuraikan secara rinci dalam bab ini. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur dan wawancara.

BAB IV, Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955. Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955. Penulis membagi dalam tiga pokok bahasan, yang pertama adalah tentang latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim. Kemudian yang kedua adalah tentang pemikiran-pemikiran politik K.H. Abdul Halim dan yang


(21)

ketiga adalah kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik dari masa penjajahan sampai dengan masa kemerdekaan Indonesia.

BAB V, Kesimpulan. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan dan batasan masalah. Bab terakhir ini berisi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik kurun waktu tahun 1912 sampai dengan tahun 1955 berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.


(22)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan judul skripsi “Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955”. Penulis mencoba untuk memaparkan berbagai

langkah yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penelitiannya. Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji mengenai Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955. Metode yang digunakan adalah metode historis, sistematikanya akan dijelaskan oleh uraian berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi serta wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Gottschlak (1986:32) mendefinisikan metode historis sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekontruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut

historiografi. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena

tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Sementara itu menurut Garragham (Abdurrahman, 1999:43-44) menyatakan bahwa, metode penelitian sejarah atau yang lazim disebut metode sejarah merupakan seperangkat aturan atau prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis.


(23)

Menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsudin (2007: 89) disebutkan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. 6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :

1. Heuristik

Heuristik merupakan kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang menjadi kajian penelitian. Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein, yang artinya memperoleh (Abdurahman, 2007: 64). Menurut pendapat Hellius Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis.

Dalam tahap heuristik ini penulis mengumpulkan sumber yakni dengan mencari sumber lisan maupun tulisan. Penulis mengunjungi beberapa narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Selain itu, penulis juga mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi diantaranya perpustakaan


(24)

Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan Batu Api, perpustakaan daerah Majalengka, perpustakaan Santi Asromo. Penulis juga melakukan browsing internet untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan untuk pengkajian permasalahan yang dikaji.

2. Kritik dan analisis sumber

Kritik, yakni kegiatan meneliti sumber-sumber, baik substansi maupun bentuknya. Ada dua macam kritik dalam penelitian sejarah yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah. (Sjamsuddin,2007 : 132).

Adapun yang dimaksudkan dengan kririk eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin,2007 : 133). Selain itu, menurut Dudung Abdurahman (2007: 68-69) aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? Khusus mengenai buku, penulis akan melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.

Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya menekankan aspek ”dalam” yaitu isi dari sumber kesaksian (testimoni). Setelah fakta kesaksian (fact of testimony) ditegakan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu (Sjamsuddin, 2007 : 143). Menurut Ismaun (2005: 50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di


(25)

dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian diambillah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber. Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Dengan demikian kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi dari sumber sejarah.

Dalam tahap ini penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, browsing internet, sumber lisan dan tulisan, maupun dari penelitian terdahulu serta sumber lainnya. Menurut Hellius Sjamsuddin (2007: 131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.

3. Interpretasi

Dalam langkah ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan cara melakukan penafsiran terhadap data dan fakta dengan konsep-konsep yang telah ada sebelumnya.


(26)

Dalam penafsiran ini penulis memberikan pemaknaan terhadap data dan fakta yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dibuat hubungan satu sama lain. Data dan fakta yang telah diseleksi untuk selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar dalam penyusunan proposal. Dalam kegiatan ini, penulis memberi penekanan penafsiran terhadap data dan fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah diseleksi dan dianggap relevan dengan kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik. Dalam proses interpretasi, peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa (Abdurahman, 2007: 74).

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003: 100). Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu politik dan sosiologi.

4. Historiografi

Historiografi merupakan langkah terakhir dari penulisan ini. Dalam langkah terakhir penulis menyajikan hasil penelitiannya setelah melakukan tiga langkah sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang mengacu pada kaidah penulisan karya ilmiah. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2007: 76). Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).


