KIPRAH AMIR SYARIFFUDIN DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN SAMPAI TAHUN 1948.
KIPRAH AMIR SYARIFFUDIN DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN SAMPAI TAHUN 1948
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
AGIL WAHYU WASKITHA 08406244037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
(2)
ii
(3)
(4)
iv PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Agil Wahyu W
NIM : 08406244037
Program Studi : Pendidikan Sejarah Jurusan : Pendidikan Sejarah Fakultas : Ilmu Sosial
Judul : Kiprah Amir Syariffudin dalam Politik dan Pemerintahan Sampai Tahun 1948
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil pekerjaan penulis sendiri dan sepanjang pengetahuan penulis tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau telah ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di Perguruan Tinggi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang penulis ambil sebagai acuan dengan mengikuti kaidah ilmiah yang lazim. Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar, tanggung jawab sepenuhnya berada ditangan penulis.
Yogyakarta, 13 Maret 2014 Yang Menyatakan,
Agil Wahyu Waskitha NIM. 08406244037
(5)
v MOTTO
Kalau hidup tidak perlu etika,
maka ia adalah yang menolak kalah dan tertunduk (Muhhamad Al-fayadl)
TAT TWAM ASI ( Falsafah Hindu )
(6)
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk
almarhum Ibuku Titik W, dan juga almarhum BapakkuMartono I.D Terimakasih atas segala perjuangan dan do’a selama ini.
Dan Ku persembahkan juga untuk Mbak Vita, Mas Candra, dan Mas Didit Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya.
(7)
vii
KIPRAH AMIR SYARIFFUDIN DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN SAMPAI TAHUN 1948
Oleh: Agil Wahyu W NIM. 08406244037
ABSTRAK
Pemerintahan Perdana Menteri Amir Syariffudin merupakan pemerintahan terpendek yang berlangsung hanya sekitar 6 bulan saja yaitu pada 3 Juli 1947 - 23 Januari 1948. Dalam pemerintahan yang singkat peran Amir Syariffudin sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik Indonesia waktu itu. Adapun penelitian skripsi ini mengulas: (1) Riwayat kehidupan Amir Syariffudin (2) Kiprah Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik, (3) Kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir dan pada masa menjabat perdana menteri.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah. (1) Pemilihan Topik, merupakan kegiatan awal dari penelitian guna menentukan tema yang akan diangkat. (2) Heuristik, yakni usaha untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang paralel dengan tema yang hendak diulas. (3) Kritik Sumber, tahap ini berkenaan dengan proses kritis guna menilai kesahihan data. (4) Interpretasi, yakni usaha untuk menemukan makna yang saling beririsan dari sumber-sumber sejarah. (5) Historiografi, merupakan proses untuk menyusun sumber-sumber sejarah yang telah dianalisis menjadi sebuah teks berupa karya sejarah.
Berdasarkan pada hasil analisis melalui kajian literatur, penulis menarik kesimpulan bahwa: (1) Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Tapanuli Selatan. Amir Syariffudin pernah bersekolah di Belanda dan Indonesia yaitu bersekolah di Europeesche Lagere School, Gymnasium, dan Rechtshoogeschool. (2) Amir Syariffudin juga aktif dalam kegiatan pemuda kebangasaan yaitu Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam partai politik Amir Syariffudin tergabung dalam Partai Indonesia, Gerakan Rakyat Indonesia, Gabungan Politik Indonesia, dan Partai Sosialis. Amir Syariffudin juga pernah tergabung dalam Liga Anti Fasis. (3) Dalam masa pemerintahannya pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Menteri Penerangan pada kabinet Sutan Sjahrir. Amir Syariffudin juga dihadapkan dengan agresi militer Belanda dan Perundingan Renvile. Hasil perundingan Renvile inilah yang mendorong jatuhnya Amir Syariffudin dari pemerintahan. Setelah terlempar dari pemerintahan Amir Syariffudin bekerjasama dengan pendukung setianya yang tergabung dalam FDR dan berhasil menjadi pemimpin FDR. Kemudian keterlibatan Amir Syariffudin dalam peristiwa Madiun menyeretnya dalam eksekusi mati.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Kiprah Amir Syariffudin dalam Politik dan Pemerintahan Sampai Tahun 1948. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan semuanya, terima kasih.
2. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta seluruh staf atas izin dan kesempatan yang diberikan. 3. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. M. Nur Rokhman, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah memberikan izin untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Dr. Aman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya selama penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Semua keluarga dirumah atas dukunganya.
(9)
ix
9. Temanku Bom-bom, Udin, Wawan, Waluyo, Dodo, Satria terima kasih atas semuanya.
10. Teman-teman Prodi Pendidikan Sejarah 2008 NR, terima kasih atas dukungan kalian semua semoga persahabatan kita tidak akan putus.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini hingga selesai. Semoga amal kalian diterima oleh Tuhan, dan dicatat sebagai amal yang baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan tangan terbuka. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peminat sejarah. Amin.
Yogyakarta, 13 Maret 2014 Penulis
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Kajian Pustaka ... 9
F. Historiografi yang Relevan ... 13
G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 15
(11)
xi
BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN AMIR SYARIFFUDIN
A. Masa Kecil dan Keluarganya ... 23
B. Masa Pendidikan di Belanda ... 25
C. Masa Pendidikan di Indonesia... 27
BAB III KIPRAH POLITIK AMIR SYARIFFUDIN PADA ORGANISASI DAN PARTAI POLITIK A. Kiprah Politik di Organisasi Kedaerahan ... 35
B. Kiprah Politik di Sumpah Pemuda ... 36
C. Kiprah Politik di Partai Indonesia (PARTINDO) ... 36
D. Kiprah Politik di Bidang Jurnalistik ... 39
E. Kiprah Politik di Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO) ... 41
F. Kiprah Politik di Gabungan Politik Indonesia (GAPI)... 42
G. Kiprah Politik di Liga Anti Fasis ... 44
H. Kiprah Politik di Partai Sosialis ... 48
BAB IV KIPRAH POLITIK AMIR SYARIFFUDIN PADA PEMERINTAHAN SUTAN SJAHRIR DAN PADA MASA MENJABAT PERDANA MENTERI A. Amir Syariffudin ketika menjadi Menteri Penerangan dan Menteri Keamanan Rakyat pada Pemerintahan Sutan Sjahrir ... 53
1. Amir Syariffudin sebagai Menteri Penerangaan ... 53
2. Amir Syariffudin sebagai Menteri Keamanan ... 54
B. Amir Syariffudin pada masa menjabat Perdana Menteri... 59
1. Program dan Kabinet Amir Syariffudin ... 59
(12)
xii
C. Amir Syariffudin pada masa setelah menjabat Perdana Menteri ... 76
1. Amir Syariffudin dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) ... 76
2. Amir Syariffudin dalam Peristiwa Madiun sampai Akhir Hayatnya... 81
BAB V KESIMPULAN ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 91
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Susunan Kabinet Amir Syariffudin... 92
Lampiran 2. Foto Amir Syariffudin... 93
Lampiran 3. Foto Kabinet Amir Syariffudin bersama Presiden Soekarno... 94
Lampiran 4. Foto Amir Syariffudin sedang meninjau pabrik senjata... 95
Lampiran 5. Foto Amir Syariffudin memberikan sambutan... 96
Lampiran 6. Foto Amir Syariffudin bersama Istri dan anak-anaknya... 97
Lampiran 7. Foto Amir Syariffudin dalam peringatan Hari Buruh... 98
Lampiran 8. Foto Amir Syariffudin bersama Wakil Presiden Moh. Hatta, Penasehat Presiden Sutan Sjahrir, dan Menteri Luar Negeri H. Agus Salim... 99
(14)
xiv
DAFTAR SINGKATAN BTI : Barisan Tani Indonesia
ELS : Europeesche Lagere School FDR : Front Demokrasi rakyat GAPI : Gabungan Politik Indonesia GERINDO : Gerakan Rakyat Indonesia GRR : Gerakan Rakyat Revolusi HKBP : Huria Kristen Batak Protestan HTS : Hogere Theologische School IS : Indonesische Studieclub Gebouw KNIL : Koninklijk Nederlands Indische Leger KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat KTN : Komisi Tiga Negara
NICA : Netherlands Indies Civil Administration PARAS : Partai Rakyat Sosialis
PARKINDO : Partai Kristen Indonesia PARSI : Partai Sosialis Indonesia PARTINDO : Partai Indonesia
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PBI : Partai Buruh Indonesia PEPOLIT : Pendidikan Politik Tentara PERMESTA : Perjuangan Rakyat Semesta
(15)
xv PESINDO : Pemuda Sosialis Indonesia PESINDO : Pemuda Sosialis Indonesia PETA : Pembela Tanah Air
PKI : Partai Komunis Indonesia PNI : Partai Nasional Indonesia
PPPI : Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia PRRI : Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia PSI : Partai Sosialis Indonesia
PSII : Partai Syarikat Islam Indonesia RHS : Rechtshoogeschool
RI : Republik Indonesia
RIS : Republik Indonesia Serikat
SOBSI : Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia TKR : Tentara Keamanan Rakyat
TLRI : Tentara Laut Republik Indonesia TNI : Tentara Nasional Indonesia TRI : Tentara Republik Indonesia
(16)
xvi
DAFTAR ISTILAH
Commies : Kepala tata usaha pada kantor Asisten Residen Silindung.
De facto : Menyangkut aspek Kenyataan.
De jure : Berdasarkan Hukum atau keputusan pemerintah. Demokrasi : Suatu bentuk pemerintahan politik yang
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Europeesche Lagere School : Merupakan suatu sekolah dasar Belanda yang
hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan warga negara Belanda serta anak bangsawan dan kaya.
Gunseikan : Kepala Pemerintahan Militer.
Gymnasium : Sekolah Setingkat SMA.
Hogere Theologische School : Sekolah teologi yang ada di Belanda.
Hoofddjaksa : Kepala jaksa.
Indonesische Studieclub Gebouw : Suatu kelompok diskusi yang berada di sebuah rumah jalan Kramat Raya 106. Banyak mahasiswa yang tinggal disini nantinya menjadi tokoh perjuangan Indonesia.
(17)
xvii
Kenpeitai : Satuan Polisi Militer Jepang yang ditempatkan di seluruh wilayah Jepang termasuk daerah jajahan Jepang.
Meester in derechten : Gelar sarjana Hukum di Sekolah Hukum Belanda Netherlands Indies Civil
Administration
: Pemerintah Sipil Hindia Belanda. NICA adalah tentara sekutu yang bertugas mengontrol daerah Hindia Belanda setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada perang dunia II pada pertengahan 14 Agustus 1945. NICA semula didirikan dan berpusat di Australia.