(27)

Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah teknik wawancara dan studi literatur. Teknik wawancara dilakukan dengan cara melaksanakan wawancara kepada narasumber yang berkaitan. Teknik studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji dari berbagai buku yang dapat membantu penulis dalam mengkaji permasalahan yang diteliti.

Wawancara dilakukan kepada keluarga K.H. Abdul Halim sendiri dan juga mantan santri dari K.H. Abdul Halim. Teknik wawancara yang dilakukan yaitu wawancara formal dan informal yang diawali dengan membuat daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh narasumber. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung terhadap keluarga K.H. Abdul Halim sendiri yaitu kepada K.H. Cholid Fadlullah yang merupakan cucu K.H. Abdul Halim. K.H. Cholid Fadlullah adalah cucu K.H. Abdul Halim dari anaknyanya yang bernama Siti Fatimah yang menikah dengan Abdul Kohar. Penulis juga melakukan wawancara terhadap para narasumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah Ustadz Fatah, dan Haji Ahmad Alie yang merupakan mantan santri K.H. Abdul Halim. Pertanyaan yang diajukan oleh penulis lebih dikhususkan mengenai latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim dan kiprah K.H. Abdul Halim di dalam bidang politik.

Selain wawancara, studi literatur pun dilakukan untuk mendukung informasi-informasi yang didapat dari wawancara dengan merujuk pada buku-buku referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Teknik penelitian terakhir yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang didapat yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

Penulis mencoba memaparkan berbagai langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah yang dilakukan terbagi dalam tiga tahap, yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.


(28)

3.2 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa hal yang penulis lakukan dalam tahap ini. Langkah awal dari proses ini adalah penentuan metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang digunakan adalah studi literatur, wawancara, dan dokumentasi.

Persiapan penelitian merupakan tahapan awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang penulis lakukan adalah menentukan tema. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis terhadap tokoh ulama asal Majalengka, yaitu K.H. Abdul Halim. Penulis mengajukan tema mengenai kiprah tokoh dan juga pahlawan nasional yang berasal dari Majalengka, yaitu K.H. Abdul Halim yang kemudian dijabarkan dalam judul “Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun

1912-1955” kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan

Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.

Alasan penulis mengajukan judul tersebut karena penulis merasa tertarik dengan sosok K.H. Abdul Halim yang merupakan ulama asal Majalengka yang banyak melakukan gerakan perubahan dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan juga politik. Sebenarnya judul ini adalah judul skripsi yang kedua, karena judul pertama yaitu tentang peranan K.H. Abdul Halim dalam bidang pendidikan yang penulis ajukan ketika mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah sudah banyak yang menulis. Kemudian, dosen mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah menyarankan kepada penulis untuk mengkaji kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik.


(29)

Penulis lebih memfokuskan kajian penulisan skripsi ini pada Kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik dari masa penjajahan sampai dengan kemerdekaan. Langkah selanjutnya setelah judul tersebut disetujui oleh TPPS, penulis mulai menyusun suatu rancangan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk proposal skripsi untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini penulis mulai mengumpulkan data mengenai tema yang akan dikaji. Penulis membaca sumber-sumber tertulis dan melakukan diskusi dengan tokoh PUI yang ada di Majalengka, diantaranya adalah Bapak Mahmud Yunus dan juga Bapak Ikhsan Syah Gunawan yang merupakan Kepala Sekolah Santi Asromo, sekolah yang didirikan oleh K.H. Abdul Halim. Selanjutnya, setelah memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal skripsi.