Sendenbu dan Hosokyuku : Kantor Propaganda di Jepang.
Wilde Scholen Ordonantie : Ordorasi Sekolah Liar, dengan adanya ordorasi ini maka pemerintah dapat mengenakan larangan mengajar kepada seorang guru yang dicurigai menanamkan semangat anti penjajahan.
(18)
vii
KIPRAH AMIR SYARIFFUDIN DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN SAMPAI TAHUN 1948
Oleh: Agil Wahyu W NIM. 08406244037
ABSTRAK
Pemerintahan Perdana Menteri Amir Syariffudin merupakan pemerintahan terpendek yang berlangsung hanya sekitar 6 bulan saja yaitu pada 3 Juli 1947 - 23 Januari 1948. Dalam pemerintahan yang singkat peran Amir Syariffudin sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik Indonesia waktu itu. Adapun penelitian skripsi ini mengulas: (1) Riwayat kehidupan Amir Syariffudin (2) Kiprah Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik, (3) Kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir dan pada masa menjabat perdana menteri.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah. (1) Pemilihan Topik, merupakan kegiatan awal dari penelitian guna menentukan tema yang akan diangkat. (2) Heuristik, yakni usaha untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang paralel dengan tema yang hendak diulas. (3) Kritik Sumber, tahap ini berkenaan dengan proses kritis guna menilai kesahihan data. (4) Interpretasi, yakni usaha untuk menemukan makna yang saling beririsan dari sumber-sumber sejarah. (5) Historiografi, merupakan proses untuk menyusun sumber-sumber sejarah yang telah dianalisis menjadi sebuah teks berupa karya sejarah.
Berdasarkan pada hasil analisis melalui kajian literatur, penulis menarik kesimpulan bahwa: (1) Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Tapanuli Selatan. Amir Syariffudin pernah bersekolah di Belanda dan Indonesia yaitu bersekolah di Europeesche Lagere School, Gymnasium, dan Rechtshoogeschool. (2) Amir Syariffudin juga aktif dalam kegiatan pemuda kebangasaan yaitu Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam partai politik Amir Syariffudin tergabung dalam Partai Indonesia, Gerakan Rakyat Indonesia, Gabungan Politik Indonesia, dan Partai Sosialis. Amir Syariffudin juga pernah tergabung dalam Liga Anti Fasis. (3) Dalam masa pemerintahannya pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Menteri Penerangan pada kabinet Sutan Sjahrir. Amir Syariffudin juga dihadapkan dengan agresi militer Belanda dan Perundingan Renvile. Hasil perundingan Renvile inilah yang mendorong jatuhnya Amir Syariffudin dari pemerintahan. Setelah terlempar dari pemerintahan Amir Syariffudin bekerjasama dengan pendukung setianya yang tergabung dalam FDR dan berhasil menjadi pemimpin FDR. Kemudian keterlibatan Amir Syariffudin dalam peristiwa Madiun menyeretnya dalam eksekusi mati.
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Amir Syariffudin adalah tokoh yang menarik untuk diteliti. Dalam sejarah Indonesia ia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang pada masa akhir hidupnya mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia. Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Medan Tapanuli Selatan daerah yang memiliki percampuran antara Kristen dan juga Islam dari pasangan Baginda Soripada Harahap dengan Basoenoe boru Siregar.1 Amir Syariffudin merupakan anak sulung dari tujuh bersaudar yang berasal dari keluarga terkemuka. Adik-adiknya bernama Maslia, Anwar Mahajoedin, Sjarief Bachroem, Arifin Harahap, Fatimah Harahap, Zaenab Harahab.2
Amir Syariffudin semasa kecilnya bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) di Medan pada tahun 1915 Dan berhasil menyelesaikan pendidikan di ELS pada tahun 1921. Ayahnya menginginkan Amir Syariffudin agar mendapatkan pendidikan yang baik dan merencanakan agar Amir Syariffudin dapat meneruskan pendidikannya di Belanda. Ayahnya mengirimkanya ke Belanda dan nantinya Amir Syariffudin akan tinggal dengan saudara sepupunya yang telah lebih dahulu bersekolah di Belanda yakni T.S.G Mulia. T.S.G Mulia
1
Frederick D. Wellem, Amir Sjarifoeddin: Tempatnya dalam Kekristenan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Bekasi: Jala Permata Aksara, 2009, hlm. 30.
2 Ibid.
(20)
2
membawa adik sepupunya itu untuk berdiam bersamanya pada keluarga Smink di kota Haarlem.3
Amir Syariffudin pada akhirnya memilih melanjutkan pendidikannya di sebuah gymnasium Negeri di Harleem karena sangat tertarik dengan bahasa kuno. Amir Syariffudin adalah seorang siswa yang cerdas. Ia popular, memiliki bakat
berorganisasi, dan membawanya pada pemilihan eksekutif masyarakat sekolah Amiticia. Para mahasiswa Indonesia di Belanda secara politis aktif di Perhimpunan Hindia (Indies Association). Akan tetapi Amir Syariffudin terlalu muda untuk ikut ambil peran di organisasi tersebut.
Pada tahun 1927 Amir Syariffudin dapat menyelesaikan pelajarannya pada gymnasium negeri di Leiden.4 Kemudian ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan sekolah hukum di RHS (Rechtshoogeschool). Pada masa di RHS inilah perhatian Amir Syariffudin mulai dicurahkan sepenuhnya kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Amir Syariffudin dengan kawan-kawannya mendiskusikan masalah-masalah politik dan kemasyarakatan.
Perkenalan Amir Syariffudin dengan dunia politik mulai terjadi ketika ia bersekolah RHS. Amir Syariffudin mulai aktif dalam organisasi kedaerahan dan organisasi pemuda yang bersifat nasional, kemudian Amir Syariffudin melanjutkan kiprah politiknya ke dalam partai politik. Amir Syariffudin mulai berkiprah dalam berbagai perkumpulan seperti Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), komite Jong Sumateranen Bond, dan Jong batak. Pada Oktober
3
Ibid, hlm. 34. 4
(21)
3
1928 diadakannya Kongres Pemuda II, Amir Syariffudin sendiri menjadi bendahara yang mewakili Jong Batak.5
Kiprah politik Amir Syariffudin semakin berkembang. Dalam partai politik Amir Syariffudin tergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan partai politik pertamanya. Bagi Amir Syariffudin Partindo lebih sesuai dengan prinsip dan juga ideologinya yaitu tidak mau bekerja sama dengan pemerintahan kolonialis, partai politik yang radikal dan juga non kooperatif. Kemudian ia juga mendirikan partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) sebagai respon dibubarkanya Partindo. Amir Syariffudin dalam mendirikan Gerindo mendapatkan dukungan dari bekas tokoh-tokoh Partindo.6
Masa pendudukan Jepang, Amir Syariffudin menyusun suatu organisasi bawah tanah yang diberi nama Liga Anti Fasis. Seperti yang kita ketahui bahwa Belanda memanfaatkan kebencian Amir Syariffudin terhadap Gerakan Fasis Jepang. Tujuan dari organisasi bawah tanah ini adalah menghancurkan Gerakan Fasis Jepang. Kemudian pada masa inilah Amir Syariffudin ditangkap oleh tentara Jepang, kemudian dipenjara dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang. Setelah itu Amir Syariffudin beserta Sjahrir membentuk Partai Sosialis, partai ini merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia selama dua tahun pertama setelah proklamasi.
5
Mardanas Safwan, Peranan Gedung Keramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda, Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, 1973, hlm. 32.
6
Soebagijo, I.N., Sumanang: Sebuah Biografi. Jakarta: Gunung Agung, 1980, hlm. 26.
(22)
4
Diangkatnya Amir Syariffudin mengantikan Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri dimulai ketika hasil perjanjian Linggarjati yang merugikan Indonesia. Sutan Sjahrir dianggap gagal kemudian partai oposisi maupun pemerintah mulai tidak memberikan dukungan. Dengan sikap dukungan yang tidak menentu dan kondisi pemerintahan negara yang sedang genting akhirnya Sutan Sjahrir mengembalikan mandat kepada presiden. Pada tanggal 27 Juni 1947 Sutan Sjahrir menyerahkan mandatnya kepada presiden, sehingga berakhirlah pemerintahan Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri.
Dalam suasana yang mendesak Presiden memerintah untuk segera membentuk kabinet baru, perintah presiden antara lain berbunyi:
“Saya berpendapat, bahwa selekas mungkin harus dilantik kabinet yang bertanggung jawab. Berhubung hal itu saya minta saudara-saudara berempat membentuk kabinet yang bertanggung jawab itu dengan corak kabinet koalisi yang berdasarkan nasional. Saya minta saudara-saudara telah mengusulkan susunan kabinet kepada saya pada hari besok tanggal 1 Juli sebelum jam 18.00.”7
Kemudian pada tanggal 3 Juli 1947 dilantikanlah kabinet yang baru. Amir Syariffudin bertindak sebagai perdana menteri dengan merangkap sebagai menteri pertahanan.8 Kabinet Amir Syariffudin ini merupakan kabinet koalisi nasional yang kuat karena semua partai dan golongan mendapat pembagian kursi.
7
A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jillid VIII, Bandung: 1978, hlm. 48.
8
(23)
5
Amir Syariffudin adalah seorang tokoh kharismatik. Dia adalah salah satu tokoh yang keras dalam sejarah nasional Indonesia.9 Amir Syariffudin pernah menjabat menteri keamanan rakyat pada kabinet Syahrir I dan menjabat Menteri Pertahanan dalam kabinet Sjahrir II. Dalam era awal pemerintahan, Amir Syariffudin juga termasuk dalam kuartet pemimpin revolusi Indonesia yang saling berpasangan yang terus bergerak dinamis antara Soekarno-Hatta, Sjahrir-Amir Syariffudin, Hatta-Sjahrir, Soekarno-Amir Syariffudin. Menurut Jacques Leclerc salah satu sejarawan Perancis, mengatakan bahwa: “Empat tokoh yang memimpin Indonesia selama bulan-bulan pertama, menurut urutan kehormatan institusional, naik turun kursi perdana menteri beriring-iringan seperti angka-angka sebuah arloji otomatis. Satu demi satu mereka turun, angka mereka masing-masing pun berkurang”. 10
Masa awal pemerintahannya peran dan jasanya dalam kementerian penerangan sangat besar yakni meletakkan dasar-dasar organisasi dalam kementerian ini. Amir Syariffudin berhasil menjadikan kementerian penerangan sebagai kementerian yang membakar semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap nafsu Belanda untuk berkuasa kembali.