Proposal penelitian yang telah dibuat kemudian diajukan kepada TPPS dan dipresentasikan pada seminar proposal skripsi tanggal 11 September 2013. Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No. 011/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Dr. Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing II. Pada dasarnya sistematika dari proposal rencana penelitian ini memuat :

1. Judul penelitian

2. Latar belakang masalah 3. Rumusan masalah 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat penelitian 6. Kajian pustaka 7. Metode penelitian

8. Struktur Organisasi Skripsi 9. Daftar Pustaka


(30)

3.2.3 Mengurus Perizinan Penelitian

Mengurus perizinan merupakan tahapan yang dilakukan penulis untuk mempermudah dan memperlancar penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk kelancaran penelitian, penulis memerlukan adanya surat keterangan dari pihak universitas, dalam hal ini pihak Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS). Surat ini dibuat sebagai bukti yang dapat menjelaskan dan memperkuat bahwa penulis merupakan salah satu mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, baik yang berhubungan dengan instansi maupun perorangan. Adapun surat izin penelitian tersebut antara lain ditujukan kepada:

1. Pimpinan Daerah PUI Kabupaten Majalengka, 2. Tokoh-tokoh yang terkait dengan kajian penelitian,

3. Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Mufidah Santi Asromo, 4. Keluarga Besar K.H. Abdul Halim

3.2.4 Proses Bimbingan

Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan proses bimbingan baik dengan pembimbing I maupun pembimbing II. Proses bimbingan ini merupakan hal yang penting dan sangat diperlukan dalam menemukan langkah yang tepat dalam penyusunan skripsi. Penulis dapat berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi untuk mendapatkan arahan baik berupa komentar ataupun perbaikan dari kedua pembimbing. Bimbingan dilakukan bersama pembimbing I yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan pembimbing II Bapak Dr. Encep Supriatna, M.Pd. Proses bimbingan ini sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini. Dari bimbingan tersebut, penulis banyak memperoleh pengetahuan mengenai kekurangan dalam penelitian skripsi ini.

3.2.5 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Wawancara dilakukan untuk dijadikan data pelengkap atas data-data pustaka yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka


(31)

terlebih dahulu harus direncanakan dalam rancangan penelitian yang dapat berguna bagi kelancaran penelitian. Adapun perlengkapan penelitian ini antara lain:

1. Surat izin penelitian dari dekan FPIPS 2. Pedoman wawancara

3. Alat perekam (Tape Recorder) 4. Kamera foto

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahapan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode historis. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan beberapa tahap penelitian, yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Pada tahap ini, penulis berusaha mencari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber yang penulis cari dan temukan adalah berupa literature serta sumber lisan yang terkait dengan masalah yang penulis kaji. Dalam tahap ini penulis berusaha mengakses institusi-institusi terkait yang dapat memberikan referensi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, baik berupa sumber tertulis maupun sumber lisan (oral

history). Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dibawah ini :

3.3.1.1 Sumber Tertulis

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah dimulai sekitar bulan Juni 2013. Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan K.H. Abdul Halim. Pada tahapan ini, penulis berusaha untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang menunjang berupa buku-buku, dokumen dan hasil penelitian terdahulu. Selain itu, penulis juga melakukan pencarian sumber melalui browsing di internet sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai


(32)

penelitian yang dikaji. Dalam pencarian sumber-sumber tersebut, penulis mendatangi berbagai perpustakaan, toko buku, dan orang-orang yang telah melakukan penelitian terdahulu tentang K.H. Abdul Halim. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dan memperoleh buku yang berkaitan tentang Politik Islam di Indonesia yaitu Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 karangan Deliar Noer.

2. Penulis mengunjungi Perpustakaan Santi Asromo dan memperoleh buku yang berkaitan dengan K.H. Abdul Halim, buku yang diperoleh adalah buku KHA Halim Iskandar dan Pergerakannya karangan S. Wanta.

3. Penulis mengunjungi Perpustakaan Umum Majalengka, buku yang diperoleh adalah Chuo Sangi-in: Dewan Pertimbangan Pusat Pada Masa Pendudukan Jepang karangan Herkusumo dan buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2 karangan Sartono Kartodirdjo.

4. Penulis mengunjungi Perpustakaan Batu Api, buku yang diperoleh adalah Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada masa Pendudukan Jepang karangan H.J. Benda, Dasar-dasar Ilmu Politik karangan Miriam Budiardjo, dan Teori Politik Modern karangan S.P. Varma.

3.3.1.2 Sumber Lisan

Sumber lisan ini dikategorikan sebagai sejarah lisan (oral history) karena merupakan perkataan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai (saksi mata). Pada tahap ini, penulis mulai mencari narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang menandai untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pihak keluarga besar K.H. Abdul Halim dan juga beberapa tokoh yang terkait dengan tema skripsi.

Dalam pengumpulan narasumber untuk wawancara sebenarnya tidak hanya dibatasi. Dalam hal ini penulis menggunakaan snowball throwing, yaitu


(33)

dari jumlah subjek yang sedikit, semakin lama berkembang semakin banyak. Dengan menggunakan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi subjeknya akan terus bertambah sesuai kebutuhan dan terpenuhinya informasi. Dengan demikian maka akan mendapatkan berbagai sumber yang sesuai dengan pembahasan dalam penulisan skripsi

Pada umumnya pelaksanaan wawancara ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan wawancara yang tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur adalah wawancara yang berdasarkan pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini mencakup daftar pertanyaan penelitian yang telah direncanakan dan telah disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari permasalahan pokok yang akan ditanyakan. Sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak terencana dan wawancara tersebut tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan yang diajukan dalam instrumen wawancara.

Keuntungan penggabungan antara teknik wawancara terstruktur dengan yang tidak terstruktur adalah tujuan wawancara menjadi lebih terfokus, dan lebih mudah diperoleh, serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya. Dalam pelaksanaannya, penulis menggabungkan kedua cara tersebut yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak terstruktur yaitu penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada para narasumber.

Dalam menentukan narasumber yang akan diwawancara, maka penulis melakukan penjajakan dan pemilihan sumber informasi yang diperkirakan dapat dijadikan sumber dalam penulisan skripsi ini. Menurut Kartawiriasaputra (1996 : 41), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan narasumber, yaitu faktor mental dan fisik (kesehatan), perilaku (kejujuran dan sifat sombong), kelompok usia yaitu umur yang cocok, tepat, dan memadai.


(34)

Adapun yang menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu narasumber dari pihak keluarga dan mantan santri K.H. Abdul Halim, yaitu sebagai berikut:

1. K.H. Cholid Fadlullah

Beliau merupakan cucu dari K.H. Abdul Halim. K.H. Cholid Fadlullah adalah cucu K.H. Abdul Halim dari anaknya yang bernama Siti Fatimah yang menikah dengan Abdul Kohar. Beliau merupakan orang yang mengetahui tentang latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim dan sepak terjangnya dalam dunia politik.

2. Ustadz Abdul Fattah

Beliau merupakan mantan santri kepercayaan K.H. Abdul Halim. Beliau mengetahui tentang kehidupan K.H. Abdul Halim dan juga kiprahnya dalam bidang politik.

3. Haji Ahmad Alie

Beliau merupakan mantan santri K.H. Abdul Halim. Beliau mengetahui tentang kehidupan K.H. Abdul Halim dan juga kiprahnya dalam bidang politik.

Beberapa narasumber tersebut merupakan tokoh-tokoh yang terkait dengan K.H. Abdul Halim. Oleh karena itu, sangat cocok jika penulis mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim, bagaimana latar belakang K.H. Abdul Halim mulai terjun dalam dunia politik, serta bagaimana pemikiran dan kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik.

Adapun wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara langsung, yaitu dengan mendatangi tempat tinggal para narasumber setelah terjadinya kesepakatan mengenai waktu dan tempat dilakukannya wawancara. Teknik wawancara individual ini dipilih mengingat kesibukan narasumber yang berbeda satu sama lainnya sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakan wawancara secara simultan. Selain itu, faktor usia juga menjadi penghambat, sehingga tidak memungkinkan untuk mempertemukan semua narasumber dalam suatu tempat.