Peran Amir Syariffuydin sebagai menteri keamanan rakyat yaitu meletakkan dasar, hakikat, dan sifat daripada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tentara yang diinginkannya adalah suatu tentara yang militan, disiplin,
9
Gerry Van Klinken, Lima Penggerak Bangsa Yang Terlupa, Nasionalisme Minoritas Kristen, Yogyakarta: LKIS, 2010, hlm. 169.
10
Jaques Leclerc, Mencari Kiri Kaum Revolusi Indonesia dan Revolusi Mereka, Jakarta: Marjin Kiri, 2011, hlm. 47.
(24)
6
dan memiliki semangat berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Kepentingan bangsa dan negara harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi. Amir Syariffudin menginginkan agar di Indonesia hanya terdapat satu kesatuan tentara yakni TKR (Tentara Keamanan Rakyat).11 Akan tetapi untuk pembentukan TKR, Amir Syariffudin harus bertindak hati-hati karena situasi Republik Indonesia telah melahirkan banyak kesatuan perjuangan.12
Amir Syariffudin menjadi perdana menteri, ia gigih mempertahankan hidup Republik Indonesia, dua perkara yang dipertahankannnya adalah Belanda harus mengakui Indonesia secara de facto dan masalah keamanan dalam negeri adalah tanggung jawab negara Indonesia sendiri. Kabinet Amir Syariffudin adalah kabinet politis. Beliau lebih mementingkan aspek politis daripada aspek pembangunan sosial ekonomi. Kabinetnya merupakan kabinet raksasa karena semua golongan dan partai politik duduk di dalamnya.
Bulan Juli 1947 Belanda melakukan agresi militer I terhadap Indonesia, tujuan Belanda adalah penghancuran Indonesia. Peristiwa ini memaksa Amir Syariffudin mengadakan perundingan dengan pihak Belanda. Dengan keyakinan bahwa persetujuan Renville dapat menyelamatkan keadaan bangsa Indonesia dari Agresi Militer I Belanda. Tetapi hasil dari perundingan Renville dianggap merugikan bangsa Indonesia. Munculah berbagai reaksi publik. Masyumi dan PNI menarik dukungan mereka terhadap kabinet Amir Syariffudin, begitu juga grub
11
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 219. 12
(25)
7
Syahrir dari PSI. Krisis kabinet tidak dapat dihindarkan, pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Syariffudin beserta kabinetnya mengembalikan mandat.13
Setelah tidak lagi menjabat dikursi pemerintahan, Amir Syariffudin bergabung dengan golongan-golongan oposisi kiri dan tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR). Bersama FDR inilah Amir Syariffudin bergabung dengan Muso untuk menggulingkan Pemerintah Indonesia serta menggantikan dasar negara Indonesia dengan ideologi komunis. Fakta lainya adalah seorang pejuang nasional yang memberontak terhadap pemerintahan yang sah dan mati sebagai pemberontak.14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana latar belakang riwayat kehidupan Amir Syariffudin ?
2. Bagaimana kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik ? 3. Bagaimana kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir
dan pada masa menjabat perdana menteri ?
13
G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius, 1988, hlm. 23.
14
Revolusi memakan anak kandungnya sendiri adalah salah satu sub bab karya Abu Hanifah yang ada dalam: Taufik Abdulah dkk, Manusia Dalam Kemelut Sejarah, Jakarta, LP3ES, 1979, hlm. 50.
(26)
8 C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penulisan ini adalah.
1. Tujuan Umum
a. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahauan dalam bidang sejarah.
b. Sebagai bahan untuk melatih daya pikir yang kritis dan objektif terhadap peristiwa sejarah dalam penulisan karya sejarah.
c. Melatih penyusunan karya sejarah dalam rangka mempraktekan metodologi sejarah yang kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui latar belakang riwayat kehidupan Amir Syariffudin. b. Untuk mengetahui kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan
partai politik.
c. Untuk mengetahui kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir dan pada masa menjabat perdana menteri.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui latar belakang riwayat kehidupan Amir Syariffudin.
(27)
9
b. Pembaca dapat mengetahui kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik.
c. Pembaca dapat mengetahui kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir dan pada masa menjabat perdana menteri.
d.Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis dimasa mendatang.
2. Bagi Penulis
a. Sebagai media melatih kemampuan penulis dalam menuangkan ide-ide ke dalam suatu karya sejarah yang objektif dan komprehensif.
b. Untuk memberikan perluasan wawasan pada diri penulis tentang kiprah Amir Syariffudin dalam politik dan Pemerintahan sampai tahun 1948. c. Sebagai tolak ukur akan kemampuan penulis dalam menganalisis dan
merekontruksi peristiwa sejarah. E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan karya ilmiah, kajian pustaka sangat diperlukan. Kajian pustaka merupakan telaah atas pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.15 Hal ini dimaksudkan supaya peneliti atau penulis dapat mempeoleh data-data atau informasi yang lengkap mengenai permasalahan yang akan dikaji. Adapun literatur yang digunakan penulis sebagai bahan kajian pustaka adalah sebagai berikut ini.
15
Jurusan Pendidikan Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2006, hlm. 3.
(28)
10
Buku yang pertama adalah karya Frederick D. Wellem dengan judul Amir Sjariefoeddin: Tempatnya dalam Kekristenan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Buku ini banyak digunakan untuk membahas riwayat kehidupan Amir Syariffudin. Dalam buku ini disebutkan Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Medan Tapanuli Selatan daerah yang memiliki percampuran antara Kristen dan juga Islam dari pasangan Baginda Soripada Harahap dengan Basoenoe boru Siregar. Sesudah Amir Syariffudin berusia cukup untuk sekolah maka ia memasuki sekolah dasar ELS (Europeesche Lagere School) di Medan pada tahun 1915 dan pada tahun 1917 ia pindah ke ELS di Sibolga. Selanjutnya Amir Syariffudin memilih melanjutkan pendidikannya di Belanda yakni di sebuah gymnasium di kota Harleem. Pada September 1927 Amir Syariffudin kembali ke Hindia Belanda, di Batavia Amir Syariffudin mendaftar di Rechtshoogeschool (RHS) dan berhasil mendapatkan gelar Sarjana Hukum.
Buku setebal 245 halaman ini terdiri dari lima bab. Bagian awal buku ini bercerita tentang riwayat kehidupan Amir Syariffudin seperti latar belakang keluarga, budaya, interaksinya dengan orang-orang dari beragam kalangan dan masa awal studinya. Untuk bagian kedua dan ketiga buku ini berisi riwayat politik pada masa pendudukan Belanda dan Jepang. Pada masa pendudukan Belanda Amir Syariffudin mulai aktif dalam organisasi kedaerahan dan organisasi pemuda yang bersifat nasional. Amir Syariffudin tergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), Gabungan Politik Indonesia (Gapi), dan Partai Sosialis (PS). Sedangkan masa pendudukan Jepang kiprah Amir Syariffudin hanya dalam Liga Anti Fasis selebihnya dihabiskan dalam penjara.
(29)
11
Bagian keempat dan kelima dari buku ini adalah menceritakan masa dimana Amir Syariffudin ketika sebagai menteri penerangan maupun menteri keamanan rakyat pada kabinet Sutan Sjahrir, ketika menjabat perdana menteri dan setelah kabinetnya berakhir.
Untuk buku yang kedua adalah buku karangan Gerry Van Klinken dengan judul Lima Penggerak Bangsa Yang Terlupa, Nasionalisme Minoritas Kristen. Buku ini untuk membahas kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik. Dalam buku ini disebutkan Amir Syariffudin berkenalan dengan dunia politik ketika ia bersekolah di RHS dimana ia tinggal di Jl. Kramat 106, tempat ini dikenal juga dengan Indonesische Studieclub Gebouw (IS). Amir Syariffudin mulai berkiprah dalam berbagai perkumpulan seperti Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), komite Jong Sumateranen Bond, dan Jong batak. kemudian dalam buku ini juga disebutkan Amir Syariffudin melanjutkan kiprah politiknya ke dalam partai politik. Dalam partai politik Amir Syariffudin tergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), Gabungan Politik Indonesia (GAPI), dan Liga Anti Fasis.
Buku ini menguak mengenai 5 tokoh penggerak bangsa yang merupakan kaum minoritas Kristen dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lima tokoh tersebut adalah Ignatius Joseph Kasimo, Sutan Goenong Moelia, Ratu Langre, Albertus Soegijapranata dan Amir Syariffudin. Dalam buku ini Amir Syariffudin dibahas secara khusus dalam satu bab yang berjudul Amir Syariffudin dan Kharisma Nasionalis. Pokok penting dibuku ini adalah latar belakang keluarga aristokrat dan pendidikan Belanda yang membahas secara singkat tentang
(30)
12
keluarga dan pendidikanya. Kemudian point yang kedua adalah aktivitas sekolah hukum di Batavia, yang mana membahas aktivitas sewaktu bersekolah di RHS dan perkenalanya dengan dunia politik. Selain itu point penting dalam buku ini ialah dimana disini banyak dibahas kiprah amir dalam bidang jurnalistik, seperti dibuletin PPPI Indonesia Raja dan buletin Banteng dari Partindo. Selebihnya isi buku ini sama dengan karya Frederick D. Wellem.
Buku yang ketiga digunakan adalah buku karya Soe Hok Gie dengan judul Orang-Orang Dipersimpangan Kiri Jalan. Buku ini digunakan untuk membahas kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan Sutan Sjahrir dan pada masa menjabat perdana menteri. Buku karya Soe Hok Gie akan lebih terfokus pada masa setelah kabinet Amir Syariffudin berakhir. Dari buku ini kita dapat mengetahui bahwa Gie mencoba memberikan gambaran dan penjelasan tentang peristiwa 1948. Melalui buku ini akar permasalahan pemberontakan PKI Madiun dijelaskan sebagai kesenjangan sosial yang muncul semenjak masa pemerintahan Belanda. Masa perhatian-perhatian perjuangan para intelektual masa itu terkonsentrasi pada keinginan mewujudkan kesejajaran, keinginan berinteraksi sosial secara lazim, tanpa tekanan struktruralsasi dan penkelasan modern atau tradisional.
Sementara itu buku Frederick D. Wellem banyak membantu di kiprah politik Amir Syariffudin ketika sebagai menteri penerangan maupun menteri keamanan rakyat pada pemerintahan dan ketika menjabat perdana menteri. Dimana lebih fokus dalam peran konsep pembentukan tentara, sebagai pemberi informasi baik di dalam atau luar negeri mengenai kedaulatan Indonesia, serta
(31)
13
kebijakan politik pada saat menjabat sebagai perdana menteri dan perananya dalam Perundingan Renville.