(35)

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan, selanjutnya adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik kritik eksternal maupun kritik internal. Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, internet, maupun sumber tertulis lainnya yang relevan. Tujuan dilakukannya kritik eksternal dan kritik internal yaitu untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, dan menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau meragukan.

3.3.2.1. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah secara terinci. Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak sala mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsudin, 2007: 134).

Dalam penulisan skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri. Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer contohnya adalah buku karya S. Wanta (1986) yang berjudul KHA Halim Iskandar dan Pergerakannya. Sedangkan buku yang digolongkan kepada sumber sekunder diantaranya adalah: buku karya Deliar Noer (1991) yang berjudul Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.


(36)

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak. Kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku yang ditulis oleh S. Wanta (1986) yang berjudul KHA Halim Iskandar dan Pergerakannya. S. Wanta merupakan salah seorang saksi hidup berdirinya organisasi Persatuan Umat Islam (PUI). Persatuan Umat Islam merupakan hasil fusi antara Perikatan Umat Islam (PUI) yang dipimpin oleh K.H. Abdul Halim di Majalengka dan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) pimpinan K.H. Ahmad Sanusi di Sukabumi. Waktu itu, S. Wanta merupakan anggota delegasi termuda dari kelompok Perikatan Umat Islam (PUI) Majalengka. Selain itu, S. Wanta merupakan anggota dewan penasihat organisasi Pengurus Pusat PUI berdasarkan hasil mu`tamar XI tahun 2004 di Jakarta.

Kritik eksternal yang kedua penulis lakukan terhadap buku yang berjudul berjudul Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942 yang ditulis oleh Deliar Noer (1991). Deliar Noer merupakan sosok intelektual Islam yang tidak bisa dilepaskan dari gerakan Islam dan kenegaraan. Deliar Noer pernah menjabat sebagai ketua umum HMI pada tahun 1952-1953. Pada masa era reformasi ia menjabat juga sebagai ketua umum PUI (Partai Umat Islam) yang berhaluan Islam. Deliar Noer banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan politik dan pergerakan Islam di Indonesia.

Kritik ekstern terhadap sumber lisan dilakukan terhadap sejumlah narasumber yang dijadikan responden dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya faktor usia dan kaitannya dengan penelitian yang sedang diteliti. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sjamsudin (1996: 133) yang mengutip dari Lucey (1984: 46) sebelum sumber-sumber sejarah dapat digunakan dengan aman, paling tidak ada lima pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan, yaitu:

1. Siapa yang mengatakan itu?

2. Apakah dengan satu cara atau cara lain kesaksian itu telah dirubah? 3. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?


(37)

4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata (witness) yang kompeten; apakah ia mengetahui fakta itu?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?

Dalam hal ini, penulis melakukan kritik terhadap faktor luar dari narasumber, misalnya usia. Contoh kritik eksternal terhadap sumber lisan adalah saat penulis bertanya mengenai sosok K.H. Abdul Halim, kapan dan dimana K.H. Abdul Halim dilahirkan, serta bagaimana kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik, responden menjawab dengan berbagai macam jawaban. Jika hal itu terjadi, maka penulis mengambil jawaban dengan melihat dan mempertimbangkannya dari faktor usia.

3.3.2.2. Kritik Internal

Kritik Internal adalah cara pengujian dari isi sumber sejarah. Kritik Internal lebih menekankan pada isi yang terkandung dalam sumber sejarah. Kritik internal atau kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya (Ismaun, 2005 : 50). Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun sumber lisan.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan kritik internal terhadap sumber tertulis dengan cara membandingkan isi sumber yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, penulis membandingkan sumber tertulis dari setiap buku atau hasil kajian penelitian sebelumnya apakah setiap isi sumber dan kajian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan antara satu kajian dengan kajian lainnya. Pokok pikiran apa saja yang terkandung dalam setiap kajian dari beberapa penulis dan apa yang menjadi fokus kajiannya.

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber, dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Kritik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis


(38)

lakukan terhadap buku yang ditulis oleh S. Wanta (1986) yang berjudul KHA Halim Iskandar dan Pergerakannya dan oleh Deliar Noer (1991) yang berjudul Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942.

Dalam bukunya, S. Wanta memaparkan mengenai latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim sampai dengan kiprah dan sepak terjangnya dalam dunia politik. K.H. Abdul Halim merupakan salah satu ulama yang melakukan gerakan pembaharuan Islam di Majalengka. Hal yang sama diungkapkan juga oleh Deliar Noer bahwa K.H. Abdul Halim merupakan salah satu ulama yang berasal dari Majalengka dan banyak melakukan gerakan pembaharuan Islam di Majalengka.

Dalam proses ini, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua buku tersebut. Penulis harus menilai apakah buku-buku tersebut banyak memuat unsur subjektivitas penulisnya atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan untuk meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga interpretasi penulis akan lebih objektif.

Adapun dalam melaksanakan kritik internal terhadap sumber lisan, penulis lakukan dengan melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi. Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007 : 148). Dalam melakukan kritik internal terhadap sumber lisan, penulis lakukan dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokkan dari fakta-fakta yang ada. Kritik internal yang dilakukan terhadap sumber lisan, penulis gunakan untuk melihat kebenaran informasi yang diungkapkan oleh narasumber. Kritik ini dilakukan dengan cara mengadakan kaji banding (cross check) antara hasil wawancara narasumber yang satu dengan narasumber lainnya. Selain itu, penulis juga melakukan kritik dengan cara melihat ketetapan jawaban hasil wawancara dengan narasumber.

Dilakukannya kritik intern ini bertujuan untuk melihat layak atau tidaknya isi dari sumber-sumber yang diperoleh untuk dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini. Untuk mencapainya, penulis melakukan kritik oral history hasil wawancara dengan melihat konsistensi informasinya. Selain itu, penulis juga


(39)

melakukan cek informasi atau cross checking yaitu dengan membandingkan narasumber yang satu dengan narasumber lainnya.

3.3.3 Interpretasi

Setelah melakukan kritik sumber, maka tahapan selanjutnya yaitu melaksanakan tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Dari sumber-sumber yang telah diperoleh, banyak didapatkan informasi tentang masalah yang diteliti. Kemudian sumber yang telah diperoleh tersebut dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga menyusun fakta-fakta sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti politik dan sosiologi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.

Dalam tahapan ini, penulis menyusun fakta-fakta yang berhubungan dengan K.H. Abdul Halim dan juga kiprahnya dalam bidang politik tahun 1912 sampai dengan tahun 1955. Setelah fakta-fakta tersebut disimpulkan berdasarkan dengan data yang diperoleh, maka fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan, sehingga fakta-fakta tersebut tidak berdiri sendiri tetapi dirangkai menjadi rekonstruksi peristiwa masa lampau yang diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap pokok permasalahan penelitian. Penafsiran dilakukan berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh, baik itu sumber tertulis maupun sumber lisan.

3.3.4 Historiografi

Tahap terakhir dari penulisan skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil peneltian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam metodologi sejarah, lazim


(40)

disebut historiografi. Dalam tahapan ini, selururh daya pikiran dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007 : 156).

Historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan judul “Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955”. Skripsi ini penulis susun dengan gaya bahasa yang sederhana, ilmiah dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan. Sedangkan untuk teknik penulisanya, penulis menggunakan sistem Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan Karya ilmiah UPI 2012.

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang telah diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah materi atau bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan dan terakhir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yaitu :

Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis yang berisi tentang latar belakang masalah, mengapa penulis memilih masalah mengenai kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik tahun 1912-1955. Selanjutnya rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian.