F. Historiografi yang Relevan
Historiografi adalah rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses menguji dan menganalisis secara kritis semua rekaman dan peninggalan masa lampau.16 Penyajian sebuah rekonstruksi masa lampau diperlukan sumber sebagai modal utama terciptanya suatu karya tulis sehingga penulisannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dengan kata lain, historiografi adalah untuk mensistensiskan data-data dan fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam buku atau artikel maupun dalam perkuliahan sejarah.17
Maksud dari historiografi yang relevan dalam hal ini adalah suatu proses pengumpulan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh sejarawan untuk membedakan tulisan penulis dengan karya orang lain yang dipakai sebagai sumber dalam penulisan skripsi. Beberapa historiografi yang relevan dengan penulisan ini antara lain adalah sebagai berikut ini.
Pertama skripsi karya Surono mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Amir Syarifuddin Dalam Pergolakan Politik Di Indonesia Tahun
16 Louis Gottschalk, “
Understanding History: A Primer of Historical
Me-thod”,Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1975, hlm. 35. 17
Helius Sjamsuddin dan Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Dep-dikbud, 1996, hlm. 16.
(32)
14
1948”. Skripsi ini berisi tentang biografi beserta latar belakang terbentuknya kabinet Amir Syaarifuddin dan masa kabinet Amir Syariffudin. Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis buat yaitu tentang materi kajiannya. Penulis akan lebih menekankan pada kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik (Jong Batak, Jong Sumatera, Sumpah Pemuda, Partindo, Gerindo, GAPI, Liga Anti Fasis dan Partai Sosialis), kemudian kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan dan setelah kabinetnya barakhir 1945-1948. Baik ketika menjadi Menteri dan menjadi Perdana Menteri serta setelah kabinetnya berakhir. Sedangkan skripsi karya Surono lebih fokus pada latar belakang terbentuknya kabinet dan masa kabinet Amir Syariffudin.
Kedua, tugas akhir bukan skripsi karya Setyawan Bentar Kusbuwono yang berjudul “Peranan Politik Amir Syarifuddin pada Masa Awal” Kemerdekaan jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2002. Karya ilmiah ini berisi tentang peran politik Amir Syariffudin pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Perbedaan antara karya ilmiah ini dengan skripsi yang akan penulis buat yaitu tentang materi kajiannya. Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis buat yaitu tentang materi kajiannya. Penulis akan lebih menekankan pada kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik (Jong Batak, Jong Sumatera, Sumpah Pemuda, Partindo, Gerindo, GAPI, Liga Anti Fasis dan Partai Sosialis), kemudian kiprah politik Amir Syariffudin pada pemerintahan dan setelah kabinetnya barakhir 1945-1948. Baik ketika menjadi Menteri dan menjadi Perdana Menteri serta setelah kabinetnya berakhir. Sedangkan karya ilmiah dari Setyawan Bentar
(33)
15
Kusbuwono lebih fokus pada peranan politik Amir Syarifuddin pada masa awal kemerdekaan yaitu ketika menjadi Menteri dan Perdana Menteri.
G. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian berasal dari kata method dalam bahasa inggris yang berarti jalan atau cara. Secara estimologi, metode adalah masalah yang menguraikan tentang cara-cara atau jalan, petunjuk pelaksanaan secara teknis.18 Penelitian sejarah pada dasarnya terikat pada prosedur metode sejarah. Metode sejarah sendiri merupakan aturan serta prinsip sistematis dalam menpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif dan menilainya secara kritis yang dibuat dalam bentuk tulisan. Metode yang digunakan peneliti dalam penulisan sejarah ini adalah metode penelitian menurut Kuntowidjoyo. Adapun tahapan penelitian sejarah menurut Kuntowidjoyo mempunyai lima tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan penulisan.19
a. Pemilihan Topik
Pemilihan Topik dalam penelitian merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian untuk menentukan masalah yang akan dikaji. Penentuan topik harus dipilih berdasarkan kedekatan intelektual dan kedekatan emosional.20 Dua syarat tersebut penting karena akan berpengaruh pada aspek subjektif dan objektif,
18
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 635.
19
Kuntowidjoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, hlm. 91.
20
(34)
16
karena seorang penulis akan bekerja dengan baik apabila penulis menyukai topik yang ada dan mampu menyelesaikan penelitian yang dilakukannya.
b. Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa Yunani (heuriskein) yang berarti mencari atau menemukan dan mengumpulkan jejak masa lampau yang dipakai sebagai data sejarah. Sumber yang digunakan dapat berupa buku-buku, dokumen dimana buku dapat digunakan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah. Sedangkan sumber-sumber sejarah menurut sifatnya dibedakan sebagai berikut.
1) Sumber primer
Sumber primer adalah kesaksian seseorang dengan mata kepala sendiri atau menggunakan alat mekanik seperti diktafon yaitu orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya yang selanjutnya disebut sebagai saksi mata.21 Dalam skripsi ini penulis tidak menemukan sumber lisan maupun sumber tertulis yang bisa dijadikan sebagai sumber primer.
2) Sumber sekunder
Menurut Louis Gottschalk, sumber sekunder adalah sumber kasaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir pada perstiwa yang dikisahkanya.22 Adapun sumber sekunder yang digunakan penulis antara lain sebagai berikut.
21 Louis Gottschalk, “
Understanding History: A Primer of Historical Method”,Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1975, hlm. 37.
22
(35)
17
Frederick D. Wellem, (2009), Amir Sjariefoeddin: Tempatnya dalam Kekristenan Indonesia, Bekasi: Jala Permata Aksara.
Jaques Leclerc, (2011), Mencari Kiri Kaum Revolusi Indonesia dan Revolusi Mereka, Jakarta: Marjin Kiri.
Gerry Van Klinken, (2010), Lima Penggerak Bangsa Yang Terlupa, Nasionalisme Minoritas Kristen, Yogyakarta: LKIS.
Taufik Abdulah dkk, (1979), Manusia Dalam Kemelut Sejarah, Jakarta, LP3ES. c. Kritik sumber (Verifikasi)
Verifikasi adalah kegiatan meneliti untuk menentukan validitas dan reabilitas sumber sejarah melalui kritik ekstern dan intern.23 Mencari kelemahan dan kelebihan dari data yang telah didapat dan memberikan solusi dalam penulisan sejarah. Melalui kritik sumber diharapkan setiap data-data sejarah yang diberikan oleh informan hendak diuji terlebih dahulu validitas dan reabilitasnya, sehingga semua data itu sesuai dengan fakta-fakta sejarah yang sesungguhnya. Sumber yang diperoleh tadi kemudian dikritik secara intern (kredibilitas) dan ekstern (otentisitas).
Kritik intern bertujuan untuk melihat kebenaran isi sumber sejarah yang meliputi kebenaran isi sumber atau dokumen sejarah yang meliputi kritik terhadap isi, situasi saat penulisan, gaya maupun ide. Sedangkan kritik ekstern bertujuan untuk mengetahui keaslian sumber yang meliputi penelitian terhadap bentuk sumber, tanggal, waktu pembuatan, serta siapa pembuat dan pengarangnya. Penulisan akan mendapatkan fakta-fakta sejarah setelah penulis melakukan kritik
23
(36)
18
sumber tersebut. Sehingga kritik sumber dapat dikatakan sangat penting dalam penelitian sejarah.
d. Penafsiran (Interpretasi)
Merupakan langkah untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang diperoleh. Hal ini dilakukan setelah diterapkannya kritik ekstern maupun kritik intern dari data-data yang telah dikelompokkan. Interpretasi juga bisa dikatakan sebagai sumber subyektifitas. Penulis dituntut untuk bisa kreatif dan imajinatif dalam menulis. Interprerasi dibagi menjadi dua tahap yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti meenguraikan yang nanti akan menghasilkan sebuah fakta, sedangkan sintesis adalah menyatukan. Dengan dikumpulkannya data-data yang ada maka akan memunculkan sebuah fakta.24
Pada tahap intepretasi penulis berusaha menguraikan sumber dan mengaitkan fakta kemudian mengolah dan menganalisis dengan menggunakan pendekatan sehingga mempunyai arti dan bersifat logis. Penulis dapat menafsirkan fakta sejarah yang ditemukan dan telah melalui proses verifikasi sehingga dapat menghasilkan sebuah karya. Dalam tulisan ini penulis mencoba melakukan interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh sehingga hasil akhirnya dapat disajikan menjadi suatu karya sejarah tentang kiprah politik Amir Syariffudin.
e. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Historiogrfi merupakan suatu cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejrah
24
(37)
19
yang dilakukan. Penulisan yang akan dilakukan peneliti berdasarkan fakta-fakta yang ada. Kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dapat dilakukan dengan heuristik literatur, yang tidak berbeda hakikatnya dengan kegiatan bibliografis yang lain, sejauh menyangkut buku-buku tercetak.
2. Pendekatan Penelitian
Penulisan sejarah perlu adanya pengkajian metodologi dimana dalam metodologi tersebut diperlukan pendekatan ilmu lainya. Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan untuk mempermudah dalam mengaji suatu masalah, sehingga pendekatan yang bersifat multidimensional perlu digunakan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut.
a. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial adalah merupakan pendekatan yang digunakan untuk menopang dari segi-segi kehidupan sosial yang berkaitan dengan peristiwa yang dikaji serta membantu untuk mengungkapkan unsur-unsur sosial dalam satu deskripsi, yang antara lain berkaitan dengan sumber organisasi pola kekuatan dan sebagainya.25
b. Pendekatan Politik
Pendekatan politik menurut Sartono Kartodirjo, tinjauan politik adalah tinjauan yang menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, hierakri sosial,
25
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993, hlm. 4.
(38)
20
pertentangan kekuasaan dan sebagainya.26 Dalam skripsi ini, pendekatan politik digunakan untuk mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan yang bersifat politik oleh pemerintahan Belanda dan pemerintahan Jepang.
c. Pendekatan Budaya
Pendekatan mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status, gaya hidup dan sistem kepercayaan yang mendasari kehidupan.27 Arti kebudayaan sendiri menurut Koenjaraningrat merupakan sistem sosial yang memuat nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan dan adat istiadat yang memiliki pengaruh besar dalam kostruksi kepribadian seseorang.28 Pendekatan budaya dalam skripsi ini untuk membantu proses analisa terkait pengaruh kebudayaan Kristen, kebudayan Batak dan kebudayaan Belanda, terhadap gagasan Amir Syariffudin.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan tepat dalam skripsi yang berjudul Kiprah Amir Syariffudin dalam Politik dan Pemerintahan Sampai Tahun 1948 memiliki kerangka sebagai berikut.
Bab pertama merupakan pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
26
Ibid, hlm. 4. 27
Ibid. 28
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, 2004, hlm. 1.