Bab dua terdiri dari tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam


(41)

skripsi tersebut. Dalam bab dua ini dipaparkan mengenai berbagai referensi yang berhubungan dan relevan dengan tema skripsi.

Bab tiga terdiri dari metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan langkah-langkah, metode, dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini secara lengkap.

Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi, dan analisis. Penulis memaparkan pembahasan mengenai kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik tahun 1912-1955 yang dikembangkan dalam sub bab-sub bab sesuai dengan keperluan penelitian. Dalam bab ini penulis mendeskripsikan mengenai Kiprah K.H. Abdul Halim Dalam Bidang Politik Tahun 1912-1955. Dimulai dari latar belakang kehidupan K.H. Abdul Halim kemudian pemikiran-pemikiran politik K.H. Abdul Halim dan kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang politik dari masa penjajahan sampai dengan masa kemerdekaan Indonesia.

Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap permasalahan secara keseluruhan.


(1)

133

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam mengangkat sosok tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Majalengka yaitu K.H. Abdul Halim yang kurang begitu dikenal oleh masyarakat Majalengka. Selain itu, melalui penelitian ini dapat memperkaya tulisan-tulisan tentang perjuangan dan kiprah K.H. Abdul Halim khususnya dalam bidang politik dan juga hasil tulisan ini diharapkan menjadi sumbangan informasi terhadap perjuangan dan pengaruh pemikiran K.H. Abdul Halim dalam bidang politik. Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. Pembahasan tersebut adalah mengenai peranan dan kiprah K.H. Abdul Halim dalam bidang ekonomi dan sosial, karena sebelum aktif dan terjun dalam dunia politik, K.H Abdul Halim juga berperan dan aktif dalam bidang ekonomi.


(2)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka Sumber Buku:

Abdurahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos. Al-Maududi, A.A. (1988). Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan.

Anderson, B. (1988). Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Arinanto, S. (2010). “Piagam Jakarta dan Cita-Cita Negara Islam”, dalam Menggugat

Sejarah. Bandung: Sega Arsy.

Azra, A. (2002). Reposisi Hubungan Negara dan Agama Merajut Hubungan Antar Umat. Jakarta: Buku Kompas.

Benda, J.H. (1985). Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Pustaka Jaya.

Boland, J.B. (1985). Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1972. Jakarta: Grafiti Pers. Budiardjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia Pers.

Herkusumo. (Tanpa Tahun). Chuo Sangi In: Dewan Pertimbangan Pusat Pada Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Rosda Jaya Putra.

Hernawan, W. (2007). Teologi K. H. Abdul Halim; Ikhtiar Melacak Akar-Akar Pemikiran Teologi Organisasi Massa Islam Persatuan Ummat Islam (PUI). Bandung: PW PUI Jawa Barat.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Pers.

Jurdi, S. (2010). Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern: Teori, Fakta, dan Aksi Sosial. Jakarta: Kencana.


(3)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kahin-McTurnan, G. (2013). Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.

Kartika, N. (2007). Sejarah Majalengka; Sindangkasih-Maja-Majalengka. Jatinangor: Uvula Press.

Kartawiriasaputra, S. (1996). Oral History (Sejarah Lisan Suatu Pengantar). Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Kartodirdjo, S. (1992). Ratu Adil. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kartodirdjo, S. (1999). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. Jakarta: Gramedia. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Lubis, N. et al. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Cabang Jawa Barat.

Mahrus, E. dan Kurniawan, S. (2011). Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Noer, D.(1982). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Noer, D. (2000). Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Mizan.

Notosusanto, N. dan Poesponegoro D.M. (1993). Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.

Notosusanto, N. dan Poesponegoro D.M. (1993). Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Pringgodigdo, A.K. (1980). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian rakyat.

Raliby, O. (1953). Documenta Historica; Sedjarah Dokumen dari Pertumbuhan dan Perdjuangan Negara Republik Indonesia Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang. Ricklefs, MC. (1999). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada


(4)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Santosa-O, K. (2010). “Sarekat Islam (SI) dan Kebangkitan Nasional”, dalam Menggugat Sejarah. Bandung: Sega Arsy.