(39)
21
pustaka, historiografi yang relevan, metode penelitian dan pendekatan, serta sistematika pembahasan.
Bab kedua menjelaskan tentang latar belakang mengenai siapa sebenarnya Amir Syariffudin, berisi tentang masa kecil beserta latar belakang keluarganya, masa studinya di Europeesche Lagere School, Gymnasium di belanda dan Recthshogeschool di Jakarta. Serta masa perkenalannya dengan agama Kristen, masa sekembalinya di tanah air ketika perpindahnya ke agama Kristen, dan pernikahan dan kehidupan pribadi seorang Amir Syariffudin.
Bab ketiga akan membahas mengenai kiprah politik Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik. Dalam periode ini akan membahas mengenai kiprah politiknya dalam masa kependudukan Belanda dan Jepang yakni tentang kiprah politiknya di Organisasi Kedaerahan, Sumpah Pemuda, Partindo, bidang jurnalistik, Gerindo, Gapi, Partai Sosialis serta Liga Anti Fasis.
Bab keempat diisi oleh kiprah politik Amir Syariffudin ketika sebagai menteri penerangan maupun menteri keamanan rakyat pada kabinet Sutan Sjahrir, ketika menjabat perdana menteri dan setelah kabinetnya berakhir. Dalam periode ini akan membahas peran dalam konsep pembentukan tentara dan sebagai pemberi informasi baik di dalam atau luar negeri mengenai kedaulatan Indonesia, serta kebijakan politik pada saat menjabat sebagai perdana menteri, perananya dalam Perundingan Renville dan bergabungnya Amir Syariffudin dengan FDR. Ditutup dengan keterlibatan Amir Syariffudin dengan peristiwa Madiun sampai akhir hayatnya.
(40)
22
Bab terakhir berisi kesimpulan yaitu menjawab dari rumusan masalah yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, pada bab terakhir ini akan dibahas secara singkat padat dan jelas.
(41)
23 BAB II
RIWAYAT KEHIDUPAN AMIR SYARIFFUDIN A. Masa Kecil dan Keluarga
Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Medan Tapanuli Selatan daerah yang memiliki percampuran antara Kristen dan juga Islam dari pasangan Baginda Soripada Harahap dengan Basoenoe boru Siregar.1 Amir Syariffudin merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga terkemuka. Adik-adiknya bernama Maslia, Anwar Mahajoedin, Sjarief Bachroem, Arifin Harahap, Fatimah Harahap, Zaenab Harahab.2
Ayah Amir Syariffudin pada masa pemerintahan Hindia Belanda menduduki jabatan sebagai kepala jaksa di Sibolga pernah dipindahkan di Medan untuk menjadi commies. Sedangkan nenek Amir Syariffudin yang bernama Soetan Goenoeng Toea. Pada zaman penjajahan Belanda neneknya menduduki jabatan yang penting dan tinggi yakni sebagai kepala jaksa pertama di Tapanuli serta merupakan keturunan raja-raja di Padang Lawas. Soetan Goenoeng Toea dapat menduduki jabatan yang penting itu karena ia memiliki pendidikan yang baik dan ia juga seorang keturunan raja. Namun sepanjang hidup Amir Syariffudin tidak pernah menyandang gelar kebangsaannya sebagai sebuah praktik yang ditegaskannya oleh perkenalannya dengan gerakan nasionalis Indonesia yang egaliter pada tahun 1927.
1
Frederick D. Wellem, Amir Sjarifoeddin: Tempatnya dalam Kekristenan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Bekasi: Jala Permata Aksara, 2009, hlm. 30.
2
(42)
24
Soetan Goenoeng Toea mempunyai beberapa anak perempuan dan empat anak laki-laki. Anak laki-laki adalah Mangaraja Hamonangan, Baginda Hamonangan, Mangaraja Bangoen, dan Baginda Soripada. Mangaraja Hamonangan inilah ayah daripada Prof.Dr.Mr.T.S.G. Mulia yang belajar di negeri Belanda dan nantinya akan membantu Amir Syariffudin pada saat awal bersekolah di Belanda.3 Prof.Dr.Mr.T.S.G. Mulia sendiri selama hidupnya pernah menduduki jabatan yang peting dalam bidang pemerintahan. Prof.Dr.Mr.T.S.G. Mulia pernah menjadi anggota volksraad pada pemerintahan Belanda dan menjadi menteri Pendidikan dan Pengajaran dalam kabinet Sjahrir.4
Ayah Amir Syariffudin, Baginda Soeripada terpaksa berpindah ke dalam agama Islam karena ia hendak menikahi seorang gadis Islam yaitu Basoenoe boru Siregar seorang anak haji yang terkenal dan kaya di Sipirok. Keluarga Siregar memberikan ultimatum bahwa anak gadis mereka dapat menikah dengan Baginda Soeripada jika Soeripada berpindah ke dalam agama Islam. Soetan Goenoeng Toea menyuruh kepada Soeripada agar mempertimbangkan sebaik mungkin sebelum mengambil keputusan. Akhirnya Soeripada memutuskan untuk menikah dengan Basoenoe boru Siregar dan masuk agama Islam.
3
Ibid, hlm. 31. 4
(43)
25
Sesudah Amir Syariffudin berusia cukup untuk sekolah maka ia memasuki sekolah dasar ELS (Europeesche Lagere School)5 di Medan pada tahun 1915 dan pada tahun 1917 ia pindah ke ELS di Sibolga karena ayahnya dipindahkan ke sana. Amir Syariffudin di ELS merupakan anak yang cerdas serta menonjol dibandingkan teman-temannya. Pada tahun 1921 Amir Syariffudin menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS Sibolga.
Ayahnya menginginkan Amir Syariffudin agar mendapatkan pendidikan yang baik dan merencanakan agar Amir Syariffudin dapat meneruskan pendidikannya di Belanda. Ayahnya pun mengirimkannya ke Belanda dan nantinya Amir Syariffudin akan tinggal dengan saudara sepupunya yang telah lebih dahulu bersekolah di Belanda yakni T.S.G Mulia. Mulia membawa adik sepupunya itu untuk berdiam bersamanya pada keluarga Smink di kota Haarlem.6
B. Masa Pendidikan di Belanda
Amir Syariffudin pada akhirnya memilih melanjutkan pendidikannya di sebuah gymnasium Negeri di Harleem karena sangat tertarik dengan bahasa kuno. Pada tahun 1922, Prof.Dr.Mr.T.S.G. Mulia telah menyelesaikan pendidikannya sehingga tinggalah seorang diri Amir Syariffudin di keluarga Smink. Setahun
5
ELS atau Europeesche Lagere School merupakan suatu sekolah dasar Belanda yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan warga negara Belanda serta anak bangsawan dan kaya. Orang Indonesia yang diterima pada sekolah ini hanyalah mereka yang dapat berbahasa Belanda dan dapat membayar uang sekolah yang mahal. Lihat: Frederick D. Wellem, 2009, hlm. 33.
6
(44)
26
kemudian Amir Syariffudin pindah ke kota Leiden dan tinggal di rumah Nyonya A.A van de Loosdrechtt Sizoo bersama beberapa mahasiswa Indonesia di sana.7 Di kota Leiden ini pula Amir Syariffudin melanjutkan sekolah Gymnasium Negeri. Kepindahan Amir Syariffudin ke kota Leiden disebabkan karena keluarga Smink telah memaksa Amir Syariffudin setiap hari Minggu mengikuti kebaktian di gereja, namun Amir Syariffudin tidak pernah menaatinya dan ia menekankan bahwa ia seorang yang beragama Islam dan tidak dapat memenuhi peraturan keluarga ini.
Ketika Amir Syariffudin tinggal di rumah Nyonya A.A van de Loosdrechtt Sizoo ia berkenalan dan berteman dekat dengan Ferdinand Tampubolon. Tampubolon sendiri beragama Kristen, ia banyak menyeritakan tentang Injil kepada Amir Syariffudin. Ketika Tampubolon jatuh sakit ia menghadiahkan Alkitabnya kepada Amir Syariffudin. Tampubolon sendiri akhirnya meninggal dunia di kota Leiden. Pada waktu Amir Syariffudin menerima Injil dari Tampubolon, Amir Syariffudin masih beragama Islam namun mulai tertarik kepada Injil. Menurut kesaksian teman-teman sekolahnya, Amir Syariffudin selalu menekankan bahwa ia adalah seorang Muslim sekalipun selalu memberikan perhatian yang besar untuk soal perbedaan antara agama Islam dan agama Kristen.
Amir Syariffudin adalah seorang siswa yang cerdas. Ia popular, memiliki bakat berorganisasi, dan membawanya pada pemilihan eksekutif masyarakat sekolah Amiticia. Para mahasiswa Indonesia di Belanda secara politis aktif di Perhimpunan
7
(45)
27
Hindia (Indies Association). Akan tetapi Amir Syariffudin terlalu muda untuk ikut ambil peran di organisasi tersebut.
Pada tahun 1927 Amir Syariffudin dapat menyelesaikan pelajarannya pada gymnasium negeri di Leiden.8 Pada gymnasium ia tidak mengalami kesulitan dalam soal bahasa. Bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Yunani dan Latin dengan mudah dapat dikuasainya. Di sekolah ia juga telah menunjukkan kelincahannya berpidato dengan gaya yang menarik sekali.
C. Masa Pendidikan di Indonesia
Pada September 1927 Amir Syariffudin kembali ke Indonesia, walaupun banyak yang mendorongnya untuk masuk universitas di Belanda, namun keluarganya memaksanya untuk pulang. Akhirnya di Batavia Amir Syariffudin mendaftar di Rechtshoogeschool (RHS) dan mendapatkan beasiswa dari pemerintah, untuk mencapai gelar meester in derechten. Selama pendidikanya di RHS ia tinggal disebuah rumah di jalan Keramat Raya 106 milik orang Cina yang bernama Sie Kang Liang.9 Di rumah yang dikenal juga sebagai Indonesische Studieclub Gebouw (IS) ini banyak berdiam mahasiswa dari berbagai sekolah tinggi yang ada di Batavia. Para mahasiswa ini kelak akan menjadi tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Peranan penghuni Gedung Jalan Keramat Raya 106 dalam pencetusan dan pelaksanaan Kongres Pemuda itu sangat besar.
8
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 35. 9
Mardana Safwan, Peranan Gedung Keramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda, 1973, hlm. 43.
(46)
28
Tokoh pemuda yang tinggal di Gedung Jalan Keramat raya 106 diantaranya ialah Muhammad Yamin, A.K.Gani, Asaat, Abu Hanifah, Muhammad Abbas, dan masih banyak lagi. IS sendiri selalu ramai karena mahasiswa dari luar turut berkumpul di sana untuk membaca surat kabar dan berdiskusi tentang masalah-masalah politik dan kemasyarakatan. Pergerakan kebangsaan juga menjadi pusat perhatian mereka bahkan mereka terlibat secara aktif memikirkan masa depan bangsanya serta apa yang harus diperbuat agar bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya.
Pada masa di RHS inilah perhatian Amir Syariffudin mulai dicurahkan sepenuhnya kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Amir Syariffudin bersama-sama dengan kawan-kawannya mendiskusikan masalah-masalah politik dan kemasyarakatan di IS. Dalam diskusi di IS biasanya dihadiri juga oleh Ir.Soekarno dan Mr.Sartono. Kebanyakan menganalisis tentang revolusi di Perancis, revolusi Rusia, revolusi Amerika, revolusi India, revolusi Tiongkok, dan sebagainya. Demikian juga doktrin-doktrin politik didiskusikan secara ilmiah seperti ajaran Karl Marx, Lelin, Stalin, Mahatma Gandhi. Didalam diskusi-diskusi tersebut Amir Syariffudin sangat menonjol emosinya dari antara mereka semua dan ia mempertahankan mati-matian pendapatnya.
Dalam perdebatan ajaran Karl Marx dan juga Engels menawan perhatian mereka namun hal ini tidak berarti bahwa mereka adalah orang komunis. Perdebatan mereka adalah perdebatan ilmiah. Setiap revolusi dibahas dengan teliti untuk mencari hal-hal yang cocok dengan revolusi Indonesia. Menurut Abu Hanifah, revolusi
(47)
29
Perancis berbulan-bulan lamanya diperdebatkan. Masing-masing tokoh revolusi Perancis mempunyai pengagumnya. Amir Syariffudin mengagumi Robespierre, Mohammad Yamin mengagumi Marat, Asaat menjagoi Dalton, dan Abu Hanifah menjagoi Mirabeanu.10 Nampaknya Amir Syariffudin mengagumi Robesspierre karena kegigihannya dalam perjuangan revolusi Perancis dan bukan pada tindakan kekejamannya yang membantai rakyat Perancis. Bagi Amir Syariffudin, IS sendiri mempunyai arti tersendiri dalam kehidupannya, disanalah ia mulai berkenalan dan melibatkan diri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Amir Syariffudin berhasil menyelesaikan pendidikannya di RHS pada tahun 1932. Studinya agak tersendat karena ia harus mendekam dalam penjara. Amir Syariffudin dipenjara karena tulisannya yang mengkritik dengan tajam pemerintahan Belanda. Amir Syariffudin ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan sebagai komunis dan anti penjajah. Amir Syariffudin berhasil dibebaskan oleh gurunya yaitu Professor J.M.J Schepper yang menyakinkan pemerintah bahwa Amir Syariffudin bukanlah seorang komunis dan tidak berbahaya bagi pemerintah. Dengan jaminan dari gurunya juga Amir Syariffudin akhirnya diperbolehkan untuk menempuh ujian di RHS. Pada tahun 1932 Amir Syariffudin mampu menyelesaikan studinya di bidang ilmu hukum yang didalaminya adalah hukum Tata Negara.11
10
Taufik Abdullah, Manusia dalam Kemelut Sejarah, Jakarta: LP3ES, 1981, hlm. 192.
11
(48)
30
Setelah lulus dari RHS Amir Syariffudin bekerja sebagai pengacara swasta bersama dengan Muhammad Yamin. Kemahirannya sebagai pengacara diperlihatkannya dalam acara utang piutang IS dengan pemilik gedung Jalan Kramat Raya 106, pada tahun 1934. Mahasiswa yang tinggal di sana telah beberapa tahun tidak membayar uang sewa gedung dan pemilik rumah tersebut menuntut agar uang sewa rumah tersebut segera dilunasi. Ketua IS pada waktu itu adalah Rumali, dan ternyata Rumali telah membuat perjanjian dengan pemilik rumah bahwa IS bertanggung jawab atas segala utang IS. Amir Syariffudin dan Mohammad Yamin tidak menyetujui tindakan Rumali yang dianggap sebagai perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pemilik rumah itu membawa perkara tersebut ke pengadilan. Berkat kemahiran Amir Syariffudin dan juga Moh.Yamin maka IS dibebaskan dari hutang piutang namun Gedung Kramat Raya 106 harus dikembalikan kepada pemiliknya. Kemudian mahasiswa yang masih berdiam di sana berpindah ke gedung di Jalan Kramat Raya 154.12
Di tengah-tengah kesibukan Amir Syariffudin menjadi mahasiswa di RHS dan juga didalam pergerakan kemerdekaan, Amir Syariffudin bersama teman-temannya di jalan Kramat raya 106 itu merasakan adanya kekosongan batin. Maka banyak diantara mereka yang berusaha mengisi kekosongan batin itu dengan berbagai macam cara. Abu Hanifah mencoba memuaskan batinnya dengan belajar filsafat. Mohammad Yamin belajar teosofi, sedangkan Amir Syariffudin sendiri mendekati Gereja Kristen
12
(49)
31
sekalipun ia sendiri seorang Islam.13 Pada akhirnya Amir Syariffudin berkenalan dengan Dr.C.I.van Doorn yang bekerja sebagai Sekretaris Jenderal Christen Studenten op Java (CSV) cabang Batavia yang sering mengunjungi mahasiswa-mahasiswa di IS. Perkenalan Amir Syariffudin dengan Dr.C.I.van Doorn pada akhirnya sampai kepada hubungan persahabatan erat. Hubungan persahabatan ini disebabkan karena van Doorn memiliki pandangan yang positif terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Persahabatan antara Amir Syariffudin dengan van Doorn sebenarnya melalui seorang perantara yang bernama Prof.Mr.J.M.J.Schepper seorang mahaguru dalam Ilmu Hukum Pidana dan falsafat pada RHS di Batavia. Amir Syariffudin sendiri merasa tertarik kepada Prof.Mr.J.M.J.Schepper karena kejujurannya pada pembelaan terhadap Ir.Soekarno di hadapan pengadilan Belanda pada tahun 1930. Orang tidak akan ragu akan kejujuran Prof.Mr.J.M.J.Schepper dalam membela keadilan yang diinjak-injak oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Amir Syariffudin makin lama makin mendalami tentang agama Kristen. Keputusan menjadi Kristen tidak diambilnya secara tergesa-gesa. Ia sadar bahwa agama yang akan diyakininya harus diketahui benar. Ia belajar tentang agama Kristen pada Prof.Mr.J.M.J.Schepper. Pada akhirnya Amir Syariffudin menerima baptisan yang dilayankan oleh pendeta Peter Tambunan di HKBP Kernolong pada tahun
13
(50)
32
1931.14 Sebelum Amir Syariffudin mengikuti pembaptisan terlebih dahulu Amir Syariffudin memberitahukan kepada orang tuanya. Orang tuanya mengharapkan agar anaknya tidak sampai menjadi Kristen. Namun keputusan Amir Syariffudin untuk menjadi Kristen sangat kuat. Ayahnya Baginda Soripada tidak bisa berbuat banyak kepada kemauan dari Amir Syariffudin. Sedangkan ibunda Amir Syariffudin tidak dapat menerima keputusan anaknya itu. Keputusan Amir Syariffudin untuk menjadi Kristen merupakan suatu aib bagi keluarganya. Peristiwa pembaptisan Amir Syariffudin menjadi Kristen mendatangkan kegoncangan pada keluarga Soripada Harahap. Ibunya sangat terpukul dan kemudian jatuh sakit hingga pada akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu hubungan antara Amir Syariffudin dengan keluarganya menjadi renggang.
Pada tanggal 16 Oktober 1935, Amir Syariffudin memutuskan untuk menikah dengan Zainab Harahap seorang gadis yang telah dikenalnya sewaktu masih belajar di RHS dan memiliki marga yang sama dengan dirinya.15 Zainab Harahap sendiri adalah putri seorang tokoh Islam yang kaya dan terkemuka di Batavia. Zainab sering mengunjungi gedung IS dan sering mengikuti diskusi-diskusi yang diadakan oleh
14
HKBP Kernolong atau Huria Kristen Batak Protestan Kernolong merupakan jemaat yang pertama HKBP di Jawa bahkan di luar Sumatera. Anggota-anggotanya adalah pemuda Batak yang merantau ke Jawa untuk mencari pekerjaan maupun untuk menuntut pelajaran. Pendeta Peter Tambunan adalah pendeta yang kedua di tengah tengah masyarakat Batak di Batavia. Dialah yang membangun gedung gereja HKBP Kernolong padatahun 1931. Lihat: Frederick D. Wellem, 2009, hlm. 64.
15
(51)
33
mahasiswa di IS itu. Zainab sebelumnya telah belajar agama Kristen pada Prof.Schepper dan dibaptiskan oleh pendeta P.Tambunan di HKBP Kernolong.
Dari pihak keluarga dan orang tua Zainab sendiri sebenarnya tidak menyetujui pernikahan antara Amir Syariffudin dikarenakan dua alasan yaitu karena adanya persamaan marga yaitu marga Harahap. Menikah dalam satu marga dilarang dalam hukum perkawinan adat Batak karena dianggap sebagai pernikahan terhadap saudara kandung. Sedangkan alasan kedua adalah dikarenakan keputusan Zainab untuk berpindah agama menjadi seorang Kristen mengikuti Amir Syariffudin.
Resepsi pernikahan antara Amir Syariffudin dan Zainab diadakan di gedung IS, Jalan Kramat Raya 106 dan selain dihadiri oleh sahabat-sahabat Amir Syariffudin, masyarakat sekitar pun juga banyak yang datang ke acara resepsi tersebut. Dari pernikahannya ini Amir Syariffudin dikaruniai enam anak yang lahir antara tahun 1940 dan 1949 di mana hanya tiga orang anak yang hidup sampai usia dewasa. Keenam anaknya itu adalah Andrea lahir di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1940, Lydia Ida Lumongga lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1941, Kefas lahir di Jakarta pada tanggal 18 April 1943, Damaris lahir di Yogyakarta pada tanggal 30 september 1947, Tito Batara lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 April 1948, dan Elena Lucia yang lahir di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1949.16
Sesudah menikah Amir Syariffudin tinggal di Sawah Besar di situ juga ia membuka kantor pengacara dengan Moh Yamin. Namun karena ketidakadilan dalam
16
(52)
34
pembagian hasil kerja maka terjadilah perpecahan diantara mereka. Selanjutnya Amir Syariffudin dan istrinya pindah ke Sukabumi dan membuka kantor pengacara, namun karena Sukabumi hanyalah sebuah kota kecil maka kantornya tidak memperoleh banyak kemajuan. Kemudian Amir Syariffudin memutuskan untuk pindah ke Batavia dan tinggal di jalan Cideng Barat, di sana ia membuka praktek bersama-sama dengan Mr. Lie Tjoan Kie. Kantornya berkembang pesat dan menghasilkan banyak uang tetapi Amir Syariffudin hidup sangat sederhana karena uangnya dihabiskan untuk pembiayaan partainya.