Sewaka, R. (1955). Tjorat Tjoret dari Zaman ke Zaman. Bandung. Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Sukarsa, D.(2007). Potret K.H. Abdul Halim Dalam Eksistensi Nasionalisme dan Perbaikan Umat (1887-1962). Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.. Sunanto, M. (2012). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suryanegara, M. A. (2010). Api Sejarah. Bandung: Salamadani.

Suryanegara, M. A. (1996). Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Syam, F. (2010). Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Varma, S.P. (1990). Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali.

Wanta, S. (1986). KHA Halim Iskandar dan Pergerakannya. Majalengka: PB PUI. Wirosardjono, S. (1995). Dialog dengan Kekuasaan: Esai-esai tentang Agama,

Negara dan Rakyat. Bandung: Mizan.

Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumber E-book:

Anshari, E, S. (1997). Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsesus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949). Jakarta: Gema Insani Prees.


(5)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Effendy, B. (2011). Islam dan Negara: Transformasi dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Democracy Project.

Falah, M. (2008). Riwayat Perjuangan K.H. Abdul Halim. Bandung: Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Lubis, N. et al. (2011). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Cabang Jawa Barat.

Maarif, A. S. (1996). Islam dan Politik, Teori Belah Bambu Masa demokrasi Terpimpin (1959-1965). Jakarta : Gema Insani Press.

Rais, M. D. (2001). Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Sukamto. (2008). Dinamika Politik Islam di Indonesia: Dari Masa Orde Baru Sampai Masa Reformasi. Bandung: Enlightenment.

Sumber Jurnal:

Abbas, N. (2010). Pemikiran dan Teori Politik Abu Al-A`la Al-Maududi. Dalam Jurnal Al-Risalah [Online], Vol 10 (1), 20 halaman.

Tersedia:

http://www.uin-alaudin.c.id/download-15.%20al

maududi%20(nurlaela%20abbas)%2015 8-174.pdf [15 Mei 2014]

Sholikhin, A. (2012). Pemikiran Politik Negara dan Agama “Ahmad Syafii Ma`arif ”. Dalam Jurnal Politik Muda [Online], Vol 2 (1), 10 halaman.

Tersedia:

http://journal.unair.ac.id/article_4713_media80_category80.html [10 Mei 2014]

Zionis, R.M. (2010).Konsep Kenegaraan Dalam Islam: Perdebatan Relasional Yang Tak Kunjung Tuntas. Dalam Jurnal Falasifa, Vol 1 (2), 19 halaman.

Tersedia:

http://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/8-rijal-mumazziq-zionis-konsep-kenegaraan-dalam-islam-perdebatan-relasional-yang-tak-kunjung-tuntas.pdf [11 Mei 2014]


(6)

Norri s Noer Herwandy, 2014

KIPRAH K.H ABDUL HALIM DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1912-1955

Uni versitas Pendidikan I ndonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gunawan-Iksan, S.(2012).Pembaharuan Pendidikan Islam di Majalengka (Telaah Atas Pemikiran K.H. Abdul Halim). Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (tidak diterbitkan)

Jalaludin. (1990). Santi Asromo K.H. Abdul Halim, Studi Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (tidak diterbitkan)

Narasumber:

1. K.H. Cholid Fadllulah, S.H (79 tahun). Pondok Pesantren Santi Asromo. Cucu dan Mantan Santri K.H. Abdul Halim. Wawancara dilakukan pada hari Minggu tanggal 2 Maret 2014.

2. Ustadz Abdul Fattah (80 tahun). Desa Cicalung, Maja. Mantan Santri K.H. Abdul Halim. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu tanggal 22 Februari 2014. 3. Drs. H. Ahmad Alie (68 tahun). Desa Garawastu, Kecamatan Sindang. Mantan

Santri K.H. Abdul Halim. Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014.