Pada tahun 1932 Amir Syariffudin dipenjarakan oleh Belanda, dan pada tahun 1940 Amir Syariffudin kembali ditangkap dan dipenjarakan di Sukamiskin Bandung. Penangkapan Amir Syariffudin ini turut membawa akibat buruk bagi orang tuanya di Sumatera. Ayah Amir Syariffudin ditangkap dan diinterogasi oleh Belanda karena dicurigai ikut serta dalam gerakan anti-Belanda. Namun dari penyelidikan polisi tidak terdapat bukti-bukti yang menyankinkan bahwa ayah Amir Syariffudin turut dalam gerakan anti-Belanda.
(53)
35 BAB III
KIPRAH POLITIK AMIR SYARIFFUDIN PADA ORGANISASI DAN PARTAI POLITIK A. Kiprah Politik di Organisasi Kedaerahan
Keterlibatan Amir Syariffudin dalam pergerakan kemerdekaan dimulai ketika menjadi mahasiswa RHS. Di sanalah Amir Syariffudin bersama dengan sahabat-sahabatnya mendiskusikan masalah politik dan tugas mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum kongres pemuda II, banyak organisasi pemuda kedaerahan yang berusaha memajukan dan memperhatikan daerahnya masing-masing. Amir Syariffudin sendiri tergabung dengan organisasi kedaerahan yaitu Jong Sumatranen Bond pada tahun 1927.1 Amir Syariffudin bersama dengan Muhammad Yamin, Bahtir Johan, dan Abu Hanifah menjadi pemimpin yang terkemuka dari Jong Sumatranen Bond. Selain menjadi pemimpin Jong Sumatranen Bond, Amir Syariffudin juga terkenal sebagai pemimpin Jong Batak Bond. Jong Batak Bond ini bidang gerakannya lebih sempit dibandingkan dengan Jong Sumatranen Bond, tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dan persaudaraan diantara pemuda asal Batak serta mempertahankan dan memajukan kebudayaan asal Batak.
Keberhasilan Amir Syariffudin untuk menempatkan diri sebagai pemimpin atas dua organisasi pemuda kedaerahan itu menunjukan bahwa ia adalah seorang organisator yang ulung. Dari kedua organisasi kedaerahan inilah karir politik Amir Syariffudin dimulai. Meskipun organisasi pemuda ini pada awalnya hanya bergerak
1
Gerry Van Klinken, Lima Penggerak Bangsa Yang Terlupa, Nasionalisme Minoritas Kristen, Yogyakarta: LKIS, 2010, hlm. 173.
(54)
36
dibidang sosial dan kebudayaan namun sejak tahun 1928 mereka melibatkan dirinya untuk mencapai Indonesia merdeka.
B. Kiprah Politik di Sumpah Pemuda
Amir Syariffudin bukan saja aktif dalam organisasi pemuda kedaerahan tetapi juga giat dan bahkan menjadi tokoh dari perkumpulan pemuda pelajar yang bersifat nasional. Organisasi itu adalah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. Anggota-anggotanya terdiri dari mahasiswa dari sekolah tinggi di Batavia dan Bandung yang bertujuan berusaha bersama-sama untuk mencapai Indonesia Raya merdeka. Jasanya yang paling menonjol adalah berhasil mempersatukan perkumpulan-perkumpulan organisasi pemuda kedaerahan menjadi satu organisasi. Atas inisiatif PPPI sendiri maka diselenggarakanlah Kongres Pemuda II pada tahun 1928. Amir Syariffudin sendiri duduk dalam panitia persiapan Kongres Pemuda II sebagai bendahara mewakili Jong Batak Bond.2 Dalam Kongres Pemuda II ini para peserta menyatakan kesetiaan mereka yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda yaitu “satu nusa, Indonesia; satu bangsa, Indonesia; dan satu bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”. Sebuah lagu nasional dan sebuah bendera pun dibuat.
Sebagian besar inisiatif diambil oleh para mahasiswa sekolah hukum. C. Kiprah Politik di Partai Indonesia (Partindo)
Pada tahun 1931 Partindo didirikan sebagai partai politik yang melanjutkan garis perjuangan non-kooperatif PNI, Amir Syariffudin sendiri bergabung dengan
2
Mardanas Safwan, Peranan Gedung Keramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda, 1973, hlm. 32.
(1)
pertengahan 1936, Moh.Yamin, Amir Syariffudin, dan Sanusi Pane, bersama-sama dengan Liem Koen Hian merintis surat kabar harian “Kebangunan”. Amir Syariffudin duduk sebagai pembantu tetap sedangkan posisi direktur diduduki oleh Moh.Yamin.15 Pada Oktober 1938 Amir Syariffudin dan beberapa temannya meluncurkan majalah
bulanan politik popular “Tujuan Rakyat”. Editor penanggung jawabnya adalah
jurnalis batak A.M. Sipahoetar, sedangkan Amir Syariffudin duduk sebagai wakil ketua redaksi.
Pada April 1937 diumumkan secara resmi berdirinya sebuah partai baru yang
bernama “Gerakan Rakyat Indonesia” (Gerindo). Partai ini didirikan oleh Amir
Syariffudin setelah pada November 1936 Partindo dibubarkan oleh Gubernur Jenderal De Jong yang menindas partai yang berasas nonkoperatif. Pada tahun 1939 Gerindo melangsungkan kongresnya yang kedua di Palembang. Dalam kongres itu Amir Syariffudin dipilih menjadi ketua Gerindo. Keputusan terpenting dalam kongres ini adalah penerimaan orang-orang Indo dalam tubuh Gerindo.
Gabungan Politik Indonesia (Gapi) dibentuk pada tahun 1939 atas inisiatif Parindra dengan tokoh M.H. Thamrin bersama-sama dengan pimpinan partai lainnya berbulan-bulan lamanya membicarakan tentang pembentukan suatu wadah konsentrasi nasional.16 Gerindo bergabung di dalam Gapi diwakili oleh Amir Syariffudin, sementara Thamrin mewakili Parindra. Dalam Gapi Amir Syariffudin menduduki jabatan sebagai pembantu sekretaris, sekretarisnya adalah Abikusno Tjokrosujono. Dalam kongres GAPI yang diselenggarakan pada tanggal Desember 1939 ditetapkan antara lain bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, bendera persatuan adalah bendera Merah Putih dan lagu persatuan adalah Indonesia Raya.
Pada masa penjajahan Jepang, Amir Syariffudin menyusun suatu organisasi
bawah tanah yang diberi nama “Liga Anti Fasis”, untuk membiayai organisasi ini
Amir Syariffudin mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Belanda sebesar 25.000 gulden menjelang pendaratan Jepang di pulau Jawa.17 Amir Syariffudin berhasil mendirikan cabang-cabang organisasi bawah tanah hampir di setiap kota di Jawa Tengah dan terutama Jawa Timur.
Karena kegiatan tersebut Amir Syariffudin selalu dicurigai dan dimata-matai
Kenpeitai sehingga Amir Syariffudin merasa tidak aman. Amir Syariffudin
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya di Jawa Timur dan akhirnya ia bersembunyi di Semarang, di sana ia mengirim kurir ke Jakarta untuk meminta perlindungan kepada Hatta. Pada waktu Amir Syariffudin datang, Hatta memberitahu kepada Amir Syariffudin bahwa ia akan bekerja pada kantor Hatta dan hal tersebut sudah disetujui oleh Pemerintah Jepang. Cara ini membuat Amir Syariffudin bekerja tanpa rasa takut diganggu oleh Kenpeitai karena Pemerintah Militer Jepang telah
15
Gerry Van Klinken, op.cit., hlm. 191. 16
George M. C Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Solo: UNS Press, 1995, hlm. 123.
(2)
memberikan instruksi kepada Kenpeitai agar Amir Syariffudin tidak diapa-apakan lagi.18
Sekalipun Amir Syariffudin tidak diapa-apakan lagi oleh Jepang namun tidaklah berarti bahwa Pemerintah Jepang tidak mengamati gerak-gerik Amir Syariffudin. Pada bulan Februari 1943, Amir Syariffudin bersama anggota lainnya ditangkap oleh Kenpeitai di Surabaya. Amir Syariffudin ditangkap ketika sedang melakukan rapat dengan kelompok bawah tanahnya, kemudian Amir Syariffudin dibawa ke Jakarta dan dipenjarakan di penjara Salemba. Amir Syariffudin dijatuhi hukuman mati oleh Jepang, Amir Syariffudin kemudian dipenjarakan di Malang. Amir Syariffudin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan mengadakan kegiatan mata-mata bagi Sekutu.
Akhir tahun 1943 Hatta mengajak Soekarno untuk membicarakan nasib Amir Syariffudin dengan Gunseikan. Soekarno dan Hatta mengatakan bahwa Amir Syariffudin memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat, apabila ia dijatuhi hukuman mati maka rakyat akan sangat membenci Pemerintah Militer Jepang dan rakyat tidak akan mendukung tujuan perang Jepang. Ternyata pembicaraan ini dapat menyakinkan Gunseikan untuk menganti hukuman mati menjadi hukuman penjara seumur hidup.19 Soekarno dan Hatta yakin bahwa Jepang tidak akan lama berkuasa di Indonesia. Tanda-tanda kekalahan Jepang sudah mulai nampak. Ketika Jepang menyerah maka dengan sendirinya Amir Syariffudin akan dibebaskan dari penjara.
Partai Sosialis dibentuk pada tanggal 17 Desember 1945. Partai Sosialis merupakan suatu fusi dari Partai Sosialis Indonesia (Parsi) Amir Syariffudin dan Partai Rakyat Sosialis (Paras) Sutan Sjahrir.20 Usaha-usaha Amir Syariffudin dalam memperkuat Partai Sosialis sangat besar. Dalam kongres Pemuda Indonesia I yang diadakan pada tanggal 9-10 November 1945 di balai Matraman, Yogyakarta Amir Syariffudin mengingatkan bahwa tugas pemuda di samping berjuang juga harus membangun negara supaya rakyat jelata dapat merasakan kebahagian dalam alam merdeka.21 Dalam kalangan tentara Amir Syariffudin juga berusaha mendirikan basis-basis Partai Sosialis. Perpecahan antara Amir Syariffudin dan Sjahrir terjadi pada tanggal 13 Januari 1948.22 Sjahrir dan pengikutnya memisahkan diri dari Partai Sosialis dan mendirikan suatu partai sosialis baru yang diberi nama Partai Sosialis Indonesia (PSI). Sedangkan Amir Syariffudin dan juga pengikutnya tetap bersama di Partai Sosialis.
Setelah Indonesia merdeka Amir Syariffudin diangkat menjadi Menteri Penerangan dan Pertahanan pada kabinet Sutan Sjahrir. Tugas pokok yang dikerjakan
18
Mohammad Hatta, Mohammad Hatta, Memoir, Jakarta: Tintamas, 1978, hlm. 410.
19
George M. C Kahin, op.cit., hlm. 142. 20
Ibid, hlm. 198. 21
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 147. 22
(3)
Amir Syariffudin dalam kementrian penerangan adalah 1) Memberi penerangan ke luar negeri tentang kemerdekaan Republik Indonesia dan cita-cita revolusi serta ideologi negara Pancasila melalui radio Voice of Free Indonesia dan penerbitan-penerbitan. 2) Memberi penerangan di dalam negeri dengan berbagai cara lain dengan mengirimkan petugas ke daerah untuk menanamkan pengertian, menyebarkan arti proklamasi dan untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.23
Dalam Kabinet Sjahrir, Amir Syariffudin juga diangkat menjadi menteri keamanan rakyat. Setelah Amir Syariffudin menduduki jabatannya maka ia menyatakan konsepnya tentang tentara. Tentang dasar TKR, Amir Syariffudin mengemukakan bahwa harus ada perbedaan antara TKR dengan kesatuan tentara yang ada sebelumnya, yaitu KNIL dan PETA. Amir Syariffudin juga menginginkan adanya jurang pemisah antara tentara dan rakyat. TKR harus menjamin akan adanya keamanan dan ketentraman di antara rakyat serta menjadi pelindung rakyat Kedudukan TKR ditegaskan sebagai alat negara, alat Republik Indonesia, yang harus patuh kepada pimpinan negara yaitu Pemerintah Republik Indonesia.24
Setelah jatuhnya kabinet Sjahrir maka pada tanggal 3 Juli 1947 dilantiklah kabinet yang baru dan Amir Syariffudin ditunjuk sebagai perdana menteri sekaligus merangkap sebagai menteri pertahanan.25 Kabinet Amir Syariffudin mengumumkan program politik luar negeri adalah sebagai berikut. 1) Mempertahankan pengakuan de
facto Negara Republik Indonesia. 2) Berusaha sekuat-kuatnya melaksanakan secara
damai Persetujuan Linggarjati. 3) Berusaha agar Indonesia secepat mungkin harus ikut serta dalam persoalan hidup internasional sesuai dengan kepentingan kedudukannya dalam dunia. Sedangkan program politik dalam negeri dari kabinet Amir Syariffudin adalah sebagai berikut. 1) Menyempurnakan pemusatan tenaga rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dan pembangunan tanah air. 2) Memperbaiki susunan perwakilan rakyat di pusat dan di daerah secara demokratis dengan pemilihan demokratis yang dijalankan segera apabila keadaan masyarakat telah mengijinkan dengan nyata. 3) Meneruskan usaha menyempurnakan susunan pemerintah collegial dan seterusnya menjalankan politik menempatkan pegawai yang sesuai dengan pertahanan dan pembangunan negara. 4) Menyempurnakan dan memperkuat polisi negara sehingga menjadi satu alat negara yang melindungi hak-hak demokratis dan menjamin keamanannya.26
Segera setelah terbentuknya kabinet Amir Syariffudin maka agenda kabinet ini banyak disibukkan oleh berbagai perundingan dengan pihak Belanda yang ingin kembali menduduki Republik Indonesia. Seperti Sutan Sjahrir yang berhadapan
23
Kementerian Penerangan, Dua Puluh Tahun Indonesia Merdeka, Jilid IX, Jakarta, 1993, hlm. 10.
24
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 258-259. 25
Jaques Leclerc, Mencari Kiri Kaum Revolusi Indonesia dan Revolusi
Mereka, Jakarta: Marjin Kiri, 2011, hlm. 88.
26
(4)
dengan perundingan Linggarjati, Amir Syariffudin sendiri dihadapkan dengan perundingan Renvile. Dalam Perundingan Renvile ini Amir Syariffudin kehilangan dukungan. Pada akhirnya Kabinet Amir Syariffudin tidak dapat dipertahankan lagi sehingga tanggal 23 Januari 1948 Presiden Soekarno mengumumkan pembubaran Kabinet Amir Syariffudin setelah Amir Syariffudin menyerahkan mandatnya kepada presiden. Presiden menunjuk Moh.Hatta untuk membentuk kabinet presidentil.27
Sesudah jatuhnya kabinet Amir Syariffudin tidak duduk di kursi pemerintahan tetapi menjadi pihak oposisi. Setelah kabinetnya jatuh Amir Syariffudin mulai dikelilingi oleh tokoh-tokoh komunis dari sayap kiri seperti Tan Ling Djie, Abdul Madjid, Setiadjit, dan sebagainya. Tokoh-tokoh sayap kiri tersebut mulai berusaha menarik Amir Syariffudin ke dalam golongan komunis. Pada rapat umum di Surakarta tanggal 26 Februari 1948, sayap kiri melakukan reorganisasi dan membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang beranggotakan Partai Sosialis dan golongan sayap kiri (PKI, PBI, PESINDO, SOBSI). FDR kemudian memilih Amir Syariffudin sebagai ketuanya.28
Selanjutnya FDR menjadi pihak oposisi terhadap kabinet Hatta dan FDR berusaha untuk menjatuhkan kabinet Hatta. FDR berharap dapat menggantikan kabinet presidensil dengan kabinet parlementer. Pada petengahan Juli 1948 FDR merancangkan program untuk menjatuhkan pemerintah seperti yang tercantum dalam dokumen FDR yang berjudul Menginjak Tingkatan Perjuangan Militer Baru. Dalam dokumen ini strategi digariskan atas dua fase yaitu dengan memakai cara parlementer dan kalau cara ini gagal maka ditempuh cara kedua yaitu dengan memakai cara nonparlementer.29
Pada tanggal 29 Agustus 1948 Amir Syariffudin mengeluarkan pernyataan bahwa ia telah menjadi komunis sejak tahun 1935 ketika Muso mendirikan PKI ilegal di Surabaya. Sesudah peleburan Partai Sosialis ke dalam PKI maka Amir Syariffudin bersama-sama Muso dan pimpinan PKI lainnya menjalankan aksi propaganda didepan para pemuda, buruh dan petani. Namun selanjutnya terjadi sebuah peristiwa yang tidak diduga oleh para pemimpin PKI telah terjadi di Madiun. Pada tanggal 18 September 1948, pada pagi hari pemberontakan PKI di Madiun dicetuskan oleh Sumarsono dan Djokosujono.30
Berita pemberontakan di Madiun baru diketahui oleh pemerintah di Yogyakarta pada tanggal 18 September 1948 sore harinya. Presiden Soekarno atas persetujuan kabinet memberikan kekuasaan kepada Panglima Besar Sudirman untuk menyelamatkan kehidupan Negara. TNI segera mengadakan penangkapan terhadap para pemimpin PKI baik yang terlibat pemberontakan secara langsung atau tidak. Seorang letnan menjelaskan adanya surat perintah Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto untuk menembak mati Amir Syariffudin beserta pimpinan-pimpinan PKI
27
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 176. 28
George M. C Kahin, op.cit., hlm. 328. 29
Frederick D. Wellem, op.cit., hlm. 183. 30
(5)
yang lainnya yang sedang ditahan di Solo. Keputusan ini diambil karena dikawatirkan Amir Syariffudin beserta pimpinan-pimpinan PKI lainnya akan ikut melakukan pemberontakan atau menyeberang membantu Belanda. Jenazah Amir Syariffudin dan dikuburkan secara massal di daerah Ngalian, sebelah timur kota Solo pada hari Minggu pagi tanggal 19 Desember 1948.31
KESIMPULAN
Amir Syariffudin dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1907 di Tapanuli Selatan. Amir Syariffudin pernah bersekolah di Belanda dan Indonesia yaitu bersekolah di
Europeesche Lagere School, Gymnasium, dan Rechtshoogeschool. Amir Syariffudin
juga aktif dalam kegiatan pemuda kebangasaan yaitu Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam partai politik Amir Syariffudin tergabung dalam Partai Indonesia, Gerakan Rakyat Indonesia, Gabungan Politik Indonesia, dan Partai Sosialis. Amir Syariffudin juga pernah tergabung dalam Liga Anti Fasis. Dalam masa pemerintahannya pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Menteri Penerangan pada kabinet Sutan Sjahrir. Amir Syariffudin juga dihadapkan dengan agresi militer Belanda dan Perundingan Renvile. Hasil perundingan Renvile inilah yang mendorong jatuhnya Amir Syariffudin dari pemerintahan. Setelah terlempar dari pemerintahan Amir Syariffudin bekerjasama dengan pendukung setianya yang tergabung dalam FDR dan berhasil menjadi pemimpin FDR. Kemudian keterlibatan Amir Syariffudin dalam peristiwa Madiun menyeretnya dalam eksekusi mati.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Nasution, (1978), Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid V ,VIII, Bandung: Angkasa.
Frederick D. Wellem, (2009), Amir Sjarifoeddin: Tempatnya dalam Kekristenan dan
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Bekasi: Jala Permata Aksara.
G. Moedjanto, (1988), Indonesia Abad Ke-20 Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius.
George M. C Kahin, (1995), Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Solo: UNS Press.
Gerry Van Klinken. (2010), Lima Penggerak Bangsa Yang Terlupa, Nasionalisme
Minoritas Kristen. Yogyakarta: LKIS
Jaques Leclerc, (2011), Mencari Kiri Kaum Revolusi Indonesia dan Revolusi Mereka, Jakarta: Marjin Kiri.
John Ingleson, (1988), Jalan ke Pengasingan : Pergerakan Nasionalis Indonesia
tahun 1927-1934, Jakarta: LP3ES.
Kementerian Penerangan, (1993), Dua Puluh Tahun Indonesia Merdeka, Jilid IX. Jakarta.
Mardanas Safwan, (1973), Peranan Gedung Keramat Raya 106 dalam Melahirkan
Sumpah Pemuda, Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah.
31
(6)
Mohammad Hatta, (1978), Mohammad Hatta, Memoir, Jakarta: Tintamas.
Soebagijo, I.N., (1980), Sumanang:Sebuah Biografi, Jakarta: PT Gunung Agung. Taufik Abdulah dkk, (1979), Manusia Dalam Kemelut Sejarah, Jakarta, LP3ES.